Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Pembelajaran Matematika terhadap
Siswa Kelas IV SDN Sarimulya 2 Cikampek)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Pendidikan Pendidikan Dasar
Oleh:
RAYI SITI FITRIANI
1102567
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
2013
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh Rayi Siti Fitriani S.Pd PGSD UPI, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar
© Rayi Siti Fitriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh:
Rayi Siti Fitriani
1102567
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed
Mengetahui :
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Rayi Siti Fitriani (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan Kooperatif tipe STAD dan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct instruction). Penelitian ini merupakan suatu studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest postest control group design. Subjek penelitian (sample) adalah siswa kelas IV SDN Sarimulya II Cikampek. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen test yang berbentuk uraian. Test terdiri dari test kemampuan pemahaman dan test kemampuan komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa 1) Kemampuan pemahaman matematis akhir siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD berbeda dengan kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct
instructions). Hal ini dapat dilihat pada perhitungan hasil postest kedua kelas
tersebut, 2) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct instruction). Hal ini dapat dilihat pada perhitungan hasil postest siswa. 3) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berbeda jauh dari kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct instructions). Hal ini dapat dilihat pada perhitungan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelas kontrol. 4) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct instruction). Hal ini dapat dilihat pada perhitungan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Penggunaaan pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, namun kurang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
F. Hipotesis Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 11
RAYI SITI FITRIANAI ,2013
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
SEKOLAH DASAR (PENELITIAN KUASI EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP SISWA KELAS IV SDN
SARIMULYA 2CIKAMPEK)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | REPOSITORY.UPI.EDU
C. Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievment Division) ... 17
D. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 20
E. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif ... 23
F. Konsep Pecahan ... 26
G. Penelitian yang Relevan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian ... 32
C. Instrumen Penelitian ... 33
D. Analisis Instrumen ... 35
E. Pengembangan Bahan Ajar ... 44
F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 44
G. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
B Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Penekanan pada Pendekatan dan Proses dalam Kurikulum Matematika ... 3
2.1 Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 18
2.3 Standar Isi Konsep Pecahan Pada Kelas IV Sekolah Dasar ... 27
3.1 Penskoran untuk Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 34
3.2 Penskoran untuk Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 35
3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 37
3.4 Perhitungan Validitas Item Tes Soal Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis ... 37
3.5 Interpretasi Reliabilitas Instrumen ... 39
3.6 Interpretasi Daya Pembeda ... 41
3.7 Perhitungan Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 41
3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran Instrumen ... 42
3.9 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 43
3.10 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 47
RAYI SITI FITRIANAI ,2013
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
SEKOLAH DASAR (PENELITIAN KUASI EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP SISWA KELAS IV SDN
SARIMULYA 2CIKAMPEK)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | REPOSITORY.UPI.EDU
4.2 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 53
4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan
Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 55
4.4 Hasil Uji Homogentias Varians Skor Pretes
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 56
4.5 Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan
Pemahaman Matematis ... 58
4.6 Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 58
4.7 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest ... 60
4.8 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Postets Kemampuan
Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 62
4.9 Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 63
4.10 Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 64
4.11 Hasil Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemahaman Matematis ... 65
4.12 Hasil Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67
4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68
Kemampuan Pemahaman Matematis ... 70
4.15 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Nonequivalent Groups Pretest-Postets Design... 32
4.1 Siswa Menjelaskan Hasil Diskusi Kelompok ... 77
RAYI SITI FITRIANAI ,2013
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
SEKOLAH DASAR (PENELITIAN KUASI EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP SISWA KELAS IV SDN
SARIMULYA 2CIKAMPEK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan penting dalam berbagai
disiplin dan dalam mendasari kemajuan teknologi dewasa ini. Oleh karena itu
matematika perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak. Dalam BSNP
(2006) dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Hal ini tidak lain agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
dapat bertahan hidup pada keadaan yang dinamis dan kompetitif. Untuk mencapai
tujuan di atas, maka baik pemerintah maupun praktisi yang terkait pada bidang
pendidikan melakukan berbagai usaha berbagai bentuk penyempurnaan yang
berkaitan dengan pendidikan agar kemampuan yang diharapkan tercapai termasuk
pada segi pembelajaran.
Merujuk pada tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dalam
KTSP tahun 2006, disebutkan ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh
siswa (Depdiknas, 2006 : 417) yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Namun, pencapaian hasil belajar matematika di Indonesia belum dikatakan
berhasil. Dalam laporan Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke-38 dari
42 negara yang siswanya di tes, skor Indonesia turun 11 poin dari penilaian pada
tahun 2007 (http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434)
Terkait dengan kemampuan yang seyogyanya dikuasai oleh siswa, Lim dan
Pugalee. (2004), menyebutkan dari keempat kategori kemampuan yang dievaluasi
(pengetahuan, aplikasi, berfikir/inquiry/pemecahan masalah, komunikasi), prestasi
siswa yang paling rendah terdapat pada kemampuan komunikasi dalam hal ini
komunikasi matematika, dengan hanya mencapai 13%. Pencapaian hasil belajar
dan pencapaian kemampuan dasar yang kurang memuaskan di Indonesia ini dapat
pendekatan dan proses matematika. Dalam laporan TIMSS tahun 2003
memperlihatkan perbedaan penekanan pada beberapa aspek instruksi matematika
diantara negara-negara peserta TIMSS. Adapun laporannya adalah sebagai
berikut.
TABEL 1
Penekanan pada Pendekatan dan Proses dalam Kurikulum Matematika
Negara
Indonesia Banyak Ada Sangat sedikit Sangat sedikit
Sumber: 1 IEA Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003
Laporan TIMSS di atas memperlihatkan bahwa di Indonesia perhatian pada
komunikasi matematika masih tergolong sangat sedikit, sedangkan NCTM (2000)
menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika adalah essential part
dalam matematika dan pendidikan matematika. Wahyudin (2012) menjelaskan
komunikasi merupakan cara berbagi gagasan dan mengklasifikasi pemahaman.
Dengan mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain baik
secara lisan maupun tulisan, mereka belajar bagaimana untuk meyakinkan orang
lain, mengkontruksi pemahaman mereka sendiri, sehingga siswa lebih memahami
konsep yang diajarkan. Sejalan dengan hal tersebut Bruner (Suryadi: 2010)
menjelaskan bahwa belajar, merefleksikan suatu proses sosial yang di dalamnya
anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemampuan komunikasi matematis siswa saling berkaitan dengan
kemampuan pemahaman matematisnya. Seperti apa yang dikemukakan oleh Cai,
Lane, dan Jakabscin (1996) bahwa untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi diperlukan pemahaman matematis yaitu pemahaman terhadap konsep,
prinsip, dan strategi penyelesaian.
Berlandaskan dari harapan yang ingin dicapai pada pembelajaran
matematika dengan kenyataan di lapangan, maka untuk mengembangkan kedua
kemampuan tersebut tentu perlu diciptakan suatu setting pembelajaran yang dapat
mendukung keduanya. Sumarmo (2005) mengatakan agar pembelajaran dapat
memaksimalkan proses dan hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa
untuk terlibat secara aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan,
berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta
mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Sesuai dengan apa yang
dipaparkan oleh Anthony dan Walshay. Dalam Effective Pedagogy in
Mathematica (2009) menyebutkan bahwa guru yang efektif memberikan para
siswa dengan kesempatan untuk bekerja secara mandiri dan bersama-sama untuk
memahami ide. Merujuk pada teori Vygotsky (Suryadi. 2010) diperoleh tiga hal
utama yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran efektif mengarah kepada perkembangan
2) Pembelajaran efektif akan berhasil dikembangkan melalui setting
pemecahan masalah
3) Pembelajaran efektif berfokus pada upaya membantu siswa untuk
Menyadari akan pentingnya keaktifan siswa untuk mengembangkan
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis maka perlu memilih model
atau pendekatan pembelajaran yang tepat yang mengarahkan siswa pada
pembelajaran berkelompok untuk menciptakan diskusi. Pembelajaran yang
dirasakan tepat ialah pembelajaran kooperatif. Kramarski (2000: 168) menyatakan
bahwa aktivitas belajar siswa dalam kelompok kecil memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan komunikasi matematik melalui sejumlah
pertanyaan metakognitif yang terfokus kepada sifat permasalahan, membangun
pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, dan penggunaan strategi
yang tepat dalam memecahkan masalah. Pembelajaran yang mengarahkan siswa
pada setting pembelajaran dalam kelompok kecil disebut dengan pembelajaran
kooperatif atau kolaboratif.
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, salah satunya
STAD. Slavin (2005: 143) menjelaskan bahwa STAD merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan baik untuk permulaan
bagi guru yang menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD dirasakan tepat bagi kelas yang masih asing atau jarang terhadap
pembelajaran diskusi atau berkelompok. Sehingga lebih memudahkan dalam
menjelaskan aturan pembelajaran pada setting yang baru. Wahyudin (2012: 350)
menjelaskan bahwa pada pengalaman pertama pada siswa dengan belajar
kooperatif, guru menjelaskan bahwa mereka tidak akan belajar sendiri melainkan
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diperhatikan ialah bahwa dalam pembelajaran kooperatif mereka akan membantu
orang lain sambil mereka bekerja sendiri. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan
Jolliffe (2007:3) yang menyatakan bahwa para peneliti sepakat bahwa untuk
menjadi benar-benar kooperatif, pembelajaran sejatinya terdiri dari elemen kunci
dan dua hal yang amat penting yaitu Positive interdependent (ketergantungan
yang positif) dan Individual accountability (tanggung jawab individu). Johnson
dan Johnson (2007: 4) menyebutkan terdapat dua macam ketergantungan sosial
(social interdependent), yaitu positif (kooperatif/kerjasama) dan negatif
(kompetisi).
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian eksperimen dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis dengan melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Namun, agar penelitian ini tidak meluas, maka pada pembelajaran
matematika yang menjadi fokus penelitian yang akan dilakukan ialah pada konsep
pecahan. Hal ini dipilih atas pertimbangan bahwa pecahan selalu menjadi
tantangan yang cukup berat bagi siswa bahkan hingga sekolah menengah. Wearne
dan Kouba (Van De Walle, 2007: 35) melaporkan bahwa hasil dari tes NAEP
secara konsisten telah menunjukkan bahwa para siswa memiliki pemahaman yang
lemah terhadap konsep pecahan. Kelemahan pada konsep pecahan tersebut,
dikhawatirkan dapat mengakibatkan kesulitan pada tahapan memperoleh konsep
selanjutnya seperti konsep desimal dan persen, penggunaaan pecahan pada
Dari beberapa hal yang melatar belakangi permasalahan yang telah dibahas
di atas, sehingga penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara
kelas yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelas
yang mendapat pembelajaran langsung (Direct Instructions).
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara
kelas yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelas
yang mendapat pembelajaran langsung (Direct Instructions)
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis antara kelas yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan kelas yang mendapat pembelajaran langsung (Direct
Instructions).
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis antara kelas yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan kelas yang mendapat pembelajaran langsung (Direct
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah:
1. Untuk menelaah pencapaian kemampuan pemahaman matematis siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (direct instructions).
2. Untuk menelaah pencapaian kemampun komunikasi matematis siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (direct instructions).
3. Untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (direct instructions).
4. Untuk menelaah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung (direct instructions).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat menambah
khasanah ilmu, khususnya dalam bidang pendidikan mengenai pemahaman dan
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadinya kesalahpahaman pengertian dalam penelitian ini, maka
beberapa istilah yang terkait didefinisikan sebagai berikut:
1. Kemampuan Pemahaman matematis ialah penguasan suatu konsep yang telah
dipelajari dan dapat mengintegrasikan dengan konsep lain dan lebih jauh lagi
dapat menyelesaikan permasalahan yang bervariasi.
2. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah menyatakan
gambar maupun diagram ke dalam ide matematika atau sebaliknya,
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau
sebaliknya dan kemampuan menjelaskan ide, jawaban, pendapat dan argumen
dengan kalimat sendiri dalam bentuk tulisan. Kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam hal ini diukur dengan tes kemampuan komunikasi,
dimana tes yang dimaksud berbentuk uraian.
3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran yang dimana siswa belajar dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, dan adanya kuis individu yang
merupakan nilai bagi masing-masing kelompok. Siswa belajar untuk saling
bekerjasama, saling membantu satu sama lain dalam memahami suatu konsep
atau masalah.
4. Pembelajaran Langsung (Direct Instructions) merupakan kegiatan
pembelajaran dimana guru sebagai pusat atau sumber belajar, siswa
mendengarkan penjelasan dari guru mengenai suatu konsep materi, siswa
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk mengerjakan soal latihan. Dalam pembelajaran ini, guru lebih
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua
kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan
berupa penerapan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan kelompok kontrol
yang diberikan pembelajaran Direct Instruction (pembelajaran langsung).
Russefendi (1994: 47) menjelaskan bahwa pada kuasi eksperimen, subjek tidak
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya.
Desain penelitian yang digunakan ialah nonequivalent groups
pretest-posttets design yang mana digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa. oleh karena itu pada penelitian ini memiliki satu variabel bebas
dan dua variabel terikat. Adapun untuk variabel bebas ialah pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sedangkan untuk variabel terikatnya ialah kemampuan
33
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bentuk dari Desain metode kuasi eksperimen nonequivalent groups
pretest-posttets design ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan:
A = Kelompok Eksperimen
B = Kelompok Kontrol
O = Pretest = Postest
X = Perlakuan pembelajaran matematika dengan model Kooperatif tipe STAD
B. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sarimulya 2 Kotabaru Kec. Cikampek
Kab. Karawang. Populasi dari penelitian ini ialah seluruh siswa kelas IV SDN
Sarimulya 2 pada Tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel
dalam penelitian ini adalah dua kelompok siswa di kelas IV-A dan IV-B, dengan
perlakuan siswa kelas IV-A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV-B sebagai
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
A O X O
B O O
34
kelas kontrol. Pendistribuan siswa pada siswa kelas III dilakukan secara merata
pada seluruh kelas dengan jumlah siswa pada tiap kelas sebanyak 30 orang.
C. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian eksperimen ini digunakan satu
macam instrumen penelitian yaitu jenis tes. Instrumen jenis tes merupakan tes
pemahaman dan tes kemampuan komunikasi matematis..
Tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dalam penelitian
ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal pemahaman matematis dan soal-soal komunikasi
matematis. Tes yang digunakan berupa soal uraian sebanyak 10 soal yang mana
terdiri dari 5 soal untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa dan
5 soal lainnya untuk melihat sejauh mana proses pengerjaan yang dilakukan oleh
siswa agar dapat mengetahui kemampuan komunikasi matematis. Dalam
penyusunan tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis ini dilakukan
melalui beberapa tahapan sebagai berikut
a. Membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator yang dikembangkan yang sesuai dengan
silabus, dan indikator kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis
yang akan diukur. Kisi-kisi soal pemahaman dan komunikasi matematis
disajikan pada lampiran
b. Menyusun soal pemahaman dan pemecahan masalah matematis
35
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemahaman dan komunikasi matematis dapat dilihat pada lampiran .
sedangkan kunci jawabannya disajikan pada lampiran
c. Melakukan uji coba tes pemahaman dan komunikasi matematis yang
dilanjutkan dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang
akan digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat. Pelaksanaan
uji coba tes dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Sarimulya 2, dengan
pertimbangan bahwa siswa kelas V telah mempelajari materi pecahan
sebelumnya di kelas IV. Untuk menjaga obyektivitas pada saat penskoran,
maka diperlukan panduan dalam memberikan skor pada jawaban tes siswa.
Penskoran untuk pemahaman dan kemampuan komunikasi matematis
siswa pada penelitian ini menggunakan pedoman Holistic Scoring Rubrics
yang dikembangkan oleh Cai, Lane, dan Jakabesin (1996). Adapun
pedoman penskoran tes pemahaman dan komunikasi matematis disajikan
pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.1 Penskoran untuk Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Skor Respon Siswa terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan
1 Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah
2 Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti)
penggunaan algoritma lengkap, namun mengnadung
perhitungan yang salah
3 Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti),
36
mengandung sedikit kesalahan
4 Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti),
penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan
melakukan perhitungan dengan benar.
Tabel 3.2 Penskoran untuk Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor Respon Siswa terhadap Siswa
Menulis Menggambar Ekspresi Matematis
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak mema-hami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
1 Hanya sedikit dari
Data hasil ujicoba instrumen dianalisis yang meliputi validitas tes,
reliabilitas tes, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
37
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Validitas butir item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut (Sudijono, 2003: 182). Penganalisisan tes sebagai suatu totalitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan
jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika
(logical analysis) dan kedua, penganalisisan dengan mendasarkan diri kepada
kenyataan empiris yang dilaksanakan dengan menggunakan empirical analyisis
(Sudijono, 2003: 163).
Penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional dapat
dilakukan dengan penelusuran dari dua segi, yaitu segi isinya (content) dan dari
segi susunan atau konstruksinya (construct). Upaya yang ditempuh dalam rangka
mengetahui validitas isi dan validitas konstruk dalam penelitian ini adalah
pembuatan soal disesuaikan dengan kurikulum, kemudian didiskusikan dengan
dosen pembimbing dan guru kelas. Validitas isi dan validitas konstruk dilakukan
sebelum soal diujicobakan.
Selanjutnya menganalisis instrumen dengan berdasarkan kepada hasil
empiris yang telah dilakukan dengan menggunakan Empirical Analysis. Untuk
menguji validitas butir soal maka skor-skor yang ada pada butir soal yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Validitas butir soal dihitung dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson memakai angka kasar
38
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
: koefisien validitas butir soal
n : banyak subjek
X : skor subjek per butir soal
Y : skor total subjek
Dalam menguji validitas menurut Sudijono (2007), setelah ditentukan
= r hitung kemudian dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikasi 5%. Jika
≥ r hitung maka butir soal dinyatakan valid sedangkan jika ≤ r tabel maka
butir soal dinyatakan invalid. r tabel untuk 34 siswa dengan taraf signifikasi 5%
adalah 0,339.
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto
(2007: 75) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisiean Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < rxy ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 rendah
0,00 < rxy ≤ 0,20 kurang
Adapun hasil dari perhitungan validitas tes kemampuan pemahaman dan
39
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.4
Perhitungan Validitas Item Tes Soal Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik
Perhitungan validitas soal secara keseluruhan dengan menggunakan
program Excel dan hasilnya disajikan secara lengkap pada Lampiran C.
Berdasarkan kriteria koefisien korelasi menunjukkan bahwa instrumen yang
dibuat memiliki 2 soal yaitu butir soal no 1 dan 9 dinyatakan tidak valid. Sesuai
dengan Judgement dari ahli di bidang matematika yaitu pembimbing maka kedua
soal tersebut digunakan untuk menjadi instrumen tes.
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas ini dihitung untuk mengetahui tingkat konsistensi tes tersebut.
Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes itu menghasilkan skor yang konsisten jika
pengukurannya diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh
40
Reliabilitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus Alpha yang
dikutip dari Sudijono (2007). Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
r = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyak butir soal
1 = Bilangan Konstan
N = Banyaknya Subjek
2 i
s = varians skor setiap item 2
t
s = varians skor total yang diperoleh siswa (Suherman, 2003: 153-154)
Setelah koefisien reliabilitas dihitung, selanjutnya dilihat apakah
instrumen ini mempunyai reliabilitas yang tinggi, sedang atau rendah dengan
kriteria yang dikemukakan oleh Suherman (2003). Interpretasi reliabilitas
instrumen dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3.5
Interpretasi reliabilitas instrumen
Rentang Interpretasi
< 0,20 Sangat rendah
41
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
0,40 ≤ ≤ 0,70 Sedang
0,70 ≤ ≤ 0,90 Tinggi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi
Dari hasil ujicoba instrumen dengan menggunakan rumus Alpha,
diperoleh reliabilitas instrumen tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis secara keseluruhan ialah r11= 0,9884, dan hasil tersebut apabila
diinterpretasikan termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan
perhitungan, tes ini tergolong baik karena memiliki koefisien reliabilitas sangat
tinggi. Cara perhitungan reliabilitas instrumen kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematik selengkapnya terdapat pada Lampiran C.
3. Analisis daya pembeda
Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan soal tersebut untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang
kemampuannya rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik
bila memang siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan siswa yang
kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Discriminatory power (daya
pembeda) dihitung dengan membagi testee kedalam dua kelompok, yaitu:
kelompok atas (the higher group) – kelompok testee yang tergolong pandai dan
kelompok bawah (the lower group) – kelompok testee yang tergolong rendah.
Pembagiannya 27% untuk kelompok atas dan 27% kelompok bawah (Sudijono,
42
(Septian, 2012: 53) jika n > 30 maka pembagiannya 27% untuk kelompok atas
dan 27% untuk kelompok bawah, dan jika n ≤ 30 maka pembagiannya 50% untuk
kelompok atas dan 50% untuk kelompok bawah.
Untuk menemukan daya pembeda suatu butir soal, digunakan rumus
berikut:
Keterangan :
DP : daya pembeda
: rataan nilai kelompok atas
: rataan nilai kelompok bawah
SMI : skor maksimal ideal
Klasifikasi interpretasi daya pembeda untuk tiap butir soal menurut
Suherman (2003) sebagai berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Daya Pembeda
Rentang Interpretasi
DP < 0,00 Sangat jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ IK ≤ 0,40 Sedang
0,40 ≤ ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ ≤ 1,00 Sangat baik
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal seperti
pada Tabel 3.7.
43
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Perhitungan Daya Pembeda
Soal Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik
Jenis Tes Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
Kemampuan
dan komunikasi matematis terdapat satu soal yang memiliki interpretasi daya
pembeda jelek dengan nilai daya pembeda ialah 0,18. Perhitungan selengkapnya
mengenai daya pembeda ini dapat dilihat pada lampiran C.
4. Analisis Tingkat Kesukaran
Menurut Sudijono (2001: 370) butir-butir item tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut
tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, butir-butir item
tes baik jika derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.
Tingkat kesukaran soal diinterpretasikan dari indeks kesukaran setiap butir
soal yang dihitung menggunakan rumus berikut:
(Suherman,2003)
44
IK : indeks kesukaran
X : rataan skor per butir soal
SMI : skor maksimum ideal
Menurut Sudjana (2007), klasifikasi tingkat kesukaran butir soal adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Tingkat kesukaran Instrumen
Rentang Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,70 ≤ TK≤ 1,00 Mudah
Dari hasil ujicoba instrumen, diperoleh tingkat kesukaran soal kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik seperti dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Perhitungan Tingkat Kesukaran
Soal Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik
Jenis Tes Nomor Soal Tingkat
Kesukaran Interpretasi
Kemampuan Pemahaman Matematis
1 0,98 Mudah
4 0,71 Mudah
6 0,57 Sedang
9 0,29 Sukar
45
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemampuan
nomor 2, 5, 7a, dan 8 dan 3 soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar yaitu soal
nomor 1a, 6, dan 10. Cara perhitungan tingkat kesukaran soal kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan program Excel
terdapat pada Lampiran C.
E. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan LKS ini, siswa kelas eksperimen berusaha
memahami materi yang sedang dipelajari secara berkelompok, berdiskusi, saling
membantu sesama anggota kelompok sesuai dengan pembelajaran Kooperatif tipe
STAD.
Sebelum LKS dan soal-soal digunakan pada kelas eksperimen, terlebih dahulu
diujicobakan kepada siswa yang bukan merupakan subjek penelitian agar dapat diketahui
apakah petunjuk-petunjuk atau kalimat-kalimat yang ada pada LKS atau soal-soal yang
46
dialokasikan. Secara lengkap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengembangan
bahan ajar (LKS) dan soal-soal latihan dapat dilihat pada Lampiran A.
F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Beberapa kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan persiapan
pelaksanaan penelitian, diantaranya:
a. Mengidentifikasi masalah penelitian, mencari bahan rujukan (literatur
review), dan membuat hipotesis penelitian
b. Menentukan desain penelitian kemudian memilih sample dari populasi
tertentu sesuai dengan desain penelitian yang dipilih
c. Menyusun instrumen penelitian, yaitu membuat RPP pembelajaran
Kooperatif tipe STAD dan RPP pembelajaran Direct Instruction dan
instrumen yang mendukung tes pemahaman dan komunikasi matematis
siswa yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
d. Mengujicobakan instrumen kepada siswa kelas V, yang selanjutnya
menghitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
dari instrumen tes yang dibuat.
47
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap pelaksanaan diawali dengan memberikan pretes di kelas terpilih
dalam penelitian yaitu kelas eksperimen (IV B) dan kelas kontrol (IV A)
masing-masing selama 90 menit. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen maupun
di kelas kontrol dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Setiap 1 kali pertemuan
alokasi waktunya adalah 2 jam pelajaran yaitu 70 menit. Saat pembelajaran
berlangsung peneliti berperan sebagai guru matematika dengan pertimbangan agar
tidak terjadi pembiasan dalam perlakuan terhadap masing-masing kelompok yang
diteliti.
Sebelum pembelajaran dilaksanakan peneliti terlebih dahulu mendata nilai
ulangan siswa yang diperoleh dari guru matematika kedua kelas penelitian. Data
ini digunakan untuk mengetahui peta kemampuan siswa sebelum memperoleh
pembelajaran. Data ini juga digunakan untuk pembagian kelompok kelas
eksperimen.
Siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD, dibagi menjadi beberapa kelompok yang tiap kelompoknya terdiri
dari 5 sampai 6 siswa dan heterogen dalam hal kemampuan akademik dan jenis
kelaminnya. Hal ini sesuai dengan aturan pembagian kelompok belajar dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar setiap kelompok dapat saling membantu
temannya untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan siswa pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran secara biasa (Direct Instrucction). Setelah
pembelajaran materi pecahan selesai dengan 6 kali pertemuan, baik kelas
48
mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik
siswa. Skor yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan setelah diberi
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD dianalisis dengan cara
membandingkan skor siswa yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan
setelah diberi perlakuan pembelajaran Direct Instructions. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan Software SPSS 17.0 dan microsoft Excel 2007. Hal
pertama yang dilakukan ialah melakukan analisis deskriptif yang bertujuan untuk
melihat gambaran umum pencapaian kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematik yang terdiri dari rerata dan simpangan baku (standar deviasi).
Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan
rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan oleh Meltzer
(2002) sebagai berikut:
dengan kriteria indeks gain seperti pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
49
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Skor Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g 0,7 Sedang
g 0,3 Rendah
Pengolahan dan analisis data hasil tes kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematik dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi
data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam
analisis selanjutnya. Hipotesis yang diuji ialah:
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Shapiro Wilk. Kriteria
pengujian, jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0.05 maka H0 diterima
(Trihendradi, 2009).
50
Pengujian homogenitas variansi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians
kedua kelompok sama atau berbeda.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
:
222
1
: varians skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrolhomogen.
= varians skor kelompok eksperimen2 2
= varians skor kelompok kontrolUji statistiknya menggunakan uji Levene. Kriteria pengujian H0 diterima
apabila nilai signifikan lebih besar dari taraf signifikan (α = 0.05) (Trihendrari,
2009).
3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (uji t)
Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara
dua rata-rata data, yaitu antara data kelas eksperimen dan data kelas. kontrol.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
51
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan:
1
= rata-rata skor kelompok eksperimen
2
= rata-rata skor kelompok kontrol
Selanjutnya melakukan uji perbedaan dua rerata untuk data skor gain
ternormalisasi pada kelompok tersebut. Berikut ini adalah rumusan hipotesisnya:
Uji sepihak/searah (one tailed)
: rerata gain ternormalisasi pemahaman dan komunikasi kelompok eksperimen
: rerata gain ternormalisasi pemahaman dan komunikasi kelompok kontrol
Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji kesamaan dua rerata
menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji independent-sample T-Test. Jika
variansi kedua kelompok homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai
pada baris “Equal variances assumed”. Jika variansi kedua kelompok data tidak
homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal
variances not assumed”. Jika terdapat minimal satu data tidak berdistribusi
normal, maka uji kesamaan rerata menggunakan uji statistik non parametrik yaitu
Uji Mann-Whitney. Alasan pemilihan uji Mann-Whitney yaitu dua sampel yang
diuji saling bebas (independen) (Ruseffendi, 1993). Kriteria penerimaan Ho untuk
84
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa, dibandingkan dengan siswa yang mendapat
pembelajaran langsung (direct instruction), diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Kemampuan pemahaman matematis akhir siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbeda dengan kemampuan siswa yang mendapat
pembelajaran langsung (direct instructions). Hal ini dapat dilihat pada
perhitungan hasil postest kedua kelas tersebut, bahwa kelas kontrol lebih baik
dari kelas eksperimen.
b) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif tipe STAD sama dengan siswa yang mendapat pembelajaran
langsung (direct instruction). Hal ini dapat dilihat pada perhitungan hasil
postest siswa, bahwa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
c) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berbeda jauh dari kemampuan siswa
yang mendapat pembelajaran langsung (direct instructions). Hal ini dapat
dilihat pada perhitungan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen tidak jauh
85
d) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik secara signifikan dibandingkan
dengan siswa yang mendapat pembelajaran langsung (direct instruction). Hal
ini dapat dilihat pada perhitungan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti memberi saran sebagai berikut:
a) Agar pelaksanaan penelitian lebih tidak bias, maka sebaiknya penelitian
dilakukan oleh guru (wali kelas) dari subjek yang diteliti.
b) Untuk kelas yang baru memulai atau belum terbiasa dengan pembelajaran
secara berkelompok, sebaiknya membentuk kelompok dengan jumlah anggota
yang paling sedikikit (3-4 orang). Hal ini untuk menghindari siswa yang pasif
dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
c) Bantuan guru pendamping diperlukan dalam penerapan pembelajaran ini, agar
lebih bisa mengontrol suasana kelas.
d) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang lain
yaitu kemampuan pemecahan masalah, koneksi, dan representasi matematis
secara lebih terperinci dan melakukan penelitian di tingkat sekolah
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, G. & Walshay, M.(2009). Effective Pedagogy in Mathematics. Belgia: IAE (International Academy of Education)
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006 KTSP. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang. Depdikbud.
Cai, J., Lane, S., & Jakabcsin, M.S. (1996). The Role of Open-Ended Tasks and
Holistic Scoring Rubrics: Assessing Student’s Mathematical Reasoning and Communication. Dalam P.C Elliot dan M.J Kenney (Eds). Yearbook
Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics.
Cramer, Wyberg, & Leavitt. (2008). The Role of Representations in Fractions
Addition and Substractions. MATHEMATICS TEACHING IN THE
MIDDLE SCHOOL. Vol. 13, No. 8, April 2008
Hannich, L. (2009). Why are Fractions so Important?. Article on International Learning Corporation
Herman, T. (2004). Prosiding Seminar Nasional Matematika: “Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMP”. Bandung: UPI.
Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif.
Disertasi. Program Pascasarjana UPI. Tidak Diterbitkan
Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Langsung. Modul Diklat Berjenjang. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Isrok’atun. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan
Johnson & Johnson. (2007). Preventing Bullying: Developing And Maintaining
Positive Relationship Among Schoolmates. Australia: National Coalition
87
Jolliffe, W. (2007). Cooperative in The Classroom: Putting it into Practice. London: PCP (Paul Chapman Publishing)
Joyce,.B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Model—model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kagan, S., Kagan, M.. (2007). Kagan Cooperative Learning. San Clemente : Kagan Publishing
Kramarski. (2000). “The Effect od Different Instructional Methods on The Ability
to Communicate MathematicalReasoning”. Dalam Nahakama, T dan
Koyama, M. Proceeding of The 24th Conference of The International Group for The Psychology of Mathematics Education. Hiroshima University
Lee, C. (2006). Language for Learning Mathematics: Assessment for Learning in
Practice. Poland: OZGraf. S.A.
Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Capacity Building Serius. (2010). Communication in The Mathematics
Classroom. Ontario: The Literacy and Numeracy Secretariat
Lim, L., Pugalee, D. (2004). Using Journal Writing to Explore “They Communicate to Learn Mathematics and They Learn to Communicate Mathematically”. [Online]. Tersedia: www.nipissingu.ca/oar/pdfs/v722.pdf
McLeod, R, & Newmarch, B. (2006). Fractions. London: National Research and Development Centre for Adult Literacy and Numeracy
National Research Council. (2001). Communication in Math. [Onlie]. Tersedia: http://www.eduplace.com/state/pdf/hmm/05/efficacy/g23552_hmm05_p35-36.pdf
Napitululu, E.L. (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434
Peterson, L. Penelope. (1979). Direct Instruction: Effective for what and whom?. Texas: Association for Supervision and Curriculum Development
Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Rayi Siti Fitrianai , 2013
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Siswa Kelas Iv Sdn Sarimulya 2 Cikampek)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
Slavin. (2005). Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Stahl. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. California: Arizona State University
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA.
Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika
Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP
Matematika SMPN I Tasikmalaya.[12 Februari 2005].
Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut
Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Makalah pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika di UNP
Thobroni, M. dan Mustofa, A. (2011). Belajar & Pembelajaran: Mengembangkan
wacana dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
TRLP. (2006). Fractions: difficult but crucial in mathematics learning. Teaching and Learning Research Briefing. Numb. 13
Van de Walle, J., (2006). Sekolah Dasar dan Menengah: Matematika
Pengembangan dan Pengajaran Jilid I. Jakarta: Erlangga