• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERITAAN ISRAEL DAN PALESTINA DI MEDIA MASSA Analisis Framing Berita tentang Penyerangan Israel ke jalur Gaza Palestina di Harian Republika dan Kompas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERITAAN ISRAEL DAN PALESTINA DI MEDIA MASSA Analisis Framing Berita tentang Penyerangan Israel ke jalur Gaza Palestina di Harian Republika dan Kompas."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN ISRAEL DAN PALESTINA DI MEDIA MASSA

Analisis Framing Berita tentang Penyerangan Israel ke jalur Gaza

Palestina di Harian Republika dan Kompas

Rahmi Surya Dewi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

ABSTRAK

Peristiwa serangan Israel ke jalur gaza pada akhir Desember 2008 sampai pertengahan Januari 2009, telah menelan korban lebih dari 1400 orang rakyat Palestina. Peristiwa ini banyak mendapat kecaman dari berbagai pihak, apalagi ketika Israel memakai fosfor putih sebagai senjata yang dapat membakar apapun yang tertimpa olehnya. Kecaman demi kecaman tidak membuat langkah Israel surut, serangan baru dihentikan sehari menjelang pelantikan Obama sebagai Presiden Amerika. Peristiwa ini banyak mendapat sorotan di berbagai media massa baik media cetak atau elektronik, tak terkecuali harian Kompas dan Republika. Dalam menyajikan berita, media cetak tidak terlepas dari visi dan misinya. Keberadaan media cetak dalam teori sosial tidak terlepas dari interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa kebebasan pers yang bertanggungjawab, menghendaki tingkat kehati-hatian, kecerdasan pengelola media massa dalam mensiasati pasar pendukungnya.

Penelitian ini menganalisis teks berita sebagai wacana yang dikonstruksi oleh harian Republika dan Kompas. Harian-harian ini mempunyai kecendrungan tersendiri dalam pemberitaannya. Trend atau kecendrungan pemberitaan dapat dicermati melalui bagaimana kedua harian ini melakukan penonjolan yang berbeda terhadap fakta berita, mengkerangkan atau memberi frame pada isu yang berhubungan dengan visi dan misi yang diemban.

Untuk memahami hal tersebut, maka peneliti menggunakan analisis framing model Robert N.Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan, dengan menggunakan sejumlah perangkat yakni: define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), make moral judgement (membuat pilihan moral) dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).

(2)

1. Pendahuluan

Peristiwa serangan Israel ke jalur gaza pada 27 Desember 2008 sampai pertengahan Januari 2009, telah menelan korban lebih dari 1400 orang rakyat Palestina. Peristiwa ini banyak mendapat kecaman dari berbagai pihak, apalagi Israel memakai fosfor putih sebagai senjata yang dapat membakar apapun yang tertimpa olehnya. Kecaman demi kecaman tidak membuat langkah Israel surut, serangan baru dihentikan sehari menjelang pelantikan Obama sebagai Presiden Amerika. Peristiwa ini banyak mendapat sorotan di berbagai media massa baik media cetak atau elektronik, tak terkecuali Kompas dan Republika.

Dalam menyajikan berita, media cetak tidak terlepas dari visi dan misinya. Keberadaan media cetak dalam teori sosial tidak terlepas dari interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa kebebasan pers yang bertanggungjawab, menghendaki tingkat kehati-hatian, kecerdasan pengelola media massa dalam mensiasati pasar pendukungnya.

Dalam kehidupan berdemokrasi, media massa adalah salah satu pilar penting yang mendukung tegaknya demokrasi, Media masa adalah alat atau instrument yang paling efektif untuk menyampaikan pesan atau membentuk opini public sampai membangun branding image, juga media massa paling efektif untuk mengawasi jalannya pemerintahan.

Inilah yang kemudian menjadikan realitas media itu tidak netral, media massa yang berfungsi sebagai saluran komunikasi seringkali merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan, baik dari kepentingan pihak yang ada di dalam media maupun di luar lingkup media. Pada dasarnya realitas media, dan realitas sosial berbeda, sehingga berita yang di buat di mediapun berbeda, sehingga berita tersebut headlinenya tetap berbeda dari pristiwa yang sesunguhnya, sulit sekali media untuk netral karena ada kepentingan kepentingan.. Masyarakat tidak begitu paham bagaimana membedakan realitas yang terjadi, apa yang di muat di TV dan media massa seringkali dianggap sebagai kejadian yang sesunguhnya.

(3)

segmentasi khalayak. Pada gilirannya segmen pembaca ini akan mempengaruhi berita (Bimo Nugroho, dkk, 1999:4 dalam Farid Hamid, 2002:6).

Independen dan objektif merupakan dua kata kunci yang menjadi “kiblat” dan klaim setiap jurnalis di seluruh dunia. Seorang jurnalis selalu menyatakan bahwa dirinya telah bertindak objektif, seimbang dan tidak berpihak pada kepentingan apa pun, kecuali keprihatinan atas hak masyarakat untuk mengetahui kebenaran. Meskipun sikap independen dan objektif menjadi ‘kiblat’ setiap jurnalis, pada kenyataannya sering terdapat berita yang ditampilkan secara berbeda dari sebuah peristiwa yang sama.

Analisis Framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa mengungkapkan rahasia di balik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas di bingkai oleh media, melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa yang mengendalikan siapa, mana lawan mana kawan, mana patron mana klien, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, siapa yang membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya. (Eriyanto, 2002:vi).

Pemberitaan media pada sisi tertentu dan wawancara dengan pihak-pihak tertentu tidak hanya sebagai bagian dari teknik jurnalistik, tapi menandakan bagaimana peristiwa ditampilkan dan dimaknai. Pusat perhatian analisis framing adalah bagaimana media memahami dan memaknai realitas dan dengan cara apa realitas itu ditandakan. Analisis framing termasuk dalam kategori paradigma konstruksionis. . Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa atau keadaan.1

Penyerangan Israel ke Jalur Gaza yang telah menewaskan ribuan orang termasuk anak-anak yang tidak berdosa di Palestina dalam beberapa bulan terakhir ini, sangat menyentuh hati atas nama kemanusian. Namun jika diamati sejarah negara Israel dan ideologi zionisme yahudi. Ideologi zionis menyatakan bahwa bangsa Yahudi adalah “bangsa pilihan” dan Bani Israil lebih unggul dari manusia yang lain. Lebih dari itu, kaum zionis merasa berhak melakukan kekejaman atas bangsa lain. Ideologi rasis ini masuk ke dalam agenda dunia di akhir-akhir abad ke sembilan belas oleh Theodor Herzl

1 Syahputra,2006:73 : Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha

(4)

(1860-1904), seorang wartawan Yahudi asal Austria. Herzl dan teman-temannya membuat propaganda menjadikan kaum Yahudi sebagai ras terpisah dari Eropa.2

Pemisahan ini tidak akan berhasil jika mereka masih hidup “serumah” dengan masyarakat Eropa. Karena itu, membangun tanah air kaum Yahudi menjadi sangat penting. Theodor Herzl, sang pendiri zionisme, mulanya memilih Uganda. Kemudian Sang Zionis memutuskan untuk memilih Palestina. Alasannya, Palestina dianggap sebagai “tanah air kaum Yahudi” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan”. Inilah awal dari didiaminya tanah Palestina oleh Israel.

Penentangan terhadap ideologi zionis dan pendirian “Negara Israel” tidak hanya datang dari umat Islam, tapi juga dari orang Nasrani dan Yahudi. Benjamin Beit-Hallahmi akademisi di universitas-universitas Israel mengkritik kekerasan Israel terhadap Palestina dan menyatakan perdamaian hanya bisa dicapai jika Israel menyingkirkan ideologi zionisnya. Noam Chomsky, orang Yahudi, menulis banyak buku dan artikel yang sangat kritis terhadap zionisme dan kebijakan negara Israel serta yang mendukungnya.

Di awal tahun 1980-an muncul kalangan akademisi Yahudi yang menamakan diri “para sejarawan baru.” Mereka menyatakan keyakinan Israel sebagai “bangsa pilihan” adalah sebuah kebohongan. Menurut Tom Segev, anggota terpenting “sejarawan baru”, “Hampir hingga sekarang, kita tidak mempunyai sejarah negara ini (Palestina) yang sebenarnya, selain mitos.” Dulu, kritik seperti ini hanya disuarakan akademisi dan cendekiawan Muslim. Sekarang dinyatakan keras oleh banyak orang-orang Yahudi dan akademisi Kristen yang mencoba menilai kembali sejarah dengan sudut pandang yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan.

Pada tanggal 11 September 1922: senator dan konggres Amerika mengeluarkan keputusan tentang dukungan penuh mereka atas berdirinya Negara Israel di Palestina untuk menampung bangsa yahudi yang tersebar di dunia. Pada tanggal 11 Mei 1942: konfrensi zionis internasional diselenggarakan di hotel Baltimore New York yang

(5)

mengeluarkan keputusan bersama untuk merubah Palestina menjadi Negara yahudi, mengusir semua warga arab yang ada di dalamnya dan kalau mereka menolak atau melakukan perlawanan, maka harus di atasi dengan kekuatan militer. Melihat keputusan itu, Presiden Amerika pada waktu itu Roosevelt langsung memberikan dukungan atas hasil konferensi zionis itu.(M.Jamil Ghofur, 2004:1).

Berangkat dari peristiwa yang sama, media tertentu akan memberitakan dan menonjolkan sisi dan aspek tertentu. Sedangkan media lainnya meminimalisir, memelintir, bahkan menutup sisi atau aspek tersebut. Ini semua menunjukkan dibalik independensi dan objektivitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi dan bahkan ironi. Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media massa, besar kemungkinan akan ditemukan kesimpulan yang setara bahwa media apa pun tidak bisa lepas dari bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya bahkan agama. Oleh sebab itu tak ada media yang mempunyai independensi dan objektivitas yang absolut. Dengan kata lain agenda media akan dipengaruhi oleh suatu kombinasi antara program internal (keputusan editorial, manajerial), dan pengaruh luar dari sumber-sumber non media seperti individu-individu yang secara sosial berpengaruh, para pejabat pemerintah, dan sponsor-sponsor komerisal. Tanpa ada kesadaran seperti ini, orang akan dibikin bingung, terombang-ambing dan dipermainkan oleh penyajian media.

Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia di balik semua perbedaan (bahkan) pertentangan media dalam mengungkapkan fakta (Eriyanto, 2002:vi). Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentuk dan makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari tekhnik jurnalistik, melainkan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Ini sesungguhnya realitas politik, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan dan mereproduksi suatu peristiwa kepada pembacanya.

(6)

visi dan misinya. Berangkat dari visi dan misi ini pulalah peristiwa penyerangan Israel ke jalur gaza diberitakan secara berbeda-beda pula.

Konstruktivisme memandang realitas sebagai sesuatu yang ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersikap lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Pembuatan berita pada dasarnya merupakan proses penyusunan atau konstruksi kumpulan realitas sehingga menimbulkan wacana yang bermakna. (Aditjondro (dalam Eriyanto, 2002:165-166).

Penelitian ini adalah mengetahui bingkai pemberitaan Kompas dan Republika mengenai penyerangan Israel ke Palestina beberapa bulan terakhir ini, di jalur gaza. Survey awal menunjukkan bahwa Kompas dan Republika memiliki bingkai yang memiliki kecenderungan keberpihakan yang berbeda dalam memberitakan.

Sehubungan dengan maraknya pemberitaan tentang serangan Israel ke Jalur Gaza, maka penulis ingin mengkaji bagaimana media massa khususnya media cetak atau surat kabar dalam memberitakan serangan tersebut. Adapun penelitian ini akan memfokuskan pada kajian analisis isi kualitatif dengan menggunakan analisis framing (analisis bingkai) pada harian Republika dan Kompas.

Penelitian tentang analisis framing ini telah pernah juga dilakukan, salah satunya adalah analisis framing tentang terorisme pasca peristiwa runtuhnya WTC dan Pentagon di harian Republika dan Kompas. Dalam penelitian tersebut dituliskan hasil wawancara penulis dengan redaktur di harian Republika dan Kompas.

Harian Republika dan Kompas dijadikan sebagai objek studi, karena harian Republika dan Kompas merupakan surat kabar yang berskala nasional. Republika dengan tiras 90.000 sampai 125.000 perhari dan Kompas dengan tiras 500.000 sampai 600.000 perhari . Di samping itu, Dedi Junaedi (salah seorang redaktur Republika), mengatakan bahwa awal berdirinya harian Republika salah satunya disebabkan oleh terlalu sedikitnya media massa yang menyuarakan aspirasi umat Islam.

(7)

Islam, (dalam peristiwa runtuhnya WTC dan serangan Amerika ke Afghanistan) kalau pasar tidak mehendaki tentu Kompas tidak akan laku terjual. (dikutip dari, Rahmi Surya Dewi, 2004:8).

Data terakhir penulis dapatkan bahwa Kompas merupakan koran nasional dengan tiras 507 ribu eksemplar dan dibaca oleh 1,8 juta orang. Harian ini menempati urutan kedua terbesar secara nasional dengan tiras 2,2 juta eksemplar setelah Pos Kota, dengan keunggulan segmentasi umum dan berita-berita yang kerap ditulis secara mendalam (Cakram On Newspaper 2005).

Republika sendiri mengalami kenaikan tiras dari 105 ribu menjadi 202 ribu eksemplar setelah memberikan warna global pada isi tulisannya, bersinergi dengan The New York Times (AS) dan New Strait Times (Malaysia). Selain itu, identitas Islami Republika merupakan daya tarik kuat bagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam.

Selain itu alasan cakupan skala penerbitan dan tiras yang besar, perbedaan kharakteristik maupun ideologi yang dimiliki oleh kedua media tersebut yang merupakan faktor lain yang menjadi pertimbangan bagaimana masing masing media melakukan konstruksi pristiwa politik dan faktor apa saja yang mempengaruhinya

Untuk mengetahui proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, di antaranya analisis wacana, semiotika, dan analisis framing. Analisis framing merupakan metode yang paling sesuai karena dalam perspektif komunikasi, analisis ini dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. 3

Harian Kompas dan Republika merupakan media cetak dengan gaya pemberitaan yang berbeda, sesuai dengan frame masing-masing. Gitlin ( dalam Eriyanto, 2002:69) menyatakan bahwa bingkai media adalah pola yang selalu ada dalam bentuk kognisi,

3 perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita

(8)

interpretasi, dan presentasi dari seleksi, penekanan, atau pengucilan. Bingkai media diperlihatkan melalui konsepsi dan skema interpretasi wartawan dalam menyusun, mengisahkan, menulis, dan menekankan fakta dari suatu peristiwa atau isu tertentu. 4

Kompas terkesan berusaha menghindari bahasa genjatan senjata dan selalu memberitakan hal yang berkaitan dengan berita banjir dan kapal hilang pada headline ketika penyerangan dilakukan oleh Israel ke Palestina, padahal sudah ribuan rakyat Palestina yang meninggal, dan jarang gambar gedung palestina yang hancur diberitakan bahkan termasuk pemberitaan gedung PBB yang tidak luput dari pengeboman pesawat Israel, seolah olah pristiwa ini adalah hal yang biasa dan tidak ada.

Namun berbeda dengan Republika, dengan Pers Islami-nya memposisikan diri harian ini memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi realitas mengenai penyerangan tentara Israel ke Palestina beberapa bulan terakhir ini tidak ada yang tidak diliput oleh Republika dan setiap hari berita penyerangan zionis Israel terus dimunculkan pada halaman muka (headline). Sampai kepada masalah distribusi makanan, rakyat palestina yang meninggal, persediaan obat di rumah sakit, dan mengutuk penyerangan zionis Israel yang tidak punya rasa kemanusian. Dari kumpulan headline ini, pandangan kedua media cetak mengenai penyerangan Israel ke Palestina tampak menarik untuk dikaji, yaitu Bagaimana Konstruksi Pemberitaan Harian Republika dan Kompas terhadap serangan Israel ke Palestina (Hamas)”

Kerangka Pemikiran

Studi komunikasi massa kontemporer telah memperlihatkan keterkaitannya yang besar atas analisis terhadap isi pesan media, terutama pada analisis wacana media massa. Hal ini dimulai sejak disadarinya bahwa proses komunikasi bukanlah sekedar proses pertukaran lambang-lambang bermakna di antara individu. Dalam studi komunikasi saat ini, komunikasi lebih dimaknai sebagai proses pertukaran gagasan, pikiran atau ide-ide

(9)

dan pada akhirnya proses komunikasi, sebagaimana yang berkembang dalam tradisi kritis, terutama oleh Faucoult adalah menyiratkan sebuah proses saling menguasai.

Dalam pandangan kritis dikatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah penunjuk kesadaran-kesadaran sosial penggunanya (dalam hal ini manusia). Bahasa akan menunjukkan pandangan-pandangan dunia dari individu yang terbentuk lewat pengalaman-pengalamannya yang terakumulasi dari memori, sehingga bahasa seperti dalam konsep yang dikembangkan Halliday yaitu alat penunjuk ideologi dan identitas penuturnya. Sementara di pihak lain bahasa secara kritis juga disadari sebagai sebuah mode tindakan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Austin.(Stephen W. littlejohn, 1996).

Muhammad A.S. Hikam, dalam Yudi Latif (1996:85), menyebutkan bahwa bahasa digunakan untuk melaksanakan suatu tujuan tertentu oleh penggunanya. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada di dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, prespektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana ini melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruksionis, paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, kosentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis (paradigma transmisi).

(10)

Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menyususn citra tertentu atau merangkai ucapan tertentu dalam memberikan gambaran tentang realitas. Seorang komunikator dengan realitas yang ada akan menampilkan fakta tertentu kepada komunikan, memberikan pemaknaan tersendiri terhadap suatu peristiwa dalam konteks pengalaman dan pengetahuannya sendiri.

Menggunakan paradigma Peter D. Moss (dikutip Deddy Mulyana 2002:x), wacana media massa termasuk berita surat kabar, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi, karena sebagai produk media massa, berita surat kabar menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial.

Peter Dahlgren (dikutip Deddy Mulyana 2002 :xi) mengatakan, realitas sosial menurut pandangan konstruktivis (fenomenologis), setidaknya sebagian, adalah produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa. Van Dijk menyatakan bahwa lewat kampanye (dis)informasi kelompok kuat dapat menanamkan ideologi mereka ke kelompok lemah (Eriyanto, 2001:13). Dalam ungkapan Dennis McQuail, media massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran.(Stephen Littlejohn, 1996 :324). Maka, makna suatu peristiwa, yang diproduksi dan disebarluaskan oleh surat kabar, adalah suatu konstruksi makna temporer, rentan, dan terkadang muskil.

(11)

kepada para audiens (pembaca, pendengar, dan pemirsa) hari ini, esok atau lusa dan dari sumber mana informasi mesti dirujuk.

Dalam kaitan itu bagaimana media menentukan pilihan-pilihan untuk menonjolkan dan menyurutkan suatu peristiwa, bagaimana media mengemas sebuah informasi, banyak ditentukan oleh beragam nilai-nilai, kepentingan yang melingkupinya. Normalnya tafsiran media atas realitas ini tidak bisa dilepaskan dari visi dan misi media. Seperti dikatakan Dan Nimmo. Baik secara inplisit maupun eksplisit, dalam setiap organisasi berita (media massa) terdapat seperangkat nilai yang dominan yang menjadi pedoman pemikiran kebijakan, terutama dalam pemeliharaan berita. Nilai-nilai ini menurut Nimmo akan mempengaruhi pandangan media terhadap suatu kejadian (Dan Nimmo, 1993). Karena itulah media massa dianggap bukan sekedar menyebarkan realitas secara objektif dan menyerahkan pemaknaannya kepada pembaca secara penuh, melainkan media memberikan pandangan-pandangan dan tafsiran-tafsirannya atas realitas. Meski demikian, pengaruh ini sifatnya tidak lugas sebagaimana yang sering diulas dalam teori-teori komunikasi semacam Bullet Theory.

Proses saling mempengaruhi di sini bersifat diskursif, secara tidak langsung sebagaimana yang dikembangkan dalam konsep tentang wacana, terdapat dialog antara teks (isi pesan media) dengan pembacanya. Para pembaca membawa pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya dalam memaknai media. Pada sisi lain pandangan-pandangan yang didasarkan oleh penutur wacana (dalam hal ini para pengelola media) melalui wacananya (isi pesan media) pada hakikatnya ada yakni bentuk pengetahuan baru yang akan tersimpan dalam memori si pembaca, sehingga dalam memaknai realitas berikutnya bentuk pengetahuan baru itulah yang digunakan kembali oleh si pembaca.

(12)

terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Semua ini terjadi dalam suatu tatanan yang bersifat hirarki, melalui berbagai faktor atau tingkatan (level) berikut ini, yaitu:

Pertama, faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media.

Kedua, level rutinitas media (media routine). Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita.

Ketiga, level organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan.

Keempat, ekstramedia. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media.

Kelima Pengaruh ideologi. Ideologi di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.

Selain faktor internal (faktor institusi media itu sendiri) di atas, subjektivitas dalam media massa dipengaruhi dan ditentukan pula oleh faktor eksternal (kekuatan yang bersumber dari luar institusi media). Dengan kata lain, agenda media ditentukan oleh suatu kombinasi antara program internal (keputusan editorial, manajerial), dan pengaruh-pengaruh luar dari sumber-sumber non media seperti individu-individu yang secara sosial berpengaruh, para pejabat pemerintahan, sponsor-sponsor komersial, dan sejenisnya. (Littlejohn, 1996).

Penelitian ini mengambil berita dan diutamakan yang terdapat pada halaman depan (headline) pada harian Republika dan harian Kompas. Berita yang diambil yang berkaitan dengan pemberitaan tentang serangan Israel ke Jalur Gaza Palestina. Headline artinya judul berita, yang sering juga disebut sebagai kepala berita. Headline sangatlah penting, karena daya tarik berita dikuatkan dengan pemilihan judul berita yang baik dan tepat. Headline ini diutamakan karena headline atau berita utama berada di halaman depan. Halaman depan merupakan refleksi pilihan editor dari berita penting dan berita yang sengaja ditonjolkan untuk pembaca (Elizabeth C. Hanson, 1995 dalam Farid Hamid, 2002).

(13)

isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk journal of political Communication.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. (Robert N. Entman, dalam Eriyanto,2002: 186). Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu terentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau di bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain.

Framing adalah pendekatan untuk mengatahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut (Eriyanto,2002 : 187).

Berdasarkan hal tersebut, maka digunakan desain operasional analisis framing, khususnya mengikuti pendekatan Entman. Hal ini bertujuan untuk melihat kecenderungan pemberitaan pada harian Republika dan harian Kompas. Penelitian ini difokuskan atau hanya pada aspek analisis teks. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.

(14)

Elemen ini merupakan master frame/ bingkai yang paling utama. Ini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Sedangkan make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Elemen framing lainnya adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih apa yang dipilih unutk menyelesaikan masalah.,

Dalam salah satu tulisannya Entman menggunakan konsep framing untuk menjelaskan bagaimana peristiwa penembakan pesawat sipil bisa dipahami secara berbeda oleh media di Amerika (lihat Robert N Entman, Framing US Coverage of International News: Contrast in Narative of the KAL and Iran Air Incident, hlm.6-27).

Model Robert N. Entman

(15)

Define Problems

(pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peritiwa atau isu dilihat? Sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Disebabkan oleh apa peristiwa itu dilihat?

Make Moral judgement (membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk

menyelesaikan masalah?

Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah?

Bagan alur kerangka pikir

2.Metode Penelitian

Penelitian ini, mengambil harian Republika dan harian Kompas dengan objek penelitiannya adalah teks berita, diprioritaskan pada berita utama (headline). Berita-berita yang diambil adalah Berita-berita penyerangan Israel ke Jalur Gaza dalam rentang waktu

Faktor Internal Hierarchy of Influence (Shoemaker dan Reese) Konstruksionis

Analisis Framing model Robert N.Entman

Serangan Israel ke jalur Gaza di Media

Massa Faktor Eksternal

Sumber-sumber non Media (Denis McQuail dan

(16)

27 Desember 2008 sampai dengan 30 Januari 2009, yang dipilih tanggal dan tema yang mirip atau sama.

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan dalam upaya mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian. Karena itu penentuan tahapan, berikut teknik yang digunakan harus mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian. Secara rinci prosedur penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif, lebih khususnya adalah analisis framing (analisis bingkai). Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media melalui proses konstruksi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif. Metode analisis isi sendiri adalah: “Metode yang dapat dijabarkan sebagai suatu metode pendalaman terhadap makna simbol suatu pesan” (Klauss Krippendorff, 1984 :22). Dengan mengamati tanda-tanda (sign) yang terdapat dalam sebuah pesan (teks), kita dapat mengetahui ekspresi emosi dan kognisi si pembuat pesan itu, baik secara denotatif, konotatif, bahkan mitologis (Manning dan Cullun Swan dalam Agus Sudibyo, dkk, 2001 :20).

Pada umumnya, content analysis (analisis isi) digunakan untuk meneliti suatu kecenderungan tertentu, dalam suatu pemberitaan pada kurun waktu tertentu, mengenai suatu tema tertentu, baik studi tunggal maupun perbandingan antara sub-sub tema. Tetapi penelitian yang mendasari penelitian ini adalah analisis isi kualitatif dengan menggunakan analisis Framing. Analisis Framing adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis Framing lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi.

(17)

Pengambilan tema-tema pada kedua harian tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan:

1. Tema-tema tersebut diambil karena pada waktu itu merupakan hari-hari gencarnya serangan Israel ke jalur Gaza Palestina, sehingga mendapat kecaman dari berbagai negara di dunia.

2. Harian Republika dan Kompas diambil, karena harian ini tergolong media cetak nasional yang mempunyai oplah cukup besar.

3. Hasil dan Pembahasan

Ada beberapa temuan penting dari penelitian ini, yang secara umum dapat dikatakan bahwa harian Republika menganggap serangan Israel ke Palestina ini sebagai sebuah kejahatan perang. Adapun harian Kompas menganggap serangan tersebut sebagai balasan tentara Israel terhadap roket-roket yang dijatuhkan oleh Hamas ke wilayah Israel.

Isi pemberitaan pada harian Republika lebih sedikit bila dibandingkan dengan harian Kompas, dan kebanyakan dimuat seluruhnya pada halaman depan. Jika diamati isi pemberitaan pada Republika, terlihat Republika memaknai serangan Israel ke Jalur Gaza Palestina

Pada harian Kompas, isi beritanya mendapat kavling cukup besar, karena isi beritanya cukup banyak sehingga selalu dimuat bersambung ke halaman belakang. Namun berita tentang serangan Israel ke Jalur Gaza palestina ini jarang dimuat di halaman depan (headline), lebih sering di muat di kolom Internasional. Foto-foto yang dimuatpun kadang-kadang tidak mencerminkan dari isi berita tersebut. Sebagai contoh pada tanggal 10 Januari 2009 Kompas menulis berita dengan judul “Perang sengit terus berlanjut” dalam isi berita ditulis semakin banyak jatuh korban di Palestina, ketika memasuki hari ke-14 Israel melakukan 50 serangan udara ke jalur Gaza. Adapun foto yang dimuat di bagian atas berita adalah foto warga Palestina ketika menerima bantuan makanan dari PBB pada tanggal 8 Januari 2009.

(18)

Judul Isi berita/wawancara Sumber berita Krisis kemanusiaan di Gaza

Tanggal 4-01-09

Foto: seorang perempuan Palestina memeluk seorang anak di atas puing-puing rumah yang hancur dalam serangan udara Israel Sabtu (3/1).

Sampai Sabtu (3/1), militer Israel telah melancarkan lebih dari 750 serangan Palestina. ”Sedikitnya 75 anak-anak dan 21 wanita tewas dalam serangan terhadap salah satu daerah berpenduduk terpadat, ”kata petugas medis Gaza”

Juru bicara militer, petugas medis Gaza. Laporan AFP

Katyusha Hantam Israel Tanggal 9-01-09

Foto: Masjid Hancur: wrga berkerumun di sekitar reruntuhan Masjid Al-Noor di Gaza City, Kamis (8/1).

(19)

jaminan dari Hizbullah bahwa mereka tidak terlibat. Menteri urusan pensiunan Israel, Raif Eitan, meyakini melakukan operasinya di Gaza. ditolak Israel sepanjang kamis (8/1) malam hingga berarti perang berakhir” katanya kepada Al Jazeera, pria Palestina memegang sobekan Al-Qur’an saat

Foto: Anak-anak Palestina

(20)

bersama-sama di Kamp pengungsi Jabaliyah, senin (12/1)

cadangannya unuk

memasuki kota-kota di jalur Gaza.

Korban Tewas 1.000 Orang Israel dituding melakukan genosida mengantar jenazah menteri dalam negeri Palestina, Said

Israel Memasuki ”jantung” Gaza

(21)

membalas dengan artileri. pembagian bahan makanan PBB di gaza city, Kamis tewas bertambah menjadi 785 orang sejak Israel menyerang wiliyah itu pada 27 Desember 2008. kelompok Hamas membalas dengan menembakkan 15 roket ke dua kota di wilayah selatan Israel, yaitu

Rafah- Pemerintah Israel

melakukan kejahatan

perang karena terbukti secara ilegal menggunakan amunisi berisi fosfor putih

(22)

Foto: Anak-anak Palestina Presiden Abbas mendesak Hamas agar mengakui PLO

pejuang Palestina tanpa henti setelah tembakan roket kembali meluncur dari jalur Gaza. Pesawat tempur Israel kemaren menyerang kantor polisi kosong dan tujuh terowongan Gaza-Mesir.

Ehud Barak, Ahmed Abdul Gheit, Khaled Meshaal.

Frame Harian Kompas: Serangan Israel ke Palestina Israel Tolak Resolusi

Militer Israel akan terus melakukan operasinya di Gaza.

Pada tanggal 10 Januari 2009, Republika memuat erita pada halaman depan (headline) dengan judul Israel Tolak Resolusi. Berita ini dilengkapi dengan foto warga Palestina yang mengamati bangunan Hamas yang hancur oleh serangan misil Israel di Zaitun, Jumat (9/1). Serangan ini dilakukan pasca keluarnya resolusi PBB untuk genjatan senjata, pasukan udara Israel sepanjang malam memborbardir Gaza. Hamas membalas pada Jumat pagi dengan menembakkan roket. Berita ini ditulis sebanyak 10 paragraf. Berita ini juga dilengkapi dengan foto Ehud Olmert (PM Israel), Ayman Taha (Juru bicara Hamas) dan Condoleezza Rice (Menlu AS waktu itu). Di bawah foto tersebut juga dikutip pendapat mereka masing-masing terhadap resolusi PBB. Selain itu Republlika juga menulis butir dari Resolusi 1860 PBB tersebut. Berita ini di tulis dan dikutip dari sumber dengan insial ap/reuters/has.

(23)

Seleksi isu: Militer Israel akan terus melakukan operasinya di Gaza.

Penonjolan aspek tertentu dari isu:

Penonjolan isu dalam berita ini, lebih banyak mengupas tentang Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan genjatan senjata ditolak oleh Israel. Sepanjang Kamis malam hingga Jum’at Israel terus menggempur Jalur Gaza. Serangan ini menggempur lima titik, antara lain beberapa daerah yang diduga menjadi tempat peluncuran roket-roket Hamas. ”Termasuk, fasilitas pendukungnya” ujar seorang juru bicara militer Israel. Pesawat militer Israel, ungkap warga Gaza City, menjatuhkan bom-bom di luar kota. Petugas medis menambahkan, tank-tank Israel menembaki rumah-rumah di Beit Lahiya, utara Jalur Gaza, dan menewaskan enam orang satu keluarga penghuni rumah. Serangan ini merupakan serangan tahap ketiga. Pasukan darat tambahan dikerahkan ke jantung Gaza City untuk mengusir pejuang Hamas dan mengisolasinya menjadi wilayah aman.

Dalam pebrita isu yang paling banyak ditonjolkan selain Israel menolak Resolasi, adalah serangan Israel yang semakin genjar menyerang Gaza City, baik lewat darat maupun udara, sehingga menyebabkan infrastruktur warga Palestina hancur dan semakin banyaknya rakyat sipil tewas.

Define problem: Serangan udara Israel menggempur 50 titik, antara lain beberapa daerah kantong yang diduga menjadi tempat peluncuranroket-roket Hamas. ”Termasuk, fasilitas pendukungnya,” ujar seorang juru bicara militer Israel.

Diagnose Causes: pesawat militer Israel, ungkap warga gaza City, menjatuhkan bom-bom di luar kota. Petugas medis menambahkan, tank-tank Israel menembaki rumah-rumah di Beit Lahiya, uatara jalur Gaza, dan menewaskan enam orang, satu keluarga penghuni rumah. Dan pada Jumat pagi, militer Israel mengklaim, sedikitnya empat roket dilancarkan Hamas ke Beersheba, wilayah selatan Israel.

Make moral judgement : Ehud Olmert mengatakan bahwa “serangan roket pagi ini menunjukkan keputusan PBB tak bekerja”

Sementara pemimpin Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan tidak tertarik dengan isi resolusi karena tak memenuhi harapan.

(24)

abstain dalam voting di sidang DK PBB, Kamis (8/1) malam waktu setempat. Sekjen PBB Ban Ki-Moon meminta semua pihak menghormati isi resolusi. Mengomentari sikap abstainnya, Menlu AS Condoleeza Rice berdalih, piaknya masih menunggu inisiatif proposal genjatan senjata yang diajukan Mesir.

”Kami masih menunggu upaya mediasi Mesir untuk melihat apakah resolusi itu didukung,”ujarnya.

”Seorang diplomat mengatakan, beberapa saat sebelum voting Rice sempat menelpon Pm Israel Ehud Olmert dan Presiden AS George W Bush”.

Frame Harian Kompas: Serangan Israel ke Palestina Perang Sengit Terus Berlanjut

Hamas masih bertahan setelah 14 hari

Pada tanggal 10 Januari 2009, Kompas menulis berita dengan judul “perang sengit terus berlanjut” berita ini ditulis sebanyak 17 paragraf, dengan dilengkapi foto sekelompok orang Palestina sedang antrian menunggu pembagian bantuan berupa bahan makanan. Di bawah foto tersebut dditulis seorang pemuda Palestina membawa satu aranung tepung terigu yang diterima dari salah satu pusat pembagian bahan makanan PBB di Gaza City, Kamis (8/1). Warga Gaza kecewa karena PBB kemarin menghentikan sementara pemberian bantuan ke jalur Gaza setelah sebuah tank Israel menewaskan dua warga Palestina di atas truk berbendera PBB. Berita ini juga menulis pada teras berita, kendati dewan keamanan PBB telah menetapkan resolusi 1860, konflik di jalur Gaza terus berkobar. Israel masih menghujani jalur Gaza dengan bom dan mortir, Jumat (9/1). Berita ini ditullis oleh Mustafa Abd Rahman. Dan diambil dari sumber berita dengan inisial (AP/AFP/Reuters/Fro/Mam).

Frame: Perang sengit terus berlanjut meskipun Dewan Keamanan PBB telah menetapkan Resolusi, namun Hamas masih bertahan setelah 14 hari.

Seleksi Isu: Gagalnya Resolusi DK PBB No.1860 mengenai situasi di Jalur Gaza. Penonjolan Aspek tertentu dari isu:

(25)

Define problem: Memasuki hari ke-14, Israel melakukan sekitar 50 serangan udara ke Jalur Gaza dan menewaskan 22 warga sipil. Jumlah korban tewas bertambah menjadi 785 sejak Israel menyerang wilayah itu pada 27 desember 2008. kelompok Hamas membalas dengan menembakkan 15 roket ke dua kota di wilayah selatan Israel, yaitu Beersheba dan Ashkelon, serta melukkia satu orang. Tank-tank Israel memasuki sejumlah lokasi di Gaza. Saksi mata menuturkan, tank Israel mengenai target di Jabaliya dan Beit Lahiya di utara serta Zeitun. Pada paragraf keempat Kompas juga menulis, baik Israel maupun Hamas menolak menerima Resolusi Dewan Keamana PBB nomor 1860 yang antara lain mendorong genjatan senjata segera antara Palestina dan Israel di jalur gaza.

Yang menjadi permasalahan disini adalah penolakkan terhadap resolusi inilah yang menyebabkan peperangan yang sengit ini terus berlanjut.

Diagnose Causes: gagalnya resolusi PBB nomor 1860 disebabkan oleh beberapa faktor. Dari pihak Hamas dengan tegas menolak karena resolusi itu mengabaikan kepentingan rakyat Palestina. Hal ini ditulis Kompas pada paragraf enam.

“....Hamaspun tegas menolak karena resolusi itu mengabaikan kepentingan rakyat Palestina”

Dari pihak Israel Resolusi dan genjatan senjata ditolak disebabkan oleh kondisi politik internal Israel menjelanng pemilu legislatif pada 10 Februari membuat partai politik di Israel berlomba mencari simpati dan popularitas.. Dalam hal ini Kompas mengutip pendapat dari Azmi Bishara (pemikir Palestina).

“Bishara mengatakan, popularitas partai kadima pimpinan Menli Tzipi Livni dan Partai butuh pmpinan Ehud Barak yang sedang berkuasa kini sedang melorot dibandingkan dengan partai oposisi Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu”. Oleh karena itu lanjut Bishara, Livni dan Barak memutuskan menyerang Jalur Gaza dengan harapan bisa menaikkan popularitas. Aksi ini juga berkaitan dengan masa transisi di AS dari pemerintahan presiden George W Bush kepada Barac Obama”.(p.15-16)

(26)

Make moral Judgement : Kompas menulis pada paragraf sebelas, kepedulian terhadap rakyat Palestina jangan dikotori kepentingan politik dalam negeri yang sebentar lagi melaksanakan pemilu, hal ini dikutip dari pendapat ketua pAN Sutrisno Bachir.

Treatment Recommedation: pada paragraf tujuh memuat juga berbagai aksi protes mendesak penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza yang terjadi disejumlah tempat. Hal ini yang lebih dekat pada solusi yang ditawarkan Kompas. Berikut kutipannya:

“aksi protes mendesak penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza terjadi di sejumlah tempat. Puluhan ribu orang di Irak, tepi Barat, Jerussalem, Mesir dan Jordania turun ke jalan menyerukan tuntutan mereka, Jumat ”

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa antara pendekatan positifis dan pendekatan kostruksionis terdapat perbedaan yang cukup jelas dalam menilai sebuah berita. Dalam pandangan positifis, berita dinilai sebagai sebuah informasi, atau perpindahan dari sebuah peristiwa kepada bentuk tulisan atau lisan. Lazim juga disebut sebagai representasi dari sebuah kenyataan yang dihadirkan kepada khalayak. Dalam pandangan positifis, menonjolkan sebuah sumber berita, memuat wawancara dengan seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, atau memilih nara sumber untuk melengkapi beritanya, peliputan berita yang dinilai memihak pada suatu kelompok dan mendiskriditkan kelompok lain, maka hal itu dinilai sebagai bias atau kekeliruan dari wartawan. Sedangkan dalam pandangan konstruksionis, hal itu merupakan sesuatu yang lazim, karena berita dalam pandangan konstruksionis bersifat subjektif. Opini tidak dapat dihilangkan. Ketika meliput berita, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

(27)

Konsep ideologi di atas dapat membantu menjelaskan bagaimana kecenderungan media dalam memaknai realitas-realitas sosial-politik, bagaimana serangan Israel ke Jalur Gaza Palestina dibingkai dalam kerangka tertentu, tidak dibingkai dalam bentuk lain, hal ini bukan semata-mata disebabkan skema wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi pemaknaan terhadap suatu peristiwa. Wartawan yang telah hidup dalam sebuah institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja, dan aktivitas masing-masing yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A.S. 1992. Komunikasi Media Massa dan Khalayak. Makassar:Hassanuddin University Press.

Berger, Artur Asa. 1991. Media Analysis Techniques, Revised Edition, Beverly Hills, Sage Publication.

Bennet, Lance. 1996. Media Agen Konstruksi Sosial Sesuai Dengan Kepentingannya, The Politic Of Illusion, United Stated: Longman Publishers.

Combs, Mc. 1997. Agenda Setting dan Fungsi Media hasil terjemahan dari judul asli, Agenda Setting Function Of Mass Media. Publik Opinion Quertely.

Effendi, Onong U. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung ; Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana :Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:LKIS. 2002, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,

Yogyakarta:LKIS.

Findley, Paul. 1992. Lobi Yahudi di Kongres Amerika. Surabaya:Duta Ilmu.

Fisher, B.Aubrey.1986. Teori-teori Komunikasi, Penyunting Jalaluddin Rakhmat Bandung: CV.Remaja Karya

Gerges, Fawaz.A.2002. Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan. Jakarta:Alvabet

Garst, Robert E and Theodore M.Bernstein. 1961. Headlines and Deadlines. New York: Columbia University Press

(28)

Hidayat, Nur Dedy. 2007. Pengantar Komonikasi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hikam, Muhammad AS.1996. Bahasa dan Politik: Penghampiran “Discursive Praktice” dalam Latif Y.dan Ibrahim, I.S (ed.), Bahasa dan Kekuasaan : Politik Wacana di Panggung Orde Baru.

Krippendorff, Klaus. 1984. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers.

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. California: Wadsworth Publishing Company.

McQuail, Dennis. 1991. teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Alih Bahasa Agus Dharmawan dan Amiruddin. Jakarta:Pen.Erlangga.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999. Nuansa-nuansa Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Bimo, dkk. 1999. Politik Media Mengemas Berita. Jakarta : Institut Studi Arus Informasi (ISAI).

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung. Rosdakarya.

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yokyakarta: LKIS. Syamsul M.Romli, Asep.1999. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosdakarya

Yusuf, Almuzzamil, 2001. Terorisme Israel, Bandung:Asy Syaamil Press.

Tesis, Journal dan Artikel

Entman, Robert M. and Andrew Rojecki, 1993. “Freezing Out the Public: Elit and Media Framing of the U.S. Anti Nuclier Movement”. Political Communication. Vol.No.1.

Sudibyo, Agus. 2001. Tinjauan Teoritis Analisis Framing. Pantau. No 10.

Majalah dan Surat Kabar

Referensi

Dokumen terkait

Kesehatan anak sangat tergantung pada ibunya sehingga permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara karakteristik dan sikap ibu anak usia

Dari hasil pengujian ini juga dapat disimpulkan bahwa komunikasi serial antara tensimeter dengan modul Bluetooth bekerja dengan baik, dibuktikan dengan data hasil

When you send us samples of internally assessed work, you must include a printout of your internally assessed marks, as well as all the forms specified in the samples

TRADISI HAJAT BUMI DI DÉSA JAGABAYA KACAMATAN PANAWANGAN KABUPATÉN CIAMIS PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

34 Tabel 4.31 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Bila adik merasa terganggu akibat asap rokok oleh orang yang merokok di sekitar adik, maka adik akan”

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Pertama Melalui keteladanan, dalam pelaksanaan pembinaan akhlak guru memberikan contoh yang baik berupa perkataan maupun perbuatan

Berdasarkan data yang terkumpul, dapat dikatakan bahwa semua responden mendukung diperlukan suatu perbaikan sistem tata kelola lembaga pendidikan Katolik. Lebih lanjut,