• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA (Studi Tentang Penggunaan Arbitrase dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Dan Penyelesaian Sengketa (Studi Tentang Penggunaan Mediasi dan Abitrase dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan Penyelesaian Sen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA (Studi Tentang Penggunaan Arbitrase dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Dan Penyelesaian Sengketa (Studi Tentang Penggunaan Mediasi dan Abitrase dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan Penyelesaian Sen"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA

(Studi Tentang Penggunaan Arbitrase dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh

MARISA HARVIYANA C 100090031

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

3 ABSTRAKSI

Marisa Harviyana. NIM. C100.090.031. Konsumen dan Penyelesaian Sengketa (Studi Tentang Penggunaan Mediasi dan Abitrase dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta). Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.

Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan sebagaimana dikehendaki undang-undang, merupakan pilihan yang tepat untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang dapat memuaskan kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian sngketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima”.

Tujuannnya ialah untuk mengetahui pengakomodasian asas cepat, sederhana dan biaya ringan dalam upaya perdamaian pada tahap pra persidangan dan pada tahap persidangan dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta.

Kesimpulannya ialah bahwa di dalam 6 sengketa leasing tersebut yang diantaranya melalui mediasi dan arbitrase sudah memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan.

Kata Kunci : Asas Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

(4)

4 ABSTRACT

Marisa Harviyana, NIM. C100.090.031. Consumer and dispute settlement (Study on the use of Mediation and Arbitrage in resolving dispute of leasing in Body of Consumer Dispute Settlement of Surakarta). Law School of Muhammadiyah University of Surakarta. 2013.

Based on article 49 of subsection (1) of Consumer Protection Law No. 8 of 1999, stating “Government establishes a body of consumer dispute settlement in Level II of Autonomous Administrative Region in order to settle consumer dispute of non-court”. The body is a small claim court performing trial in order to produce verdict quickly, simply and inexpensively according to tribunal principles. Efforts of non-court settlement for consumer dispute as required by law is an appropriate choice in stressing on reconciliation satisfying the two disputing parties. It is quick because article 55 of law No. 8 of 1999 about consumer

protection said that “The Body of Consumer Dispute Settlement is required to release a

verdict at least 21 (twenty one) work hours after a suit had been received”.

Purpose of the research is to know the accommodation of quick, simple and low cost principles in attempts of achieving reconciliation at pretrial stage and at trial stage in resolving dispute by utilizing mediation and arbitrage of Body of Consumer Settlement Dispute of Surakarta.

The conclusion is that among 6 disputes of leasing, some of them had settled through mediation and arbitrage, meet quick, simple and low cost principles.

Key words: quick, simple and low cost principles

(5)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi perdagangan barang dan/atau jasa hingga melintasi batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari berbagai transaksi tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan produk hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh masing-masing pihak.

Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan sebagaimana dikehendaki undang-undang, merupakan pilihan yang tepat untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang dapat memuaskan kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian sngketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima”.

BPSK sebagai lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan BPSK.1 BPSK merupakan sebuah lembaga yang pembentukannya diamanatkan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun baru dapat dibentuk secara de jure dengan keputusan Presiden RI No. 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan penyelesaian Sengketa Konsumen dan secara de facto BPSK baru terbentuk pada tahun 2002 bersamaan dengan dilantiknya anggota BPSK berdasarkan Kepmenperindag RI. No. 605/MPP/Kep/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya Kota Malang, Dan Kota Makasar.2

Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Di dalam penyelesaian konsumen di badan penyelesaian

1

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang : UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2011, Hal 65

2

(6)

2

sengketa konsumen meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Tetapi pada prakteknya mayoritas menggunakan arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen.

Arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK. 3 Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak. 4

Jumlah kasus sengketa antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan atau leasing makin banyak ditangani Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Surakarta belakangan ini. Jika kasus tersebut terus berlarut larut, dikhawatirkan bisa memicu konflik yang berkepanjangan. Sejak badan tersebut kembali beroperasi pada Agustus menerima banyak aduan dari konsumen. Dari 12 kasus yang masuk, lima di antaranya merupakan kasus sengketa dengan leasing. Konsumen mengeluhkan leasing yang secara sepihak menarik sepeda motor atau mobil lantaran kredit macet. Tidak hanya itu, usai menarik barang, konsumen wajib membayarkan sisa hutang saat itu walaupun belum jatuh tempo. Misalnya, konsumen mengalami kredit macet pada angsuran ketiga belas dari 36 bulan. Maka, dua bulan setelahnya angsuran akan dianggap kredit macet, motor akan ditarik. Leasing akan mengembalikan motor asal konsumen bisa langsung melunasi angsuran sampai bulan ke-36 plus membayar denda. Namun, penarikan motor secara sembarangan kini tidak bisa dilakukan oleh leasing. Pasalnya, telah terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 130/PMK.010/2012. Dalam aturan itu disebutkan, perusahaan pembiayaan tidak bisa menjadikan kendaraan sebagai jaminan sebelum terlebih dahulu didaftarkan ke Biro Hukum. Pendaftaran paling lambat dilakukan 30 hari setelah akad kredit. Tanpa proses ini, leasing tidak bisa menarik barang jaminan jika sewaktu-waktu konsumen mengalami kredit macet. Aturan ini telah diundangkan sejak 7 Agustus 2011, dan kami harap perusahaan leasing bisa menerapkan aturan ini dengan baik. Terlebih, perusahaan sudah diberi tenggat waktu sampai dua bulan setelahnya untuk penyesuaian diri. Dengan demikian, aturan ini berlaku efektif 7 Oktober 2011.5

Tujuan

1. Untuk mendiskripsikan pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra sidang dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta.

3

Ibid. Hal 78

4

Ibid. Hal 76

5

(7)

3 Metode Penelitian

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai hukum Negara. Hukum dipandang sebagai norma-norma positif dalam sistem Perundang-undangan Nasional.6 Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum in-concreto, karena penelitian ini mendasarkan pada bahan pustaka atau data sekunder kalaupun menggunakan data primer hanya sebagai data pendukung dari data sekunder, yang dalam hal ini dicari adalah berkas-berkas pra persidangan yang menyelesaikan sengketa Leasing. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk menemukan hukum in-concreto berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.7

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan wawancara. Adapun teknik analisis datanya secara deduktif. Yaitu tentang bagaimana proses pra persidangan dan proses persidangan yang dilakukan dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Surakarta. Selanjutnya dihubungkan dengan norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada kemudian membandingkan dengan hukum in-abstractonya.Sehingga pada tahap akhirnya kita dapat mengetahui, bagaimanakah hukum secara faktual, mengatur masalah yang tengah diteliti (hukum in-concreto).8

PEMBAHASAN

1. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas cepat dalam dalam upaya perdamaian.

a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah

6

Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Buku pegangan kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, Hal 10

7

Kelik Wardiono. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS. 2005. Hal 10

8

(8)

4

ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance

Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/ BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.

2. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas sederhana dalam dalam upaya perdamaian.

a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

(9)

5

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini tidak memenuhi asas sederhana karena tidak memenuhi unsur efektif dalam persidangan walaupun sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan dan karena .

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance.

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif dalam persidangan dan sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance.

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif dalam persidangan dan sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif dalam persidangan dan sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.

b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia

(10)

6

adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini tidak memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif dalam persidangan tetapi tidak memenuhi unsur efisien dalam persidangan.

2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance.

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini belum memenuhi asas sederhana karena tidak memenuhi unsur efektif dalam persidangan walaupun sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan. 3. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas biaya ringan dalam dalam

upaya perdamaian.

a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance

b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia

2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance

Merujuk pada sudikno Mertokusummo, yang dimaksud Asas Biaya Ringan adalah tertuju pada biaya yang dibebankan agar terpikul oleh yang berperkara.

1. Beban biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dari kalangan bawah sampai kalangan atas yang berperkara.

2. Beban biaya cuma-cuma adalah tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada para pihak yang berperkara.

Biaya berperkara tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi Penyelesaian Sengketa Konsumen.

1) Biaya terdiri dari :

a. Biaya Proses Penyelesaian sengketa konsumen b. Hak-hak kepaniteraan

(11)

7

meliputi biaya-biaya pemanggilan, pemberitahuan, pemeriksaan setempat, sumpah dan eksekusi.

3) Hak-hak kepaniteraan yang terdiri dari biaya materai, redaksi dan leges.

4) Biaya-biaya sengketa dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan kegiatan.

5) Biaya-biaya tersebut pada (1) dan (2) ditanggung oleh BPSK.

Jadi di dalam penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada para pihak yang berperkara. Karena biaya berperkara yang tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah ditanggung oleh BPSK. Jadi penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sesuai dengan Beban biaya cuma-Cuma.

Dalam Proses Persidangan

1. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas cepat dalam penyelesaian sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.

a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE

Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance

Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat karena tiak sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang dan masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance.

(12)

8

Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance.

Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.

Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. Di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat walaupun sudah memenuhi jangka waktu yang ditentukan oleh perundang-undangan taoi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance

Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.

2. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas sederhana dalam penyelesaian sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.

(13)

9

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE

Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance

Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance.

Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance.

(14)

10

Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.

Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam persidangan dapat merujuk pada Pasal 32 sampai dengan Pasal 36 Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance.

Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam persidangan dapat merujuk pada Pasal 32 sampai dengan Pasal 36 Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.

3. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas biaya ringan dalam penyelesaian sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.

a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE

2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance

3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance

4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance

b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase

1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia

(15)

11

Merujuk pada sudikno Mertokusummo, yang dimaksud Asas Biaya Ringan adalah tertuju pada biaya yang dibebankan agar terpikul oleh yang berperkara. 1. Beban biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dari

kalangan bawah sampai kalangan atas yang berperkara.

2. Beban biaya cuma-cuma adalah tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada para pihak yang berperkara.

Biaya berperkara tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi Penyelesaian Sengketa Konsumen.

1) Biaya terdiri dari :

a. Biaya Proses Penyelesaian sengketa konsumen b. Hak-hak kepaniteraan

2) Biaya proses penyelesaian sengketa konsumen terdiri dari pengeluaran yang diperlukan untuk penyelenggaraan penyelesaian sengketa konsumen yang meliputi biaya-biaya pemanggilan, pemberitahuan, pemeriksaan setempat, sumpah dan eksekusi.

3) Hak-hak kepaniteraan yang terdiri dari biaya materai, redaksi dan leges. 4) Biaya-biaya sengketa dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan

kegiatan.

5) Biaya-biaya tersebut pada (1) dan (2) ditanggung oleh BPSK.

Jadi di dalam penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada para pihak yang berperkara. Karena biaya berperkara yang tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah ditanggung oleh BPSK. Jadi penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sesuai dengan Beban biaya cuma-Cuma.

PENUTUP Kesimpulan

1. Pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.

(16)

12

034/PER/II/IX/2011/BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan pendapat dari Sudikno mertokusumo.

b. Terdapat 1 perkara yang memenuhi asas cepat dan biaya ringan tetapi tidak memenuhi asas sedehana yaitu :

Perkara Nomor 001/JF/VII/2011/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia. Yang telah dilakukan secara efektif tetapi tidak efisien dan pembuktian berbelit-belit. Karena belum efisien dalam melakukan proses persidangan karena belum menjelaskan mengenai tata cara atau proses persidangan hal ini tidak sesuai dengan Pasal 2 ayat (4) Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Di dalam perkara ini pembuktiannya berbelit-belit yaitu selain banyak alat bukti yang ditujukan dan juga banyak saksi yang harus dihadirkan dimuka persidangan, hal ini tidak sesuai dengan pendapat sudikno mertokusumo.

2. Pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta.

a. Terdapat 4 perkara yang telah memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan yaitu: Perkara Nomor 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri Sulastri) PT NSC FINANCE, Perkara Nomor 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance, Perkara Nomor 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance, Perkara Nomor 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance. Hal ini sesuai dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Menurut Pasal 32 sampai dengan pasal 36 Keputusan Menteri serta pendapat Sudikno Mertokusumo.

b. Terdapat 2 perkara yang telah memnuhi asas sederhana dan biaya ringan tetapi tidak memenuhi asas cepat yaitu :

Perkara Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance, karena walaupun sudah sesuai jangka waktu yang ditentukan tetapi masih menunda jadwal sidang serta para pihak sulit menentukan kesepakatan sehingga belum memenuhi asas cepat. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat sudikno mertokusumo.

(17)

13 Saran

1. Di dalam proses pra persidangan dan proses persidangan sangat perlu memperhatikan asas cepat karena di dalam pra persidangan masih adanya penundaan jadwal persidangan terlebih di dalam proses persidangan yang kurang memperhatikan jangka waktu yang telah ditentukan perundang-undangan dan selalu adanya penundaan jadwal persidangan yang hanya mengulur-ngulur waktu.

2. Di dalam proses pra persidangan perlu memperhatikan asas sederhana karena kurang efektif dan efisien dalam proses persidangan ini.

3. Di dalam proses pra persidangan maupun proses persidangan sudah memenuhi asas biaya ringan karena tidak adanya biaya perkara yang dibebankan pada pihak yang berperkara tetapi seharusnya tetap dicantumkan klausul bahwa tidak adanya beban biaya perkara pada setiap perkara terlebih harus tertulis pada setiap putusan BPSK.

4. Di dalam berita acara pra persidangan maupun persidangan lebih diperjelas lagi mengenai acara apa yang sedang berjalan pada waktu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti Paramita. 2011. Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka.

Burhanuddin. 2011. Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang: UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI).

Kelik Wardiono. 2005. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS.

______. 2007 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan Prakteknya, Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berdasarkan pada Yurisprudensi Nomor 11K/AG/2001 tanggal 10 Juli 2003 yang menyatakan bahwa pemberian ½ bagian dari gaji Tergugat kepada Penggugat

18 Mahihinuha sa graf 5.1c na karamihan sa mga respondente sa bilang na apatnapu na tatlo (43%) ay nagsasabi na epektibo ang silid-aklatan para sa

At dahil sa kanila, magpahanggang ngayon, nakikilala natin para sa atin ang sinabi ni San Agustin, “Si Hesus ay naglaho sa ating mga mata, upang matagpuan natin siya sa

Didalam perspektif perkembangan akan sangat terkait dengan kehadiran institusi-institusi barn di lingkungan kota administratif Depok, hal mana dalam prospek jangka

Menurut Direktorat Jenderal PHPA (1988), senjata yang diperbolehkan untuk membunuh satwa buru hanyalah senjata api. Berdasarkan perhitungan dan kajian literatur,

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang arsitektur informasi e-procurement dengan menggunakan metode TOGAF dan Zachmann Framework, melakukan efisiensi terhadap

Nilai % RSA kunir putih yang telah mengalami blanch- ing 100 °C media asam sitrat 0,05 % dan akuades selama 5 dan 10 menit mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi

Rancangan isi dari media pembelajaran interaktif sejarah Indonesia memuat menu- menu yang akan ditampilkan dan sesuai dengan rancangan yang sudah di buat.Adapun