• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

1 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia

berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Disisi lain, Penyusunan RPJMD Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau dimaksudkan untuk mengimplementasikan cita-cita RPJM Nasional sehingga tercipta kesinambungan dan konsistensi tujuan pembangunan nasional ke dalam pembangunan daerah dan memayungi pelaksanaan arah kebijakan umum, program/kegiatan dan alokasi anggaran pemerintah daerah seperti yang tertuang di dalam Permendiknas Nomor 32 Tahun 2005, tentang Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009.

RPJMD Tahun 2010-2015 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan Pembangunan di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. RPJMD Tahun 2010-2015 tersebut, selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2015.

Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau disusun berdasarkan visi, misi, tujuan serta prioritas program pembangunan pendidikan dengan mengacu kepada Renstra Dinas Pendidikan Tahun 2005-2009. sebagai

(2)

2 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

pedoman bagi semua tingkatan pengelola pendidikan, mulai dari pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten dan kota, satuan pendidikan, dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi program dan kegiatan pembangunan pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau.

Dalam perjalanan selama 3 (tiga) tahun terjadi beberapa indikator yang tidak sesuai dengan perkembangan pembangunan Pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau dan juga sesuai dengan pemerikasaan dari Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) tentang Indikator Kinerja Utama yang mengalami beberapa perbaikan atau revisi sehingga pada tahun Anggaran 2014 Dinas Pendidikan melalui Bappeda Provinsi Kepulauan Riau merasa perlu melalukan revisi Renstra Tahun 2010-2015.

1.2 Landasan Filosofis Pendidikan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU Sisdiknas amat mendasar dalam memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan, seperti filosofi pendidikan nasional berdasarkan filsafat Pancasila, paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya, paradigma pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik, paradigma pendidikan untuk semua yang inklusif, dan Paradigma Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B atau Education for Sustainable Development).

1.3 Landasan Hukum

Landasan hukum Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2015 adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

4) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

5) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 6) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

(3)

3 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

7) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005--2025

8) Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

9) Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan 10) Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

11) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

12) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

13) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota.

14) Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025

1.4. Pilar-Pilar Strategis

Pilar-pilar strategis dari landasan filosofis pendidikan Provinsi Kepulauan Riau mengacu pada strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan umum UU Sisdiknas, yaitu sebagai berikut:

1.4.1 Pendidikan Agama serta Akhlak Mulia

1.4.2 Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP)

1.4.3 Proses Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis

1.4.4 Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi Pendidikan yang Memberdayakan 1.4.5 Peningkatan Profesionalitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1.4.6 Penyediaan Sarana Belajar yang Mendidik

1.4.7 Pembiayaan Pendidikan sesuai Prinsip Pemerataan dan Berkeadilan 1.4.8 Penyelenggaraan Pendidikan yang Terbuka dan Merata

1.4.9 Pelaksanaan Wajib Belajar

1.4.10 Pelaksanaan Otonomi Satuan Pendidikan 1.4.11 Pemberdayaan Peran Masyarakat

1.4.12 Pusat Pembudayaan dan Pembangunan Masyarakat

(4)

4 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Renstra Sinas Pendidikan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Landasan Filosofi Pendidikan 1.3. Landasan Hukum

1.4. Pilar-pilar Strategi 1.5. Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010

2.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur Organisasi

2.2. Hasil Capaian Pembangunan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2010

2.3.

Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan 2.4 Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan

2.5 . Analisis Lingkungan Strategis Dinas Pendidikan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan

3.2.

Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Terpilih

.

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan

4.2. Tujuan dan Sasaran dan Tata Nilai Jangka Menengah Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

4.3. Strategi dan kebijakan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

(5)

5 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

BAB II

KONDISI UMUM PENDIDIKAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA AKHIR TAHUN 2010

2.1 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Serta Struktur Organisasi

2.1.1

Kedudukan

Dinas Pendidikan adalah Unsur Pelaksana Teknis Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang di Pimpin oleh Kepala Dinas dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. 2.1.2. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya.

2.1.3. Fungsi

Dinas Pendidikan mempunyai fungsi:

a. Pengelolaan kegiatan kesekretariatan, meliputi perencanaan dan evaluasi, keuangan, umum dan kepegawaian.

b. Penyusunan progran di bidang pendidikan.

c. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, kordinasi serta pembinaan teknis di bidang pendidikan tingkat TK, SD, SMP, dan SLB.

d. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, kordinasi serta pembinaan teknis di bidang pendidikan tingkat SMA.

e. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, kordinasi serta pembinaan teknis di bidang pendidikan tingkat SMK.

f. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, kordinasi serta pembinaan teknis di bidang Pendidikan Luar Sekolah.

g. Perumusan kebijakan teknis dan fasilitasi pendidikan tinggi.

h. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, kordinasi serta pembinaan teknis di bidang pendidikan, peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.

i. Pelaksanaan pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang pendidikan.

j. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok, sarana dan prasarana untuk Taman Kanak-Kanak, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Luar Sekolah.

(6)

6 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

k. Penyediaan bantuan pengadaan sarana dan prasarana di bidang pendidikan.

l. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian di bidang pendidikan.

m. Pembinaan terhadap Unit Pelaksanaan Teknis Dinas dalam lingkup tugasnya.

n. Pelaksanaan tugas lain di bidang pendidikan yang diserahkan oleh Gubernur.

2.1.4 Struktur Organisasi dan Kepegawaian a. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan

Struktur organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 4 Tahun 2011 tanggal 4 Agustus 2011. Dinas Pendidikan, terdiri dari: (a) Sekretariat, (b) Bidang Pendidikan Dasar (c) Bidang Pendidikan menengah dan Tinggi, (d) Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal (e) Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

(7)

7 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

(8)

8 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

2.2. Hasil Capaian Pembangunan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2010

Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan nasional untuk mencapai bangsa yang maju, mandiri dan beradab mulai dari masyarakat daerah sampai masyarakat kota. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan pendidikan merupakan salah satu angenda penting dalam pembangunan nasional dan Daerah sebagaimana termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2005-2009 sekaligus menjadi prioritas utama dalam rencana kerja pemerintah pusat maupun daerah, dimana Pemerintah sudah menganggarkan 20% Dana APBD itu untuk Pendidikan.

Karena melihat pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk terus menerus meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi segenap anak bangsa melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan, antara lain perluasan akses dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu di semua jenjang jenis dan jalur pendidikan berbasis IT, meningkatkan daya saing lulusan dan relevansi pendidikan. Kesungguhan pembangunan pendidikan sampai dengan pertengahan tahun 2009 telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau. Perkembangan ini, antara lain, ditunjukkan dengan telah tuntasnya Provinsi Kepulauan Riau dengan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, meningkatnya rata-rata lama sekolah menjadi 8,6 pada tahun 2010, dimana pada tahun 2008 baru 8,2, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 96,04 persen, serta meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang pendidikan. APM SD/MI/Sederajat adalah sebesar 96,80 persen dan APK SMP 96,01 persen pada tahun 2010, sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat tahun 2010 adalah 58 persen.

2.2.1. PEMERATAAN DAN PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN

Perluasan akses pendidikan diarahkan untuk memperluas daya tampung satuan pendidikan dengan tujuan akhir agar semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan layanan pendidikan. Selama kurun waktu 2005-2010 telah dilaksanakan sejumlah program perluasan akses pendidikan sebagai implementasi dari kebijakan pokok perluasan dan pemerataan akses pendidikian. Pencapaian yang diperoleh dari implementasi tersebut menunjukkan

(9)

9 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

adanya peningkatan kinerja Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau selama rentang waktu lima tahun, seperti pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Capaian Kinerja Perluasan Akses pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2010

NO INDIKATOR KUNCI (%) KONDISI AWAL

REALISASI Target 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 APK PAUD 42,25 43,32 44,45 45,11 45,23 48,11 50,11 2 APK SD/MI 95,72 97,32 98,50 98,85 102,12 103,15 104,55 3 APM SD/MI 80,21 83,12 85,72 88,42 96,99 97,14 98,10 4 APK SMP/MTs 65,26 69,16 77,15 84,52 96,48 97,15 98,54 5 APM SMP/MTs 83,87 84,73 85,19 86,71 86,93 87,03 89,49 6 APK SMA/MA/SMK 38,14 60,2 65,21 68,12 68,32 73,66 74,65 7 APM SMA/MA/SMK 31,25 40,21 42,73 47,28 50,10 52,33 54,26

Upaya perluasan akses pendidikan telah berhasil meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) jenjang PAUD dari 42,25 persen pada tahun 2004 dan diperkirakan menjadi 50,11 persen pada tahun 2010. Pada jenjang SD/MI/Sederajat terjadi peningkatan angka partisipasi kasar (APK) dari 95,72 persen pada kondisi awal tahun 2004 dan diperkirakan naik menjadi 104,55 persen pada tahun 2010. Seiring dengan itu angka partisipasi murni (APM) SD/MI/Sederajat dari 80,21 persen pada tahun 2004 dan diperkirakan 98,10 pada tahun 2010. Pada jenjang SMP/MTs/Sederajat APK meningkat dari 65,26 persen pada tahun 2004 dan diperkirakan menjadi 98,56 persen pada tahun 2010, demikian juga APK

(10)

10 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

SMA/MA/SMK/Sederajat, APK meningkat dari 38,14 persen tahun 2004 dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 74,65 persen.

Walaupun dari segi perluasan akses di Provinsi Kepulauan Riau yang dicapai pada tahun 2009 tersebut telah meningkat dan melampaui target, dari segi pemerataan antara provinsi di Indonesia terlihat disparitas yang cukup lebar. Gambar berikut memperlihatkan targrt capaian APM SD/MI/Sederajat, APM SMP/MTs/Sederajat, APM SMA/MA/SMK/Sederajat dan rasio guru terhadap siswa disemua jenjang pendidikan serta sertifikasi guru

a)

Target Sebaran APM SD/MI/Paket A Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.1 Sebaran APM SD/MI/Paket A pada Tahun 2008 (Depdiknas, 2009) 86.91 87.08 89.31 90.18 91.46 91.72 92.02 92.07 92.17 92.55 92.95 93.79 94.20 94.61 95.07 95.20 95.22 95.37 95.47 95.56 95.66 95.83 96.13 96.32 96.44 96.56 96.65 97.00 97.05 97.06 97.13 97.43 97.61 Papua Barat Sulawesi Barat Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Papua Nusa Tenggara Barat Gorontalo Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Sumatera selatan Riau Jambi Sumatera Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Kalimantan Timur Jawa Barat Kalimantan Tengah Sumatera barat Banten Bengkulu Maluku Utara Lampung Jawa Timur Bali Jawa Tengah Bangka Belitung Kepulauan Riau DI Yogyakarta DKI Jakarta

(11)

11 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

Data Sebaran capaian APM SD/MI/Paket A secara nasional menunjukkan bahwa dari segi perluasan akses secara nasional telah melampaui target nasional, dimana untuk rata-rata APM nasional tahun 94,61 persen dan target Provinsi Kepulauan Riau telah melebihi target nasional yaitu mencapai 97,13 persen di tahun 2008.

b)

Sebaran APM SMP/MTs/Paket B Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.2 Sebaran APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2008 (Depdiknas, 2009)

Data sebaran capaian APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2008 secara nasional menunjukkan bahwa dari segi perluasan akses secara nasional telah melampaui target nasional, dimana untuk rata-rata target APM nasional tahun 94,18

77.70 77.65 79.03 80.30 80.54 82.52 85.77 88.56 89.98 90.51 91.78 92.40 93.92 94.18 94.98 95.44 95.62 96.15 96.55 98.70 98.81 99.05 99.66 99.71 100.16 100.19 102.20 102.69 103.92 105.29 105.76 114.05 114.98 Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Gorontalo Kalimantan Tengah Sumatera selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Banten Jawa Barat Kalimantan Timur Lampung Maluku Utara Bangka Belitung Maluku Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sumatera Utara Jawa Tengah Jambi Bengkulu Nusa Tenggara Barat Riau Nanggroe Aceh Darussalam Jawa Timur Bali Sumatera barat Kepulauan Riau DI Yogyakarta DKI Jakarta

(12)

12 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

persen dan capaian Provinsi Kepulauan Riau telah melebihi target nasional yaitu mencapai 105,76 persen di tahun 2008.

c)

Sebaran APM SMA/MA/SMK/Paket C Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.3 Sebaran APM SMA/MA/SMK/Paket C Tahun 2008 (Depdiknas, 2009)

Data sebaran capaian APM SMA/MA/SMK/Paket C Tahun 2008 secara nasional menunjukkan bahwa dari segi perluasan akses secara nasional telah melampaui target nasional, dimana untuk rata-rata target APM nasional tahun 66,58 persen dan capaian Provinsi Kepulauan Riau telah melebihi target nasional yaitu mencapai 78,34 persen di tahun 2008.

52.04 53.06 53.14 53.90 54.96 56.99 57.30 57.47 57.48 57.79 58.32 60.21 60.47 60.82 61.36 65.06 66.58 69.62 70.81 70.88 71.94 74.04 75.74 76.14 78.32 78.34 78.51 79.16 83.84 84.91 91.06 92.36 113.61 Sulawesi Barat Banten Jawa Barat Lampung Papua Sumatera selatan Riau Papua Barat Kalimantan Barat Jawa Tengah Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Jawa Timur Jambi Maluku Utara Sulawesi Tenggara Nanggroe Aceh Darussalam Sulawesi Tengah Gorontalo Bengkulu Bangka Belitung Sumatera barat Kepulauan Riau Sumatera Utara Sulawesi Utara Bali Kalimantan Timur Maluku DI Yogyakarta DKI Jakarta

(13)

13 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

d)

Rasio Guru Terhadap Siswa SD Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.4 Sebaran Rasio Guru Terhadap Siswa SD Provinsi Kepulauan Riau (Depdiknas, 2009)

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis guru, dengan kata lain guru merupakan komponen yang sangat kursial di satuan pendidikan. Tidak hanya mutu guru, jumlah guru di sekolah harus seimbang dengan jumlah siswa di sekolah tersebut. Keterbatasan jumlah guru di sebuah sekolah dapat berakibat pada jumlah siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut, yang berarti mengurangi akses calon peserta didik untuk memperoleh pendidikan.

Pada jenjang SD, secara nasional rasio guru terhadap siswa telah baik, yaitu 21 siswa per guru. Namun, bila dilihat rasio tersebut di setiap provinsi, terlihat disparitas yang sangat lebar, yaitu 33 siswa per guru di provinsi Papua hingga 13 siswa per guru do provinsi D.I Yogyakarta dan Kalimantan Selatan.

33 30 30 27 26 25 24 24 22 21 21 21 21 21 20 20 19 19 18 18 17 17 17 16 16 16 16 16 15 15 14 13 13 0 5 10 15 20 25 30 35 Papua Nusa Tenggara Timur Jawa Tengah Bali Jambi Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Nanggroe Aceh Darussalam Sulawesi Selatan Jawa Timur Sumatera Selatan Gorontalo Bangka Belitung Sulawesi Tenggara Maluku Kalimantan Selatan

(14)

14 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

e)

Rasio Guru Terhadap Siswa SMP Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.5. Rasio guru terhadap siswa SMP (Depdiknas, 2009)

Pada

jenjang SMP secara nasional rasio guru terhadap siswa telah

mencapai 14 siswa per guru, dan untuk provinsi Kepulauan Riau rasionya 20

siswa per guru, tetapi jika dilihat data per provinsi di Indonesia, juga terdapat

disparitas rasio guru terhadap siswa yang cukup lebar antarprovinsi. Hal ini

ditunjukka pada gambar 2.5. diatas dimana Rasio guru terhadap siswa di

provinsi Gorontalo dan Provinsi D.I. Yogyakarta telah mencapai 12 siswa per

guru, sementara di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan di Provinsi Banten

rasio guru terhadap siswa adalah masing-masing 27 dan 28 siswa per guru.

28 27 25 23 23 22 22 22 22 21 21 20 20 20 19 19 19 19 18 18 18 17 17 16 15 14 14 14 14 13 13 12 12 0 5 10 15 20 25 30 Banten Jawa Barat Maluku Utara Kalimantan Timur Papua Nusa Tenggara Barat Kepulauan Riau Nangroe Aceh Darussalam Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Jawa Timur Bengkulu Maluku Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah D.I. Yogyakarta

(15)

15 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

f) Rasio Guru Terhadap Siswa SMA Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.6. Rasio Guru Terhadap Siswa SMA (Depdiknas, 2009)

Pada gambar 2.6. terlihat gambar rasio guru terhadap siswa jenjang pendidikan menengah (SMA) secara nasional telah mencapai 18 siswa per guru. Namun seperti halnya SD dan SMP sebaran guru antar provinsi juga tidak merata, seperti terlihat pada gambar di atas rasio guru terhadap siswa di provinsi Kepulauan Riau telah mencapai 18 siswa per guru, hal ini juga sama yang dicapai oleh provinsi Jawa Barat, Bengkulu, Papua, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, sementara untuk daerah Papua Barat rasio guru terhadap siswanya adalah 29 siswa per guru.

29 26 24 23 22 21 20 20 19 19 18 18 18 18 18 18 17 17 17 17 16 16 16 15 15 14 14 14 13 13 12 12 12 0 5 10 15 20 25 30 35 Papua Barat Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Utara Kalimantan Selatan Bangka Belitung Kepulauan Riau Bengkulu Sulawesi Barat Jawa Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Lampung Maluku Riau Sulawesi Utara Gorontalo

(16)

16 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

g)

Rasio Guru Terhadap Siswa SMK Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.7. Rasio Guru Terhadap Siswa SMK (Depdiknas, 2009)

Pada gambar di atas terlihat rasio guru terhadap siswa untuk seluruh provinsi di Indonesian untuk provinsi Kepulauan Riau rasio guru terhadap siswa adalah 18 siswa per guru, dan untuk provinsi Sulawesi Utara terlihat sekali bahwa di daerah tersebut masih kekurangan guru SMK dimana rasionya 54 siswa per guru sementara untuk rata-rata rasio nasional jenjang pendidikan SMK adalah 25 siswa per guru, namun untuk daerah Maluku dan Sulawesi Utara rasionya cukup baik yaitu 11 dan 12 siswa per guru. 54 49 35 34 34 29 27 26 25 25 24 24 24 24 22 21 21 21 20 20 20 19 19 19 18 18 16 15 14 13 12 12 11 0 10 20 30 40 50 60 Sulawesi Utara Nangroe Aceh Darussalam Banten Kalimantan Timur Jawa Tengah Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Jawa Barat Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara DKI Jakarta Sulawesi Tengah Bali Lampung Nusa Tenggara Timur Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Papua Barat Riau Kalimantan Barat Papua Maluku Utara Jambi Kepulauan Riau Bangka Belitung Gorontalo Sumatera Barat Kalimantan Tengah D.I. Yogyakarta Sulawesi Tenggara Maluku

(17)

17 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

2.2.2. DATA SEKOLAH TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK

Tabel 2.2

Rekap Sekolah TK/RA Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 2.3

Rekap Sekolah SD/MI Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

No KAB/KOTA JUMLAH SEKOLAH JUMLAH SISWA

JUMLAH GURU N S L P L/P 1 BATAM 137 110 50.275 46.743 3.817 2 NATUNA 78 2 5.028 4.771 1.010 3 TANJUNGPINANG 54 11 12.112 11.096 1.331 4 KARIMUN 121 24 14.919 13.655 1.991 5 BINTAN 89 6 9.011 8.013 1.332 6 LINGGA 125 2 5.660 5.277 1.355 7 ANAMBAS 59 1 2.860 2.698 546 Jumlah 663 156 99.865 92.253 11.382 No KAB/KOTA

JUMLAH SEKOLAH JUMLAH SISWA JUMLAH GURU L/P N S L P 1 BATAM 10 354 7.155 12.940 1.415 2 NATUNA 4 50 967 854 193 3 TANJUNGPINANG 4 52 1.363 1.208 322 4 KARIMUN 10 60 1.895 1.829 242 5 BINTAN 6 26 1.939 1.539 153 6 LINGGA 2 14 600 500 52 7 ANAMBAS 1 14 310 315 57 Jumlah 37 570 14.229 19.185 2.434

(18)

18 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Tabel 2.4

Rekap Sekolah SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

No KAB/KOTA

JUMLAH

SEKOLAH JUMLAH SISWA

JUMLAH GURU N S L P L/P 1 BATAM 46 57 14.282 13.838 1.415 2 NATUNA 22 10 1.962 1.942 376 3 TANJUNGPINANG 16 9 4.605 4.486 633 4 KARIMUN 40 18 5.673 5.698 719 5 BINTAN 26 7 3.077 3.085 543 6 LINGGA 32 3 1.901 1.896 234 7 ANAMBAS 14 4 1.026 992 130 Jumlah 196 70 32.526 31.937 4.050 Tabel 2.5

Rekap Sekolah SMA/MA Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

No KAB/KOTA

JUMLAH SEKOLAH JUMLAH SISWA JUMLAH GURU N S L P L/P 1 BATAM 17 32 4.398 6.130 648 2 NATUNA 12 4 1.329 1.315 249 3 TANJUNGPINANG 7 5 2.361 2.549 336 4 KARIMUN 13 7 3.057 3.713 409 5 BINTAN 8 2 1.418 1.653 257 6 LINGGA 7 3 1.072 1.245 123 7 ANAMBAS 3 3 546 509 73 Jumlah 67 123 14.181 17.114 2.095

(19)

19 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Tabel 2.6

Rekap Sekolah SMK Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 2.7

Rekap Sekolah SLB Tahun Pelajaran 2010/2011 Provinsi Kepulauan Riau

No KAB/KOTA

JUMLAH SEKOLAH JUMLAH SISWA JUMLAH GURU N S L P L/P 1 BATAM 1 2 160 102 76 2 NATUNA 0 0 0 0 0 3 TANJUNGPINANG 1 0 107 82 34 4 KARIMUN 1 1 80 76 36 5 BINTAN 0 0 0 0 0 6 LINGGA 0 0 0 0 0 7 ANAMBAS 0 0 0 0 0 Jumlah 3 3 347 191 146 No KAB/KOTA

JUMLAH SEKOLAH JUMLAH SISWA JUMLAH GURU N S L P L/P 1 BATAM 6 32 5.353 3.854 374 2 NATUNA 3 4 254 181 97 3 TANJUNGPINANG 4 5 2.498 2.078 289 4 KARIMUN 2 7 1.359 609 148 5 BINTAN 3 2 650 365 100 6 LINGGA 2 3 184 187 18 7 ANAMBAS 1 3 78 78 0 Jumlah 21 61 10.376 7.352 1.026

(20)

20 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Tabel 2.8

Sebaran Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2010

No Jenjang Pendidikan Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka PartisipasiSekolah (APS) 1 TK/RA 46,6 26,0 72,82 2 SD/MI 103,25 96,8 73,00 3 SMP/MTs 96,11 86,0 98,50 4 SMA/MA/SMK 63 55,00 62,40

(21)

21 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

2.3 Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan diarahkan untuk mewujudkan proses dan keluaran pendidikan yang bermutu. Mewujudkan mutu pendidikan bukan hal yang mudah apalagi dikaitkan dengan fungsi dan tujuan seperti tertulis dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun, capaian pembangunan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti nilai ujian nasional siswa, jumlah guru yang telah memenuhi kualifikasi, jumlah Sekolah bertaraf Internasional ( vfr) atau Rintisan SBI (RSBI), dan jumlah perolehan medali pada berbagai oliempiade ilmiah Internasional dapat dijadikan Indikator kinerja.

Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK telah dilakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana belajar mulai dari pembangunan Unit Sekolah Baru (USB), pembangunan Labor dan perpustakaan sampai sampai pada rehabilitasi sarana belajar. Dimana dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, telah dilakukan pembangunan Unit Sekolah Baru sebanyak 62 USB yang disebar di tujuh kabupaten/kota dan rehabilitasi sebanyak 123 ruang kelas belajar dan telah dibangun 43 laboratorium, serta penerapan TIK jenjang pendidikan dasar.

Selain itu pada tahun 2008 juga telah dikembangkan sekolah rintisan SD/MI, SMP/MTs yang bertaraf internasional, dan ditahun 2010 sudah mulai dibangun di provinsi Kepulauan Riau sekolah SMA bertaraf Internasional. Ketersediaan buku juga merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berkualitas tetapi buku pelajaran yang diperlukan saat ini belum tersedia secara memadai. Oleh karena itu, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran melalui bantuan penyediaan buku-buku teks pelajaran yang disebut BOS Buku. Pada tahun 2008, disediakan terutama untuk mata pelajaran IPA, matematika dan bahasa Indonesia bagi 19,6 juta siswa SD, 6,7 juta siswa SMP dan 6,1 juta siswa MI/MTs diseluruh Indonesia. Penyediaan BOS Buku ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Dasar dengan memberikan bantuan kepada sekolah untuk pengadaan buku teks pelajaran bagi seluruh siswa dan membantu masyarakat dengan meringankan beban biaya pendidikan.

Di samping itu, pada tahun 2008 dan dilanjutkan sampai sekarang pemerintah telah membeli hak cipta naskah buku pelajaran dari pada penulis buku pelajaran. Naskah ini sebagian telah diunggah di website Depdiknas dalam bentuk buku

(22)

22 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

elektronik (e-book) yang bebas diunduh dan dicetak oleh siapapun diseluruh kabupaten/kota. Ketersediaan buku elektronik ini diharapkan dapat pula membantu siswa dalam mengakses buku pelajaran secara gratis. Dengan ketersediaan buku yang semakin banyak dan mencakup beragam mata pelajaran, diharapkan kualitas proses belajar mengajar juga menjadi lebih banyak. Namun kendalanya di provinsi Kepulauan Riau saat ini belum semua sekolah yang mempunyai dan mampu mengakses internet dengan baik, terutama sekolah-sekolah yang berada didaerah pulau terjauh.

Rata-rata nilai ujian juga merupakan salah satu indikator kinerja peningkatan mutu pendidikan. Rata-rata nilai UN siswa SD pada tahun 2010 telah mencapai peningkatan dari 6,33 di tahun 2009 menjadi 7,18 di tahun 2010 (Tabel 2.2 ) yang berarti telah melampaui target nasional yaitu 5.50 Sementara itu, rata-rata nilai UN siswa SMA/MA telah mencapai 7,30 di tahun 2010 berarti juga telah melampaui target nasional sebesar 5,50. SMK juga telah mengalami peningkatan di tahun 2010 yaitu menjadi 7,51 dimana pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan drastis yaitu 5,65.

Tabel 2.9

Rerata Nilai Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA Tahun 2005-2010 No Indikator Kinerja Kunci

Realisasi

2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 1 Rerata nilai UASBN SD/MI _ _ 6,33 6,66 6,80 7,18 2 Rerata nilai UN SMP/MTs 6,43 6,81 5,99 6,51 6,62 7,06 3 Rerata nilai UN SMA/MA - 7,0 7,15 6,73 6,59 7,30 4 Rerata nilai UN SMK - 7,27 7,05 7,07 5,65 7,51

(23)

23 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Tabel 2.10

Persentase Kelulusan Siswa Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA Tahun 2005-2010

Jika data ujian tersebut diuraikan lebih lanjut (Tabel 2.3) terungkap bahwa persentase kelulusan peserta ujian dari mulai jenjang SMP/MTs hingga jenjang SMA/MA/SMK dari tahun ajaran 2005/2006 sampai tahun 2009/2010 mengalami Fluktuasi setiap tahunnya tahun 2007 naik, tahun 2008 turun, kemudian 2009 dan 2010 mengalami peningkatan lagi.

Selain nilai rata-rata kelulusan Ujian Nasional, kualifikasi dan profesionalisme guru merupakan indikator mutu pendidikan yang sangat penting. Tabel 2.3 memperlihatkan kualifikasi guru dan dosen, serta profesionalismenya.

(24)

24 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 Tabel 2.11

Kualifikasi dan profesionalisme Guru dan Dosen No Indikator Kinerja

Kunci

Realisai

Jumlah

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-4

-

523 1.123 1.406 1.342 1.629 6.023

Provinsi Kepulauan Riau dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualifikasi guru ke jenjang S-1/D-4 terus ditingkatkan ini dibuktikan selama lima tahun sudah sekitar 6.023 orang guru yang sudah ditingkatkan pendidikannya menjadi kualifikasi S-1/D-4 melalui dan APBD pemerintah provinsi Kepulauan Riau.

Jika kita lihat secara nasional seluruh provinsi di Indonesia tentang kualifikasi guru yang sudah S-1/D-4 dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini:

(25)

25 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

a. Persentase Jumlah Guru SD Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 Provinsi

Kepulauan Riau

Gambar 2.8. Persentase Jumlah Guru SD Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 (Depdiknas, 2009)

Persentase guru SD/SDLB berkualifikasi ≥ S-1/D-4 untuk provinsi Kepulauan Riau adalah 13 persen, sementara target nasional tahun 2009 adalah 40%, dengan demikian hanya daerah DKI Jakarta saja yang guru SD nya melampaui target nasional tahun 2009 (Gambar 2.8)

4 5 6 6 6 7 8 8 9 9 10 11 12 12 13 13 13 15 15 16 16 16 17 18 19 22 24 24 24 24 31 34 43 0 10 20 30 40 50 Maluku Papua Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Sulawesi Tengah Gorontalo Kepulauan Riau Sulawesi Utara Sulawesi Barat Riau Sumatera Barat Kalimantan Timur Bali Banten DI Yogyakarta DKI Jakarta

(26)

26 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

b. Persentase Jumlah Guru SMP Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 Provinsi

Kepulauan Riau

Gambar 2.9. Persentase Jumlah Guru SMP/SMPLB Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 (Depdiknas, 2009)

Persentase guru SMP/SMPLB berkualifikasi ≥ S-1/D-4 untuk provinsi Kepulauan Riau adalah 65 persen pada tahun 2008, sementara target nasional tahun 2009 adalah 40%, dan dengan demikian untuk kualifikasi SMP/SMPLB semua provinsi telah melampaui target nasional kecuali daerah Maluku (Gambar 2.9).

32% 48% 49% 55% 56% 60% 61% 62% 63% 63% 64% 65% 65% 65% 68% 68% 69% 71% 72% 73% 73% 73% 74% 74% 75% 76% 77% 78% 80% 80% 80% 80% 82% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Maluku Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Utara Lampung Bangka Belitung Sumatera Utara Sumatera barat Papua Kalimantan Tengah Nanggroe Aceh Darussalam Gorontalo Kepulauan Riau Maluku Utara Riau Jambi Sumatera selatan DI Yogyokarta Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Bali DKI Jakarta Banten Jawa Barat Kalimantan Selatan Jawa Tengah Bengkulu Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Jawa Timur

(27)

27 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

c. Persentase Jumlah Guru SMA Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 Provinsi

Kepulauan Riau

Gambar 2.10. Persentase Jumlah Guru SMA/SMALB Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 (Depdiknas, 2009)

Persentase guru SMA/SMALB berkualifikasi ≥ S-1/D-4 untuk provinsi Kepulauan Riau adalah 89 persen pada tahun 2008, sementara target nasional tahun 2009 adalah 40%, dengan demikian untuk kualifikasi SMA/SMALB semua provinsi telah melampaui target nasional (Gambar 2.10). Kenyataan ini menunjukkan bahwa untuk periode 2010-2014 peningkatan kualifikasi guru hingga S-1/D-4 tampaknya tidak terlalu sulit untuk SMP/SMPLB, SMA/SMALB

81% 82% 83% 84% 84% 85% 87% 88% 88% 88% 89% 89% 89% 90% 90% 90% 90% 90% 91% 91% 91% 91% 91% 91% 92% 92% 92% 93% 93% 93% 93% 93% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Maluku Kalimantan Barat Sumatera Utara Kalimantan Tengah Banten Kepulauan Riau Sumatera selatan Riau Papua Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sumatera barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Jawa Timur

(28)

28 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

d. Persentase Jumlah Guru SMK Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 Provinsi

Kepulauan Riau

Gambar 2.11. Persentase Jumlah Guru SMK Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 (Depdiknas, 2009) Persentase guru SMK berkualifikasi ≥ S-1/D-4 untuk provinsi Kepulauan Riau adalah 76 persen pada tahun 2008, sementara target nasional tahun 2009 adalah 40%, dengan demikian untuk kualifikasi SMK semua provinsi telah melampaui target nasional (Gambar 2.11). Kenyataan ini menunjukkan bahwa untuk periode 2010-2014 peningkatan kualifikasi guru hingga S-1/D-4 tampaknya juga tidak terlalu sulit untuk SMK.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan guru adalah melalui sertifikasi guru yang merupakan amanat Undang-undang Guru dan Dosen telah dilaksanakan sejak Tahun 2006. Sampai tahun 2008 sertifikasi guru untuk daerah provinsi Kepulauan Riau masih jauh dibawah target nasional yaitu 5 persen dari target nasional sebesar 20 persen

66% 69% 72% 73% 75% 76% 77% 78% 78% 80%81% 81% 82% 82% 83% 83% 83% 83% 84% 84% 84% 85% 85% 85% 85% 85% 86% 86% 87% 87% 88% 88% 99% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Maluku Kalimantan Barat Lampung Sumatera Utara Sumatera selatan Papua Jawa Barat Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Selatan Jawa Tengah DKI Jakarta Maluku Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Bali Sulawesi Selatan Jawa Timur

(29)

29 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

e. Persentase Jumlah Guru yang bersertifikat Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 2.12 Persentase Jumlah Guru yang bersertifikasi (Depdiknas, 2009)

Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan guru adalah melalui sertifikasi guru yang merupakan amanat Undang-undang Guru dan Dosen telah dilaksanakan sejak Tahun 2006. Sampai tahun 2008 sertifikasi guru untuk daerah provinsi Kepulauan Riau masih jauh dibawah target nasional yaitu 5 persen dari target nasional sebesar 20 persen pada tahun 2009. (Gambar 2.12)

5 7 9 9 10 10 11 11 12 12 12 12 13 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 15 17 17 17 17 17 18 20 23 23 0 5 10 15 20 25 Kepulauan Riau Sumatera Selatan Papua Barat Kalimantan Barat Maluku Utara Maluku Papua Sulawesi Tenggara Jawa Barat Kalimantan Timur Bangka Belitung Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Sumatera Utara Riau Sulawesi Tengah Lampung Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Barat Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Banten Jawa Timur DKI Jakarta D.I. Yogyakarta Gorontalo Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Bali

(30)

30 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

2.4 TATA KELOLA, AKUNTABILITAS, DAN PENCITRAAN PUBLIK

Upaya peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dinilai masih perlu ditingkatkan. Masih ditemukannya permasalahan di dalam pengelolaan program dan kegiatan di lingkungan Dinas Pendidikan yang berujung pada persoalan hukum yang menyeret pelaksana teknis kegiatan.

Perbaikan manajemen pengelolaan, peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi, peningkatan koordinasi serta kerjasama dengan pihak lain serta upaya peningkatan peran serta masyarakat yang peduli pendidikan untuk bersama-sama membangun pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau ini perlu ditingkatkan lagi. Disamping itu upaya penciptaan “Good Governance” menuju kepada “Clean Government” secara terus menerus dan berkelanjutan harus tetap digalakkan.

2.4.1 Kondisi Eksternal Lingkungan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

(1) Sosial Budaya

Tingkat pengangguran terbuka di Kepulauan Riau cenderung menurun selama 2006-2008. Pada tahun 2006, tingkat pengangguran terbuka sebesar 12,24 persen, kemudian menurun menjadi 9,01 persen pada tahun 2007 dan turun lagi menjadi 8,01 persen pada tahun 2008.

Angka harapan hidup penduduk secara nasional adalah 68,70 tahun. Penduduk Kepulauan Riau mempunyai angka harapan hidup yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan penduduk Indonesia lainnya. Ini menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kepulauan Riau.

Angka IPM Kepulauan Riau berada di atas IPM Nasional (72,6). Pada skala nasional, IPM Kepulauan Riau berada pada peringkat ke 6 dari 33 Provinsi di Indonesia, Kepulauan Riau termasuk dalam 6 Provinsi terbaik di Indonesia serta meraih skor tinggi pada semua indikator dan selalu masuk dalam kategori 10 besar.

(2) Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau selama 2004-2008 terlihat cukup signifikan dengan rerata setiap tahun di atas 6 persen dan selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau sempat turun dari 7,01 persen pada tahun 2007 menjadi 6,65 persen akibat

(31)

31 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

melemahnya sektor industri dan perdagangan sebagai dampak krisis keuangan global serta kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008.

Meskipun demikian, angka pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau tahun 2008 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2008 yaitu 6,1%. Ini mensyaratkan bahwa perekonomian Provinsi Kepulauan Riau berkembang lebih baik dari rerata ekonomi nasional.

mensyaratkan bahwa perekonomian Provinsi Kepulauan Riau berkembang lebih baik dari rerata ekonomi nasional.

(3) Teknologi

Persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. dalam rangka meningkatkan kemampuan iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kontribusi iptek untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, energi dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya iptek di kalangan masyarakat;

meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya iptek, baik SDM, sarana dan prasarana maupun pembiayaan iptek. Teknologi informatika dan komunikasi merupakan teknologi yang banyak kaitannya dengan pembangunan pendidikan.Pemanfaatan TIK memiliki aspek positif dan aspek negatif.

Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) sudah merupakan bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Berkat TIK semua proses kehidupan menjadi lebih cepat, lebih efisien, lebih akurat dan lebih indah. Perkembangan TIK juga sudah dimanfaatkan di dunia pendidikan antara lain dalam proses belajar-mengajar, baik pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh (distance learning). Aplikasi e-learning sudah bukan merupakan barang baru di dunia pendidikan. Proses belajar-mengajar tidak lagi mengenal keterbatasan ruang dan waktu. Bahkan TIK sudah memungkinkan terjadinya knowlegde sharing melalui e-book dan e-library.

(32)

32 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

Demikian pula penerapan e-administrasi sudah menjadi keniscayaan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. TIK memungkinkan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Namun demikian TIK dapat pula menimbulkan masalah. Perkembangan TIK dapat berbelok ke arah yang salah. Plagiarisme dalam dunia penulisan karya ilmiah dan perancangan serta pelanggaran terhadap hak atas kekayaan intelektual (HAKI) menjadi lebih terbuka. Akses anak di bawah usia dewasa pada situs-situs di jagat maya yang bukan peruntukkannya makin sulit dikendalikan.

(4) Politik

Salah satu dampak dari reformasi adalah terwujudnya kebebasan berpolitik masyarakat melalui suatu mekanisme pemilihan umum yang demokratis. Kebebasan berpolitik masyarakat diwujudkan melalui pilihan atas aspirasi politiknya, baik melalui keterlibatan dalam partai politik, maupun hanya sebatas simpatisan serta penentuan pilihan melalui mekanisme Pemilu. Kebebasan politik ini juga berdampak kepada pemilihan pucuk pimpinan eksekutif dalam Pemilihan Kepala Daerah. Pilihan politik baik dalam pemilu legislatif dan Pilkada memberikan ruang publik yang cukup luas untuk masyarakat Kepulauan Riau menentukan arah pembangunan pendidikan melalui pilihan politiknya atas janji-janji politik para kandidat peserta pemilu dengan menggunakan isu strategis permasalahan pendidikan.

2.4.2 Potensi dan Permasalahan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau (1) Potensi Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya kelautan dan pesisir serta kegiatan jasa pariwisata bahari yang sangat besar. Namun potensi tersebut baru dapat menghasilkan suatu nilai tambah terhadap wilayah apabila terlebih dahulu dilakukan suatu upaya rekayasa pengembangan maupun pengelolaan. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang terampil, terlatih, maupun terdidik terutama keahlian di bidang kelautan dan pesisir. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam wilayah hendaknya sejalan dengan arah pembangunan yang ingin dicapai. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun Non formal di bidang kelautan dan pesisir merupakan salah satu contoh upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah.

(33)

33 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

(2) Permasalahan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

Di samping beberapa potensi yang dapat dijadikan bekal dalam melanjutkan pembangunan pendidikan lima tahun ke depan, masih ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut harus bisa diatasi dalam kurun waktu 2010-2015.

Tabel 2.12

Permasalahan Dinas Pendidikan

TEMA PERMASALAHAN

A. PEMERATAAN DAN

PERLUASAN AKSES

PENDIDIKAN

1. Masih ada Penduduk Buta Aksara usia produktif ( 15 tahun atau lebih)

2. Rendahnya Angka Partisipasi Pendidikan 3. Akses Guru ke LPTK Keguruan masih

rendah

4. Sarana dan Prasarana Pendidikan

B. MUTU, RELEVANSI DAN DAYA SAING

1. Nilai-nilai Budi Pekerti dan Akhlak Mulia belum terintegrasi dalam setiap mata pelajaran

2. Jumlah guru yang masih belum merata ke semua Kabupaten, berlebih di daerah perkotaan

3. Pemberdayaan Pengawas belum Optimal 4. Motivasi Intrinsik Guru dan Tenaga

kependidikan masih rendah

5. Persentase Jumlah Guru SMP, SMA, dan SMK yang Berkualifikasi ≥ S-1/D-4 masih rendah (59,86% tahun 20101)

6. Persentase Guru yang Bersertifikat masih sangat rendah (9,5%)

7. Tingkat Kelulusan Ujian Nasional yang menurun Terutama untuk SMK (5,65 pada tahun 2010

(34)

34 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

8. Rendahnya Daya saing lulusan dalam dunia kerja

9. Angka Rata-rata lama bersekolah Penduduk Kepri dari 8,9 tahun menjadi 11 tahun

C. TATA KELOLA,

AKUNTABILITAS, DAN

PENCITRAAN PUBLIK

1. Kepemimpinan transformasional Kepala sekolah masih rendah

2. Budaya Mutu (School Culture) Sekolah masih rendah

3. Implementasi sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran belum membudaya

4. Image masyarakat terhadap pengelolaan pendidikan masih rendah

2.4. Analisis Lingkungan Strategis Dinas Pendidikan

1. Kekuatan

a. Capaian Pembangunan Pendidikan; Potensi Sumber Daya Manusia;

b. Potensi Sumber Daya Alam, pertambangan dan energi serta potensi wisata kelautan;

c. Sektor industri masih dominan di Kepulauan Riau;

d. Kondisi Geografi Kepulauan Riau yang merupakan daerah lintas Internasional;

e. Keberhasilan implementasi kebijakan terobosan;

f. Pembagian tanggungjawab pengelolaan pendidikan dengan mendorong optimalisasi peran pemerintah provinsi, kabupaten dan kota;

g. Telah dilakukan reformasi peraturan perudnangan yang mendukung pembangunan pendidikan;

(35)

35 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 2. Kelemahan

a. Terjadinya disparitas akses memperoleh pendidikan antarjenjang pendidikan, kaya dan miskin, pedesaan dan perkotaan di provinsi, kabupaten dan kota;

b. Materi kurikulum masih terlalu berat bagi peserta didik. Beban belajar anak masih dominan terhadap aspek olah pikir, sementara aspek olah rasa, olah hati dan olah raga sangat kurang;

c. Relatif belum sepenuhnya terealisasi penegakan pelaksanaan peraturan ketentuan dan kebijakan di pusat dan daerah;

d. Diantara 5 Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau masih terdapat kesenjangan ekonomi antar wilayah;

e. Masih terkendalanya penyampaian jaringan pendidikan dari kota kekabupaten terutama daerah pulau terjauh;

f. Sering terjadi perpindahan pegawai/pejabat dari satu instansi keinstansi lain dan dari struktural ke fungsional

3. Peluang

a. Kemajuan Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) membuka peluang terhadap pengayaan materi ajar dan menjangkau daerah yang tidak terjangkau serta mendukung efisiensi pengolahan e-administrasi pendidikan;

b. Pengembangan Kebudayaan melayu untuk mendukung kegiatan pariwisata berpeluang untuk mengkomunikasikan keunggulan yang dimiliki kepada masyarakat diluar provinsi;

c. Wilayah laut dan pulau-pulau di Provinsi Kepulauan Riau menyimpan sumber daya alam yang berpotensi besar untuk menunjang program pembangunan pendidikan terutama pada pengembangan kurikulum bermuatan lokal;

d. Terdapat peluang mengembangkan pariwisata di bidang kelautan, perluasan akses memperoleh pendidikan dengan mendirikan sekolah menengah kejuruan dan kajian di bidang pariwisata;

e. Besarnya komitmen masyarakat dalam mendukung pembangunan pendidikan antara lain melalui Coorporate Social Responsibility (CSR); f. Kuatnya dukungan lembaga legislatif terhadap pembangunan pendidikan;

(36)

36 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

g. Karena letak wilayah Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan negara ASEAN yang maju seperti Singapore, maka membuka peluang untuk meningkatkan daya saing, memanfaatkan teknologi informasi modern dalam berkomunikasi dan lainnya;

h. Kuatnya dukungan Internasional (MDGs, EFA, EfSD) dalam pencaturan global;

i. Keunggulan potensi alam yang belum tergali secara optimal;

j. Dampak globalisasid dan pasar bebas membuka peluang masuknya pendidikan asing dan tenaga asing ke Provinsi Kepulauan Riau (pertukaran pelajar dan guru)

4. Ancaman

a. Penyalahgunaan TIK dapat meningkatkan pornografi, pelanggaran HAM, plagiat, radikalisme dan pelanggaran HAKI, penyalahgunaan internet lainnya;

b. Penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif lainnya;

c. Melemahnya kepercayaan pasar/ pengguna terhadap mutu keluaran pendidikan;

d. Dampak globalisasi dapat merusak kebudayaan dan generasi bangsa; e. Luasnya wilayah Kepulauan Riau menyebabkan masyarakat yang masih

(37)

37 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya.

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor utama masalah pendidikan , terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.

Beberapa langkah yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan , antara lain yaitu:

1. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.

2. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.

3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional. 4. Menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah

kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.

5. Berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.

6. Meningkatkan anggaran pendidikan.

7. Penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.

(38)

38 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

Penyebab rendahnya mutu pendidikan antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik, 2. Rendahnya kualitas guru, 3. Rendahnya kesejahteraan guru, 4. Rendahnya prestasi siswa,

5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, 6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, 7. Mahalnya biaya pendidikan.

3.2.

Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Terpili

h

.

3.2.1. VISI Provinsi Kepulauan Riau

“Terwujudnya Kepulauan Riau Sebagai Bunda Tanah Melayu Yang Sejahtera,

Berakhlak Mulia dan Ramah Lingkungan”

3.2.2. MISI Provinsi Kepulauan Riau :

1.

Mengembangkan Budaya Melayu sebagai Payung Bagi Budaya lainnya

dalam Kehidupan Masyarakat.

2.

Meningkatkan Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan dan Pulau-pulau

Kecil.

3.

Mengembangkan Wisata yang Berbasis Kelautan dan Budaya Setempat.

4.

Mengembangkan Potensi Ekonomi Lokal dengan Keberpihakan kepada

Rakyat Kecil ( wong cilik ).

5.

Meningkatkan Investasi dengan pembangunan infrastruktur yang

Berkualitas.

6.

Memberdayakan Masyarakat melalui Pendidikan dan Kesehatan yang

Berkualitas.

7.

Mengembangkan tata Kelola Pemerintahan yang baik, Etos Kerja,

Disiplin, Budi Pekerti dan Supremasi Hukum

8.

Mengembangkan Kehidupan yang Demokratis, keadilan serta

Berkesetaraan Gender.

(39)

39 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

3.2.3. Program Kerja Kepala daerah.

Program

kerja Gubernur, turut menciptakan suasana masyarakat Kepri

yang kondusif, aman dan tentram melalui pelayanan terbaik

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi

3.3.1. Penyusunan Renstra-KL

Alur Penyusunan Renstra-KL

Rencana strategis KL disusun berdasarkan RPJMN dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025, hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang sesuai dengan tugas dan kewenangannya serta aspirasi masyarakat.

Alur penyusunan Renstra-KL ditetapkan melalui proses sebagai berikut: 1. Proses Teknokratik;

2. Proses Politik; dan 3. Penetapan Renstra-KL.

Penjelasan atas proses penyusunan Renstra-KL adalah sebagai berikut: 1. Proses Teknokratik

Rancangan teknokratik Renstra-KL adalah perencanaan yang dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana berikutnya.

Proses tersebut mewadahi sinkronisasi rancangan teknokratik Renstra-KL dengan rancangan teknokratik RPJMN dan RPJPN 2005-2025 yang dilakukan dengan pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) antara K/L, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Departemen Keuangan.

Proses penyusunan rancangan teknokratik Renstra-KL mengacu pada rancangan teknokratik RPJMN yang berpedoman pada RPJPN 2005-2025 yaitu Periode pembangunan 2010 -2014 (merujuk pada rencana pembangunan jangka menengah Tahap II), oleh karena itu penentuan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan K/L selama 5 (lima) tahun mendatang harus berfokus pada pencapaian RPJMN 2010 -2014.

(40)

40 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 2. Proses Politik

Proses politik merupakan proses penyusunan Renstra-KL yang disesuaikan dengan visi, misi, dan program prioritas (platform) Presiden.

Secara garis besar, proses politik dalam alur penyusunan Renstra-KL adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Rancangan Renstra-KL.

Rancangan Renstra-KL berpedoman pada Rancangan Awal RPJMN yang telah memuat visi, misi, dan program prioritas (platform) Presiden terpilih.

Rancangan Renstra-KL disusun berdasarkan Rancangan Teknokratik Renstra-KL dengan mempertimbangkan koordinasi bersama Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasikan pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional.

2) Penelaahan Rancangan Renstra-KL (Trilateral Meeting).

Penelaahan Rancangan Renstra-KL dilakukan melalui pertemuan trilateral meeting, yang melibatkan tiga pihak, yaitu K/L, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Departemen Keuangan.

Peranan masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

a. K/L menyampaikan Rancangan Renstra yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan, program serta kegiatan yang telah memasukkan kebutuhan pendanaan jangka menengah.

b. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memperhatikan:

1) Penjabaran sasaran prioritas Presiden dalam Rancangan Awal RPJMN ke dalam sasaran strategis K/L;

2) Konsistensi penjabaran kebijakan K/L dengan Rancangan Awal RPJMN;

3) Konsistensi program dan kegiatan K/L sebagai penjabaran operasional Rancangan Awal RPJMN yang memuat Prioritas, Fokus Prioritas, Kegiatan Prioritas Bidang;

(41)

41 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

4) Sinergi antara sasaran hasil (outcome) program K/L dengan program prioritas Presiden;

5) Sinergi antara sasaran keluaran (output) kegiatan K/L dengan sasaran hasil (outcome) program K/L; serta

6) Sumberdaya yang diperlukan.

c. Departemen Keuangan memperhatikan kebijakan anggaran dan efisiensi pendanaan bagi program dan kegiatan K/L untuk jangka menengah sesuai dengan kebutuhan pendanaan K/L.

Hasil trilateral meeting oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional selanjutnya akan digunakan sebagai bahan penyempurnaan Rancangan Awal RPJMN menjadi Rancangan RPJMN.

3) Penetapan Renstra-KL

RPJMN ditetapkan dengan Peraturan Presiden, dan dijadikan pedoman dalam menyempurnakan Rancangan Renstra-KL menjadi Renstra-KL.

Rancangan Renstra-KL ditetapkan menjadi Renstra-KL dengan Peraturan Pimpinan K/L, dan disampaikan kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

3. 4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

3.4.1Substansi Data dan Analisis Penyusunan RTRW Provinsi

Bagian ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi dan data (time-series) serta peta (tingkat ketelitian skala 1:250.000) yang diperlukan di dalam analisis tersebut. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk: 1) memahami karakteristik unsur-unsur pembentuk ruang; 2) memahami hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah; 3) mengetahui beberapa fenomena yang ada. Aspek-aspek analisis yang dimaksud meliputi:

(42)

42 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015 1. Kebijaksanaan pembangunan;

2. Analisis regional;

3. Ekonomi dan sektor unggulan; 4. Sumberdaya manusia; 5. Sumberdaya buatan; 6. Sumberdaya alam; 7. Sistem permukiman; 8. Penggunaan lahan; 9. Kelembagaan.

Dalam Renstra Dinas Pendidikan tidak semua Aspek yang akan dianalisis, adapun aspek-aspek tersebut diantaranya:

1). Kebijakan Pembangunan

Analisis kebijaksanaan pembangunan dilakukan untuk memahami arahan kebijaksanaan pembangunan wilayah propinsi yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspektif kebijaksanaan pembangunan nasional, serta untuk mengantisipasi dan mengakomodasi program-program pembangunan kawasan/kabupaten/kota yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, selain dilakukan pengkajian terhadap tujuan dan sasaran pembangunan di propinsi yang bersangkutan, juga dilakukan pengkajian terhadap RTRWN serta program-program kawasan/kabupaten/kota untuk melihat peranan wilayah propinsi dalam pembentukan pola dan struktur ruang nasional dan regional. Kebutuhan Data/Peta

Data yang dibutuhkan dalam analisis kebijaksanaan pembangunan meliputi: 1. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN);

2. Program Pembangunan Nasional (Propenas); 3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 5. Program sektoral

2). Analisis Regional

Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan propinsi dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Sistem regional tersebut dapat berupa

(43)

43 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

pulau atau pun nasional, di mana propinsi dapat berperan dalam perkembangan regional dan nasional.

Kebutuhan Data/Peta

1. Data satuan wilayah sungai (SWS) dan daerah pengaliran sungai (DPS); 2. Ekosistem wilayah;

3. Sistem jaringan transportasi;

4. Sistem pergerakan barang dan modal; 5. Pola migrasi penduduk;

6. Karakteristik budaya (suku, adat, agama, dan ras).

3). Ekonomi Regional

Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang

sustained melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas (regional, nasional, dan internasional). Dalam pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar kawasan/kabupaten/kota) dan inter-intra-regional (antar wilayah).

Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah propinsi dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi wilayah basis ekonomi propinsi, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi antar kabupaten/kota di wilayah propinsi.

Kebutuhan Data/Peta

Data dan/atau peta perekonomian yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto;

2. Income per capita; 3. APBD;

4. Jumlah dan besar investasi pemerintah dan swasta; 5. Jumlah tenaga kerja di sektor formal dan informal; 6. Jumlah pengangguran;

7. Jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara.

4). Sumber Daya Manusia

Analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami aspek-aspek kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan

(44)

44 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis sumberdaya manusia dilakukan

untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kausalitas diantara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis ini dapat diketahui sebaran/distribusi, struktur, kualitas, karakteristik masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kendala dalam pengembangan serta potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan.

Kebutuhan Data/Peta

Data sumberdaya manusia yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk;

2. Kepadatan penduduk; 3. Pertumbuhan penduduk;

4. Penduduk menurut mata pencaharian; 5. Penduduk menurut tingkat pendidikan; 6. Penduduk menurut struktur usia; 7. Penduduk menurut struktur agama; 8. Penduduk menurut jenis kelamin;

9. Penduduk menurut struktur pendapatan; 10. Jumlah kepala keluarga;

11. Angka kelahiran dan angka kematian; 12. Tingkat mobilitas penduduk;

13. Tingkat harapan hidup; 14. Tingkat buta huruf.

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

1. Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan; 2. Pemerataan akses pendidikan;

3. Peningkatan mutu pendidikan; 4. Keaksaraan fungsional;

(45)

45 Rencana Strategis Dinas Pendidikan Tahun 2010 - 2015

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1 VISI DAN MISI DINAS PENDIDIKAN

Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan visi provinsi Kepulauan Riau, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau membuat visi 2015:

“Menjadikan Masyarakat Kepulauan Riau menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Mandiri, Kompetitif, Berakhlak Mulia dan Bertamadun Melayu”

Dalam mewujudkan Visi Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, maka ditetapkan empat misi pendidikan dan arahan pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai ukuran bagi pencapaian Rencana Pembangunan Pendidikan Jangka Menengah. Misi Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau diantaranya:

MISI Dinas Pendidikan Kepulauan Riau:

Tabel 4.1 Misi Dinas Pendidikan

KODE MISI

M1 Memberikan pelayanan pendidikan yang prima kepada masyarakat M2 Meningkatkan mutu di semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan

berbasis IT

M3 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan

M4 Meningkatkan daya saing lulusan dan berjiwa wirausaha

M5 Menerapkan pendidikan Budi Pekerti, Budaya Daerah dan Sejarah Lokal dalam Kurikulum

Gambar

Gambar 2.1 Sebaran APM SD/MI/Paket A pada Tahun 2008 (Depdiknas, 2009) 86.9187.0889.3190.1891.4691.7292.0292.0792.1792.5592.9593.7994.2094.6195.0795.2095.2295.3795.4795.5695.6695.8396.1396.3296.4496.5696.6597.0097.0597.0697.1397.4397.61Papua BaratSulawesi BaratNanggroe Aceh DarussalamMaluku Papua Nusa Tenggara BaratGorontaloNusa Tenggara TimurKalimantan BaratSumatera selatanRiauJambiSumatera UtaraSulawesi TengahSulawesi UtaraKalimantan SelatanSulawesi SelatanSulawesi TenggaraKalimantan TimurJawa BaratKalimantan TengahSumatera baratBantenBengkuluMaluku UtaraLampungJawa TimurBaliJawa TengahBangka BelitungKepulauan RiauDI YogyakartaDKI Jakarta
Gambar 2.2 Sebaran APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2008 (Depdiknas, 2009)
Gambar 2.3 Sebaran APM SMA/MA/SMK/Paket C Tahun 2008 (Depdiknas, 2009)
Gambar 2.4 Sebaran Rasio Guru Terhadap Siswa SD  Provinsi Kepulauan Riau (Depdiknas,  2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

POKA YOKE adalah satu konsep dalam keupayaan syarikat untuk melaksanakan sistem inventori yang baik, membolehkan syarikat menyediakan kehendak pelanggan yang

Islam merupakan agama yang disampaikan menggunakan simbol- simbol yang bersifat permanen doktrinal. Secara doktriner, Islam bersifat elitis dalam arti bahwa secara normatif

walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bentuk agresi yang sering digunakan yaitu bentuk agresi fisik dan arah agresinya bersifat ekstrapunitif yaitu keluar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran yang bagus sesuai dengan percobaan adalah berupa campuran pasir dan ban dalam bekas dengan perbandingan (35:15)

Multiple sistem atrophy adalah penyakit degeneratif yang memiliki gejala parkinsonisme, dengan atau tanda cerebellar dan gangguan autonomy

Penelitian yang penulis lakukan merupakan perancangan yang menghasilkan aplikasi Media Pembelajaran Interaktif Dengan Macromedia Authorware 7.0 Pada Materi

Sebagai contoh, jika terdapat dua gugus pengamatan yang sama, maka kajian hubungan antar variabel untuk pengamatan tersebut tidak hanya bisa dilakukan secara terpisah, namun