• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Self-Esteem Terhadap Tahap-tahap Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XII di SMA "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Self-Esteem Terhadap Tahap-tahap Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XII di SMA "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi self-esteem terhadap tahap-tahap orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung. Responden merupakan seluruh populasi siswa kelas XII di SMA “X” Bandung sebanyak 211 siswa.

Alat ukur yang digunakan adalah self-esteem inventory berdasarkan teori Coopersmith (1967) yang diterjemahkan oleh Veronica (2009) dan kuesioner orientasi masa depan dari Nurmi (1989) yang diterjemahkan oleh Dr. Hanna W., Psik dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner self-esteem terdiri dari 33 item valid dengan reliabilitas sebesar 0,915. Kuesioner orientasi masa depan terdiri dari 16 item valid dengan reliabilitas sebesar 0,583 (motivasi), 0,635 (perencanaan), dan 0,467 (evaluasi). Data tersebut diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan uji reliabilitas Alpha Cronbach.

Data penelitian diolah dengan teknik regresi linier sederhana. Hasil yang diperoleh adalah self-esteem memiliki kontribusi secara signifikan terhadap tahap motivasi sebesar 19,4%; tahap perencanaan sebesar 23%; tahap evaluasi sebesar 16,6% dan faktor sosial-ekonomi dari orientasi masa depan memiliki kecenderungan keterkaitan dengan tahap motivasi dan tahap evaluasi, dan faktor keluarga; informasi memiliki kecenderungan keterkaitan dengan tahap motivasi; dukungan dan diskusi dengan ketiga tahap orientasi masa depan.

Peneliti menyarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi faktor-faktor orientasi masa depan terhadap orientasi masa depan. Peneliti menyarankan sekolah untuk membantu siswa melalui program atau penyuluhan upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam merencanakan pendidikan di masa depan dengan memperhatikan self-esteem siswa dan saran bagi siswa untuk melakukan evaluasi mengenai diri yang berhubungan dengan merencanakan pendidikan.

(2)

Abstract

The purpose of this study was to determine the contribution of self-esteem on the stages of future orientation in education in students grade XII at “X” high school Bandung. There are 211 students based on whole population.

Researcher used self-esteem inventory that made based on Coopersmith (1967) translated by Veronica (2009) and future orientation questionnaire that made based on Nurmi (1989) translated by Dr. Hanna W., Psik and modified by researcher. Self-esteem questionnaire consist of 33 valid items and the reliability is 0,915. Future orientation questionnaire consist of 16 valid items and the reliability are 0,583 (motivation), 0,635 (planning), and 0,467 (evaluation). Data obtained by using correlation of Spearman and Alpha Cronbach reliability test.

Data was processed with linear regression techniques. The result are, there is a significant contribution of self-esteem on motivation as much as 19,4%; on planning as much as 23%; evaluation as much as 16,6% and social-economic factor tend to relevance to the motivation and evaluation stage, and family factor; information tend to relevance to motivation stage, support and discussion tend to relevance to all stages.

Researcher suggest the next researcher to do a study about contribution of future orientation factors on future orientation. Researcher suggest the school for helping students through a program or counseling to improve students’ ability to plan their education in the future regard to student’s self-esteem, and for the students to evaluate their own self that associated with planning their education.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..……….i

LEMBAR PENGESAHAN………...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN………...……….iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN………...……iv

ABSTRAK………...……...…....…v

ABSTRACT………..…………..vi

KATA PENGANTAR………...vii

DAFTAR ISI………...…...ix

DAFTAR TABEL………....xii

DAFTAR BAGAN………...………..……..xii

DAFTAR LAMPIRAN………...………xiv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….……...1

1.2. Identifikasi Masalah………..8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian……….……….8

1.3.2. Tujuan Penelitian……….……...9

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis………...….……..9

1.4.2. Kegunaan Praktis……….…...9

(4)

1.6. Asumsi Penelitian………....19

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan……….……...27

2.2. Tinjauan Tentang Self-Esteem 2.2.1. Definisi Self-Esteem……….….28

2.2.2. Aspek-Aspek Self-Esteem……….……29

2.2.3. Derajat Self-Esteem……….……..31

2.3. Penelitian Self-Esteem dan Orientasi Masa Depan………..31

(5)

3.4.3. Data Pribadi dan Data Penunjang……….……44

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.4.1. Validitas Alat Ukur……….…...45

3.4.4.2. Reliabilitas Alat Ukur……….…...45

3.5. Populasi Sasaran………..46

3.6. Teknik Analisis Data……….………..46

3.6.1 Uji Asumsi Klasik…………..……….…………..47

3.7. Hipotesis Statistik………....48

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian……….………..49

4.2. Hasil Penelitian……….……...50

4.3. Pembahasan……….…………50

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan………...…….…….56

5.2. Saran Teoritis………....…..56

5.3. Saran Praktis………...57

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Item Positif dan Negatif Alat Ukur Self-Esteem Inventory (SEI)………..……….38

Tabel 3.2. Bobot Item Positif dan Negatif..…….………....39

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian………...………39

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan………40

Tabel 3.5. Kriteria Penilaian………...……44

Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………49

Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jurusan………...50

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir………...………...…….19

Bagan 2.1 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan………...………...23

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Esteem

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Orientasi Masa Depan

Lampiran 3 Data Mentah

Lampiran 4 Hasil Self-Esteem

Lampiran 5 Hasil Tahap-Tahap Orientasi Masa Depan

Lampiran 6 Regresi Self-Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan

Lampiran 7 Hasil Pengukuran Data Penunjang

Lampiran 8 Hasil Tabulasi Silang

Lampiran 9 Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran 10 Pernyataan Persetujuan

Lampiran 11 Kuesioner Orientasi Masa Depan

Lampiran 12 Kuesioner Self-Esteem

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki peran

yang penting, terutama dalam mempengaruhi masa depan seseorang. Semakin banyak orang yang

berlomba untuk membekali diri dengan keterampilan dan wawasan. Salah satunya, mencurahkan

segala perhatian dan usaha untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dan tinggi dengan

harapan memperoleh kehidupan masa depan yang lebih baik (edukasi.kompasiana).

Pendidikan tersebut dapat diperoleh dengan menempuh pendidikan formal melalui

sekolah. Pendidikan formal menjadi bekal awal siswa untuk dapat terjun di masyarakat. Sekolah

Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal yang ditempuh siswa

setelah lulus dari sekolah menengah pertama. Orientasi akademik jenjang pendidikan SMA

adalah untuk mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu

perguruan tinggi. Melalui perguruan tinggi, siswa dipersiapkan untuk dapat terjun dalam dunia

kerja sesuai dengan bidang yang dipilih. Selain itu, gelar yang diperoleh melalui perguruan tinggi

dapat membantu siswa dalam mewujudkan cita-citanya dan mendapatkan kesempatan bekerja

yang lebih baik karena saat ini untuk mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik, tidak

cukup hanya lulus dan mengandalkan ijazah SMA atau jenjang sederajat lainnya. Sebagian besar

lowongan pekerjaan yang ditawarkan ke masyarakat juga mensyaratkan lulusan Strata-1 atau

(10)

Pada umumnya siswa SMA berada dalam tahap remaja (16-18 tahun). Santrock (2003)

mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa

yang mencakup perubahan-perubahan, seperti perubahan kognitif dan sosio-emosional. Remaja

sudah dapat berpikir lebih abstrak, idealistik, dan logis dibandingkan anak-anak. Remaja mulai

dapat berpikir, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji

pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Dalam masa remaja kawan sebaya memainkan peran yang

penting dalam kehidupan. Remaja lebih banyak menyesuaikan diri terhadap standar kawan

sebayanya. Selain itu juga, remaja mulai didorong untuk mencapai otonomi dan dapat mengambil

keputusan yang matang secara mandiri. Salah satunya, keputusan-keputusan mengenai masa

depan dalam bidang pendidikan karena diantara kehidupan di masa depan yang banyak mendapat

perhatian dari para remaja adalah pendidikan, di samping dunia kerja dan hidup rumah tangga

(Nurmi, 1989).

Memilih perguruan tinggi serta jurusan kuliah adalah salah satu keputusan penting yang

dapat menentukan kehidupan siswa SMA, khususnya kelas XII, yang berencana meneruskan

pendidikan tinggi setelah lulus. Namun, seringkali siswa kebingungan ketika harus memilih

jurusan kuliah. Dari data yang diperoleh melalui DIKTI, terdapat 3178 perguruan tinggi yang

terdiri dari 100 perguruan tinggi negeri dan 3078 perguruan tinggi swasta dan ±15 fakultas

dengan terdapat ±124 jurusan kuliah di Indonesia. Banyaknya pilihan perguruan tinggi dan

jurusan di Indonesia dapat membuat siswa bingung untuk memilih. Selain itu, siswa juga masih

harus mempertimbangkan hal lain sebelum memilih jurusan yang tepat. Seperti, kesesuaian

antara minat dan kemampuan yang dimiliki dengan jurusan kuliah yang akan dipilih. Jika siswa

tidak dapat memilih jurusan kuliah sesuai dengan kemampuan dan minatnya, hal tersebut dapat

memunculkan permasalahan. Antara lain, siswa mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan

(11)

3

menyenangkan dan hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Siswa juga

jadi kurang memiliki minat untuk belajar sehingga prestasi yang didapatkan siswa kurang

optimal. Selain itu, siswa menjadi kurang percaya diri dan merasa minder dihadapan

teman-temannya.

Seperti yang dialami oleh sebagian alumni siswa SMA “X”Bandung. SMA “X” Bandung

merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri terbaik dengan akreditasi A di Kota

Bandung. Menurut data dari PPDB tahun 2015, SMA “X” Bandung menempati passing grade tertinggi kedua di Kota Bandung. Siswa/i SMA “X” Bandung memiliki prestasi yang cukup

banyak dibidang sains, seni, dan olahraga. Seperti, peringkat 1 aritmatika tingkat kota tahun

2009, peringkat 3 olimpiade robotik tingkat internasional tahun 2011, peringkat 2 dalam red fox

baseball cup tingkat nasional tahun 2013, dan peringkat 1 dalam wondercup dance competition tingkat nasional tahun 2014.

Berdasarkan wawancara terhadap kurang lebih 15 alumni dari SMA “X” Bandung dalam

sebuah acara edukasi mengenai pemilihan jurusan kuliah, yang dilaksanakan oleh salah satu biro

psikologi di Bandung, didapatkan bahwa hampir seluruh siswa merasa kesulitan dalam memilih

jurusan kuliah yang pasti. Siswa merasa kesulitan karena beragamnya jurusan kuliah yang ada di

Indonesia. Selain itu, siswa menilai bahwa dirinya kurang cukup kompeten dan menilai bahwa

dirinya tidak pantas sehingga ragu atau tidak berani untuk mencoba memilih jurusan kuliah

tertentu, terutama jurusan kuliah yang memiliki passing grade yang tinggi. Hal tersebut membuat

siswa menjadi semakin bingung untuk memilih jurusan kuliah yang cocok dengan minat dan

kemampuan dirinya secara tepat. Siswa juga tidak dapat membuat perencanaan mengenai apa

saja yang harus dilakukannya karena tidak dimilikinya pilihan jurusan yang akan menjadi

(12)

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada salah satu pengajar di SMA “X”

Bandung. Didapatkan bahwa, tiap tahunnya, sebagian besar siswa di SMA “X” Bandung

berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi setelah lulus, namun seringnya siswa

mengalami kesulitan pada saat harus memilih jurusan kuliah. Hal tersebut banyaknya dialami

oleh siswa kelas XII. Siswa merasa bingung memikirkan jurusan apa yang kira-kira cocok

dengan dirinya. Selain itu juga, seringnya siswa menilai rendah dirinya, seperti merasa bahwa

orang lain lebih mampu atau lebih baik dibandingkan dirinya. Terdapat juga siswa yang menilai

dirinya kurang pantas untuk memilih suatu jurusan kuliah tertentu karena passing grade yang

tinggi.

Siswa, khususnya kelas XII, perlu memiliki perhatian dan antisipasi mengenai masa

depan di bidang pendidikan untuk dapat menghindari hal tersebut. Gambaran yang dimiliki

individu tentang dirinya dalam konteks masa depan disebut sebagai orientasi masa depan (Nurmi,

1989). Gambaran yang dimiliki individu dalam konteks masa depan memungkinkan individu

untuk menentukan tujuannya dan mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut bisa terealisasikan.

Orientasi masa depan berlangsung melalui tiga tahap yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi

(Nurmi, 1989). Individu yang memiliki motivasi yang kuat, perencaan yang terarah, dan evaluasi

yang akurat dapat dikatakan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Siswa yang memiliki

orientasi masa depan yang jelas, sudah dapat menentukan jurusan kuliah yang menjadi tujuannya

dengan alasan yang realistik sehingga dapat menyusun rencana yang spesifik untuk dapat

mencapai tujuannya serta dapat melakukan evaluasi secara akurat. Dengan seperti itu, siswa

sudah memiliki pedoman untuk dapat mencapai tujuan yang dimilikinya. Sedangkan, bagi siswa

yang memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas, mereka belum dapat menentukan pilihan

(13)

5

Dari wawancara yang dilakukan terhadap 10 siswa kelas XII di SMA “X” Bandung, siswa

mengatakan bahwa mereka semua berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi

setelah lulus. Dari 10 siswa, sebanyak 60% (6 orang) siswa masih merasa ragu mengenai jurusan

apa yang akan dipilih. Siswa mengatakan bahwa mereka masih bingung memilih jurusan kuliah.

Mereka merasa bingung dengan banyaknya pilihan dan tidak mengetahui jurusan apa yang

kira-kira akan sesuai dengan kemampuan dan minatnya, sehingga cukup sulit bagi siswa dalam

menentukan pilihan dan sebanyak 40% (4 orang) siswa sudah dapat memilih suatu jurusan yang

dirasa sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Seperti memilih jurusan ilmu

komunikasi karena dirinya pandai berbicara dan menyukai hal tersebut, serta memiliki impian

untuk bekerja di stasiun televisi dan merasa yakin dengan pilihannya.

Selain dimilikinya motivasi, siswa juga perlu menyusun rencana dalam usaha pencapaian

tujuan yang dimilikinya. Dari hasil wawancara, didapatkan juga bahwa 70% (7 orang) siswa

belum memiliki perencanaan yang spesifik dan sistematis, hanya mengatakan belajar, berdoa dan

umumnya mereka menginginkan untuk fokus terlebih dahulu pada tujuan jangka pendek, yaitu

lulus UAN. Mereka merasa masih banyak waktu untuk memikirkan kuliah setelah mereka

menyelesaikan UAN. Kemudian, sebanyak 30% (3 orang) siswa sudah memiliki perencanaan

yang spesifik dan sistematis seperti menjaga nilai tetap baik untuk bisa diterima melalui jalur

undangan, mengikuti bimbingan belajar intensif, dan memiliki rencana untuk mengikuti tes ujian

saringan di beberapa universitas yang berbeda dengan pilihan jurusan yang diminati, bila tidak

lolos melalui jalur undangan.

Setelah siswa menyusun rencana, siswa perlu melakukan evaluasi kemungkinan

terealisasinya tujuan yang telah dibentuk dan rencana-rencana yang telah disusun. Dari 10 siswa,

sebanyak 70% (7 orang) siswa belum dapat melakukan evaluasi karena mereka masih belum

(14)

orang) siswa yang sudah dapat melakukan evaluasi. Mereka sudah dapat menilai kemampuan diri

yang dimilikinya, seperti pandai berbicara di depan umum, menguasai bahasa asing dan memiliki

prestasi dalam bidang debat, dan ditambah dukungan yang diberikan oleh orangtua mereka dirasa

dapat menjadi dorongan untuk diterima di jurusan yang diinginkan.

Penting bagi siswa melakukan penilaian diri untuk dapat merencanakan masa depan.

Penilaian diri ini berkaitan dengan proses yang disebut dengan self-esteem. Dalam teori Nurmi

(1989) self-esteem merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989) terhadap remaja mengenai self-esteem,

diketahui bahwa self-esteem menjadi dasar remaja untuk lebih memiliki internal beliefs mengenai

situasi saat ini dan internal attitudes terhadap masa depan. Remaja dengan self-esteem tinggi juga

lebih memikirkan masa depan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan remaja

dengan self-esteem rendah (Rauste-Von Wright, dalam Nurmi 1989). Remaja dengan self-esteem

lebih tinggi lebih memikirkan kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi pada dirinya

berdasarkan kemampuan dan pemikirannya sendiri, bukan pengaruh orang lain. Selain itu

individu memiliki rasa tanggung jawab terhadap setiap aksi yang mereka lakukan karena

memutuskannya sendiri. Selain itu juga, Coopersmith (1967) menyatakan bahwa seseorang

dengan self-esteem yang tinggi lebih realistis dan terarah terhadap personal goal yang

dimilikinya.

Menurut Coopersmith (1967) self-esteem merupakan evaluasi diri yang berkaitan dengan

dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat

dimana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga. Siswa

yang memiliki self-esteem yang tinggi memiliki power untuk mengendalikan perilakunya sendiri

dan orang lain. Kekuatan diungkapakan oleh pengakuan dan hormat yang diterima siswa, seperti

(15)

7

sayang dari orang lain, seperti siswa merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh orang lain. Selain

itu, siswa taat terhadap standar moral dan etika yang berlaku dan siswa memiliki competence

untuk sukses dalam memenuhi tuntunan prestasi, seperti siswa menilai bahwa dirinya mampu

untuk menghadapai tugas atau ujian dengan baik. Sedangkan, siswa dengan self-esteem rendah

kurang dapat mengendalikan perilaku orang lain ataupun perilakunya sendiri, kurang menerima

perhatian dan kasih sayang dari orang lain, kurang memiliki kemampuan untuk taat dan kurang

dapat memenuhi tuntunan prestasi.

Dari hasil wawancara, didapatkan sebanyak 40% (4 orang) siswa puas akan dirinya serta

kemampuan yang dimilikinya, seperti siswa bangga dengan dimilikinya prestasi dalam bidang

olahraga, menguasai bahasa asing dengan baik, dan pandai berbicara di depan umum. Siswa

merasa dirinya mampu atau kompeten sehingga seringnya merasa optimis. Selain itu siswa juga

menilai bahwa pendapat atau keputusan yang dibuat, dihargai oleh orang tua dan orang di

sekitarnya dan sebanyak 60% (6 orang) siswa menilai dirinya kurang mampu dan kurang puas

dengan dirinya. Siswa menilai dirinya masih memiliki banyak kekurangan, seperti prestasi atau

kemampuan tertentu sehingga seringnya merasa kurang yakin dengan dirinya dan pesimis dengan

yang apa yang dikerjakan. Siswa menilai banyak orang lain yang lebih mampu dari dirinya dan

bisa mengalahkan dirinya. Terdapat siswa juga yang merasa dirinya kurang dihargai oleh

orangtua saat mengutarakan suatu pendapat, keinginan ataupun suatu keputusan hingga siswa

merasa kurang mendapatkan perhatian.

Terlihat dari keseluruhan wawancara yang telah dilakukan terhadap 10 siswa, terdapat 2

siswa yang puas akan dirinya dan kemampuan yang dimilikinya, sudah dapat menentukan

jurusan kuliah yang dirasa sudah sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki siswa dan

sudah memiliki perencanaan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta sudah dapat

(16)

kurang kompeten dan kurang dihargai oleh orang lain, belum dapat menentukan jurusan kuliah

secara pasti, belum dapat membuat perencanaan dan belum dapat melakukan evaluasi. Namun,

tidak semua siswa yang puas akan dirinya, sudah memiliki pilihan jurusan kuliah yang pasti dan

memiliki perencanaan serta melakukan evaluasi. Terdapat 2 siswa yang menilai dirinya mampu,

kompeten dan puas akan dirinya namun belum dapat memilih jurusan kuliah, belum memiliki

perencanaan dan belum dapat melakukan evaluasi. Begitupun sebaliknya, terdapat 1 siswa yang

sudah dapat memilih jurusan kuliah dan memiliki perencanaan serta dapat melakukan evaluasi,

namun merasa kurang puas akan dirinya, menilai dirinya kurang kompeten, dan menilai bahwa

dirinya kurang dihormati oleh orang lain.

Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa terdapat variasi self-esteem dan tahap-tahap

orientasi masa depan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

kontribusi self-esteem terhadap tahap-tahap orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa

kelas XII di SMA ”X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi self-esteem terhadap

tahap-tahap orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII di SMA ”X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai self-esteem dan

(17)

9

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi self-esteem terhadap

tahap-tahap orientasi masa depan pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Memberikan informasi mengenai kontribusi self-esteem terhadap tahap-tahap orientasi

masa depan bidang pendidikan yang dimiliki siswa SMA kelas XII dalam bidang

Psikologi Pendidikan.

 Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai self-esteem dan orientasi masa depan bidang pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada pihak sekolah dan siswa kelas XII di SMA “X” Bandung

mengenai kontribusi self-esteem terhadap tahap-tahap orientasi masa depan.

 Sebagai masukan maupun acuan bagi sekolah untuk dapat menyediakan maupun

mengembangkan program yang dapat membantu para siswa untuk dapat memahami

(18)

1.5 Kerangka Pikir

Siswa kelas XII di SMA “X” Bandung berada dalam tahap perkembangan remaja akhir

(17-18 tahun). Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan-perubahan yang disertai perubahan tuntutan dalam tugas

perkembangan. Masa remaja adalah masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Salah

satunya remaja mengambil keputusan-keputusan mengenai masa depan, khususnya masa depan

dalam bidang pendidikan. Hal tersebut didukung juga oleh pernyataan Nurmi (1989) bahwa

diantara kehidupan di masa depan yang banyak mendapat perhatian dari para remaja adalah

pendidikan, disamping dunia kerja dan hidup rumah tangga. Dibandingkan dengan anak-anak,

remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif,

mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan, dan mempertimbangkan kredibilitas

sumber-sumber (Man & Harmoni, dalam Santrock 2003).

Penting bagi siswa melakukan penilaian diri untuk merencanakan masa depan. Penilaian

diri ini berkaitan dengan hal yang disebut sebagai esteem. Menurut Coopersmith (1967)

self-esteem merupakan evaluasi diri yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu meyakini dirinya sebagai

individu yang mampu, penting, dan berharga. Terdapat empat aspek dari self-esteem yaitu power

berupa kemampuan individu dalam mengendalikan tingkah lakunya sendiri dan mempengaruhi

tingkah laku orang lain; significance berupa perhatian, kepedulian, dan kasih sayang yang

diterima dari orang lain; virtue berupa kemampuan untuk taat terhadap standar moral dan etika;

dan competence berupa kemampuan untuk sukses dalam memenuhi tuntutan prestasi.

(19)

11

diterima. Keberhasilan dan kesuksesan siswa dalam hal ini akan mempengaruhi status dan posisi

mereka dalam kehidupan. Penghargaan yang didapat akan menimbulkan self of appreciation

dalam diri. Perlakuan-perlakuan yang diterima siswa dapat mengembangkan social poise,

kepemimpinan, kemandirian, arsetivitas yang tinggi, sikap yang penuh semangat, dan tingkah

laku eksplorasi.

Significance diukur melalui perhatian, kepedulian dan pengungkapan kasih sayang yang diterima siswa dari orang lain. Hal ini berkenaan dengan perasaan bahwa siswa memiliki arti dan

nilai baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Penerimaan ditandai dengan hangat,

responsivitas, perhatian dan menyukai siswa sebagaimana dirinya. Dorongan semangat ketika

mengalami masalah, ekspresi kasih sayang, disiplin yang relatif ringan yang disampaikan secara

verbal dan rasional, akan menimbulkan sense of importance. Sense of importance merupakan

pencerminan rasa berharga yang diperoleh dari orang lain. Semakin banyak orang yang

mengungkapkan perhatian dan kasih sayang dan semakin sering frekuensinya, semakin besar

kemungkinan menguntungkan penilaian diri siswa.

Virtue merupakan suatu ketaatan terhadap standar moral dan etika. Siswa sukses dalam area ini ditandai dengan kepatuhan siswa terhadap moral, etika, dan prinsip agama. Dalam hal ini

orang lain yang akan menilai perilaku siswa. Virtue tercermin melalui larangan untuk melakukan

tindakan buruk dan anjuran untuk berbuat baik. Siswa yang taat pada moral, etika, dan agama

yang telah mereka terima dan diinternalisasikan, akan menampilkan sikap diri yang positif.

Competence menunjukkan kemampuan siswa untuk sukses dalam memenuhi tuntunan prestasi yang ditandai oleh prestasi yang tinggi dengan tingkatan dan tugas yang bervariasi untuk

kelompok usia tertentu. White (1959, dalam Coopersmith, 1967) mengemukakan bahwa sejak

(20)

menghadapi lingkungannya. Sense of efficacy merupakan dasar terbentuknya motivasi intrinsik

untuk terus memenuhi dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki.

Siswa dengan self-esteem tinggi, menilai dirinya diakui dan dihormati oleh orang lain,

seperti siswa merasa bahwa pendapat yang diutarakan selalu didengarkan oleh orangtua, guru,

ataupun teman pada saat diskusi. Siswa juga menilai dirinya diperhatikan dan disayangi oleh

orang lain, seperti siswa merasa bahwa orangtua, guru, ataupun teman perhatian terhadap dirinya.

Selain itu, siswa menilai dirinya dapat taat atau patuh, seperti siswa merasa bahwa dirinya dapat

berbuat baik dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Siswa juga menilai bahwa dirinya mampu

untuk sukses dalam memenuhi tuntunan prestasi atau menilai dirinya kompeten, seperti siswa

merasa dirinya dapat menyelesaikan atau menghadapai tugas-tugas dengan baik.

Sedangkan, siswa dengan self-esteem rendah, menilai dirinya kurang dihormati oleh orang

lain, seperti pendapat yang diutarakannya kurang didengar. Siswa juga menilai dirinya kurang

diperhatikan atau disayangi oleh orang lain, seperti siswa merasa orangtua, guru, ataupun

temannya kurang memperhatikan dirinya. Selain itu, siswa menilai dirinya kurang dapat taat atau

patuh, seperti siswa sulit untuk mengikuti peraturan yang berlaku. Siswa juga menilai bahwa

dirinya kurang mampu atau kurang kompeten dalam memenuhi tuntunan prestasi, seperti siswa

merasa sulit untuk dapat menyelesaikan atau menghadapi tugas-tugas dengan baik.

Dalam teori Nurmi (1989) self-esteem merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi orientasi masa depan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989)

terhadap remaja mengenai self-esteem, diketahui bahwa self-esteem menjadi dasar remaja untuk

lebih memiliki internal beliefs mengenai situasi saat ini dan internal attitudes terhadap masa

depan. Cara remaja menilai mengenai dirinya menjadi suatu dasar bagi orientasi masa depan

dirinya (Nurmi, 1989). Sebagai contoh, self-esteem yang tinggi lebih menyuarakan education

(21)

13

kemungkinan yang positif (Malmberg & Trempala, 1997), optimis (Trommsdorff 1994), dan

internal attribution (Nurmi, 1989).

Remaja dengan self-esteem tinggi juga lebih memikirkan masa depan dalam jangka waktu

yang lebih panjang dibandingkan remaja dengan self-esteem rendah (Rauste-Von Wright, dalam

Nurmi 1989). Remaja dengan self-esteem lebih tinggi lebih memikirkan

kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi pada dirinya berdasarkan kemampuan dan pemikirannya sendiri,

bukan pengaruh orang lain. Selain itu individu memiliki rasa tanggung jawab terhadap setiap aksi

yang mereka lakukan karena memutuskannya sendiri. Selain itu juga, Coopersmith (1967)

menyatakan bahwa seseorang dengan self-esteem yang tinggi lebih realistis dan terarah terhadap

personal goal yang dimilikinya.

Orientasi masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam

konteks masa depan (Nurmi, 1989). Gambaran tersebut memungkinkan individu untuk

menentukan tujuannya, membuat perencanaan agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan

mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut bisa terealisasikan. Orientasi masa depan dapat

dikarakteristikan sebagai proses yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap motivasi, tahap

perencanaan, dan tahap evaluasi. Tahap motivasi merujuk kepada apa yang menjadi minat dan

perhatian individu di masa depan yang mendorong individu untuk bertingkah laku dalam

pencapaian tujuan tertentu. Pada mulanya, individu menunjukkan minat terhadap satu atau

beberapa hal yang ingin diwujudkan di masa depan. Kemudian, individu mengeksplorasi

pengetahuan yang berkaitan dengan minat tersebut dan individu akan menentukan tujuan

spesifik. Pada akhirnya individu dapat membuat komitmen untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Individu akan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya apabila individu

memiliki minat dan harapan yang kuat mengenai tujuan yang dimilikinya. Seperti halnya, siswa

(22)

bila siswa memiliki minat dan goal mengenai apa yang akan dilakukan setelah lulus SMA secara

spesifik, seperti melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dengan dimilikinya pilihan jurusan

tertentu berdasarkan minat dan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan seperti itu, siswa dapat

memiliki motivasi yang kuat. Motivasi yang dimiliki oleh siswa akan memengaruhi tahap

selanjutnya, yaitu tahap perencanaan.

Tahap perencanaan merupakan tahap dimana individu mulai menyusun rencana untuk

merealisasikan maksud, minat, dan goal yang dimilikinya dan bagaimana merealisasikan rencana

tersebut. Individu harus menyusun strategi yang tepat dan melaksanakan strategi tersebut agar

dapat mengantarkan dirinya mencapai tujuannya. Seperti halnya, siswa kelas XII di SMA “X”

Bandung telah memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dengan pilihan

jurusan tertentu yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, sudah memiliki strategi maupun

perencanaan yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga siswa dapat

memiliki perencanaan yang terarah. Sedangkan, siswa yang belum memiliki perencanaan tidak

memiliki strategi yang sistematis untuk dapat mengantarkan dirinya mencapai tujuan yang

dimiliki. Setelah siswa motivasi dan perencanaan, diperlukan sebuah evaluasi.

Dalam tahap evaluasi, individu harus mengevaluasi kemungkinan teralisasinya tujuan

yang telah dibentuk dan rencana-rencana yang telah disusun. Individu mengevaluasi

kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan dan rencana-rencananya

berdasarkan pandangan atau penilaiannya mengenai kemampuan yang ada pada dirinya. Siswa

kelas XII di SMA “X” Bandung yang sudah memutuskan untuk memilih jurusan tertentu sesuai

dengan minat dan rencana yang telah mereka buat, diharapkan mampu melakukan evaluasi

kemungkinan apa saja yang akan menghambat maupun menunjang mereka dalam mencapai

tujuan pendidikan yang telah dimiliki sehingga siswa dapat memiliki evaluasi yang akurat.

(23)

15

mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat menjadi penunjang maupun hambatan

yang akan mereka temui dalam pencapaian tujuan.

Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, dan evaluasi yang

akurat dikatakan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Sebaliknya, siswa dengan motivasi

yang lemah, perencanaan yang tidak terarah, dan evaluasi yang tidak akurat dikatakan memiliki

orientasi masa depan yang tidak jelas. Selain itu, tahapan orientasi masa depan dari Nurmi

merupakan proses yang berbentuk siklus. Motivasi yang dimiliki oleh siswa akan berdampak

pada tahap selanjutnya, yaitu tahap perencanaan. Begitu pula dengan perencanaan yang dimiliki

oleh siswa akan berdampak pada tahap selanjutnya, yaitu tahap evaluasi. Apabila siswa gagal

dalam ketiga tahapan tersebut, maka siswa harus mengulang kembali ke tahapan pertama.

Pengalaman power, significance, virtue, dan competence siswa dapat menghasilkan

gambaran self-esteem siswa mengenai dirinya secara positif atau negatif. Siswa yang menilai

dirinya dapat mengontrol diri dan orang lain, menilai dirinya disayangi dan diperhatikan oleh

orang lain, menilai dirinya dapat patuh terhadap aturan dan dirinya kompeten akan memiliki

penghayatan dan penilaian diri yang positif. Dengan dimilikinya penilaian diri atau self-esteem

yang positif, siswa menjadi memiliki internal beliefs, yang menjadi dasar bagi siswa untuk

merasa bahwa dirinya mampu atau kompeten. Hal tersebut dapat mendorong siswa dalam

memiliki motivasi dan pada akhirnya siswa akan memiliki suatu tujuan atau goal. Siswa menjadi

lebih yakin dalam menentukan pilihan. Siswa dapat memiliki dorongan untuk menentukan apa

yang akan dilakukan setelah lulus SMA, seperti melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dengan

dimilikinya suatu pilihan jurusan kuliah yang pasti. Hal ini memungkinkan siswa untuk memiliki

motivasi yang kuat. Motivasi yang dimiliki oleh siswa akan memengaruhi tahap orientasi masa

depan selanjutnya, yaitu tahap perencanaan. Siswa dengan self-esteem tinggi dapat membuat

(24)

bahwa dirinya mampu untuk menjalankan perencanaan yang dibuat dikarenakan siswa memiliki

internal beliefs terhadap dirinya, seperti terhadap kemampuan dirinya. Hal ini akan membuat siswa memiliki perencanaan yang terarah. Kemudian, perencanaan yang dimiliki oleh siswa akan

memengaruhi tahap orientasi masa depan selanjutnya, yaitu tahap evaluasi. Dengan dimilikinya

motivasi yang kuat dan perencanaan yang terarah, siswa jadi lebih mudah untuk melakukan

evaluasi secara akurat. Self-esteem yang positif akan membuat siswa memiliki internal beliefs,

yang memungkinkan siswa untuk dapat melakukan evaluasi bahwa dirinya memiliki banyak hal

yang dapat mendukung terealisasinya pencapaian jurusan kuliah yang diinginkan, seperti halnya

siswa menilai bahwa dirinya memiliki kesempatan, dukungan, dan kemampuan yang baik.

Dengan dimilikinya motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, dan evaluasi yang akurat,

akan membuat siswa memiliki orientasi masa depan yang jelas.

Sedangkan, siswa dengan self-esteem rendah merupakan siswa yang menilai bahwa

dirinya kurang dihormati oleh orang lain, kurang diperhatikan dan disayangi, kurang dapat taat

terhadap aturan, dan menilai bahwa dirinya kurang mampu untuk sukses atau kurang kompeten

sehingga siswa menghayati atau menilai dirinya secara negatif. Self-esteem siswa yang negatif

memungkinkan siswa menjadi kurang memiliki keyakinan atau internal beliefs akan dirinya

ataupun kemampuan dirinya, sehingga akan cukup sulit bagi siswa untuk dapat memiliki

motivasi dalam menentukan apa yang akan dilakukan setelah lulus SMA dan untuk dapat

memilih suatu jurusan kuliah secara pasti. Hal ini akan membuat siswa sulit memiliki goal dan

siswa jadi memiliki motivasi yang lemah. Motivasi siswa dapat memberikan dampak pada tahap

selanjutnya, yaitu tahap perencanaan. Siswa dengan self-esteem rendah menilai bahwa dirinya

kurang mampu untuk menjalankan perencanaan yang dibuat, sehingga sulit bagi siswa untuk

(25)

17

siswa kurang memiliki internal beliefs sehingga memungkinkan siswa untuk mengevaluasi

bahwa dirinya tidak memiliki banyak hal yang dapat mendukung terealisasinya jurusan kuliah

yang diinginkan, seperti halnya siswa menilai bahwa dirinya kurangnya memiliki kesempatan,

dukungan, dan kemampuan yang dapat menunjang. Hal ini akan membuat siswa sulit memiliki

evaluasi yang akurat dan orientasi masa depan siswa menjadi tidak jelas.

Dalam proses pembentukan orientasi masa depan, Nurmi (1989) menyebutkan bahwa

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan, yaitu usia,

sex-roles, sosial-ekonomi, dan keluarga. Namun, pada penelitian ini faktor usia dan sex-roles tidak akan disertakan. Faktor usia tidak disertakan karena siswa kelas XII di SMA “X” Bandung

rata-rata berada dalam usia yang sama (homogen). Kemudian, faktor sex-roles tidak disertakan

karena peran perempuan kini tidak hanya mengurus rumah tangga, tapi perempuan juga dapat

menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan bekerja di luar rumah dengan syarat tetap

menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Hal tersebut dikarenakan oleh emansipasi

wanita, yang menjadi dasar terbentuknya istilah kesetaraan gender, yang semakin nampak pada

zaman sekarang.

Faktor pertama yang akan dibahas adalah sosial-ekonomi. Penelitian yang membahas

tentang dampak dari status sosial-ekonomi pada ketertarikan remaja, menunjukkan bahwa remaja

dengan kelas sosial rendah berpikir hanya untuk bekerja dan remaja dengan kelas sosial

menengah lebih tertarik dalam pendidikan, karier, dan kegiatan di waktu luang (Poole & Cooney

1987; Trommsdorff et al. 1979, dalam Nurmi 1989). Kondisi sosial-ekonomi dapat

mempengaruhi tujuan yang akan dipilih oleh siswa kelas XII di SMA “X” Bandung. Secara tidak

langsung, siswa harus dapat menyesuaikan pilihan jurusan yang akan dipilih dengan kondisi

(26)

jurusan. Selain itu, kondisi sosial-ekonomi juga dapat mempengaruhi perencanaan yang

dilakukan siswa. Seperti contoh, apabila siswa ingin masuk ke suatu fakultas yang memerlukan

biaya yang cukup besar namun siswa kurang secara ekonomi, siswa harus dapat membuat

perencanaan tertentu, seperti halnya mencari beasiswa. Evaluasi yang akan dilakukan siswa juga

akan terpengaruhi. Kondisi sosial-ekonomi siswa bisa menjadi suatu hambatan atau penunjang

bagi siswa.

Faktor terakhir adalah keluarga atau hubungan dengan orangtua, dimana orangtua bisa

menjadi model dalam mengatasi tugas perkembangan yang dimiliki anak, menetapkan standar

normatif, mempengaruhi perkembangan minat, nilai, dan tujuan oleh anaknya. Studi menyatakan

bahwa dukungan orangtua dapat meningkatkan optimisme mengenai masa depan yang akan

dimiliki dan internalisasi/penghayatan tentang masa depan, seperti pentingnya masa depan bagi

siswa, serta tingkat aktivitas perencanaan, terutama dalam bidang pekerjaan dan pendidikan

(Trommsdorff et al 1978). Maka dari itu individu yang mendapatkan dukungan dari orangtuanya,

seperti persetujuan untuk melanjutkan sekolah, fasilitas yang mendukung, informasi serta

dukungan semangat dalam proses merencanakan masa depannya di bidang pendidikan, memiliki

orientasi masa depan yang lebih baik. Motivasi dan fasilitas yang mendukung yang didapatkan

oleh siswa kelas XII di SMA “X” Bandung dari orangtuanya dapat membantu siswa dalam

merencanakan masa depannya. Siswa menjadi merasa adanya dukungan dari orangtua mengenai

pilihan jurusan kuliah yang akan atau telah mereka pilih dan hal tersebut juga dapat

mempengaruhi perencanaan yang akan dibuat oleh siswa. Saat melakukan evaluasi, dukungan

(27)

19

Secara skematis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

1.6 Asumsi Penelitian

1. Self-esteem siswa kelas XII di SMA “X” Bandung diekspresikan dan dihayati melalui

evaluasi diri yang dibuat oleh siswa mengenai dirinya dan dapat menentukan cara siswa

berperilaku di dalam lingkungannya. Self-Esteem: 1. Power 2. Significance 3. Virtue 4. Competence Siswa kelas XII

di SMA “X” Bandung

Faktor yang mempengaruhi:

1. Sosial-ekonomi

2. Keluarga

Orientasi Masa Depan:

Motivasi

Evaluasi Perencanaan

(28)

2. Pengalaman-pengalaman power, significance, virtue, maupun competence membentuk

self-esteem siswa kelas XII di SMA “X” Bandung.

3. Self-esteem memiliki kontribusi terhadap tahap-tahap orientasi masa depan bidang

pendidikan, yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.

1.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis 1: Terdapat kontribusi yang signifikan dari self-esteem terhadap tahap motivasi

dalam orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung.

Hipotesis 2: Terdapat kontribusi yang signifikan dari self-esteem terhadap tahap perencanaan

dalam orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung.

Hipotesis 3: Terdapat kontribusi yang signifikan dari self-esteem terhadap tahap evaluasi

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kontribusi self-esteem terhadap tahap-tahap

orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas XII di SMA “X” Bandung, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Self-esteem memiliki kontribusi yang signifikan terhadap ketiga tahapan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa.

2. Self-esteem memiliki kontribusi sebesar 19,4% terhadap tahap motivasi; 23% terhadap tahap perencanaan; dan 16,6% terhadap tahap evaluasi.

3. Faktor sosial-ekonomi dari orientasi masa depan memiliki kecenderungan keterkaitan

dengan tahap motivasi dan tahap evaluasi. Sedangkan, faktor keluarga; informasi

memiliki kecenderungan keterkaitan dengan tahap motivasi; dukungan dan diskusi

memiliki kecenderungan keterkaitan dengan ketiga tahapan dalam orientasi masa

depan.

5.2Saran Teoritis

1. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai kontribusi

(30)

5.3Saran Praktis

1. Bagi kepala sekolah, guru BK, dan guru-guru SMA “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menyusun program atau

melakukan pengarahan kepada siswa angkatan selanjutnya, upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam merencanakan masa depannya di bidang pendidikan dengan

memperhatikan self-esteem yang dimiliki oleh siswa.

2. Bagi siswa kelas XII di SMA “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi dan bahan evaluasi mengenai diri yang berhubungan dengan merencanakan

(31)

KONTRIBUSI SELF-ESTEEM TERHADAP TAHAP-TAHAP ORIENTASI

MASA DEPAN BIDANG PENDIDIKAN PADA SISWA KELAS XII DI SMA

“X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

ANKITA INDAH SHANTY

NRP: 1030182

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)
(33)
(34)

Puji dan syukur peneliti panjatkan bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya, peneliti mampu menyelesaikan Tugas Akhir (skripsi) di Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Kontribusi Self-Esteem

Terhadap Tahap-Tahap Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XII di SMA

“X” Bandung”.

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena

itu, besar harapan peneliti kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan penulisan tugas akhir ini.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan

dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih

peneliti sampaikan kepada:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog., selaku Dekan Fakultas Psikologi Univeristas

Kristen Maranatha, dosen wali dan sekaligus pembimbing utama yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk dapat membimbing, memberikan saran,

dan dorongan kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

2. Evi Ema V.P, M.A., selaku dosen pembimbing pendamping yang juga telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran,

(35)

3. Kepala Sekolah SMA “X” Bandung, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di SMA “X” Bandung.

4. Wakil Kepala Sekolah, Para Pengajar dan Siswa/i kelas XII di SMA “X” Bandung, yang

bersedia meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam memperoleh informasi dan

data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

5. Orangtua dan kakak, yang dengan penuh perhatian dan kasih sayang selalu memberikan

doa, dorongan, serta semangat bagi peneliti.

6. Aulia R. Yuginastiti, Galih Ratu, dan Dian Oktasa, terima kasih atas segala pembelajaran,

bantuan, hiburan dan dukungan kepada peneliti selama peneliti kuliah hingga akhirnya

peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir.

7. Sabtio Januar, Annisa N. Delimasari, Fajar W. Kurnia, Rizka Fatiari, Nadia Maharani,

dan Leghea L. E, terima kasih untuk selalu siap membantu, menghibur, dan memberikan

semangat kepada peneliti untuk tidak pernah berhenti menyerah.

8. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, khususnya

angkatan 2010, terima kasih atas bantuan, saran dan dorongannya kepada peneliti.

Akhir kata peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

pihak-pihak yang memerlukan.

Bandung, Juni 2016

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Coopersmith, Stanley. 1967. The Antecedent of Self-Esteem. San Fransisco : Freeman Press.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing – Design, Analysis, and Use. Massachusetts : A Simon & Schuster Company.

Guilford, J.P. 1965. Fundamental Statistic in Psychology and Education. Tokyo; McGraw-Hill Kogakusha Company Ltd.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS Edisi Keempat. Penerbit: Universitas Diponegoro

Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescent’s Orientation to The Future. Finland : Helsinki.

Nurmi, Jari-Erik. 2001. Navigating Through Adolesence: European Perspective. New York: Psychology Press.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2012. Life-span Development Edisi Ketiga Belas. Jakarta: Erlangga.

(37)

DAFTAR RUJUKAN

http://edukasi.kompas.com/read/2013/07/16/1602299/Sukses.Memilih.Tempat.Kuliah.dan.Jurusa n.yang.Tepat (diakses pada tanggal 22 Mei 2016)

http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/24/pendidikan-kunci-untuk-hidup-lebih-baik.html (diakses pada tanggal 2 Desember 2015)

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/3BCF4D55-F5A9-466C-BB42-1DEDB8EBB7B6 (diakses pada tanggal 22 Mei 2016)

www.dikti.go.id

Senjaya, Veronica. 2009. Hubungan Antara Self-Esteem dan Loneliness pada Mahasiswa

Angkatan 2008 yang Berasal Dari Luar Pulau Jawa di Universitas “X” Bandung

(Skripsi). Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Yohanes, Ardy. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan

Gambar

Tabel 3.1.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengalaman trauma dalam keterlibatan dengan para pengungsi dan penyintas di Timor-Leste menjadi bagian dari ingatan kolektif para pekerja kemanusiaan JRS..

Pada penelitian ini terdapat tiga data yaitu tentang Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal. Untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh antara

Di samping itu, tugas akhir ini juga dapat menjadi bahan referensi dalam wilayah akademik secara khusus bagi mahasiswa Teologi yang akan menjadi Pendeta agar

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk memenuhi target di tahun ke 2 ini adalah berupa kajian teoretis bagi fungsi gelombang relativistik, modifikasi dan

Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelola data-data kepegawaian yaitu data Administrasi Kepegawaian seluruh pegawai, pengontrolan kenaikan pangkat pegawai,

Private cloud merupakan salah satu model deployment dari cloud computing , dimana pengelolaan dari infrastruktur yang diperlukan dikelola dalam jaringan internal

[r]