UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Eka Fatmasari
0908458
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EKA FATMASARI
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI
MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Indah Nurmahanani, S.S,M.Pd. NIP. 198001102005012002
Pembimbing II
Dra. Yayah Churiyah, M.Pd. NIP. 194803011981112001
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 PGSD UPI
Kampus Purwakarta
Dra. Puji Rahayu, M.Pd.
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh: Eka Fatmasari
Ketidakmampuan membaca lancar dialami dan terjadi di kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terutama pada awal semester II. Ini tercermin dari hasil tes kemampuan membaca secara individual yang dilakukan guru. Dari 34 siswa, ada sebanyak 14 (41%) anak yang belum lancar membaca sehingga materi bacaan yang dibaca harus dieja. Materi yang seharusnya terselesaikan tidak dapat terselesaikan karena harus diulang-ulang. Hasil ini diperkuat dengan nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media cerita bergambar. Dengan cerita bergambar kita dapat membantu mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: 1) Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu sebelum menggunakan media cerita bergambar; 2) Pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu dengan menggunakan media cerita bergambar; dan 3) Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu setelah menggunakan media cerita bergambar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSRTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca ... 9
1. Hakikat Membaca ... 9
2. Membaca sebagai Kegiatan Individu ... 10
3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ... 12
B. Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca Permulaan ... 16
2. Pembelajaran Membaca Permulaan di Sekolah Dasar ... 18
3. Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan Menurut Kurikulum 2004 dan 2006 ... 20
C. Media Cerita Bergambar ... 22
1. Media Pembelajaran ... 22
2. Cerita Bergambar ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Prosedur Penelitian ... 37
C. Desain Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian ... 45
E. Lokasi Penelitian ... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
1. Lokasi Penelitian ... 51
2. Karakteristik Siswa ... 52
3. Karakteristik Guru ... 53
4. Deskripsi Awal Penelitian ... 54
B. Pelaksanaan Penelitian ... 58
1. Siklus I ... 58
2. Siklus II ... 69
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Eka Fatmasari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia didasarkan pada landasan formal berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permen Diknas No.22 Th. 2006: Standar Isi, Permen Diknas No 23 Th 2006: Standar Kompetensi Lulusan, Permen Diknas No 24 Th 2006: Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Berdasarkan landasan tersebut maka pelaksanaan pengajaran didasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan, yakni Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kunikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
Untuk meningkatkan KTSP yang baik dan benar tentu siswa harus punya dasar yang kuat berupa senang membaca. Dengan membaca siswa menambah wawasan ilmu pengetahuan dan lebih luas pergaulan yang menuju kesuksesan siswa itu sendiri. Karena pada dasarnya, pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan tidak saja oleh guru-guru bahasa Indonesia tetapi juga oleh guru-guru mata pelajaran lain. Oleh karena itu, setiap guru harus
memiliki penguasaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, yang juga diperlukannya untuk menyajikan mata pelajaran yang diasuhnya.
pembelajaran membaca yang baik akan dapat memacu penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak dapat dioptimalkan.
Kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang, termasuk di jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai (Depdiknas, 2003: 14). Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Dengan terbatasnya kemampuan membaca siswa sangat mengganggu aktifitas belajar mengajar, tidak hanya pada guru sendiri melainkan juga pada siswa. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain
Berdasarkan Kurikulum Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2006: 3) bahwa, “pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis”. Kemampuan membaca sebagai salah satu kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Ketidakmampuan membaca lancar dialami dan terjadi di kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terutama pada awal semester II. Ini tercermin dari hasil tes kemampuan membaca secara individual yang dilakukan guru. Dari 34 siswa, ada sebanyak 14 (41%) anak yang belum lancar membaca sehingga materi bacaan yang dibaca harus dieja. Materi yang
seharusnya terselesaikan tidak dapat terselesaikan karena harus diulang-ulang. Hasil ini diperkuat dengan nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60.
kemampuan yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dalam standar isi pelajaran Bahasa Indonesia kelas I, khususnya aspek membaca disebutkan bahwa siswa mampu membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan
memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat dan menyebutkan teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati.
Sebagai bagian dari standar kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kemampuan membaca mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup seseorang. Melalui kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan pengusaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial-budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional. (Mulyono Abdurrahman, 2003: 200).
Pengajaran membaca pada dasarnya memberi bekal pengetahuan kepada siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca yang baik dan benar. Betapa besar manfaat membaca dalam rangka menambah pengetahuan siswa. Membaca juga bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca yang baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Kebiasaan membaca dapat dibiasakan sejak anak berada pada Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Pembelajaran membaca pada siswa sekolah dasar dimulai dari hal yang paling dasar yaitu kelancaran membaca. Salah satu tujuan pengajaran membaca di sekolah dasar adalah agar siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
(9)Sistem penilaian yang kurang tepat (10) Ketersediaan waktu yang kurang memadai dan sebagainya.
Siswa berkesulitan membaca lancar harus memperoleh perhatian yang
cukup dari para guru dan secepatnya harus segera ditangani. Kenyataan tersebut tidaklah mustahil apabila ada siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Mengacu pada kenyataan di atas, maka untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar perlu kiranya guru memberikan program pengajaran yang tepat, salah satunya yaitu dengan melakukan latihan membaca lancar dengan menggunakan media teks cerita bergambar.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa pengajaran membaca lancar di kelas I sekolah dasar belum mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan mencoba alternatif lain untuk memecahkan masalah tersebut berupa sebuah inovasi dalam pembelajaran membaca, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan yakni sebuah variasi media, media cerita bergambar. Media cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan. Karena menurut Sadiman, dkk (2006: 11) bahwa; “Media cerita bergambar merupakan rincian cerita yang dicoretkan pada kertas. Media gambar termasuk media visual yang memungkinkan terjadi komunikasi antara penerima dan pemberi pesan”.
Untuk memecahkan masalah pengajaran membaca, maka penulis akan
mengadakan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Kualitas Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Melalui Media Cerita Bergambar di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya sebagai berikut: Apakah penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan
membaca lancar siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?. Adapun secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar?
2. Bagaimanakah pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar?
3. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta setelah menggunakan media cerita bergambar?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar. Adapun secara khusus penelitian ini untuk mengetahui tentang:
1. Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar. 2. Pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan
Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar. 3. Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam meningkatkan kemampuan membaca lancar.
b. Dapat memberikan arah para guru dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan siswa.
c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca lancar. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penggunaan media teks cerita dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan membaca lancar memungkinkan siswa melakukan aktivitas pembelajaran melalui proses yang tepat dan memudahkan siswa memahami dan mengikuti pelajaran berikutnya serta dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru khususnya peneliti yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan media yang lebih inovasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan menjadi acuan dalam penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dan sesuai dalam mengatasi masalah pembelajaran.
c. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menggunakan media teks cerita
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering
disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tinadakan. Tindakan-tindakan dalam penelitian ini terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Menurut Furchan (Hatimah, dkk., 2007:81) yang dimaksud metode penelitian adalah “strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.” Menurut Wardhani (2007: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas.”
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pengelola program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Kasbolah (1998:13) bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 bab, diawali dengan bab I pendahuluan dan diakhiri dengan bab V kesimpulan dan rekomendasi serta daftar pustaka.
Bab II adalah landasan teori yang membahas tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas I, yang berisi: 1) membaca permulaan; 2) pengertian media; dan 3) cerita bergambar
Bab III adalah tahap awal dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang meliputi metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV adalah tahap akhir dari pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang meliputi deskripsi tentang sekolah sebagai objek penelitian yang menjelaskan tentang data fisik sekolah dan data karyawan atau tenaga pengajar, pembahasan penelitian yang mencakup tabel kemampuan menulis deskripsi, deskripsi pelaksanaan tindakan yang menjelaskan tentang perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dari siklus I dan II.
Eka Fatmasari, 2013
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tinadakan. Tindakan-tindakan dalam
penelitian ini terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Menurut Furchan (Hatimah, dkk., 2007:81) yang dimaksud metode penelitian adalah “strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.” Menurut Wardhani (2007: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas.”
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pengelola program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Kasbolah (1998:13) bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari.
1. Masalah: Masalah dirasakan dan dihadapi peneliti dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
2. Tujuan: Melakukan perbaikan, peningkatan, atau perubahan ke arah yang lebih baik.
3. Manfaat/ Kegunaan: Manfaat langsung terlihat dan dapat dinikmati oleh objek penelitiannya.
4. Teori: Dipakai sebagai dasar dalam memilih dan menentukan aksi atau solusi tindakan.
5. Metodologi/ Desain: Bersifat lebih fleksibel sesuai dengan konteks tanpa mengorbankan asas ilmiah metodologi. Langkah kerja bersifat siklik (ada siklus) dan setiap siklus ada 4 tahapan. Analisis terjadi dalam proses setiap siklus.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus (cycle). Setiap siklus tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap dalam siklus dilaksanakan peneliti dan guru sudah melibatkan diri secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian. Tidak hanya peneliti saja yang terlibat dalam penelitian ini, observer dan objek peneliti juga mempunyai peran yang sangat besar dalam keberhasilan penelitian.
Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998 : 13) yang
Eka Fatmasari, 2013
Gambar 3.1
Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart (Dalam Kasihani Kasbolah , 1998: 1999)
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning): Rencana adalah tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini yaitu menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan mempersiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action): Tindakan merupakan apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
Siklus II
Rencana Tindakan II
Tindakan II/ Observasi Refleksi II Siklus I
[image:16.595.122.509.150.617.2]diinginkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti tetapi dalam proses observasi peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat.
3. Observasi (Observation): Observasi yaitu kegiatan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dilakukan terhadap siswa. Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pada kegiatan observasi ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengamatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat.
Waseno (dalam Supartini, 2003:46) mengemukakan ciri penelitian secara esensial adalah prosedur yang disusun untuk menangani masalah konkrit yang ada di lapangan. Kegiatan observasi yang dilakukan diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang mengakibatkan ketidakberhasilan rancangan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar, sehingga dengan secepatnya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk dilakukannya perubahan pada rancangan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
4. Refleksi (Reflection): Refleksi yaitu pengkajian melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan proses dari setiap tindakan. Menurut Kasbollah (1998: 107): Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Oleh karena itu refleksi dalam tindakan kelas tidak hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan. Refleksi
Eka Fatmasari, 2013
C. Desain Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini penelitian dilakukan sesuai dengan
[image:18.595.117.508.236.696.2]langkah-langkah penelitian yang sudah dirancang sebelumnya, dan pada prosedur penelitian ini akan dijabarkan secara terperinci mengenai langkah-langkah penelitian tersebut. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini seperti pada gambar 3.2 di halaman berikut:
Gambar 3.2. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Identifikasi Masalah
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Memilih Model Masalah
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Perencanaan I Pelaksanaan I
Refleksi I Observasi I
Perencanaan II Pelaksanaan II
Refleksi II Observasi II
Mengumpulkan data
Analisis Data
Menarik Kesimpulan
Secara rinci pelaksanaan tindakan kelas berdasarkan gambar 3.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data Awal (Pra Siklus)
Data awal diperoleh dari hasil temuan pada saat dilakukannya proses belajar mengajar, bahwa telah ditemukannya suatu permasalahan pada pembelajaran membaca permulaan di kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Purwakarta. Tingkat membaca permulaan siswa kelas 1 tersebut masih rendah, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang kemampuan membacanya sudah cukup baik. Setelah berbincang-bincang dengan guru kelas 1 yang diteliti, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60.
Oleh karena itu, penulis akan mencoba alternatif lain untuk memecahkan masalah tersebut berupa sebuah inovasi dalam pembelajaran membaca, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan yakni sebuah variasi media, media cerita bergambar. Media cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.
2. Siklus I
Penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, dilaksanakan pada tanggal 18 April 2013 di kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Pada pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Eka Fatmasari, 2013
1) Menentukan metode yang akan digunakan pada kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas 1 pada proses pembelajaran membaca permulaan. Selain metode, penggunaan media yang sesuai perlu juga diperhatikan mengingat
penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media, yakni media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
2) Mencari dan menelaah pokok bahasan mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika dan ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang sesuai dengan tema pembelajaran yang dibahas.
3) Merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan cerita bergambar yang akan dijadikan sebagai media ketika dilakukannya penelitian tentang membaca permulaan di kelas 1 SDN Cibatu. Media cerita bergambar yang digunakan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang dibahas yakni “Lingkungan”.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan media cerita bergambar untuk peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kabupaten Purwakarta, secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 1 pada siklus pertama ini dengan menggunakan tema “Lingkungan”.
2) Peneliti (guru) mempersiapkan teks cerita bergambar yang disesuaikan dengan tema.
3) Peneliti (guru) mengkondisikan seluruh siswa pada situasi belajar, melakukan do‟a bersama dan mengabsen siswa.
4) Pada awal pembelajaran, peneliti (guru) dan siswa melakukan tanya jawab terlebih dahulu mengenai materi yang akan dibahas.
5) Peneliti (guru) memperlihatkan sebuah media cerita bergambar
6) Peneliti (guru) menceritakan sebagian isi teks cerita yang diperlihatkan. 7) Siswa menanggapi cerita yang dibacakan oleh peneliti (guru).
c. Tahap Observasi
Pada saat peneliti (guru) melakukan tindakan pembelajaran (penelitian), observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan pengamatan mengenai aktifitas
peneliti selama melakukan kegiatan pembelajaran, selain mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru, observer juga mengamati aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama pada saat kegiatan pembelajaran membaca, efektifitas pembelajaran tersebut mendapatkan pengamatan yang seksama dari observer. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti. Setelah proses tindakan penelitian selesai dilaksanakan, peneliti (guru) dan observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan diskusi untuk merefleksikan semua kegiatan yang telah dilakukan pada tindakan penelitian siklus I.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, hasil dari kegiatan observasi diolah dan dianalisa sehingga dapat ditemukannya kekurangan-kekurangan dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 1 yang diteliti serta bagaimana cara memperbaiki kegiatan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai acuan untuk dilakukannnya siklus berikutnya. Refleksi dilakukan pada setiap siklus sampai pada pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Siklus II
Penelitian siklus II ini dilakukan pada tanggal 23 April 2013 di kelas 1 SDN Cibatu. Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Eka Fatmasari, 2013
2) Menelaah pokok bahasan bahasa Indonesia dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran matematika, dan Seni Budaya dan Keterampilan. Pokok bahasan tersebut, kemudian disesuaikan dengan tema
yang dibahas pada pembelajaran siklus II tersebut.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik dengan memadukan tiga mata pelajaran, yaitu bahasa Indonesia, matematika dan seni budaya dan keterampilan yang disesuaikan dengan tema yang dibahas pada siklus II tersebut yaitu ”Binatang”. Media yang digunakan pada siklus II adalah media cerita bergambar. Media cerita bergambar yang digunakan disesuaikan dengan tema yang dibahas.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tema yang digunakan pada penelitian siklus II ini adalah ”Binatang”.
2) Peneliti (guru) mempersiapkan media cerita bergambar yang disesuaikan dengan tema yang dibahas yaitu ”Binatang”.
3) Pada awal pembelajaran, peneliti (guru) mengkondisikan seluruh siswa pada situasi belajar, melakukan do‟a bersama dan mengabsen siswa.
4) Peneliti (guru) memperlihatkan sebuah cerita bergambar
5) Peneliti (guru) dan siswa melakukan tanya jawab mengenai cerita yang diperlihatkan tadi.
6) Peneliti (guru) bersama siswa menyanyikan sebuah lagu anak-anak. 7) Peneliti (guru) menulis penggalan cerita dari cerita di papan tulis.
8) Seluruh siswa membaca penggalan cerita dari cerita yang ditulis oleh peneliti (guru) di papan tulis tadi dengan di bimbing oleh peneliti (guru) tersebut. 9) Beberapa perwakilan siswa kedepan kelas untuk membaca penggalan cerita
yang ditulis peneliti (guru) tadi dengan suara nyaring kemudian diikuti oleh seluruh siswa.
membaca siswa, lalu dilanjutkan dengan memberikan nilai pada siswa yang menjadi sampel atau subjek penelitian.
c. Observasi
Pada saat peneliti (guru) melakukan tindakan pembelajaran (penelitian), observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan pengamatan mengenai aktifitas peneliti selama melakukan kegiatan pembelajaran, selain mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru, observer juga mengamati aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama pada saat kegiatan pembelajaran membaca, efektifitas pembelajaran tersebut mendapatkan pengamatan yang seksama dari observer. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti.
d. Refleksi
Setelah proses tindakan penelitian selesai dilaksanakan, peneliti (guru) dan observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan diskusi untuk merefleksikan semua kegiatan yang telah dilakukan pada tindakan penelitian siklus II.
D. Instrumen Penelitian
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Renana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Penyusunan RPP disusun sebagai salah satu bentuk persiapan perencanaan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, RPP dibuat sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, selalu
dilakukan perencanaan berupa pembuatan RPP yang mengacu pada Silabus, SK dan KD pada kurikulum KTSP. Rencana pelaksananaan pembelajaran yang dibuat peneliti merupakan model rencana pelaksanaan pembelajaran tematik.
2. Lembar Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa
Eka Fatmasari, 2013
siswa disesuaikan dengan kompetensi membaca permulaan yang harus dicapai oleh siswa kelas 1.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh keterangan data yang diperlukan berkaitan dengan proses pelaksanaan tindakan.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dengan rincian 34 dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dijadikan bukti bahwa telah dilakukannya penelitian serta menjadi jawaban dari pertanyaan mengenai permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Data-data tersebut diperoleh melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati hasil dari suatu tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan. Observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku siswa dalam proses belajar mengajar selama berlangsungnya
pembelajaran dan selama penelitian dilakukan. 2. Tes
dengan menggunakan media cerita bergambar. Beberapa instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Penyusunan RPP disusun sebagai salah satu bentuk persiapan perencanaan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran,
RPP dibuat sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, selalu dilakukan perencanaan berupa pembuatan RPP yang mengacu pada Silabus, SK dan KD pada kurikulum KTSP. Rencana pelaksananaan pembelajaran yang dibuat peneliti merupakan model rencana pelaksanaan pembelajaran tematik.
b. Lembar Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan siswa merupakan lembar penilaian yang berisi serangkaian aspek yang akan dinilai berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan siswa. Penilaian kemampuan membaca siswa disesuaikan dengan kompetensi membaca permulaan yang harus dicapai oleh siswa kelas 1.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh keterangan data yang diperlukan berkaitan dengan proses pelaksanaan tindakan.
G. Analisis Data
Eka Fatmasari, 2013
Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah teknik analisis data kualitatif. Proses analisis data pada penelitian ini yaitu dimulai dengan menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan dan terakhir menyimpulkan hasil dari olahan atau analisis seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber seperti data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes.
[image:26.595.109.524.279.652.2]Sedangkan dalam menghitung frekuensi kode (Huberman dan Miles: 1994), digunakan kualifikasi nilai indikator pencapaian keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut, SB = Sangat Baik, dengan nilai 4, B = Baik, dengan nilai 3, C = Cukup, dengan nilai 2, dan K = Kurang, dengan nilai 1. Teknik menganalisis data juga dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai dan menghitung persentase perolehan nilai membaca siswa.
Tabel 3.1. Lembar Observasi
Rambu-rambu Analisis Proses Pembentukan Membaca Permulaan
No Tahap
Pembentukan
Fokus
Ketepatan Prosedur Pelaksanaan
Kualifikasi
SB B C K
1 Pembentukan Kemampuan Membaca
Lafal Intonasi Suara
Ketepatan menyuarakan tulisan
Kewajaran lafal Kewajaran intonasi Kelancaran Kejelasan suara Tabel diadaptasi dari Resmini 1998
Keterangan:
SB : Sangat Baik B : Baik
Tabel 3.2. Lembar Observasi
Analisis Hasil Pembentukan Membaca Permulaan
No Hasil
Kemampuan Kriteria Indikator
Aspek yang Diamati Kualifikasi SB (4) B (3) C (2) K (1)
1 Hasil Kemampuan Membaca Hasil Membaca Sangat baik Baik Cukup Kurang Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring Bentuk tabel diadaptasi dari Resmini, 1998
Keterangan kualifikasi:
SB (4) : Sangat Baik mempunyai nilai 4 B (3) : Baik mempunyai nilai 3
C (2) : Cukup mempunyai nilai 2 K (1) : Kurang mempunyai nilai 1
Dari 2 tabel di atas, untuk penilaian hasil membaca permulaan dijadikan
tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Penilaian Hasil Membaca Permulaan Siswa
No Nama Siswa
Deskriptor (Aspek Penilaian)
Skor Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring S
B B C K
S
B B C K
S
B B C K
S
B B C K
S
Eka Fatmasari, 2013
No Nama Siswa
Deskriptor (Aspek Penilaian)
Skor Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring S
B B C K
S
B B C K
S
B B C K
S
B B C K
S
B B C K
3 A M. R 4 A R 5 A Y .. … .. …
34 P 95
Jumlah Total 2065
Rata-rata 60.74
Bentuk tabel diadaptasi dari Resmini, 1998
Cara Menghitung Nilai Skor
Menghitung nilai skor yaitu dengan cara menjumlahkan perolehan nilai pada setiap deskriptor yang dapat dicapai oleh siswa. Kriteria SB, dengan ketentuan bobot nilai 4. B, dengan ketentuan bobot nilai 3. C, dengan ketentuan
bobot nilai 2. Sedangkan untuk K, ketentuan bobot nilai yang berlaku adalah 1. Contoh:
Nilai siswa AA dalam deskriptor ketepatan dalam membaca tulisan mendapat nilai B = 3, deskriptor membaca dengan lafal yang tepat mendapat nilai C = 2, dekriptor membaca dengan C = 2, membaca dengan lancar mendapat nilai C = 2, serta membaca dengan suara nyaring mendapat nilai B = 3. Maka bobot maka bobot nilai tersebut kemudian dikalikan dengan 5 (jumlah aspek yang dinilai pada pembelajaran membaca) → 3 x 5 = 15
→ 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 3 x 5 = 15
[image:28.595.106.554.118.668.2]BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terhadap membaca permulaan, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar
masih rendah, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang kemampuan membacanya sudah cukup baik. Setelah berbincang-bincang dengan guru mitra penelitian, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 53,33, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 65. Prosentase keberhasilan siswa pada pembelajaran membaca sebanyak 10 orang (29,41%), sedangkan yang tidak berhasil atau dalam kategori kurang dalam membaca permulaan sebanyak 24 siswa (70.59).
Eka Fatmasari, 2013
menganalisisnya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik. Ketiga, siswa terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan guru.
3. Kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN Cibatu meningkat setelah diterapkannya media cerita bergambar, peningkatan yang cukup signifikan terjadi dari siklus ke siklus. Pada siklus I, perolehan nilai tertinggi untuk membaca permulaan adalah 100, dan untuk nilai terendah adalah 35. Pada siklus II, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, untuk nilai yang paling rendah pada siklus ini adalah 50. Nilai 100 merupakan nilai tertinggi yang ditetapkan oleh penelti (guru). Untuk rentang nilai, peneliti menetapkan skala nilai untuk K (kurang), adalah 00-59, C (cukup), adalah 60-69, untuk kriteria B (baik), peneliti menetapkan skala nilai 70-79, dan untuk SB (sangat baik), adalah 80-100.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis merekomendasikan kepada: 1. Para pendidik maupun calon pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan, terutama bagi siswa usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas 1. Penggunaan metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, begitu pun pada saat pembelajaran membaca permulaan, carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan karakteristik mereka, dan media cerita
bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa kelas 1 dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.
bagi siswa kelas 1. Bimbingan belajar dari orang tua sangat berpengaruh besar terhadap prestasi mereka. Bagi orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya membaca, gunakanlah media yang cocok,
dan media cerita bergambar sangat cocok untuk pembelajaran membaca permulaan.
Eka Fatmasari, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama
Rineka Cipta.
Akhadiah, Sabarti. (1991/1992). Membaca sebagai Keterampilan Dasar. Jakarta. Depdikbud.
Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Pusat Kurikulum. Balitbang. Depdiknas.
_________, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Hatimah, Ihat, dkk.. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Hamalik, Oemar (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Depdinas.
Kasbolah, Kasihani. (1988/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Dikti Depdikbud
Miarso, YH. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Musfiroh, Tadkiroatun (2005: 27). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nuryati, Sri. (2005). Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan
Resmini, Novi (1996). Pembelajaran Menulis Cerita Melalui Implementasi
Prosedur Menulis Terbimbing di Kelas 4 Sekolah Dasar. Malang: IKIP
Malang.
Resmini, N., Churiyah, Y. dan Sundori, N. (2008). Membaca dan Menulis di SD
Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS
Sadiman Arief (2002), Media Pendidikan, Jakarta, CV. Rajawali.
Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sukardjono. 1998. Penelitian Tindakan. Makalah Pelatihan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta
Syafi’ie, Imam. (1999). Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran
Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Dsampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang pada Tanggal 7 Desember 1999. Malang: Universitas Negeri Malang
Suhartono. (2005). Dasar-dasar menulis karangan. Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa