PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA SMP MELALUI
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
AISYAH NASUTION
NIM. 081188710007
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
AISYAH NASUTION. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Minat Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik
ABSTRACT
AISYAH NASUTION. Increasing Mathematics Problem Solving Ability and Learning Interest for Junior High School Through Realistic Mathematics Approach.
This research aims to know increasing the mathematics problem solving ability and learning interest of students and the process problem solving in mathematics solving ability test. The population in this research is all the students VIII SMPN 4 Binjai. That consists of five parallel classes. Randomly, chose two classes is the students for VII-2 and VII-4 as example class. The experiment class is given the realistic mathematics approach, while the control class is given behaviour usual mathematics approach. The instrument is used consist of the test early math skills, the test mathematics problem solving ability and the questionnarie for mathematics learning interest. The research result shows that : 1) There are the difference increasing students mathematics problem solving ability given the realistic mathematics approach with student are given behaviour usual mathematics approach. Increasing students mathematics problem solving ability are given realistic mathematics approach significantly better than the students are given usual mathematics approach, 2) There is not interaction between approach with early math skills to increase students mathematics problem solving ability, 3) There are the difference increasing learning interest of students given the realistic mathematics approach with students are given behaviour usual mathematics approach. Increasing learning interest of students are given realistic mathematics approach significantly better than the students are given usual mathematics approach, 4) There is not interaction between approach with early math skills to increase learning interest of students. The rate result for increasing mathemtatics problem solving ability are given realistic mathematic approach and usual mathematic approach 0,55450 and 0,40550 and the rate in increasing learning interest of students are given PMR and PB 0,43491 and 0,33547. The persentation of students reach 65 score or more than post test for mathematics problem solving ability are given learning with realistic mathematics approach 76,47% higher than the persentation of students reach 65 or more the post test for mathematics problem solving ability are given the learning usual mathematics approach 18,75%. The result research shows that the students solving answer process are given the learning with realistic mathematics approach more varies than the students are given the learning with usual mathematic approach.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil „aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika dan Minat Belajar Siswa SMP melalui
Pendekatan Matematika Realistik”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan segala
ketulusannya baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang
lebih banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan
kepada:
1. Terutama kepada Ibunda tercinta Syamsiah Lubis, S.Pd dan Ayahanda
Alisyahrin Nasution, S.Pd serta adik-adikku Darwin Nasution dan Azhari
Nasution yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan
dukungan serta dorongan selama pendidikan hingga terselesaikannya studi ini.
2. Teristimewa Suami tercinta Ahmad Budiman, S.Sos yang senantiasa
memberikan rasa kasih sayang, perhatian, motivasi serta doa.
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis
iv
4. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah
mengarahkan dan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi penulis
sehingga terselesaikannya tesis ini.
5. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam memberikan
arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang
telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku
narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan
tesis ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.
9. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
10.Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED.
11.Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED.
12.Ibu Agustina Bangun, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Binjai
beserta seluruh guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
v
13.Sahabat seperjuangan angkatan XIV Prodi Pendidkan Matematika khususnya
teman-teman R7, yang setia mengingatkan dan berdiskusi bersama,
memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.
14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya
penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih
lanjut.
Medan, 20 Februari 2014
Penulis
vi
2.4 Ragam Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ... 31
2.7 Perbedaan Pedagogi Antara Pendekatan Matematika Realistik dengan Pembelajaran Biasa ... 45
2.8 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Matematika Realistik ... 47
2.9 Hasil Penelitian yang Relevan ... 51
vii
2.10.1 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik dengan
Siswa yang Diberi Pembelajaran Biasa ... 54
2.10.2 Interaksi Antara Pendekatan dengan Kemampuan Awal Matematika Terhadap Peningkatan
viii
3.8.3 Tahap Akhir ... 82
3.9 Teknik Analisis Data ... 83
3.9.1 Perincian Data ... 83
3.9.2 Pengolahan Data ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 92
4.1.1 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen... 92
4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 95
4.1.3 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 103
4.1.4 Deskripsi Minat Belajar Matematika ... 112
4.1.5 Analisis Proses Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 120
4.1.6 Analisis Pilihan Jawaban Angket Minat Belajar Siswa ... 154
4.2 Pembahasan ... 164
4.2.1 Pendekatan Pembelajaran... 164
4.2.2 Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 166
4.2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 167
4.2.4 Minat Belajar Matematika Siswa ... 169
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 171
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 173
5.2 Saran ... 174
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pendekatan Matematika Realistik... 41
Tabel 2.2 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 45
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 66
Tabel 3.2 Tabel Weiner Keterkaitan antar Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel Kontrol ... 67
Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa Berdasarkan KAM ... 70
Tabel 3.4 Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 71
Tabel 3.5 Skor Jawaban Angket Minat Belajar ... 72
Tabel 3.6 Nama-Nama Validator ... 73
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Validasi Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran ... 74
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Validasi Ahli terhadap Tes Kemampuan Awal Matematika ... 74
Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Validasi Ahli terhadap Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 75
Tabel 3.10 Laporan Validasi Ahli terhadap Angket Minat Belajar Siswa ... 75
Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 77
Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 78
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Pembeda ... 79
x
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians
Kelompok Data KAM ... 100
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata KAM ... 100
Tabel 4.10 Sebaran Sampel Penelitian ... 101
Tabel 4.11 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Pendekatan dan Kemampuan
Awal Matematika Siswa ... 103
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Normalitas Kelompok Data Gain
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 107
Tabel 4.13 Rangkuman Uji Homogenitas Kelompok Data Gain
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 108
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Data Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika ... 109
Tabel 4.15 Deskripsi Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan
Pendekatan dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa... 113 Tabel 4.16 Rangkuman Uji Normalitas Kelompok Data Gain Minat
Belajar Siswa ... 116
Tabel 4.17 Rangkuman Uji Homogenitas Kelompok Data Gain Minat
Belajar Siswa ... 116
Tabel 4.18 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Data Gain
Minat Belajar Siswa ... 118
Tabel 4.19 Rerata Hasil Proses Penyelesaian Siswa dalam Menyelesaikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Pendekatan dan
Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 122
Tabel 4.20 Skor Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi Pendekatan
Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 125
Tabel 4.21 Skor Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi Pendekatan Matematika
xi
Tabel 4.22 Skor Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi Pendekatan Matematika
Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 137
Tabel 4.23 Skor Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi Pendekatan
Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 143
Tabel 4.24 Skor Butir Soal Nomor 5 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi Pendekatan
Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 149
Tabel 4.25 Analisis Skala Minat Belajar Siswa yang Diberi Pendekatan
Matematika Realistik ... 155
Tabel 4.26 Analisis Skala Minat Belajar Siswa yang Diberi
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 27
Gambar 2.2 Model Skematis Proses Pemetaan Konsep... 35
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 82
Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan standar deviasi KAM ... 96
Gambar 4.2 Diagram Rata-rata Setiap Kategori KAM ... 98
Gambar 4.3 Diagram Sebaran Sampel Penelitian ... 101
Gambar 4.4 Diagram Rerata dan Standar Deviasi Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran... 104
Gambar 4.5 Diagram Rerata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM Siswa ... 104
Gambar 4.6 Diagram Rerata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Pendekatan dan KAM Siswa ... 105
Gambar 4.7 Diagram Selisih Rerata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan KAM Siswa dan Pendekatan ... 105
Gambar 4.8 Interaksi antara Pendekatan dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 112
Gambar 4.9 Diagram Rerata Gain Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pendekatan ... 113
xiii
Gambar 4.11 Diagram Rerata Gain Minat Belajar Siswa
Berdasarkan Pendekatan dan KAM Siswa ... 114
Gambar 4.12 Diagram Selisih Rerata Gain Minat Belajar Siswa
Berdasarkan KAM Siswa dan Pendekatan ... 114
Gambar 4.13 Interaksi antara Pendekatan dengan Kemampuan Awal
Matematika Siswa Terhadap Peningkatan
Minat Belajar Matematika... 120
Gambar 4.14 Diagram Rata-rata Pretes Setiap Item Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik dan
Pembelajaran Biasa ... 122
Gambar 4.15 Diagram Rata-Rata Postes Setiap Item Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik dan
Pembelajaran Biasa... 123
Gambar 4.16 Diagram Rata-Rata Gain Setiap Item Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik dan
Pembelajaran Biasa ... 123
Gambar 4.17 Diagram Rata-rata Butir Soal Nomor 1 Berdasarkan
Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Pendekatan... 127
Gambar 4.18 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah Matematika Butir Soal Nomor 1 Siswa yang
Diberi Pendekatan Matematika Realistik ... 128
Gambar 4.19 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 1 Siswa yang Diberi
Pembelajaran Biasa ... 129
Gambar 4.20 Diagram Rata-rata Butir Soal Nomor 2 Berdasarkan
Kemampuan Matematika Siswa dan Pendekatan ... 133
Gambar 4.21 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 2 Siswa yang Diberi
xiv
Gambar 4.22 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 2 Siswa yang
Diberi Pembelajaran Biasa... 135
Gambar 4.23 Diagram Rata-rata Butir Soal Nomor 3 Berdasarkan
Kemampuan Matematika Siswa
dan Pendekatan ... 139
Gambar 4.24 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 3 Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik ... 140
Gambar 4.25 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 3 Siswa yang Diberi
Pembelajaran Biasa... ... 141
Gambar 4.26 Diagram Rata-rata Butir Soal Nomor 4 Berdasarkan
Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Pendekatan ... 145
Gambar 4.27 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 4 Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik ... 146
Gambar 4.28 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 4 Siswa yang Diberi
Pembelajaran Biasa ... 147
Gambar 4.29 Diagram Rata-rata Butir Soal Nomor 5 Berdasarkan
Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Pendekatan ... 151
Gambar 4.30 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 5 Siswa yang Diberi
Pendekatan Matematika Realistik ... 152
Gambar 4.31 Ragam Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Butir Soal Nomor 5 Siswa yang Diberi
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran ... 180
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 181
Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 212
Lampiran 1.3 Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 224
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 247
Lampiran 2.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Matematika... 248
Lampiran 2.2 Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 249
Lampiran 2.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika ... 251
Lampiran 2.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 253
Lampiran 2.5 Tes Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 254
Lampiran 2.6 Alternatif Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 260
Lampiran 2.7 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ... 265
Lampiran 2.8 Angket Minat Belajar ... 266
Lampiran 2.9 Penilaian Jawaban Angket Minat Belajar ... 268
Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli Mengenai Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 270
Lampiran 3.1 Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 271
Lampiran 3.2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 273
Lampiran 3.3 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 274
Lampiran 3.4 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 275
Lampiran 3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 276
Lampiran 3.6 Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian ... 278
xvi
Lampiran 4.1 Laporan Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan
Instrumen Penelitian ... 281
Lampiran 4.2 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Awal
Matematika ... 285
Lampiran 4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 301
Lampiran 4.4 Proses Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Minat Belajar
Siswa dengan Menggunakan Microsoft Excell 2007 ... 317
Lampiran 4.5 Proses Validitas dan Reliabilitas Minat Belajar Siswa
dengan Menggunakan SPSS 17 for Windows ... 320
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Tes Kemampuan Awal
Matematika Siswa ... 323
Lampiran 6 Hasil Penelitian Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika ... 329
Lampiran 7 Hasil Penelitian Data Minat Belajar Matematika ... 345
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan teknologi dewasa ini tidak lepas dari
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, maka peranan
matematika sebagai suatu ilmu tersebut sangat banyak dalam ilmu-ilmu lain dan
dalam masyarakat. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat
penting di jenjang pendidikan dasar dan menengah karena dapat melatih siswa
berpikir logis, bertanggung jawab, dan memiliki keterampilan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika merupakan
bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan
juga di perguruan tinggi. Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena
begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan
matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (1991:208) yaitu: 1)
Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan
perhitungan-perhitungan lainnya; 2) Dengan belajar matematika kita memiliki
persyaratan untuk belajar bidang studi lain; 3) Dengan belajar matematika
perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis; 4) Dengan belajar matematika
diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun,
2
Hal senada diungkapkan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan dalam menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Pentingnya pendidikan matematika tidak sejalan dengan kualitas
pendidikan matematika yang sesungguhnya. Marpaung (2004) menyatakan
kualitas pendidikan matematika Indonesia dalam skala Nasional masih rendah,
begitu pula Hadi (2005) walaupun sekolah-sekolah di tanah air sudah mempunyai
pengalaman cukup lama dalam menerapkan mata pelajaran matematika, ternyata
hasil yang dicapai masih jauh dari memuaskan.
Hal ini diperkuat dalam laporan penelitian TIMSS (2007) mengemukakan
bahwa rata skor matematika siswa kelas II SLTP berada jauh di bawah
rata-rata skor Internasional. Sekalipun hasil ini tidak menunjukkan prestasi siswa
Indonesia secara umum dalam matematika, namun dengan membandingkan
prestasi siswa Indonesia berdasarkan hasil TIMSS, sudah menunjukkan rendahnya
kualitas pengetahuan matematika siswa Indonesia pada level Internasional.
Hal tersebut mengindikasikan kesenjangan antara kualitas pendidikan
matematika dengan kualitas pengetahuan matematika siswa. Dengan kata lain
lembaga pendidikan belum mampu menghasilkan siswa yang memiliki
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam
3
Tujuan mata pelajaran matematika pada pendidikan dasar dan menengah
berdasarkan Kurikulum 2006, yaitu sebagai berikut: 1) Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah (Wardhani, 2008:2).
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas siswa dituntut
memiliki suatu kemampuan matematika. Kemampuan matematika digunakan
siswa untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Dalam hal ini gurulah yang berperan memberikan motivasi kepada siswa agar
dapat belajar matematika dengan baik untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang
namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam
pembelajaran matematika. Tidak semua pertanyaan merupakan suatu masalah.
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan
adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur rutin yang
4
keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu dilema atau situasi yang
baru atau yang membingungkan, maka kita sedang memecahkan masalah. Untuk
menjadi seorang pemecah masalah yang baik, siswa membutuhkan banyak
kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah dalam bidang
matematika dan dalam konteks kehidupan nyata.
Berdasarkan perkembangannya, pada masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran matematika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan
struktur analisis yang lebih sempurna. Sehingga dalam pembelajaran sangat
diperlukan kemampuan pemecahan masalah. Pentingnya kemampuan pemecahan
masalah matematika juga ditegaskan dalam NCTM (2000:52) yang menyatakan
bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran
matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran
matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Lester (dalam Sugiman, dkk,
2009:179) bahwa ”problem solving is the heart of mathematics” yang berarti
jantungnya matematika adalah pemecahan masalah.
Tidak saja kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi alasan untuk
mempelajari matematika, tetapi karena kemampuan pemecahan masalah
memberikan suatu konteks dimana konsep-konsep dan kecakapan-kecakapan
dapat dipelajari.
Suryadi (dalam Suherman, 2003) menyatakan bahwa pemecahan masalah
matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting
baik oleh guru disemua tingkatan mulai SD sampai SMA. Hal yang senada juga
dikemukakan Sagala (2005) bahwa menerapkan pemecahan masalah dalam proses
5
atau memecahkan masalah-masalah mereka, mereka juga termotivasi untuk
bekerja keras.
Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru sebagai
pengembang strategi pembelajaran di kelas. Siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berhubungan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika sebagaimana diungkapkan
Sumarmo (2005) bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika pada umumnya belum memuaskan. Kesulitan yang dialami siswa
paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa hasil
perhitungan.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif
siswa dan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Sebagai contoh terlihat
dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa sebagai berikut : Sebuah tas jika dijual dengan harga
Rp75.000,00 akan memberi keuntungan 25%. Berapakah modal tersebut?
Penyelesaian dari soal di atas diharapkan siswa menyelesaikan dengan
mencari dari harga pembelian, namun kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan
soal karena siswa menyelesaikan soal tersebut terlebih dahulu menghitung besar
keuntungan dari harga penjualan. Dalam hal ini siswa kesulitan mengaitkan
informasi pada soal dengan strategi yang akan digunakan untuk pemecahan
masalah. Hal ini siswa kurang memahami langkah-langkah penyelesaian masalah,
6
memodelkan dahulu kedalam bentuk matematika sesuai dengan soal kemudian
menyelesaikannya dengan mencari harga pembelian.
Contoh lain terlihat dari jawaban siswa tentang soal yang mengukur
pemecahan masalah matematika siswa mengenai materi persamaan linear satu
variabel di kelas VII SMP Negeri 4 Binjai kelas VII-2 tahun pelajaran 2012/2013
sebagai berikut: seorang ibu umurnya 24 tahun lebih tua dari umur anaknya.
Dalam 8 tahun umur ibu menjadi dua kali umur anaknya. Berapakah umur mereka
sekarang? Banyak siswa kelas VII SMP mengalami kesulitan untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Kasus lain misalnya, Deri dan Abdul bekerja bersama-sama
dan dapat menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 6 hari. Kecepatan bekerja Deri
dua kali Abdul. Berapa harikah pekerjaan itu dapat diselesaikan apabila mereka
bekerja sendiri-sendiri?
Dalam dua contoh kasus di atas ada 26 orang siswa dari 34 siswa yang
kesulitan dalam membuat model matematika dari masalah yang diberikan.
Dengan kata lain siswa belum mampu untuk menerjemahkan data yang ada ke
dalam satu atau beberapa persamaan yang kemudian penyelesaian dari persamaan
itu digunakan untuk menentukan solusinya.
Selain itu salah satu ruang lingkup materi matematika yang harus
diajarkan dan dipelajari oleh siswa SMP adalah materi geometri. Geometri adalah
suatu bidang ilmu yang berhubungan dengan pengukuran-pengukuran.
Objek-objek geometri bersifat abstrak seperti garis lurus yang hanya ada dalam pikiran
kita sementara yang dilihat dan dipelajari dalam geometri adalah gambar yang
bertujuan untuk lebih mudah mempelajarinya. Sifat abstrak inilah yang menjadi
masalah-7
masalah geometri, demikian pula muncul kesulitan guru dalam membelajarkan
materi geometri dibandingkan dengan materi yang lain.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi (2000:12) bahwa
salah satu kelemahan penguasaan materi geometri oleh siswa adalah sukar
mengenali dan memahami bangun-bangun geometri terutama bangun-bangun
ruang serta unsur-unsurnya. Oleh karena itu untuk mempelajari geometri
pengkongkritan objek-objek geometri diperlukan untuk mempermudah siswa
memahami materi yang lain.
Aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan masalah,
meliputi: mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan
unsur yang diperlukan, merumuskan masalah situasi sehari-hari dan matematik;
menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah
baru) dalam atau luar matematika; menjelaskan/menginterpretasikan hasil sesuai
masalah asal, menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah
nyata dan menggunakan matematika secara bermakna. Polya (dalam Hudojo,
2005:126) menyebutkan empat langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: (1)
memahami masalah; (2) merencanakan masalah, (3) merencanakan pemecahan;
(4) melakukan perhitungan; (5) memeriksa kembali.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah minat siswa. Minat sebagai
salah satu faktor psikologis turut berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar
siswa. Dalam pelajaran matematika, seseorang yang memiliki minat belajar tinggi
akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Hal ini didukung oleh
pernyataan Hasibuan (2000:37) bahwa: “Minat belajar yang besar cenderung
8
matematika tidak dilandasi pada minat belajar matematika yang tinggi, akan
berakibat negatif terhadap pencapaian hasil belajar matematikanya.
Minat siswa terhadap matematika juga merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan, karena tanpa adanya minat sulit untuk menumbuhkan keinginan dan
kesenangan dalam belajar matematika, apalagi matematika tidak mudah untuk
dipelajari sehingga hampir seluruh siswa dari setiap jenjang pendidikan kurang
berminat dalam matematika. Hal senada juga dikemukakan oleh pengamatan
Ruseffendi (dalam Usdiyana, 2009:6) anak-anak yang menyenangi matematika
hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana,
makin tinggi tingkatan sekolahnya dan semakin sukar pelajaran matematika yang
dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya.
Peneliti pernah menanyakan kepada beberapa siswa SMPN 4 Binjai
mengenai pelajaran apa yang paling sulit untuk di pelajari. Ternyata kebanyakan
siswa menjawab matematika. Karena anggapan itulah sehingga siswa kurang
berminat terhadap pelajaran matematika dan matematika sudah menjadi momok
yang menakutkan bagi siswa. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti
kepada salah seorang guru matematika di sekolah tersebut bahwa kemampuan
matematika siswa masih rendah. Hal ini disebabkan banyak siswa tidak
menyenangi matematika. Ketika melihat soal matematika yang sulit, banyak siswa
menganggapnya sebagai ancaman dan bukan merupakan tantangan, maka siswa
tersebut menjadi ketakutan dan akan gagal menyelesaikannya.
Uraian diatas menunjukkan bahwa pemecahan masalah dan minat belajar
dalam matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan
9
Pembelajaran matematika di sekolah sejauh ini masih didominasi oleh
pembelajaran biasa dengan paradigma guru mengajar. Siswa lebih banyak
bergantung pada guru yang mengakibatkan pembelajaran terpusat pada guru
(teacher-centred) dimana guru berperan aktif sementara siswa menjadi pasif.
Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi, cara itu terbukti
tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran yang seperti ini merupakan pembelajaran dimana guru mentransfer
ilmunya langsung kepada siswa dan pembelajaran yang lebih menekankan hasil
dimana siswa hanya menerapkan rumus daripada menekankan pada proses,
sehingga memandang matematika sebagai kumpulan rumus bukan sebagai proses
berpikir, siswa tidak mampu mandiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya
saat pembelajaran langsung kecuali duduk manis mendengarkan penjelasan dari
guru.
Berdasarkan fakta di lapangan, proses pembelajaran yang cenderung
dilakukan guru, guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode
ceramah sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan, tanya jawab dan
penugasan akibatnya siswa hanya mendengar, memperhatikan penjelasan guru
dan menyelesaikan tugas sehingga kurang terjadi interaksi antar sesama siswa dan
guru. Fenomena ini juga terjadi di SMPN 4 Binjai, dimana guru asyik sendiri
menjelaskan materi yang telah dipersiapkan sementara siswa asyik sendiri
menjadi penerima informasi yang baik dari guru. Sehingga siswa hanya
mencontoh apa yang dikerjakan guru dan mengingat rumus-rumus dan menghapal
cara pengerjaan soal yang dilakukan guru tanpa makna dan pengertian dari siswa.
10
permasalahan matematika cukup dengan mengikuti atau mencontoh apa yang
dikerjakan oleh guru yang menyebabkan pembelajaran yang kurang bermakna
sehingga mengakibatkan pemecahan masalah matematika siswa kurang tercapai
dari tujuan pembelajaran serta menghasilkan suatu ragam jawaban yang kurang
baik.
Berdasarkan fenomena di atas, menunjukkan hasil belajar siswa yang
diperoleh masih belum memuaskan karena masih banyak hasil ujian siswa yang
tidak tuntas. Pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru membuat respon
siswa menjadi kurang baik terhadap pembelajaran matematika yang
mengakibatkan siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika dan siswa
menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
matematika, perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat
mengakomodasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan
minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Menyarankan perubahan
dalam pembelajaran matematika ke paradigma baru, dengan menciptakan suasana
siswa aktif belajar dalam pencarian pengetahuan dan belajar yang menyenangkan
yang akan mencegah kebosanan ketika belajar.
NCTM (Van de Walle, 2008) menyarankan reformasi pembelajaran
matematika:
11
memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan.
Untuk merealisasikan reformasi pembelajaran matematika seperti yang
dikemukakan di atas, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran
matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir
siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang
tidak hanya berujung pada tes akhir.
Pendekatan matematika realistik memiliki dua filosofi yaitu matematika
dekat dengan anak-anak dan relevan dengan situasi kehidupan setiap hari. Namun
demikian kata 'realistis' merujuk bukan hanya untuk koneksi dengan dunia nyata,
tetapi juga mengacu pada situasi masalah yang nyata dalam siswa pikiran. Filosofi
kedua, gagasan matematika sebagai aktivitas manusia, (Zulkardi, 2006). Dari
filosofi PMR tersebut jelas bahwa PMR merupakan salah satu pendekatan yang
sesuai dengan reformasi pembelajaran matematika yang diinginkan. Secara garis
besar pendekatan matematika realistik adalah pendekatan dalam pendidikan
matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas
manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks
sehari-hari.
Dalam PMR guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan bagi
mereka masing-masing sehingga pembelajaran tersebut bermakna. Hal itu
dipertegas oleh Asmin (2007:11) bahwa agar pembelajaran bermakna bagi siswa
maka pembelajaran seyogianya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik.
Kemudian siswa diberikan kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan
caranya sendiri dengan skema yang dimiliki dalam pikirannya. Pengalaman
12
sendiri tidak akan mudah dilupakan. Hal tersebut bukan hanya memberikan
pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk
bertanya, berani mengemukakan pendapat, dapat menerima pendapat dari
temannya, dan menemukan sendiri konsep yang dipelajari.
Pendekatan matematika realistik memberikan kesempatan pada siswa
untuk menemukan kembali dan mengonstruksi konsep-konsep matematika
berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru. Situasi realistik dan
masalah memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan informal mereka untuk
menyelesaikan masalah. Pengetahuan informal siswa yang merupakan kontribusi
siswa memegang peranan penting dalam penemuan kembali dan pengkonstruksian
konsep. Selain itu pendekatan matematika realistik dianggap mampu untuk
meningkatkan pemecahan masalah dan minat siswa dalam pembelajaran
matematika, yang pada akhirnya prestasi belajar matematika siswa dapat
meningkat.
Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik,
sekurang-kurangnya dapat membuat: (1) matematika lebih menarik, relevan dan bermakna,
tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak; (2) mempertimbangkan tingkat
kemampuan siswa; (3) menekankan belajar matematika pada “learning by doing”;
(4) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan
penyelesaian (algoritma) yang baku; (5) menggunakan konteks sebagai titik awal
pembelajaran matematika (Suherman, dkk; 2001:131). Hasil penelitian ini
memberikan laporan yang cukup menggembirakan. Siswa menjadi lebih menarik
13
cukup memuaskan. Hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk
menggunakan pendekatan matematika realistik sebagai alternatif dari sekian
banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa
dalam meningkatkan kemampuan matematika yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain faktor pembelajaran, terdapat faktor lain yang diduga dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
dan minat belajar siswa. Adapun faktor lain tersebut adalah faktor kemampuan
awal matematika (KAM). Kemampuan awal matematika siswa diperoleh dari
hasil tes awal. Tes awal diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
awal matematika siswa sebelum siswa memasuki materi selanjutnya. Merurut
Russefendi (1991) setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, ada
siswa yang pandai, ada yang kurang pandai, serta ada yang biasa-biasa saja, serta
kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata dari lahir, tetapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar
khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan.
Untuk menunjang pendekatan matematika realistik, perlu diperhatikan
kemampuan awal matematika siswa. Bagaimanapun penerapan pada pendekatan
matematika realistik terhadap kemampuan awal matematika siswa yang berbeda,
pencapaian hasil belajar siswa diprediksi akan berbeda pula. Sebagaimana Wijaya
(dikutip oleh Suherman, dkk; 2001:23) mengatakan keberhasilan suatu program
pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan
oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi
14
Pada pendekatan matematika realistik diduga yang lebih diuntungkan
adalah siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah. Hal ini karena
langkah-langkah pendekatan matematika realistik yang didasarkan pada
pengembangan kreativitas dan teori belajar yang melibatkan proses-proses
kognitif dan afektif, serta dapat menumbuhkan kegairahan dalam belajar dan
potensi-potensi kreatifnya (Kesumawati, 2010:1).
Sementara siswa yang memiliki kemampuan tinggi melalui pendekatan
matematika realistik juga akan berkembang kemampuan pemecahan masalah
matematika dan minat belajar siswa. Namun perkembangan tersebut diduga bukan
karena faktor pendekatan tetapi karena faktor siswanya yang sudah pandai.
Memperhatikan uraian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa
pendekatan matematika realistik diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa. Karena itu judul
penelitian ini adalah: “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
dan Minat Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka identifikasi
masalah penelitian ini dapat diidentifikasi, yaitu :
1. Hasil belajar matematika siswa rendah.
2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
3. Rendahnya minat belajar matematika.
4. Pembelajaran yang cenderung pasif dan kurang mengembangkan berbagai
15
5. Jawaban siswa saat menjawab soal-soal matematika kurang sistematis dan
bervariasi.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini
pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika, minat belajar
siswa dalam pembelajaran matematika, dan ragam jawaban dengan pendekatan
matematika realistik dan pembelajaran biasa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang
akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diberi pendekatan matematika realistik dengan siswa
yang diberi pembelajaran biasa?
2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan minat belajar siswa yang diberi
pendekatan matematika realistik dengan siswa yang diberi pembelajaran
biasa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
16
5. Bagaimanakah ragam jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pendekatan
matematika realistik dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diberi pendekatan matematika realistik dengan siswa
yang diberi pembelajaran biasa.
2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan minat belajar siswa yang diberi
pendekatan matematika realistik dengan siswa yang diberi pembelajaran
biasa.
4. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa.
5. Untuk mengetahui ragam jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pendekatan
17
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan
sekaligus manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, pendekatan matematika realistik dapat menjadi pendekatan
pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa.
2. Bagi siswa, pendekatan matematika realistik akan memberikan pengalaman
nyata dalam belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang yang
difokuskan pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan mendapat
pengalaman belajar yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa
lebih aktif dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti, yaitu akan menambah pengalaman dan wawasan dalam
pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan matematika realistik
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan dapat
dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan),
serta pada penelitian yang sejenis.
4. Sebagai sumber informasi bagi pengelola sekolah tentang perlunya merancang
sistem pendekatan matematika realistik sebagai upaya mengatasi kesulitan
belajar siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
18
1.7 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, berikut dijelaskan pengertian dari beberapa variabel tersebut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kesanggupan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika dengan menunjukkan aspek dari
pemecahan masalah, yaitu: (a) memahami masalah, (b) membuat rencana
penyelesaian, (c) melakukan penyelesaian masalah, (d) memeriksa kembali
hasil pemecahan masalah yang diperoleh.
2. Minat belajar siswa adalah kecenderungan keinginan dalam diri seseorang
yang berupa perasaan senang, ketertarikan (suka) terhadap sesuatu, perhatian
siswa yang dilandasi dengan kesadaran dan kemauan untuk mempelajari
sesuatu, serta keterlibatan siswa dalam belajar.
3. Pendekatan Matematika Realistik adalah prosedur yang digunakan dalam
membahas bahan pelajaran matematika yang memiliki karakteristik, yaitu :
menggunakan masalah kontekstual, menggunakan model matematika yang
dikembangkan siswa, menggunakan kontribusi siswa, terjadinya interaksi
dalam proses pembelajaran, adanya keterkaitan dan terintegrasi dengan topik
pembelajaran lainnya serta menggunakan teori belajar pendukung yang
relevan.
4. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran dengan prosedur yang biasa
digunakan guru dalam mengajar. Adapun langkah-langkahnya adalah guru
menyiapkan bahan pelajaran secara sistematis dan rapi, menjelaskan materi
19
yang diberikan guru, siswa dan guru membahas soal latihan, kemudian guru
memberi soal-soal pekerjaan rumah.
5. Kemampuan awal matematika siswa adalah klasifikasi hasil belajar siswa
dalam kelas yang dibentuk berdasarkan nilai tes kemampuan dengan
komponen materi pelajaran matematika pada semester sebelumnya. Dengan
kriteria pengelompokan: Kelompok tinggi adalah siswa yang memiliki nilai
≥ x+ SD, kelompok sedang adalah siswa yang memiliki nilai kurang dari x
+ SD dan lebih dari x – SD dan kelompok rendah adalah siswa yang
memiliki nilai ≤ x – SD.
6. Ragam jawaban adalah variasi/kesistematisan jawaban siswa dari tes
173
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan matematika realistik
maupun dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dan minat belajar siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil
penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diberi pendekatan matematika realistik dengan siswa yang diberi
pembelajaran biasa. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diberi pendekatan matematika realistik lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.
2) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa disebabkan pendekatan yang digunakan bukan kemampuan awal
matematika siswa.
3) Terdapat perbedaan peningkatan minat belajar siswa yang diberi pendekatan
matematika realistik dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa.
Peningkatan minat belajar siswa yang diberi pendekatan matematika realistik
174
4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa. Perbedaan peningkatan
minat belajar siswa disebabkan karena pendekatan yang diberikan bukan
karena kemampuan awal matematika siswa.
5) Ragam jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah matematika siswa yang diberi pendekatan matematika realistik lebih
bervariasi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang
berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan matematika realistik dalam
proses pembelajaran matematika. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kepada Guru
Pendekatan matematika realistik pada kemampuan pemecahan masalah
matematika dan minat belajar siswa dapat diterapkan pada semua kategori KAM.
Oleh karena itu hendaknya pendekatan ini terus dikembangkan di lapangan yang
membuat siswa terlatih dalam memecahkan masalah melalui proses memahami
masalah, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa
kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh. Peran guru sebagai fasilitator
perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu
diskusi di kelas serta kemampuan dalam menyimpulkan. Disamping itu
kemampuan menguasai bahan ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki guru.
Untuk menunjang keberhasilan implementasi matematika realistik diperlukan
175
yang merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebagai pembuka belajar dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
2) Kepada Lembaga terkait
Pendekatan matematika realistik perlu disosialisasikan oleh sekolah atau
lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan
minat belajar siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi
siswa dalam penguasaan materi matematika.
3) Kepada Peneliti
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian dengan pendekatan
matematika realistik dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika dan minat belajar siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil
penelitian yang maksimal. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan
matematika realistik dalam peningkatan kemampuan matematika lain dengan
menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan
176
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Asmin. 2007. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik dan Kendala
yang Muncul di Lapangan. (Online).
(http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/asmin. htm hal 7. diakses 22 Juli 2010.
Budiningsih. 2005. Teori-teori Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin : Tulip.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Haji. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:UPI Bandung.
Hasibuan, A.B. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Widya Sarana.
Hudojo, H. 2000. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
________. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Malang: Universitas Negeri Malang.
Iryanti, P. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.
Ismail. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
177
Kamiludin, J. 2010. Efektivitas Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Meningktakan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.
Kesumawati, N. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik. (Online),
(http://repository.upi.edu/disertasiview.php?no_dis/) diakses 25 Maret 2011.
Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 2128.
Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution. H. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Regulated Learning Melalui Pendekatan Matematika Realistik Di SDIT
Nurul ’ilmi Percut Sei Tuan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPS Unimed
Medan.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA:NCTM.
NCTM. 2010. Problem Solving. (http://www.nctm.org/standards/content.aspx?id= 26860) Online. Diakses Juni 2011).
Rhamayanti, Y. 2012. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Materi Kubus dan Balok Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Medan : PPS Unimed Medan.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
_______________. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrument Tes dan Nontes Dengan Manual dan Kalkulator. Jakarta: Depdiknas.
Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
178
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shafridla, 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPS Unimed Medan.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. 1994. Educational Psychology. Theories and Practice Fourth Edition Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, N. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiman, dkk. 2009. Mathematical Problem Solving in Mathematics Realistic. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika (hlm. 179-190). Medan: Program Studi Pendidikan PPs UNIMED.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
___________. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.
Sujono. 2001. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo, U. 2005. Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: UPI Bandung.
Tim Dosen MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
TIMSS (Trens in Mathematics Sciens Study). 2007. Tersedia online
179
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Turmudi. 2003. Model Buku Pelajaran Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.
Usdiyana, D. dkk. 2009. Meningkatkankemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 13. No.1. Edisi April 2009.
Usman, H & Akabar, P.S. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara
Van De Walle, J.A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga.
Wardhani, S. 2008. Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika: Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Departemen Pendidikan Nasional.
Wardhani, dkk. 2010. Pembelajaran Kemampuan Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Zulkardi. 2006. RME suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia. Makalah Refleksi dari Pelaksanaan Konferensi Matematika 17-20 Juli di ITB. http://www.geocities.com/ratuilma/rme.html diakses 1 Juni 2010).