• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA DENPASAR."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA

DENPASAR

A.A. NGURAH GEDE MAHESWARA NIM 1191461015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA

DENPASAR

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A. NGURAH GEDE MAHESWARA NIM 1191461015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 JULI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Nyoman Djinar Setiawina, SE. MS. Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi NIP. 19530730 198303 1 001 NIP. 19580219 198601 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur,

Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana

(4)

iv

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 15 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No. 819/UN.14.4/HK/2016 Tanggal: 17 Februari 2016

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS Anggota :

(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anak Agung Ngurah Gede Maheswara NIM : 1191461015

Program Studi : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juli 2016 Yang membuat pernyataan,

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya tesis ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD., sebagai Rektor Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS, sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, yang telah memberikan bantuan moral, pikiran, dan semangat selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS, selaku Pembimbing I dan Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi selaku Pembimbing II yang telah banyak membimbing, memberikan arahan, motivasi serta dorongan untuk penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada para tim penguji tesis lainnya, yaitu: Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE. MS, dan Dr. I.B. Purbadharmaja, SE, ME. Dr. A A I N Marhaeni. SE., MS Telah memberikan masukan, saran, sanggahan, serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.

(7)

vii

baik suka maupun duka selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak (Bapak/Ibu) para pejabat pada instansi : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar dan BPS Provinsi Bali yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi serta data yang berkaitan dengan penelitian ini, dan terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ratu: Drs Anak Agung Ngurah Gede Mahendra dan Ibu: Ir I Gusti Ayu Putri Candra Dewi, adik: Anak Agung Ngurah Gede Mahesmara ST dan Nenek saya: I Gusti Ayu Oka, Ratuwe : Anak Agung Sagung Mayun Suryati SPd dan Anak Agung Ngurah Astawa SH atas doa restunya yang tidak henti-hentinya berdoa, kepada kekasih tercinta I Gusti Agung Ayu Mas Mitha Devi SE, atas dorongan dan pengertiannya yang selama ini telah membantu dan memberikan semangat dalam segala hal, kepada seluruh keluarga besar Puri Anyar Jambe Denpasar khususnya keluarga besar Anak Agung Ngurah Oka (Alm) yang telah ikut memberi dorongan dan semangat, serta terakhir penulis ucapkan terima kasih yang amat sangat.

Pada kesempatan ini pula penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu secara moral maupun material sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Juli 2016

(8)

viii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA DENPASAR

ABSTRAK

Pembangunan mengandung makna yang luas sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional maupun lokal dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjagan, dan pemberantasan kemiskinan. Pada saat krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan yang mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun, banyak bank yang dilikuidasi dan banyak perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan. Pada saat yang sama justru sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tetap bertahan ketika krisis ekonomi melanda bahkan mampu memberikan kontribusi yang besar dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian. Di Kota Denpasar UKM terus mengalami peningkatan dari tahuin ke tahun dan mampu menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar. 2) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah penjualan terhadap pendapatan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar. 3) Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data wawancara terstruktur dan observasi serta menggunakan teknik analisis statistik deskriftif dan analisis jalur dengan menggunakan program SPSS 16.

Setelah dilakukan analisis hasilnya adalah: 1) Upah, modal, dan jumlah penjualan berpengaruh signifikan secara langsung terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 2) Jam kerja dan pendidikan berpengaruh tidak signifikan secara langsung terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 3) Upah dan modal berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4) Jam kerja dan pendidikan berpengaruh tidak signifikan secara tidak langsung terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Upah, modal, dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 6) Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 7) Pendidikan tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. Oleh karena itu, untuk dapat menambah kontribusi yang dihasilkan, disarankan sebagai berikut: para pengusaha UKM harus lebih jeli dalam mempromosikan barang dagangannya dengan memanfaatkan teknologi seperti memasarkan produk dagangannya melalui media online, melakukan pelatihan pelatihan tentang produk jualan kepada karyawan untuk meningkatkan SDM karyawan, UKM juga harus meningkatkan upah para pekerja, menambah jam opersional usahanya, menambah modal berdagang, meningkatkan kualitas pendidikan pengusaha maupun karyawan, dan meningkatkan penjualan.

(9)

ix

THE ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE (SME) INCOME IN TRADE SECTOR IN DENPASAR CITY

ABSTRACT

Development has wide meaning as a multidimensional process that includes important changes in the social structure, the public attitudes and both national and local institutions and acceleration of economic growth, gap reduction and eradication of poverty. At the time of economic crisis, Indonesia's economy was experienced a downturn which resulted in the exchange rate on dollar was declined, many banks was liquidated and many large companies was bankrupt. At the same time the sector of Small and Medium Enterprises (SME) still exist when the economic crisis hit even able to make big contribution in the recovery effort of the economy. In Denpasar city the SME continue to increase from year to year and able to provide a lot of job opportunity for the public.

This study aims: 1) To analyze whether there is significant direct effect of wages, working hours capital, education and the number of sales toward income of Small and Medium Enterprise (SME) in trading sector in Denpasar. 2) To analyze the direction of the effect of wages, woring hours, capital, education, and the number of sales toward income in the Small and Medium Enterprise (SME) of trading sector in Denpasar. 3) To analyze whether there is significant indirect effect of wages, working hours, capital and education to income through the number of sales in the Small and Medium Enterprise (SME) of trading sector in Denpasar.This study was conducted by the method of data collection by structured interview and observation by using descriptive statistical analysis techniques and path analysis by using SPSS 16.

After analyzing the result shows: 1) Wages, capital, and total sales have significant effect directly toward the SME income in trade sector in Denpasar city. 2) Working hours and education have not significant effect directly toward the SME income of trade sector in Denpasar city. 3) Wages and capital have significant effect toward the income indirectly through SME total sales of trading sector in Denpasar city. 4) Working hours and education have not significant effect indirectly toward the income through SME total sales of trading sector in Denpasar city. 5) Wages, capital, and total sales have positive and significant effect toward the SME income of trade sector in Denpasar city. 6) working hours have positive effect but have not significant toward the SME income of trade sector in Denpasar. 7) Education have not positive effect but it have no significant toward the SME income of trade sector in Denpasar city. Therefore, in order to be able to add to contribution will be recommended as follows: the entrepreneur of SME must be more charming in promote their merchandise by utilize technology such as market their products via online media, to conduct training on product sales for employees to improve employees resource, SME also have to increase worker wages, to increase operational office hours, to increase capital, to improve the quality of education of employers and employees, and to increase sales

(10)

x

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah ... 15

(11)

xi

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 47

3.1. Kerangka Berfikir Penelitian ... 47

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 50

3.2. Hipotesis Penelitian ... 54

BAB IV METODE PENELITIAN ... 56

4.1 Rancangan Penelitian ... 56

4.2 Lokasi Penelitian ... 57

4.3 Identifikasi Variabel ... 57

4.4 Definisi Operasional... 57

4.5 Jenis dan Sumber Data ... 58

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 59

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 62

4.8 Teknik Analisis Data ... 63

4.8.1 Statistik Deskriptif ... 63

4.8.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 63

BAB V DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 72

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 72

5.1.1 Kondisi Geografis Kota Denpasar ... 72

5.1.2 Gambaran Umum UKM di Kota Denpasar ... 73

5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 75

5.2.1 Umur Responden ... 75

5.2.2 Upah ... 76

5.2.3 Jam Kerja ... 77

(12)

xii

5.2.5 Pendidikan ... 79

5.2.6 Jumlah Penjualan ... 79

5.2.7 Pendapatan ... 80

5.3 Analisis Jalur ... 81

5.3.1 Pengaruh langsung variabel upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap pendapatan UKM melalui jumlah pejualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 83

5.3.2 Pengaruh langsung variabel upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 85

5.3.3 Koefisien Jalur ... 87

5.3.4 Evaluasi Terhadap Model ... 90

5.3.5 Uji Sobel ... 91

5.3.6 Perhitungan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total variabel upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di kota denpasar ... 97

5.3.7 PengujianTerhadap Variabel Mediasi ... 99

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

5.4.1 Pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 100

5.4.2 Pengaruh upah terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 101

5.4.3 Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 102

(13)

xiii

5.4.5 Pengaruh pendidikan terhadap pendapatan UKM

sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 106

5.4.6 Pengaruh jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 107

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 109

6.1 Simpulan ... 109

6.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Halaman

3.1 Model Kerangka Berfikir Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 50 3.2 Model Kerangka Konsep Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 51 4.1 Diagram Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota

Denpasar ... 69 5.1 Pengaruh Upah (X1), Jam Kerja (X2), Modal (X3), Pendidikan (X4)

dan Jumlah Penjualan (Y1) Terhadap Pendapatan UKM (Y2)

Sektor Perdagangan di Kota Denpasar ... 89 5.2 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Upah Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 92 5.3 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Jam Kerja Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 93 5.4 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Modal Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 95 5.5 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Pendidikan Melalui

(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Sektor perdagangan Hotel dan

Restoran (Juta Rupiah), 2010-2014 ... 6

1.2 Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha dan Penyerapan

Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2010-2014 ... 7

1.3 Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota

Denpasar Tahun 2014... 8

2.1 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU Digolongkan

Berdasarkan Aset dan Omset Yang Dimiliki Sebuah Usaha Tahun 2014 ... 30

4.1 Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota

Denpasar Tahun 2014... 60

4.2 Jumlah UKM dan Sampel Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di

Kota Denpasar Tahun 2014... 62

5.1 Luas Lahan Di Kota Denpasar Dirinci Per Kecamatan ... 72

5.2 Jumlah Penduduk Kota Denpasar ... 73

5.3 Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha di Kota Denpasar

Tahun 2010-2014 ... 74

(16)

xvi

5.10 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Jumlah Penjualan, 2015 ... 80 5.11 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Pendapatan, 2015... 81 5.12 Klasifikasi Variabel dan Persamaan Model Jalur ... 83 5.13 Persamaan Regresi Linier Model 1 : Pengaruh Langsung

Variabel Upah, Jam Kerja, Modal, dan Pendidikan Terhadap Pendapatan UKM Melalui Jumlah Penjualan UKM Sektor

Perdagangan di Kota Denpasar ... 84 5.14 Persamaan Regresi Linier Model 2 : Pengaruh Langsung

Variabel Upah, Jam Kerja, Modal, Pendidikan dan Jumlah Penjualan Terhadap Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 86 5.15 Ringkasan Koefisien Jalur ... 88 5.16 Hasil Analisis Uji Sobel ... 91 5.17 Perhitungan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat

Pembangunan mengandung makna yang luas sebagai suatu proses multidimensi

yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat dan lembaga-lembaga nasional maupun lokal dan juga akselerasi

pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjagan, dan pemberantasan kemiskinan

(Todaro, 2000). Tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional yang mencakup seluruh

aspek kehidupan berbangsa diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah.

Tujuan pembangunan tersebut harus diperjuangkan mengingat selama ini

pembangunan diidentikkan dengan industrialisasi sehingga sering kali kurang

memerhatikan aspek pemerataan.

Pembangunan di berbagai sektor yang pada intinya mengarah pada

perluasan kesempatan kerja tidak selamanya mampu menyerap seluruh tenaga

kerja yang jumlahnya semakin bertambah besar. Perwujudan tujuan masyarakat

yang adil makmur dapat berupa penciptaan lapangan kerja, pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan

(19)

2

orang-orang kehilangan pekerjaan harus beralih ke sektor informal atau pertanian.

Perwujudan tersebut sempat terhambat dengan adanya krisis ekonomi yang

melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Pada saat krisis ekonomi,

kondisi perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan yang mengakibatkan

nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun, banyak bank-bank yang dilikuidasi dan

banyak perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan.

Pada saat yang sama justru sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

yang tetap bertahan ketika krisis ekonomi melanda bahkan mampu memberikan

kontribusi yang besar dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian. Kuatnya

daya tahan Usaha Kecil dan Menengah ini karena didukung oleh konsistensi

mereka dalam memproduksi barang maupun jasa yang mereka perdagangkan dan

kemampuan mereka dalam menciptakan lapangan perkerjaan dan memberi upah

pada karyawannya. Potensi UKM ini dipandang sebagai senjata ampuh untuk

mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain membawa dampak

langsung, UKM juga dipandang sebagai salah satu upaya pembangunan ekonomi

daerah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sektor

ekstratif seperti pertambangan skala besar. Usaha kecil menengah terbukti mampu

menampung 99,45 persen dari total tenaga kerja atau 73,24 juta tenaga kerja

(Marimbo, 2008).

Sektor UKM harus diperjuangkan keberlangsunganya karena UKM dapat

menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pencari kerja, karena jumlah

penduduk indonesia yang sangat besar berbanding terbalik dengan ketersediaan

(20)

3

ini dimana banyaknya usaha yang dapat dibuka hanya bermodalkan promosi

melalui internet saja, sehingga dapat mempermudah para produsen untuk

mempromosikan barangnya kepada konsumen, jadi pentingnya pengetahuan para

pengusaha UKM terhadap pentingya peran teknologi agar dapat bersaing di pasar

global.

Tahun 2015 Indonesia akan menghadapi pasar AFTA (Asean Free Trade

Area). Indonesia masih belum siap dengan adanya AFTA. Berkaca dari hal

tersebut pelu adanya langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi AFTA. Salah

satunya dengan mencitakan perusahaan yng kreatif dan inovatif serta mapu

bersaing dengan pihak asing dalam hal ini adalah UKM. Dimana UKM disini

harus terus diberi kelonggaran serta kemudahan dalam berproduksi sehingga bisa

tetap eksis dalam menghadapi AFTA.

UKM tersebar diseluruh daerah, desa dan kota, dan meliputi hampir

seluruh jenis lapangan usaha yang ada. Ketangguhan UKM sebagai salah satu

pilar yang dapat menopang perekonomian bangsa telah terbukti, karena sektor ini

mampu bertahan hidup dan bersaing di tengah krisis ekonomi. Menurut Diah

dalam (Panjaitan, 2009) keunggulan usaha mikro ini, dibuktikan pasca kerusuhan

Mei 1998, mereka mampu bertahan sampai sekarang sebagai penyelamat

perekonomian nasional. Sementara bidang usaha lain justru tiarap dan

porak-poranda.Usaha kecil mikro merupakan jenis usaha yang menyerap banyak tenaga

kerja dan memiliki daya tahan dan fleksibilitas yang lebih baik dalam menghadapi

dinamika kehidupan ekonomi suatu negara. Perkembangan usaha kecil mikro

(21)

4

adalah usaha yang bergerak dibidang pertanian, peternakan, kehutanan dan

perikanan, kemudian sekitar 23 persen bergerak di sektor perdagangan, hotel dan

restoran dan sekitar 7 persen bergerak dibidang industri pengolahan dan

komunikasi dan sisanya tersebar di sektor pertambangan dan penggalian, jasa

keuangan, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Mengingat pentingnya peranan

sektor usaha kecil mikro, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka sudah sewajarnya sektor ini

mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan sehingga benar benar bisa menjadi

penyangga utama perekonomian nasional.

Menurut Andang dalam (Wiwin, 2010) proses pemulihan ekonomi di

Indonesia, UKM memiliki peranan yang sangat strategis dan penting yang dapat

ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat

dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan

tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih

banyak kesempatan bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha

besar. Ketiga, kontribusi UKM dalam pembentukan PDRB cukup signifikan yakni

sebesar 54,22 persen dari total PDRB dan sumbangan UKM terhadap ekspor

sebesar 70 persen. Sektor UKM dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam

proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan

ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja.

Industri di Indonesia secara kuantitatif, 80 persen dikuasai oleh industri

kecil dan menengah yang pada umumnya dijalankan oleh masyarakat kecil.

(22)

5

dengan tujuan pembangunan lokal yaitu membuka lapangan kerja bagi

masyarakat, selain itu industri kecil juga menggunakan sumber daya yang ada dan

dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal (Rejekiningsih, 2004: Saputra, 2010).

Peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013, Menurut

kementerian koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia kini mencapai 55,2

juta unit atau 99,98 persen dari total unit usaha indonesia bahkan sektor ini telah

menyerap 101,72 juta orang tenaga kerja atau 97,3 persen sedangkan usaha besar

hanya mampu menyerap 4,38 juta orang atau 1,2 persen dari total tenaga kerja

indonesia yaitu 110,80 juta orang. Deputi pemasaran dan jaringa usaha

kementerian koperasi dan UKM mengatakan sektor UKM telah terbukti

menopang perekonomian nasional, menyediakan lapangan pekerjaan dan

menekan angka kemiskinanserta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tinggi

kemampuan UKM dalam menciptakan kesempatan kerja dibandingkan usaha

besar mengindikasikan bahwa UKM memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan dan dapat berfungsi sebagai katub pengaman permasalahan tenaga

kerja (pengangguran).

UKM memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,

meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.

Selain itu UKM juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) (Tambunan, 2008). UKM telah memberikan sumbangan

yang cukup besar terhadap perekonomian Kota Denpasar. Dimana UKM

(23)

6

tersebut dapat dilihat pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota

Denpasar pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (Juta Rupiah), 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Perdagangan, Hotel &

Restoran 2.195.132,92 2.409.328,50 2.615.213,66 2.809.328,50 3.015.213,66

Produk Domestik Regional Bruto

5.710.412,32 6.097.167,27 6.535.171,36 6.937.186,12 7.355.991,56

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015

Tabel 1.1, PDRB Kota Denpasar menunjukkan bahwa sektor perdagangan

hotel dan restoran menjadi penyumbang tertinggi terhadap PDRB provinsi Bali.

Dimana dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Itu menunjukan

bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi leading sektor dalam

perkembangan PDRB provinsi Bali. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tiap

tahunnya mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Sektor ini diharapkan

menjadi penunjang sektor-sektor lainnya.

Tahun demi tahun sektor UKM terus mengalami peningkatan karena

didukung oleh konsistensi mereka dalam memproduksi barang maupun jasa yang

mereka perdagangkan dan kemampuan mereka dalam menciptakan lapangan

perkerjaan dan memberi upah pada karyawannya. Usaha kecil dan menengah

(24)

7

pada sektor pertanian, sektor non pertanian, sektor perdagangan, sektor aneka

usaha. Pada kota Denpasar dari tahun 2009 sampai tahun 2013, sektor usaha

perdagangan mempunyai jumlah tertinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2

disajikan peningkatan jumlah UKM di kota Denpasar menurut sektor usaha.

Tabel 1.2

Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2010-2014

Tahun Sektor Usaha Total Penyera

pan

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar 2015

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah UKM dari tahun 2010-2014 terus

mengalami peningkatan. Terlihat bahwa UKM sektor perdagangan menjadi sektor

dengan jumlah terbanyak dan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan

dibandingkan sektor lainnya. Melihat jumlah UKM sektor perdagangan begitu

besar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka UKM tersebut

memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jika dibina dengan baik maka

(25)

8

dan dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga dapat

mengurangi tingkat pengangguran.

Kota Denpasar secara geografis terbagi dalam 4 cakupan wilayah

kecamatan yakni diantaranya wilayah Kecamatan Denpasar timur, wilayah

Kecamatan Denpasar barat, wilayah Kecamatan Denpasar selatan dan wilayah

kecamatan Denpasar Utara. Pada Tabel 1.3 disajikan jumlah UKM diseluruh

kecamatan yang ada di Kota Denpasar.

Tabel 1.3

Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah UKM Sektor Perdagangan

1 Denpasar Selatan 2346

2 Denpasar Timur 2128

3 Denpasar Barat 1812

4 Denpasar Utara 1534

Total 7820

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar 2015

Tabel 1.3 menyajikan jumlah UKM di Kota Denpasar unit UKM,

dimanajumlah UKM tertinggi ada di Denpasar selatan dan yang terendah ada di

Denpasar Utara, total keseluruhan UKM di kota Denpasar berjumlah 7820 unit.

Tingkat upah merupakan pemberian penghargaan kepada tenaga kerja dalam suatu

kegiatan produksi yang pada dasarnya adalah imbalan atau balas jasa dari para

produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya dalam kegiatan produksi. Sistem

(26)

9

meningkatkan kesejahteraannya. Pendapatan UKM juga dipengaruhi oleh besar

kecilnya tingkat upah yang didapat oleh para pekerja. Tingkat upah juga

berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan UKM yang memiliki beberapa

arti yaitu semakin besar tingkat upah yang didapat para pekerja itu dikarenakan

tingkat produktivitas perusahaan mengalami peningkatan dalam memproduksi

barang dagangannya dan pendapatan yang diterima perusahaan mengalami

peningkatan, sehingga pengusaha ingin memberikan sebuah bentuk penghargaan

untuk para pekerja atas prestasi yang dibuatnya dalam bentuk peningkatan upah.

Dan juga peningkatan upah diberikan agar para pekerja lebih bersemangat dalam

bekerja. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prabawatma

(2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah itu dikarenakan

meningkatnya produktivitas perusahaan dalam berproduksi, sehingga pendapatan

perusahaan pun semakin meningkat.

Waktu yang dimiliki seseorang dapat dialokasikan untuk waktu luang dan

untuk bekerja. Seseorang yang menghargai waktu luang, akan bersedia

mengorbankannya jika memperoleh pendapatan lebih banyak. Seseorang yang

menghargai pendapatan akan bersedia mengorbankan waktu luangnya untuk

bekerja. Curahan jam kerja adalah jerih payah yang dilaksanakan seseorang untuk

mencapai suatu tujuan yang bersifat ekonomi (Hermanto, 2009). jam kerja

memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pekerja. teori ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Anik (2003) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi jam kerja yang digunakan, maka semakin tinggi pula pendapatan pekerja

(27)

10

setiap kenaikan 1 jam, maka pendapatan pekerja genteng akan naik sebesar Rp.

1.265,363.

Modal berpengaruh positif terhadap penjualan dalam suatu industri.

Dimana semakin besar modal usaha sebuah pedagang, maka semakin besar pula

pendapatannya, karena semakin banyaknya stok barang yang dapat dibeli oleh

pedagang akibat dari besarnya modal dagang. Penelitian yang dilakukan Supriadi

dan Puspitasari (2012) bahwa setiap kenaikan modal 1 rupiah, maka penjualan

akan meningkat sebesar 1854 rupiah. Modal yang dimiliki suatu UKM akan

mempengaruhi pendapatan UKM tersebut. Teori ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Yustinus (2001) yang menyatakan bahwa setiap penambahan

modal sebesar Rp 1.000,00 maka akan terjadi peningkatan sebesar Rp 30,00 pada

pendapatan.

Pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan sebuah usaha, dimana

semakin tinggi pendidikan seorang pedagang maka semakin besar juga

pendapatannya, Sesuai dengan teori human capital dalam Simanjuntak (1998)

yang menyatakan bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya melalui

peningkatan pendidikan, karena pendidikan tidak saja menambah pengetahuan

akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dimana setiap penambahan 1

tahun sekolah berarti di satu pihak menunda pendapatan selama satu tahun dalam

mengikuti sekolah tersebut. Dengan demikian, pendidikan dipandang sebagai

investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam

bentuk pertambahan hasil kerja. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

(28)

11

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan dengan nilai

signifikansi (probabilitas) sebesar 0,007. Dan memiliki nilai koefisien sebesar

0,069 dan bertanda positif yangmenyatakan bahwa meningkatnya satu tahun

pendidikan pedagang tape singkong yang berdagang di Jln. Soekarno Hatta, Kota

Probolinggo maka dapat meningkatkan pendapatan sebesar 69 ribu rupiah atau

dapat dijelaskan bahwa peningkatan tingkat pendidikan akan meningkatkan

pendapatan pedagang tape singkong di Jln. Soekarno Hatta, Kota Probolinggo.

Jumlah penjualan berpengaruh positif terhadap pendapatan sebuah usaha.

Dimana semakin tinngi jumlah penjualan semakin tinggi pula pendapatan dagang,

karena semakin banyak barang yang dapat dijual maka semakin banyak pula uang

yang didapat sehingga pendapatan semakin tinggi. Teori ini didukung oleh

Penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2011) yang menyatakan bahwa setiap

penambahan jumlah penjualan maka terjadi peningkatan pada pendapatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditarik rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap jumlah

penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di

Kota Denpasar?

2) Bagaimana pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah

penjualan terhadap pendapatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor

(29)

12

3) Apakah upah, jam kerja, modal, dan pendidikan berpengaruh signifikan secara

tidak langsung terhadap pendapatan UKM melalui jumlah penjualan UKM

pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota

Denpasar?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap

pendapatan melalui jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.

2) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah

penjualan terhadap pendapatan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

sektor perdagangan di Kota Denpasar.

3) Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak

langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui

jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor

perdagangan di Kota Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan

menjadi kegunaan teoritis dan praktis.

1) Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta memperkaya ragam

penelitian dan mampu menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi

(30)

13

membandingkan teori-teori dengan kenyataan dilapangan khususnya tentang

masalah Usaha Kecil dan Menengah.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan dalam mengambil

kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat

(31)
(32)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Teori Upah

Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan (Maimun, 2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang

diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan

menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang

berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa:

1) Upah adalah hak pekerja atau buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah dilakukan.

2) Upah yang telah diterima oleh pekerja atau buruh harus dinyatakan dengan

uang.

3) Upah yang dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau

peraturan perundang-undangan.

4) Tunjagan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya merupakan komponen dari

(33)

15

2.1.2 Upah Minimum

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup

layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah

minimum terbagi atas:

1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten kota. Besar upah

ini tiap wilayah provinsi atau kabupaten atau kota tidak sama, tergantung nilai

kebutuhan hidup minimum (KHM) di daerah yang bersangkutan. Setiap

kabupaten atau kota tidak boleh menetapkan upah minimum dibawah upah

minimum di provinsi yang bersangkutan.

2) Upah minimum berdasarkan sektor atau sub sector pada wilayah provinsi atau

kabupaten atau kota

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1989 pada pasal 1 huruf

(a) tentang pengertian upah minimum (Maimun, 2004) disebutkan bahwa upah

minimum adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Komposisi upah pokok

serendah-rendahnya 75 persen dari upah minimum.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah

Heidjerachman Ranupanjodo dan Suad Husnan (1990), mengemukakan

faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah:

1) Penawaran dan Pemintaan tenaga kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi dan jumlah tenaga

kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk

jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung turun.

(34)

16

upah (yang ditilik dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja)

(Don Bellante dan Mark Jacson, 1983).

2) Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut

mempengaruhi terbentuknya tingkat upah

3) Kemampuan Untuk Membayar

Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi pada

akhirnya realisai pemberian upah tergantung juga kepada kemampuan

membayar dari perusahaan

4) Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas jasa atau prestasi kerja. Semakin

tinggi prestasi kerja karyawan seharusnya besar pula tingkat upah yang akan

diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas

5) Biaya hidup

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah biaya hidup di kota-kota besar,

Dimana biaya hidup tinggi upah cenderung juga tinggi, bagaimanapun

nampaknya biaya hidup merupakan „batas penerimaan upah dari karyawan.

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya

upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat

(35)

17

2.1.4 Teori Jam Kerja

Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau

membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh

penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu

(Mantra, 2003). Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau

suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa

terputus) dalam seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah

waktu kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu. Sehingga dapat

diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti pekerjaan

yang dilakukan semakin produktif. Setiap penambahan waktu operasi akan makin

membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan.Istilah produktivitas

(productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan

seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001). Jam kerja pedagang pasar

tradisional sangat bervariasi. Di daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa,

pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan

seterusnya (Chandler, 1985 dan Alexander 1987). Kesediaan tenaga kerja untuk

bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah merupakan keputusan

individu (Nicholson, 1998).

2.1.5 Teori Alokasi Waktu

Menurut Simanjuntak (2001) waktu adalah bahan mentah dari hidup.

Penggunaan waktu dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dapat

(36)

18

memperoleh pendapatan. Bila seseorang menawarkan tenaga kerja maka biasanya

menyerahkan kembali waktu kepada pemberi kerja untuk mendapatkan upah.

Kedua, seseorang dapat melakukan pekerjaan non pasar, yaitu menggunakan

waktu memproduksi barang dan jasa sendiri. Pekerjaan non pasar meliputi waktu

yang digunakan seseorang untuk mencuci pakaian, memasak dan lain sebagainya.

Hal ini juga mencakup waktu yang digunakan untuk memperoleh keterampilan

dan pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas seseorang. Ketiga,

seseorang dapat mengubah waktu langsung menjadi waktu luang yaitu waktu

yang digunakan untuk aktivitas non kerja. Seseorang dapat membuat waktu yang

dimilikinya menjadi waktu untuk bekerja jika dia merasa pendapatan yang

diperolehnya saat ini kurang mencukupi baginya, tetapi dia juga dapat

memanfaatkan waktu tersebut menjadi waktu luang jika dia merasa pendapatan

yang dia peroleh cukup baginya.

Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu ialah dengan cara melakukan

aktivitas-aktivitas di waktu senggang yang menyenangkan. Cara umum lainnya

adalah dengan bekerja. Menurut Ehrenberg dan Smith dalam bukunya

Simanjuntak (2001) pengalokasian waktu untuk bekerja atau untuk waktu luang

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

1) Biaya kesempatan (opportunity cost) disini akan dilihat seseorang yang

mengalokasikan waktunya untuk bekerja maka dia perlu waktu untuk tidak

bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari

(37)

19

biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan

untuk menghabiskan lebih banyak waktu luang.

2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari

jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya.

Keahlian dari pekerja itu sendiri dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang

dapat dihargakan. Bila seseorang pekerja memiliki banyak tabungan yang

dapat dihargakan maka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang

dibandingkan waktu kerja.

3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya

ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk

mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak

waktu luang tergantung pada pilihan-pilihan yang tersedia.

Seseorang akan mengalokasikan waktu untuk dua pilihan yaitu bekerja di

pasar kerja untuk memperoleh pendapatan dengan harapan bila pendapatan

mereka meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan (welfare) mereka sendiri

dan keluarga atau tidak bekerja (menikmati waktu luang) seseorang yang bekerja

akan dihadapkan pada cara mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja dan

menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh utilitas

(kepuasan maksimum). Untuk menghitung upah riil seseorang maka diturunkan

rumus sebagai berikut :

Y = w x h... (1)

Dengan jam kerja per hari = 24 jam dikurangi leisure (waktu senggang) per hari ,

(38)

20

H = 24 – T... (2)

Sehingga utilitas maksimum : U (Y,T) menjadi U (wH, 24-H)

Keterangan :

Y = Upah riil

w = Tingkat upah

H = Lama bekerja

T = Waktu senggang

U = Utilitas

Tingkat utilitas (kepuasan maksimum) seseorang akan bertambah bila (1)

barang bertambah sedangkan waktu senggang (leisure) tetap, (2) waktu senggang

bertambah dengan jumlah barang yang dikonsumsi tidak berubah, (3) jumlah

barang yang dikonsumsi dan waktu senggang sama-sama berubah (Layard dan

Walters, 1987).

Terlihat bahwa hubungan antara tingkat upah dan waktu kerja secara mikro

yakni lamanya kerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang mengasilkan uang)

akan dipengaruhi oleh tingkat upah yang sedang berlaku bagi suatu pekerjaan.

Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya kenaikan tingkat upah yaitu :

1) Substitution effect, apabila upah adalah harga dari waktu luang menjadi mahal

sehingga menyebabkan mereka mengkonsumsi waktu luang semakin sedikit

dan akan memperpanjang jam kerjanya di sektor publik.

2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan

pekerja akan semakin lebih banyak termasuk beli waktu luang akibatnya

(39)

21

Pengaruh meningkatnya tingkat upah terhadap jumlah jam kerja di sektor

publk akan sangat tergantung dari kekuatan relatif antara substitution dan income

effect. Sedangkan bila income effect yang lebih dominan pengaruhnya maka

pekerja akan mengurangi jam kerjanya. Pengamatan menunjukkan bahwa hasil

akhir dari dua akibat tersebut tergantung dari kekuatan batas tinggi rendahnya

tingkat upah yang sedang berlaku.

2.1.6 Pengertian Modal

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari

selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya

digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,

membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya gunanya untuk

membiayai operasi perusahaan.

Riyanto (2001), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja

yaitu:

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik-beratkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam

unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar

kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan

dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah

keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja

(40)

22

2) Konsep kulitatif

Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya

jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal

kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar

dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu

likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas

hutang lancarnya.

3) Konsep Fungsional

Konsep ini menitik-beratkan pada fungsidana dalam menghasilkan

pedapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah

dimaksudkan menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian

merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.

Menurut Riyanto (2001) modal kerja digolongkan menjadi 2 yaitu:

a) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat

menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara

terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working

Capital ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam

perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

(41)

23

Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan

karena fluktuasi musim.

2. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan

karena fluktuasi konjungtur .

3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada

pemogokan buruh, bencana alam).

Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat atau suatu

kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menutupi biaya – biaya

yang terjadi selama proses produksi. Menurut Todaro (1994), akumulasi modal

merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran (expenditure) yang

digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk

konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian

dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar

(42)

24

berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik

dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini

disebut akumulasi modal.

2.1.7 Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha

perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui

nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut

(Paula, 2005). Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan

sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta

keuntungan/profit (Sukirno, 2000).

Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu

pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan

karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan

pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pendapatan

sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar

pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk

membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh

perusahaan.

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan

yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah

(43)

25

lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap

bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi

ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah

keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga

dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan

menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status,

pendidikan dan keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat

relatif.

Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran

terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang

yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor

informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari

hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya

dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup

keluarganya.

Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :

1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.

2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

(44)

26

3) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga

masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor

produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga

yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti

halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik,

antara penawaran dan permintaan.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan

(Suparmoko, 2000), yaitu:

1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan

pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu

minggu maupun satu bulan.

2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha

milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga

sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak

diperhitungkan.

3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan

(45)

27

1.) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, 2.)

Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) Sumbangan dari pihak lain,

5.) Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.

Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan

yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer

payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa

dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan

menjadi:

1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang

langsung ikut serta dalam produksi barang.

2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk

lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter,

ahli hukum dan pegawai negeri.

Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:

1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi

pengeluaran dan biaya–biaya.

2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi

pengeluaran dan biaya-biaya.

Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan

(46)

28

upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari

penjualan seperti: hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.

2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler

dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.

Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang

dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu:

1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan

rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.

2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu

pendapatan rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.

3) Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu pendapatan

rata-rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.

4) Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata

pendapatan lebih dari Rp.900.000.

2.1.8 Konsep Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, UKM dibagi menjadi

empat karakter sesuai sektor usahanya:

1) UKM sektor pertanian adalah UKM yang berasal dari bahan bakunya produk

pertanian dalam arti luas (Pertanian, perikanan, peternakan, kelautan,

kehutanan). Contoh: Mebel, furniture, lukisan, kain, baju.

2) UKM sektor non pertanian adalah UKM yang bukan berasal dari pertanian atau

bahan yang tidak dapat diperbaharui. Contoh: bahan tambang, cincin, mineral,

(47)

29

3) UKM sektor perdagangan adalah UKM yang tidak memproduksi barang

dagangannya tetapi membeli dari produsen kemudian menjual kembali ke

konsumen. Contoh: segala macam toko yang tidak memproduksi tetapi menjual

saja dan dijual kembali.

4) UKM sektor aneka usaha dan jasa adalah UKM yang menjual jasa atau

keahlian. Contoh: tukang jahit, salon, tukang pijat.

Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Mikro Kecil Menengah yang

telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) ada beberapa kriteria

yang digunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria usaha mikro kecil

dan menengah. Pengertian-pengertian UKM tersebut adalah:

1) Usaha Kecil

Kriteria kelompok usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini.

2) Usaha Menengah

Kriteria kelompok usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian, baik

(48)

30

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini.

Berdasarkan kategori BPS (Badan Pusat Statistik), usaha kecil identik

dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri

berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja

1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah

dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau

lebih. Berikut adalah kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah seperti terlihat

pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU Digolongkan Berdasarkan Jumlah Aset dan Omset Yang Dimiliki Sebuah Usaha Tahun

2014

No Usaha

Aset (Rupiah) Omset (Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja 1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta 1-4 orang 2 Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 milliar 5-19 orang

3 Usaha Menengah > 500 juta – 10 milliar > 2,5 milliar – 50 milliar 20-99 orang

Sumber: BPS Provinsi Bali 2015

2.1.9 Konsep Sektor Usaha Perdagangan

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli

barang dari suatu tempat dan suatu waktu dengan menjual barang tersebut di

tempat dan waktu lainnya untuk memeperoleh keuntungan. Adapun pengertian

dari perdagangan adalah suatu usaha menjual suatu barang dari hasil sebuah

(49)

31

produksi yang terpakai. Perekonomian dunia telah mengalami perubahan yang

sangat drastis dalam dua setengah abad ini, didalam berbagai corak kegiatan

perekonomian tersebut kegiatan ekonomi tidak lagi ditunjukkan untuk memenuhi

kebutuhan sendiri, akan tetapi juga dilakukan untuk memenuhi

keinginan-keinginan yang terwujud di pasar, disamping itu unit produksi telah sanggup

menyumbangkan teknik produksi yang modern sehingga mereka dapat

menyediakan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dalam jumlah yang

sangat besar (Sukirno, 1994).

2.1.10 Pendidikan

Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa.

Jika dunia pendidikan suatu bangsa berada dalam kondisi yangh memprihatikan,

maka kehancuran kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,

pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan

jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka

pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian

(50)

32

Berhubung dengan kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan

ekonomi, maka pendidikan dikatakan sebagai modal manusia (human capital),

dan pengeluaran terhadap pendidikan penduduk disebut sebagai investasi dalam

modal manusia (investment on human capital).

Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ditempuh oleh seseorang,

yaitu: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) pendidikan informal,

pengertian dari masing-masing jenis pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah. Biasanya yang terlibat adalah penduduk usia muda yang

masih belum bekerja, atau yang sedang meningkatkan pengetahuan dan

keahliannya. Pendidikan formal ini dapat dikembangkan secara

berkelanjutan, baik di dalam, maupun di luar sekolah.

2) Pendidikan non formal dapatr dipandang sebagai program pendidikan

yang terorganisasi yang dilangsungkan di luar sekolah. Seringkali para

pesertanya adalah orang-orang dewasa. Biasanya waktu untuk menempuh

pendidikan non formal ini lebih pendek, difokuskan pada bagian program

(pendidikan) yang lebih sempit, dan lebih terkait dengan pengetahuan

aplikasi daripada yang terdapat pada program pendidikan formal.

3) Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar

kerangka lembaga pendidikan formal maupun di luar program pendidikan

Yang terorganisasi. Dalam hubungan ini orang-orang mempelajari

(51)

33

masyarakat. Pendidikan informal seringkali dikatakan sebagai pendidikan

seumur hidup, yang berlangsung selama hayat dikandung badan.

Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan secara

sistematis. Karena itu, menjadi penting untuk memahami bahwa kemiskinan bisa

mengakibatkan kebodohan, dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan.

Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan.

Pendidikan dalam konteks kemiskinan bukan hanya dilihat dari sisi orang tua saja

(ayah dan ibu). Lebih dari itu, harus diperhatikan pulapendidikan bagi anak-anak

dari keluarga miskin tersebut. Anak dari keluarga miskin haruslah mendapatkan

pendidikan yang memadai, anak-anak ini akan mendapatkan kesempatan yang

lebih baik untuk keluar dari status miskin di masa depan (Anderson,2012). Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mankiw dan Weil (1992) yaitu apabila

investasi pendidikan dilakukan secara merata, termasuk pada masyarakat yang

berpenghasilan rendah maka kemiskinan akan berkurang.

2.1.11 Teori Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan

rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan

keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba

(Marwan A, 1986). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena

dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang

diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil

produk yang dihasilkan. Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer

(52)

34

mentransfer barang dan jasa diperlukan orang-orang yang bekerja di bidang

penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil pelayanan, dan wakil

pemasaran. Menurut Martin, S dan Colleran, G (2006) Penjualan jika

diidentifikasi dari Perusahaannya dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Penjualan lansung yaitu penjualan dengan mengambil barang dari supplier

dan langsung dikirim ke customer.

2. Penjualan stok gudang yaitu penjualan barang dari stok yang telah tersedia

di gudang.

Konsep Penjualan (The selling concept) adalah bahwa konsumen tidak

akan membeli banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi dan

penjualan yang agresif (Sumarni, 1987), jadi dalam konsep ini terkandung dasar

pemikiran seperti :

1) Tugas utama produsen adalah mencapai volume penjualan yang

setinggi-tingginya.

2) Konsumen harus didorong untuk membeli dengan berbagai cara peningkatan

penjualan.

3) Konsumen mungkin akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak,

masih ada konsumen yang lain.

Menurut Sukirno (2005) hasil penjualan adalah pendapatan yang diterima

Gambar

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah UKM dari tahun 2010-2014 terus
Tabel 1.3 menyajikan jumlah UKM di Kota Denpasar unit UKM,
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan debitur dari usaha kecil dan menengah (UKM) pada Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil

besar bagi pengembangan sektor pertanian, bahkan beberapa komoditi yang dihasilkan daerah ini adalah merupakan komoditi ekspor. Dataran rendah pantai timur merupakan daerah

Masalah utama dalam pengembangan UKM di Provinsi Bali adalah modal. Melalui PT.Jamkrida Bali Mandara diharapkan permasalahan modal mampu diatasi. Pelaksanaan penjaminan modal

Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, kegiatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang dikategorikan sebagai usaha sektor informal, sangat potensial dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja

Sehingga dapat diketahui faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan investasi sektor perdagangan dan investasi sektor industri manufaktur di jawa timur baik secara

Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, kegiatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang dikategorikan sebagai usaha sektor informal, sangat potensial dan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan sektor ekonomi yang memiliki peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terbukti