• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa (penelitian tindakan kelas dikelas viii h smp negeri 10 bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa (penelitian tindakan kelas dikelas viii h smp negeri 10 bandung)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperoleh

gelarSarjanaPendidikan IPS

Oleh

Risdiani Setiawan

1006162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Oleh

Risdiani Setiawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Risdiani Setiawan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.

NIP. 19721001 2001122 001

Pembimbing II,

Muhamad Iqbal, S.Pd., M.Si.

NIP. 19801112 2009121 003

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPS

Dr. Nana Supriatna, M.Ed

(4)
(5)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Metode Pemecahan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Metode Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Pengertian Pemecahan Masalah... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah ... Error! Bookmark

not defined.

2.1.4 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah Error! Bookmark not

defined.

2.2 Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi ... Error!

Bookmark not defined.

2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

2.2.3 Manfaat Media Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.2.4 Peran Media Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

(6)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.2 Kemampuan Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.

2.3.3 Taksonomi Pendidikan Benyamin S. Bloom ... Error! Bookmark not

defined.

2.3.4 Karakteristik Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.

2.3.5 Indikator dan Ciri-Ciri Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not

defined.

2.3.6 Strategi Melatih Berpikir Imajinatif ... Error! Bookmark not defined.

2.3.7 Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama ... Error! Bookmark not

defined.

2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS... Error! Bookmark not defined.

2.4.2 Dimensi Pendidikan IPS ... Error! Bookmark not defined.

2.4.3 Tujuan IPS ... Error! Bookmark not defined.

2.4.4 Ruang Lingkup Materi Pendidikan IPS . Error! Bookmark not defined.

2.4.5 Berpikir Imajinatif Dalam Pendidikan IPS ... Error! Bookmark not

defined.

2.5 Teori Belajar Konstruktivistik ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Karakteristik Anak Usia SMP ... Error! Bookmark not defined.

2.7 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.8 Asumsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2.9 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

3.1.1 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas ... Error! Bookmark

not defined.

3.1.2 Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan KelasError! Bookmark not defined.

3.1.4 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... Error! Bookmark not

defined.

(7)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Validasi Data ... Error! Bookmark not defined.

3.7 Teknik Analisis Data Kualitatif ... Error! Bookmark not defined.

3.8 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Deskripsi Umum SMP Negeri 10 Bandung . Error! Bookmark not defined.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Deskripsi Observasi Awal ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Penelitian Siklus I ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Penelitian Siklus II ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Perbaikan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... Error!

Bookmark not defined.

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN.... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN 3 DATA HASIL PENGAMATAN (OBSERVASI) ... Error!

Bookmark not defined.

LAMPIRAN 4 LEMBAR KERJA SISWA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN 5 HASIL TES URAIAN ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN 7 MEDIA ANIMASI TIGA DIMENSI ... Error! Bookmark not

(8)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

(9)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

(10)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

(11)

1

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 10 Bandung,

terlihat bahwa peserta didik tidak memiliki ketertarikan untuk belajar ataupun

menanggapi hal-hal yang dilakukan oleh pendidik ketika kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Tidak sedikit peserta didik yang tidak memperhatikan

sehingga banyak peserta didik yang bermain hand phone, mengobrol bahkan

menguap karena mengantuk. Selain itu, peserta didik terlihat pasif ketika proses

pembelajaran berlangsung, tidak ada peserta didik yang bertanya maupun

menanggapi apa yang pendidik lakukan dan sampaikan. Semuanya terjadi karena

peserta didik memiliki kesulitan dalam memahami materi Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Selama pengamatan, peneliti mengamati bahwa dalam kegiatan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial pendidik sering menggunakan satu metode yaitu metode

tanya jawab. Setelah kegiatan mengajar dengan bertutur kata maka seringkali

diikuti dengan tanya jawab atau sering digunakan diantara pelaksanaan metode

ceramah atau digunakan pula untuk berbagai tujuan. Bertanya dapat pula

digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep,

generalisasi, atau mata pelajaran. Berbagai pertanyaan mengharuskan peserta

didik untuk mengingat kembali informasi yang pernah dibaca atau didengar

dalam diskusi kelas.

Akan tetapi, peneliti mengamati bahwa pertanyaan-pertanyaan yang

dilontarkan pendidik kepada peserta didik hanya pertanyaan yang bersifat

kognitif yaitu pertanyaan seputar penjelasan materi yang jawabannya ada dalam

(12)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(lower level). Dikatagorikan sebagai bentuk pertanyaan berkadar rendah oleh

karena peserta didik hanya sekedar diminta untuk mengingat atau semacamnya

namun tidak melibatkan “higher-order mental operations” seperti aplikasi,

sisntesis, penafsiran, pengertian tentang sebab dan akibat, serta penilaian.

Jika demikian halnya maka untuk meningkatkan bentuk pertanyaan yang akan

melibatkan operasi mental tinggi peserta didik khususnya dalam kaitannya

dengan strategi inkuiri maka perlu digunakan pertanyaan-pertanyaan yang

dimulai dengan “Bagaimana,Mengapa”. Bentuk-bentuk pertanyaan tingkat tinggi

seperti itu bertujuan diantaranya adalah untuk mendorong atau menjadi pemicu

operasional mental peserta didik yang sangat cocok dengan format belajar untuk

pemecahan masalah dan menemukan sendiri (discovery). Pertanyaan yang baik

adalah merupakan hal esensial dalam membangun kebiasaan berpikir reflektif.

Hal itu amat penting oleh karena membantu memperbaiki kebiasaan belajar

peserta didik.

Jika pertanyaan-pertanyaan hanya bersifat mengingat fakta belaka maka

peserta didik nya hanya akan berusaha untuk tujuan itu, tidak belajar bagaimana

menggunakan informasi atau bahkan tidak bisa memperosesnya, dalam

pengertian hasil pemikiran dalam arti luas. Begitu penting masalah bertanya

dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang didominasi oleh kata-kata,

banyak informasi dan memiliki konsep-konsep ilmu sosial yang begitu luas,

maka kemampuan atau keterampilan bertanya peserta didik dalam memproses

belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hal yang amat esensial.

Teknik mengajar yang digunakan cenderung kurang melibatkan keaktifan

peserta didik secara optimal. Penggunaan buku-buku paket yang didominasi oleh

materi pelajaran dalam bentuk teks serta pemanfaatan LKS masih lebih banyak

digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya

menerima hal yang diberikan pendidik tanpa adanya pengembangan pemikiran

(13)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara kognitif sedangkan untuk cara berpikir kritis dan imajinatif dalam

menyikapi berbagai permasalahan dilingkungan sekitarnya yang termasuk dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kurang diterapkan.

Dalam mengajar pada umumnya berbagai masalah-masalah metodologis

dasar harus diperhatikan. Secara khusus hal itu berlaku pula bagi pendidik Ilmu

Pengetahuan Sosial, oleh karena pendidik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial senantiasa berhadapan dengan peserta didik di kelas dalam proses belajar

mengajarnya. Mengajar adalah berkomunikasi antara pendidik dengan peserta

didik. Mengajar yang baik memerlukan komunikasi yang baik pula. Suatu hal

yang patut disadari oleh pendidik adalah setiap bentuk hubungan itu akan

menghasilkan sifat-sifat kepribadian yang berbeda pada diri peserta didik.

Secara formal mengajar adalah membantu seseorang memperoleh atau

mengubah beberapa perilaku yaitu beberapa keterampilan, sikap, pengetahuan,

cita-cita dan apresiasi (menghargai). Mengajar bukanlah sekedar menyajikan

informasi atau gagasan seperti yang banyak dilakukan di dalam pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial saat ini. Di dalamnya tercakup pula diantaranya membimbing

peserta didik untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan pemeriksaan (probing),

menemukan (discovery), menganalisis (analyzing) dan menguji (examing) yang

disebut berpikir reflektif (reflective thinking) sebagai suatu yang penting dalam

membangun sikap dan nilai-nilai dan yang lebih langsung adalah tugas-tugas

pengembangan keterampilan.

Mengajar juga adalah pengambilan keputusan dan pembuatan keputusan yang

tepat memerlukan diagnosis yang baik. Tanpa diagnosis yang baik pendidik

cenderung mengajar apa saja dengan cara yang sama terhadap semua peserta

didik dan sebagai akibatnya pengajaran menjadi membosankan, menimbulkan

frustasi dan ketidakberhasilan. Dalam pendidikan, kata metode digunakan untuk

menunjukkan serangkaian kegiatan pendidik yang terarah yang menyebabkan

(14)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang keberhasilannya adalah di dalam belajar atau sebagai alat yang menjadikan

mengajar menjadi efektif.

Jika metode dianggap sebagai suatu proses maka akan terdiri dari berbagai

langkah. Berbagai langkah dari suatu metode juga digunakan dan terdapat dalam

metode lainnya. Kombinasi antara bagian-bagian tersebut merupakan tanggung

jawab pendidik. Pendidik dapat menggabungkan atau memisahkan bagian-bagian

itu dalam memfungsikannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, metode

merupakan salah satu aspek pokok dalam pendidikan dan merupakan masalah

sentral dalam mengajar.

Mengajar yang berhasil menuntut penggunaan metode yang tepat. Seorang

pendidik tentu mempunyai metode dan seorang pendidik yang baik akan

memahami dengan baik metode yang digunakannya. Pendidik harus mengetahui

bukan hanya materi atau bahan pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah

peserta didik sebab melalui metode mengajar pendidik harus memberi

kemudahan belajar kepada peserta didik dalam proses belajar. Dari berbagai

metode yang ada rasanya tidak ada metode mengajar yang benar-benar baru,

sebab umumnya telah lama ditemukan dan digunakan. Setiap pendidik

mempunyai metodenya sendiri dan mereka menyusunnya dari hari ke hari dengan

berbagai proporsi dari metode-metode dasar. Metode yang baik adalah bersifat

pribadi merupakan sesuatu yang sudah disusun dan dikembangkan. Sumbangan

pendidik harus merupakan sesuatu yang didasarkan pada kekinian, yang hanya

melalui pengalaman peserta didik.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat memfasilitasi kemampuan

peserta didik dalam berpikir imajinatif untuk memahami materi mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial. Metode pemecahan masalah merupakan pembelajaran

yang banyak menggali kemampuan berpikir peserta didik. Pada metode

pemecahan masalah, peserta didik dihadapkan dengan permasalahan untuk

(15)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik

tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari

pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik.

Sedangkan Sanjaya (2006 hlm. 214) menyatakan pada metode pemecahan

masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari

peristiwa–peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran

IPS dengan menggunakan metode pemecahan masalah akan melibatkan peserta

didik secara aktif. Sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk berpikir

imajinatif terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitarnya.

Kurangnya keterampilan pendidik dalam menerapkan metode belajar dan

menggunakan media pembelajaran yang menarik peserta didik untuk belajar

menjadi penyebab daya pikir imajinatif peserta didik tidak tercapai. Selain itu,

keberadaan media pendukung untuk pembelajaran dengan menggunakan media

berbasis teknologi seperti film sebenarnya juga sudah tersedia di dalam kelas.

Menurut Kemp dan Dayton (Komalasari, 2011 hlm. 55-56) manfaat media

dalam pembelajaran, yaitu penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.

Setiap pendidik mempunyai penafsiran yang berbeda beda terhadap suatu konsep

materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam

tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada peserta didik secara

seragam. Setiap peserta didik yang melihat atau mendengar pemaparan suatu

materi pelajaran melalui media yang sama akan menerima informasi yang persis

sama seperti yang diterima oleh peserta didik lain. Dengan demikian, media juga

dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik di

manapun berada.

Penggunaan animasi tiga dimensi dalam kegiatan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial belum pernah dilakukan dengan alasan ketiadaan materi film

yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dewasa kini, perkembangan

(16)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dunia edukasi dan desain grafis. Dukungan software dan perkembangan teknologi

yang semakin maju menjadi penentu semakin berkembangnya media animasi tiga

dimensi yang berkembang di berbagai bidang. Packaging dari animasi tiga

dimensiakan selalu menarik karena disajikan dalam hasil desain dan gambar yang

menyerupai gambar sebenarnya.

Salah satu bentuk media pembelajaran yang cukup relevan dengan

kemajuan teknologi sekarang dan juga disukai oleh peserta didik adalah animasi

tiga dimensi. Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang

penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud

sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai

tiruan yang mewakili aslinya (Komalasari, 2011 hlm. 74).

Penggunaan animasi dalam pembelajaran memang mempunyai banyak

kelebihan. Saat ini semakin banyak pendidik yang menggunakan animasi dalam

menyampaikan materi yang disampaikan untuk menarik perhatian serta

mempermudah pemahaman peserta didik dalam belajar. Pembelajaran

menggunakan animasi mempunyai banyak maanfaat dan keunggulanya. Proses

pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Berbagai potensi yang dimilikinya,

media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,

baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui

program media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat peserta didik.

Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan peserta

didik dan merangsang peserta didik bereaksi baik secara fisik maupun emosional.

Singkatnya, media pembelajaran diharapkan dapat membantu pendidik untuk

menciptakan suasana belajar menjadi lebih aktif, tidak monoton, dan tidak

membosankan.

Selain itu, Moedjiono (1992 dalam Komalasari, 2011 hlm 74) bahwa

media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan, yakni: memberikan

(17)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara

kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat

menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Dengan demikian, penggunaan media

animasi tiga dimensi dapat mempengaruhi proses berpikir peserta didik.

Berpikir sebagai kata kerja menunjukkan adanya suatu proses. Berpikir

adalah kegiatan mental yang bertujuan, yaitu suatu proses mental dalam mana

seseorang berinteraksi dengan data dan informasi untuk memperoleh

pengetahuan. Peranan berpikir terutama dalam menghadapi abad 21 sebagai abad

informasi dan globalisasi, menuntut kemampuan tertentu dari setiap individu

dalam kedudukannya sebagai warga negara, warga masyarakat, ilmuwan atau

tenaga ahli. Tuntutan perubahan yang cepat itu mengisyarakat kepada setiap orang

bahwa membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar sudah tidak

lagi memadai. Untuk itu perlu dikembangkan pula kemampuan komunikasi dan

pemecahan masalah serta melek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus disesuaikan dengan tingkat

psikologi usia anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, karena itu akan

berpengaruh pada hasil belajar, motivasi belajar dan sebagainya. Pada usia

terebut, anak berada dalam masa peralihan dari berpikir konkret menuju berpikir

abstrak. Selain itu, dengan banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas maka

akan banyak pula perilaku, cara berpikir atau sikap dari peserta didik tersebut.

Selain itu, pendidikan karakter senantiasa harus diterapkan dan dicontohkan oleh

pendidik terhadap peserta didik agar terbentuknya peserta didik yang memiliki

kualitas yang baik dalam kompetensi maupun karakternya.

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan

tujuan utamanya adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang

baik. Nilai dan budaya bangsa akan dijadikan landasan untuk pengembangan

bangsanya. Setiap bangsa atau negara mendidik warganya berdasarkan nilai dan

(18)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari. Jadi, dalam kaitan transformasi nilai-nilai kewarganegaraan tujuan

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah membentuk anak didik sebagai warga negara

Indonesia yang baik.

Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan tentang Tujuan Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Pada proses pendidikan, kedudukan peserta didik sangat penting. Proses

pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan yang

dialaminya. Dalam situasi pendidikan yang dialaminya, peserta didik merupakan

komponen yang hakiki. Anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa

tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa bahwa ia memiliki

kekurangan-kekurangan tertentu. Ia menyadari bahwa kemampuannya masih

sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini

membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi

pendidikan. Dalam situasi pendidikan ini terjadi interaksi kedewasaan dan

kebelumdewasaan.

Seseorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak

sekali kemungkinan untuk berkembang baik jasmani atau rohani. Ia memiliki

jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun

perkembangan bagian-bagian lainnya. Sementara itu dari aspek rohaniah anak

mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak,

(19)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketergantungan peserta didik terhadap pendidik hanya bersifat sementara,

sebab pada suatu saat peserta didik diharapkan mampu berdiri sendiri. Dalam hal

ini sedikit demi sedikit peran pendidik dalam memberikan bantuan semakin

berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju kedewasaan. Belajar anak

didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan pendidik dalam proses interaksi

edukatif. Di sekolah, anak didik belajar menurut gaya mereka masing-masing.

Perilaku anak didik bermacam-macam dalam menerima pelajaran dari pendidik.

Perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri

dan kepribadian anak didik sebagai individu.

Peserta didik selain ada perbedaannya, juga ada persamaannya. Paling

tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapatkan perhatian

seperti pada aspek kecerdasan, kecakapan, prestasi, bakat, sikap, kebiasaan,

ciri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita, kebutuhan, kepribadian dan pola-pola dan tempo

perkembangan serta latar belakang lingkungan. Kadar daya serap anak didik

terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan mulai dari

kurang, minimal, optimal dan maksimal. Antara pendidik dan anak didik

sama-sama merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama-sama penting. Pendidik tidak

boleh beranggapan bahwa anak didik merupakan objek pendidikan, begitu juga

pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa berbuat sesuka hati atas anak

didik. Sebaliknya juga, anak didik tidak boleh dianggap sebagai seorang dewasa

dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda

dengan sifat hakikat kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-kanakan

inilah maka pendidikan diperlukan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang peneliti paparkan diatas,

maka peneliti termotivasi untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Metode Pemecahan Masalah Melalui Media Pembelajaran Animasi Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Daya Pikir Imajinatif Siswa di SMP

(20)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kurangnya daya pikir imajinatif siswa.

b. Guru hanya menggunakan metode ceramah variasi tanya jawab.

c. Media LKS sebagai satu-satunya sumber belajar.

d. Diperlukan perbaikan metode yang berbasis masalah dan penggunaan media

yang menarik (animasi tiga dimensi).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana guru merencanakan penerapan metode pemecahan masalah

melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya

pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?

b. Bagaimana guru mengaplikasikan metode pemecahan masalah melalui media

pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif

siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?

c. Bagaimana kendala dan pemecahan yang dilakukan oleh guru dalam

merefleksikan penerapan metode pemecahan masalah melalui media

pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif

siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung?

d. Bagaimana peningkatan daya pikir imajinatif siswa setelah penerapan metode

pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi di

(21)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.4Tujuan Penelitian

a. Memperoleh gambaran tentang bagaimana guru merencanakan penerapan

metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga

dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP

Negeri 10 Bandung.

b. Memperoleh gambaran tentang bagaimana guru mengaplikasikan metode

pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk

meningkatkan daya pikir imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10

Bandung.

c. Mengidentifikasi kendala dan bagaimana pemecahan yang dilakukan oleh

guru dalam merefleksikan penerapan metode pemecahan masalah melalui

media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir

imajinatif siswa di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.

d. Mengkaji seberapa besar peningkatan daya pikir imajinatif siswa setelah

penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi

tiga dimensi di kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Segi Teori

Secara teori hasil penelitian ini dapat memperkaya materi Pendidikan IPS

terutama dalam penerapan metode pemecahan masalah melalui media

pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif

siswa.

1.5.2. Segi Praktis

Secara praktis, peneliti mendapatkan referensi dalam melakukan penelitian

mengenai metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga

dimensi. Sebagai metode yang tepat untuk meingkatkan daya pikir imajinatif

(22)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Guru

Guru mendapatkan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya karena adanya

penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga guru bisa

memperbaiki cara mengajarnya supaya proses belajar mengajar lebih baik

daripada sebelumnya.

2) Peneliti

Peneliti mendapatkan referensi dalam melakukan penelitian mengenai metode

pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi

sebagai metode yang tepat untuk meingkatkan daya pikir imajinatif siswa.

3) Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah bahwa metode pemecahan masalah

melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi dapat digunakan dalam

upaya meningkatkan daya pikir imajinatif siswa. Sehingga citra dan kualitas

sekolah dapat meningkat.

4) Peserta didik

Peserta didik mendapatkan pengetahuan mengenai penerapan metode

pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk

meningkatkan daya pikir imajinatif siswa. Sehingga siswa merasa butuh dan

tertarik untuk belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

1.5.3. Segi Kebijakan

Secara kebijakan hasil penelitian ini menggambarkan betapa pentingnya

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dilihat dari permasalahan yang peneliti

temukan, permasalahan yang ada sangatlah kritis. Jika dibiarkan akan berdampak

buruk pada peserta didik, dimana peserta didik tidak memiliki ketertarikan untuk

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial karena mereka tidak bisa memahami materi yang

diajarkan oleh gurunya.

(23)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara isu serta aksi sosial penelitian ini memberikan bantuan bagi pendidik

untuk menyelesaikan masalahnya karena adanya penelitian tindakan kelas yang

dilakukan oleh peneliti. Sehingga pendidik bisa memperbaiki cara mengajarnya

supaya proses belajar mengajar lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu,

peserta didik mendapatkan pengetahuan mengenai penerapan metode pemecahan

masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan

daya pikir imajinatif siswa. Sehingga peserta didik merasa butuh dan tertarik

untuk belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian pun memberikan

masukan bagi sekolah bahwa metode pemecahan masalah melalui media

pembelajaran animasi tiga dimensi dapat digunakan dalam upaya meningkatkan

daya pikir imajinatif siswa. Sehingga citra dan kualitas sekolah dapat meningkat.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, dengan rincian sebagai

berikut:

Bab I menjelaskan tentang permasalahan atau fenomena, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menjadi salah satu tolak ukur

terhadap kedudukan permasalahan yang terjadi di dalam kelas selama

penelitian berlangsung.

Bab III menjelaskan tentang penjabaran secara rinci dan terstruktur mengenai

metode yang peneliti lakukan selama penelitian.

Bab IV menjelaskan tentang bagaimana peneliti mengolah data atau informasi

yang di dapat oleh peneliti yang berasal dari lapangan sampai

(24)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab V menjelaskan tentang penarikan satu kesimpulan dari hasil penelitian dan

(25)

15

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

(26)

53

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1.1 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas

Metode penelitian adalah cara alamiah untuk memperoleh data dengan

kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki

kegunaan serta tujuan tertentu. Sugiyono (2009 hlm. 6) menjelaskan bahwa

metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,

dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang

dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan

pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber

daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan

adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola

sekolah. Dengan demikian, yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di

kelas, individu peserta didik atau di sekolah. Para pendidik atau kepala sekolah

dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti

para peneliti konvensional pada umumnya.

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang

berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau

pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat

keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan

yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan

(27)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian

kelas, adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan

tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau

suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat

dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1992 hlm. 44 dalam

Wiriaatmadja, 2010 hlm. 11).

Para ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas

(PTK) berikut ini akan disajikan beberapa pengertian dan definisi PTK yang

dikemukakan oleh para ahli tersebut. Kemmis (1983 dalam Wiriaatmadja, 2010

hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri

reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu

(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a)

Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka

mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan (c) situasi yang

memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas karena

peneliti beranggapan bahwa metode PTK adalah metode yang tepat untuk

mengatasi permasalahan yang terjadi. Selain itu, PTK dianggap mudah karena

terdiri dari beberapa siklus dimana setiap siklus berkaitan dengan pembelajaran

yang sedang dilakukan. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Lewin

yang ditafsirkan oleh Kemmis. Model ini menggambarkan sebuah spiral dari

(28)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GAGASAN AWAL

RECONNAISSANCE

Dst.

Gambar 3. 1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis (Sumber: Wiraatmadja, 2012 hlm. 62)

Penafsiran yang diberikan oleh Kemmis meliputi hal-hal berikut:

a) Penyusunan gagasan atau rencana umum dapat dilakukan jauh sebelumnya Rencana Umum

Langkah 1

Langkah 2

Langkah dst.

Perbaikan Rencana

Langkah 1

Langkah 2 Implementasi Langkah1

Evaluasi

Implementasi Langkah 2

[image:28.595.104.518.203.646.2]
(29)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Reconnaissance bukan hanya kegiatan menemukan fakta di lapangan akan

tetapi juga mencakup analisis, dan terus berlanjut pada siklus berikutnya, dan

bukan hanya pada awal saja.

c) Implementasi tindakan bukan pekerjaan yang mudah, karenanya jangan

langsung dievaluasi melainkan dimonitor dahulu sampai langkah

implementasi dilakukan seoptimal mungkin (Kemmis dalam Elliot, 1991 hlm.

70 dalam Wiraatmadja, 2012 hlm. 63).

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian pendidikan, dikenal ada dua paradigma yang sering

digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan

sebagai langkah awal dalam menyusun rencana penelitian agar dapat berjalan

dengan baik dan mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Dalam

rencana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, peneliti menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan bahwa posisi PTK tergolong

kedalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Peneliti beranggapan bahwa metode PTK membutuhkan pendekatan penelitian

yang sangat deskriptif dan detail. Dimana setiap siklus yang dilakukan dalam

penelitian harus dideskripsikan serinci mungkin. Pendekatan penelitian kualitatif

adalah pendekatan penelitian yang tepat dalam metode penelitian tindakan kelas

(PTK). Menurut Creswell (1998 hlm. 15 dalam Wiriaatmadja, 2012 hlm. 8)

bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki

masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang

berbeda. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik

(naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah

(natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode

ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu

disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih

(30)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya

penelitian kualitatif merupakan penelitian dilakukan pada objek yang alamiah.

Maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti

dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.

Peneliti menggunakan data kuantitatif yang sifatnya hanya pengukuran sederhana.

Hal ini dilakukan karena beberapa alat evaluasi menggunakan tes yang hasil

evaluasinya berupa angka.

3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Ningrum (2009 hlm. 5), Penelitian Tindakan Kelas memiliki

karakteristik, sifat, atau ciri-ciri tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan

penelitian formal (konvensional). Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa

secara umum PTK termasuk ke dalam penelitian kualitatif-praktis. Hal ini

dikarenakan oleh dampak dari tindakan yang dilaksanakan PTK dapat segera

Nampak dan diketahui serta dirasakan langsung oleh sasaran tindakan, yakni kelas

(proses pembelajaran, siswa, guru, dan hasil belajar siswa).

Diketahui bahwa penelitian kualitatif tidak mentabukan sajian angka atau

data, melainkan menggunakannya sebagai bagian integral dari kegiatan penelitian

sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian, maka dalam PTK pun data dan

informasi sangat penting untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian

(indikator keberhasilan PTK).

3.1.4 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Lewis (Elliot, 1991 hlm 69 dalam Wiriaatmadja, 2012 hlm. 100)

langkah-langkah kegiatan penelitian itu akan meliputi:

a. Mengidentifikasi gagasan/permasalahan umum.

b. Melakukan pengecekan di lapangan (reconnaissance).

c. Membuat perencanaan umum.

d. Mengembangkan langkah tindakan pertama.

e. Mengimplementasikan tindakan pertama.

(31)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Merevisi secara umum.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandung, Jl. Rd. Dewi

Sartika, Bandung untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VIII H.

SMP Negeri 10 Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena jarak dari tempat

tinggal peneliti dengan lokasi penelitian tidak terlalu jauh.

3.2.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII H SMP Negeri 10 Bandung.

Peneliti menganggap bahwa peserta didik di Kelas VIII H SMP Negeri 10

Bandung mampu dijadikan sebagai subjek penelitian.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester dua tahun ajaran

2013/2014, yaitu bulan April sampai dengan Mei. Penentuan waktu penelitian

mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa

siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

3.3 Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti memecahkannya menjadi

dua variabel yaitu penerapan metode pemecahan masalah melalui media

pembelajaran animasi tiga dimensi (X) dan meningkatkan daya pikir imajinatif

siswa (Y). Selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut batasan pengertian dari dua

variabel tersebut secara operasional adalah:

3.3.1 Metode pemecahan masalah

Istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai

suatu tujuan. Menurut Arends (2008 hlm. 45) pembelajaran berdasarkan masalah

(32)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

sendiri.

3.3.2 Animasi tiga dimensi

Geanlach & Ely (1971 dalam Miftah, 2011 hlm. 17) menyatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian

yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

dan verbal.

Latuheru (Hamdani dalam Yamashita, 2011 dalam Komalasari, 2011 hlm.

25), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi

komunikasi edukasi antara pendidik dan peserta didik dapat berlangsung secara

tepat guna dan berdaya guna.

Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup, semangat. Sedangkan karakter adalah orang, hewan maupun objek nyata

lainnya yang dituangkan dalam bentuk gambar 2D maupun 3D. Sehingga karakter

animasi secara dapat diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang

seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan

bergantian ditampilkan. Objek dalam gambar bisa berupa tulisan, bentuk benda,

warna dan spesial efek.

Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi

3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari

animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan

nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney

(Pixar Studio), maka berlomba¬lombalah studio film dunia memproduksi film

(33)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Monster Inc., Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian.

Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer

Generated Imagery).

3.3.3 Daya pikir imajinatif

Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering diartikan

sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati,

melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak

memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuannya

bertanya. Berpikir kreatif dan imajinatif adalah kemampuan seseorang untuk

mengasah kekuatan kreatif dan imajinatifnya dalam menciptakan hal-hal baru.

Tidak salah bila orang yang berpikir kreatif selalu diikuti dengan kemampuan

imajinatif.

Dibalik kata inovatif, sebenarnya ada kata kunci yang membuat seseorang

mampu untuk mengoptimalkan mimpi-mimpinya sehingga lebih terkonstruksikan,

untuk kemudian dilahirkan sebagai sebuah karya. Kata itu adalah apa yang disebut

sebagai imajinasi. Artinya, hanya mereka-mereka yang memiliki kemampuan

imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang

penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide

yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai

pengulangan akan ide yang ada sebelumnya.

Dibalik kata inovatif, sebenarnya ada kata kunci yang membuat seseorang

mampu untuk mengoptimalkan mimpi-mimpinya sehingga lebih terkonstruksikan,

untuk kemudian dilahirkan sebagai sebuah karya. Kata itu adalah apa yang disebut

sebagai imajinasi. Artinya, hanya mereka-mereka yang memiliki kemampuan

imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang

penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide

yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai

(34)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Imajinasi adalah proses kognitif yang merupakan kompleks kegiatan mental

dimana unsur-unsur dalam kegiatan mental tersebut lepas dari sensasi indrawi.

Imajinasi melibatkan sintetis yang memadukan aspek-aspek dari ingatan,

kenangan atau pengialaman menjadi sebuah konstruksi mental yang berbeda dari

masa lalu atau menjadi realitas baru dimasa sekarang, atau bahkan antisipasi

realitas di masa yang akan datang. Imajinasi umumnya dianggap sebagai salah

satu dari fungsi mental yang lebih tinggi, yang sering diasosiakan juga dengan

fantasi, angan, atau bentuk pemecahan masalah secara orisinal yang berbeda dari

biasanya. Imajinasi umumnya sering dianggap sebagai dasar dari ekspresi artistik,

daya kreatifitas sebagai fungsi mental yang lebih tinggi.

3.4 Prosedur Penelitian

Peneliti berharap penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu, peneliti membuat langkah-langkah yang sebagai

berikut:

.3.4.1 Observasi Awal

Dimulai dengan observasi awal yang peneliti lakukan yaitu pengamatan

awal terhadap situasi pembelajaran di kelas, situasi sekolah secara umum, dan

mendeskripsikan hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran umum tentang

permasalahan yang ada di sekolah. Observasi awal dilakukan di kelas VIII H

SMP Negeri 10 Bandung.

3.4.2 Refleksi awal

Berdasarkan hasil observasi awal, menyebabkan munculnya permasalahan

yang akan ditindak lanjuti dengan melakukan tindakan yang menjawab

permasalahan. Tindakan yang dipilih merupakan tindakan kelas yang akan

memberikan dampak positif terhadap permasalahan yang ada di sekolah tersebut.

Sehingga, permasalahan yang dialami pendidik maupun peserta didik di kelas

VIII H dapat teratasi dengan baik.

(35)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perencanaan tindakan disusun berdasarkan masalah-masalah yang

ditemukan selama tahap pendahuluan. Berdasarkan permasalahan-permasalahan

tersebut, diperlukan persiapan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus.

1) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan

tindakan yang telah disiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini

menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disusun pada perencanaan

tindakan. Pelaksanaan tindakan sejalan dengan proses belajar mengajar di kelas.

2) Tahap Pengamatan

Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini yaitu

pendidik mitra yang ditempatkan di sekolah yang sama. Observasi dilakukan

dalam upaya pengumpulan data. Data yang dikumpulkan adalah data deskriptif

kuantitatif.

3) Tahap refleksi

Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi yaitu merupakan

kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan tahap eksplanasi terhadap semua

informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Tahap refleksi menghasilkan

hal positif (kelebihan) dan hal negatif (kekurangan) tentang pemahaman metode

pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk

meningkatkan daya pikir imajinatif siswa maupun keterlaksanaan pembelajaran

dengan media pembelajaran ini. Hal positif (kelebihan) terus dilanjutkan pada

siklus selanjutnya. Observer dan pendidik sekaligus peneliti mencari solusi untuk

menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dan diterapkan pada siklus

berikutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data mempunyai peranan yang penting dalam suatu

(36)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau informasi yang relevan. Untuk mendapatkan data seperti yang diatas,

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.5.1 Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek

dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai

disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi adalah suatu

proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional

mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2012 hlm. 153).

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data

tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat

pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dilihat

dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah

ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi

faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah

ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

b. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak

dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya

dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri (Arifin, 2012 hlm. 154).

Observasi terstruktur menjadi salah satu teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini. Observasi terstruktur dipilih oleh peneliti karena peneliti

beranggapan observasi terstruktur lebih mudah digunakan sebagai teknik

pengumpulan data karena lebih jelas dan terarah.

3.5.2 Tes uraian

Tes bentuk esai (uraian) adalah sejenis tes kemajuan belajar yang

memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri

(37)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal uraian ini

menuntut kemampuan peserta didik untuk mengorganisir, menginterpretasi,

menghubungkan, pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat

dapat dikatakan bahwa tes ini menuntut peserta didik untuk dapat

mengingat-ngingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas

tinggi. Soal-soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10

buah soal.

Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian

ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons

item) dan uraian bebas (extended respons item). Dalam uraian terbatas, peserta

didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya dalam

menjawab soal. Sedangkan, uraian bebas peserta didik bebas menjawab soal

dengan cara sistematika sendiri dalam menjawab soal (Arifin, 2012 hlm. 125)

Tipe tes uraian bebas sangat popular dikarenakan mudah ditulis, dan bagi

sebagian orang merupakan cara terbaik untuk mengungkap kemampuan

mengorganisasi pikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Hal

tersebut yang mendorong peneliti untuk menggunakan tes uraian bebas sebagai

salah satu instrumen dalam penelitian.

3.5.3. Studi Literature

Study literature (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang

bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang

bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan

(38)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6 Validasi Data

Validitas data adalah semua data yang masuk divalidasi dengan teknik

seperti yang digunakan dalam analisis kualitatif menurut Hopkins Glaser dan

Strauss (Wiriaatmadja, 2005 hlm. 168-170).

3.6.1 Triangulasi

Menurut Sanjaya (2009 hlm. 112), menyatakan bahwa tehnik triangulasi

yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan berbagai

metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak

salah mengambil keputusan.

Menurut Sanjaya (2009 hlm. 112), terdapat beberapa cara menggunakan

triangulasi, yaitu:

1) Dengan mengunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian.

2) Dengan membandingkan teoti-teori yang relevan dengan masalah penelitian.

Artinya peneliti melakukan perbandingan antar teori.

3) Dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat sehingga

peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang

diperoleh.

4) Dengan cara mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi. Artinya

peneliti perlu mengembangkan berbagai instrument untuk mendapatkan

informasi yang sama.

5) Mencari data dari berbagai sumber. Artinya, pengamatan tentang sesuatu

sebaiknya menggunakan banyak pengamat sehingga masing-masing

pengamat dapat memberikan argumentasi sesuai dengan hasil pengamatannya

dengan demikian, peneliti dapat terhindar dari kesalahan menyimpulkan.

6) Menggunakan berbagai metode dan teknis analisis data. Data yang telah

terkumpul sebaiknya dianalisis dengan berbagai macam teknik sehingga

(39)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7) Dalam proses ini peneliti mengecek kebenaran data atau informasi yang telah

diperolah dari lapangan yang bersumber dari peserta didik dan pendidik. Data

yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

3.6.2 Member Check

Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber,

siapapun juga (kepala sekolah, pendidik, teman sejawat pendidik, murid, pegawai

administrasi sekolah, orang tua, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi

atau penjelasan itu sifatnya atau tidak berubah-ubah sehingga dapat dipastikan

kejelasannya, dan data itu terperiksa kebenarannya, atau mengecek kesahihan

data temuan penelitian tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh

peneliti maupun dari peneliti mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada

pendidik kelas melalui diskusi balikan pada setiap akhir tindakan.

3.6.3 Expert opinion

Expert opinion yaitu meminta nasehat dari pakar ahli. Pada penelitian

tindakan kelas ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran atau nasehat

dari dosen pembimbing.

3.7 Teknik Analisis Data Kualitatif

Menurut Patton 1980 (Maleong, 2002 hlm. 103) analisis data ialah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar.

Menurut Onwuegbuzie dan Tiddlie (2003), proses analisis data dalam

penelitian mixed methods terdiri dari tujuh tahapan yaitu reduksi data (data

reduction), tayangan data (data display), transformasi data (data transformation),

penghubungan data (data correlation), konsolidasi data (data consolidation),

komparasi data (data comparison), dan pengintegrasian data (data integration).

(40)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan

kualitatif. Untuk data angka, reduksi data dapat dilakukan dengan menggunakan

statistik deskriptif, misalnya: median, mean, dan modus sebagai alat melihat

kecenderungan sentral (central tendency) yang berguna untuk melihat

kecederungan data secara umum. Sedangkan data kualitatif dapat direduksi

dengan cara analisis tema dan analisis profil. Artinya, data yang dikumpulkan

dipilah dan dikategorikan berdasarkan tema dan profil. Secara rinci reduksi data

kualitatif dapat berupa menulis ringkasan, pengkodean, membuat klaster, dan

membuat partisi. Ringkasnya, reduksi data, baik data kuantitatif maupun data

kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan kesimpulan dan verifikasi

sebagai jawaban pertanyaan penelitian.

2) Tayangan Data

Data yang telah direduksi dapat ditampilankan atau ditayangkan dengan

berbagai cara. Data kuantitatif dapat ditampilkan dengan menggunakan matriks

dan grafik, seperti, diagram batang dan diagram lingkaran. Data kualitatif setelah

dikategorikan dapat juga ditampilkan dengan matriks, gambar, diagram, jejaring,

daftar, dan sebagainya. Tanyangan data bagi peneliti berguna untuk mempejelas

analisis data, di samping itu juga membantu peneliti memaparkan hasil peneltian

secara rinci dan sistematis. Tayangan data bagi pembaca, setelah laporan

penelitian dibuat, juga membantu untuk mengerti bagaimana data dianalisis dan

temuan peneltian ditampilkan. Pembaca dapat menelusuri informasi tertentu

dengan melihat matriks, gambar, dan grafik.

3) Transformasi Data

Transformasi data adalah pengalihan data angka menjadi deskripsi atau

sebaliknya, dari data verbal dikuantifikasi menjadi data angka. Transformasi data

kuantitatif dilakukan untuk membuat data angka memiliki makna. Sehingga, data

angka dideskripsikan menjadi kualitas. Misalnya, data berjenjang (1, 2, 3) yang

dikumpulkan melalui angket setelah dideskripsikan dapat diketahui bahwa angka

(41)

Risdiani Setiawan, 2014

Penerapan metode pemecahan masalah melalui media pembelajaran animasi tiga dimensi untuk meningkatkan daya pikir imajinatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikuantifikasikan oleh peneliti agar dapat ditabulasi dan dianalisis dengan

statistik, baik statistik deskriptif maupun statistik inferensial untuk menguji

hipotesis.

4) Penghubungan Data

Penghubungan kedua jenis data sangat penting dalam penelitian mixed

methods. Data kuantitatif yang yang didapatkan dari angket dapat dihubungkan

dengan data verbal yang direkam melalui wawancara. Apakah kedua jenis data

yang dihasilkan mengarah pada satu kesimpulan yang utuh sebagai jawaban dari

pertanyaan penelitian. Langkah ini sejalan dengan prinsip triangulasi, terutama

triangulasi metode. Apakah kedua jenis data saling memperkuat atau tidak.

5) Konsolidasi Data

Konsolidasi data dalam penelitian jenis ini maksudnya menggabungkan

beberapa jenis data, misalnya data dari pendidik dan data dari peserta didik yang

dikumpulkan dengan angket digabungkan untuk melihat sikap atau respon. Data

angket itu juga dapat dikonsolidasikan dengan dokumen.

6) Komparasi data

Membandingkan data yang dikumpulkan melalui teknik tertentu dengan

data yang dikumpulkan melalui teknik lain juga dapat memperkuat hasil analisis

data sebuah penelitian. Komparasi data juga mencakup perbandingan data dari

sumber berlai

Gambar

Gambar 3. 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil di atas, tujuan peneli- tian yang hendak dicapai adalah untuk menge- tahui ada dan tidaknya perbedaan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa yang

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

Bapak dan Ibu Dosen pengajar Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak ilmu

Persetujuan ini berlaku juga untuk I.and Berlin, dengan ketentuan bahwa Pernerintah Republik Federal Jerman tidak rremberikan pernyataan yang berlawanan terhadap

The English test preparation is considered necessary due to the tracer study that most graduates work in airline industry in which the qualifications need English

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dalam konteks ini, David Holmes (2005) menyatakan bahwa dalam media lama pengguna atau khalayak media merupakan khalayak yang pasif dan cenderung tidak mengetahui

Sedangkan hasil tertinggi pada parameter jumlah telur terdapat pada perlakuan K2 (Kacang Hijau) yaitu sebesar 14,22, setelah itu K1 (Kacang Kedelai) sebesar 11,44 dan