ABSTRAK
Museum Sepeda masih merupakan suatu hal yang baru di Indonesia. Pada kesempatan
kali ini, akan di perkenalkan fasilitas Museum Sepeda, dimana pengunjung dapat memperoleh
pengalaman baru di mana pengunjung akan dapat berinteraksi secara langsung dengan museum
dan mendapatkan suatu pengalaman yang edukatif sekaligus rekreatif ketika mengunjungi
museum sepeda.
Pada projek museum sepeda ini, akan dirancang sebuah fasilitas museum sepeda dengan
konsep roda, yang memiliki sifat berulang sehingga pada penerapannya akan terlihat pada
bentukan ruang, dan akan terlihat pula pada elemen-elemen interior . Dengan berbagai fasilitas
permainan yang merupakan bagian dari museum maka pengunjung akan mendapatkan sarana
edukasi yang rekreatif dan pada saat yang bersamaan juga pengunjung akan dapat merasakan
interaksi secara langsung dengan museum sepeda .
Maka dari itu, perancangan museum sepeda yang terletak di Jalan Diponegoro No. 57
Bandung, Jawa Barat Indonesia diharapkan akan dapat memberikan pengalaman baru bagi
masyarakat dan sekaligus meningkatkan minat masyarakat terhadap sepeda.
Key Words : Museum, Sepeda, Roda, Edukatif, Rekreatif.
ABSTRACT
Museum Of Bicycle may still have been an unfamiliar public facility for Indonesian
society. This time, would have introduction a Museum Of Bicycle facility where people can get
new experience where they can also interact with the museum directly and get something that can
entertaining and educational them when they come to the museum of bicycle.
On this Museum Of Bicycle project, will be designed a museum facility with wheel
concept, which that have repetition form so in the designing will be seen from the interior spacing
and the interior element. With all of the facility that made by the museum, the people can get the
entertaining and educational experience and in the same time can be interact with the museum
directly.
I hope this Museum Of Bicycle design which is located on Diponegoro Street No. 57
Bandung, Jawa Barat Indonesia, would bring new experience for the people and also can make
people get more interested with bicycle.
Key Words : Museum, Bicycle, Wheel, Educational, Entertaining.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Ide Proyek ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 9
1.4 Rumusan Masalah ... 9
1.5 Tujuan Perancangan ... 10
1.6 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II MUSEUM SEPEDA ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... . 11
2.1.1. Museum ... 11
2.1.1.1. Pengertian Museum ... 11
2.1.1.2. Persyaratan Berdirinya Sebuah Museum ... 11
2.1.1.3. Fungsi Museum ... 13
2.1.1.4. Sistem Pameran ... 13
2.1.1.5. Objek Koleksi ... 15
2.1.1.6. Interior Museum ... 18
2.1.1.7. Standar Ergonomi Museum ...23
2.1.2. Sejarah Sepeda ... 25
BAB III MUSEUM SEPEDA ... ... 31
3.1 Fungsi Objek Studi ... 31
3.2 Ide Implementasi Tema dan Konsep Pada Objek Studi ... 32
3.2.1 Penjelasan Tema ... 32
3.2.2 Penjelasan Konsep ... 33
3.2.3 Implementasi Tema dan Konsep ... 33
3.3 Analisa Fisik ... 34
3.3.1. Analisa Site ... 34
3.3.2. Analisa Bangunan ... 35
3.4 Analisa Fungsional ... 39
3.4.1. User ... 39
3.4.1.1 . Pengunjung ... 39
3.4.1.2 . Staff ... 40
3.4.2 Kebutuhan Ruang ... 42
3.4.3. Flow Activity User ... 45
3.4.4. Hubungan Kedekatan Ruang ... 46
3.4.5. Zoning Blocking ... 47
3.5 Studi Banding ... 48
BAB IV PENERAPAN KONSEP ... 49
4.1 Konsep... 49
4.1.1. Konsep Zoning Blocking... 51
4.1.2. Study Image ... 55
4.2 Gambar Kerja... 57
4.2.1. Area Entrance... 57
4.2.2. Area Museum... 59
4.2.2.1 Wall Of Fame... 59
4.2.2.2 Try To Ride It ... 60
4.2.2.3 Tunnel Of Cycle ... 62
4.2.2.4 Whats New ... 67
4.3 Koleksi Museum Sepeda ... 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1 Simpulan... 72
5.2 Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Area Try To Ride It ... 3
Gambar 1.2 Area Entrance Tunnel Of Cycle ... 4
Gambar 1.3 Studi Image Mengendarai Sepeda Dalam Ruang ... 4
Gambar 1.4 Ganbar area What’s New ... 5
Gambar 1.5 Studi Image Perpustakaan ... 5
Gambar 1.6 Studi Image Souvenir Sepeda ... 6
Gambar 1.7 Studi Image Souvenir Sepeda ... 6
Gambar 1.8 Studi Image Souvenir Sepeda ... 7
Gambar 1.9 Gambar Area Cafe Museum Sepeda ... 8
Gambar 2.1. Sepeda Celelrifere... ... 23
Gambar 2.2. Sepeda Dandy Horse ... 23
Gambar 2.3. Sepeda Buatan Kirkpatrick Macmillan ... 24
Gambar 2.4. Sepeda Buatan Pieere Lallement ... 24
Gambar 2.5. Sepeda Penny Farthing ... 25
Gambar 2.6. Buku Bicycling it’s Rise Develompent ... 25
Gambar 2.7. Cara Menaiki Sepeda Penny Farthing ... 26
Gambar 2.8. Sepeda Beroda 4 Pertama ... 26
Gambar 2.9. Sepeda buatan John Kemp JK Starley ... 27
Gambar 2.10. Sepeda Rover ... 27
Gambar 2.11. Sepeda Racing Pertama ... 28
Gambar 2.12. Sepeda Monowheel ... 28
Gambar 3.1. Gambar Site Museum Geologi ... 32
Gambar 3.2. Struktur Organisasi ... 33
Gambar 3.3. Studi Image Simulasi Sepeda ... 39
Gambar 3.4. Flow activity Pengunjung ... 41
Gambar 3.5. Flow activity Staff ... 41
Gambar 3.6. Hubungan Kedekatan Ruang ... 42
Gambar 3.7. Zoning Bloking lantai 1 ... 42
Gambar 3.8. Zoning Bloking lantai2 ... 43
Gambar 3.9. Museum Velorama Belanda ... 43
Gambar 3.10. Ground Floor Museum Velorama Belanda ... 43
Gambar 3.11. Lantai Satu Museum Velorama Belanda ... 44
Gambar 3.12. Lantai Du Museum Velorama Belanda ... 45
Gambar 3.13. Perpustakaan Museum Velorama Belanda ... 45
Gambar 4.1 Bagan Konsep... 48
Gambar 4.2 Denah General Lantai 1... 49
Gambar 4.3 Denah General Lantai 2... 50
Gambar 4.4 Studi Image... 52
Gambar 4.5 Denah Area Entrance... 53
Ganbar 4.6 Sketsa Area Entrance... 53
Gambar 4.7 Denah Wall Of Fame ... 55
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
“Penghargaan Kota Langit Biru pernah diraih Kota Bandung dari Kementrian Lingkungan Hidup sebagai apresiasi gerakan udara bersih yang dilakukan oleh masyarakat Bandung, baik
melalui penanaman pohon, uji emisi, mau pun kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup
lainnya.
Gerakan bersepeda merupakan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas udara
Kota Bandung, selain juga penataan ruang publik yang berintergrasi dengan sistem transportasi
dan industri berwawasan lingkungan, penghijauan, dan pemanfaatan bahan bakar alternatif.
Walaupun bersepeda di jalan raya Kota Bandung belum dirasakan nyaman dan aman,
tetapi berbagai pihak terutama akademis di berbagai perguruan tinggi dan instansi pemerintah,
mulai menggunakan sepeda di hari-hari tertentu. Kegiatan funbike dan funartbike serta adanya
komunitas Bike To Work bahkan telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat Kota Bandung.
(Kompas.com Jalur Sepeda Kota Bandung, Kamis 19 Agustus 2010 13:44 oleh Wanda Listiani)”
Dapat dilihat berdasarkan kutipan diatas bahwa pada saat ini bersepeda sudah menjadi
gaya hidup masyarakat Kota Bandung. Melihat animo masyarakat yang sedang meningkat akan
keberadaan sepeda, maka tentu saja harus diiringi dengan ketersediaannya suatu kawasan yang
dapat menampung berbagai kegiatan komunitas sepeda yang menjamur khususnya di Kota
Bandung. Beberapa contoh komunitas sepeda di Kota Bandung adalah Bike To Work Bandung,
Bike to School Bandung, Komunitas Sepeda "Roda"Disdik Kota Bandung, Paguyuban Sepeda Onthel Bandung masih banyak komunitas lainnya. Demgan adanya kawasan yang dapat menampung berbagai kegiatan para komunitas sepeda, maka dapat meningkatkan lagi animo
masyarakat Kota Bandung untuk menjadikan bersepeda sebagai gaya hidup sehingga dapat
membantu agenda pemerintah dalam mengurangi tingkat polusi di kota-kota besar kali ini
2
Pada tanggal 3 Maret 2011, penulis berkesempatan untuk berkonsultasi dengan kepala
pengurus Komunitas Bike To Work Bandung yaitu Tiyo Satiya Adi Wasana. Setelah mengetahui bahwa penulis memiliki ide untuk membuat sebuah kawasan kegiatan bersepeda di Kota
Bandung, penulis mendapatkan apresiasi positif dari beliau. Sampai dengan saat ini komunitas
sepeda belum terfasilitasi dengan baik di Kota Bandung ini. Setelah melalui berbagai pencarian
data yang dilakukan penulis baik dari internet maupun bertanya langsung pada subjek yang
bersangkutan.
Pada awal penulis merencanakan untuk membuat museum sepeda, penulis sempat
melakukan tanya jawab dengan mahasiswa yang berumur sekitar 20 tahun keatas bagaimana
pendapat mereka tentang museum. Rata-rata dari mereka berpendapat bahwa museum adalah
tempat yang membosankan dan agak mengerikan jika dilihat dari bangunan museum di Indonesia
yang kurang terurus. Maka dari itu penulis pun memutuskan untuk membuat perancangan
museum sepeda yang dapat menjadi sarana berkumpulnya para komunitas sepeda di Kota
Bandung dan sekaligus juga dapat menjadi sarana edukasi dan rekreasi yang menyenangkan bagi
semua kalangan masyarakat.
1.2Ide Proyek
Museum Sepeda dipilih karena diharapakan dengan menampilkan sepeda sebagai objek
koleksi dapat menumbuhkan minat masyarakat pada sepeda. Karena selain para pengunjung
dapat melihat sepeda secara langsung tetapi sekaligus akan mendapatkan ilmu sejarah tentang
sepeda yang disediakan museum melalui informasi keterangan pada tiap-tiap sepeda yang
dipajang. Sehingga para pencinta sepeda dapat lebih mengerti tentang sepeda dan untuk
masyarakat awam dapat belajar untuk bagimana menghargai sepeda.
Untuk Museum Sepeda ini akan terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Commercial Area dan bagian Non Comercia Area. Commercial Area meliputi area Café dan Souvenir Shop dan untuk Non Commercial Area meliputi area museum dan perpustakaan. Pemisahan bagian ini
dikarenakan agar masyarakat dapat dengan jelas mengetahui area mana saja yang Commercial
dan area mana saja yang Non Comercial dengan tidak menyatukan kedua area tersebut, area
3
menempati sayap kanan dari bangunan. Untuk penjelasan ruang dan fungsi masing-masing area
lebih lanjut akan dijabarkan dalam point-point yang disebutkan dibawah ini:
1. Ruang Wall of Fame (Non Commercial)
Ruangan ini digunakan untuk memamerkan sepeda-sepeda yang memiliki nilai sejarah
dan sepeda yang di pajang dikhususkan hanya untuk atlit-atlit Indonesia yang
menorehkan prestasi dalam berbagai kejuaraan baik nasional maupun di kancah
Internasional.
2. Ruang Simulasi (Try To Ride It & Tunnel Of Cycle) Non Commercial
Ruang simulasi sepeda ini secara khusus menghadirkan berbagai simulasi sensasi
bersepeda. Ruang simulasi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Try To Ride It yaitu dimana pengunjung dapat mencoba bagaimana sensasi balap sepeda secara
beramai-ramai dengan pengunjung lainnya dengan disediakannya 7 sepeda simulasi yang akan
berkoordinasi dengan tayangan yang disorot ke dinding putih polos pada bagian depan
ruangan sehingga pengunjung akan lebih terasa interaksinya dengan fasilitas yang
museum sediakan.
Gambar 1.1 Area Try To Ride It
4
Bagian yang lainnya adalah Tunnel Of Cycle, ini merupakan sebuah wahana di mana para pengunjung akan diajak untuk berkeliling museum dengan yang berbentuk
lorong dengan menaiki sepeda yang akan berjalan secara otomatis dengan sistem
motor dan rel. Per sekali putaran akan membawa 5 sepeda sekaligus yang akan
menyusuri lorong yang memamerkan berbagai . Tiap simulasi akan disediakan 2
sepeda untuk anak-anak, sehingga fasilitas dapat dinikmati oleh keluarga.
Gambar 1.2 Area Entrance Tunnel Of Cycle
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 1.3 Studi Image Mengendarai Sepeda Dalam Ruang
5 3. Ruang DisplayWhats New (Non Comercial)
Pada ruang ini akan dipajang berbagai model terbaru dari berbagai jenis sepeda yang
ada di Indonesia maupun sepeda yang diproduksi diluar negeri. Sepeda-sepeda
tersebut ada yang dipajang langsung pada dinding ada juga yang di pajang di atas
panggung. Lengkap disertai dengan informasi-informasi tentang sepeda tersebut.
Gambar 1.4 Gambar Area What’s New Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Perpustakaan (Non Comercial)
Perpustakaanmerupakan Suatu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan,
menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara
sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara kontinu oleh pemakainya
sebagai sumber informasi ( Drs. Mulyani A.Nurhadi, Med, Dosen Pustakawan IKIP Yogyakarta; Sejarah Perpustakaan dan perkembangannya di Indonesia ).
Gambar 1.5 Studi Image Perpustakaan
6
Perpustakaan dalam sebuah museum adalah sebuah hal yang harus ada karena selain
sebagai sumber data bagi para akademis, perpustakan dapat juga digunakan untuk
menyimpan berbagai dokumen-dokumen penting yang dimilki oleh museum.
5. Souvenir Shop (Commercial)
Untuk dapat mendesain toko dengan baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
(The Retail Store : Design and Construction, William R Green, 1945)
- Seorang desainer harus dapat menyemangati pembeli agar ketika pembeli telah
memasuki area toko pembeli dapat rileks sehingga menjadi tertarik pada
barang-barang yang ada
- Dalam menciptakan toko yang berkesan istimewa dan khusus, maka desainer
harus mempertimbangkan barang apa saja yang akan dijual.
Gambar 1.6 Studi Image Souvenir Museum Sepeda
Sumber : www.etsy.com/bicycle-mug
Gambar 1.7 Studi Image Souvenir Museum Sepeda
7
Gambar 1.8 Studi Image Souvenir Museum Sepeda
Sumber : www.etsy.com/bicycle-plate
- Sebuah toko memiliki tiga elemen desain terpenting yaitu area display, area
service, dan area sirkulasi.
(Shops & Stores. Morris Ketchum, Jr. F.A.I.A, 1948)
- Fungsi utama dan satu-satunya dari toko adalah menjual. Yaitu keadan ketika
pembeli dan penjual bertemu di area cashier. Sebagai bukti terjadinya transaksi pejualan dan pembelian.
Pada sebuah museum, Souvenir Shop merupakan bagian yang cukup penting, karena
selain sebagai ajang promosi lewat barang-barang khas yang berhubungan dengan
museum sepeda, tetapi juga merupakan salah satu sumber dana bagi museum tersebut.
6. Café (commercial)
Café secara harafiah adalah restoran kecil yang melayani, menjual makanan ringan dan minuman dan biasanya didatangi orang untuk dapat merilekskan diri. (Dictionary of English Languange and Culture, Longman).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah adalah:
- Desainer harus mampu menangkap dan menarik minat para pengunjung dnegan
cara merangsang indra penglihatan pengunjung, dimana sama menariknya dengan
8
- Café harus bisa mengangkat ciri khas tersendiri dengan cara mengangkat tema-tema tertentu
- Interior café harus terasa lebih welcome bagi wanita dan lebih nyaman bagi pengunjung yang ingin berpakaian informal.
- Penggunaan material yang alami terutama pada area café dan tidak terlalu mahal merupakan salah satu cara yang cukup penting untuk dapat mengakomodasi klien
dengan dana yang terbatas.
(Belammy Gail. Design Spirit, p.8-11,1995)
Pada café di museum sepeda ini, kesan hangat dan rileks ditampilkan baik dari segi pemilihan warna hijau tua yang memberikan kesan rileks bagi para pengunjung juga
dari segi pemilihan material yang banyak menggunakan kayu untuk lebih
menonjolkan kesan hangat yang ingin dicapai.
Dari segi lighting karena dari segi bangunan eksisting yang memiliki jendela yang
banyak dan besar, sehingga pencahayaan lebih banyak dari pencahayaan alami.
Pengunjung tidak perlu khawatir dengan efek silau atau panas dari pencahyaan alami
karena jendela pada area café ini menghadap kea rah utara dan selatan sehingga
cahaya yang masuk pun tidak akan mengganggu.
Gambar 1.9 Gambar Area Café Museum Sepeda
9 7. Ruang Serba Guna
Sesuai dengan alasan yang dipaparkan penulis di point ke 6 di atas, dengan tingginya
minat komunitas untuk dapat selalu berkumpul maka dalam Museum Sepeda ini pun
disediakan fasilitas Ruang Serba Guna yang dapat disewa oleh para komunitas untuk
mengadakan berbagai kegiatan formal maupun non formal.
1.3Batasan Masalah
Batasan-batasan yang mendasari proyek Tugas Akhir Museum Sepeda ini adalah
1. Perancangan Interior Museum Sepeda ini didesain di atas Bangunan Museum Geologi
Bandung Jalan Diponegoro No. 57 Bandung – 40122, Jawa Barat Indonesia.dengan
kondisi bangunan terdiri dari dua lantai.
2. Studi banding dengan proyek sejenis yang telah direalisasikan.
1.4 Rumusan Masalah
Museum Sepeda adalah sebuah sarana di mana masyarakat dapat memperoleh ilmu baru
dalam bentuk 3 dimensi dimana pengunjung dapat melihat secara langsung sepeda yang
ada dipamerkan dalam museum, dapat mengetahui sejarah dan informasi dari sepeda
tersebut dan juga dapat merasakan bagaimana rasanya menaiki sepeda. Sehingga
pengunjung dapat berinteraksi secara langsung dengan museum. Dari paparan di atas,
maka timbul beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana cara memberikan kesan rekreatif sekaligus ber-edukasi pada desain
perancangan museum sepeda?
2. Perancangan yang bagaimanakah yang dapat memberikan kesan rekreatif sekaligus
ber-edukasi dengan konsep dan tema berulang dari sejarah dan roda sepeda?
3. Desain yang bagaimanakah yang dapat berinteraksi secara langsung dengan
10
1.5Tujuan perancangan
1. Menghasilkan desain Museum Sepeda yang dapat memberikan interaksi secara
langsung antara pengunjung dengan museum sekaligus menumbuhkan minat
masyarakat terhadap sepeda.
2. Menghasilkan desain Museum Sepeda yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan
para komunitas sepeda.
3. Menghasilkan Museum Sepeda yang tidak hanya sekedar memiliki nilai rekreasi
tetapi juga memiliki nilai edukasi yang dapat diambil dari informasi yang disajikan
dalam museum.
1.6Sistematika Penulisan
Dalam Bab I yaitu Bab Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang masalah, ide
proyek, pembatasan pembahasan, identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan sistematika
penelitian penyajian.
Bab II yaitu Bab Landasan Perencanaan dan perancangan, penulis menguraikan dan
menerangkan tentang teori-teori yang berhubungan dengan user, aktivitas dan program yang
ada pada fasilitas obyek studi.
Bab III merupakan Bab Deskripsi Objek Studi berisi deskripsi proyek secara rinci, fungsi
objek sudi, implementasi konsep pada objek studi, analisa fisik, analisa fungsional, studi
banding dan studi image.
Bab IV merupakan Bab Konsep Perancangan penulis akan memaparkan ide penulis akan
konsep dan tema perancangan, juga implementasi konsep yang akan diterapkan pada objek
studi.
Bab V merupakan Bab Simpulan dan Saran yang berisi simpulan dari laporan tugas
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SimpulanDalam perancangan sebuah museum sepeda yang perlu diperhatikan adalah
bentukan ruang, alur, dan display harus dibuat semenarik mungkin untuk dapat menarik
perhatian pengnjung. Perlu diingat juga bahwa dalam museum sepeda yang menjadi vocal
point adalah sepeda maka dari itu pada bagian area pen-display-an sepeda baik pola lantai hingga wall treatment dibuat simple sehingga pengunjung dapat focus menikmati display
sepeda yang telah disajikan dalam museum. Desain yang ditampilkan harus
berkesinambungan antara konsep, bentuk, warna, dan juga kesesuaian fungsi ruangan
tersebut.
Penuangan konsep dalam desain haruslah berdasar dan sesuai dengan kegiatan,
fungsi, dan kebutuhan ruang tersebut. Misalnya pada area museum. selain diberikan
aksen wood plank yang diletakkan secara vertical juga diberikan aksen warna merah tua
untuk dapat menarik perhatian pengunjung, dan juga setelah diberikan warna aksen ada
warna broken white sebagai warna dominan pada dinding dengan wall treatment seperti ini diharapkan dapat memunculkan kesan sejarahnya. Untuk flooring digunakan vinyl bertekstur karena mengingat bahwa museum akan sering dikunjungi pengunjung
sehingga lantainya haruslah kuat , tahan lama dan aman bagi pengunjung dan dengan
menggunakan vynil bertekstur diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut.
Selain itu penulis juga harus mempertimbangkan efek psikologis yang didapat
pengunjung. Penulis ingin agar pengunjung dapat merasakan kesan megah maka dengan
membuat wall treatment yang menggunakan wood plank yang berukuran 20cm x 170cm
dan dipasang secara vertical dapat membuat ruangan lebih tinggi dan terasa
kemegahannya ditambah dengan ketinggian bangunan yang memang cukup tinggi sekitar
6,1m.
Warna dan tekstur akan sangat berpengaruh pada pengalaman pengunjung saat
melakukan kegiatan di dalam museum ini, maka dari itu sebagai desainer interior, penulis
73
ruangan agar kesan dan pengalaman yang didapat pengunjung dapat sesuai dengan yang
penulis rancang.
1.2 Saran
Penulis menyarankan pada pihak universitas khususnya Fakultas Seni dan Desain
Program Studi Desain Interior agar dapat lebih kompak antara dosen coordinator dengan dosen pembimbing dalam membimbing para mahasiswa dalam menjalankan Tugas Akhir
sehingga mahasiswa dapat mencapai hasil yang maksimal. Dan pada para dosen
pembimbing untuk dapat mengerti situasi dan kondisi mahasiswa bimbingannya yang
memiliki berbagai keterbatsasan khususnya dalam segi ilmu pengetahuan diharapkan para
dosen mau membantu dan selalu mengarahkan mahasiswa.
Penulis menyarankan kepada para mahasiswa yang akan menjalankan Tugas
Akhir agar benar-benar memilih proyek dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan
kegemaran mahasiswa. Karena untuk mengerjakan Tugas Akhir selain dibutuhkan
kerajinan tetapi niat pun tak kalah penting. Dengan proyek yang kita sukai dapat
membantu menumbuhkan niat dalam mengerjakan Tugas Akhir sehingga hasil yang
maksimal akan dapat tercapai. Dan jangan melewatkan bahan referensi
sebanyak-banyaknya sebagai perbandingan sehingga dapat memudahkan dalam menyusun Tugas
Akhir. Sehingga proses perancangan tidak terganggu karena kurangnya data yang
1
DAFTAR PUSTAKA
Agus. (1995). Pedoman Klasifikasi Koleksi Museum Umum Negeri Propinsi. Jakarta: Depeartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
D.K.Ching,Francis. (1993). Arsitektur:Bentuk Ruang dan Susunannya. (Paulus Hanoto Adjie. Penterjemah) Jakarta:Erlangga.
D.K.Ching,Francis. (1993). Irama - Pengulangan
(Paulus Hanoto Adjie. Penterjemah) Jakarta:Erlangga
Dimyati, Edi. (2010). 47 Museum Jakarta.
Jakarta: KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA).
Direktorat Permuseum. (1985/1986) Buku Pinter Bidang Permuseuman. Jakarta. Proyek
Pengembangan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud. Depdikbud.
Direktorat Permuseuman. (1986). Pedoman Standardisasi Pengadaan Sarana Peralatan Pokok
Museum Umum Tingkat Propinsi. Jakarta: Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta,
Ditjenbud, Depdikbud.
Direktorat Permuseuman. (1999/2000). Kecil Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Museum.
Jakarta:Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.
Suptandar,J.Pamudji. (1999). Desain Interior Jakarta:Djambatan.
Sutaarga, Moh. Amir. (1996/1997), Studi Museologia. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman
Jakarta, Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud.
Wiyancoko,Dudy. (2010). Desain Sepeda Indonesia.