iv
ABSTRAK
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
Albert Yap, 2013,
Pembimbing I: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing II: Lisawati Sadeli, dr., M.Kes
Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah untuk pasien DM, bahan pemeriksaan darah kapiler sering digunakan daripada darah vena. Walaupun demikian penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa tentunya akan memiliki hasil yang berbeda daripada darah vena. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar gula pada darah kapiler dibandingkan darah vena dengan glukometer pada pasien DM.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional dengan subjek 30 penderita DM dengan kadar glukosa darah >140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang diukur merupakan kadar glukosa darah sewaktu pada darah kapiler dan vena menggunakan glukometer. Kesesuaian kedua hasil pemeriksaan tersebut diuji dengan uji t berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil Kadar glukosa darah kapiler berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl, kadar glukosa darah vena berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl. Perbedaan rerata keduanya sebesar 2,60 mg/dl mg/dl dengan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05).
Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
v
ABSTRACT
THE COMPARABILITY OF CAPILLARY BLOOD GLUCOSE
LEVEL TO VENOUS BLOOD GLUCOSE LEVEL USING
GLUCOMETER IN DIABETES MELLITUS PATIENT
Albert Yap, 2013
1st Tutor : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK 2nd Tutor : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes
Backgrounds Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action, or both. Capillary blood is more often used than venous blood in testing blood glucose level for DM patient. Nevertheless, by using capillary blood instead of venous blood as test sample, it varies the test result. Therefore the purpose of this research is to compare the blood glucose levels in capillary blood and venous blood, as determined by a glucometer, in DM patient.
Methods A quantitative study with a cross-sectional design analysis is used in this research and is complemented by observational studies. The subjects of this research consist of 30 DM patient with glucose level >140 mg/dl .Both capillary and venous random blood glucose levels were measured using glucose meter. The measurements were statistically analyzed using paired t-test (α=0.05).
Results The mean random glucose level in capillary blood was 250.80 mg/dl and varies between 142-476 mg/dl. The mean random glucose level in venous blood was 248.20 mg/dl and varies between 153-492 mg/dl. The mean difference in glucose level between the capillary and venous sample was 2.60 mg/dl. The mean difference was statistically not significant (p>0.05).
Conclusion There is no difference between blood glucose level in capillary blood and venous blood.
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuluh Darah ... 5
2.1.1 Pembuluh Darah ... 5
2.1.2 Histologi Pembuluh Darah ... 5
2.1.3 Faal Pembuluh Darah ... 6
2.2 Karbohidrat ... 7
2.3 Glukosa ... 9
2.3.1 Peran Biomedis Glukosa ... 9
ix
2.3.2 Pengaturan Kadar Glukosa Darah ... 11
2.4 Diabetes Melitus... 12
2.4.1 Klasifikasi ... 13
2.4.2 Kriteria Diagnosis... 14
2.5 Pemeriksaan Kadar glukosa darah ... 15
2.5.1 Metode Pemeriksaan Kadar glukosa darah ... 15
2.5.2 Metode glucose oxidase Biosensor pada Glukometer ... 16
` 2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan ... 18
2.5.4 Keakuratan Glukometer ... 19
2.6 Kadar Glukosa Darah pada Arteri , Kapiler dan Vena... 20
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 23
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23
3.1.2 Subjek Penelitian ... 23
3.1.3 Besar Sampel Penelitian ... 23
3.2 Metode Penelitian... 24
3.2.1 Desain Peneitian ... 24
3.2.2 Data yang Diukur ... 24
3.3 Definisi Operasional Penelitian... 24
3.4 Prosedur Kerja... .... ...24
3.4.1 Persiapan Pemeriksaan... ... ...24
3.4.2 Pengumpulan Bahan Pemeriksaan... ...25
3.4.3 Prosedur Pemeriksaan... ... ...25
3.5 Analisis Data...26
3.5.1 Hipotesis Statistik...26
3.5.2 Kriteria uji...26
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian...26
3.7 Alur Penelitian ... 27
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 29
4.2 Uji Hipotesis... 30
4.3 Pembahasan... ... 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
LAMPIRAN ... 35
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang berpotensi menggangu hasil test glukometer ... 19
Tabel 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Orang Percobaan Menggunakan
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Histologi Pembuluh Darah ... 6
Gambar 2.2 Struktur kimia Glukosa ... 9
Gambar 2.3 Reaksi Glucose Oxidase ... 16
Gambar 2.4 Reaksi Hexokinase ... 16
Gambar 2.5 Glukometer ... 17
Gambar 2.6 Prinsip Metode Glucose Oxidase Biosensor ... 18
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Hasil Uji Perhitungan Statistik ... 35
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian ... 36
Lampiran 3. Surat Keputusan Komisi Etik ... 37
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan segala sesuatu
menjadi lebih mudah dan cepat sehingga terjadi perubahan gaya hidup menjadi
sedentary lifestyles. Sedentary lifestyles menyebabkan banyak bermunculan
penderita penyakit metabolik, salah satunya Diabetes Melitus (DM). DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya (ADA , 2010).
Berdasarkan penelitian prevalensi DM tahun 2004 oleh World Health
Organization (WHO), penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta
orang dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 366 juta orang pada
tahun 2030. Di Indonesia sendiri telah diprediksi oleh WHO bahwa terjadi
kenaikan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 (wild et al., 2004).
DM dapat dikontrol dengan selalu menjaga kadar glukosa darah pada kadar
normal. Hal ini dapat dicapai dengan edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani,
dan intervensi farmakologis. Keberhasilan terapi DM dapat diketahui bila kadar
glukosa darah normal. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penderita DM
dapat memantau kadar glukosa darah demi mengetahui keberhasilan terapi dengan
menggunakan alat glukometer (PERKENI, 2011).
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode
berupa hexokinase, glucose oxidase serta glucose dehydrogenase. Metode
hexokinase, yang merupakan gold standard pemeriksaan kadar glukosa darah,
menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering dilakukan di
laboratorium. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode
glucose oxidase digunakan bahan pemeriksaan berupa darah kapiler dan sering
diterapkan pada alat glukometer yaitu alat pemeriksaan kadar glukosa darah yang
2
memudahkan pasien DM dalam mengontrol kadar glukosa darah mereka setiap
saat. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan pasien karena lebih mudah
diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga
lebih sedikit (PERKENI, 2011).
Darah kapiler berupa whole blood juga sering digunakan sebagai home
monitoring dan near patient monitoring devices. Masih banyak klinisi yang
menggunakan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan penunjang kadar glukosa
darah dengan tujuan untuk mendiagnosis hipoglikemi, normoglikemi,
hiperglikemi, dan memantau terapi. Penggunaan darah kapiler sebagai bahan
pemeriksaan untuk mendiagnosis intoleransi glukosa masih diperdebatkan
dikarenakan perbedaan nilai yang bervariasi dengan kadar glukosa darah vena
yang merupakan gold standard. Penelitian yang dilakukan oleh Marta Stahl et al.
(tahun 1997) merekomendasikan penggunaan darah kapiler dalam bedside test
hanya untuk mendiagnosis hipoglikemi ataupun hiperglikemia parah dan
memonitor kadar glukosa darah >5mmol/L (90 mg/dl) pada pasien DM (Stahl M,
1997). Berdasarkan alasan di atas, penulis ingin mengetahui perbandingan kadar
glukosa darah pada darah kapiler dengan darah vena pada pasien DM.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah kadar glukosa darah kapiler berbeda dengan kadar glukosa darah vena
pada penderita DM.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah perbandingan kadar glukosa darah pada darah
kapiler lebih tinggi daripada darah vena pada pasien DM.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1Manfaat Akademis
Manfaat akademis penelitian ini adalah menambah pengetahuan mengenai
rentang perbedaan kadar gula darah pada darah kapiler dibandingkan darah vena
3
1.4.2Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah menanambah pengetahuan mengenai
penggunaan darah kapiler sebgagi bahan pemeriksaan pengganti darah vena
dalam mengukur kadar glukosa darah sewaktu pada penderita DM.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1Kerangka Pemikiran
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya (ADA, 2010).
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Penggunaan whole blood kapiler atau vena memiliki angka kriteria diagnostik yang berbeda. Pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler dengan glukometer (PERKENI, 2011).
Darah kapiler hampir sama dengan darah arteri karena kadar glukosa dan
oksigennya yang lebih mirip dengan darah arteri dibandingkan dengan darah vena
(Somogyi, 1948; Rasaiah, 1985). Glukosa akan berdifusi melalui kapiler agar
dapat digunakan oleh sel tubuh sehingga kadar glukosa darah arteri yang
merupakan sumber kapiler seharusnya lebih tinggi daripada vena (Sacks, 2006).
Selama berpuasa, kadar glukosa darah kapiler hanya 2 hingga 5 mg/dL lebih
tinggi dibanding kadar glukosa darah vena. Setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
kadar glukosa darah kapiler 20 hingga 70 mg/dl ( rata-rata 30 mg/dL) lebih tinggi
dibanding kadar glukosa darah vena (Larsson-Cohn, 1976).
Dengan demikian, peneliti berpendapat pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu kapiler juga akan memberikan nilai lebih tinggi dibandingkan kadar
4
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Kadar glukosa darah sewaktu kapiler lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa
32
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Kadar glukosa darah kapiler dan kadar glukosa darah vena memiliki
perbedaan yang tidak signifikan.
5.2. Saran
Darah kapiler mungkin dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan kadar
glukosa, misalnya pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan darah
vena, bayi atau keadaan emergensi dengan hiperglikemi, demi mendapatkan
diagnosis yang dini dan cepat ,karena tidak perlu melakukan phlebotomy dan
pengelolaan darah sebagai bahan pemeriksaan.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah
kapiler dengan vena pada penderita hipoglikemia dan bayi serta pasien-pasien
emergensi.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada pemeriksaan glukosa darah puasa dan TTGO pada
38
RIWAYAT HIDUP
Nama : Albert Yap
NRP : 1010143
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 27 Agustus 1993
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kopo Permai III blok 49A No.17, Bandung, Jawa
Barat
Riwayat Pendidikan :
1998-1999 TKK Kalam Kudus , Bandung
1999-2005 SDK Kalam Kudus , Bandung
2005-2008 SMPK 1 BPK Penabur , Bandung
2008-2010 SMAK 1 BPK Penabur , Bandung
2010-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN
GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
Albert Yap1, Christine Sugiarto2, Lisawati Sadeli2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
2. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah untuk pasien DM, bahan pemeriksaan darah kapiler sering digunakan daripada darah vena. Walaupun demikian penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa tentunya akan memiliki hasil yang berbeda daripada darah vena. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar gula pada darah kapiler dibandingkan darah vena dengan glukometer pada pasien DM.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional dengan subjek 30 penderita DM dengan kadar glukosa darah >140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang diukur merupakan kadar glukosa darah sewaktu pada darah kapiler dan vena menggunakan glukometer. Kesesuaian kedua hasil pemeriksaan tersebut diuji dengan uji t berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil Kadar glukosa darah kapiler berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl, kadar glukosa darah vena berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl. Perbedaan rerata keduanya sebesar 2,60 mg/dl mg/dl dengan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05).
Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
THE COMPARABILITY OF CAPILLARY BLOOD GLUCOSE LEVEL TO VENOUS BLOOD GLUCOSE LEVEL USING GLUCOMETER IN
DIABETES MELLITUS PATIENT
Albert Yap1, Christine Sugiarto2, Lisawati Sadeli2
1. Faculty of Medicine, Maranatha Christian University, Bandung 2. Department of Clinical Pathology, Maranatha Christian University, Bandung
Faculty of Medicine, Maranatha Christian University Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRACT
Backgrounds Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action, or both. Capillary blood is more often used than venous blood in testing blood glucose level for DM patient. Nevertheless, by using capillary blood instead of venous blood as test sample, it varies the test result. Therefore the purpose of this research is to compare the blood glucose levels in capillary blood and venous blood, as determined by a glucometer, in DM patient.
Methods A quantitative study with a cross-sectional design analysis is used in this research and is complemented by observational studies. The subjects of this research consist of 30 DM patient with glucose level >140 mg/dl .Both capillary and venous random blood glucose levels were measured using glucose meter. The measurements were statistically analyzed using paired t-test (α=0.05).
Results The mean random glucose level in capillary blood was 250.80 mg/dl and varies between 142-476 mg/dl. The mean random glucose level in venous blood was 248.20 mg/dl and varies between 153-492 mg/dl. The mean difference in glucose level between the capillary and venous sample was 2.60 mg/dl. The mean difference was statistically not significant (p>0.05). Conclusion There is no difference between blood glucose level in capillary blood and venous blood.
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM)
merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (1). Berdasarkan penelitian
prevalensi DM tahun 2004 oleh
World Health Organization (WHO),
penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta orang dan
diperkirakan jumlahnya akan
meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri telah diprediksi oleh WHO bahwa terjadi kenaikan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (2).
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penderita DM dapat memantau kadar glukosa darah
demi mengetahui keberhasilan
terapi dengan menggunakan alat glukometer (3).
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode berupa hexokinase,
glucose oxidase serta glucose
dehydrogenase. Metode hexokinase,
yang merupakan gold standard
pemeriksaan kadar glukosa darah, menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering dilakukan di laboratorium. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah
menggunakan metode glucose oxidase
digunakan bahan pemeriksaan
berupa darah kapiler dan sering diterapkan pada alat glukometer
yaitu alat pemeriksaan kadar
glukosa darah yang biasa dipakai di rumah. Penggunaan darah kapiler pada alat glukometer ini lebih memudahkan pasien DM dalam mengontrol kadar glukosa darah
mereka setiap saat. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan pasien karena lebih mudah diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga lebih sedikit (3).
Darah kapiler berupa whole
blood juga sering digunakan sebagai
home monitoring dan near patient
monitoring devices. Masih banyak
klinisi yang menggunakan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah dengan tujuan untuk mendiagnosis
hipoglikemi, normoglikemi,
hiperglikemi, dan memantau terapi. Penggunaan darah kapiler sebagai
bahan pemeriksaan untuk
mendiagnosis intoleransi glukosa masih diperdebatkan dikarenakan perbedaan nilai yang bervariasi dengan kadar glukosa darah vena. Penggunaan darah kapiler dalam
bedside test direkomendasikan
hanya untuk mendiagnosis
hipoglikemi ataupun hiperglikemia parah dan memonitor kadar glukosa darah >5mmol/L (90 mg/dl) pada pasien DM (4). Berdasarkan alasan di
atas, penulis ingin mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler dengan darah vena pada pasien DM.
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui apakah
perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler lebih tinggi daripada darah vena pada pasien DM.
ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan rancangan cross-sectional.
darah sewaktu kapiler dan vena
menggunakan uji “t” berpasangan dengan α=0,05.
Lakukan pengambilan sampel
darah kapiler dilakukan pada ujung jari kedua atau ketiga
atau keempat subjek
penelitian.
Lakukan pengambilan sampel
darah vena dilakukan pada
vena brachialis subjek
penelitian.
Prosedur pemeriksaan
menggunakan alat glukometer
dengan sampel berupa darah kapiler dan darah vena. Langkah–langkah prosedur pemeriksaan:
Ambil satu strip dari tabung. Segera tutup kembali tabung. Pastikan kode angka yang
terdapat pada strip sama dengan kode yang tertera pada tabungnya
Masukkan strip ke dalam slot
yang terdapat pada alat
pengukur glukometer.
Kemudian alat tersebut akan menampilkan kode strip.
Ketika pada layar alat
pengukur tampak gambar
tetesan darah segera teteskan darah kapiler subjek penelitian ke bagian target dari strip. Darah akan terserap sehingga akan timbul warna merah pada daerah target.
Hasil pemeriksaan akan
tampak segera setelah 10 detik.
Jika sudah selesai cabut strip
perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah
vena menggunakan glukometer
pada penderita DM, dilakukan pada 30 orang percobaan dengan hasil rerata pada kadar glukosa kapiler
dan vena serta hasil uji “t”
Kadar glukosa darah kapiler
orang percobaan yang diukur
menggunakan glukometer berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl. Kadar glukosa darah vena orang percobaan berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl yang berarti rerata kadar glukosa darah kapiler subjek lebih besar daripada kadar glukosa darah vena dengan perbedaan
sebesar 2,60 mg/dl dan
perbandingan Kapiler/Vena sebesar
1,01 . Dengan menggunakan uji “t”
berpasangan didapatkan nilai t hitung = 0,678 dengan nilai p = 0,503.Hal ini berarti perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena berbeda tidak nyata (p>0,05).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara darah kapiler dan darah vena. Hal ini mungkin dapat dikarenakan adanya faktor-faktor pengganggu terhadap glukometer itu sendiri. Faktor-faktor yang mungkin terjadi pada penelitian ini adalah :
Kesalahan operasional.
Pada saat pengambilan sampel
darah kapiler mungkin terjadi
pemerasan pada ujung jari sehingga
terjadi ‘milking’. Hal ini tentunya
akan menyebabkan terjadinya
hemodilusi oleh cairan jaringan serta adanya hemolisis dari sampel darah. Hal ini dapat memberikan hasil yang lebih rendah dari yang semestinya (5).
Perbedaan kadar oksigen kapiler dan vena
Metode pemeriksaan glukometer
merupakan metode enzimatik
menggunakan enzim glucose
oxidase, oksigen pada metode
merupakan kompetitor terhadap reaksi yang berlangsung antar
glucose oxidase dengan glukosa
darah, sehingga apabila kadar
oksigen darah lebih rendah, dapat
menyebabkan pembacaan kadar
glukosa darah yang lebih tinggi. Hal ini terjadi pada darah vena, darah vena memiliki saturasi O2 yang lebih
rendah dibanding darah kapiler, oleh karena itu hasil pembacaan darah vena akan memiliki nilai yang lebih besar dari yang semestinya. Sehingga selisih atau perbedaan kadar glukosa darah kapiler dengan vena menjadi lebih rendah (6).
Rendahnya aliran darah pada
ujung jari.
Perbedaan kadar glukosa darah ini juga mungkin dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah, pembuluh darah perifer atau pada penelitian ini kapiler permukaan, akan mengalami vasokonstriksi serta terjadi penurunan aliran darah (7).
Penurunan aliran darah pada kapiler menyebabkan stasis aliran darah,
konsumsi glukosa pada darah
kapiler meningkat seiring dengan
penurunan aliran darah pada
kapiler. Hal ini akan menyebabkan hasil pengukuran kadar glukosa darah kapiler yang lebih rendah .
Kadar insulin yang rendah pada penderita DM.
Subjek penelitian merupakan
orang DM dengan kadar glukosa
tinggi (>140 mg/dl). Subjek
penelitian memiliki DM yang tidak terkontrol, sehingga terjadi kadar insulin yang rendah dan kadar glukosa yang darah yang tinggi. Kadar insulin yang rendah atau tidak adekuatnya kerja insulin
glukosa darah kapiler dan darah vena yang rendah dan dengan
adanya insulin memberikan
perbedaan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ambilan glukosa oleh
jaringan bergantung pada
sensitivitas jaringan terhadap insulin dan kadar insulin yang bersirkulasi di dalam darah (8).
SIMPULAN
Kadar glukosa darah kapiler dan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
SARAN
Darah kapiler mungkin dapat
digunakan sebagai bahan
pemeriksaan kadar glukosa,
misalnya pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan darah vena, bayi atau keadaan emergensi
dengan hiperglikemi, demi
mendapatkan diagnosis yang dini dan cepat ,karena tidak perlu
melakukan phlebotomy dan
pengelolaan darah sebagai bahan pemeriksaan.
Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk membandingkan
kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada penderita hipoglikemia
dan bayi serta pasien-pasien
emergensi.
Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk membandingkan
kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada pemeriksaan glukosa darah puasa dan TTGO pada penderita diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association.
2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.
2. Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047– 1053.
3. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2011. Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe2 di
Indonesia. Jakarta.
4. Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose
testing in general practitioners’
offices improves quality. Clin Chem(43), 1926-1931.
5. Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review
of Technical Challenges to
Obtaining Accurate Results.
Journal of Diabetes Science and Technology, July, 3(4): 971–980. 6. Gutman ,S. January 21, 1998.
Review criteria for Assessment of
portable invasive glucose
monitoring in vitro diagnostic
devices which use glucose
oxidase, dehydrogenase or
hexokinase methodology. FDA document.
7. Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and
capillary blood glucose
measurements in normal man
during hyperinsulinaemic
euglycaemia and hypoglycaemia. Diabetologia , 35:287-290.
8. Somogyi, M. 1948. Studies of
Arteriovenous Differences in
Blood Sugar ; Effect of
Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose
Assimilation. The Journal of
33
DAFTAR PUSTAKA
ACON Diabetes Care United States. 2013. Retrieved August 9, 2013, from On
Call Plus:
http://www.us.acondiabetescare.com/portals/0/Images/On-Call_Plus.jpg.
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.
Atkin SH, Dasmahapara A, Jaker MA et al. 1991.Fingerstick glucose
determination in shock. Ann Intern Med ;114:1020-1024.
Bender, D. A. 2009. Carbohydrates of Physiologic Significance. In R. K. Murray,
V. W. Rodwell, K. M. Botham, P. J. Kennelly, P. A. Weil, & D. A.
Bender, Harper's Illustrated Biochemistry (28th Edition ed., pp. 113-120).
Mc Graw Hill.
Burtis, C. A., Ashwood, E. R., & Burns, D. E. 2008. Tietz Fundamental of
Clinical Chemistry. Philadelphia: Saunders.
D'Orazio, P., & Meyerhoff, M. E. 2006. Electrochemistry and Chemical Sensors.
In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E. Bruns, TIETZ Textbook of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics (4th Edition ed., pp.
93-120). USA: Elsevier Saunders.
Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010. Gray's Anatomy for Students.
Philadelphia: Churchill Livingstone.
Diabetes Health. 2012. Retrieved Januari 10, 2012. Blood Glucose Meter.
http://www.diabeteshealth.com/browse/products/meters/.
Eriksson KF, F. G. 1983. Capillary-venous differences in blood glucose values
during the oral glucose tolerance test. Clin Chem 29(5), 993.
Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. 2006. Color textbook of histology 3rd ed.
Philadelphia: Saunders.
Gutman ,S. January 21, 1998. Review criteria for Assessment of portable invasive
glucose monitoring in vitro diagnostic devices which use glucose oxidase,
34
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Textbook of medical physiology 11th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.
Henry, J. B. 2001. Clinical diagnosis and Management by Laboratory Methods
(20th ed.). Philadelphia: Saunders.
Larsson-Cohn. 1976. Differences Between Capillary and Venous blood glucose
during oral glucose tolerance tests. Scand J Clin Lab Invest(36), 805-808.
Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and capillary blood
glucose measurements in normal man during hyperinsulinaemic
euglycaemia and hypoglycaemia. Diabetologia , 35:287-290.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta.
Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In A. W.
Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam (p. 1880). Jakarta: Interna Publishing.
Sacks, D. B. 2006. Carbohydrates. In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E.
Bruns, TIETZ Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics
(4th Edition ed., pp. 837-901). USA: Elsevier Saunders.
Sanford, K. W., & McPherson, R. A. 2011. Preanalysis. In R. A. McPherson, &
M. R. Pincus, Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods (22nd Edition ed., pp. 24-36). Saunders Elsevier.
Somogyi, M. 1948. Studies of Arteriovenous Differences in Blood Sugar ; Effect of Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose Assimilation. The Journal of Biological Chemistry, 174, 189-200.
Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose testing in general
practitioners’ offices improves quality. Clin Chem(43), 1926-1931.
Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review of Technical Challenges to Obtaining Accurate Results. Journal of Diabetes Science and Technology, July, 3(4): 971–980.
WHO. 2013. Retrieved August 23, 2013, from http://www.who.int/diabetes/en/. Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of
Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047–1053.
Worthington Biochem. Retrieved November 12, 2013,from worthington-biochem: http://www.worthington-biochem.com/GOP/images/reactionOxidation.jpg Whitney E. N., R. S. 2002. Understanding Nutrition (9th ed.). Belmont, USA: