commit to user
PENGARUH PENYU
SEKSUALITAS PADA
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
PROGRAM STUDI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
SEKSUALITAS PADA REMAJA SMA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
SETYORINI
R0108071
PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
PENGETAHUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
commit to user
commit to user
iv
ABSTRAK
Setyorini. R0108071. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja SMA. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012
Latar belakang : Masa remaja merupakan masa transisi dimana mempunyai banyak life events yang terjadi untuk menentukan kehidupan masa dewasa dan menentukan kualitas generasi berikutnya. Masalah yang paling sering dialami oleh seorang remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas. Permasalahan tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan seksualitas pada remaja SMA.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain penelitian pretest posttest control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 96 siswa kelas XI IPA dan IPS SMA Negeri 5 Surakarta, dibagi dua menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner sebanyak 38 pernyataan yang telah valid dan reliabel. Teknik analisis data dengan menggunakan Independent t-test.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata selisih nilai pretest dan posttest pengetahuan dari kelompok kontrol sebesar 1,27±0,9 sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 6,5±4,6. Analisis dengan Independent t-test menghasilkan nilai p (:0,000) < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan.
Simpulan : Terdapat pengaruh pemberian penyuluhan yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan seksualitas pada remaja SMA.
commit to user
ABSTRACT
Setyorini. R0108071. The Effect Of Elucidation To The Level Of Sexuality Knowledge On The Adolescent At Senior High School. Studies Program Diploma IV Midwife Educator in Medical Faculty of Sebelas Maret Surakarta University. 2012
Background : the adolescent is transition period when it has many life events happen to decide the adult time and decide the quality of the next generation. The problems are usually faced by the adolescent people is the problem related to the sexuality. That problem is a series effect from the lack information about sexuality on the adolescent people.
Purpose: this research aims to identify the effect of elucidation to the level of sexuality knowledge on the adolescent at senior high school.
Method: the research method used is quasi experiment with the research design pretest posttest control group design. The sample used was 96 students XI science class and XI social class in SMA Negeri 5 Surakarta. The sample was divided into 2 groups, treatment and control group. The instrument used was questionnaire with 38 questions which was valid and reliable. The technique of analyzing data is used independent t-test.
Result : the result of this research shows that the mean different between pretest scores and post test of the knowledge of adolescent from the control group is 1,27±0,9 while in the treatment group is 6,5±4,6. The analysis with independent t-test produce the score of p (:0,000)<0,05, therefore there is significant different between the level of knowledge in the treatment and control group.
Summary: there is an effect of elucidation to the level of sexuality knowledge on the adolescent at senior high school.
commit to user
vi M OTTO
M asa depan bukan tergantung dari keadaan. M asa depan tergantung dari keputusan yang kita buat
^ penulis ^
Tidak semua jalan kehidupan selurus dan semudah yang kita bayangkan.
K etika kita melewati dan berada pada jalan yang berkelok dan berkerikil, itu akan membuat kita menjadi orang yang semakin kuat.
^ Titi K urniasih ^
K alau kita memulai langkah dengan rasa takut, maka sebenarnya kita tidak pernah melangkah. ^N ayyar ^
Janganlah berharap pada orang lain, karena belum tentu mereka tahu dan mengerti sehingga membuat kita lelah pada akhirnya. B erharaplah selalu pada Allah, karena I a selalu memberi
commit to user
PERSEMBAHAN
“ Atas syukurku kepada I llahi R abbi, yang telah memiliki rencana, melaksanakan, dan mencukupi segala kebutuhanku selama ini. Y a Alloh, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan, dan jadikanlah barokah apa-apa- apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa- apa yang Engkau tunda dan menunda apa- apa yang Engkau segerakan”
A ku persembahkan karya t ulis ini unt uk :
Hart a paling berharga dalam hidupku, keluargaku. Unt uk Ibuku, Sariyem dan Bapakku, M . N urkholis....Terimakasih at as do’a dan harapan yang selalu kalian panjat kan, membuat ku selalu ingin menjadi lebih baik dan t erbaik. Kalian sosok yang t ak t ergant ikan...Luv u so much!!!!!
Buat adekku Tit i dan Juki, t erimakasih at as semangat , doa sert a cint a yang selalu kalian berikan. Lanjut kan misi qt membuat orang t ua bangga...aamin!!!
Buat mas A nggit , t erimakasih t elah m enjadi bat u pijakan yang kokoh dalam menggapai impianku selama ini, memberikanku kekuat an saat aku rapuh, selalu memberikanku semangat dengan segala kesabaranmu...
Teman t erbaikku Ifah, N esa, Ela, Rizka, Hanifa, Okt a, Ira, Pisco, Dini dan N iken. Terimakasih t elah mewarnai hidupku dan meluangkan wakt u unt uk mendengar keluh kesahku. Terimakasih t elah menjadi keluargaku di rant auan sini.
commit to user
viii
M uffiers comunit ee. Yunit a, Dest ia, Tot alia, Pisco, Tika, A ma, Dyah, Sari, W iwik, Bengkas dan M ayang. Terimakasih t elah menjadi keluarga keduaku dan menjagaku selama ini. Kebersamaan kit a dalam sat u at ap t idak akan t erlupakan...Semoga kit a semua jadi orang hebat , A min..
Fika, Furo, Dewi, Erma .... Terimakasih t elah memberiku semangat dari jauh...Luv u A ll..:*
commit to user KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada
Remaja SMA”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak sehingga pada akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M. Kes selaku Sekretaris Program Studi D-IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Erindra Budi C., S.Kep, Ns, selaku ketua tim KTI.
4. Muthmainah, dr., M. Kes selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan
selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab.
5. Suyatmi, dr., M. Biomed. selaku dosen Pembimbing Pendamping, yang
dalam padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis
ilmiah ini.
6. Suhanantyo, drg., M. Si Med, PGK dan Sri Mulyani, S.Kep., Ns., M.Kes
selaku penguji, yang telah banyak memberikan masukan berharga dalam
penyusunan karya tulis ini.
7. Sajidan, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta, beserta staff
commit to user
x
8. Drs. Yusmar Setyobudi, MM, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 6 Surakarta,
beserta staff yang telah memberikan izin dan membantu proses penelitian.
9. Seluruh dosen dan staf DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis.
10. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis.
11. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian karya
tulis ilmiah ini.
12. Seluruh rekan di DIV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga karya tulis
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Surakarta, Juli 2012
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTACT... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Penyuluhan Kesehatan... 5
2. Seksualitas ... 8
3. Pengetahuan ... 25
4. Remaja ... 29
5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja... 30
B. Kerangka Konsep ... 32
C. Hipotesis ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
commit to user
xii
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Populasi Penelitian ... 34
D. Sampel dan Teknik Sampling... 34
E. Estimasi Besar Sampel ... 35
F. Kriteria Restriksi ... 36
G. Pengalokasian Subjek... 36
H. Definisi Operasional... 37
I. Cara Kerja ... 38
J. Rencana Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46
A. Analisis Univariat... 46
1. Karakteristik Responden... 46
2. Pengetahuan Responden tentang Seksualitas ... 47
B. Analisis Bivariat ... 48
BAB V PEMBAHASAN ... 51
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Simpulan... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada laki- laki ... 11
Tabel 2.2. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada perempuan... 12
Tabel 3.1. Kisi- kisi soal untuk mengukur pengetahuan remaja tentang
seksualitas sebelum dan sesudah uji validitas... 42
Tabel 4.1. Karakteristik responden ... 46
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan... 47
Tabel 4.3. Rata- rata nilai pretest dan posttest pengetahuan seksualitas
pada kelompok kontrol dan perlakuan... 48
Tabel 4.4. Rata- rata nilai pengetahuan seksualitas responden pada
jurusan IPA dan IPS dari hasil pretest... .. 48
Tabel 4.5. Hasil uji normalitas data pengetahuan responden kelompok
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat reproduksi laki- laki ... 10
Gambar 2.2. Alat reproduksi perempuan ... 11
Gambar 2.3. Skema kerangka konsep... 32
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal penyusunan karya tulis ilmiah
Lampiran 2. Kuesioner penelitian sebelum uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 3. Kuesioner penelitian sesudah uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5. Data skor responden pada tiap item pernyataan
Lampiran 6. Hasil uji validitas
Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas
Lampiran 8. Tabulasi data hasil pretest pengetahuan pada kelompok kontrol
Lampiran 9. Tabulasi data hasil pretest pengetahuan pada kelompok perlakuan
Lampiran 10. Tabulasi data hasil posttest pengetahuan pada kelompok kontrol
Lampiran 11. Tabulasi data hasil posttest pengetahuan pada kelompok perlakuan
Lampiran 12. Data pengetahuan pada kelompok kontrol dan perlakuan (SPSS)
Lampiran 13. Data pengetahuan pada kelompok program jurusan IPA dan IPS
(SPSS)
Lampiran 14. Hasil uji normalitas data (SPSS)
Lampiran 15. Hasil uji independent t-test (SPSS)
Lampiran 16. Lembar Konsultasi
Lampiran 17. Lembar Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas di
SMA Negeri 6 Surakarta dari Institusi
Lampiran 18. Lembar Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data di SMA
Negeri 5 Surakarta dari Institusi
Lampiran 19. Surat Keterangan dari SMA Negeri 6 Surakarta
Lampiran 20. Surat Keterangan dari SMA Negeri 5 Surakarta
Lampiran 21. Lembar Permohonan dan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara
global sejak diangkatnya isu tersebut ke dalam Konferensi Internasional
tentang Kependudukan dan Pembangunan (Internasional Conference on
Population and Development, ICPD) di Kairo, Mesir. Sejak saat itu masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak- hak remaja
akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan
reproduksi termasuk konseling (Imron, 2012).
Masa remaja merupakan masa transisi dimana mempunyai banyak life
events yang terjadi untuk menentukan kehidupan masa dewasa dan menentukan kualitas generasi berikutnya, sehingga menempatkan masa ini
sebagai masa kritis dalam siklus kehidupan sosial. Tahun 2007 tercatat
jumlah remaja sebanyak 64 juta jiwa atau 28,6% dari jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 222 juta. Semakin banyak jumlah remaja, maka semakin
banyak pula permasalahan yang dihadapi (BKKBN, 2008).
Pemahaman tentang perkembangan seksual termasuk perilaku seksual
remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting diketahui, sebab
merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk keluarganya (Soetjiningsih,
2007).
Menurut Imron (2012), masalah yang sering dialami remaja adalah
masalah yang berkaitan dengan seksualitas atau kesehatan reproduksi.
Permasalahan tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya
pengetahuan remaja tentang seksualitas.
Minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas tergambar dari
hasil penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di
12 kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa pemahaman remaja akan
seksualitas masih sangat terbatas (Suryoputro, 2006). Selain itu berdasarkan
survey yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah 2004 di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan- pertanyaan tentang
proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara- cara pencegahan
HIV/ AIDS, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh informasi
bahwa 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuannya sedang, dan
19,50% pengetahuannya memadai (Husni, 2005 ).
Minimnya pengetahuan tentang seksualitas dikarenakan akses untuk
mendapatkan informasi sangat terbatas dan masih terdapat anggapan bahwa
membicarakan masalah seksualitas secara transparan masih dianggap tabu.
Selain itu, faktor yang menyebabkan pendidikan seksualitas sulit
diimplementasikan secara formal melalui jalur kurikulum dalam institusi
commit to user
Penulis melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri (SMAN) 5
Surakarta pada tanggal 7 Maret 2012, didapatkan hasil bahwa kurikulum
kesehatan reproduksi di SMAN 5 Surakarta hanya membahas masalah sistem
reproduksi secara umum, sehingga siswa belum tahu mengenai kesehatan
reproduksi khususnya seksualitas. Selain itu, juga pernah dilaporkan terdapat
siswa yang hamil di luar nikah.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja SMA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan “ Adakah pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja SMA ? “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja SMA.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seksualitas di
SMAN 5 Surakarta.
b. Mengidentifikasi perubahan pengetahuan tentang seksualitas pada
remaja antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di SMAN 5
c. Menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja di SMAN 5 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah mengenai pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja.
2. Manfaat aplikatif
a. Institusi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada institusi sekolah terkait agar lebih meningkatkan program
pengajaran tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang
seksualitas pada remaja.
b. Remaja
Sebagai bahan masukan dan informasi ilmiah untuk
meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas sehingga diharapkan
dapat membentuk pribadi remaja yang bertanggung jawab terhadap
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Penyuluhan Kesehatan
a. Definisi
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan,
yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Machfoedz dan Suryani, 2008).
b. Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan merupakan investasi jangka panjang
karena hasil penyuluhan berupa perubahan perilaku baru bisa dilihat
beberapa tahun kemudian. Sedangkan dalam waktu pendek (immediate
impact), hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
c. Langkah- langkah dalam penyuluhan
Machfoedz dan Suryani (2008) menjelaskan bahwa dalam
melakukan penyuluhan kesehatan, penyuluh yang baik harus
melakukan langkah- langkah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah.
3) Menentukan tujuan penyuluhan.
4) Menentukan sasaran penyuluhan.
5) Menentukan isi penyuluhan.
6) Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan.
7) Memilih alat- alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.
8) Menyusun rencana penyuluhannya.
9) Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaannya.
d. Metode penyuluhan
Suprapto (2004) menggolongkan metode penyuluhan menjadi
tiga golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai :
1) Metode berdasarkan pendekatan perseorangan
Yang termasuk ke dalam metode ini yaitu anjangsana,
surat-menyurat, kontak informal, undangan, hubungan telepon, dan
magang.
2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok
orang untuk menyampaikan pesannya. Beberapa metode
pendekatan kelompok antara lain yaitu ceramah dan diskusi, rapat,
demonstrasi, temu karya, temu lapang, sarasehan, perlombaan,
pemutaran slide, dan penyuluhan kelompok lainnya.
Dari beberapa metode di atas, ceramah merupakan metode
commit to user
adalah tahap persiapan meliputi kesiapan materi dan penguasaan
materi serta tahap pelaksanaan meliputi hal- hal yang harus
diperhatikan oleh penceramah dalam menyampaikan materi.
(Notoatmodjo, 2007a).
3) Metode berdasarkan pendekatan massal
Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas
(massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan ini
antara lain rapat umum, siaran melalui media massa, penerbitan
visual dan pemutaran film.
e. Media penyuluhan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007a), media penyuluhan kesehatan
digunakan untuk mempermudah penerimaan informasi kesehatan pada
masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya media tersebut dibagi
menjadi media cetak, media elektronik, dan media papan ( billboard).
f. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
Keberhasilan penyuluhan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
2) Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru (Septalia, 2010).
3) Adat istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita
masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat merupakan
sesuatu yang tidak boleh diabaikan (Notoatmodjo, 2003).
4) Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul
kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi (Septalia,
2010).
5) Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan (Septalia, 2010).
2. Seksualitas
a. Definisi
Seks adalah karakteristik biologis- anatomis (khususnya sistem
commit to user
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas,
yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas terkait
erat dengan jenis kelamin, organ- organ reproduksi, perilaku seksual,
orientasi seksual, dan kelainan seksual (Imron, 2012).
Menurut Yuliadi (2010), seksualitas memiliki arti yang lebih
luas karena meliputi bagaimana seseorang merasakan tentang diri
mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut
terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih
halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian dan perbendaharaan
kata.
b. Nilai seksual pada pria dan wanita
Menurut Sarwono (2011) remaja pria lebih awal melakukan
berbagai perilaku seksual dari pada remaja putri. Namun di berbagai
kebudayaan termasuk Indonesia sendiri, sikap pria memang pada
umumnya lebih permisif dari pada wanita, yang pada hakikatnya
mencerminkan perbedaan nilai seksual antara remaja pria dan wanita
yaitu :
1) Laki- laki lebih cenderung terbuka daripada wanita untuk
menyatakan bahwa mereka sudah berhubungan seks dan sudah
2) Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta. Alasan mereka
untuk berhubungan seks adalah cinta , sementara itu pada remaja
pria kecenderungan ini jauh lebih kecil.
c. Sistem reproduksi
Alat reproduksi adalah organ- organ dalam tubuh manusia yang
berfungsi untuk proses reproduksi. Bentuk alat reproduksi antara
laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, namun alat reproduksi mereka
mempunyai fungsi yang sama (Akbidyo, 2007).
Di bawah ini merupakan alat reprodusi pria dan wanita beserta
fungsinya :
1) Alat reproduksi laki- laki
commit to user
Tabel 2.1. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada laki- laki
Alat reproduksi Fungsi atau keterangan Bagian luar
a) Penis
b) Skrotum Bagian dalam
a) Buah zakar (testis), jumlahnya sepasang b) Epididimis
c) Vas deferens (saluran mani)
d) Vesicular seminalis
e) Kelenjar prostat
f) Uretra (saluran kencing)
Alat senggama dan saluran untuk keluarnya sperma dan air seni. Pada keadaan biasa ukuran penis kecil, ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompakan ke penis sehingga menjadi tegang dan besar (ereksi).
Tempat bergantungnya testis.
Memproduksi hormon kelamin laki-laki (testosteron).
Saluran yang lebih besar dari pada vas deferens.
Saluran untuk menyalurkan sperma dari testis menuju ke vesicular seminalis. Menghasilkan dan menampung air mani sebagai media pengantar sperma.
Menghasilkan cairan mani (semen), tempat hidupnya sperma.
Saluran untuk mengeluarkan air mani dan air kencing.
Sumber : BKKBN, 2005
2) Alat reproduksi perempuan
Tabel 2.2. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada perempuan
Alat reproduksi Fungsi atau keterangan Bagian luar
a) Bibir besar (labia mayora) b) Bibir kecil (labia minora) c) Klitoris
d) Lubang senggama (introitus vagina)
Bagian dalam
a) Liang senggama/ kemaluan (vagina)
b) Mulut rahim (serviks)
c) Rahim (uterus)
d) Saluran telur (tuba fallopi)
e) Indung telur (ovarium)
Berupa benjolan daging kecil dan yang paling peka dari seluruh alat kelamin perempuan yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Terletak antara lubang kencing dan anus (dubur).
Alat untuk berhubungan seksual, jalan keluarnya bayi saat melahirkan dan keluarnya darah menstruasi.
Bawah rahim bagian luar yang ditetapkan sebagai batas penis masuk ke vagina. Membuka pada saat melahirkan sehingga bayi dapat keluar.
Tempat berkembangnya janin. Dinding rahim yang menebal dan berisi pembuluh darah yang keluar sebagai menstruasi.
Tempat berjalannya sel telur setelah keluar dari ovarium (ovulasi) dan tempat terjadinya pembuahan (konsepsi).
Menghasilkan sel telur dan hormon (estrogen dan progesteron)
commit to user d. Perilaku seksual remaja
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam- macam, mulai
dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama (Sarwono, 2011).
Menurut Wahyudi dalam Yuliadi (2010), perilaku seksual
secara rinci dapat berupa :
1) Berfantasi : merupakan perilaku membayangkan dan
mengimajinasikan aktivitas seksual yang menimbulkan perasaan
erotisme.
2) Pegangan tangan : aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan
rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan
untuk mencoba aktivitas yang lain.
3) Cium kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan
bibir.
4) Cium basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
5) Meraba : merupakan kegiatan bagian- bagian sensitif
rangsang seksual, seperti leher, payudara, paha, alat kelamin, dan
lain- lain.
6) Berpelukan : aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman,
nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah
7) Masturbasi : perilaku merangsang organ kelamin untuk
mendapatkan kepuasan seksual.
8) Oral seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara
memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
9) Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin, tetapi masih menggunakan
celana dalam).
10) Intercourse(senggama) : merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki- laki ke dalam alat kelamin
wanita.
e. Orientasi seksual
Seksualitas memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah
orientasi seksual. Orientasi seksual adalah ketertarikan yang bersifat
abadi (enduring) secara emosional, romantis, dan afeksional kepada
manusia lain (Majid, 2007).
Terdapat 3 jenis orientasi seksual, yaitu :
1) Heteroseksual
Heteroseksual ditujukan untuk seseorang yang tertarik
secara seksual hanya kepada lawan jenis. Laki- laki tertarik pada
perempuan, sebaliknya perempuan tertarik pada laki-laki. Sebagian
besar orang digolongkan kategori ini. Orientasi heteroseksual
commit to user 2) Biseksual
Istilah untuk perempuan maupun laki-laki yang tertarik
secara seksual baik kepada perempuan dan laki-laki sekaligus.
Perempuan tertarik pada perempuan dan laki. Sebaliknya
laki-laki juga tertarik secara seksual pada perempuan dan laki-laki-laki-laki
sekaligus. Dalam kondisi ini, laki-laki tetap merasa dirinya sebagai
laki-laki. Perempuan tetap merasa dirinya sebagai perempuan
(Majid, 2007).
3) Homoseksual
Istilah untuk seseorang yang tertarik seksual pada sesama
jenis. Istilah homoseksualitas dipakai untuk hubungan seksual
antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah ini berlaku pula
bagi pasangan wanita- wanita yang lazim disebut lesbianisme
(Wiknjosastro, 2005).
f. Kelainan dan gangguan seksual
Sering kali dalam masyarakat terdapat pengertian bahwa tingkah
laku seksual yang khususnya tidak sesuai dengan norma- norma agama,
hukum maupun susila yang dilakukan remaja adalah kelainan atau
Adapun jenis- jenis kelainan dan gangguan seksual menurut
Sarwono (2011) yaitu :
1) Jenis- jenis gangguan seksual pada umumnya
a) Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian
antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada
diri seseorang. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan
dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya,
seperti laki- laki suka bermain boneka atau sebaliknya anak
perempuan suka bermain sepak bola), ucapan maupun obyek
seksualnya.
(1) Transeksualisme
Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang
sejenis kelamin (homoseksual walaupun mereka tidak mau
disebut sebagai homoseks). Akan tetapi, ada juga orang
melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual
dan beberapa diantara mereka dilaporkan aseksual (tidak
berminat pada seks).
(2) Gangguan identitas jenis masa kanak- kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak
masa kanak- kanak, ada gangguan identitas jenis yang
commit to user
(3) Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda- tanda
transeksualisme, tetapi ada perasaan- perasaan tertentu
yang menolak struktur anatomi dirinya, seperti merasa
tidak mempunyai vagina atau vaginanya akan tumbuh
menjadi penis ( pada wanita), atau merasa tidak punya
penis atau jijik pada penisnya sendiri ( pada pria).
b) Parafilia
Ciri utama gangguan jiwa yang satu ini adalah
diperlukannya suatu khayalan atau perbuatan seksual yang
tidak lazim untuk mendapatkan gairah seksual.
(1) Zoofilia (Bestialitas)
Terdapat perbuatan atau fantasi mengadakan aktivitas
seksual dengan hewan.
(2) Pedofilia
Perbuatan atau fantasi untuk melakukan aktivitas seksual
dengan anak prapubertas.
(3) Transvestisme
Pemakaian pakaian wanita oleh laki- laki heteroseksual
(4) Ekshibisionisme
Mempertunjukkan alat kelamin secara tak terduga kepada
orang yang tidak dikenalnya dengan tujuan untuk
mendapat kegairahan seksual tanpa upaya lanjut untuk
mengadakan aktivitas seksual dengan orang yang tak
dikenalnya.
(5) Fetishisme
Penggunaan benda (fetish) yang lebih disukai atau sebagai
satu- satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.
Benda itu tidak terbatas pada perangkat pakaian wanita
atau alat- alat perangsang gairah seksual (seperti vibrator).
(6) Voyeurisme
Mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau
melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan
tidak ada upaya lanjut untuk melakukan aktivitas seksual
dengan orang yang diintip itu.
(7) Masokisme seksual
Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina,
dipukul atau penderitaan lainnya.
(8) Sadisme seksual
Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan
commit to user (9) Parafilia tidak khas
Pencapaian kepuasan melalui cara- cara yang tidak lazim
yang belum disebut diatas misalnya dengan tinju
(koprofilia), dengan menggosok (froteurisme), dengan
kotoran (misofilia), dengan mayat (nekrofilia), dengan air
seni ( urofilia), dan dengan bicara kotor melalui telepon (skatologia telpon).
2) Penyalahgunaan seksual pada anak- anak
Penyalahgunaan seks pada anak- anak (child sexual abuse) sebagai
pemanfaatan (exploitation) anak- anak untuk kepuasan seksual
orang dewasa.
Tiga golongan anak yang mengalami penyalahgunaan seksual :
a) Anak- anak disiksa atau disakiti dengan luka- luka terutama di
daerah alat kelaminnya.
b) Anak- anak yang diajak bersenggama atau benar- benar
bersenggama atau mengalami kontak alat kelamin secara tidak
wajar dengan seorang dewasa.
c) Anak yang secara tidak semestinya dilibatkan dalam aktivitas
seksual orang dewasa yang tidak termasuk dalam a dan b,
g. Masalah- masalah yang berhubungan dengan seksualitas remaja
1) Kehamilan remaja yang tidak diharapkan
Menurut Miron (2009), salah satu risiko dari seks bebas
adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan ( KTD). Akibat
yang ditimbulkan karena kehamilan yang tidak diharapkan
beberapa diantaranya adalah :
a) Risiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan bahkan kematian.
b) Risiko psikis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal
karena pasangan tidak mau menikahinya atau
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Remaja yang hamil
diluar nikah memiliki berbagai permasalahan psikologis, yaitu
rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri terhadap
kehamilannya sehingga terjadi usaha menggugurkan
kandungannya.
c) Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti atau putus sekolah
commit to user d) Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, persalinan dan merawat bayi
membutuhkan biaya yang besar, sementara itu remaja belum
siap untuk bekerja.
2) Aborsi
Aborsi adalah proses pengeluaran embrio sebelum umur
kehamilan 7 bulan baik spontan ( keguguran yang terjadi secara
alamiah atau tidak disengaja) maupun aborsi buatan (usaha
pengguguran yang disengaja). Beberapa alasan remaja yang
terlanjur hamil memilih untuk aborsi diantaranya : ingin
melanjutkan sekolah, takut dimarahi orang tua, belum siap secara
mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak, malu
pada lingkungan apabila ketahuan hamil sebelum nikah (BKKBN,
2005).
Dampak melakukan aborsi menurut Romauli (2009) yaitu :
a) Risiko fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko
aborsi. Aborsi yang berulang bisa menyebabkan kemandulan.
b) Risiko psikologi
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan takut, stress, dan
c) Risiko sosial
Dikucilkan dari lingkungan sosial karena melanggar norma
yang ada.
3) Infeksi Menular Seksual ( IMS)
Infeksi menular seksual ( IMS) disebarkan oleh kontak
seksual melalui semendan cairan vagina. Darah dan ASI juga bisa menularkan organisme yang menyebabkan infeksi, begitu pula
kontak dengan luka terbuka. IMS dapat disebabkan oleh virus
maupun bakteri (Miron, 2006).
Macam- macam Infeksi Menular Seksual (IMS) antara lain
yaitu :
a) Sifilis
Infeksi sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum
(Wiknjosastro, 2007). Di Indonesia penyakit ini sering disebut
dengan istilah raja singa. Ciri- ciri infeksi ini terdapat 3
tahapan. Dalam sifilis primer ( tahap pertama), timbul luka di
alat kelamin yang tidak menyakitkan yang berbentuk tepi luka
meninggi dan bagian tengah yang cekung. Sifilis sekunder
biasanya diawali dengan ruam kulit yang sangat menular dan
bisa muncul pada telapak tangan dan tumit atau sekujur tubuh.
Pada sifilis tersier bisa menyebabkan komplikasi yang
commit to user b) Gonorea
Penyakit gonorea disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae. Penyakit ini sering disebut dengan istilah
kencing nanah (Wiknjosastro, 2007). Pada laki- laki, penyakit
ini menyebabkan pengeluaran cairan dari penis dan sensasi
terbakar saat buang air kecil. Beberapa perempuan mengalami
pengeluaran cairan vagina berwarna kekuningan atau berdarah,
dan rasa sakit saat berkemih (Miron, 2006).
c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS)
HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh dan
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. AIDS disebabkan
oleh human immunodeficiency virus (HIV). Orang dengan AIDS rentan terhadap banyak penyakit yang mengancam jiwa
(infeksi oportunis) dan kanker bentuk tertentu (Miron, 2006).
HIV disebarkan melalui pertukaran cairan vagina,
semen, darah , ASI, dan cairan tubuh lainnya yang
mengandung darah. Virus ini tidak menular melalui kontak
biasa, seperti minum dari gelas yang sama, memeluk seorang
teman, berjabat tangan, mencium pipi, atau duduk di dudukan
toilet. HIV menular melalui kontak seksual (vaginal, oral atau
yang terinfeksi, serta melalui transfusi darah yang terinfeksi
(Miron, 2006).
Gejala infeksi HIV banyak dan bervariasi : kelelahan,
demam, batuk, kehilangan berat badan yang drastis, diare
berkepanjangan dan infeksi (Miron, 2006).
h. Pencegahan
Penanggulangan masalah seksual pada remaja menurut Abied
(2010) antara lain memperdalam keimanan, mengisi waktu luang
dengan hal yang bermanfaat, berteman dengan teman yang saleh,
menjauhi dan menghindari media massa yang buruk, berpuasa, dan
menggunakan cara-cara medis (memperbanyak olahraga dan latihan
fisik).
Selain itu menurut Soetjiningsih (2007), agar remaja tidak
mengalami permasalahan seksual maka diperlukan :
1) Pendidikan seks secara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada
anak secara dini dan juga kepada orang tua dan konselor.
2) Perlu adanya perubahan pemahaman masyarakat terhadap
seksualitas yaitu dari pemahaman yang kaku menjadi fleksibel.
3) Kepedulian masyarakat terhadap seks yang aman dan sehat perlu
commit to user 3. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2007a).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat,
mengalami atau diajarkan. Jadi, pengetahuan adalah apa yang telah
diketahui maupun dianggap setelah ia melihat dan mendengarkan
(KBBI, 2002).
b. Tingkatan Pengetahuan
Analisis taksonomi Bloom yang disampaikan Notoatmodjo (2007a)
bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dan seluruh
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretaskan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis ( analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
commit to user
c. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Mubarak (2007) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah :
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan remaja mempengaruhi bagaimana
seorang remaja itu menyikapi keadaan dirinya, termasuk dalam
menghadapi perubahan kondisi tubuhnya memasuki masa
kematangan reproduksi. Semakin tinggi pendidikan maka ia akan
mudah menerima hal- hal baru dan mudah menyesuaikan dengan
hal yang baru tersebut (Notoatmodjo, 2007b).
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai banyak akal dan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas.
3) Budaya
Sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
karena informasi- informasi yang akan disaring, apakah sesuai atau
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut
(Notoatmodjo, 2007b).
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin akan
menambah sesuatu yang bersifat formal. Dalam hal ini, umur dan
menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya
dan semakin tua seseorang semakin tinggi pula pengalamannya.
5) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup berbeda- beda. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan,
sehingga pengetahuannya pun rendah. Sebaliknya bila ekonominya
baik sehingga pendidikannya tinggi, tingkat pengetahuan akan
tinggi juga (Notoatmodjo, 2007a)
d. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau kuesioner yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur (Notoatmojo, 2003).
Menurut Nursalam (2011) skor yang didapat dari kuesioner
kemudian diklasifikasikan menjadi :
Baik : jika hasil jawaban benar dari kuesioner 76- 100%
Cukup : jika hasil jawaban benar dari kuesioner 56- 75%
commit to user 4. Remaja
a. Definisi
Sarwono (2011) mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu
masa ketika :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak- kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial- ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
b. Perkembangan perilaku seksual remaja
Menurut Soetjiningsih (2007), perkembangan seksual remaja
terdiri dari beberapa fase, antara lain :
1) Remaja awal (11- 13 tahun)
a) Mulai tampak ada perkembangan fisik (mulai matang dan
berkembang).
b) Mulai mencoba melakukan onani.
c) Tidak jarang dari remaja yan memilih untuk melakukan fantasi
2) Remaja Madya (14- 16 tahun)
a) Sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, remaja
laki-laki mengalami mimpi basah, dan remaja perempuan
mengalami haid.
b) Gairah seksual sudah mencapai puncak dan mempunyai
kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan
sentuhan fisik.
c) Remaja tidak jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu
dan sebagian besar dari remaja tidak mau bertanggung jawab
terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan.
3) Remaja Akhir (17- 20 tahun)
a) Sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh.
b) Telah mempunyai perilaku seksual yang lebih jelas dan remaja
sudah mulai berpacaran.
5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada
Remaja
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Machfoedz dan Suryani, 2008).
commit to user
merupakan dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi (Imron, 2012).
Dengan pemberian pendidikan seksual melalui penyuluhan, remaja
diharapkan dapat mentransfer serta melakukan pengindraan terhadap
informasi yang diberikan sehingga terjadi peningkatan pengetahuannya
tentang seksualitas. Selain itu, dapat terbentuk suatu sikap emosional yang
sehat terhadap masalah seksual, dan membimbing remaja ke arah hidup
dewasa yang sehat dan bertanggungjawab terhadap kehidupan seksualnya.
Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seksual
kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas perkembangan
B. Kerangka Konsep
Gambar 2. 3. Skema kerangka konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. Hipotesis
Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan seksualitas Penyuluhan tentang seksualitas
pada remaja
Peningkatan pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : - Pendidikan - Informasi - Pengalaman - Budaya
- Sosial ekonomi
cukup
baik kurang
Transfer informasi tentang seksualitas
Peningkatan informasi Penginderaan oleh
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasi
experiment), karena syarat- syarat sebagai eksperimen murni tidak cukup memadai. Salah satu desain yang tergolong quasi experiment adalah Pretest posttest control group design. Desain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan pretest sebelum perlakuan diberikan dan posttest sesudah perlakuan diberikan, dan juga terdapat kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol (Shaugnessy, 2007).
Model rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok Perlakuan
[image:48.595.133.523.248.514.2]Kelompok Kontrol
Gambar 3.1. Skema model rancangan penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Keterangan :
01 : pengamatan awal pada kelompok perlakuan
02 : pengamatan awal pada kelompok kontrol
03 : pengamatan setelah intervensi pada kelompok perlakuan
04 : pengamatan setelah intervensi pada kelompok kontrol
X : Penyuluhan seksualitas
01 X 03
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 5 Surakarta pada bulan Mei 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh subjek, individu, atau
elemen lainnya, yang secara implisit akan dipelajari dalam sebuah penelitian
(Murti, 2010).
1. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling
dan menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2011). Populasi target
dalam penelitian ini adalah semua remaja siswa- siswi SMA.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria
penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya
(Nursalam, 2011). Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah semua
remaja siswa-siswi SMAN 5 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Sampel atau populasi studi merupakan hasil pemilihan subjek dari
populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Taufiqurrahman,
2009). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa- siswi SMAN
commit to user 2. Teknik sampling
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random
sampling, dimana pengelompokkan didasarkan pada pembagian kelas
(Sabri dan Sutanto, 2006).
E. Estimasi Besar Sampel
Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya kurang dari 1000
maka penulis menggunakan rumus:
n = N
1 + N (d)2
keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi (p) (Nursalam, 2011).
Jumlah siswa- siswi SMAN 5 Surakarta adalah 919 orang, sehingga
perhitungan estimasi besar sampel minimal :
n = 919
1 + N (d)2
n = 919 = 278, 69
1 + 919 (0,05)2
Jadi besar sampel minimal menurut perhitungan yaitu 278, 69 yang
dibulatkan menjadi 279 siswa.
Namun, karena keterbatasan kemampuan peneliti dilihat dari waktu
(Arikunto, 2006). Sehingga besar sampel yang diperlukan dalam penelitian
ini minimal 92 siswa.
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2011).
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a. Siswa- siswi kelas XI SMAN 5 Surakarta, tahun ajaran 2011/ 2012
b. Bersedia dijadikan responden atau bersedia diteliti
c. Hadir pada saat pengambilan data
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2011).
Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah bila siswa- siswi
tersebut tidak mengikuti seluruh kegiatan penelitian (pretest, pemberian
penyuluhan dan posttest).
G. Pengalokasian Subjek
Cara pengelompokkan subyek yaitu membagi sampel menjadi dua
kelompok secara random yaitu sebagai kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Di SMAN 5 Surakarta kelas XI terdiri dari 10 kelas, yaitu kelas XI
IPA terdiri dari 4 kelas dan kelas XI IPS terdiri dari 6 kelas. Kemudian 10
commit to user
kelompok kontrol (1 kelas IPA dan 1 kelas IPS). Jumlah total subjek
penelitian (sampel) adalah 96 siswa dengan rincian kelompok perlakuan
sebanyak 48 orang (kelas IPA 2 : 24 orang dan kelas IPS 1: 24 orang) dan
pada kelompok kontrol sebanyak 48 orang (kelas IPA 4: 24 orang dan kelas
IPS 5: 24 orang).
H. Definisi Operasional
1. Penyuluhan tentang Seksualitas
a. Definisi operasional : Upaya untuk memberikan pengetahuan
berupa informasi tentang seksualitas meliputi definisi seksualitas, nilai
seksual pada pria dan wanita, sistem reproduksi, perilaku seksual,
orientasi seksual, kelainan dan gangguan seksual, masalah- masalah
yang berhubungan dengan seksualitas remaja serta pencegahannya.
Penyuluhan dilakukan pada kelompok perlakuan dengan metode
ceramah dan tanya jawab sebanyak 1 kali selama 90 menit. .
b. Skala ukur : Nominal ( diberi penyuluhan, tidak diberi
penyuluhan )
2. Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja
a. Definisi operasional : Suatu ukuran mengenai seberapa jauh
remaja dapat menerima informasi (mengetahui) mengenai definisi
seksualitas, nilai seksual pada pria dan wanita, sistem reproduksi,
perilaku seksual, orientasi seksual, kelainan dan gangguan seksual,
masalah- masalah yang berhubungan dengan seksualitas remaja serta
Pertama dilakukan pretest pengukuran pengetahuan awal sebelum
diberi penyuluhan dengan menggunakan kuesioner. Selanjutnya setelah
dilakukan perlakuan (diberi penyuluhan) diukur lagi pengetahuannya
dengan kuesioner (posttest).
b. Skala ukur : Interval.
I. Cara Kerja
1. Intervensi
Pada penelitian ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada masing- masing
kelompok diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan tentang
seksualitas pada hari yang sama yaitu pada tanggal 4 Mei 2012. Setelah
± 15 hari kemudian yaitu pada tanggal 19 Mei 2012, pada kelompok
perlakuan diberi penyuluhan tentang seksualitas yang dilakukan dengan
metode ceramah dan tanya jawab dengan durasi waktu ± 90 menit.
Penyuluhan pada kelompok perlakuan (kelas IPA 2 dan IPS 1), tidak
dilakukan pada waktu yang sama, kelas IPS 1 diberikan penyuluhan pada
pukul 06.30 - 08.00 WIB dan kelas IPA 2 diberikan penyuluhan pada
pukul 08.10 - 09.40 WIB. Hal ini dikarenakan terdapat kendala waktu.
Pada saat kelompok perlakuan diberikan penyuluhan, kelompok kontrol
dilakukan posttest. Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Mei 2012
commit to user 2. Instrumentasi
a. Alat penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
materi penyuluhan dan kuesioner yang dibuat oleh penulis sendiri yang
mengacu pada referensi baik pada buku ataupun dari internet.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan remaja
tentang seksualitas berbentuk kuesioner tertutup yaitu dichotomous choice yaitu dalam pernyataan disediakan 2 jawaban (benar atau salah) dan responden hanya memilih satu diantara jawaban tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda (√) pada
pernyataan yang dianggap benar.
Skoring yang digunakan :
1) Untuk pernyataan positif
Nilai 1 : untuk jawaban benar
Nilai 0 : untuk jawaban salah
2) Untuk pernyataan negatif
Nilai 0 : untuk jawaban benar
Nilai 1 : untuk jawaban salah
b. Cara pengambilan data
Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara
langsung dari responden (data primer) dengan cara mengisi kuesioner
Pengetahuan tentang seksualitas pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol diukur sebelum penyuluhan (pretest) dan sesudah
penyuluhan (posttest). Pretest dan posttest dilaksanakan dengan
menggunakan kuesioner yang telah valid dan reliabel. Posttest
dilakukan 15 hari setelah pretest, sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa pretest dan posttest idealnya tidak dilaksanakan dalam hari yang
sama, melainkan berselang waktu antara kira-kira 15-30 hari. Apabila
terlalu dekat kurang baik, sebab responden masih mengingat jawaban
yang pertama, apabila terlalu lama juga kurang baik karena mungkin
sudah terjadi perubahan pada diri responden dalam hal variabel yang
hendak diukur (Machfoedz, 2005).
3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian berupa kuesioner, sebelum disebarkan terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Agar diperoleh distribusi
nilai hasil pengukuran mendekati normal, jumlah responden untuk uji coba
sebanyak 30 orang (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, uji validitas
dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 siswa kelas XI IPA dan IPS SMA
Negeri 6 Surakarta pada tanggal 30 April 2012. Untuk mempermudah
peneliti, uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
bantuan SPSS For Windows versi 17.
a. Uji Validitas
commit to user
seharusnya diukur. Dengan kata lain sejauh mana kesesuaian antara alat
ukur, cara pengukuran dengan objek pengukuran (Taufiqurrahman,
2009). Uji validitas ini dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor
yang ada pada butir dipandang sebagai nilai x dan skor total dipandang
sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi pearson product moment(Notoatmodjo, 2010).
Pengujian validitas ini dengan bantuan program SPSS for
windows versi 17. Butir pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika diperoleh hasil perhitungan r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi
0,05. Setelah dilakukan uji validitas, jika ada soal-soal yang tidak valid
akan dihapus apabila jumlah soal yang valid telah mewakili indikator
soal (Hidayat, 2007).
Berdasarkan hasil uji validitas, dari 50 item pernyataan dalam
kuesioner yang dinyatakan tidak valid sebanyak 12 soal yaitu soal
nomor 7, 16, 19, 21, 25,26, 31, 32, 35, 38, 45 dan 48. Sehingga jumlah
pernyataan kuesioner yang digunakan untuk penelitian adalah 38 item.
Item pernyataan yang tidak valid tersebut dihapus, hal ini tidak
mempengaruhi isi kuesioner karena masing-masing indikator sudah
Tabel 3.1. Kisi- kisi soal untuk mengukur pengetahuan remaja tentang seksualitas sebelum dan sesudah uji validitas
Variabel Indikator
Nomor item pernyataan sebelum uji validitas
Nomor item pernyataan yang dinyatakan valid (sesudah uji validitas)
(+) (-) (+) (-)
Tingkat pengetahuan
seksualitas pada remaja
1. Definisi seksualitas 14, 46 1, 2 14, 46 1, 2 2. Nilai seksual pada
pria dan wanita 3. Sistem reproduksi
6
3, 9, 17, 29
4
16, 27, 39, 43, 50
6
3, 9, 17, 29
4
27, 39, 43, 50 4. Perilaku seksual 8, 19, 22,
23, 24
7, 21, 33 8, 22, 23, 24
33
5. Orientasi seksual 5 12, 47 5 12, 47 6. Kelainan dan
gangguan seksual 7. Masalah- masalah
yang berhubungan dengan seksualitas remaja
8. Pencegahan
18, 36, 40
10, 25, 31, 35, 41, 45,
48
15, 26, 38
20, 30, 49
11, 32, 34, 42
13, 28, 37, 44
18, 36, 40
10, 41
15
20, 30, 49
11, 34, 42
13, 28, 37, 44
Jumlah 26 24 18 20
Total 50 38
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengandung maksud sejauh mana instrumen
menghasilkan pengukuran yang sama, meskipun digunakan oleh
pengamat yang berbeda pada waktu yang sama, maupun oleh pengamat
commit to user
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas
internal dengan rumus Spearman-Browndengan teknik belah dua ganjil
genap.
Pengujian reliabilitas ini dengan bantuan program SPSS for
windows versi 17. Jika hasil r11 > r tabel dengan taraf signifikansi 5%
maka item dikatakan reliabel, sebaliknya jika hasil r11 < r tabel maka
dikatakan tidak reliabel. Instrumen yang tidak reliabel tidak dapat
digunakan sehingga dihilangkan ( Arikunto, 2006).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, dari 38 item yang dinyatakan
valid setelah diuji reliabilitasnya diperoleh nilai r11 : 0,958 yang lebih
besar nilainya dari pada r tabel : 0,320, sehingga pernyataan dalam
kuesioner semuanya dinyatakan reliabel. Data hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada lampiran 7.
J. Rencana Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data melalui tahap berikut ini (Nursalam, 2011) :
a. Editing
Dalam penelitian ini, setelah data didapatkan kemudian dilakukan
pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh.
b. Coding
Kegiatan pengkodean berupa pemberian nilai. Bila jawaban benar
kembali ke dalam lembaran dengan kode tersendiri untuk pedoman
analisis data dan penulisan laporan.
c. Entri Data
Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database
komputer.
d. Melakukan Teknik Analisis.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer
dan langkah- langkah analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu menganalisis tiap- tiap variabel dari
hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan secara
deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya. Hasilnya
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Variabel
yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik
responden serta pengetahuan seksualitas responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua
variabel, antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang digunakan
pada analisis bivariat ini menggunakan uji beda t- test (uji T). Rumus t- test independent digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai
commit to user
Pada penelitian ini akan dibandingkan besarnya selisih atau
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Taraf signifikan yang digunakan adalah 0, 05, selanjutnya hasil t
hitung dibandingkan dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat beda secara signifikan antara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Surakarta, dimana lokasi penelitian
terletak di Jl. Letjend Sutoyo 18, Surakarta . Di dalamnya terdapat 28 kelas yang
terbagi menjadi tiga tingkat yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Jumlah siswa
SMAN 5 Surakarta adalah sebanyak 919 orang.
A. Analisis Univariat
[image:61.595.111.564.246.726.2]1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Jenis Frekuensi
(Orang)
Persentase (%)
Usia 16 tahun 40 41,67
17 tahun 56 58,33
Jenis Kelamin Laki- Laki 40 41,67
Perempuan 56 58,33
Suku Bangsa Jawa 95 98,96
Arab 1 1,04
Pekerjaan Orangtua Sopir 2 2,08
Wiraswasta 55 57,29
Guru 8 8,33
Karyawan 11 11,46 PNS 16 16,67 Buruh 3 3,13
TNI 1 1,04
Agama Islam 92 95,83
Kristen 3 3,13 Katolik 1 1,04
Akses Informasi Seksualitas Remaja Sudah 96 100
Belum 0 0
Sumber Informasi Seksualitas Remaja Penyuluhan 50 52,08
commit to user
Berdasarkan tabel 4.1., pada bagian sumber informasi
seksualitas remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mendapatkan informasi tentang seksualitas remaja dari internet yaitu
sebanyak 58 orang (60,42%). Pada penelitian ini, satu responden bisa
memperoleh informasi seksualitas remaja dari beberapa sumber
informasi.
[image:62.595.136.503.225.493.2]2. Pengetahuan Responden tentang Seksualitas
Tabel 4.2. Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan
Responden
Frekuensi (Orang)
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
Pretest Posttest Pretest Posttest
Baik 19 28 19 47
Cukup 28 20 28 1
Kurang 1 0 1 0
Jumlah 48 48 48 48
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.2., menunjukkan bahwa hasil pretest pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan frekuensi jumlah respondennya sama,
responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 orang,
pengetahuan cukup sebanyak 28 orang, dan pengetahuan kurang sebanyak
1 orang. Pada hasil posttest, responden dengan pengetahuan baik
jumlahnya pada kelompok perlakuan lebih banyak dari pada kelompok
kontrol. Responden dengan pengetahuan baik pada kelompok perlakuan
jumlahnya meningkat lebih banyak dari pada kelompok kontrol setelah
Tabel 4.3. Rata- rata Nilai Pretest dan Posttest Pengetahuan Seksualitas pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Kelompok Mean
Pretest
Mean Posttest
Selisih Mean
Std. Deviation
Kontrol 27,54 28,81 1,27 0,9
Perlakuan 27,63 34,13 6,5 4,6
Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.3., menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan
memiliki selisih mean antara pretest dan posttest yang lebih besar dari
pada kelompok kontrol (6,5 > 1,27).
Tabel 4.4. Rata- rata Nilai Pengetahuan Seksualitas Responden pada Jurusan IPA dan IPS dari Hasil Pretest
Kelompok N Mean Std. Deviation
IPA 48 75,38 76,32
IPS 48 69,79 68,42
Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.4., menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan
pengetahuan responden pada program jurusan IPA (75,38 ± 76,32)
memiliki nilai rata- rata yang lebih tinggi dari pada program jurusan IPS
(69,79 ± 68,42).
B. Analisis Bivariat
Uji statistik parametrik memerlukan suatu persyaratan, salah satunya
yaitu data harus berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode
[image:63.595.147.518.158.485.2]p-commit to user
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan shapiro wilk maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5.