viii
ABSTRACT
Taxes are the biggest source of state revenue that derived from non-oil sector which is used for development in the present and future. The issuance of distress warrant aims to increase the tax revenues. This study aims to determine whether there are significant differences between tax revenue before and after the distress warrant issued from 2010 until 2012. This data were analyzed by using paired sample t-test method. The result of this research showed that there is significant differences between before and after the issuance of distress warrant.
Keyword: Tax, Distress Warrant
ix
ABSTRAK
Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar yang berasal dari sektor non migas yang digunakan untuk pembangunan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Penerbitan surat paksa bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak sebelum dan sesudah penerbitan surat paksa. Data yang digunakan adalah penerimaan pajak periode 2010 sampai dengan 2012. Data dianalisis menggunakan metode paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan pajak sebelum dan sesudah penerbitan surat paksa memiliki perbedaan yang signifikan.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv
KATA PENGANTAR ... v PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 9
xi
2.1.1 Dasar-Dasar Perpajakan……..…...……….. 9
2.1.1.1 Pengertian Pajak...……….………... 9
2.1.1.2 Fungsi Pajak...……….……. 10
2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak………. 11
2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak ... 13
2.1.1.5 Asas-Asas dalam Pemungutan Pajak ... 14
2.1.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 15
2.1.1.7 Hambatan dalam Pemungutan Pajak ... 16
2.1.1.8 Pengelompokkan Pajak ... 16
2.1.1.9 Jenis Tarif Pajak ... 19
2.1.2 Penagihan Pajak ... 20
2.1.2.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 20
2.1.2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak ... 22
2.1.2.3 Tindakan Penagihan Pajak ... 23
2.1.2.4 Tata Cara dan Waktu Penagihan Pajak ... 36
2.1.2.5 Penerbitan Surat Paksa... 38
2.1.2.6 Daluarsa Penagihan Pajak ... 41
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... 42
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 42
2.1.3.2 Kriteria Wajib Pajak Patuh ... 43
2.1.3.3 Pencabutan Wajib Pajak Patuh ... 44
2.2 Kerangka Pemikiran ... 45
2.3 Hipotesis ... 49
xii
4.1 Gambaran Umum Kantor pelayanan Pajak Pratama Cimahi ... 56
4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cimahi ... 56
4.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Cimahi ... 59
4.1.3 Uraian Jabatan KPP Pratama Cimahi... 60
4.1.4 Visi dan Misi KPP Pratama Cimahi ... 69
4.2 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ... 70
4.2.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak ... 70
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Penagihan dengan Surat Paksa ... 73
4.3 Analisis Data ... 75
4.3.1 Uji Normalitas ... 75
4.3.2 Paired Sample T-Test ... 75
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran………. ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I Penerimaan Perpajakan Tahun 2010 s/d 2012 ... 2 Tabel II Proses Penagihan Pajak ... 38 Tabel III Operasionalisasi Variabel ... 51 Tabel IV Perkembangan Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar Pada
KPP Pratama Cimahi Tahun 2008 s/d 2012 ... 71 Tabel V Jumlah Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan
Pajak KPP Pratama Cimahi Tahun 2009 s/d 2012 ... 72 Tabel VI Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan Pada KPP Pratama
Cimahi Tahun 2010 s/d 2012 ... 73 Tabel VII Uji Normalitas Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah
Penerbitan Surat Paksa ... 75 Tabel VIII Paired Sample T-Test Penerimaan Pajak Sebelum dan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama
Cimahi ... 82
Lampiran B Jumlah Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Cimahi ... 83
Lampiran C Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan Pada KPP Pratama Cimahi ... 84
Lampiran D Uji Normalitas ... 86
Lampiran E Paired Sample T-Test ... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air memerlukan biaya yang besar dan harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri. Untuk melaksanakan dan mewujudkan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sumber dana yang bisa diperoleh pemerintah yaitu melalui sumber dana luar negeri dan dalam negeri. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber dana yang berasal dari luar negeri dan sumber dana dalam negeri yaitu dengan memaksimalkan pendapatan dari sektor pajak.
Bab I Pendahuluan │2
Universitas Kristen Maranatha Penerimaan dari sektor pajak ternyata salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Hal ini dikarenakan terdapat banyak jenis pajak yang ada di Indonesia. Jika pemerintah bisa memaksimalkan pendapatan dari sektor perpajakan, bisa dibayangkan jumlah penerimaan yang bisa diterima oleh negara. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan negara. Tabel I berikut menunjukkan besarnya penerimaan negara melalui sektor pajak.
Tabel I
Total Penerimaan Pajak 723,307 878,685 1,019,333
Total penerimaan pajak dan bukan
pajak 992,249 1,165,253 1,292,053
% terhadap penerimaan dalam negeri 72.9 75.41 78.89
Sumber: Departemen Keuangan
Bab I Pendahuluan │3
Universitas Kristen Maranatha System yang diharapkan dapat meningkatkan penghasilan negara melalui sektor pajak yang hasilnya juga dipengaruhi oleh kepatuhan wajib pajak itu sendiri.
Kepatuhan wajib pajak menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) yaitu sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan hal yang sangat strategis dalam peningkatan penerimaan pajak. Dengan demikian pengkajian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sangat perlu menciptakan perhatian.
Bab I Pendahuluan │4
Universitas Kristen Maranatha Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkat penerimaan pajak dan kepatuhan kewajiban wajib pajak adalah dengan penerbitan surat paksa. Penerbitan surat paksa merupakan salah satu bagian dari tindakan aktif yang dilakukan oleh fiskus. Menurut Mardiasmo (2009:121) surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sebelum surat paksa diterbitkan, fiskus terlebih dahulu menerbitkan surat teguran atau surat peringatan dan waktu dan pelaksanaannya 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo utang pajak. Jika Wajib Pajak tidak juga memenuhi kewajibannya, maka dilakukan Penerbitan surat paksa. Waktu dan pelaksanaanya setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya surat teguran/surat peringatan atau 28 hari sejak saat jatuh tempo utang pajak.
Penagihan dengan surat paksa merupakan salah satu bentuk penegakkan hukum (law enforcement). Penagihan dilaksanakan oleh fiskus sehubungan dengan adanya kewajibannya wajib pajak sebagian maupun keseluruhan yang masih terutang pada negara menurut peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Proses penagihan yang optimal akan lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara dari penagihan pajak. Penagihan dengan surat paksa ini dikenal dengan penagihan yang “keras” dalam rangka melakukan Law-Enforcement di bidang perpajakan. Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat meningkatkan penerimaan pajak.
Bab I Pendahuluan │5
Universitas Kristen Maranatha melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Penagihan pajak sendiri dibedakan atas dua, yaitu penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Penagihan pasif merupakan penagihan yang dimulai sejak menyampaikan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), dan penagihan aktif dijadwalkan berlangsung selama 58 hari yang dimulai dari penyampaian surat teguran diikuti dengan tindakan lanjutan yang secara konsisten meliputi penyampaian surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan dan pengajuan permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan
Apabila utang pajak tidak dibayar, maka utang-utang pajak tersebut dapat ditagih dengan menggunakan tindakan penagihan yaitu antara lain dengan menggunakan surat paksa, pelaksanaan sita sampai upaya penagihan yang terberat yaitu pelelangan. Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut dilaksanakan terhadap penanggung pajak. Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bab I Pendahuluan │6
Universitas Kristen Maranatha peraturan perpajakan. Penerbitan surat paksa secara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, karena penerbitan surat paksa memberikan wewenang kepada fiskus, khusus jurusita pajak untuk melaksanakan eksekusi langsung dalam penyitaan atas barang yang disita untuk pelunasan pajak terutang tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu. Undang-undang penagihan pajak tersebut sangat diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang juga sekaligus berkorelasi positif terhadap penerimaan dari sektor perpakajakan.
Nana Adriana Erwis (2012) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Selatan” dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan Surat Paksa Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011 serta pencairan tunggakan pajak Tahun 2010 sampai dengan 2011, dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dimana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak di kantor Pelayanan Pajak Pratama tergolong sangat kurang.
Mayang Wijoyanti (2010) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mampang Prapatan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh penagihan pajak dengan surat paksa.
Bab I Pendahuluan │7
Universitas Kristen Maranatha sampel penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Sampel dari penelitian ini diambil dari seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi dari tahun 2010 sampai dengan 2012, sehingga penelitian ini nantinya menggambarkan secara keseluruhan bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh dengan dikeluarkannya surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan memahami pengaruh penerbitan surat paksa terhadap penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak dengan mengambil judul “Analisis Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Penerbitkan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Cimahi”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak sebelum dan sesudah penerbitan surat paksa.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak sebelum dan sesudah dilakukan penerbitan surat paksa.
1.4 Kegunaan Penelitian
Bab I Pendahuluan │8
Universitas Kristen Maranatha a. Bagi Peneliti
menambah pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya terhadap masalah penerbitan surat paksa dan kepatuhan wajib pajak.
b. Bagi KPP
penelitian ini dapat menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi penagihan pajak dengan surat paksa terhadap wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan:
1. Penerbitan Surat paksa sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Cimahi.
2. Karena penerbitan surat paksa sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, dapat disimpulkan juga bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Cimahi masih rendah, artinya mereka baru melunasi kewajiban perpajakannya setelah surat paksa diberikan kepada wajib pajak bukan karena kesadaran sendiri untuk melunasinya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan: 1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi
Bab V Simpulan dan Saran │79
Universitas Kristen Maranatha 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
80
DAFTAR PUSTAKA
Erwis, Nana Adriana. 2012. Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Selatan. Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar (tidak dipublikasikan).
Ilyas, Wirawan B dan Rudy Suhartono. 2010. Panduan Komprehensif dan Praktis Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat. Indrianto. Supomo. 2009. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan Manajemen,
BPFE, Yogyakarta.
Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000.
Mardiasmo. 2008. Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikas, Agung Media, Bandung.
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar perpajakan, Granit, Jakarta.
. Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 192/PMK.03/2007 tentang syarat untuk dapat menjadi Wajib Pajak patuh.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
Rusdji, Muhammad. 2005. PPSP Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Indeks, Jakarta.
│81
.Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
. Undang-Undang Nomor 28 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Wahono, Sugeng. 2012. Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak itu Mudah, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Wijoyanti, Mayang. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mampang Prapatan. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta (tidak dipublikasikan).
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: C.V Andi Offset.