• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Efektivitas Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Efektivitas Group Positive Psychotherapy Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS GROUP POSITIVE PSYCHOTHERAPY UNTUK

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

PADA ORANG DENGAN HIV/ AIDS (ODHA)

Minat Utama Bidang Psikologi Klinis

Disusun oleh:

Nur Hidayah, S.Psi

T100 100 154

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Halaman Sampul Depan ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Abstraksi ... 1

Pendahuluan ... 2

Landasan Teori ... 4

Metode Penelitian ... 4

Subjek ... 8

Instrumen ... 8

Desain Penelitian ... 9

Intervensi ... 10

Analisis ... 10

Hasil Penelitian... 11

Pembahasan ... 12

Kesimpulan ... 19

(5)

EFEKTIVITAS GROUP POSITIVE PSYCHOTHERAPY UNTUK

Orang dengan HIV/ AIDS rentan terhadap masalah psikologis diantaranya kekhawatiran atas status penyakit, tekanan keluarga maupun sosial, kualitas hidup yang menurun dan kondisi fisik maupun psikis yang tidak stabil. Peristiwa kehidupan yang penuh stress menimbulkan dampak negatif pada kesejahteraan psikologisnya. Ketidakmampuan orang dengan HIV/AIDS dalam mengelola diri maupun situasi yang tidak sesuai seringkali menimbulkan efek psikologis dan kesehatan fisik yang semakin menurun. Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat efektivitas Group Positive

Psychoterapy dalam meningkatkan kesejahteraan pikologis pada orang dengan HIV/

AIDS.

Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk desain

nonequivalent control group design yaitu terdapat pretest-posttest control group design,

yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random. Subjek penelitian adalah orang dengan HIV/ AIDS yang berjumlah 10 orang (5 kelompok eksperimen dan 5 kelompok kontrol) di VCT RSUD Pandan Arang Boyolali. Analisis dilakukan dengan uji statistik non parametrik dengan uji mann whitney u yaitu untuk membandingkan kelompok eksperimen dan kontrol, dari hasil analisa didapat nilai post test nilai Z sebesar -1.776; (sig= 0.038) dan follow up nilai Z -1.984; (sig= 0.024) p < 0.05. Selanjutnya, uji wilcoxon pada kelompok eksperimen untuk membandingkan skor sebelum dan sesudah dilakukan intervensi group positive

psychotherapy, dari hasil analisa diperoleh nilai pre-post nilai Z sebesar -2.023(sig =

0.0215); p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh group positive

psychotherapy terhadap peningkatan kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/

AIDS.

Kata kunci: HIV/ AIDS, Group positive psychotherapy, kkesejahteraan psikologis,

1

(Mahasiswa) Magister Psikologi Profesi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2

(Doktor) Dosen Magister Psikologi Profesi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

3

(6)

Perkembangan zaman saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang

berdampak pada pola pikir dan perilaku masyarakat. Dasawarsa ini kemajuan zaman

yang tidak diiringi dengan perilaku sehat seringkali menimbulkan kerentanan terhadap

wabah penyakit menular. Saat ini peningkatan jumlah kasus penyakit menular langsung

di Indonesia menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat umum.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu penyakit menular

yang memilik masalah krusial untuk ditanggulangi, mengingat dampak epidemiknya

yang timbul pada penderita positif maupun anggota keluarganya seperti dampak

emosional, ekonomi, sosial dan fisik oleh penyakit dan kematian seseorang dengan

AIDS. Dampak ekonomi seperti tuntutan keuangan yang berkaitan dengan biaya

perawatan kesehatan dan dukungan sosial dari lingkungannya (dalam Ferreira, 2004).

Hasil survei Voluntary Counselling and Testing (VCT) bulan September 2013

dilingkungan RSUD Pandan Arang data bulan Januari – Desember 2012 ditemukan 35

kasus HIV/ AIDS diantaranya 9 orang telah meninggal dan 26 orang lainnya masih

hidup. Data bulan Januari – November 2013 mengalami penambahan kasus baru HIV/

AIDS sejumlah 27 orang. Penetapan diagnosa HIV positif menimbulkan dampak

beragam pada penderitanya. Studi kasus yang dilakukan oleh Riasnugrahani dan

Missiliana (2011) menuturkan bahwa wanita yang positif HIV/ AIDS karena terinfeksi

dari suaminya cenderung merasa tidak adil dan tidak mengampuni (unforgiving).

HIV/ AIDS dipandang sebagai penyakit yang membuat aib keluarga, sehingga

orang yang terinfeksi HIV/ AIDS harus dirahasiakan dan tidak dirawat di rumah

(Hakim, 2009). HIV dan AIDS masih menjadi stigma sosial dan identik sebagai

penyakit seksual dikalangan masyarakat saat ini. Tertular HIV dapat menyebabkan

timbulnya berbagai kesulitan yang berhubungan dengan harga diri, isolasi sosial, dan

(7)

Seorang penyandang status HIV/ AIDS memiliki beban berat dalam

kehidupannya, dimana permasalahan yang kompleks dapat dihadapinya setiap saat.

Permasalahan yang timbul tidak hanya yang berkaitan dengan kondisi penyakit, namun

juga kondisi psikososial seperti stigma sosial, diskriminasi pekerjaan, penerimaan diri,

dan hubungan baik dengan pasangan, keluarga maupun masyarakat disekitarnya. Selain

itu, stigma negatif HIV/ AIDS tak hanya mengenai orang dengan HIV/ AIDS tetapi

juga pada anak-anak mereka serta orangtuanya.

Bermacam stigma, diskriminasi dan ancaman kematian menjadikan orang

dengan HIV/ AIDS seringkali mengalami tekanan, stres, putus asa yang semakin

memperburuk kondisi kesehatannya. Menurut WHO (2001) bahwa kesehatan mental

yang positif adalah suatu keadaan “sejahtera dimana individu menyadari

kemampuannya sendiri, mampu mengatasi tekanan normal dari kehidupan, dapat

bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi nyata pada

dirinya maupun komunitasnya” (dalam Huppert, 2009).

Bentuk-bentuk intervensi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dapat

dilakukan melalui upaya terapi yang menggunakan model konseptual dalam bentuk

psikoterapi. Bentuk psikoterapi salah satunya adalah Positive Psychotherapy yaitu suatu

intervensi yang berbasis psikologi positif yang dapat mengatasi permasalahan

psikologis. Peran penting positive psychotherapy dijelaskan oleh Rashid dkk (dalam

Guney, 2011) merupakan metode psikoterapi untuk meminimalisir terjadinya gangguan

psikopatologi dengan metode membangun emosi positif, kekuatan, kebermaknaan

hidup pada individu sebagai upaya mencapai kebahagiaan melalui optimisme, harapan,

humor, dan ketahanan.

Disimpulkan bahwa penderita HIV/ AIDS sangat rentan terhadap

(8)

pada hal-hal yang negatif yang tidak diiringi dengan fungsi positifnya. Maka dari itu,

salah satu alternatif penanganan yang fokus pada hal-hal positif yaitu group positive

psychotherapy untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/

AIDS.

LANDASAN TEORI

Menurut Huppert (2009) kesejahteraan psikologis adalah tentang kehidupan

yang berjalan dengan baik yaitu terdapat kombinasi antara perasaan baik dan

keberfungsiannya. Kesejahteraan psikologis akan menjadi terganggu bilamana emosi

negatif mengganggu keberfungsian seseorang dalam aktivitasnya sehari-hari.

Secara konseptual, temuan empiris pada model psikologis kesejahteraan,

terdapat dua poin utama yang meliputi: pertama adalah bahwa kesejahteraan, diartikan sebagai pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh

konteks sekitar kehidupan masyarakat. Kedua adalah bahwa kesejahteraan yaitu fokus untuk kesehatan dengan mengutamakan peraturan yang efektif terhadap sistem

fisiologis (Ryff dan Singer, 2008).

1. Dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis

Karakteristik kesejahteraan psikologis mencakup 6 dimensi menurut Ryff &

Singer, 2006 yang dikutip dari (Ryff & Keyes, 1995; Ryff & Singer, 1996), yaitu:

a. Otonomi (Autonomy)

Dimensi otonomi menyangkut kemampuan dalam menentukan nasib

sendiri (self determination), bebas dan memiliki kemampuan untuk mengatur

(9)

tegas dalam mengambil keputusan tanpa melibatkan persetujuan orang lain

(Ryff & Singer, 1996).

b. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Kemampuan individu untuk memilih, menciptakan dan mengelola

lingkungan yang tepat agar sesuai dengan kondisi psikologisnya. Dalam rentang

hidupnya, selain kematangan individu juga membutuhkan kemampuan untuk

memanipulasi dan mengedalikan lingkungan yang beragam. Pengusaan individu

terhadap lingkungannya menunjukkan adanya keberfungsian secara psikologi

positif (Ryff & Singer, 1996).

c. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

Individu sadar akan harkat manusia yang tumbuh dan berkembang

sebagai pribadi yang membutuhkan aktualisasi diri dan pengembangan potensi

diri (Ryff & Singer, 1996).

d. Hubungan positif dengan orang lain (Positive Relations with Others)

Dimensi penting lain dari psychological well-being (kesejahteraan

psikologis) adalah kemampuan individu untuk membina hubungan yang hangat

dengan orang lain. Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen

utama dari kesehatan mental. Hubungan interpersonal dilandasi dengan perasaan

yang kuat dari empati, persahabatan yang mendalam (keintiman), dan

kehangatan (Ryff & Singer, 1996).

e. Tujuan Hidup (Purpose of Life)

Adanya tujuan hidup yang jelas merupakan bagian penting dari

karakteristik individu yang memiliki kesejahteraan psikologis. Tujuan dalam

hidup membawa individu lebih produktif dan kreatif dikemudian hari. Salah

(10)

berkontribusi terhadap perasaan bahwa kehidupan harus bermakna (Ryff &

Singer, 1996).

f. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

Penerimaan diri merupakan salah satu karakter dari individu yang

mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan matang dimana mereka dapat

menerima dirinya apa adanya dan menerima kehidupan masa lalunya.

Demikian, memberikan penilaian yang positif terhadap karakter dan keunikan

diri sendiri (Ryff & Singer, 1996).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahtean psikologis

Menurut Huppert (2009) bahwasanya tingkat kesejahteraan psikologis

dipengaruhi oleh beberapa hal yang meliputi:

a) Personality (Kepribadian)

Sosialisasi yaitu berkaitan dengan gaya emosional yang positif sedangkan

neurotisme dikaitkan dengan gaya emosional yang negatif.

b) Faktor demografi

Pada jenis kelamin, tingkat kesejahteraan perempuan memiliki kerentanan yang

lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

c) Faktor sosial-ekonomi

Pada umumnya, status sosial ekonomi dan tingkat pendapatan yang tinggi

mempengaruhi tingkat kesejahteraan individu.

(11)

Individu yang memiliki perilaku, kognisi dan motivasi yang baik untuk berjuang

mencapai tujuannya mencerminkan nilai-nilai yang dipegang teguh dari dalam

dirinya, sebagai langkah untuk mencapai kebahagiaan.

3. Group Positive Psychotherapy

Menurut Parks-Sheiner (2009) group positive psychotherapy sebagai intervensi

untuk mencapai target hidup yang menyenangkan, keterlibatan dalam aktivitas dan

kebermaknaan hidup, terdiri dari 6 teknik yang sebagai berikut:

1)Tiga hal baik (Three Good Things) yaitu: emosi positif, keterlibatan aktif dalam

hidup, dan kebermaknaan hidup.

2)Pergunakan kekuatanmu (Using Your Strengths): memiliki karakter yang kuat

meliputi; kebaikan, rasa ingin tahu, dan kreativitas yang dapat ditemukan dalam

setiap pekerjaan, permainan atau cinta.

3)Kunjungan terima kasih (The Gratitude Visit): merupakan teknik untuk hidup

dengan optimis dan bersyukur. Ungkapan terima kasih membuat kehidupan lebih

bahagia dan lebih merasa berkecukupan. Rasa syukur didapatkan dari memori yang

menyenangkan pada setiap kejadian dalam hidup, namun kadangkala ucapan

terima kasih terucap begitu saja tiada berarti..

4)Respon aktif/ konstruktif (Active-Constructive Responding): adanya interaksi yang

positif antar pasangan.

5)Menikmati (Savoring): adanya kenikmatan dalam setiap pengalaman baik dari

setiap kejadian maupun rutinitas sehari-hari.

6)Ringkasan Hidup (Life Summary): adanya tujuan dan prioritas hidup.

(12)

Subjek

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability

Sampling yang tidak memberikan peluang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik sampel yang digunakan Purposive Sampling yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria subjek penelitian dalam

penelitian ini adalah orang dengan HIV/ AIDS, telah terinfeksi HIV/ AIDS dalam kurun

waktu minimal 1 bulan, berusia antara 18 – 49 tahun, pendidikan minimal SMP,

berdomisili di Boyolali, dan telah mengikuti terapi antiretroviral. Penelitian ini

melibatkan komunitas orang dengan HIV/ AIDS dibawah naungan VCT (Voluntary

Counselling and Testing) RSUD Pandan Arang Boyolali yang bersedia mengikuti

group positive psychotherapy selama 4 kali pertemuan. Penentuan partisipan dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu 5 orang diberikan intervensi yaitu sebagai kelompok

eksperimen dan 5 orang tanpa perlakuan (waiting list) yaitu sebagai kelompok kontrol.

Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Skala kesejahteraan psikologis dimodifikasi dari Ryff’s Scale Psychological

Well Being (Abbott dkk, 2006). Skala ini terdiri dari 23 aitem favorable dan

unfavorable. Analisis yang dilakukan adalah analisis reliabilitas dengan

menggunakan formula Alpha Cronbach dengan koefisien alpha yaitu sebesar

0,868 (> 0, 70) yang berarti tingkat reliabilitas bertaraf baik. Sedangkan untuk

validitas aitem diperoleh sebanyak 23 aitem valid dengan indeks korelasi

bergerak dari (rbt) = 0,248 sampai dengan (rbt) = 0,603; (r-tabel) > 0,195.

2. Lembar kerja (jurnal harian),

Lembar kerja merupakan lembar tugas yang diterima subjek setiap intervensi

(13)

eksperimen dengan instruksi dari fasilitator, selanjutnya lembar kerja yang telah

terisi dikumpulkan pada waktu yang telah disepakati.

3. Lembar evaluasi

Lembar evaluasi merupakan lembar yang digunakan untuk evaluasi “group

positive psychotherapy” yang diberikan pada partisipan kelompok eksperimen.

Desain penelitian

Metode penelitian ini adalah quasi experimental design dengan bentuk desain

nonequivalent control group design yaitu terdapat pretest-posttest control group design,

yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara

random. Masing-masing kelompok akan dikenai pretest-postest-follow up. Pada

kelompok eksperimen akan diberi perlakuan yaitu group positive psychotherapy,

sedangkan untuk kelompok kontrol sebagai pembanding akan diberikan placebo

(waiting list) ditempat yang berbeda. Bentuk rancangan eksperimen pretest-posttest

control group design adalah sebagai berikut:

Tabel 1:

Rancangan Eksperimen

Pretest Perlakuan Posttest Follow up

KE Y1 X Y2 Y3

KK Y1 -X Y2 Y3

KE : Kelompok Eksperimen adalah kelompok yang mendapat perlakuan

KK : Kelompok Kontrol adalah kelompok tanpa perlakuan

Y1 : Pemberian Skala I kesejahteraan psikologis (pretest)

Y2 : Pemberian Skala II kesejahteraan psikologis (posttest)

Y3 : Pemberian Skala III kesejahteraan psikologis (Follow up)

X : Perlakuan

-X : Tanpa Perlakuan (Waiting list)

(14)

Treatmen yang diberikan yaitu group positive psychotherapy yang terdiri dari 8

sesi pertemuan selama 4 minggu berturut-turut. Setiap pertemuan dilakukan dengan

durasi waktu ± 180 menit dengan jeda pertemuan selanjutnya seminggu.

Materi disusun dengan memodifikasi modul group positive psychotherapy milik

Parks & Seligman (2007) meliputi: Pergunakan kekuatanmu, Tiga hal baik, Kunjungan

terima kasih, Tanggapan aktif/ konstruktif, Menikmati, Ringkasan hidup, Pelayanan

positif, dan Komitmen.

Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik statistik

Nonparametrik yaitu uji Wilcoxon Signed-Rank pada kelompok eksperimen untuk

membandingkan skor sebelum dan sesudah dilakukannya group positive psychotherapy

dan uji Mann-Whitney U yaitu untuk membandingkan kelompok eksperimen dan

kontrol. Analisis dari variable-variabel tersebut dilakukan dengan bantuan program

computer SPSS versi 16.0 for windows.

HASIL PENELITIAN Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed-Rank

untuk mengetahui perbedaan skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.

Tabel 2:

Hasil analisis uji wilcoxon signed rank kelompok eksperimen

Posttest - Pretest

Z -2.023a

Asymp. Sig.

(15)

Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis antara skor pretest dan post test

didapatkan statistik hitung (Z) = -2.023a. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis satu

sisi (one tail) namun Asymp. Sig. (2-tailed) (asymptotic significance untuk uji dua sisi),

maka nilai p-value harus dibagi dua 0.043/ 2 = 0.0215; p < 0.05.

Selanjutnya, analisis uji mann whitney u untuk membandingkan skor total

kesejahteraan psikologis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 17:

Hasil analisis Mann – Whitney Test kesejahteraan psikologis

kelompok eksperimen dan kontrol

Taraf signifikansi pada uji statistik ini menggunakan uji hipotesis satu arah

sehingga dengan ketentuan nilai signifikansi output yang didapat menggunakan uji two

tailed maka hasilnya dibagi dua. Uji hipotesa menunjukkan nilai post test 0,076/2 (sig=

0.038) dan follow up 0,047/ 2 (sig= 0.024), dapat dilihat bahwa nilai p-value < 0.05,

jadi dapat disimpulkan hipotesis diterima artinya Group positive psychotherapy dapat

meningkatkan kesejahteraan psikologis orang dengan HIV/ AIDS (ODHA).

Dalam Mann Whitney U test terdapat nilai gain score yang signifikan pada gain

score pre-post (sig= 0.023) dan pre-follow (sig= 0.024) nilai p-value < 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kesejahteraan psikologis

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Demikian disimpulkan dari hasil uji wilcoxon signed-rank dan uji mann whitney

u menunjukkan bahwa group positive psychotherapy efektif dapat meningkatkan

(16)

PEMBAHASAN

Hasil wawancara survei diketahui bahwa orang dengan HIV/ AIDS rentan

mengalami masalah psikologis diantaranya kekhawatiran atas status penyakit, tekanan

keluarga dan sosial, kualitas hidup menurun dan kondisi fisik maupun psikis yang

tidak stabil. Seperti yang disampaikan oleh Safren dkk (2002) dalam temuannya yang

menyatakan bahwa kepuasan terhadap dukungan sosial, coping styles, dan keyakinan

atas hukuman penyakit HIV berkaitan erat dengan depresi, kualitas hidup, dan harga

diri atas efek peristiwa kehidupan yang penuh stress. Peristiwa kehidupan yang penuh

stres menyumbang sebagian besar dari varians yang terkait dengan depresi dan

persepsi kualitas hidup. Hasil ini konsisten dengan gagasan bahwa peristiwa kehidupan

yang penuh stres memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis.

Secara umum, krisis kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/ AIDS

merupakan ketidak berfungsian seseorang yang diakibatkan oleh penyakitnya. Stigma

negatif yang melekat pada penderita HIV menimbulkan dampak negatif pada penderita

maupun keluarganya. Ketidakmampuan penderita HIV/AIDS dalam mengelola diri

maupun situasi yang tidak sesuai seringkali menimbulkan efek psikologis dan

kesehatan fisik yang semakin menurun. Menurut WHO bahwa definisi kesehatan yaitu

kesehatan yang positif dengan konsep kesejahteraan (Vazquez, 2009).

Psikoterapi positif merupakan salah satu metode untuk meningkatkan

kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/ AIDS. Menurut Rashid (2008)

bahwa psikoterapi positif terdiri dari dua asumsi yang meliputi: asumsi pertama adalah

bahwa semua orang rentan terhadap penyakit mental dan juga memiliki kapasitas yang

membutuhkan kebahagiaan, sedangkan kebahagiaan dan patologi tersebut berkembang

(17)

positif melihat klien sebagai sosok yang memiliki otonom dan orientasi pertumbuhan.

Asumsi kedua psikoterapi positif adalah bahwa kekuatan klien dapat menimbulkan

dampak emosi positif maupun emosi negatif (dalam Magyar-Moe, 2009). Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan metode group positive psychotherapy yang

dikembangkan oleh Parks-Sheiner (2009) dengan teknik: gunakan kekuatan anda, tiga

hal baik, kunjungan terima kasih, respon aktif/ konstruktif, savoring (menikmati), dan

ringkasan hidup.

Hasil dari analisisa data kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik

analisis nonparametrik uji wilcoxon signed-rank menunjukkan ada perbedaan tingkat

kesejahteraan psikologis pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah mengikuti

group positive psychotherapy dengan taraf signifikan yang diperoleh pre test-post test

nilai Z sebesar -2.023 (sig = 0.0215); p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa group

positive psychotherapy dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis pada kelompok

eksperimen.

Diketahui dari 5 partisipan kelompok eksperimen, 3 diantaranya mengalami

diskriminasi dari lingkungan tempat tinggalnya hingga terjadi tekanan mental yang

mengakibatkan kondisi fisik menurun. Meskipun mereka sama-sama memiliki skor

kesejahteraan psikologis dalam kategori sedang, namun setelah mengikuti group

positive psychotherapy subjek yang berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan

skor kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang berjenis

kelamin perempuan. Dijelaskan oleh Gordillo dkk (2009) yang menyatakan bahwa pria

lebih positif dan mudah dalam menerima dukungan dibandingkan perempuan yang

berdampak pada kesejahteraan psikologis mereka.

Dilihat dari nilai rata–rata partisipan sebelum dan sesudah mengikuti group

(18)

positive psychotherapy menjadikan kesejahteraan psikologis mengalami peningkatan

dengan kategori tinggi dan sangat tinggi. Kategori tinggi secara psikologis dapat

diinterpretasikan bahwa aspek-aspek yang ada dalam kesejahteraan psikologis yaitu

otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, relasi yang positif, tujuan

hidup dan penerimaan diri pada partisipan diwujudkan dalam bentuk emosi yang

positif, keterlibatan, dan kehidupan yang lebih bermakna, artinya kesejahteraan

psikologis meningkat dengan dilandasi pada aspek – aspek diatas.

Sedangkan hasil analisa Mann Whitney U Test menunjukkan bahwa kelompok

eksperimen mengalami peningkatan kesejahteraan psikologis yang signifikan

dibanding dengan kelompok kontrol. Perolehan nilai dilihat dari mean pretest 87.40;

post test 91.90; dan follow up 97.20 menunjukkan ada perubahan sebesar 4.50 (

pre-post) dan 5.30 (post-follow). Hasil uji hipotesa dengan menggunakan Mann Whitney U

Test menunjukkan post test nilai Z sebesar -1.776; (sig= 0.038) dan follow up nilai Z

-1.984; (sig= 0.024), dapat dilihat bahwa nilai p-value < 0.05, jadi dapat disimpulkan

hipotesis diterima. Ada perbedaan tingkat kesejahateraan psikologis pada kelompok

eksperimen yang mengikuti group positive psychotherapy dan kelompok kontrol tanpa

perlakuan.

Untuk mengetahui mana yang lebih efektif, maka dapat dilihat dengan

membandingkan jumlah rata-rata gains score yang diperoleh. Rata-rata gain score

kelompok eksperimen yang diberikan group positive psychotherapy dan kelompok

kontrol tanpa perlakuan adalah (7.40 > 3.60). Ini berarti bahwa nilai rata-rata gain

score kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal

ini menunjukkan bahwa group positive psychotherapy lebih efektif untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologis kelompok eksperimen dibandingkan dengan

(19)

Seperti yang disampaikan oleh Rashid (dalam Magyar-Moe, 2009) bahwa

psikoterapis positif merupakan metode untuk mengolah emosi positif melalui diskusi

antar terapis dan klien yang melibatkan wacana yang berkaitan dengan masalah klien

dengan tujuan mengintegrasikan positif dan negatif secara bersama-sama. Psikoterapi

positif ini dibentuk dalam suatu kelompok yang terdiri dari orang dengan HIV/ AIDS

(ODHA). Terjadinya perubahan kesejahteraan psikologis hal ini disebabkan kelompok

eksperimen yang mengikuti group positive psychotherapy diberikan teknik – teknik

latihan seperti;

Gunakan Kekuatan Anda yaitu: teknik ini melatih partisipan untuk lebih

mengetahui kekuatan-kekuatan yang ada dalam dirinya. Kekuatan tersebut digunakan

untuk memotivasi partisipan lebih semangat menjalani hidup dan menjadikan hidup

lebih menarik. Pada awal pertemuan, rata–rata partisipan memahami kekuatannya

namun mereka kurang mampu mengoptimalkan kekuatannya tersebut. Evaluasi dari

sesi Gunakan Kekuatan Anda, rata–rata partisipan mampu mengaplikasikan

kekuatannya dalam kehidupan sehari–hari. Berikutnya adalah Tiga hal baik yaitu:

teknik ini melatih partisipan untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Partisipan diminta untuk mengingat 3 hal kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya

kemudian menuliskannya dalam buku monitoring. Pada awalnya, sebagian partisipan

menganggap remeh suatu kebaikan. Evaluasi dari sesi ini adalah partisipan termotivasi

untuk melakukan suatu kebaikan dalam kehidupan sehari-harinya. Respon yang

muncul yaitu partisipan merasa hidup lebih berharga dan bermakna.

Proses kebaikan yang sudah dipelajari partisipan kemudian didukung dengan

teknik Kunjungan terima kasih (kesyukuran) yaitu teknik yang melatih partisipan

untuk dapat mengucapkan terima kasih dalam bentuk surat yang dituliskan kepada

(20)

merasa bersyukur telah dibantu oleh seseorang yang berjasa dalam hidupnya. Respon

yang muncul yaitu rasa haru, dan syukur atas kebaikan – kebaikan yang telah

dilakukan orang lain terhadap dirinya. Partisipan juga diajarkan teknik Menikmati

yaitu: teknik yang dirancang untuk melatih partisipan dapat menikmati kehidupannya.

Pada awalnya, sebagian partisipan merasa kondisinya saat ini merupakan pengalaman

terburuk dalam hidupnya. Ada partisipan yang ingin kembali ke masa lalu, dan ada

partispan yang merasa putus asa atas kondisinya saat ini. Evaluasi dari teknik ini,

partisipan merasa bersyukur atas kondisi yang terjadi saat ini. Respon yang muncul

yaitu rasa tenang, lebih syukur, dan lebih semangat dalam menjalani hidup.

Group positive psychotherapy melatih partisipan untuk dapat menjalin

hubungan sosial yang baik dan positif. Melalui teknik Tanggapan aktif/ konstruktif

yaitu: teknik yang melatih partisipan dalam melakukan komunikasi yang positif.

Rata-rata partisipan mudah emosional dan tersinggung saat menanggapi lawan bicaranya.

Evaluasi dari teknik ini yaitu partisipan mampu mengontrol emosinya dan berpikir

positif dalam berkomunikasi. Respon yang muncul adalah partisipan merasa lebih

bersabar, tegas dalam menentukan keputusan, dan respon yang positif dalam

menanggapi lawan bicaranya.

Untuk mengoptimalkan kapasitasnya, partisipan diberikan teknik Ringkasan

hidup yaitu: teknik yang melatih partisipan untuk membuat rancangan tujuan hidup.

Rata-rata partisipan dalam proses mewujudkan tujuan hidup, namun beberapa diantara

masih mengalami keraguan yang disebabkan kondisi fisiknya yang tidak stabil, putus

asa, dan pesimis. Evaluasi dari teknik ini partisipan lebih memantapkan hati dalam

mencapai tujuan hidupnya. Respon yang muncul yaitu, partisipan lebih bersemangat

dan optimis dalam menjalani hidupnya. Selanjutnya, Partisipan juga dilatih untuk

(21)

teknik yang melatih partisipan dalam memberikan kontribusi positif pada kegiatan –

kegiatan yang ada dilingkungan sekitarnya. Rata – rata partisipan telah terlibat dalam

kegiatan seperti kelompok dukungan sebaya, arisan, dan outlet kondom. Evaluasi dari

teknik ini partisipan lebih termotivasi untuk lebih aktif dan berpartisipasi dalam

melibatkan dirinya dipelayanan positif seperti sosialisasi pencegahan HIV/ AIDS

dilingkungan tempat tinggalnya. Respon yang muncul yaitu, partisipan lebih

bersemangat dan bermakna hidupnya.

Teknik terakhir yaitu Komitmen, melalui teknik ini partisipan diarahkan dapat

berkomitmen dalam mengaplikasikan ilmu dalam pengalamannya setelah mengikuti

serangkaian group positive psychotherapy. Evaluasi dari teknik ini partisipan terlihat

semangat, optimis, aktif dalam kegiatan–kegiatan positif, dan kehidupan yang lebih

bermakna.

Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa group positive

psychotherapy efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis orang dengan

HIV/ AIDS. Frekuensi keberhasilan peningkatan kesejahteraan psikologis pada orang

dengan HIV/ AIDS sudah tentunya berbeda–beda. Perbedaan frekuensi ini dapat

dilihat dengan membandingkan selisih antara skor pretest dengan post test. Perbedaan

ini juga tergantung pada seberapa besar komitmen orang dengan HIV/ AIDS untuk

mengubah tingkah lakunya menjadi lebih positif. Disampaikan juga oleh Taylor dan

Sherman bahwa kebiasaan menjaga kesehatan yang positif dalam menghadapi penyakit

dapat memperkuat optimisme individu, sehingga menciptakan umpan balik yang

positif (dalam Linley & Joseph, 2004). Perubahan tingkat kesejahteraan psikologis

juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian, demografi, sosial-ekonomi dan faktor

lainnya (seperti perilaku, kognisi, dan motivasi). Pada jenis kelamin, tingkat

(22)

orang dengan HIV/ AIDS memiliki tingkat penerimaan diri yang rendah. Individu

yang mendapatkan status HIV akibat ditularkan pasangannya cenderung lama dalam

proses pemulihan dibandingkan dengan individu yang mendapatkan status HIV akibat

perilakunya yang menyimpang.

Perubahan tingkat kesejahteraan psikologis pada partisipan menunjukkan bahwa

group positive psychotherapy terbukti dapat melatih orang dengan HIV/ AIDS untuk

dapat mengelola diri dalam berpikir, berprilaku, berkomunikasi, dan berkontribusi

sosial untuk lebih positif.

KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Berdasakan hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan ada perbedaan

kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/ AIDS yang mengikuti group

positive psychotherapy dengan orang dengan HIV/ AIDS yang tidak mengikuti group

positive psychotherapy. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa group positive

psychotherapy efektif dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis pada orang dengan

HIV/ AIDS.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran

yang diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Partisipan Penelitian

Partisipan diharapkan dapat mengaplikasikan teknik yang telah dipelajari selama

mengikuti group positive psychotherapy sehingga kondisi kesejahteraan psikologis telah

tercapai secara maksimal dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan.

(23)

Disarankan untuk dilakukan group positive psychotherapy sebagai alternatif terapi untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/ AIDS.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dengan memperhatikan berbagai variabel

lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis orang dengan HIV/ AIDS, penggunaan

metode penelitian serta teknik pengambilan sampel dengan melihat

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, R. A., Ploubidis, G. B., Huppert, F. A., Kuh, D., Wadsworth. M. E J., &

Croudace, T. J. (2006) Psychometric Evaluation and Predictive Validity of Ryff’s

Psychological Well-Being Items in a UK Birth Cohort Sample of Women. Health

and Quality of Life Outcomes. BioMed Central Ltd. 4:76.

Dot:10.1186/1477-7525-4-76. http://www.hqlo.com/content/4/1/76.

Abbott, R. A., Ploubidis, G. B., Huppert, F. A., Kuh, D., & Croudance, T. J. (2010) An

Evaluation of the Precision of Measurement of Ryff’s Psychological Well-Being Scales in a Population Sample. Soc Indic Res 97:357–373. DOI 10.1007/s11205-009-9506-x. www.springerlink.com.

Adler, M. W. (2011). ABC of AIDS. (Fifth Edition). London: BMJ Publishing Group.

Akin, A. (2008). The Scales of Psychological Well-being: A Study of Validity and Reliability. (Research). Sakarya University. Faculty of Education, Department of Educational Sciences.

Alma, E. (2007). The Effect of a HIV/AIDS Life Skills Programme on the Knowledge, Attitudes and Perceptions of Grade Nine Learners. Unpublished master’s thesis. Counselling Psychology in the Faculty of Health Sciences. Nelson Mandela Metropolitan University.

Anggraeni, T. & Cahyanti, I. Y. (2012). Perbedaan Psychological Well-Being Pada Penderita Diabetes Tipe 2 Usia Dewasa Madya Ditinjau dari Strategi Coping.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.Vol. 1 No. 02

(24)

Asante, K. O (2012). Social Support and the Psychological Well-Being of People Living with HIV/AIDS in Ghana. African Journal of Psychiatry. Department of Human Development and Psychology, Regent University College of Science and Technology, Accra, Ghana.

Audet, C. M., Burlison, J., Moon, T. D., Sidat, M., Vegara, A. E., & Vermund, S. H. (2010). Sosiocultural and epidemiologigal aspect of HIV/ AIDS in Mozambique. BMC International Health and human Rights, 10 (15).

Awaningrum, I. N. (2007). Psychological Well-Being Perempuan Lanjut Usia yang Mengalami Grief karena Kematian Suami. (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Chi, P. & Li, X. (2012) Impact of Parental HIV/ AIDS on Children’s Psychological Well-Being: A Systematic Review of Global Literature. Springer Science & Business Media. AIDS Behavior. DOI 10.1007/s10461-012-0290-2

Creswell, J. W. (2010). Research Design "Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dalimoenthe, I. (2011). Perempuan dalam Cengkeraman HIV/AIDS: Kajian Sosiologi Feminis Perempuan Ibu Rumah Tangga. Komunitas. Volume 5, nomor 1: 41 – 48.

Dewi, R.P. (2012). Pengaruh Pelatihan Manajemen Distres Berbasis Mindfulness

(MDBM) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Psikologis Pada Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA). (Tesis) Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Duckworth, A. L., Steen, T. A., & Seligman, M. E. P. (2005). Positive Psychology in Clinical Practice. Positive Psychology Center, University of Pennsylvania,

Philadelphia, 1:629–51 doi: 10.1146/ annurev.clinpsy.1.102803.14415.

Edwards, J. K. (2013). Strengths-Based Supervision in Clinical Practice. Sage

Publication, Inc. www.sagepub/upm.../47677_ch_5

Eid, M., & Larsen, R. J. (2008). The Science of Subjective Well-Being. New York: London. The Guilford Press.

Fava, G. A & Ruini, C. (2003). Development and Characteristics of a Well-Being Enhancing Psychotherapeutic Strategy: Well-Being Therapy. Journal of Behavior

Therapy and Experimental Psychiatry 34. 45–63.

(25)

Division for Social Policy and Development Policy Workshop: United Nations Department of Economic and Social. Cape Town. South Africa.

Fikri, M. (2012). Pengaruh Pelatihan Relaksasi untuk Kesejahteraan Subjektif Individu dengan HIV/ AIDS (IDHA). (Tesis). Universitas Gadjah Mada.

Garcia, D., Nima, A.A., & Kjeel, O.N.E. (2014). The affective profiles, psychological well-being, and harmony: environmental mastery and self-acceptance predict the sense of a harmonious life. PeerJ 2:e259; DOI 10.7717/peerj.259

Gordillo, V., Fekete, E.M., Platteu, T., Antoni, M.H., Schneiderman, N., & Nostlinger, C. (2009. Emotional Support and Gender in People Living with HIV: Effects on Psychological Well-Being. Journal Behavior Medication 32:523-531. DOI 10.1007/s10865-009-9222-7. Springer Science+Business Media.

Guney, S. (2011). The Positive Psychotherapy Inventory (PPTI): Reliability and Validity Study in Turkish Population. Social and Behavioral Sciences, 29, 81-86.

Hakim, I. A. (2009). Pengetahuan Masyarakat Sumatera Selatan tentang HIV/ AIDS.

Jurnal Pembangunan Manusia.

Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-being: Evidence Regarding its Causes and Consequences. Journal compilation International Association of Applied

Psychology: Health and Well-Being, 1 (2), 137–164.

Huppert, F. A., Baylis, N., & Keverne, S. (2005). The Science of Well-Being. New York: Oxford University Press.

Igreja, I., Zuroff, D. C., Koestner, R., Saltaris, C. (2000). Applying Self-Determination Theory to the Prediction of Distress and Well-Being in Gay Men With HIV and AIDS. Journal of Applied Social Psychology, 30, 4. pp. 686-706.

Joshi, S., Kumari, S & Jain, M. (2008) Religious Belief and Its Relation to Psychological Well-being. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, Vol. 34, No.2, 345-354.

Kaplan, R. M., Anderson, J. P., Wu, A. W., Mathews, W. C., Kozin, F. & Orenstein, D. (1989). The Quality of Well-Being Scale: Applications in AIDS, Cystic Fibrosis, and Arthritis. Medical Care, Vol. 27, No. 3, Supplement: Advances in Health

Status Assessment: Conference Proceedings, pp S27-S43.

Kartono, K., & Gulo, Dali. (2003). Kamus Psikologi. Bandung. Pionir Jaya.

King, T. L (2010). Focusing on The Time to be Bappy: Past, Present and Future Focused Happiness Interventions. Southampton Solent University.

(26)

HIV-Infected Men Who Have Sex with Men. AIDS Patient Care and STDs. Volume 22, Number 5. DOI: 10.1089/apc.2007.0145

Lakshmi & Sampathkumar (2013). Impact of Psycho-Education on Stigma in People Living with HIV/AIDS. International Journal of Social Science Tomorrow. Vol. 2 No. 1.

Linley, P. A., & Joseph, S. (2004). Positive Psychology in Practice. USA: Jonh Wiley & Sons, Inc.

Magyar-Moe, J. L. (2009). Therapist's Guide to Positive Psychological Interventions. (1st Edition). Academic Press, pp. 79-133y 151-175.

Maldonado, J., Gore-Felton, C., Duran, R., Diamond, S., Koopman, C., & Spiegel, D. (1996). Supportive-Expressive Group Therapy for People With HIV Infection: A Primer. This research was funded by the National Institute of Mental Health

(NIMH). Psychosocial Treatment Laboratory Stanford University School of Medicine.

Meyer, P. S., Johnson, D. P., Parks, A., Iwanski, C., & Penn, D. L. (2012). Positive living: A pilot study of group positive psychotherapy for people with schizophrenia, The Journal of Positive Psychology: Dedicated to furthering research and promoting good practice, DOI:10.1080/17439760.2012.677467.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal (Edisi Kelima). Jilid 1. Penerbit Erlangga

Parks, A. C. & Biswas-Diener, R. (2013). Positive interventions: Past, Present and Future. To appear in T. Kashdan & Ciarrochi, J. (Eds.), Mindfullness, Acceptance

and Positive Psychology: The Seven Foundation of Well-Being. Oakland, CA:

New Harbinger.

Parks, A. C. & Seligman, M. E. P. (2007). 8-Week Group Positive Psychotherapy (PPT) manual, Version 2.

Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Strengths of character and well-being. Journal of Social and Clinical Psychology, 23, 603-619.

Parks-Shiner, A. C. (2009). Positive Psychotherapy: Building a Model of Empirically Supported Self-Help. (Dissertation) Faculties Psychology of the University of Pennsylvania in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy.

(27)

Peterman, A. H., Cella, D., Mo, F., & McCain, N. (1997). Psychometric Validation of the Revised Functional Assessment of Human Immunodeficiency Virus Infection (FAHI) Quality of Life instrument. Quality of Life Research, Springer. Vol. 6 No. 6 pp.572-584.

Pujianto, A. & Dwidiyanti, M. (2009). Studi Fenomenologi: Kesadaran Diri (Self

Awareness) Wanita Pekerja Seks (WPS) melakukan pemeriksaan VCT (Voluntary

Counselling and Testing) di layanan mobile VCT RSUD RAA Soewondo Pati di Resosialisasi Lorong Indah (LI) Margorejo Pati.

Pomeroy, E., Kiam, R., & Green, D. (2000). Reducing Depression, Anxiety, and Trauma of Male Inmates: An HIV/AIDS. National Association of Social workers, 156.

Prabowo, A. & Yuniardi, M. S. (2011). Pengaruh Group Positive Psychotherapy

Terhadap Psychological Well Being Mahasiswa. Dipresentasikan di Konferensi

Nasional, Universitas YARSI, 5 November 2011.

Prawitasari, J. E. (2011). Psikologi Klinis: Pengantar terapan mikro & makro. Jakarta: Erlangga

Rachmawati, S. (2013). Kualitas hidup orang dengan HIV / AIDS yang mengikuti terapi antiretroviral. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi. Magister Psikologi Univeritas Muhammadiyah Malang, ISSN: 2303-2936. Volume I (1), 48 - 62

Raihana, P. A (2012). Kesejahteraan Psikologis Ditinjau dari Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosi Remaja Awal. (Tesis). Magister Psikologi Sains Universitas Gadjah Mada.

Riasnugrahani, M. (2011). Studi Kasus Mengenai Forgiveness pada Wanita dengan HIV/AIDS yang Terinfeksi Melalui Suaminya: Analisis Mengenai Kaitan

Forgiveness dengan Tingkat Kesehatan ODHA, dalam Prosiding Konferensi

Nasional” Pain Management & Quality of Life” Fakultas Psikologi Universitas

YARSI, hal. 180-190.

Ryff, C. D & Keyes C. L. M. (1995) The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 69, No. 4,719-727.

Ryff, C. D. & Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and implications for Psychotherapy Research. Journal 0f Psychotherapy and

Psychosomatics. 65: 14-23.

Ryff, C. D. & Singer, B. H. (2006). Know Thyself and Become What You Are: A Eudaimonic Approach to Psychological Well-Being. Journal of Happiness

Studies 9:13–39 Springer. DOI 10.1007/s10902-006-9019-0.

(28)

perspectives on eudaimonic. (pp. 77-98). Washington, DC: American Psychological Association.

Safren, S. A., Ramdosky, A. S., Otto, M. W., & Solomon, E. (2002). Predictors of Psychological Well-Being in a Diverse Sample of HIV-Positive Patients Receiving Highly Active Antiretroviral Therapy. The Academy of Psychosomatic

Medicine. 43:478–485

Seligman, M. E. P. (2002). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press.

Seligman, M. E. P. (2012). Flourish: A Visionary New Understanding of Happines and

Well-Being. New York: Free Press.

Seligman, M. E. P. (2010). Flourish Positive Psychology and Positive Intervention. The University of Micighan.

Seligman, M. E. P. (2008). Positive Health. Journal Compilation. International Association of Applied Psychology. Published: Blackwell Publishing. 57, 3-18. Doi: 10.1111/j.1464-0597.2008.00351.x

Seligman, M. E. P., Rashid, T., & Parks. A. C. (2006). Positive Psychotherapy. Journal

of American Psychologist. Positive Psychology Center, University of

Pennsylvania.

Seligman, M. E. P., Steen, T. A., Park, N., & Peterson, C. (2005). Positive psychology progress: Empirical validation of interventions. American Psychologist, 60, 410– 421.

Silvia, P. J., & Duval, T. S. (2001). Objective Self-Awareness Theory: Recent Progress and Enduring Problems. Personality and Social Psychology Review, 5, 230-241.

Springer, K.W & Hauser, R. M. (2006). An assessment of the construct validity of

Ryff’s Scales of Psychological Well-Being: Method, mode, and measurement effects. Social Science Research 35. 1080 – 1102. Elsevier Inc. All rights reserved. doi:10.1016/j.ssresearch.2005.07.004.

(29)

Sujarweni, V. W. (2012). SPSS untuk Paramedis. Yogyakarta: Gava Media.

Susan Pick, M. G. (2007). Communication as a Protective Factor: Evaluation of a Life Skills HIV/AIDS Prevention Program for Mexican Elementary-School Students.

AIDS Education And Prevention, 19(5), 408–421.

Szymanska, K. & Palmer, S. (2011). Psikoterapi dan konseling kognitif. In S. Palmer (Ed.), Konseling dan Psikoterapi. (pp. 99-122). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Van Dierendonck, D., Dıaz, D., Rodrıguez-Carvajal, R., Blanco, A. & Moreno-Jimenez,

B. (2007). Ryff’s Six-factor Model of Psychological Well-being, A Spanish Exploration. Soc Indic Res 87: 473–479. DOI 10.1007/s11205-007-9174-7

Vazquez, C., Hervaz, G., Rahona J.J., & Gome, D. (2009). Psychological well-being and health. Contributions of positive psychology. Anuario de Psicología Clínica y de la Salud / Annuary of Clinical and Health Psychology, 5 (2009) 15-27.

Wasti, S.P., Simkhada, P., Randall, J., & Teijlingen, E. V (2009). Issues and Challenges of HIV/AIDS Prevention and Treatment Programme in Nepal. Global Journal of

Health Science (Vol. 1 No. 2).

Winefield, H.R., Gill, T.K., Taylor, A.W., & Pilkington, R.M. (2012). Psychological well-being and psychological distress: is it necessary to measure both?.

Psychology of Well-Being: Theory, Research and Practice, 2:3.

http://www.psywb.com/content/content/2/1/3

(30)

DAFTAR RIWAYAH HIDUP PENYUSUN

Nama : Nur Hidayah, S.Psi

Tempat tanggal lahir : Pemalang, 26 September 1985

NIM : T100 100 154

Bidang Mayoring : Psikologi Klinis

Judul Tesis : Efektivitas Group Positive Psychotherapy untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Psikologis pada Orang dengan HIV/ AIDS

(ODHA)

Alamat : Jln. Raya depan koramil 03 Petarukan – Pemalang 52362

No Hp : 081328310857

Email : enha.fahasb26@gmail.com

FB : Nur Hidayah

Gambar

Tabel 1:
Tabel 2:
Tabel 17:

Referensi

Dokumen terkait

Model matematik epidemi penyakit rebah semai pada tanaman kedelai pada setiap perlakuan inokulasi actinomycetes dan VAM dan musim tanam (musim hujan dan musim kemarau)

6O2.LlOt7l429.LO5l2OL3, tanggal 4 Januari 20L3, dikarenakan terdapat beberapa kegiatan yang belum ditayangkan, maka Pengumuman RUP Dinas Pekerjaan Umum Bina. Marga, Cipta

57 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Meningkatan Kompetens guru 2 Masih tingginya persentase guru yang belum memahami pembelajaran berbasis IT

Program Peningkatan Mutu Publikasi Ilmiah, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan Pangkalan Data Karya Akademik DIKTIS diselenggarakan untuk memberikan akses yang luas bagi

APBN Pemerintah..  ruas Batas Kota Brebes - Batas Kota Tegal melewati Kawasan Perkotaan Inti I.1 dan Kawasan Perkotaan Inti I.2;..  ruas Batas Kota Tegal – Batas Kota

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan dalam memperoleh makna baik tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari

Pada penelitian ini, algoritma RSA dan ElGamal dikombinasikan untuk dapat mengamankan data pada file dokumen yang bertujuan agar dapat memberikan perlindungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai implementasi teknik relaksasi, mengetahui keefektifan cerita