• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Profil Motivasi Kerja pada Karyawan Divisi Produksi CV "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Profil Motivasi Kerja pada Karyawan Divisi Produksi CV "X" di Kota Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil motivasi kerja pada karyawan divisi produksi CV “X” di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Pengambilan data dilakukan pada 15 orang responden.

Penelitian ini menggunakan teori motivasi kerja dari Victor Vroom (1995). Motivasi kerja terdiri dari aspek valence, instrumentality, dan expectancy. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori motivsi kerja dari Victor Vroom (1995). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan construct validity. Skor validitas berkisar antara ( -0,012 - 0,967) dan skor reliabilitas antara 0,904. Berdasarkan hal tersebut, dari 66 item terpilih terdapat 43 item yang valid.

Hasil pengolahan data menunjukkan 40% responden memiliki profil motivasi kerja dengan valence tinggi, instrumentality tinggi, dan expectancy tinggi. Dengan demikian terlihat bahwa mayoritas karyawan menghayati bahwa imbalan yang diberikan perusahaan bernilai bagi karyawan, serta memiliki keyakinan bahwa imbalan yang diberikan perusahan yang diperoleh merupakan akibat dari pencapaian target. Karyawan juga yakin bahwa upayanya akan menghasilkan kinerja yang dapat mencapai target. Profil motivasi kerja yang menempati urutan kedua adalah valence rendah, instrumentality rendah, dan expectancy tinggi.

(2)

ABSTRACT

This research is conducted to determine the profile of the employees motivation at work on employees at production division of CV “X” Bandung. This research used a descriptive methods with a survey technique. Data collection wa conducted on 15 respondens.

This research used the motivation at work theory of Victor Vroom (1995). Motivation at work consist of valence, instrumenality, and expectancy aspect. Measuring tool used is a questionnaire prepared by the researchers based on the theory of the motivation of the work of Victor Vroom (1995). Validity test is done by using the construct validity. Scores validity ranges (-0.012 – 0.967) and reliability scores 0.904. Based on that, of the 66 selected items are 43 valid items.

Result of data processing showed 40% of respondents have pofiles motivation at work with high valence, instrumentality high, and high expectancy. Thus it appears that the majority of employees appreciate that given the company valuable rewards for employees, as well as have confidence that the benefits granted company obtained a result of the achievement of the target. Employees are also confident that his effort will result in performance that can reach the target. Profile motivation ranks second are low valence, instrumentality is low, and high expectancy.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Kerangka Pikir ... 10

1.6 Asumsi ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

2.1 Motivasi ... 22

2.2 Expectancy Theory... 24

2.3 Faktor-faktor Motivasi Kerja ... 31

(4)

ix

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 34

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.4 Alat Ukur ... 35

3.5 Karakteristik Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.6 Teknik Analisi Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Responden ... 42

4.2 Hasil penelitian...44

4.3 Pembahasan ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 The relation valence, expectancy, and instrumentality to Force ... 31

Tabel 3.1 Distribusi Item Tiap Aspek ... 36

Tabel 3.2 Penilaian Jawaban Responden ... 37

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 39

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 42

Tabel 4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43

Tabel 4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 43

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran... 20 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian...34

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2 : Alat Ukur

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Profil Motivasi Kerja

Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Tabulasi Silang Lampiran 6 : Pernyataan Kesediaan

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan membutuhkan sumber daya dalam memenuhi tujuan yang sudah

ditetapkan. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia

(SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

usaha mencapai keberhasilan perusahaan dimana pada masa sekarang ini

perusahaan harus menghadapi tantangan–tantangan. SDM yang ada di perusahaan

adalah karyawan yang memegang peranan mulai saat perencanaan, perumusan

sasaran dan tujuan sampai pada penentuan strategi dalam mencapai cita-cita yang

diinginkan oleh perusahaan.

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan,

perusahaan kini semakin menyadari bahwa peran karyawan sangat berpengaruh

besar untuk berjalannya perusahaan. Karyawan merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari perusahaan. Walaupun alat-alat kerja perusahaan lengkap

dan memiliki mesin-mesin yang canggih, perusahaan tidak akan berjalan dengan

efisien dan praktis apabila perusahaan tidak memiliki karyawan yang

mengoprasikannya secara kompeten. Dapat dikatakan jika karyawan menentukan

bagi tercapainya tujuan organisasi dan merupakan salah satu modal bagi

(9)

Salah satu faktor yang meningkatkan mutu sumber daya manusia adalah

motivasi kerja setiap individu dalam perusahaan tersebut. Setiap perusahaan perlu

memahami kebutuhan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif

sehingga karyawan akan terdorong untuk melakukan setiap tugasnya. Pemberian

motivasi dilakukan sebagai cara untuk mendorong karyawan agar mereka mau

bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya demi

mewujudkan tujuan organisasi. Pada dasarnya, perusahaan bukan saja

mengharapkan karyawan yang memiliki kemampuan, cakap dan terampil tetapi

yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil

kerja yang optimal.

Motivasi merupakan hal yang penting di dalam bekerja, karena dengan

adanya motivasi, karyawan akan mempunyai gairah dan kepedulian yang akan

mengacu pada kompetensi dan keinginannya untuk menjalankan tugas. Oleh

karena itu motivasi juga merupakan salah satu hal yang penting dimana dengan

adanya motivasi, karyawan di perusahaan dapat melakukan pekerjaannya dengan

optimal, sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat terealisasikan.

Menurut Moh As’ad (1999:45), motivasi kerja adalah sesuatu yang

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja

seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi. Apabila motivasi

kerja karyawan tinggi, maka karyawan akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan

bekerja dengan semaksimal mungkin yang pada akhirnya akan berdampak pada

baiknya hasil kerja karyawan tersebut. Faktor motivasi kerja karyawan merupakan

(10)

3

memiliki motivasi kerja tinggi, akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Sebaliknya, apabila kinerja karyawan rendah, dapat menjadi penghambat bagi

perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya (Vroom, 1995:239).

Salah satu perusahaan di Kota Bandung yang terus berusaha meningkatkan

kualitas dan kuantitas SDM nya adalah CV “X”. CV “X” merupakan sebuah

perusahaan trading dan services dibidang kaos kaki yang berdiri di Bandung sejak

tahun 2001. CV “X” memiliki karyawan yang berjumlah 35 orang. Di dalam CV

“X” ini dibagi menjadi 8 divisi diantaranya divisi cutting, jahit, hangtag,

produksi, gudang, pengirim barang, akutansi dan administrasi.

Saat ini CV “X” tidak hanya menampung kaos kaki sisa ekspor, tetapi

perusahaan ini juga melakukan modifikasi kaos kaki dan melakukan packaging

baru untuk dijual kembali. Selain itu, perubahan yang saat ini sedang dilakukan

yaitu perubahan sistem produksi. Sebelumnya CV “X” ini hanya memproduksi

barang-barang sesuai pesanan atau yang biasa didalam CV “X” ini disebut

Purchase Order (PO), tetapi saat ini pimpinan CV “X” ingin mengubahnya

dengan sistem stock.

Perubahan sistem produksi tersebut membuat karyawan tidak hanya bekerja

sesuai dengan PO yang ada tetapi karyawan dituntut untuk memenuhi target yang

ditetapkan oleh pimpinan. Dalam CV “X” ini sebenarnya seluruh divisi terkait

dalam pemenuhan target. Kinerja seluruh karyawan sangatlah penting untuk

mencapai target yang telah ditentukan oleh pimpinan. CV “X” menuntut

karyawan divisi produksi memiliki dorongan untuk mencapai target setiap

(11)

yang dapat memperlancar seluruh proses produktivitas divisi jahit dan pengiriman

barang. Divisi produksi ini merupakan divisi paling utama yang bertugas

mencapai target yang telah ditetapkan pimpinan untuk memenuhi permintaan

pelanggan maupun penyimpanan stock barang. Target yang ditetapkan pimpinan

kepada satu orang karyawan divisi produksi ini berjumlah 20 lusin atau 240 buah

kaos kaki dalam 1 hari.

Karyawan dalam divisi produksi ini memiliki job description yaitu

melakukan penyortiran barang yang ada di dalam gudang untuk memisahkan

antara kualitas barang yang baik dan buruk, memisahkan antara kaos kaki yang

akan dimodifikasi dan yang langsung di packing, memasang hangtag, serta

packing. Jika terjadi keterlambatan dalam divisi produksi ini, maka akan

menghambat divisi lainnya seperti divisi jahit dan akan mengalami keterlambatan

dalam pengiriman barang atau dengan kata lain perusahaan tidak dapat memenuhi

pesanan tepat waktu.

Berdasarkan wawancara terhadap pimpinan CV “X”, fenomena yang terjadi

di perusahaan ini adalah terkait dengan pencapaian target, pemenuhan pesanan

yang tidak selesai sesuai dengan waktu dan kuantitas yang telah ditentukan, dan

masih rendahnya kedisiplinan karyawan yang ditunjukkan dengan seringnya

karyawan datang terlambat ataupun absen. Dalam hal menentukan waktu dan

kuantitas pemenuhan target, pimpinan CV “X” sudah mempertimbangkan antara

jumlah karyawan dan kuantitas kaos kaki yang harus dipenuhi setiap harinya,

tetapi target yang sudah ditetapkan tidak selalu tercapai oleh karyawan yang

(12)

5

Dalam sebulan, pimpinan minimal mengadakan lembur dadakan 2 kali dalam

seminggu dan menurut pimpinan itu merugikan untuk perusahaan.

Keterlambatan pemenuhan target menurut pimpinan biasanya dikarenakan

sebagian besar karyawan divisi produksi tidak melakukan tugasnya dengan

optimal. Ketika sedang bekerja, karyawan terlihat bermalas-malasan ketika seperti

makan ketika bekerja, bercanda dan berbicara dengan rekan kerjanya, terlambat

masuk kerja hingga setengah jam, adanya absensi karyawan yang terjadi setiap

minggunya sebanyak 1 hingga 3 orang karyawan dengan berbagai alasan, mulai

dari sakit, suami sakit, anak sakit, atau ribut dengan pasangan. Untuk mengatasi

hal ini, pimpinan memberikan teguran secara lisan di akhir bulan kepada

karyawan apabila karyawan sering absen, terlambat masuk kerja dan memberikan

feedback atas performa kerja kayawan selama sebulan bekerja.

Pada saat seorang karyawan tidak masuk, terlambat, dan tidak bekerja dengan

giat, maka target keseluruhan harian perusahaan tidak tercapai sehingga

perusahaan mengadakan waktu lembur yang diadakan secara dadakan. Untuk

mendorong karyawan mencapai target dan dapat lebih memotivasi karyawan, CV

“X” memberikan kompensasi kepada karyawan dengan memberikan bonus berupa

tambahan gaji bila karyawan melebihi target yaitu Rp. 1.000,- perlusinnya, gaji

lembur yang dihitung Rp 5.000,-perjam, dan jika karyawan masuk 23 hari dalam

sebulan maka karyawan diberikan tambahan sebesar RP 50.000,- .

Dalam rangka mencapai keberhasilan dalam pencapaian target, karyawan

divisi produksi membutuhkan dorongan dari dalam diri untuk dapat melakukan

(13)

yang merupakan hasil dari pilihan bebas yang dibuat seseorang sesuai dengan

situasi yang dihadapinya disebut Vroom (1995:7) sebagai motivasi. Karyawan

akan termotivasi jika ia tertarik pada imbalan yang akan diperoleh dan yakin

bahwa ia mampu mengeluarkan usaha yang sesuai untuk mendapatkan imbalan

tersebut. semakin karyawan termotivasi untuk menampilkan kinerja yang efektif,

semakin efektif kinerja yang dihasilkan. Jika kinerja yang dihasilkan efektif, maka

peluang keberhasilan untuk mencapai hasil yang diharapkan semakin besar

(Vroom, 1995:231). Motivasi kerja tersebut dapat dijaring melalui

aspek-aspeknya, yaitu valence, expectancy, dan instrumentality.

Valence merupakan penghayatan seorang karyawan atas imbalan (reward)

yang akan diperoleh. Expectancy merupakan keyakinan karyawan bahwa usaha

yang dikeluarkan akan menghasilkan kinerja yang diharapkan . Instrumentality

merupakan keyakinan karyawan bahwa apabila berhasil mencapai tingkat kinerja

tertentu, maka ia akan memperoleh imbalan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan peneliti terhadap lima

orang karyawan divisi produksi di CV “X”, diperoleh data bahwa 20% karyawan

mengatakan bahwa ia bekerja dengan alasan mencari pengalaman. Ia bekerja tidak

terlalu memusingkan pendapatan yang diterima karena menurutnya ia bukan

merupakan sumber penghasilan utama. Selama ia bekerja di CV “X”, ia selalu

memiliki keyakinan untuk mencapai target yang ditentukan pimpinan karena

menurutnya target yang ditetapkan CV “X” tergolong normal. Mengenai imbalan

ataupun bonus yang diterima, ia mengatakan bahwa sudah ditentukan oleh

(14)

7

untuk memberikan imbalan yang sesuai dengan usaha yang dikeluarkan oleh

karyawan.

Sebanyak 40% karyawan memiliki alasan bekerja karena membutuhkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka menginginkan

kenaikan gaji dan bonus yang diberikan perusahaan. Mereka merasa yakin bahwa

mereka dapat selalu mencapai target yang diberikan perusahaan karena menurut

mereka target yang ditetapkan perusahaan tidak berat atau masih dalam batas

normal. Mereka mengatakan, imbalan ataupun bonus yang akan mereka terima

sesuai dengan perjanjian awal dengan pimpinan perusahaan. Mereka juga percaya

bahwa pimpinan akan selalu memperhitungkan setiap usaha keras yang mereka

keluarkan.

Sebanyak 20% karyawan memiliki alasan bekerja ia menginginkan gaji yang

lebih tinggi dari perusahaan yang sebelumnya ia bekerja. Ia memilih bekerja di

CV “X” karena gaji yang diberikan lebih tinggi walaupun menurutnya bonus yang

diberikan tidak seberapa. Ia merasa tidak yakin untuk mencapai target yang

ditetapkan perusahaan karena ia merasa seringkali dipengaruhi oleh mood yang

dialaminya ketika bekerja. Ia seringkali merasa malas dalam bekerja sehingga

target yang sudah ditetapkan tidak tercapai. Ia mengatakan bahwa jika ia malas

maka imbalan yang akan diterimanya pun sedikit, jika ia rajin maka imbalan yang

diterimanya pun besar. Oleh karena itu, ia merasa wajar jika terkadang imbalan

yang diterimanya tidak terlalu besar karena terkadang tidak giat dalam bekerja.

Sebanyak 20% karyawan memiliki alasan bekerja untuk mengisi waktu luang

(15)

bekerja, ia tidak memiliki keyakinan untuk mencapai target yang ditetapkan

perusahaan. Menurutnya, kendala yang sering ia hadapi ketika terdapat banyak

kualitas kaos kaki yang kualitasnya buruk yang menyebabkan pekerjaan semakin

lama. Ia seringkali mengeluh ketika banyak kaos kaki yang kualitasnya buruk

sehingga ia terkadang tidak mendapatkan bonus karena tidak dapat melebihi

target.

Berdasarkan data tersebut, ketiga aspek dimiliki oleh setiap karyawan dengan

derajat yang berbeda-beda, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana gambaran mengenai profil motivasi kerja pada karyawan divisi

produksi CV “X” di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui gambaran profil motivasi kerja pada karyawan divisi

produksi CV “X” di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran

(16)

9

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh profil mengenai motivasi

kerja pada karyawan divisi produksi CV “X” di Kota Bandung.yang dilihat

melalui aspek valence, expectancy, dan instrumentality.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan

praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan gambaran mengenai teori psikologi industri dan organisasi

mengenai motivasi kerja yang diterapkan dalam kehidupan nyata yaitu

pada perusahan.

2. Memberikan masukan kepada peneliti lain dalam melakukan penelitian

yang berkaitan dengan motivasi kerja karyawan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan gambaran berupa profil kepada CV “X” mengenai motivasi

kerja pada karyawan divisi produksi, dengan tujuan

 Pimpinan CV “X” dapat melakukan sosialisasi mengenai motivasi kerja

terhadap karyawan divisi produksi pada CV “X”, agar para karyawan

dapat melakukan evaluasi diri mengenai motivasi mereka ketika bekerja.

Dengan melakukan evaluasi diri, karyawan divisi produksi diharapkan

(17)

 Bagi perusahaan, memberikan informasi mengenai gambaran profil

motivasi kerja pada karyawan divisi produksi CV “X” serta aspek-aspek

motivasi kerja yang berkontribusi terhadap profil motivasi kerja sehingga

dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan apabila akan mengadakan

training motivasi.

1.5 Kerangka Pikir

Setiap perusahaan dibentuk dengan memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam

memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan, perusahaan membutuhkan sumber daya,

salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM).

SDM merupakan salah satu elemen terpenting dalam usaha mencapai keberhasilan

perusahaan dimana pada masa sekarang ini perusahaan harus menghadapi

tantangan – tantangan. Salah satu tantangan perusahaan yang harus dihadapi yaitu

bagaimana perusahaan responsif terhadap perubahan eksternal yang seharusnya

diikuti dengan perubahan internal perusahaan sehingga perusahaan memiliki

perfoma kerja yang tinggi untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Sumber daya

manusia yang dapat menjamin keberlangsungan perusahaan agar tujuan dan

harapannya dapat tercapai khususnya karyawan pada CV ‘X’.CV “X” merupakan

perusahaan yang bergerak dibidang trading kaos kaki, dimana dalam perusahaan

tersebut dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu salah satunya divisi produksi.

Didalam divisi produksi tersebut memiliki job description masing-masing yaitu

menyortir kaos kaki yang berkualitas, memasangkan hangtag kaos kaki, dan

(18)

11

Karyawan divisi produksi dituntut untuk memenuhi target yang telah

ditetapkan oleh pimpinan. Mereka harus mengerjakan setiap job description yang

telah ditentukan agar target yang telah ditetapkan oleh pimpinan dapat tercapai.

Untuk dapat mencapai target di CV ‘X’ tentunya selain dibutuhkan kemampuan

yang memadai, karyawan divisi produksi juga harus memiliki motivasi yang

tinggi. Motivasi menurut Vroom (1995:7) adalah dorongan untuk melakukan

tugas yang merupakan hasil dari pilihan bebas yang dibuat seseorang sesuai

dengan situasi yang dihadapinya. Vroom menjelaskan bahwa motivasi adalah

hasil interaksi dari tiga aspek, yaitu : valence, instrumentally, dan expectancy.

Valence adalah penghayatan seorang karyawan atas imbalan (reward)

yang akan diperoleh, yaitu seberapa besar karyawan tertarik dan menginginkan

imbalan (reward) tersebut. Valence karyawan dapat terukur melalui values (nilai),

needs (kebutuhan), goal (tujuan), preferences (hal-hal yang lebih disukai), dan

sumber motivasi (Vroom,2006). Hasil yang berharga secara potensial bisa

mencakup kenaikan gaji dan bonus, promosi, waktu luang, tugas yang baru dan

menarik, recognition atau pengakuan, kepuasan intrinsik dari pengakuan terhadap

keahlian dan kemampuan akan memberikan nilai (value) yang mendorong

individu untuk mengeluarkan usaha.

Karyawan divisi produksi yang memiliki valence tinggi akan berusaha

untuk mencapai target yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Karyawan

memiliki produktivitas tinggi karena terdorong untuk mencapai target untuk

mendapatkan imbalan. Karyawan divisi produksi yang memiliki valence tinggi

(19)

dari perusahaan. Mereka juga biasanya memiliki produktivitas yang tinggi karena

mereka merasa imbalan yang diberikan oleh perusahaan sudah sesuai dengan

harapan karyawan. Sedangkan karyawan dengan valence rendah tidak akan

memiliki dorongan untuk mencapai target yang ditetapkan perusahaan karena

imbalan yang mereka dapat tidak sesuai dengan yang diinginkan. Mereka merasa

imbalan yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan.

Instrumentality adalah keyakinan karyawan bahwa apabila berhasil

mencapai tingkat kinerja tertentu, maka ia akan memperoleh imbalan yang

diharapkan. Imbalan ini dapat berupa gaji, promosi, atau pengakuan atas

keberhasilan. Instrumentality karyawan dapat terukur melalui trust (kepercayaan),

control (kontrol) dan policies (kebijakan) (Vroom,2006). Kepercayaan karyawan

divisi produksi CV ‘X’ kepada atasannya bahwa kinerja yang baik akan

mendapatkan imbalan yang diharapkan dan meningkatkan instrumentality.

Keyakinan karyawan bahwa dirinya memiliki pengaruh atas imbalan yang akan

diperoleh salah satunya melalui perjanjian yang dibuat karyawan dengan pihak

CV ‘X’ akan meningkatkan instrumentality pada karyawan. Demikian pula derajat

dimana imbalan yang diperoleh didasarkan pada kinerja dan sesuai dengan

kebijakan tertulis perusahaan, maka instrumentality akan tinggi.

Karyawan produksi dengan instrumentality yang tinggi memiliki

kepercayaan kepada pimpinan bahwa pimpinan akan memberikan imbalan yang

sesuai dengan usaha mereka. Karyawan terus terdorong untuk mencapai target

karena sudah yakin dengan imbalan yang akan diterima sesuai dengan perjanjian

(20)

13

memiliki instrumentality yang tinggi akan memiliki keyakinan bahwa mereka

memiliki kontrol atas bagaimana, kapan, dan mengapa imbalan diberikan kepada

karyawan produksi CV ‘X’. Sebaliknya, karyawan divisi produksi dengan

instrumentality yang rendah tidak memiliki kepercayan kepada pimpinan bahwa

ketika karyawan sudah mencapai target yang ditetapkan, imbalan yang diterima

karyawan tidak sesuai dengan perjanjian karyawan dengan pimpinan ketika awal

bekerja. Karyawan divisi produksi tidak memiliki keyakinan bahwa mereka

memiliki kontrol atas imbalan yang akan diberikan sehingga mereka tidak akan

terdorong dalam mencapai target yang sudah ditetapkan. Selain itu, karyawan

yang memiliki instrumentality rendah biasanya sebelumnya tidak memiliki

perjanjian tertulis mengenai imbalan yang akan mereka terima, sehingga mereka

tidak memiliki dorongan dalam mencapai target yang sudah ditetapkan CV ‘X’.

Expectancy adalah keyakinan karyawan bahwa usaha yang dikeluarkan

akan menghasilkan kinerja yang diharapkan. Expectancy karyawan dapat terukur

melalui self efficacy, tingkat kesulitan goal dan persepsi mengenai kontrol atas

kinerja (Vroom,2006). Self efficacy merupakan keyakinan karyawan bahwa

dirinya memiliki keterampilan dan mampu mencapai target dengan sukses, jika

karyawan memiliki keyakinan maka tingkat kinerja akan tinggi. Target yang

ingin dicapai hendaknya cukup realistis untuk dicapai sehingga harapan karyawan

untuk menghasilkan kinerja akan tinggi. Persepsi mengenai kontrol akan kinerja

merupakan kepercayaan individu bahwa dirinya memiliki pengaruh atas kinerja

yang dicapainya. Apabila karyawan yakin bahwa dirinya memiliki pengaruh atas

(21)

Karyawan divisi produksi CV ‘X’ memiliki expectancy yang tinggi

memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai target yang ditetapkan

CV ‘X’. Karyawan divisi produksi CV ‘X’ merasa bahwa target yang ditetapkan

pimpinan cukup realistis untuk dicapai sehingga karyawan dapat memiliki

produktivitas yang tinggi. Selain itu, karyawan yang memiliki expectancy tinggi

akan memiliki keyakinan bahwa target yang dicapai hasil dari usaha dan

kemampuan yang mereka miliki. Sebaliknya, karyawan yang memiliki expectancy

yang rendah tidak memiliki keyakinan untuk mencapai target yang diharapkan

sehingga mereka tidak memiliki dorongan dalam bekerja dan memiliki

produktivitas yang rendah. Karyawan juga merasa bahwa target yang ditetapkan

terlalu sulit dan tidak realistis untuk dicapai sehingga mereka tidak terdorong

ketika bekerja. Selain itu karyawan yang memiliki expectancy yang rendah

karyawan divisi produksi merasa bahwa sekeras apapun mereka bekerja tidak

akan mempengaruhi pencapaian target yang sudah ditetapkan.

Ketiga aspek dari motivasi tersebut dimiliki setiap orang, namun

derajatnya pada masing-masing aspek berbeda. Oleh karena itu, untuk memahami

motivasi kerja pada masing-masing individu diketahui adanya profil motivasi

kerja. Profil motivasi kerja terdiri dari delapan gambaran mengenai tinggi

rendahnya komponen-komponen yang membentuk motivasi pada individu. Profil

motivasi dengan valence tinggi, instrumentality tinggi, serta expectancy tinggi

akan tercermin dalam perilaku karyawan yang menghayati bahwa imbalan yang

diberikan perusahaan bernilai bagi karyawan. Karyawan yang memiliki keyakinan

(22)

15

yang sudah ditetapkan. Semakin besar kemungkinan bahwa ia akan menampilkan

kinerja yang tinggi dengan dapat mencapai target yang ditetapkan CV ‘X’, maka

karyawan akan mendapatkan imbalan yang diharapkan. Karyawan divisi produksi

CV ‘X’ percaya jika mereka mencapai target yang ditetapkan atau bahkan lebih,

mereka akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan perjanjian yang sudah

ditetapkan dengan pimpinan.

Profil motivasi kerja dengan valence tinggi, instrumentality tinggi, dan

expectancy rendah pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam perilaku

karyawan yang terdorong untuk melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan

imbalan dan dapat memenuhi kebutuhannya. Ketika karyawan sudah

mengeluarkan usaha dalam bekerja maka mereka memiliki keyakinan akan

mendapatkan imbalan yang sudah disepakati dan tertulis secara formal, namun

karyawan merasa target yang ditetapkan pimpinan CV ‘X’ sulit untuk dicapai.

Profil motivasi kerja dengan valence tinggi, instrumentality rendah, dan

expectancy tinggi pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam perilaku

karyawan yang memiliki keyakinan bahwa karyawan mempunyai kemampuan

dalam mencapai target yang ditetapkan oleh pimpinan CV ‘X’. Karyawan divisi

produksi juga bekerja karena terdorong untuk mendapatkan imbalan dari CV ‘X’,

namun karyawan merasa walaupun karyawan sudah mencapai target yang sudah

ditetapkan, karyawan tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan.

Profil motivasi kerja selanjutnya dengan valence tinggi, instrumentality

rendah, expectancy rendah pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam

(23)

memenuhi kebutuhannya, sedangkan karyawan divisi produksi tidak memiliki

dorongan untuk mencapai target karena mereka merasa walaupun mereka sudah

mencapai target, imbalan yang akan mereka terima tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Mereka juga tidak memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Profil motivasi kerja selanjutnya dengan valence rendah, instrumentality

tinggi, dan expectancy tinggi pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam

perilaku karyawan yang terdorong untuk bekerja tetapi kurang menilai seberapa

besar imbalan yang akan didapatkan. Walaupun mereka kurang menilai seberapa

besar imbalannya, mereka memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki kontrol

akan besarnya imbalan yang akan mereka terima jika mereka sudah mencapai

target yang ditetapkan. Mereka yakin bahwa mereka dapat mencapai target yang

sudah ditetapkan karena menurut mereka target yang ditetapkan cukup realistis.

Profil motivasi kerja dengan valence rendah, instrumentality tinggi, dan

expectancy rendah pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam perilaku

karyawan yang kurang terdorong unutuk mengeluarkan usaha karena mereka tidak

menginginkan imbalan yang diberikan oleh CV ‘X’. Walaupun demikian,

karyawan divisi produksi memiliki keyakinan bahwa mereka akan mendapatkan

imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka keluarkan dan sesuai dengan

perjanjian awal yang sudah disepakati dengan pimpinan. Meskipun karyawan

memiliki kesadaran bahwa usaha yang mereka keluarkan akan berpengaruh

(24)

17

mereka memiliki kemampuan dalam mencapai target yang ditetapkan karena

mereka sudah merasa bahwa target yang ditetapkan terlalu tinggi.

Profil motivasi kerja dengan valence rendah, instrumentality rendah, dan

expectancy tinggi pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam perilaku

karyawan yang terdorong dalam bekerja tetapi tidak mememikirkan imbalan yang

akan diberikan perusahaan. Karyawan produksi tidak memiliki keyakinan bahwa

usaha dan kemampuan yang mereka miliki untuk mecapai target tidak akan

mempengaruhi besarnya imbalan yang akan diterima. Karyawan dan pimpinan

CV ‘X’ tidak memiliki kesepakatan ataupun perjanjian tertulis mengenai imbalan

yang akan diterima karyawan. Meskipun demikian, karyawan memiliki keyakinan

untuk mencapai target yang telah ditetapkan pimpinan CV ‘X’ karena menurut

karyawan target yang ditetapkan cukup realistis dan mudah untuk dicapai.

Profil motivasi kerja dengan valence rendah, instrumentality rendah, dan

expectancy rendah pada karyawan divisi produksi akan tercermin dalam perilaku

karyawan yang memiliki poduktivitas yang rendah yang disebabkan tidak adanya

dorongan dari dalam diri karyawan untuk mengeluarkan usaha untuk mencapai

target. Karyawan merasa bahwa imbalan yang diterima tidak dapat memenuhi

kebutuhannya. Seberapa besar usaha yang mereka keluarkan untuk mencapai

target ataupun melebihi target, hal tersebut tidak akan mempengaruhi imbalan

yang diterima karyawan karena karyawan merasa tidak memiliki kontrol atas

besarnya imbalan yang akan mereka terima. Mereka juga tidak memiliki

keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai target yang

(25)

Vroom (1995:246) menyatakan terdapat beberapa kondisi yang dapat

mempengaruhi kekuatan motivasi karyawan untuk melakukan pekerjaannya

secara efektif, yaitu atasan, kelompok kerja, isi pekerjaan, gaji, dan kesempatan

untuk maju. Faktor yang pertama adalah atasan (Supervisor) yaitu orang yang

memiliki jabatan yang lebih tinggi dari karyawan divisi produksi. Pada CV ‘X’,

kemungkinan untuk memaksimalkan motivasi bawahan agar dapat bekerja secara

efektif apabila atasan memberikan respon berupa pujian maupun kritikan atas

pencapaian yang dilakukan karyawan, memiliki gaya pengawasan yang tidak

mendeskriminasi.

Faktor kedua yaitu kelompok kerja (Work Team), kelompok kerja yang

sangat kohesif, yaitu, rekan kerja sangat tertarik satu sama lain, anggotanya akan

sangat termotivasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.

Sebaliknya, jika kelompok kerja uncohesive, yaitu, rekan kerja acuh tak acuh atau

tidak suka satu sama lain, anggotanya akan sangat tidak termotivasi untuk

melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Pada CV “X” semakin kuat

keterkaitan antar karyawan divisi produksi dan semakin mendukung rekan kerja

untuk meraih target, maka semakin kuat kemungkinan karyawan memiliki

motivasi kerja yang tinggi.

Faktor ketiga adalah isi pekerjaan (Job Centered) dapat mempengaruhi

motivasi kerja karyawan melalui spesialisasi, pengetahuan mengenai hasil kerja,

desain kerja, kesuksesan dan kegagalan yang pernah dialami. Pada CV ‘X’,

semakin karyawan memiliki tugas yang spesifik, paham dengan feedback yang

(26)

19

memiliki kemampuan untuk dapat mencapai target, maka semakin tinggi kinerja

yang ditampilkannya.

Faktor keempat yaitu Gaji (Wages) yang merupakan imbalan atas hasil

kerja karyawan. Karyawan divisi produksi akan memperoleh imbalan berupa gaji

atas hasil kerjanya, oleh karena itu karyawan produksi dituntut untuk memiliki

kinerja yang baik. Pada CV ‘X’ semakin sesuai gaji yang didapatkan dengan hasil

dan keinginan-keinginannya, maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan untuk

melakukan pekerjaan yang efektif.

Faktor kelima yaitu kesempatan untuk maju (Promotional Opportunities),

dimana karyawan dapat memperoleh promosi jabatan. Pada CV ‘X’ semakin

karyawan yakin bahwa ia memiliki kesempatan untuk mendapatkan kenaikan

jabatan yang diperhitungkan sesuai dengan hasil, maka kemungkinan kinerja

(27)

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi

1. Karyawan divisi produksi dikatakan memiliki valence jika mereka merasa

bahwa imbalan yang akan diterima bernilai dan karyawan tertarik untuk

mendapatkannya.

2. Karyawan divisi produksi dikatakan memiliki instrumentality jika mereka

(28)

21

3. Karyawan divisi produksi dikatakan memiliki expectancy jika mereka

memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai

target yang ditetapkan.

4. Faktor-faktor seperti atasan, kelompok kerja, isi pekerjaan, dan gaji memiliki

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Profil motivasi keja yang paling menonjol pada karyawan divisi produksi

CV “X” adalah valence tinggi, instrumentality tinggi, dan expectancy tinggi. Hal

ini mengindikasikan bahwa karyawan berusaha untuk mencapai target yang sudah

ditentukan oleh perusahaan. Karyawan memiliki produktivitas yang tinggi karena

mereka merasa imbalan yang diberikan oleh perusahaan sudah sesuai dengan

harapan karyawan. Karyawan memiliki keyakinan bahwa karyawan divisi

produksi memiliki kemampuan dalam pencapaian target yang sudah ditetapkan.

Karyawan divisi produksi CV ‘X’ percaya jika mereka mencapai target yang

ditetapkan atau bahkan lebih, mereka akan mendapatkan imbalan yang sesuai

dengan perjanjian yang sudah ditetapkan oleh pimpinan.

2. Profil motivasi kerja kedua yang muncul pada karyawan divisi produksi

CV “X” adalah valence rendah, instrumentality rendah, dan expectancy tinggi. Hal

ini mengindikasikan bahwa karyawan terdorong dalam bekerja tetapi tidak

memikirkan imbalan yang akan diberikan perusahaan. Karyawan divisi produksi

tidak memiliki keyakinan bahwa usaha dan kemampuan yang mereka miliki untuk

(30)

52

Meskipun demikian, karyawan memiliki keyakinan untuk mencapai target yang

telah ditetapkan pimpinan CV ‘X’ karena menurut karyawan target yang

ditetapkan cukup realistis dan mudah untuk dicapai karyawan.

3. Profil motivasi kerja ketiga yang muncul pada karyawan divisi produksi

CV “X” adalah valence rendah, instrumentality rendah, dan expectancy rendah.

Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan terdorong dalam bekerja tetapi tidak

memikirkan imbalan yang akan diberikan perusahaan. Karyawan divisi produksi

tidak memiliki keyakinan bahwa usaha dan kemampuan yang mereka miliki untuk

mecapai target tidak akan mempengaruhi besarnya imbalan yang akan diterima.

Selain itu, karyawan juga tidak memiliki keyakinan untuk mencapai target yang

telah ditetapkan pimpinan CV ‘X’ karena menurut karyawan target sulit untuk

dicapai.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa

saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan :

5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan untuk

mengembangkan penelitan ini secara mendalam dengan responden yang lebih

banyak atau dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih nyata dalam

responden, seperti status marital, masa bekerja, dan jenis kelamin untuk dijadikan

(31)

2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai

hubungan antara motivasi kerja dan kinerja karyawan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada para karyawan bagian produksi untuk selalu dapat

mengerahkan usaha yang optimal dalam bekerja sehingga dapat

meningkatkan produktivitas dan prestasi kerjanya.

2. Disarankan kepada pimpinan CV “X” untuk penyesuaian imbalan yang

proporsional dengan berusaha untuk lebih meningkatkan lagi pemberian

imbalan terhadap karyawannya, hal ini dimaksudkan untuk memelihara

semangat kerja karyawan.

3. Disarankan kepada pimpinan CV “X” untuk dapat mempertahankan

fasilitas-fasilitas yang telah disediakan perusahaan untuk para karyawannya dan

mampu meningkatkannya lagi, karena hal ini dapat memlihara semangat kerja

(32)

DAFTAR PUSTAKA

As,ad S.U, Moh. 1995. Psikologi Industri Seri Sumber Daya Manusia edisi keempat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Boston: Allyn & Bacon.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. London: Mc.Graw-Hill.

Ivachevich, John M. 2002. Organizational Behavior & Management sixth ed. New York : Mc. Graw-Hill.

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Siegel, S. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia.

Spector, Paul E. 2008. Industrial and Organizational Psychology. New York : John Wiley & Sons, Ltd.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Vroom, Victor Harold. 1995. Work and Motivation Revised Edition. San Francisco : Jossey-Bass Publisher.

(33)

DAFTAR RUJUKAN

Permatasari, Andra Ayu. 2012. Hubungan antara Motivasi Kerja dan Kinerja Pada Karyawan Marketing di Distributor Ban “X” Bandung. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha.

Vroom, Victor H. 2006. On the Origins of Expectancy Theory, Great minds in Management Oxford University.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : merancang sistem pengelolaan obat pada Apotek Langgeng Waras sehingga akan

Empat ribunya ini dipindah ke ruas kanan jadi enam x sama dengan sebelas ribu dua ratus dikurangi empat ribu jadinya tujuh ribu dua ratus.. terus x sama dengan tujuh ribu dua

Bakso Malang Mandeep (Cijambe) mengalami penurunan omzet sejak Agustus 2015 yang disebabkan salah satunya oleh belum menetapkan strategi pemasaran yang baik, belum

This study aims at identifying and describing the politeness strategies employed by the host of popular-based talk show to mitigate FTAs. This study is significant to provide

Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair tempurung kelapa ( Cocos nucifera Linn ) dan lama penyimpanan beserta interaksinya dalam mempertahankan

a.) Barang yang diekspor telah memenuhi persyaratan Ketentuan Asal Barang. b.) Pelaksanaan ekspornya didukung dengan dokumen-dokumen yang benar dan diperlukan. c.) Pengisian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan arsip inaktif di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman terutama yang berkaitan dengan;