• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dalam jenis eksperimen kuasi dengan desain kelompok kontrol pretes-postes, guna untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu untuk sejauh mana pengaruh pembelajaran inkuiri model Alberta terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreaif, komunikasi dan disposisi berpikir kreatif matematis siswa.

Penelitian ini diambil sampel pada dua kelas yang homogen dengan tindakan yang berbeda. Pada kelompok pertama, akan diberikan pembelajaran dengan metode inkuiri model alberta (X), dan pada kelompok kedua akan diberikan tindakan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga, desain eksperimen (Sugiyono, 2012) dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan:

X = Pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran inkuiri model Alberta O = Pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas adalah pembelajaran inkuiri model Alberta. Variabel terikat meliputi kemampuan berpikir kreatif matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan disposisi berpikir kreatif matematis siswa. Variabel kontrol adalah kategori awal matematis siswa sebelum diadakan penelitian.

Kategori kemampuan awal matematis (KAM) diperoleh dari data tes KAM siswa. Data tersebut diranking dan dikelompokkan menjadi kategori KAM tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan rerata ( ) dan simpangan baku (s) seperti yang dikemukakan Arikunto (2013) sebagai berikut:

1) Jika KAM ≥ + s maka siswa dikelompokkan ke kategori tinggi.

2) Jika – s < KAM < + s maka siswa dikelompokkan ke kategori sedang.

(2)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Jika KAM  – s maka siswa dikelompokkan ke dalam ke kategori rendah. Adapun keterkaitan antara variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel Kontrol Kemampuan yang Diukur Berpikir Kreatif Matematis

(BKM)

Komunikasi Matematis (KM)

Pembelajaran (PK) (PA) (PK) (PA)

Kategori KAM

Tinggi (T) (PK) (T) (PA) (T) (PK) (T) (PA) (T) Sedang (S) (PK) (S) (PA) (S) (PK) (S) (PA) (S) Rendah (R) (PK) (R) (PA) (R) (PK) (R) (PA) (R) Keseluruhan (BKM) (PK) (BKM) (PA) (KM) (PK) (KM) (PA) Keterangan:

PK : Pembelajaran secara konvensional

PA : Pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri model Alberta

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Sekolah ini berjarak 3 km dari pusat kota Bandung (Gedung Sate). Siswa-siswa ttersebut berasal dari ekonomi menengah dan guru-gurunya memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII tahun ajaran 2013/2014, dengan mengambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen (VII D) dengan jumlah 36 siswa dan kelas kontrol (VII E) dengan jumlah 37 siswa. Sampel dipilih siswa kelas VII berdasar pertimbangan, bahwa mereka dianggap sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran baru yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inkuiri model Alberta adalah pembelajaran melalui tahap-tahap: merencanakan (planning), mengingat kembali (retrieving),

menyelesaikan (processing), mencipta (creating), memberi dan menerima

(sharing), dan menilai (evaluating).

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan yang meliputi empat kemampuan yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elobarasi (elaboration).

(3)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tertulis. b) Kemampuan mengungkapkan kembali suatu masalah matematis secara

tertulis.

c) Kemampuan menyusun argumen atau mengungkapkan pendapat dan memberikan penjelasan secara tertulis berdasarkan data/bukti yang relevan.

d) Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis.

4. Disposisi berpikir kreatif adalah sikap atau perilaku meliputi: a) Bersikap terbuka dan toleran terhadap perbedaan pendapat, b) Fleksibel dalam berpikir dan merespon,

c) Bebas menyatakan pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain,

d) Menghargai fantasi dan inisiatif,

e) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain,

f) Percaya diri dan mandiri,

g) Menunjukkan rasa ingin tahu dan minat yang luas, h) Tekun, tidak mudah bosan dan tidak kehabisan akal, dan i) Peka terhadap situasi dan lingkungan.

D. Instrumen Penelitian

(4)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Pengelompokkan siswa kelas eksperimen dan kontrol ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah, dilakukan dengan memberikan tes kemampuan awal matematis siswa. Hasil uji kemampuan awal matematis di kelas eksperimen dan kontrol diperoleh berupa nilai yang selanjutnya diurutkan dari terbesar ke terkecil untuk mengkategorikan siswa berdasarkan KAM.

Pengelompokkan kemampuan berdasarkan ketentuan berikut nilai di atas 75,93 termasuk KAM tinggi, nilai di antara 50,74 – 75,93 termasuk KAM sedang, dan nilai di bawah 50,74 termasuk KAM rendah. Tabel berikut menyajikan banyaknya siswa yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 3.2

Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM

KAM Pembelajaran Total

Eksperimen Kontrol

Tinggi 6 5 11

Sedang 20 19 39

Rendah 10 13 23

Total 36 37 73

b) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

Tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis disusun khusus untuk penelitian ini dalam bentuk tes uraian. Pemilihan bentuk tes uraian bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman berpikir kreatif dan komunikasi secara menyeluruh terhadap matematika yang telah disampaikan setelah kedua kelompok memperoleh pembelajaran. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan postes dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik. Penyusunan instrumen kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis dikembangkan melalui penyusunan kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis yang berpedoman pada Silabus Kurikulum Matematika SMP Kelas VII.

(5)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis No. Aspek yang

Diukur

Skor Respon Siswa yang Diharapkan

1. Kemampuan Kelancaran

(fluency)

0 Tidak menjawab atau memberikan ide yang tidak relevan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

1 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan

penyelesaian masalah tetapi

pengungkapannya kurang jelas.

2 Memberikan satu ide yang relevan dengan penyelesaian masalah dan pengungkapannya jelas.

3 Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas.

4 Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi pengungkapannya lengkap dan jelas.

2 Kemampuan

Keluwesan

(flexibility)

0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara atau lebih tetapi semuanya salah.

1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah.

2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan sehingga hasilnya benar. 3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara

(beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan.

4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam), proses perhitungan dan hasilnya benar.

3 Kemampuan

Keaslian

(Originality)

0 Tidak memerbikan jawaban atau

memberikan jawaban salah.

1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami.

2 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai.

(6)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Aspek yang Diukur

Skor Respon Siswa yang Diharapkan

menunjukkan sesuatu yang unik.

4 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri dengan alasan benar dan menunjukkan sesuatu yang unik.

4 Kemampuan

Keterincian

(Elaboration)

0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah.

1 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa disertai perincian.

2 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa disertai perincian yang kurang detail.

3 Memperluas situasi dengan benar dan merincinya kurang detail.

4 Memperluas situasi dengan benar dan merincinya dengan detail.

Untuk pedoman penskoran tes kemampuan komunikasi matematis diadaptasi dari Maryland Math Communication Rubric dalam Maryland State

Department of Education, dapat dilihat tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Jawaban Siswa

4 Penjelasan yang diberikan jelas/lengkap, menggunakan bahasa matematika (model, simbol, atau tanda dll) dengan sangat efektif, tepat dan teliti untuk menjelaskan suatu konsep dan proses, menggunakan bahasa tertulis dengan sangat baik untuk menjelaskan masalah yang diberikan

3 Penjelasan yang diberikan cukup jelas/lengkap; menggunakan bahwa matematika (model, simbol, atau tanda dll) dengan cukup efektif, tepat dan teliti untuk menjelaskan suatu konsep dan proses; menggunakan bahasa tertulis dnegan cukup baik untuk menjelaskan masalah yang diberikan.

2 Penjelasan yang diberikan kurang jelas/lengkap; menggunakan bahasa matematika (model, simbol, atau tanda dll) dengan kurang efektif, tepat dan teliti untuk menjelaskan suatu konsep dan proses; menggunakan bahasa tertulis dengan kurang baik untuk menjelaskan masalah yang diberikan.

1 Penjelasan yang diberikan tidak jelas/lengkap. Ada usaha tapi respon yang diberikan salah.

(7)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum instrumen tes diuji coba, terlebih dahulu dilakukan validitas teoritik dengan tujuan untuk melihat validitas isi dan validitas muka. Validitas isi dimaksud untuk menyesuaikan materi tes dengan kisi-kisi tes, tujuan yang ingin dicapai, dan indikator kemampuan yang ingin diukur. Sedangkan validitas muka tujuannya untuk kejelasan redaksional dan interpretasi/gambar dari setiap butir tes yang diberikan.

Setelah penyusunan kisi-kisi tes kemampuan berpikir kretaif dan komunikasi matematis dibuat selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan dua orang dosen pembimbing, dengan maksud untuk mendapat masukan perbaikan tes mulai dari kisi-kisi, tujuan yang ingin dicapai, indikator kemampuan yang diukur baik dari perbaikan redaksi soal dan gambar dari setiap butir, agar instrumen tes yang dibuat memiliki validitas isi dan validitas muka yang baik dan dapat dipergunakan. Selanjutnya pemeriksaan validitas isi dan validitas muka dilakukan oleh dua orang mahasiswa S3 pendidikan matematika UPI.

Sebelum melakukan uji coba kepada siswa dalam satu kelas, peneliti melakukan uji coba instrumen kepada lima orang siswa kelas VIII SMP, dengan tujuan untuk melihat keterbacaan tes instrumen oleh siswa. Dari hasil uji coba terbatas, peneliti mendapatkan bahwa siswa sudah bisa memahami maksud dari setiap butir soal. Namun, dari beberapa komentar siswa setelah mengerjakan tes instrumen mengenai tingkat kesulitan soal yang membutuhkan waktu relatif lama, sehingga peneliti juga mempertimbangkan alokasi waktu. Selanjutnya, instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi diujicobakan kepada siswa kelas VIII A di SMP tempat penelitian. Kemudian data tes diuji tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kedukaran untuk memperoleh instrumen tes yang baik. Perhitungan tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal tes dianalisis dengan bantuan Software Analisis Uraian

Versi 4.0.5. berikut ini adalah hasil analisis butir soal kemampuan berpikir kreatif

dan komunikasi matematis.

(8)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menganalisis validitas soal dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment Pearson (Arikunto, 2005), dengan cara mengkorelasikan

antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapatnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal adalah sebagai berikut:

  

 

2 2

 

2

2

   Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan: xy

r = nilai korelasi product moment Pearson

X = Skor satu butir soal tertentu terhadap skor total (jumlah skor siswa pada butir)

Y = Skor total (jumlah skor semua siswa pada tiap butir soal) N = Jumlah subjek

Untuk interpretasi dari koefisien korelasi, digunakan kriteria dari Arikunto (2003: 113), sebagai berikut:

Tabel 3.5 Koefisien Korelasi

Nilai r xy Interpretasi

00 , 1 80

,

0 rxy  Sangat Tinggi

80 , 0 60

,

0 rxy  Tinggi

60 , 0 40

,

0 rxy  Sedang

40 , 0 20

,

0 rxy  Rendah

20 , 0  xy

r Sangat Rendah

Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga didapat kemungkinan interpretasi:

(i) Jika rhit ≤ rkritis , maka korelasi tidak signifikan (ii) Jika rhit > rkritis , maka korelasi signifikan

(9)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

No Soal

Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

xy

r rtabel Kriteria Kategori r xy rtabel Kriteria Kategori 1 0,84

0,349

Valid Sangat Tinggi 0,49

0,349

Valid Sedang

2 0,86 Valid Sangat Tinggi 0,66 Valid Tinggi

3 0,54 Valid Sedang 0,57 Valid Sedang

4 0,78 Valid Tinggi 0,59 Valid Sedang

5 0,82 Valid Sangat Tinggi 0,57 Valid Sedang

1) Analisis Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau konsistensi dari instrumen yang akan digunakan. Instrumen penelitian dikatakan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Semakin reliabel suatu tes memiliki hasil yang saman ketika dilakukan tes kembali, yaitu jika subjeknya sama walaupun dilakukan pada orang yang berbeda, tempat dan waktu yang berbeda, namun alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, dan situasi. Untuk menghitung reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha (Suherman, 2003) sebagai berikut:

               

2

2 11 1 1 t i S S n n r Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

n = jumlah butir soal

2 i

S = variansi skor butir soal

2 t

(10)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus:

 

n n x x s 2 2 2

 

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas dapat menggunakan kriteria menurut Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990) sebagai berikut:

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

00 , 1 90

,

0 rxy  Sangat Tinggi

90 , 0 70

,

0 rxy  Tinggi

70 , 0 40

,

0 rxy  Sedang

40 , 0 20

,

0 rxy  Rendah

20 , 0

0rxy  Sangat Rendah

Perhitungan untuk reliabilitas dapat dilihat di lampiran. Dari hasil perhitungan, didapat reliabilitas untuk soal berpikir kreatif matematis siswa adalah r = 0,84 dalam kategori tinggi dan koefisien reliabilitas untuk soal komunikasi matematis adalah r = 0,66 dalam kategori sedang.

2) Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Untuk mengidentifikasi soal-soal mana yang baik dan mana kurang baik atau jelek, dilakukan analisis butir soal, sehingga dapat diketahui tingkat kesukaran dari masing-masing soal. Rumus yang digunakan adalah:

Untuk menghitung indeks tingkat kesukaran soal yang berbentuk uraian berdasarkan Kurikulum 1994 (dalam Jihad dan Haris, 2010: 188) digunakan rumus: i S   n S S

IK A B

Keterangan:

(11)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SA = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas

SB = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah

n = jumlah siswa dari kelompok atas + kelompok bawah

Si = skor ideal siswa kelompok atas atau kelompok bawah

Dengan kriteria untuk interpretasi indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Koefisien Tingkat Kesukaran

No. Nilai Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

1 IK = 0,00 Sangat Sukar

2 0,00 < IK  0,30 Sukar

3 0,30 < IK  0,70 Sedang

4 0,70 < IK < 1,00 Mudah

5 IK = 1,00 Sangat Mudah

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Secara ringkas, analisis tingkat kesukaran untuk soal berpikir kreatif dan komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9

Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

No Soal

Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

TK Kriteria TK Kriteria

1 0,41 Sedang 0,17 Sukar

2 0,27 Sedang 0,32 Sedang

3 0,08 Sukar 0,19 Sukar

4 0,39 Sedang 0,31 Sedang

5 0,20 Sukar 0,06 Sukar

3) Analisis Daya Pembeda

(12)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden yang berkemampuan tinggi dengan responden yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah:

Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus menurut Kurikulum 1994 (dalam Jihad dan Haris, 2010: 189) yaitu:

Maks 2

1   

N S S

DP A B

Keterangan:

DP = daya pembeda

SA = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas

SB = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah

N = jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah Maks = skor maksimal

Dengan kriteria untuk interpretasi daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Koefisien Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

00 , 1 70

,

0  DP Sangat Baik

70 , 0 40

,

0  DP Baik

40 , 0 20

,

0  DP Cukup

20 , 0 00

,

0 DP Jelek

00 , 0 

DP Sangat Jelek

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Secara ringkas, analisis daya pembeda untuk soal tes berpikir kreatif dan komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

No Soal

Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

DP Kriteria DP Kriteria

(13)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 0,50 Baik 0,20 Cukup

3 0,12 Jelek 0,17 Jelek

4 0,37 Cukup 0,17 Jelek

5 0,40 Cukup 0,12 Jelek

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis serta soal instrumen yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian sebagai berikut.

Tabel 3. 12

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

No

Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Kemampuan Komunikasi matematis

Var Rea DP IK Ket. Var Rea DP IK Ket.

1 Sangat Tinggi

Tinggi

Baik Sedang √ Sedang

S

eda

ng

Jelek Sukar √*

2 Sangat

Tinggi Baik Sedang √ Tinggi Cukup Sedang √

3 Sedang Jelek Sukar × Sedang Jelek Sukar ×

4 Tinggi Cukup Sedang √ Sedang Jelek Sedang √

5 Sangat

Tinggi Cukup Sukar √* Sedang Jelek Sukar √*

Keterangan:

Var : interpretasi validitas instrumen tes Rea : interpretasi reliabilitas instrumen tes DP : interpretasi daya pembeda tes IK : interpretasi indeks kesukaran tes × : tidak digunakan

√ : digunakan

√* : digunakan dengan perbaikan (tingkat kesukaran dinaikan)

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis dengan melihat kriteria instrumen yang baik berdasarkan tingkat validitas, realibitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, maka peneliti memutuskan untuk memilih empat butir soal kemampuan berpikir kreatif matematis dan empat butir soal kemampuan komunikasi matematis.

(14)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan skala disposisi bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa pada kelas eksperimen setelah memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri model Alberta. Model skala disposisi yang digunakan adalah model skala sikap Likert.

Skala disposisi diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah merekan melaksanakan tes akhir (postes). Komponen-komponen pada angket disposisi memuat lima pilihan jawaba, yaitu; Sering sekali (Ss), Sering (Sr), Kadang-kadang (Kd), Jarang (Jr), dan Jarang sekali (Js). Setiap piilihan jawaban yang mendukung pernyataan disposisi positif diberi skor yaitu; Ss = 5, Sr = 4, Kd = 3, Jr = 2 dan Js = 1, sedangkan pilihan jawaban yang mendukung pernyataan sikap negatif diberi skor yaitu Ss =1, Sr = 2, Kd = 3, Jr = 4 dan Js = 5.

Skala disposisi sebelum digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas isinya dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai kesesuaian antara isi dari isntrumen dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan validasi dari validator, dari 25 butir angket yang diujicobakan, 23 butir dipilih untuk digunakan dalam penelitian.

d) Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang suasana pembelajaran yang terkait dengan aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru berupa daftar dengan lima pilihan dari sering sekali (1) sampai ke jarang sekali (5) yang dilengkapi dengan catatan singkat. Kedua lembar observasi ini harus diisi oleh observer sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung dikelas. Dalam pelaksanaannya, aktivitas observasi ini dibantu oleh dua observer yaitu guru matematika yang berkualifikasi S1 pendidikan matematika.

(15)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan penelitian ini terdiri atas empat bagian, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap pembuatan kesimpulan. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan, yaitu; pengembangan perangkat pembelajaran (Lembar Kerja Siswa) yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, penyusunan instrumen dan uji coba instrumen, revisi perangkat pembelajaran, selanjutnya adalah penentuan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol berdasarkan saran dan usulan atau pertimbangan guru matematika dan kepala sekolah.

2) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif, setelah kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran inkuiri model Alberta dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, masing-masing kelompok diberi postes. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru dengan pertimbangan untuk mengurangi bias terjadinya perbedaan pelakuan pada masing-masing kelompok. Saat pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen, peneiti akan dibantu oleh dua orang observer untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran satu observer dari peneliti dan satu observernya merupakan guru tetap kelas tersebut.

3) Tahap Analisis Data

Setelah pengumpulan data didapatkan pada setiap penelitian, data yang telah diperoleh tersebut dilakukan analisis data dan uji hipotesis.

4) Tahap Kesimpulan

(16)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa soal pretes dan postes, skala, dan lembar observasi.

Analisis data kuantitatif dimaksudkan untuk dapat menganalisis pretes dan postes setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri model Alberta. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa dilakukan secara kuantitatif menggunakan bantuan SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2010, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata skor hasil pretes dan postes. 2. Menghitung Standar Deviasi pretest dan postest.

3. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis menggunakan uji Descriptive Statistics.

4. Menguji homogenitas varians data skor pretes, postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penelaran matematis menggunakan uji Homogeneity

of Variances (Levene Statistic).

5. Jika sebaran data normal dan homogen, akan dilakukan uji perbedaan dua rataan pretes dan postes menggunakan Compare Mean Independent Samples

Test.

6. Bilamana ada data yang berdistribusi tidak normal dan tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik pengganti uji-t yaitu uji Mann-Whitney U-Test atau uji Wilcoxon (Sugiyono, 2009).

7. Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran inkuiri model ALberta antara sebelum dan sesudah pembelajaran yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Gain Ternormalisasi (g) =

(17)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain g  0,7 Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang

g  0,3 Rendah

8. Menguji perbedaan antara dua rataan data gain, dalam hal ini antara data gain kelas eksperimen dan data gain kelas kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t menggunakan Compare Means.

Penentuan skor skala disposisi matematis menggunakan MSI (Method of

Succesive Interval) dengan bantuan program Microsoft Excel 2010 untuk

mengubah data ordinal menjadi data interval. Data skor skala disposisi matematis yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap berikut:

1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan jawaban.

2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap pilihan jawaban.

3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung

proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.

4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban dan setiap pertanyaan.

5) Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai densitas dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standar. 6) Hitung nilai skala/ scale value/ SV untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan sebagai berikut:

7) Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus:

(18)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(19)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rerata skor postes pada kelas inkuiri model Alberta dan konvensional yaitu 9,11 (56,94%) dan 7,49 (46,79%), dari rerata skor postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas inkuiri model Alberta lebih tinggi daripada kelas konvensional. Untuk n-gain kelas inkuiri model Alberta lebih tinggi daripada kelas konvensional yaitu masing-masing 0,36 yang berada dalam kategori sedang dan 0,24 berada dalam kategori rendah.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kategori KAM hanya berlaku pada kategori KAM sedang. Siswa kelas inkuiri model Alberta memperoleh skor n-gain 0,41 sedangkan kelas konvensional 0,23.

3. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rerata skor postes pada kelas inkuiri model Alberta dan konvensional yaitu 10,58 (66,15%) dan 8,27 (51,69%), dari rerata skor postes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas inkuiri model Alberta lebih tinggi daripada kelas konvensional. Untuk n-gain kelas inkuiri model Alberta lebih tinggi daripada kelas konvensional yaitu masing-masing 0,54 yang berada dalam kategori sedang dan 0,30 berada dalam kategori rendah.

(20)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri model Alberta dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau ditinjau berdasarkan kategori KAM hanya berlaku pada kategori KAM sedang, siswa kelas inkuiri model Alberta memperoleh n-gain sebesar 0,55 dan kelas konvensional 0,35.

5. Disposisi matematis berpikir kreatif matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran inkuiri model Alberta tidak berbeda dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

6. a. Terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dengan

kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas inkuiri model Alberta.

b. Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dengan disposisi berpikir kreatif matematis.

7. Kegiatan pembelajaran di kelas yang mempeorleh pembelajaran inkuiri

model Alberta sudah terlaksana dengan baik. Walaupun pada awal pertemuan masih dibutuhkan waktu penyesuaian, akan tetapi pada pertemuan selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.

B. Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan pembelajaran inkuiri model Alberta memberikan pengaruh lebih baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu pembelajaran inkuiri model Alberta sebaiknya dijadikan alternatif pembelajaran dalam tujuan meningkatkan prestasi siswa baik itu kognitif maupun afektif.

(21)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kemampuan matematis yang diteliti pada pembelajaran inkuiri model Alberta kali ini adalah kemmapuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti kemampuan matematis yang lainnya, seperti kemampuan representasi, berfikir kritis dan metakognisi..

(22)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis ... 12 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 12 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 16 3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 18 4. Pembelajaran Inkuiri ... 20 5. Pembelajaran Inkuiri Model Alberta ... 24 B. Teori-Teori Belajar yang Mendukung ... 28 C. Penelitian yang Relevan ... 30 D. Kerangka Berpikir ... 31 E. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 35 B. Popoulasi dan Sampel Penelitian ... 36 C. Definisi Operasional ... 37 D. Instrumen Penelitian ... 38 E. Prosedur Penelitian ... 49 F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(23)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kreatif Matematis ... 64 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67

a. Analisis Data Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 69 b. Analisis Data Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 70 c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 72

3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 76 4. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis dan Komunikasi dengan Disposisi

Berpikir Kreatif Matematis ... 78 a. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Inkuiri Model Alberta ... 78 b. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Inkuiri Model Alberta ... 80 5. Lembar Observasi ... 81

a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Proses

Pembelajaran ... 82 b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses

Pembelajaran ... 83 B. Pembahasan ... 84 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 86 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89 3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 92 4. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi dengan Disposisi Berpikir Kreatif

Matematis ... 93 C. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(24)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat, & Kontrol ... 36 Tabel 3.2 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 38 Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 39 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 40 Tabel 3.5 Koefisien Korelasi ... 43 Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi Matematis ... 43 Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas ... 44 Tabel 3.8 Koefisien Tingkat Kesukaran ... 45 Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis ... 46 Tabel 3.10 Koefisien Daya Pembeda ... 47 Tabel 3.11 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Berpikir Kreatif

dan Komunikasi Matematis ... 47 Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis ... 48 Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi ... 51 Tabel 4.1 Data Rerata Hasil Pretes, Postes/Posskala, dan N-gain

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 57 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 59 Tabel 4.3 Uji Normalitas Rerata Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 60 Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 61 Tabel 4.5 Uji Normalitas Rerata Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 62 Tabel 4.6 Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 63 Tabel 4.7 Rerata dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Berdasarkan KAM ... 64 Tabel 4.8 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 65 Tabel 4.9 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Berdasarkan KAM ... 65 Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68 Tabel 4.11 Uji Normalitas Rerata Pretes Kemampuan Komunikasi

(25)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunikasi Matematis ... 71 Tabel 4.15 Uji Perbedan Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 71 Tabel 4.16 Rerata dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Matematis Siswa

Berdasarkan KAM ... 72 Tabel 4.17 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 73 Tabel 4.18 Uji Homogenitas Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 73 Tabel 4.19 Uji Perbedaan Rerata Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 74 Tabel 4.20 Uji Normalitas Rerata Posskala Disposisi Berpikir Kreatif

Matematis ... 76 Tabel 4.21 Uji Perbedaan Rerata Skor Posskala Disposisi Berpikir

Kreatif Matematis ... 77 Tabel 4.22 Asosiasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Komunikasi

Matematis ... 78 Tabel 4.23 Uji Chi-Square Keammpuan Berpikir Kreatif dengan

Komunikasi Matematis ... 79 Tabel 4.24 Uji Koefisien Kontigensi Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis ... 79 Tabel 4.25 Asosiasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi

Berpikir Kreatif Matematis ... 80 Tabel 4.26 Uji Chi-Square Kemampuan Berpikir Kreatif dengan

Komunikasi Matematis ... 80 Tabel 4.27 Uji Koefisien Kontigensi Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis ... 81 Tabel 4.28 Rerata N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 87 Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Siswa ... 88 Tabel 4.30 Rerata N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Berdasarkan Kategori KAM ... 90 Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

(26)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(27)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika

Oleh

Muhammad Rizal Usman NIM 1201565

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

(28)
(29)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta disposisi berpikir kreatif matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis adalah pembelajaran inkuiri model Alberta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis serta disposisi berpikir kreatif matematis sebagai akibat dari pembelajaran Inkuiri model Alberta. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang menerapkan dua model pembelajaran yaitu inkuiri model Alberta dan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah salah satu SMP Negeri di kota Bandung, sekolah ini berjarak 3 km dari pusat kota (Gedung Sate). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive

sampling, dan diperoleh kelas VII D dan VII E. Untuk kepentingan analisis

masing-masing kelas penelitian dikategorikan menurut kemampuan awal matematis (KAM; tinggi, sedang, rendah). Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi, skala disposisi berpikir kreatif matematis dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t, uji

Mann-Whitney, dan analisis deskriptif. Analisis data ditinjau berdasarkan data

keseluruhan dan kategori KAM. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan: 1) pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); 3) pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 4) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta dan pembelajaran konvensional berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); 5) Disposisi berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 6) Terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan komunikasi matematis siswa, namun antara kemampuan dengan disposisi berpikir kreatif matematis siswa tidak terdapat asosiasi.

Kata Kunci: Inkuiri Model Alberta, Kemampuan Berpikir Kreatif dan

(30)

ABSTRACT

This research is motivated by the results of previous studies showing that the ability of creative thinking and creative thinking of communication as well as students' mathematical disposition is not as expected. One of the models of learning that can be applied to improve the ability of creative thinking and mathematical communication is inquiry learning model of Alberta. The purpose of this study was to determine the increase in the ability of creative thinking and mathematical communication and mathematical creative thinking disposition as a result of the inquiry learning model of Alberta. This is a quasi-experimental study that implements two models of inquiry learning model, namely Alberta and conventional learning. The population in this study is one of the Junior High School in the city, this school is 3 km from the city center (Gedung Sate). Sampling was done by purposive sampling, and obtained class VII VII D and E. For the purposes of analysis of each class of research categorized according to early mathematical ability (high, medium, low). The research instrument used was a test of creative thinking skills and communication, creative thinking disposition scale mathematical and observation sheets. Data were analyzed using t-test, Mann-Whitney test, and descriptive analysis. Data analysis and reviewed based on the overall data category. Based on these results it is concluded: 1) the achievement and improvement of mathematical creative thinking abilities of students who received inquiry learning model of Alberta better than students who received conventional learning; 2) there are differences in improvement of creative thinking ability of students who obtain a mathematical model of Alberta inquiry learning and the learning of students who received conventional by category (high, medium, low); 3) the achievement and improvement of communication skills that students acquire mathematical model of inquiry learning Alberta better than students who received conventional learning; 4) there is a difference in the increase in communication skills students acquire mathematical model of inquiry learning and conventional learning Alberta by category (high, medium, low); 5) Disposition of creative thinking of students who obtain a mathematical model of inquiry learning Alberta better than students who received conventional learning; 6) There is an association between the ability to think creatively with students 'mathematical communication skills, but the ability of the students' mathematical dispositions creative thinking there is no association.

Keywords: Inquiry Model Alberta, Creative Thinking and Communication

(31)

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta” ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam etika keilmuan yang berlaku dalam dunia akademis. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014

Yang membuat pernyataan,

(32)

rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta ini tepat pada waktunya.

Penelitian tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelas Magister Pendidikan Matematika. Ucapan terima kasih yang tak terkira kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga semua kebaikannya menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti sangat berlapang dada untuk menerima segala kritik ddan saran yang membangun untuk perbaikan pada karya selanjutnya. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua informasi yang ada pada tesis ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak dan bagi dunia pendidikan matematika pada umumnya, Aamiin.

Bandung, Juli 2014

(33)

dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Terselesaikannya tesis ini pun tidak terlepas dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Utari Sumarmo sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, pertunjuk dan motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis.

2. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan juga sebagai dosen pembimbing yang terlah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

3. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika SPS UPI yang telah memberikan banyak pengalaman, keteladanan, mengajarkan pengetahuan-pengetahuan baru yang sangat bermanfaat bagi penulis.

4. Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMP Negeri 27 Bandung. 5. Siswa kelas VIID dan VIIE SMP Negeri 27 Bandung T.A 2013/2014.

6. Ibu dan Ayah, serta adik-adik saya (Risma, Riswan, Rijal, Rival dan Rian) yang tiada henti-hentinya memanjatkan doa untuk keberhasilan penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Mudah-mudahan bimbingan, bantuan, dan keMudah-mudahan dari semua pihak mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

Hanya pada Allah saja kembalinya segala sesuatu. Penulis hanya mampu mengucapkan alhamdulillah jazaakumullahu khairan katsira, semoga kebaikan yang telah dicurahkan menjadi nilai amal di sisi Allah SWT, Amin.

Bandung, Juli 201

(34)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis ... 12 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 12 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 16 3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 18 4. Pembelajaran Inkuiri ... 20 5. Pembelajaran Inkuiri Model Alberta ... 24 B. Teori-Teori Belajar yang Mendukung ... 28 C. Penelitian yang Relevan ... 30 D. Kerangka Berpikir ... 31 E. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 35 B. Popoulasi dan Sampel Penelitian ... 36 C. Definisi Operasional ... 37 D. Instrumen Penelitian ... 38 E. Prosedur Penelitian ... 49 F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 50

(35)

b. Analisis Data Postes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 62 c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 64 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67

a. Analisis Data Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 69 b. Analisis Data Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 70 c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 72

3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 76 4. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis dan Komunikasi dengan Disposisi

Berpikir Kreatif Matematis ... 78 a. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Inkuiri Model Alberta ... 78 b. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Inkuiri Model Alberta ... 80 5. Lembar Observasi ... 81

a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Proses

Pembelajaran ... 82 b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses

Pembelajaran ... 83 B. Pembahasan ... 84 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 86 2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89 3. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 92 4. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi dengan Disposisi Berpikir Kreatif

Matematis ... 93 C. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(36)

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat, & Kontrol ... 36 Tabel 3.2 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 38 Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 39 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 40 Tabel 3.5 Koefisien Korelasi ... 43 Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi Matematis ... 43 Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas ... 44 Tabel 3.8 Koefisien Tingkat Kesukaran ... 45 Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis ... 46 Tabel 3.10 Koefisien Daya Pembeda ... 47 Tabel 3.11 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Berpikir Kreatif

dan Komunikasi Matematis ... 47 Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis ... 48 Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi ... 51 Tabel 4.1 Data Rerata Hasil Pretes, Postes/Posskala, dan N-gain

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 57 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 59 Tabel 4.3 Uji Normalitas Rerata Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 60 Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 61 Tabel 4.5 Uji Normalitas Rerata Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 62 Tabel 4.6 Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 63 Tabel 4.7 Rerata dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Berdasarkan KAM ... 64 Tabel 4.8 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 65 Tabel 4.9 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Berdasarkan KAM ... 65 Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68 Tabel 4.11 Uji Normalitas Rerata Pretes Kemampuan Komunikasi

[image:36.595.140.503.166.750.2]
(37)

Tabel 4.15 Uji Perbedan Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71 Tabel 4.16 Rerata dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Matematis Siswa

Berdasarkan KAM ... 72 Tabel 4.17 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 73 Tabel 4.18 Uji Homogenitas Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 73 Tabel 4.19 Uji Perbedaan Rerata Skor N-gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 74 Tabel 4.20 Uji Normalitas Rerata Posskala Disposisi Berpikir Kreatif

Matematis ... 76 Tabel 4.21 Uji Perbedaan Rerata Skor Posskala Disposisi Berpikir

Kreatif Matematis ... 77 Tabel 4.22 Asosiasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Komunikasi

Matematis ... 78 Tabel 4.23 Uji Chi-Square Keammpuan Berpikir Kreatif dengan

Komunikasi Matematis ... 79 Tabel 4.24 Uji Koefisien Kontigensi Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis ... 79 Tabel 4.25 Asosiasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi

Berpikir Kreatif Matematis ... 80 Tabel 4.26 Uji Chi-Square Kemampuan Berpikir Kreatif dengan

Komunikasi Matematis ... 80 Tabel 4.27 Uji Koefisien Kontigensi Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Komunikasi Matematis ... 81 Tabel 4.28 Rerata N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 87 Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Siswa ... 88 Tabel 4.30 Rerata N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Berdasarkan Kategori KAM ... 90 Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

(38)
(39)

A-2 LKS ... 130 A-3 Kisi-Kisi dan Soal Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi Matematis ... 196 A-4 Kisi dan Soal Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 203 A-5 Soal Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 207 A-6 Lembar Observasi ... 210

Lampiran B

Lampiran B-1 Analisis Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 214 B-2 Analisis Hasil Uji Coba Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 224

Lampiran C

Lampiran C-1 Data Terurut KAM ... 230 C-2 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes ... 231 C-3 Data N-gain ... 235 C-4 Rekapitulasi Asosiasi ... 239

Lampiran D

Lampiran D-1 Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 240 D-2 Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 247 D-3 Analisis Data Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 253 D-4 Analisis Asosiasi ... 254 D-5 Pengolahan Data Aktivitas Guru dan Siswa ... 256

Lampiran E

(40)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta disposisi berpikir kreatif matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis adalah pembelajaran inkuiri model Alberta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis serta disposisi berpikir kreatif matematis sebagai akibat dari pembelajaran Inkuiri model Alberta. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang menerapkan dua model pembelajaran yaitu inkuiri model Alberta dan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah salah satu SMP Negeri di kota Bandung, sekolah ini berjarak 3 km dari pusat kota (Gedung Sate). Pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling, dan diperoleh kelas VII D dan VII E. Untuk kepentingan analisis

masing-masing kelas penelitian dikategorikan menurut kemampuan awal matematis (KAM; tinggi, sedang, rendah). Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi, skala disposisi berpikir kreatif matematis dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t, uji Mann-Whitney, dan analisis deskriptif. Analisis data ditinjau berdasarkan data keseluruhan dan kategori KAM. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan: 1) pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); 3) pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 4) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta dan pembelajaran konvensional berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); 5) Disposisi berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 6) Terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan komunikasi matematis siswa, namun antara kemampuan dengan disposisi berpikir kreatif matematis siswa tidak terdapat asosiasi.

Kata Kunci: Inkuiri Model Alberta, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis,

(41)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alberta L. (2002). Mathematics Preparation 10 Programs of Studies. Edmonton,

AB: Alberta Learning.

Online .

Tersedia:

http://www.learning.gov.ab.ac/k_12/curriculum/bySubject/math/mathprep 10.pdf.

12Agustus2013

.

Alberta L. (2004) focus On Inquiry: A Teacher’s Guided to Implementing

Inquiry-based Learning.

Online .

Tersedia:

http://www.education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf.

12Agustus2013

Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.

Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Apiati, V. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Melalui Metode Inkuiri Model Alberta. Tesis.

PPS UPI: Tidak diterbitkan.

APMI. (2014). Jurnal Pendidikan Matematika: Sigma Didaktika Volu,e 3, Nomor

1. UPI Bandung.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arwana, I. M. (2005). Meningkatkan Kemampuan Membuat Pembuktian dalam

Aljabar Abstrak melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS.

Disertasi. SPS UPI: Tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Craft, A. (2001). An Analysis Of Research And Literature On Creativity

Education.

Online .Tersedia:

http://www.euvonal.hu/images/creativity_report.pdf.

23Oktober 2013

.

Ennis, R. H. 1987. A Taxonomy of Critical Thinking Dispositions and Abilities

dalam Teaching Thinking Skills: tehory and Practice; eds. Joan Boykoff

baron and Robert J. Sternberg. Freeman.

Gani, R. A. (2007). Pengaruh Pembelajaran Metode Inkuiri Model Alberta

(42)

Muhammad Rizal Usman, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Telling.

Online .

Tersedia:

www.sophia.ac.jp/syllabus/2012/09/.../The%20Socratic%20Method.pdf.

30Oktober 2013

Hadi, S. (2012). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika melalui Model

Think Talk Write (TTW) Peserta Didik SMPN 1 Manyar Gresik. Elektronik

Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang.

Online

.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/penmath/article/viewFile/611/633ummscient ificjournal.pdf.

19Desember 2013

.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. of

Physics, Indiana University. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.du/~sdi/AnaizyngChange-Gain.pdf [19 Maret 2013].

Hendrayana, A. (2008). Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Matematika. Tesis. SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Hendriana. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. <

Gambar

Tabel 3.2 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM
Tabel 3.3  Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 3.5  Koefisien Korelasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

1 1 1.1.1 Kejelasan, kerealistikan, dan keterkaitan antar visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi.. 2 2 1.1.2 Sasaran dan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana.

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,.

Model PjBL dapat meningkatkan keaktifan peserta didik terbukti dengan nilai afektif kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol.. Nilai psikomotor peserta didik yang

Berdasarkan situasi di atas, rancang satu eksperimen makmal untuk menyiasat kesan kepekatan larutan natrium klorida terhadap hasil yang terbentuk di anod

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya