SKRIPSI
Diajukan untukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperoleh
gelarSarjanaPendidikan IPS
Oleh
Risdiani Setiawan
1006162
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Oleh
Risdiani Setiawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Risdiani Setiawan 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I,
Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.
NIP. 19721001 2001122 001
Pembimbing II,
Muhamad Iqbal, S.Pd., M.Si.
NIP. 19801112 2009121 003
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan IPS
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
2.1 Metode Pemecahan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Metode Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Pengertian Pemecahan Masalah... Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah ... Error! Bookmark
not defined.
2.1.4 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah Error! Bookmark not
defined.
2.2 Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi ... Error!
Bookmark not defined.
2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Manfaat Media Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Peran Media Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.2 Kemampuan Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Taksonomi Pendidikan Benyamin S. Bloom ... Error! Bookmark not
defined.
2.3.4 Karakteristik Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.
2.3.5 Indikator dan Ciri-Ciri Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not
defined.
2.3.6 Strategi Melatih Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.
2.3.7 Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan ... Error! Bookmark not defined.
2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama ... Error! Bookmark not
defined.
2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS... Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Dimensi Pendidikan IPS ... Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Tujuan IPS ... Error! Bookmark not defined.
2.4.4 Ruang Lingkup Materi Pendidikan IPS . Error! Bookmark not defined.
2.4.5 Berpikir Imajinatif Dalam Pendidikan IPS ... Error! Bookmark not
defined.
2.5 Teori Belajar Konstruktivistik ... Error! Bookmark not defined.
2.6 Karakteristik Anak Usia SMP ... Error! Bookmark not defined.
2.7 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
2.8 Asumsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
2.9 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not
defined.
3.1.1 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas ... Error! Bookmark
not defined.
3.1.2 Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan KelasError! Bookmark not defined.
3.1.4 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... Error! Bookmark not
defined.
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.6 Validasi Data ... Error! Bookmark not defined.
3.7 Teknik Analisis Data Kualitatif ... Error! Bookmark not defined.
3.8 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
4.1 Deskripsi Umum SMP Negeri 10 Bandung . Error! Bookmark not defined.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Deskripsi Observasi Awal ... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Penelitian Siklus I ... Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Penelitian Siklus II ... Error! Bookmark not defined.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.3.1 Perbaikan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... Error!
Bookmark not defined.
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN.... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN 3 DATA HASIL PENGAMATAN (OBSERVASI) ... Error!
Bookmark not defined.
LAMPIRAN 4 LEMBAR KERJA SISWA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN 5 HASIL TES URAIAN ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN 7 MEDIA ANIMASI TIGA DIMENSI ... Error! Bookmark not
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
1
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 10 Bandung,
terlihat bahwa peserta didik tidak memiliki ketertarikan untuk belajar ataupun
menanggapi hal-hal yang dilakukan oleh pendidik ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Tidak sedikit peserta didik yang tidak memperhatikan
sehingga banyak peserta didik yang bermain hand phone, mengobrol bahkan
menguap karena mengantuk. Selain itu, peserta didik terlihat pasif ketika proses
pembelajaran berlangsung, tidak ada peserta didik yang bertanya maupun
menanggapi apa yang pendidik lakukan dan sampaikan. Semuanya terjadi karena
peserta didik memiliki kesulitan dalam memahami materi Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Selama pengamatan, peneliti mengamati bahwa dalam kegiatan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial pendidik sering menggunakan satu metode yaitu metode
tanya jawab. Setelah kegiatan mengajar dengan bertutur kata maka seringkali
diikuti dengan tanya jawab atau sering digunakan diantara pelaksanaan metode
ceramah atau digunakan pula untuk berbagai tujuan. Bertanya dapat pula
digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep,
generalisasi, atau mata pelajaran. Berbagai pertanyaan mengharuskan peserta
didik untuk mengingat kembali informasi yang pernah dibaca atau didengar
dalam diskusi kelas.
Akan tetapi, peneliti mengamati bahwa pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan pendidik kepada peserta didik hanya pertanyaan yang bersifat
kognitif yaitu pertanyaan seputar penjelasan materi yang jawabannya ada dalam
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(lower level). Dikatagorikan sebagai bentuk pertanyaan berkadar rendah oleh
karena peserta didik hanya sekedar diminta untuk mengingat atau semacamnya
namun tidak melibatkan “higher-order mental operations” seperti aplikasi,
sisntesis, penafsiran, pengertian tentang sebab dan akibat, serta penilaian.
Jika demikian halnya maka untuk meningkatkan bentuk pertanyaan yang akan
melibatkan operasi mental tinggi peserta didik khususnya dalam kaitannya
dengan strategi inkuiri maka perlu digunakan pertanyaan-pertanyaan yang
dimulai dengan “Bagaimana,Mengapa”. Bentuk-bentuk pertanyaan tingkat tinggi
seperti itu bertujuan diantaranya adalah untuk mendorong atau menjadi pemicu
operasional mental peserta didik yang sangat cocok dengan format belajar untuk
pemecahan masalah dan menemukan sendiri (discovery). Pertanyaan yang baik
adalah merupakan hal esensial dalam membangun kebiasaan berpikir reflektif.
Hal itu amat penting oleh karena membantu memperbaiki kebiasaan belajar
peserta didik.
Jika pertanyaan-pertanyaan hanya bersifat mengingat fakta belaka maka
peserta didik nya hanya akan berusaha untuk tujuan itu, tidak belajar bagaimana
menggunakan informasi atau bahkan tidak bisa memperosesnya, dalam
pengertian hasil pemikiran dalam arti luas. Begitu penting masalah bertanya
dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang didominasi oleh kata-kata,
banyak informasi dan memiliki konsep-konsep ilmu sosial yang begitu luas,
maka kemampuan atau keterampilan bertanya peserta didik dalam memproses
belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hal yang amat esensial.
Teknik mengajar yang digunakan cenderung kurang melibatkan keaktifan
peserta didik secara optimal. Penggunaan buku-buku paket yang didominasi oleh
materi pelajaran dalam bentuk teks serta pemanfaatan LKS masih lebih banyak
digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya
menerima hal yang diberikan pendidik tanpa adanya pengembangan pemikiran
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara kognitif sedangkan untuk cara berpikir kritis dan imajinatif dalam
menyikapi berbagai permasalahan dilingkungan sekitarnya yang termasuk dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kurang diterapkan.
Dalam mengajar pada umumnya berbagai masalah-masalah metodologis
dasar harus diperhatikan. Secara khusus hal itu berlaku pula bagi pendidik Ilmu
Pengetahuan Sosial, oleh karena pendidik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial senantiasa berhadapan dengan peserta didik di kelas dalam proses belajar
mengajarnya. Mengajar adalah berkomunikasi antara pendidik dengan peserta
didik. Mengajar yang baik memerlukan komunikasi yang baik pula. Suatu hal
yang patut disadari oleh pendidik adalah setiap bentuk hubungan itu akan
menghasilkan sifat-sifat kepribadian yang berbeda pada diri peserta didik.
Secara formal mengajar adalah membantu seseorang memperoleh atau
mengubah beberapa perilaku yaitu beberapa keterampilan, sikap, pengetahuan,
cita-cita dan apresiasi (menghargai). Mengajar bukanlah sekedar menyajikan
informasi atau gagasan seperti yang banyak dilakukan di dalam pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial saat ini. Di dalamnya tercakup pula diantaranya membimbing
peserta didik untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan pemeriksaan (probing),
menemukan (discovery), menganalisis (analyzing) dan menguji (examing) yang
disebut berpikir reflektif (reflective thinking) sebagai suatu yang penting dalam
membangun sikap dan nilai-nilai dan yang lebih langsung adalah tugas-tugas
pengembangan keterampilan.
Mengajar juga adalah pengambilan keputusan dan pembuatan keputusan yang
tepat memerlukan diagnosis yang baik. Tanpa diagnosis yang baik pendidik
cenderung mengajar apa saja dengan cara yang sama terhadap semua peserta
didik dan sebagai akibatnya pengajaran menjadi membosankan, menimbulkan
frustasi dan ketidakberhasilan. Dalam pendidikan, kata metode digunakan untuk
menunjukkan serangkaian kegiatan pendidik yang terarah yang menyebabkan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang keberhasilannya adalah di dalam belajar atau sebagai alat yang menjadikan
mengajar menjadi efektif.
Jika metode dianggap sebagai suatu proses maka akan terdiri dari berbagai
langkah. Berbagai langkah dari suatu metode juga digunakan dan terdapat dalam
metode lainnya. Kombinasi antara bagian-bagian tersebut merupakan tanggung
jawab pendidik. Pendidik dapat menggabungkan atau memisahkan bagian-bagian
itu dalam memfungsikannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, metode
merupakan salah satu aspek pokok dalam pendidikan dan merupakan masalah
sentral dalam mengajar.
Mengajar yang berhasil menuntut penggunaan metode yang tepat. Seorang
pendidik tentu mempunyai metode dan seorang pendidik yang baik akan
memahami dengan baik metode yang digunakannya. Pendidik harus mengetahui
bukan hanya materi atau bahan pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah
peserta didik sebab melalui metode mengajar pendidik harus memberi
kemudahan belajar kepada peserta didik dalam proses belajar. Dari berbagai
metode yang ada rasanya tidak ada metode mengajar yang benar-benar baru,
sebab umumnya telah lama ditemukan dan digunakan. Setiap pendidik
mempunyai metodenya sendiri dan mereka menyusunnya dari hari ke hari dengan
berbagai proporsi dari metode-metode dasar. Metode yang baik adalah bersifat
pribadi merupakan sesuatu yang sudah disusun dan dikembangkan. Sumbangan
pendidik harus merupakan sesuatu yang didasarkan pada kekinian, yang hanya
melalui pengalaman peserta didik.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat memfasilitasi kemampuan
peserta didik dalam berpikir imajinatif untuk memahami materi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Metode pemecahan masalah merupakan pembelajaran
yang banyak menggali kemampuan berpikir peserta didik. Pada metode
pemecahan masalah, peserta didik dihadapkan dengan permasalahan untuk
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari
pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik.
Sedangkan Sanjaya (2006 hlm. 214) menyatakan pada metode pemecahan
masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari
peristiwa–peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran
IPS dengan menggunakan metode pemecahan masalah akan melibatkan peserta
didik secara aktif. Sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk berpikir
imajinatif terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Kurangnya keterampilan pendidik dalam menerapkan metode belajar dan
menggunakan media pembelajaran yang menarik peserta didik untuk belajar
menjadi penyebab daya pikir imajinatif peserta didik tidak tercapai. Selain itu,
keberadaan media pendukung untuk pembelajaran dengan menggunakan media
berbasis teknologi seperti film sebenarnya juga sudah tersedia di dalam kelas.
Menurut Kemp dan Dayton (Komalasari, 2011 hlm. 55-56) manfaat media
dalam pembelajaran, yaitu penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
Setiap pendidik mempunyai penafsiran yang berbeda beda terhadap suatu konsep
materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam
tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada peserta didik secara
seragam. Setiap peserta didik yang melihat atau mendengar pemaparan suatu
materi pelajaran melalui media yang sama akan menerima informasi yang persis
sama seperti yang diterima oleh peserta didik lain. Dengan demikian, media juga
dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik di
manapun berada.
Penggunaan animasi tiga dimensi dalam kegiatan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial belum pernah dilakukan dengan alasan ketiadaan materi film
yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dewasa kini, perkembangan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dunia edukasi dan desain grafis. Dukungan software dan perkembangan teknologi
yang semakin maju menjadi penentu semakin berkembangnya media animasi tiga
dimensi yang berkembang di berbagai bidang. Packaging dari animasi tiga
dimensiakan selalu menarik karena disajikan dalam hasil desain dan gambar yang
menyerupai gambar sebenarnya.
Salah satu bentuk media pembelajaran yang cukup relevan dengan
kemajuan teknologi sekarang dan juga disukai oleh peserta didik adalah animasi
tiga dimensi. Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang
penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan yang mewakili aslinya (Komalasari, 2011 hlm. 74).
Penggunaan animasi dalam pembelajaran memang mempunyai banyak
kelebihan. Saat ini semakin banyak pendidik yang menggunakan animasi dalam
menyampaikan materi yang disampaikan untuk menarik perhatian serta
mempermudah pemahaman peserta didik dalam belajar. Pembelajaran
menggunakan animasi mempunyai banyak maanfaat dan keunggulanya. Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Berbagai potensi yang dimilikinya,
media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,
baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui
program media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat peserta didik.
Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan peserta
didik dan merangsang peserta didik bereaksi baik secara fisik maupun emosional.
Singkatnya, media pembelajaran diharapkan dapat membantu pendidik untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih aktif, tidak monoton, dan tidak
membosankan.
Selain itu, Moedjiono (1992 dalam Komalasari, 2011 hlm 74) bahwa
media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan, yakni: memberikan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara
kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat
menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Dengan demikian, penggunaan media
animasi tiga dimensi dapat mempengaruhi proses berpikir peserta didik.
Berpikir sebagai kata kerja menunjukkan adanya suatu proses. Berpikir
adalah kegiatan mental yang bertujuan, yaitu suatu proses mental dalam mana
seseorang berinteraksi dengan data dan informasi untuk memperoleh
pengetahuan. Peranan berpikir terutama dalam menghadapi abad 21 sebagai abad
informasi dan globalisasi, menuntut kemampuan tertentu dari setiap individu
dalam kedudukannya sebagai warga negara, warga masyarakat, ilmuwan atau
tenaga ahli. Tuntutan perubahan yang cepat itu mengisyarakat kepada setiap orang
bahwa membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar sudah tidak
lagi memadai. Untuk itu perlu dikembangkan pula kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah serta melek ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus disesuaikan dengan tingkat
psikologi usia anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, karena itu akan
berpengaruh pada hasil belajar, motivasi belajar dan sebagainya. Pada usia
terebut, anak berada dalam masa peralihan dari berpikir konkret menuju berpikir
abstrak. Selain itu, dengan banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas maka
akan banyak pula perilaku, cara berpikir atau sikap dari peserta didik tersebut.
Selain itu, pendidikan karakter senantiasa harus diterapkan dan dicontohkan oleh
pendidik terhadap peserta didik agar terbentuknya peserta didik yang memiliki
kualitas yang baik dalam kompetensi maupun karakternya.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan
tujuan utamanya adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang
baik. Nilai dan budaya bangsa akan dijadikan landasan untuk pengembangan
bangsanya. Setiap bangsa atau negara mendidik warganya berdasarkan nilai dan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi, dalam kaitan transformasi nilai-nilai kewarganegaraan tujuan
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah membentuk anak didik sebagai warga negara
Indonesia yang baik.
Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan tentang Tujuan Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pada proses pendidikan, kedudukan peserta didik sangat penting. Proses
pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan yang
dialaminya. Dalam situasi pendidikan yang dialaminya, peserta didik merupakan
komponen yang hakiki. Anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa
tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa bahwa ia memiliki
kekurangan-kekurangan tertentu. Ia menyadari bahwa kemampuannya masih
sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini
membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi
pendidikan. Dalam situasi pendidikan ini terjadi interaksi kedewasaan dan
kebelumdewasaan.
Seseorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak
sekali kemungkinan untuk berkembang baik jasmani atau rohani. Ia memiliki
jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun
perkembangan bagian-bagian lainnya. Sementara itu dari aspek rohaniah anak
mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak,
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketergantungan peserta didik terhadap pendidik hanya bersifat sementara,
sebab pada suatu saat peserta didik diharapkan mampu berdiri sendiri. Dalam hal
ini sedikit demi sedikit peran pendidik dalam memberikan bantuan semakin
berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju kedewasaan. Belajar anak
didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan pendidik dalam proses interaksi
edukatif. Di sekolah, anak didik belajar menurut gaya mereka masing-masing.
Perilaku anak didik bermacam-macam dalam menerima pelajaran dari pendidik.
Perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri
dan kepribadian anak didik sebagai individu.
Peserta didik selain ada perbedaannya, juga ada persamaannya. Paling
tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapatkan perhatian
seperti pada aspek kecerdasan, kecakapan, prestasi, bakat, sikap, kebiasaan,
ciri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita, kebutuhan, kepribadian dan pola-pola dan tempo
perkembangan serta latar belakang lingkungan. Kadar daya serap anak didik
terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan mulai dari
kurang, minimal, optimal dan maksimal. Antara pendidik dan anak didik
sama-sama merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama-sama penting. Pendidik tidak
boleh beranggapan bahwa anak didik merupakan objek pendidikan, begitu juga
pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa berbuat sesuka hati atas anak
didik. Sebaliknya juga, anak didik tidak boleh dianggap sebagai seorang dewasa
dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda
dengan sifat hakikat kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-kanakan
inilah maka pendidikan diperlukan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang peneliti paparkan diatas,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Metode Pemecahan Masalah Melalui Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Daya Pikir Imajinatif Siswa di SMP
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kurangnya daya pikir imajinatif siswa.
b. Guru hanya menggunakan metode ceramah variasi tanya jawab.
c. Media LKS sebagai satu-satunya sumber belajar.
d. Diperlukan perbaikan metode yang berbasis masalah dan penggunaan media
yang menarik (animasi tiga dimensi).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana guru merencanakan penerapan metode pemecahan masalah
melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya
pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?
b. Bagaimana guru mengaplikasikan metode pemecahan masalah melalui media
pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif
siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?
c. Bagaimana kendala dan pemecahan yang dilakukan oleh guru dalam
merefleksikan penerapan metode pemecahan masalah melalui media
pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif
siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?
d. Bagaimana peningkatan daya pikir imajinatif siswa setelah penerapan metode
pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi di
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.4Tujuan Penelitian
a. Memperoleh gambaran tentang bagaimana guru merencanakan penerapan
metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga
dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP
Negeri 10 Bandung.
b. Memperoleh gambaran tentang bagaimana guru mengaplikasikan metode
pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk
meningkatkan daya pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10
Bandung.
c. Mengidentifikasi kendala dan bagaimana pemecahan yang dilakukan oleh
guru dalam merefleksikan penerapan metode pemecahan masalah melalui
media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir
imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.
d. Mengkaji seberapa besar peningkatan daya pikir imajinatif siswa setelah
penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi
tiga dimensi di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Segi Teori
Secara teori hasil penelitian ini dapat memperkaya materi Pendidikan IPS
terutama dalam penerapan metode pemecahan masalah melalui media
pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif
siswa.
1.5.2. Segi Praktis
Secara praktis, peneliti mendapatkan referensi dalam melakukan penelitian
mengenai metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga
dimensi. Sebagai metode yang tepat untuk meingkatkan daya pikir imajinatif
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Guru
Guru mendapatkan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya karena adanya
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga guru bisa
memperbaiki cara mengajarnya supaya proses belajar mengajar lebih baik
daripada sebelumnya.
2) Peneliti
Peneliti mendapatkan referensi dalam melakukan penelitian mengenai metode
pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi
sebagai metode yang tepat untuk meingkatkan daya pikir imajinatif siswa.
3) Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah bahwa metode pemecahan masalah
melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi dapat digunakan dalam
upaya meningkatkan daya pikir imajinatif siswa. Sehingga citra dan kualitas
sekolah dapat meningkat.
4) Peserta didik
Peserta didik mendapatkan pengetahuan mengenai penerapan metode
pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk
meningkatkan daya pikir imajinatif siswa. Sehingga siswa merasa butuh dan
tertarik untuk belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
1.5.3. Segi Kebijakan
Secara kebijakan hasil penelitian ini menggambarkan betapa pentingnya
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dilihat dari permasalahan yang peneliti
temukan, permasalahan yang ada sangatlah kritis. Jika dibiarkan akan berdampak
buruk pada peserta didik, dimana peserta didik tidak memiliki ketertarikan untuk
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial karena mereka tidak bisa memahami materi yang
diajarkan oleh gurunya.
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara isu serta aksi sosial penelitian ini memberikan bantuan bagi pendidik
untuk menyelesaikan masalahnya karena adanya penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh peneliti. Sehingga pendidik bisa memperbaiki cara mengajarnya
supaya proses belajar mengajar lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu,
peserta didik mendapatkan pengetahuan mengenai penerapan metode pemecahan
masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan
daya pikir imajinatif siswa. Sehingga peserta didik merasa butuh dan tertarik
untuk belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian pun memberikan
masukan bagi sekolah bahwa metode pemecahan masalah melalui media
pembelajaran animasi tiga dimensi dapat digunakan dalam upaya meningkatkan
daya pikir imajinatif siswa. Sehingga citra dan kualitas sekolah dapat meningkat.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, dengan rincian sebagai
berikut:
Bab I menjelaskan tentang permasalahan atau fenomena, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menjadi salah satu tolak ukur
terhadap kedudukan permasalahan yang terjadi di dalam kelas selama
penelitian berlangsung.
Bab III menjelaskan tentang penjabaran secara rinci dan terstruktur mengenai
metode yang peneliti lakukan selama penelitian.
Bab IV menjelaskan tentang bagaimana peneliti mengolah data atau informasi
yang di dapat oleh peneliti yang berasal dari lapangan sampai
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab V menjelaskan tentang penarikan satu kesimpulan dari hasil penelitian dan
15
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
53
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.1 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian adalah cara alamiah untuk memperoleh data dengan
kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki
kegunaan serta tujuan tertentu. Sugiyono (2009 hlm. 6) menjelaskan bahwa
metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang
dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber
daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan
adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola
sekolah. Dengan demikian, yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di
kelas, individu peserta didik atau di sekolah. Para pendidik atau kepala sekolah
dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti
para peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian
kelas, adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1992 hlm. 44 dalam
Wiriaatmadja, 2010 hlm. 11).
Para ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas
(PTK) berikut ini akan disajikan beberapa pengertian dan definisi PTK yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut. Kemmis (1983 dalam Wiriaatmadja, 2010
hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri
reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu
(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a)
Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka
mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan (c) situasi yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas karena
peneliti beranggapan bahwa metode PTK adalah metode yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi. Selain itu, PTK dianggap mudah karena
terdiri dari beberapa siklus dimana setiap siklus berkaitan dengan pembelajaran
yang sedang dilakukan. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Lewin
yang ditafsirkan oleh Kemmis. Model ini menggambarkan sebuah spiral dari
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GAGASAN AWAL
RECONNAISSANCE
Dst.
Gambar 3. 1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis (Sumber: Wiraatmadja, 2012 hlm. 62)
Penafsiran yang diberikan oleh Kemmis meliputi hal-hal berikut:
a) Penyusunan gagasan atau rencana umum dapat dilakukan jauh sebelumnya Rencana Umum
Langkah 1
Langkah 2
Langkah dst.
Perbaikan Rencana
Langkah 1
Langkah 2 Implementasi Langkah1
Evaluasi
Implementasi Langkah 2
[image:28.595.104.518.203.646.2]Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Reconnaissance bukan hanya kegiatan menemukan fakta di lapangan akan
tetapi juga mencakup analisis, dan terus berlanjut pada siklus berikutnya, dan
bukan hanya pada awal saja.
c) Implementasi tindakan bukan pekerjaan yang mudah, karenanya jangan
langsung dievaluasi melainkan dimonitor dahulu sampai langkah
implementasi dilakukan seoptimal mungkin (Kemmis dalam Elliot, 1991 hlm.
70 dalam Wiraatmadja, 2012 hlm. 63).
3.1.2 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian pendidikan, dikenal ada dua paradigma yang sering
digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan
sebagai langkah awal dalam menyusun rencana penelitian agar dapat berjalan
dengan baik dan mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Dalam
rencana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan bahwa posisi PTK tergolong
kedalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Peneliti beranggapan bahwa metode PTK membutuhkan pendekatan penelitian
yang sangat deskriptif dan detail. Dimana setiap siklus yang dilakukan dalam
penelitian harus dideskripsikan serinci mungkin. Pendekatan penelitian kualitatif
adalah pendekatan penelitian yang tepat dalam metode penelitian tindakan kelas
(PTK). Menurut Creswell (1998 hlm. 15 dalam Wiriaatmadja, 2012 hlm. 8)
bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki
masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang
berbeda. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
(naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah
(natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode
ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu
disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya
penelitian kualitatif merupakan penelitian dilakukan pada objek yang alamiah.
Maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti
dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Peneliti menggunakan data kuantitatif yang sifatnya hanya pengukuran sederhana.
Hal ini dilakukan karena beberapa alat evaluasi menggunakan tes yang hasil
evaluasinya berupa angka.
3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Ningrum (2009 hlm. 5), Penelitian Tindakan Kelas memiliki
karakteristik, sifat, atau ciri-ciri tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan
penelitian formal (konvensional). Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa
secara umum PTK termasuk ke dalam penelitian kualitatif-praktis. Hal ini
dikarenakan oleh dampak dari tindakan yang dilaksanakan PTK dapat segera
Nampak dan diketahui serta dirasakan langsung oleh sasaran tindakan, yakni kelas
(proses pembelajaran, siswa, guru, dan hasil belajar siswa).
Diketahui bahwa penelitian kualitatif tidak mentabukan sajian angka atau
data, melainkan menggunakannya sebagai bagian integral dari kegiatan penelitian
sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian, maka dalam PTK pun data dan
informasi sangat penting untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian
(indikator keberhasilan PTK).
3.1.4 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Lewis (Elliot, 1991 hlm 69 dalam Wiriaatmadja, 2012 hlm. 100)
langkah-langkah kegiatan penelitian itu akan meliputi:
a. Mengidentifikasi gagasan/permasalahan umum.
b. Melakukan pengecekan di lapangan (reconnaissance).
c. Membuat perencanaan umum.
d. Mengembangkan langkah tindakan pertama.
e. Mengimplementasikan tindakan pertama.
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g. Merevisi secara umum.
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandung, Jl. Rd. Dewi
Sartika, Bandung untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VIII H.
SMP Negeri 10 Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena jarak dari tempat
tinggal peneliti dengan lokasi penelitian tidak terlalu jauh.
3.2.2 Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.
Peneliti menganggap bahwa peserta didik di Kelas VIII H SMP Negeri 10
Bandung mampu dijadikan sebagai subjek penelitian.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester dua tahun ajaran
2013/2014, yaitu bulan April sampai dengan Mei. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa
siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3.3 Definisi Operasional
Untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti memecahkannya menjadi
dua variabel yaitu penerapan metode pemecahan masalah melalui media
pembelajaran animasi tiga dimensi (X) dan meningkatkan daya pikir imajinatif
siswa (Y). Selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut batasan pengertian dari dua
variabel tersebut secara operasional adalah:
3.3.1 Metode pemecahan masalah
Istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Menurut Arends (2008 hlm. 45) pembelajaran berdasarkan masalah
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri.
3.3.2 Animasi tiga dimensi
Geanlach & Ely (1971 dalam Miftah, 2011 hlm. 17) menyatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
dan verbal.
Latuheru (Hamdani dalam Yamashita, 2011 dalam Komalasari, 2011 hlm.
25), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara pendidik dan peserta didik dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna.
Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup, semangat. Sedangkan karakter adalah orang, hewan maupun objek nyata
lainnya yang dituangkan dalam bentuk gambar 2D maupun 3D. Sehingga karakter
animasi secara dapat diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang
seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan
bergantian ditampilkan. Objek dalam gambar bisa berupa tulisan, bentuk benda,
warna dan spesial efek.
Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi
3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari
animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan
nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney
(Pixar Studio), maka berlomba¬lombalah studio film dunia memproduksi film
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Monster Inc., Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian.
Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer
Generated Imagery).
3.3.3 Daya pikir imajinatif
Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering diartikan
sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati,
melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak
memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuannya
bertanya. Berpikir kreatif dan imajinatif adalah kemampuan seseorang untuk
mengasah kekuatan kreatif dan imajinatifnya dalam menciptakan hal-hal baru.
Tidak salah bila orang yang berpikir kreatif selalu diikuti dengan kemampuan
imajinatif.
Dibalik kata inovatif, sebenarnya ada kata kunci yang membuat seseorang
mampu untuk mengoptimalkan mimpi-mimpinya sehingga lebih terkonstruksikan,
untuk kemudian dilahirkan sebagai sebuah karya. Kata itu adalah apa yang disebut
sebagai imajinasi. Artinya, hanya mereka-mereka yang memiliki kemampuan
imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang
penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide
yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai
pengulangan akan ide yang ada sebelumnya.
Dibalik kata inovatif, sebenarnya ada kata kunci yang membuat seseorang
mampu untuk mengoptimalkan mimpi-mimpinya sehingga lebih terkonstruksikan,
untuk kemudian dilahirkan sebagai sebuah karya. Kata itu adalah apa yang disebut
sebagai imajinasi. Artinya, hanya mereka-mereka yang memiliki kemampuan
imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang
penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide
yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Imajinasi adalah proses kognitif yang merupakan kompleks kegiatan mental
dimana unsur-unsur dalam kegiatan mental tersebut lepas dari sensasi indrawi.
Imajinasi melibatkan sintetis yang memadukan aspek-aspek dari ingatan,
kenangan atau pengialaman menjadi sebuah konstruksi mental yang berbeda dari
masa lalu atau menjadi realitas baru dimasa sekarang, atau bahkan antisipasi
realitas di masa yang akan datang. Imajinasi umumnya dianggap sebagai salah
satu dari fungsi mental yang lebih tinggi, yang sering diasosiakan juga dengan
fantasi, angan, atau bentuk pemecahan masalah secara orisinal yang berbeda dari
biasanya. Imajinasi umumnya sering dianggap sebagai dasar dari ekspresi artistik,
daya kreatifitas sebagai fungsi mental yang lebih tinggi.
3.4 Prosedur Penelitian
Peneliti berharap penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, peneliti membuat langkah-langkah yang sebagai
berikut:
.3.4.1 Observasi Awal
Dimulai dengan observasi awal yang peneliti lakukan yaitu pengamatan
awal terhadap situasi pembelajaran di kelas, situasi sekolah secara umum, dan
mendeskripsikan hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran umum tentang
permasalahan yang ada di sekolah. Observasi awal dilakukan di kelas VIII H
SMP Negeri 10 Bandung.
3.4.2 Refleksi awal
Berdasarkan hasil observasi awal, menyebabkan munculnya permasalahan
yang akan ditindak lanjuti dengan melakukan tindakan yang menjawab
permasalahan. Tindakan yang dipilih merupakan tindakan kelas yang akan
memberikan dampak positif terhadap permasalahan yang ada di sekolah tersebut.
Sehingga, permasalahan yang dialami pendidik maupun peserta didik di kelas
VIII H dapat teratasi dengan baik.
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perencanaan tindakan disusun berdasarkan masalah-masalah yang
ditemukan selama tahap pendahuluan. Berdasarkan permasalahan-permasalahan
tersebut, diperlukan persiapan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus.
1) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan
tindakan yang telah disiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disusun pada perencanaan
tindakan. Pelaksanaan tindakan sejalan dengan proses belajar mengajar di kelas.
2) Tahap Pengamatan
Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini yaitu
pendidik mitra yang ditempatkan di sekolah yang sama. Observasi dilakukan
dalam upaya pengumpulan data. Data yang dikumpulkan adalah data deskriptif
kuantitatif.
3) Tahap refleksi
Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi yaitu merupakan
kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan tahap eksplanasi terhadap semua
informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Tahap refleksi menghasilkan
hal positif (kelebihan) dan hal negatif (kekurangan) tentang pemahaman metode
pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk
meningkatkan daya pikir imajinatif siswa maupun keterlaksanaan pembelajaran
dengan media pembelajaran ini. Hal positif (kelebihan) terus dilanjutkan pada
siklus selanjutnya. Observer dan pendidik sekaligus peneliti mencari solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dan diterapkan pada siklus
berikutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data mempunyai peranan yang penting dalam suatu
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau informasi yang relevan. Untuk mendapatkan data seperti yang diatas,
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.5.1 Observasi
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai
disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi adalah suatu
proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2012 hlm. 153).
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data
tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat
pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dilihat
dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi
faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya
dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri (Arifin, 2012 hlm. 154).
Observasi terstruktur menjadi salah satu teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini. Observasi terstruktur dipilih oleh peneliti karena peneliti
beranggapan observasi terstruktur lebih mudah digunakan sebagai teknik
pengumpulan data karena lebih jelas dan terarah.
3.5.2 Tes uraian
Tes bentuk esai (uraian) adalah sejenis tes kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal uraian ini
menuntut kemampuan peserta didik untuk mengorganisir, menginterpretasi,
menghubungkan, pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa tes ini menuntut peserta didik untuk dapat
mengingat-ngingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas
tinggi. Soal-soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10
buah soal.
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian
ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons
item) dan uraian bebas (extended respons item). Dalam uraian terbatas, peserta
didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya dalam
menjawab soal. Sedangkan, uraian bebas peserta didik bebas menjawab soal
dengan cara sistematika sendiri dalam menjawab soal (Arifin, 2012 hlm. 125)
Tipe tes uraian bebas sangat popular dikarenakan mudah ditulis, dan bagi
sebagian orang merupakan cara terbaik untuk mengungkap kemampuan
mengorganisasi pikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Hal
tersebut yang mendorong peneliti untuk menggunakan tes uraian bebas sebagai
salah satu instrumen dalam penelitian.
3.5.3. Studi Literature
Study literature (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang
bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang
bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6 Validasi Data
Validitas data adalah semua data yang masuk divalidasi dengan teknik
seperti yang digunakan dalam analisis kualitatif menurut Hopkins Glaser dan
Strauss (Wiriaatmadja, 2005 hlm. 168-170).
3.6.1 Triangulasi
Menurut Sanjaya (2009 hlm. 112), menyatakan bahwa tehnik triangulasi
yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan berbagai
metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak
salah mengambil keputusan.
Menurut Sanjaya (2009 hlm. 112), terdapat beberapa cara menggunakan
triangulasi, yaitu:
1) Dengan mengunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian.
2) Dengan membandingkan teoti-teori yang relevan dengan masalah penelitian.
Artinya peneliti melakukan perbandingan antar teori.
3) Dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat sehingga
peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang
diperoleh.
4) Dengan cara mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi. Artinya
peneliti perlu mengembangkan berbagai instrument untuk mendapatkan
informasi yang sama.
5) Mencari data dari berbagai sumber. Artinya, pengamatan tentang sesuatu
sebaiknya menggunakan banyak pengamat sehingga masing-masing
pengamat dapat memberikan argumentasi sesuai dengan hasil pengamatannya
dengan demikian, peneliti dapat terhindar dari kesalahan menyimpulkan.
6) Menggunakan berbagai metode dan teknis analisis data. Data yang telah
terkumpul sebaiknya dianalisis dengan berbagai macam teknik sehingga
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7) Dalam proses ini peneliti mengecek kebenaran data atau informasi yang telah
diperolah dari lapangan yang bersumber dari peserta didik dan pendidik. Data
yang diperoleh dari observasi dan wawancara.
3.6.2 Member Check
Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber,
siapapun juga (kepala sekolah, pendidik, teman sejawat pendidik, murid, pegawai
administrasi sekolah, orang tua, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi
atau penjelasan itu sifatnya atau tidak berubah-ubah sehingga dapat dipastikan
kejelasannya, dan data itu terperiksa kebenarannya, atau mengecek kesahihan
data temuan penelitian tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh
peneliti maupun dari peneliti mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada
pendidik kelas melalui diskusi balikan pada setiap akhir tindakan.
3.6.3 Expert opinion
Expert opinion yaitu meminta nasehat dari pakar ahli. Pada penelitian
tindakan kelas ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran atau nasehat
dari dosen pembimbing.
3.7 Teknik Analisis Data Kualitatif
Menurut Patton 1980 (Maleong, 2002 hlm. 103) analisis data ialah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar.
Menurut Onwuegbuzie dan Tiddlie (2003), proses analisis data dalam
penelitian mixed methods terdiri dari tujuh tahapan yaitu reduksi data (data
reduction), tayangan data (data display), transformasi data (data transformation),
penghubungan data (data correlation), konsolidasi data (data consolidation),
komparasi data (data comparison), dan pengintegrasian data (data integration).
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Untuk data angka, reduksi data dapat dilakukan dengan menggunakan
statistik deskriptif, misalnya: median, mean, dan modus sebagai alat melihat
kecenderungan sentral (central tendency) yang berguna untuk melihat
kecederungan data secara umum. Sedangkan data kualitatif dapat direduksi
dengan cara analisis tema dan analisis profil. Artinya, data yang dikumpulkan
dipilah dan dikategorikan berdasarkan tema dan profil. Secara rinci reduksi data
kualitatif dapat berupa menulis ringkasan, pengkodean, membuat klaster, dan
membuat partisi. Ringkasnya, reduksi data, baik data kuantitatif maupun data
kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan kesimpulan dan verifikasi
sebagai jawaban pertanyaan penelitian.
2) Tayangan Data
Data yang telah direduksi dapat ditampilankan atau ditayangkan dengan
berbagai cara. Data kuantitatif dapat ditampilkan dengan menggunakan matriks
dan grafik, seperti, diagram batang dan diagram lingkaran. Data kualitatif setelah
dikategorikan dapat juga ditampilkan dengan matriks, gambar, diagram, jejaring,
daftar, dan sebagainya. Tanyangan data bagi peneliti berguna untuk mempejelas
analisis data, di samping itu juga membantu peneliti memaparkan hasil peneltian
secara rinci dan sistematis. Tayangan data bagi pembaca, setelah laporan
penelitian dibuat, juga membantu untuk mengerti bagaimana data dianalisis dan
temuan peneltian ditampilkan. Pembaca dapat menelusuri informasi tertentu
dengan melihat matriks, gambar, dan grafik.
3) Transformasi Data
Transformasi data adalah pengalihan data angka menjadi deskripsi atau
sebaliknya, dari data verbal dikuantifikasi menjadi data angka. Transformasi data
kuantitatif dilakukan untuk membuat data angka memiliki makna. Sehingga, data
angka dideskripsikan menjadi kualitas. Misalnya, data berjenjang (1, 2, 3) yang
dikumpulkan melalui angket setelah dideskripsikan dapat diketahui bahwa angka
Risdiani Setiawan, 2014
Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikuantifikasikan oleh peneliti agar dapat ditabulasi dan dianalisis dengan
statistik, baik statistik deskriptif maupun statistik inferensial untuk menguji
hipotesis.
4) Penghubungan Data
Penghubungan kedua jenis data sangat penting dalam penelitian mixed
methods. Data kuantitatif yang yang didapatkan dari angket dapat dihubungkan
dengan data verbal yang direkam melalui wawancara. Apakah kedua jenis data
yang dihasilkan mengarah pada satu kesimpulan yang utuh sebagai jawaban dari
pertanyaan penelitian. Langkah ini sejalan dengan prinsip triangulasi, terutama
triangulasi metode. Apakah kedua jenis data saling memperkuat atau tidak.
5) Konsolidasi Data
Konsolidasi data dalam penelitian jenis ini maksudnya menggabungkan
beberapa jenis data, misalnya data dari pendidik dan data dari peserta didik yang
dikumpulkan dengan angket digabungkan untuk melihat sikap atau respon. Data
angket itu juga dapat dikonsolidasikan dengan dokumen.
6) Komparasi data
Membandingkan data yang dikumpulkan melalui teknik tertentu dengan
data yang dikumpulkan melalui teknik lain juga dapat memperkuat hasil analisis
data sebuah penelitian. Komparasi data juga mencakup perbandingan data dari
sumber berlai