• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI STRATEGI JIGSAW Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Strategi Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Jetak Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI STRATEGI JIGSAW Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Strategi Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Jetak Tahun 2013."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI JETAK

TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Sarjana S-1

PGSD

Diajukan Oleh :

A BAGUS MANSUR

A54E090077

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI STRATEGI JIGSAW

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI JETAK

TAHUN 2013

A Bagus Mansur, A54E090077, Jurusan S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 73 Halaman.

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui strategi Jigsaw. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Jetak tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 siswa, guru & teman sejawat. Adapun obyek penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi & strategi jigsaw. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di laksanakan dalam dua siklus dimana tiap siklus dua pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan soal evaluasi, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif. Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan dalam dua siklus diperoleh data yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kemampuan menulis puisi terlihat dari nilai rata-rata post test siswa pra siklus (68,5), pada siklus I (72,86), dan siklus II (79,64). Tingkat ketuntasan siswa menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari pra siklus siswa yang tuntas (40%), pada siklus I (62,29%), pada siklus II (85,71%). Indikator pencapaian yang ditetapkan sebesar (85%) pada KKM individual yang ditetapkan untuk pembelajaran kemampuan menulis puisi adalah (KKM=75). Berdasar lembar observasi menunjukkan kinerja guru, aktifitas guru berada pada kategori baik (score=3) mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dan sudah mencapai indikator pencapaian yang ditetapkan minimal baik (score=3). Secara keseluruhan pada siklus II semua aspek pembelajaran kemampuan menulis puisi melalui strategi jigsaw mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian

hipotesis yang berbunyi “Bahwa kemampuan menulis puisi dapat ditingkatkan melalui strategi jigsaw pada siswa SD Negeri Jetak tahun pelajaran 2012/2013” dapat diterima kebenarannya. Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah berhasil. Dalam pembelajaran menulis puisi kelas V SD sebaiknya digunakan strategi Jigsaw & tidak menutup kemungkinan dikembangkannya strategi yang lain.

(4)

PENDAHULUAN & LANDASAN TEORI Latar Belakang Masalah

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu proses penyampaian maksud atau isi hati pembicara kepada orang lain (lawan bicara) dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, ide, gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, atau penyampaian informasi tentang suatu peristiwa.

Salah satu aspek yang diajarkan dalam pembelajaran sastra adalah menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang dirasa, atau apa yang dipikirkan dalam bahasa yang indah yang mengandung bahasa kiasan, dan berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran menulis sastra yang diajarkan di kelas.

Kemampuan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah agar siswa dapat mengkespresikan pikiran, perasaaan, pengalaman, dan imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Proses pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin merupakan awal dari proses kreatif. Proses kreatif tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut dengan istilah puisi

Kemampuan menulis (writing skill) merupakan salah satu dari empat aspek, dalam Bahasa Indonesia yang termasuk dalam kemampuan yang bersifat aktif produktif. Dalam pelaksanaanya keempat aspek tersebut tidak dapat berdiri-sendiri, yang artinya keempat aspek tersebut saling bersinergi. Baik menulis dengan membaca, menulis dengan berbicara, menulis dengan menyimak dan sebaliknya (Tarigan 1983:1).

Bagaimana dengan menulis karya sastra? Sebelum sampai pada hal tersebut, terlebih dahulu kita kenali bentuk-bentuk sastra dalam bahasa Indonesia. Antara lain bentuk prosa fiksi, puisi dan drama. Ketiga bentuk sastra ini dibedakan dalam bentuk hal bentuk tulisan. Kalau prosa ditulis dalam bentuk alinea, puisi ditulis dalam bentuk bait, dan drama ditulis dalam bentuk dialog. Persamaan ketiganya merupakan tulisan yang bersifat fiktif.

Dari hasil pengamatan, ternyata menulis adalah pelajaran yang kurang diminati terbukti dari nilai menulis puisi sangat rendah. Seperti yang terjadi pada siswa kls V SDN Jetak, dimana ketika siswa di uji coba dengan diberi tugas menulis puisi bebas dari 28 siswa kelas V hanya beberapa siswa yang selesai menulisnya, dan itu pun belum selesai dengan harapan kita (belum memenuhi KKM yang telah ditentukan/nilai 75) hanya didapat dengan 40% siswa yang tuntas dalam kompetensi dasar menulis puisi.

Dari hasil diskusi guru, teman sejawat pada tanggal 02 Januari 2013 dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas V belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) disebabkan sebagian besar siswa merasa kesulitan menulis puisi yang disebabkan model pembelajaran yang dipergunakan guru kurang tepat sehingga menulis puisi menjadi hal yang sulit dan membosankan siswa.

(5)

Pengertian Kemampuan Menulis Puisi

”Menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana,

dan mudah dimengerti” Tarigan (1983:17).

Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu, bila manusia berinteraksi. Proses komunikasi melalui tiga media yaitu visual atau verbal, oral atau tulisan, dan written atau tulis (Tarigan, 1983:17). Ada empat aspek proses komunikasi: Aspek komunikator (orang yang mengirim pesan atau penyandi), pesan (berupa lambang-lambang atau symbol), saluran (media perantara), audience (pendengar).

Pratama, (2008:viii) membedakan Kesusastraan Indonesia menjadi dua macam yaitu :

1. Kesusastraan Lisan, yaitu ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk bahasa lisan.

2. Kesusastraan Tertulis, yaitu ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk bahasa tulis.

Menulis merupakan salah satu dari empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap aspek mempunyai hubungan erat dengan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, kemampuan menulis sudah tentu berhubungan dengan menyimak, berbicara, dan membaca.

Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

Kemampuan menulis disini diartikan sebagai kecekatan seseorang dalam hubungannya dengan bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan gagasan, ide, pengalaman, kepada orang lain melalui media bahasa tulis.

Pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2007).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2007).

(6)

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 2007).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan” (Anita Lie :2007).

Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya . Dengan demikian, jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60)

Menurut Anita Lie (2007 : 69), “siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Johnson and Johnson (Orlich, et al., 2007: 273) memberikan definisi cooperative learnig is learning based on a small-group approach to teaching that holds students accountable for both individual and group achievement.

Definisi ini senada dengan pendapat Stahl (1994: vii) bahwa “cooperative learning is equeted with any group activity or project since all members of these

groups are expected to cooperate in order to complete their assignments”.

Slavin (1995: 2) merumuskan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

(7)

instruction, but rather replaces individual seat work, individual study, and individual drill. When properly organized, students in cooperative groups work with each other to make certain that everyone in the group has mastered the concepts being taught.

Definisi di atas menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan untuk saling membantu, berdiskusi, berdebat, saling menilai pengetahuan terbaru dan saling mengisi kelemahan dalam pemahaman masing-masing.

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran kooperatif sanangat bermanfaat bagi peserta didik, namun juga memiliki sejumlah keterbatasan.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Jetak yang terletak di Jln. Juwana-Wedarijaksa km 7 Desa Jetak Kecamatan Juwana-Wedarijaksa Kabupaten Pati Provinsi Jateng Kode Pos 59152 nomor telepon (0295) 393240. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun Pelajaran 2012/2013.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Jetak yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan serta guru kelas dan teman sejawat. Subjek ini dipilih sesuai dengan latar belakang masalah diatas. Adapun Obyek dari penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi & strategi jigsaw.

Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini, dibatasi dua variable, yaitu: Y : Kemampuan Menulis Puisi

X : Jigsaw (Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw) (X = Variabel bebas) & (Y = Variabel terikat) Pengumpulan Data

Peneliti akan menggunakan 2 jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber dan trianggulasi waktu. Trianggulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda maksudnya data tersebut dilakukan ricek kebenarannya dari sumber lain yang dianggap paham dengan data. Triangulasi waktu artinya data tersebut dicek pada respondent pertama pada waktu yang berbeda (Rubiyanto, R & Saring, M. 2008:60).

Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan, maka dalam PTK ini menggunakan instrumen; (1) soal tes; (2) lembar observasi; (3) lembar wawancara; (4) dokumentasi. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.

Instrumen Penelitian

(8)

penelitian (Suwandi, 2011:39). Instrumen adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data (Arikunto: 1989).

Apabila data yang dikumpulkan adalah hasil belajar kognitif maka teknik pengumpulannya menggunakan tes lesan atau tes tertulis, portofolio atau assesmen otentik (Suwandi, 2011:72).

Instrumen penelitian dalam PTK ini meliputi : 1. Peneliti

Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya (Moleong, 2007:168).

2. Soal Evaluasi

Tes Evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan. Tes Evaluasi ini diberikan setiap akhir putaran. Soal Evaluasi ini disusun oleh peneliti yang sudah disetujui guru dengan berpedoman pada kurikulum dan buku paket Bahasa Indonesia. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) 15 soal, isian 5 soal.

3. Lembar Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan, peneliti selaku pengajar dan kegiatan siswa (individual maupun kelompok) selama penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta mengkaji sejauh mana pemberian tindakan menghasilkan perubahan yang sesuai dengan kehendak peneliti. Observasi dilakukan oleh Observer yaitu guru kelas.

4. Wawancara

Rubino Rubiyanto (2011:83) mengatakan bahwa wawancara adalah cara mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung berhadapan muka, peneliti bertanya secara lisan responden menjawab secara lisan pula.

Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan (Joko Suwandi (2011:45).

Wawancara di lakukan pada pra kondisi dipakai untuk mendapatkan informasi sesuai pendapat, pikiran, dan keadaan sebenarnya tentang kegiatan belajar mengajar di sekolah.

5. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai untuk mendokumentasikan data tentang proses pelaksanaan penerapan strategi jigsaw dalam pembelajaran menulis puisi. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai nilai siswa pada semester ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran.

Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

(9)

tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda, hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.

Trianggulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda maksudnya data tersebut dilakukan ricek kebenarannya dari sumber lain. Triangulasi waktu artinya data tersebut dicek pada respondent pertama pada waktu yang berbeda (Rubiyanto, R & Saring, M. 2008:60).

Dalam PTK ini peneliti hanya menggunakan trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan masing-masing tindakan mengikuti rancangan penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart dengan langkah - langkah yang meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi. Kegiatan masing-masing tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan pada masing-masing siklus. Kegiatan ini meliputi:

a. Penyusunan rencana pembelajaran;

b. Menyiapkan lembar masalah yang berisi beberapa masalah yang harus diselesaikan siswa di awal pembelajaran;

c. Menyusun lembar kegiatan siswa yang berisi tentang masalah yang mengarah pada konsep, dan masalah (soal) penerapan konsep;

d. Menyusun tes akhir setiap tindakan. 2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan merupakan langkah penerapan dari rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Tindakan pembelajaran dilaksanakan sendiri oleh peneliti mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun di antaranya adalah: pendahuluan; memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Pada proses kegiatan belajar mengajar dan pengembangan; melaksanakan proses belajar mengajar sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Penerapan; memberikan tugas rumah atau latihan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa secara individu. Penutup; bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

3. Observasi

Kegiatan ini merupakan langkah mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam melakukan observasi, dibantu oleh seorang guru kelas II SD Negeri Jetak. Kegiatan ini bertujuan untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemberian tindakan. Kegiatan peneliti selaku pemberi tindakan dan kegiatan siswa selama pembelajaran merupakan fokus pengamatan.

4. Refleksi

(10)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji apa yang telah dan akan terjadi, hal-hal apa saja yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan. Berdasarkan hasil refleksi ini maka tindakan selanjutnya dapat direncanakan.

Jadi setiap tindakan memuat keempat langkah-langkah di atas dan membentuk suatu siklus. Pemberian tindakan dapat terlaksana satu siklus atau lebih, tergantung pada indikator keberhasilan yang ditetapkan. Siklus dalam masing-masing tindakan akan diakhiri jika indikator keberhasilan telah terpenuhi. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan suksesnya masing-masing tindakan atau kegiatan pembelajaran terdiri dari dua bagian, pertama adalah suksesnya seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suksesnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; kedua adalah prestasi belajar siswa.

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah :

1. Untuk data kuantitatif, analisis data menggunakan analisis statistika deskriptif dengan rumus :

P = x100% N

n

Keterangan : P : Presentase

n : Jumlah frekuensi yang muncul N : Jumlah total siswa

Hasil perhitungan dikonsultasikan denagn kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar yang dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas sebagai berikut :

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi

75 Tuntas

<75 Tidak tuntas

Indikator Pencapaian

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Berdasarkan lembar observasi aktivitas kerja kelompok, siswa berada pada

kategori minimal baik atau mendapat scor ≥ 3.00.

2. Berdasarkan lembar observasi kinerja guru, aktivitas guru berada pada kategori

minimal baik atau mendapat scor ≥ 3.00.

3. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Jetak pada pokok bahasan Kemampuan Menulis Puisi ketuntasan individu mencapai 75 (KKM=75) dan ketuntasan kelas (banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 75) sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa. Artinya kalau 85 % siswa kelas V pada materi menulis puisi minimal mendapat nilai 75 sudah dianggap tuntas belajar dan PTK dianggap selesai.

Tabel (Indikator Pencapaian)

Kondisi Awal Kondisi Akhir

(11)

HASIL PENELITIAN

Keadaan Guru SD Negeri Jetak

Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Jetak tahun pelajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut:

Guru PNS : 6 orang

Guru Non PNS/GTT : 4 orang Penjaga Sekolah : 1 orang

Jumlah : 11 orang

Keadaan Siswa SDN Jetak

Siswa SD Negeri Jetak Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 13 16 29

2 II 11 12 23

3 III 17 10 28

4 IV 15 14 29

5 V 16 12 28

6 VI 11 9 20

Jumlah 83 73 156

1. Pra Siklus

Dari analisis nilai formatif siklus I dan nilai formatif sebelum siklus, didapat gambaran hasil tindakan perbaikan pembelajaran perolehan nilai pada pra siklus adalah sebagai berikut:

a. Nilai 50 ada 2 siswa. b. Nilai 60 ada 4 siswa. c. Nilai 65 ada 5 siswa. d. Nilai 66 ada 1 siswa. e. Nilai 67 ada 3 siswa. f. Nilai 70 ada 2 siswa. g. Nilai 75 ada 6 siswa. h. Nilai 78 ada 2 siswa i. Nilai 80 ada 3 siswa.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 75 masih cukup banyak yaitu ada 17 siswa dari 28 siswa. Rata-rata kelas pada pra siklus adalah 68,5. Tingkat ketuntasan siswa hanya mencapai 40%. Ini berarti pemahaman siswa terhadap materi masih rendah. Penulis perlu memperbaiki pembelajaran pada siklus I.

Dari hasil analisis lembar pengamatan, hasil diskusi serta refleksi terhadap proses pembelajaran pada pra siklus didapat beberapa kesimpulan antara lain: a. Penggunaan metode ceramah memang diperlukan tetapi hendaknya tidak

monoton agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran di kelas.

(12)

2. Siklus 1

Dari analisis nilai formatif siklus I dan nilai formatif sebelum siklus, didapat gambaran hasil tindakan perbaikan pembelajaran perolehan nilai pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Nilai 60 ada 5 siswa. b. Nilai 65 ada 3 siswa. c. Nilai 70 ada 2 siswa. d. Nilai 75 ada 13 siswa. e. Nilai 80 ada 2 siswa f. Nilai 90 ada 3 siswa.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 75 ada 10 siswa dari total 28 siswa. Rata-rata kelas pada siklus I ini adalah 72,85. Tingkat ketuntasan siswa meningkat yaitu mencapai 64,29%, artinya lebih dari setengah jumlah siswa yaitu 18 siswa dari 28 siswa sudah mendapat nilai diatas KKM 75. Tingkat ketuntasan jika dibandingkan dengan sebelum siklus yang hanya 40%, maka terjadi kenaikan sebesar 24,29% atau bertambah 7 siswa yang tuntas dari sebelumnya yang hanya 11 siswa.

Dari hasil analisis lembar pengamatan, hasil diskusi dan refleksi terhadap proses perbaikan pembelajaran pada siklus I didapat beberapa kesimpulan antara lain:

a. Metode pembelajaran kooperatif jigsaw membuat siswa lebih tertarik, namun masih ada beberapa siswa yang kurang respon.

b. Perlu model pembelajaran yang membuat siswa lebih memahami dan mampu mengaitkannya dengan kehidupan nyata.

c. Tindakan perbaikan pembelajaran perlu diteruskan pada siklus selanjutnya, dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.

3. Siklus 2

Dari analisis nilai formatif siklus II didapat gambaran hasil tindakan perbaikan pembelajaran. Perolehan nilai pada siklus II adalah sebagai berikut:

a.Nilai 65 ada 4 siswa. b.Nilai 75 ada 8 siswa. c.Nilai 80 ada 3 siswa. d.Nilai 85 ada 8 siswa e.Nilai 90 ada 5 siswa.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 75 yaitu 4 siswa dari 28 siswa. Rata-rata kelas pada siklus II adalah 79,64. Jika dibandingkan dengan rata-rata kelas Siklus I = 72,85 maka mengalami kenaikan sebesar 6,79%. Tetapi jika dibandingkan dengan sebelum siklus yang hanya mencapai 68,5% maka terjadi kenaikan kurang lebih 11,14 %.

Tingkat ketuntasan siswa pada siklus II mencapai 85,71% artinya 24 siswa yang sudah mencapai ketuntasan. Jika dibandingkan dengan siklus I yang tingkat ketuntasannya 64,29%, maka terjadi kenaikan sebesar 21,42%. Artinya ada tambahan siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa. Tingkat ketuntasan jika dibandingkan dengan sebelum siklus yang hanya 40%, maka terjadi kenaikan sebesar 45,71%.

(13)

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan pendekatan ini menjadikan model diskusi yang lebih inovatif dan aplikatif.

Dari hasil lembar observasi dan refleksi yang ada pada siklus II ini juga sudah menunjukkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif, antusias, serta kondusif.

Untuk itu penulis sepakat dengan pengamat bahwa perbaikan pembelajaran menulis puisi melalui PTK yang penulis laksanakan di kelas V sudah berhasil dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penerapan Strategi Jigsaw dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Jetak dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada rerata kelas dan ketuntasan belajar klasikal dalam setiap siklusnya. Penerapan Strategi Jigsaw juga dapat meningkatkan ketrampilan/aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil observasi aktivitas guru pada tiap silus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Menulis Puisi Melalui Strategi Jigsaw dilakukan dalam dua siklus dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan Strategi Kooperatif Jigsaw dapat membuat suasana pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan.

2. Metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran khususnya menulis puisi.

3. Penerapan Strategi Jigsaw dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti siklus I nilai tuntas 64,29% dan siklus II nilai tuntas 85,71%.

4. Penerapan strategi yang efektif akan mendorong minat siswa untuk belajar, sehingga meningkatkan penguasaan materi pembelajaran.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Bahwa Kemampuan Menulis Puisi dapat ditingkatkan melalui Penerapan Strategi Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri Jetak Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat diterima kebenarannya

Saran

Berdasarkan hasil dan temuan penelitian, pembahasan dan simpulan, berikut peneliti sampaikan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut.

1. Kepada Guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan menulis puisi bebas adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Untuk itu, kepada guru kelas V untuk:

a. strategi jigsaw merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis puisi bebas;

b. memberikan saran dan masukan baik yang berkaitan dengan kesalahan maupun kelebihan pada tulisan puisi bebas siswa;

c. memberikan kebebasan siswa untuk menyampaikan ide selama pembelajaran menulis puisi bebas berlangsung;

(14)

2. Kepada Siswa Kelas V SD

Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya siswa menyadari bahwa:

a. menulis puisi bebas akan lebih mudah jika dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelompok atau satu kelas;

b. kegiatan menulis puisi bebas pada hakekatnya adalah penyampaian ide tentang fakta, peristiwa, imajinasi secara puitis.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (1995). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Anita Lie. (2007). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Arends, Richard, I. (2007). Learning to teach. (7th ed). (Terjemahan Helmi Prajitno Soetjipto., & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hill Companies. (Buku asli diterbitkan tahun 2007).

Arikunto, S. (1989). Manajemen Penelitian. Jakarta : Depdikbud

Cohrain. (1984). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung : UPI PRESS.

Darsono, Max. dkk (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press

Dayan, Anto. (1996). Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: LP3ES

Djojosuroto, Kinayati. (2006). Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman. Bandung: NUANSA.

Hamilton, R, & Ellizabeth, G. (1994) Learning and instruction. New York: Allyn and Bacon.

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Surabaya: Program Pascasarjana UNESA.

---. (2004). Pantun-Pantun Melayu Kuno. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. Indriantoro, N dan Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta

Joyce, B. & Weil, M. (1996). Models of Teaching. United States of America, Needham Heights: Mass.

Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon: Massa Chussetts

Maleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Orlich, D.C. et al,. (2007). Teaching strategies a guide to effective instruction. Boston: Houghton Mifflin Company

Rubiyanto, R. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: PSKGJ PGSD UMS bekerjasaman dengan Qinant.

Rubiyanto, R dan Saring, M. (2008). Penelitian Tindakan Kelas ke SD an dan .Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : PGSD FKIP UMS

Pradopo, Rahmat Djoko. (1987). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

---, ---. (1990). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(15)

Sharan, Shlomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Methods. Praeger Westport: Connecticut London

Slavin, Robert. (2001). Cooperative Learning. Maryland: John Hopkins University.

---, ---. (1995). Cooperative learning. (2nd ed). Boston: Allyn & Bacon.

Stahl, Robert and Van Sickle, R. (2005). Cooperative Learning in Social Studies Classroom: An Introduction to Social Studies. National Council for the Social Studies Bulletin 87.

Stahl, R. J. (1994) Cooperative learning in social studies: A Handbook for Teacher. New York: Addision Wesley Publishing Company, Inc

Suwandi, J. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: PSKGJ PGSD UMS bekerjasaman dengan Qinant

Syakur, Nazri. (2009) Kognitivisme dalam Metode Pembelajaran Bahasa. Sleman Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Tarigan, Henry Guntur. (1983). Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.

Waluyo, Herman J. (1985). Kesusastraan IV. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wahyudi, Agus Budi. (2011). Pembelajaran Bahasa & Sastra Indonesia. Surakarta: PSKGJ PGSD UMS bekerjasaman dengan Qinant

Wina Senjaya, (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima

Winkel. W.S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

Permendiknas RI No:22, (2006). Tentang Standard isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : RI

Gambar

Tabel (Indikator Pencapaian)

Referensi

Dokumen terkait

dengan tujuan sistem kredit, maka dengan adanya Penasehat Akademik bagi para mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY adalah mutlak diperlukan

itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang.. semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak

Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu fermentasi dengan konsentrasi asam laktat 37 Gambar 4.2 Grafik pengaruh plasticizer terhadap melting point PLA fermentasi 24 jam

In the present of anhydrous calcium chloride / low humidity, the rate of transpiration / water loss / evaporation of water by leafy shoot / water absorps by roots is higher compare

Oleh karena itu diperlukan sebuah lembaga pembiayaan ekspor independen yang mampu mendukung pembiayaan ekspor berbiaya murah terhadap usaha kecil dan menengah, layaknya

Jika proses akreditasi sudah selesai, status proses dapat dilihat pada menu “Daftar SK Terbit” untuk program studi atau perguruan tinggi yang dinyatakan terakreditasi8. Jika

Perum Korpri Blok C6 No.. MITRA IDENTIC

Seperti pada frekuensi kejadian kondisi kriteria kombinasi pembebanan, hasil dari semua perhitungan perkiraan frekuensi bernilai sama, maka tabel 3.4 dapat dianggap