• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja SMA .SETYORINI R0108071

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja SMA .SETYORINI R0108071"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH PENYU

SEKSUALITAS PADA

Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

PROGRAM STUDI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

SEKSUALITAS PADA REMAJA SMA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

SETYORINI

R0108071

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

PENGETAHUAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

commit to user

(3)
(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Setyorini. R0108071. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja SMA. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012

Latar belakang : Masa remaja merupakan masa transisi dimana mempunyai banyak life events yang terjadi untuk menentukan kehidupan masa dewasa dan menentukan kualitas generasi berikutnya. Masalah yang paling sering dialami oleh seorang remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas. Permasalahan tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan seksualitas pada remaja SMA.

Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain penelitian pretest posttest control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 96 siswa kelas XI IPA dan IPS SMA Negeri 5 Surakarta, dibagi dua menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner sebanyak 38 pernyataan yang telah valid dan reliabel. Teknik analisis data dengan menggunakan Independent t-test.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata selisih nilai pretest dan posttest pengetahuan dari kelompok kontrol sebesar 1,27±0,9 sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 6,5±4,6. Analisis dengan Independent t-test menghasilkan nilai p (:0,000) < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan.

Simpulan : Terdapat pengaruh pemberian penyuluhan yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan seksualitas pada remaja SMA.

(5)

commit to user

ABSTRACT

Setyorini. R0108071. The Effect Of Elucidation To The Level Of Sexuality Knowledge On The Adolescent At Senior High School. Studies Program Diploma IV Midwife Educator in Medical Faculty of Sebelas Maret Surakarta University. 2012

Background : the adolescent is transition period when it has many life events happen to decide the adult time and decide the quality of the next generation. The problems are usually faced by the adolescent people is the problem related to the sexuality. That problem is a series effect from the lack information about sexuality on the adolescent people.

Purpose: this research aims to identify the effect of elucidation to the level of sexuality knowledge on the adolescent at senior high school.

Method: the research method used is quasi experiment with the research design pretest posttest control group design. The sample used was 96 students XI science class and XI social class in SMA Negeri 5 Surakarta. The sample was divided into 2 groups, treatment and control group. The instrument used was questionnaire with 38 questions which was valid and reliable. The technique of analyzing data is used independent t-test.

Result : the result of this research shows that the mean different between pretest scores and post test of the knowledge of adolescent from the control group is 1,27±0,9 while in the treatment group is 6,5±4,6. The analysis with independent t-test produce the score of p (:0,000)<0,05, therefore there is significant different between the level of knowledge in the treatment and control group.

Summary: there is an effect of elucidation to the level of sexuality knowledge on the adolescent at senior high school.

(6)

commit to user

vi M OTTO

M asa depan bukan tergantung dari keadaan. M asa depan tergantung dari keputusan yang kita buat

^ penulis ^

Tidak semua jalan kehidupan selurus dan semudah yang kita bayangkan.

K etika kita melewati dan berada pada jalan yang berkelok dan berkerikil, itu akan membuat kita menjadi orang yang semakin kuat.

^ Titi K urniasih ^

K alau kita memulai langkah dengan rasa takut, maka sebenarnya kita tidak pernah melangkah. ^N ayyar ^

Janganlah berharap pada orang lain, karena belum tentu mereka tahu dan mengerti sehingga membuat kita lelah pada akhirnya. B erharaplah selalu pada Allah, karena I a selalu memberi

(7)

commit to user

PERSEMBAHAN

“ Atas syukurku kepada I llahi R abbi, yang telah memiliki rencana, melaksanakan, dan mencukupi segala kebutuhanku selama ini. Y a Alloh, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan, dan jadikanlah barokah apa-apa- apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa- apa yang Engkau tunda dan menunda apa- apa yang Engkau segerakan”

A ku persembahkan karya t ulis ini unt uk :

Hart a paling berharga dalam hidupku, keluargaku. Unt uk Ibuku, Sariyem dan Bapakku, M . N urkholis....Terimakasih at as do’a dan harapan yang selalu kalian panjat kan, membuat ku selalu ingin menjadi lebih baik dan t erbaik. Kalian sosok yang t ak t ergant ikan...Luv u so much!!!!!

Buat adekku Tit i dan Juki, t erimakasih at as semangat , doa sert a cint a yang selalu kalian berikan. Lanjut kan misi qt membuat orang t ua bangga...aamin!!!

Buat mas A nggit , t erimakasih t elah m enjadi bat u pijakan yang kokoh dalam menggapai impianku selama ini, memberikanku kekuat an saat aku rapuh, selalu memberikanku semangat dengan segala kesabaranmu...

Teman t erbaikku Ifah, N esa, Ela, Rizka, Hanifa, Okt a, Ira, Pisco, Dini dan N iken. Terimakasih t elah mewarnai hidupku dan meluangkan wakt u unt uk mendengar keluh kesahku. Terimakasih t elah menjadi keluargaku di rant auan sini.

(8)

commit to user

viii

M uffiers comunit ee. Yunit a, Dest ia, Tot alia, Pisco, Tika, A ma, Dyah, Sari, W iwik, Bengkas dan M ayang. Terimakasih t elah menjadi keluarga keduaku dan menjagaku selama ini. Kebersamaan kit a dalam sat u at ap t idak akan t erlupakan...Semoga kit a semua jadi orang hebat , A min.. 

Fika, Furo, Dewi, Erma .... Terimakasih t elah memberiku semangat dari jauh...Luv u A ll..:*

(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada

Remaja SMA”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami

hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak sehingga pada akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M. Kes selaku Sekretaris Program Studi D-IV

Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Erindra Budi C., S.Kep, Ns, selaku ketua tim KTI.

4. Muthmainah, dr., M. Kes selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan

selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan

tanggung jawab.

5. Suyatmi, dr., M. Biomed. selaku dosen Pembimbing Pendamping, yang

dalam padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis

ilmiah ini.

6. Suhanantyo, drg., M. Si Med, PGK dan Sri Mulyani, S.Kep., Ns., M.Kes

selaku penguji, yang telah banyak memberikan masukan berharga dalam

penyusunan karya tulis ini.

7. Sajidan, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta, beserta staff

(10)

commit to user

x

8. Drs. Yusmar Setyobudi, MM, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 6 Surakarta,

beserta staff yang telah memberikan izin dan membantu proses penelitian.

9. Seluruh dosen dan staf DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis.

10. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada

penulis.

11. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian karya

tulis ilmiah ini.

12. Seluruh rekan di DIV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga karya tulis

ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, Juli 2012

(11)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTACT... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Penyuluhan Kesehatan... 5

2. Seksualitas ... 8

3. Pengetahuan ... 25

4. Remaja ... 29

5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja... 30

B. Kerangka Konsep ... 32

C. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

(12)

commit to user

xii

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi Penelitian ... 34

D. Sampel dan Teknik Sampling... 34

E. Estimasi Besar Sampel ... 35

F. Kriteria Restriksi ... 36

G. Pengalokasian Subjek... 36

H. Definisi Operasional... 37

I. Cara Kerja ... 38

J. Rencana Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Analisis Univariat... 46

1. Karakteristik Responden... 46

2. Pengetahuan Responden tentang Seksualitas ... 47

B. Analisis Bivariat ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 51

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Simpulan... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada laki- laki ... 11

Tabel 2.2. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada perempuan... 12

Tabel 3.1. Kisi- kisi soal untuk mengukur pengetahuan remaja tentang

seksualitas sebelum dan sesudah uji validitas... 42

Tabel 4.1. Karakteristik responden ... 46

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan... 47

Tabel 4.3. Rata- rata nilai pretest dan posttest pengetahuan seksualitas

pada kelompok kontrol dan perlakuan... 48

Tabel 4.4. Rata- rata nilai pengetahuan seksualitas responden pada

jurusan IPA dan IPS dari hasil pretest... .. 48

Tabel 4.5. Hasil uji normalitas data pengetahuan responden kelompok

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alat reproduksi laki- laki ... 10

Gambar 2.2. Alat reproduksi perempuan ... 11

Gambar 2.3. Skema kerangka konsep... 32

(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penyusunan karya tulis ilmiah

Lampiran 2. Kuesioner penelitian sebelum uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 3. Kuesioner penelitian sesudah uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 5. Data skor responden pada tiap item pernyataan

Lampiran 6. Hasil uji validitas

Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas

Lampiran 8. Tabulasi data hasil pretest pengetahuan pada kelompok kontrol

Lampiran 9. Tabulasi data hasil pretest pengetahuan pada kelompok perlakuan

Lampiran 10. Tabulasi data hasil posttest pengetahuan pada kelompok kontrol

Lampiran 11. Tabulasi data hasil posttest pengetahuan pada kelompok perlakuan

Lampiran 12. Data pengetahuan pada kelompok kontrol dan perlakuan (SPSS)

Lampiran 13. Data pengetahuan pada kelompok program jurusan IPA dan IPS

(SPSS)

Lampiran 14. Hasil uji normalitas data (SPSS)

Lampiran 15. Hasil uji independent t-test (SPSS)

Lampiran 16. Lembar Konsultasi

Lampiran 17. Lembar Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas di

SMA Negeri 6 Surakarta dari Institusi

Lampiran 18. Lembar Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data di SMA

Negeri 5 Surakarta dari Institusi

Lampiran 19. Surat Keterangan dari SMA Negeri 6 Surakarta

Lampiran 20. Surat Keterangan dari SMA Negeri 5 Surakarta

Lampiran 21. Lembar Permohonan dan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara

global sejak diangkatnya isu tersebut ke dalam Konferensi Internasional

tentang Kependudukan dan Pembangunan (Internasional Conference on

Population and Development, ICPD) di Kairo, Mesir. Sejak saat itu masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak- hak remaja

akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan

reproduksi termasuk konseling (Imron, 2012).

Masa remaja merupakan masa transisi dimana mempunyai banyak life

events yang terjadi untuk menentukan kehidupan masa dewasa dan menentukan kualitas generasi berikutnya, sehingga menempatkan masa ini

sebagai masa kritis dalam siklus kehidupan sosial. Tahun 2007 tercatat

jumlah remaja sebanyak 64 juta jiwa atau 28,6% dari jumlah penduduk

Indonesia sebanyak 222 juta. Semakin banyak jumlah remaja, maka semakin

banyak pula permasalahan yang dihadapi (BKKBN, 2008).

Pemahaman tentang perkembangan seksual termasuk perilaku seksual

remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting diketahui, sebab

(17)

merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk keluarganya (Soetjiningsih,

2007).

Menurut Imron (2012), masalah yang sering dialami remaja adalah

masalah yang berkaitan dengan seksualitas atau kesehatan reproduksi.

Permasalahan tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya

pengetahuan remaja tentang seksualitas.

Minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas tergambar dari

hasil penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di

12 kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa pemahaman remaja akan

seksualitas masih sangat terbatas (Suryoputro, 2006). Selain itu berdasarkan

survey yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah 2004 di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan- pertanyaan tentang

proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara- cara pencegahan

HIV/ AIDS, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh informasi

bahwa 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuannya sedang, dan

19,50% pengetahuannya memadai (Husni, 2005 ).

Minimnya pengetahuan tentang seksualitas dikarenakan akses untuk

mendapatkan informasi sangat terbatas dan masih terdapat anggapan bahwa

membicarakan masalah seksualitas secara transparan masih dianggap tabu.

Selain itu, faktor yang menyebabkan pendidikan seksualitas sulit

diimplementasikan secara formal melalui jalur kurikulum dalam institusi

(18)

commit to user

Penulis melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri (SMAN) 5

Surakarta pada tanggal 7 Maret 2012, didapatkan hasil bahwa kurikulum

kesehatan reproduksi di SMAN 5 Surakarta hanya membahas masalah sistem

reproduksi secara umum, sehingga siswa belum tahu mengenai kesehatan

reproduksi khususnya seksualitas. Selain itu, juga pernah dilaporkan terdapat

siswa yang hamil di luar nikah.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan “ Adakah pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja SMA ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja SMA.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seksualitas di

SMAN 5 Surakarta.

b. Mengidentifikasi perubahan pengetahuan tentang seksualitas pada

remaja antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di SMAN 5

(19)

c. Menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja di SMAN 5 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah mengenai pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja.

2. Manfaat aplikatif

a. Institusi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada institusi sekolah terkait agar lebih meningkatkan program

pengajaran tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang

seksualitas pada remaja.

b. Remaja

Sebagai bahan masukan dan informasi ilmiah untuk

meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas sehingga diharapkan

dapat membentuk pribadi remaja yang bertanggung jawab terhadap

(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Kesehatan

a. Definisi

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan,

yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan (Machfoedz dan Suryani, 2008).

b. Tujuan Penyuluhan

Tujuan dari penyuluhan merupakan investasi jangka panjang

karena hasil penyuluhan berupa perubahan perilaku baru bisa dilihat

beberapa tahun kemudian. Sedangkan dalam waktu pendek (immediate

impact), hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

c. Langkah- langkah dalam penyuluhan

Machfoedz dan Suryani (2008) menjelaskan bahwa dalam

melakukan penyuluhan kesehatan, penyuluh yang baik harus

melakukan langkah- langkah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah.

(21)

3) Menentukan tujuan penyuluhan.

4) Menentukan sasaran penyuluhan.

5) Menentukan isi penyuluhan.

6) Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan.

7) Memilih alat- alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.

8) Menyusun rencana penyuluhannya.

9) Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaannya.

d. Metode penyuluhan

Suprapto (2004) menggolongkan metode penyuluhan menjadi

tiga golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai :

1) Metode berdasarkan pendekatan perseorangan

Yang termasuk ke dalam metode ini yaitu anjangsana,

surat-menyurat, kontak informal, undangan, hubungan telepon, dan

magang.

2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok

orang untuk menyampaikan pesannya. Beberapa metode

pendekatan kelompok antara lain yaitu ceramah dan diskusi, rapat,

demonstrasi, temu karya, temu lapang, sarasehan, perlombaan,

pemutaran slide, dan penyuluhan kelompok lainnya.

Dari beberapa metode di atas, ceramah merupakan metode

(22)

commit to user

adalah tahap persiapan meliputi kesiapan materi dan penguasaan

materi serta tahap pelaksanaan meliputi hal- hal yang harus

diperhatikan oleh penceramah dalam menyampaikan materi.

(Notoatmodjo, 2007a).

3) Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas

(massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan ini

antara lain rapat umum, siaran melalui media massa, penerbitan

visual dan pemutaran film.

e. Media penyuluhan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007a), media penyuluhan kesehatan

digunakan untuk mempermudah penerimaan informasi kesehatan pada

masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya media tersebut dibagi

menjadi media cetak, media elektronik, dan media papan ( billboard).

f. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

Keberhasilan penyuluhan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang

(23)

2) Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah

pula dalam menerima informasi baru (Septalia, 2010).

3) Adat istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita

masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat merupakan

sesuatu yang tidak boleh diabaikan (Notoatmodjo, 2003).

4) Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul

kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi (Septalia,

2010).

5) Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan (Septalia, 2010).

2. Seksualitas

a. Definisi

Seks adalah karakteristik biologis- anatomis (khususnya sistem

(24)

commit to user

Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas,

yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas terkait

erat dengan jenis kelamin, organ- organ reproduksi, perilaku seksual,

orientasi seksual, dan kelainan seksual (Imron, 2012).

Menurut Yuliadi (2010), seksualitas memiliki arti yang lebih

luas karena meliputi bagaimana seseorang merasakan tentang diri

mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut

terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti

sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih

halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian dan perbendaharaan

kata.

b. Nilai seksual pada pria dan wanita

Menurut Sarwono (2011) remaja pria lebih awal melakukan

berbagai perilaku seksual dari pada remaja putri. Namun di berbagai

kebudayaan termasuk Indonesia sendiri, sikap pria memang pada

umumnya lebih permisif dari pada wanita, yang pada hakikatnya

mencerminkan perbedaan nilai seksual antara remaja pria dan wanita

yaitu :

1) Laki- laki lebih cenderung terbuka daripada wanita untuk

menyatakan bahwa mereka sudah berhubungan seks dan sudah

(25)

2) Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta. Alasan mereka

untuk berhubungan seks adalah cinta , sementara itu pada remaja

pria kecenderungan ini jauh lebih kecil.

c. Sistem reproduksi

Alat reproduksi adalah organ- organ dalam tubuh manusia yang

berfungsi untuk proses reproduksi. Bentuk alat reproduksi antara

laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, namun alat reproduksi mereka

mempunyai fungsi yang sama (Akbidyo, 2007).

Di bawah ini merupakan alat reprodusi pria dan wanita beserta

fungsinya :

1) Alat reproduksi laki- laki

(26)

commit to user

Tabel 2.1. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada laki- laki

Alat reproduksi Fungsi atau keterangan Bagian luar

a) Penis

b) Skrotum Bagian dalam

a) Buah zakar (testis), jumlahnya sepasang b) Epididimis

c) Vas deferens (saluran mani)

d) Vesicular seminalis

e) Kelenjar prostat

f) Uretra (saluran kencing)

Alat senggama dan saluran untuk keluarnya sperma dan air seni. Pada keadaan biasa ukuran penis kecil, ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompakan ke penis sehingga menjadi tegang dan besar (ereksi).

Tempat bergantungnya testis.

Memproduksi hormon kelamin laki-laki (testosteron).

Saluran yang lebih besar dari pada vas deferens.

Saluran untuk menyalurkan sperma dari testis menuju ke vesicular seminalis. Menghasilkan dan menampung air mani sebagai media pengantar sperma.

Menghasilkan cairan mani (semen), tempat hidupnya sperma.

Saluran untuk mengeluarkan air mani dan air kencing.

Sumber : BKKBN, 2005

2) Alat reproduksi perempuan

(27)

Tabel 2.2. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada perempuan

Alat reproduksi Fungsi atau keterangan Bagian luar

a) Bibir besar (labia mayora) b) Bibir kecil (labia minora) c) Klitoris

d) Lubang senggama (introitus vagina)

Bagian dalam

a) Liang senggama/ kemaluan (vagina)

b) Mulut rahim (serviks)

c) Rahim (uterus)

d) Saluran telur (tuba fallopi)

e) Indung telur (ovarium)

Berupa benjolan daging kecil dan yang paling peka dari seluruh alat kelamin perempuan yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Terletak antara lubang kencing dan anus (dubur).

Alat untuk berhubungan seksual, jalan keluarnya bayi saat melahirkan dan keluarnya darah menstruasi.

Bawah rahim bagian luar yang ditetapkan sebagai batas penis masuk ke vagina. Membuka pada saat melahirkan sehingga bayi dapat keluar.

Tempat berkembangnya janin. Dinding rahim yang menebal dan berisi pembuluh darah yang keluar sebagai menstruasi.

Tempat berjalannya sel telur setelah keluar dari ovarium (ovulasi) dan tempat terjadinya pembuahan (konsepsi).

Menghasilkan sel telur dan hormon (estrogen dan progesteron)

(28)

commit to user d. Perilaku seksual remaja

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun

sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam- macam, mulai

dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan

bersenggama (Sarwono, 2011).

Menurut Wahyudi dalam Yuliadi (2010), perilaku seksual

secara rinci dapat berupa :

1) Berfantasi : merupakan perilaku membayangkan dan

mengimajinasikan aktivitas seksual yang menimbulkan perasaan

erotisme.

2) Pegangan tangan : aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan

rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan

untuk mencoba aktivitas yang lain.

3) Cium kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan

bibir.

4) Cium basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.

5) Meraba : merupakan kegiatan bagian- bagian sensitif

rangsang seksual, seperti leher, payudara, paha, alat kelamin, dan

lain- lain.

6) Berpelukan : aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman,

nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah

(29)

7) Masturbasi : perilaku merangsang organ kelamin untuk

mendapatkan kepuasan seksual.

8) Oral seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara

memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.

9) Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin, tetapi masih menggunakan

celana dalam).

10) Intercourse(senggama) : merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki- laki ke dalam alat kelamin

wanita.

e. Orientasi seksual

Seksualitas memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah

orientasi seksual. Orientasi seksual adalah ketertarikan yang bersifat

abadi (enduring) secara emosional, romantis, dan afeksional kepada

manusia lain (Majid, 2007).

Terdapat 3 jenis orientasi seksual, yaitu :

1) Heteroseksual

Heteroseksual ditujukan untuk seseorang yang tertarik

secara seksual hanya kepada lawan jenis. Laki- laki tertarik pada

perempuan, sebaliknya perempuan tertarik pada laki-laki. Sebagian

besar orang digolongkan kategori ini. Orientasi heteroseksual

(30)

commit to user 2) Biseksual

Istilah untuk perempuan maupun laki-laki yang tertarik

secara seksual baik kepada perempuan dan laki-laki sekaligus.

Perempuan tertarik pada perempuan dan laki. Sebaliknya

laki-laki juga tertarik secara seksual pada perempuan dan laki-laki-laki-laki

sekaligus. Dalam kondisi ini, laki-laki tetap merasa dirinya sebagai

laki-laki. Perempuan tetap merasa dirinya sebagai perempuan

(Majid, 2007).

3) Homoseksual

Istilah untuk seseorang yang tertarik seksual pada sesama

jenis. Istilah homoseksualitas dipakai untuk hubungan seksual

antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah ini berlaku pula

bagi pasangan wanita- wanita yang lazim disebut lesbianisme

(Wiknjosastro, 2005).

f. Kelainan dan gangguan seksual

Sering kali dalam masyarakat terdapat pengertian bahwa tingkah

laku seksual yang khususnya tidak sesuai dengan norma- norma agama,

hukum maupun susila yang dilakukan remaja adalah kelainan atau

(31)

Adapun jenis- jenis kelainan dan gangguan seksual menurut

Sarwono (2011) yaitu :

1) Jenis- jenis gangguan seksual pada umumnya

a) Gangguan identitas jenis

Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian

antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada

diri seseorang. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan

dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya,

seperti laki- laki suka bermain boneka atau sebaliknya anak

perempuan suka bermain sepak bola), ucapan maupun obyek

seksualnya.

(1) Transeksualisme

Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang

sejenis kelamin (homoseksual walaupun mereka tidak mau

disebut sebagai homoseks). Akan tetapi, ada juga orang

melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual

dan beberapa diantara mereka dilaporkan aseksual (tidak

berminat pada seks).

(2) Gangguan identitas jenis masa kanak- kanak

Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak

masa kanak- kanak, ada gangguan identitas jenis yang

(32)

commit to user

(3) Gangguan identitas jenis tidak khas

Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda- tanda

transeksualisme, tetapi ada perasaan- perasaan tertentu

yang menolak struktur anatomi dirinya, seperti merasa

tidak mempunyai vagina atau vaginanya akan tumbuh

menjadi penis ( pada wanita), atau merasa tidak punya

penis atau jijik pada penisnya sendiri ( pada pria).

b) Parafilia

Ciri utama gangguan jiwa yang satu ini adalah

diperlukannya suatu khayalan atau perbuatan seksual yang

tidak lazim untuk mendapatkan gairah seksual.

(1) Zoofilia (Bestialitas)

Terdapat perbuatan atau fantasi mengadakan aktivitas

seksual dengan hewan.

(2) Pedofilia

Perbuatan atau fantasi untuk melakukan aktivitas seksual

dengan anak prapubertas.

(3) Transvestisme

Pemakaian pakaian wanita oleh laki- laki heteroseksual

(33)

(4) Ekshibisionisme

Mempertunjukkan alat kelamin secara tak terduga kepada

orang yang tidak dikenalnya dengan tujuan untuk

mendapat kegairahan seksual tanpa upaya lanjut untuk

mengadakan aktivitas seksual dengan orang yang tak

dikenalnya.

(5) Fetishisme

Penggunaan benda (fetish) yang lebih disukai atau sebagai

satu- satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.

Benda itu tidak terbatas pada perangkat pakaian wanita

atau alat- alat perangsang gairah seksual (seperti vibrator).

(6) Voyeurisme

Mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau

melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan

tidak ada upaya lanjut untuk melakukan aktivitas seksual

dengan orang yang diintip itu.

(7) Masokisme seksual

Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina,

dipukul atau penderitaan lainnya.

(8) Sadisme seksual

Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan

(34)

commit to user (9) Parafilia tidak khas

Pencapaian kepuasan melalui cara- cara yang tidak lazim

yang belum disebut diatas misalnya dengan tinju

(koprofilia), dengan menggosok (froteurisme), dengan

kotoran (misofilia), dengan mayat (nekrofilia), dengan air

seni ( urofilia), dan dengan bicara kotor melalui telepon (skatologia telpon).

2) Penyalahgunaan seksual pada anak- anak

Penyalahgunaan seks pada anak- anak (child sexual abuse) sebagai

pemanfaatan (exploitation) anak- anak untuk kepuasan seksual

orang dewasa.

Tiga golongan anak yang mengalami penyalahgunaan seksual :

a) Anak- anak disiksa atau disakiti dengan luka- luka terutama di

daerah alat kelaminnya.

b) Anak- anak yang diajak bersenggama atau benar- benar

bersenggama atau mengalami kontak alat kelamin secara tidak

wajar dengan seorang dewasa.

c) Anak yang secara tidak semestinya dilibatkan dalam aktivitas

seksual orang dewasa yang tidak termasuk dalam a dan b,

(35)

g. Masalah- masalah yang berhubungan dengan seksualitas remaja

1) Kehamilan remaja yang tidak diharapkan

Menurut Miron (2009), salah satu risiko dari seks bebas

adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan ( KTD). Akibat

yang ditimbulkan karena kehamilan yang tidak diharapkan

beberapa diantaranya adalah :

a) Risiko fisik

Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam

persalinan seperti perdarahan bahkan kematian.

b) Risiko psikis

Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal

karena pasangan tidak mau menikahinya atau

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Remaja yang hamil

diluar nikah memiliki berbagai permasalahan psikologis, yaitu

rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri terhadap

kehamilannya sehingga terjadi usaha menggugurkan

kandungannya.

c) Risiko sosial

Salah satu risiko sosial adalah berhenti atau putus sekolah

(36)

commit to user d) Risiko ekonomi

Merawat kehamilan, persalinan dan merawat bayi

membutuhkan biaya yang besar, sementara itu remaja belum

siap untuk bekerja.

2) Aborsi

Aborsi adalah proses pengeluaran embrio sebelum umur

kehamilan 7 bulan baik spontan ( keguguran yang terjadi secara

alamiah atau tidak disengaja) maupun aborsi buatan (usaha

pengguguran yang disengaja). Beberapa alasan remaja yang

terlanjur hamil memilih untuk aborsi diantaranya : ingin

melanjutkan sekolah, takut dimarahi orang tua, belum siap secara

mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak, malu

pada lingkungan apabila ketahuan hamil sebelum nikah (BKKBN,

2005).

Dampak melakukan aborsi menurut Romauli (2009) yaitu :

a) Risiko fisik

Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko

aborsi. Aborsi yang berulang bisa menyebabkan kemandulan.

b) Risiko psikologi

Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan takut, stress, dan

(37)

c) Risiko sosial

Dikucilkan dari lingkungan sosial karena melanggar norma

yang ada.

3) Infeksi Menular Seksual ( IMS)

Infeksi menular seksual ( IMS) disebarkan oleh kontak

seksual melalui semendan cairan vagina. Darah dan ASI juga bisa menularkan organisme yang menyebabkan infeksi, begitu pula

kontak dengan luka terbuka. IMS dapat disebabkan oleh virus

maupun bakteri (Miron, 2006).

Macam- macam Infeksi Menular Seksual (IMS) antara lain

yaitu :

a) Sifilis

Infeksi sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum

(Wiknjosastro, 2007). Di Indonesia penyakit ini sering disebut

dengan istilah raja singa. Ciri- ciri infeksi ini terdapat 3

tahapan. Dalam sifilis primer ( tahap pertama), timbul luka di

alat kelamin yang tidak menyakitkan yang berbentuk tepi luka

meninggi dan bagian tengah yang cekung. Sifilis sekunder

biasanya diawali dengan ruam kulit yang sangat menular dan

bisa muncul pada telapak tangan dan tumit atau sekujur tubuh.

Pada sifilis tersier bisa menyebabkan komplikasi yang

(38)

commit to user b) Gonorea

Penyakit gonorea disebabkan oleh Neisseria

Gonorrhoeae. Penyakit ini sering disebut dengan istilah

kencing nanah (Wiknjosastro, 2007). Pada laki- laki, penyakit

ini menyebabkan pengeluaran cairan dari penis dan sensasi

terbakar saat buang air kecil. Beberapa perempuan mengalami

pengeluaran cairan vagina berwarna kekuningan atau berdarah,

dan rasa sakit saat berkemih (Miron, 2006).

c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS)

HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh dan

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. AIDS disebabkan

oleh human immunodeficiency virus (HIV). Orang dengan AIDS rentan terhadap banyak penyakit yang mengancam jiwa

(infeksi oportunis) dan kanker bentuk tertentu (Miron, 2006).

HIV disebarkan melalui pertukaran cairan vagina,

semen, darah , ASI, dan cairan tubuh lainnya yang

mengandung darah. Virus ini tidak menular melalui kontak

biasa, seperti minum dari gelas yang sama, memeluk seorang

teman, berjabat tangan, mencium pipi, atau duduk di dudukan

toilet. HIV menular melalui kontak seksual (vaginal, oral atau

(39)

yang terinfeksi, serta melalui transfusi darah yang terinfeksi

(Miron, 2006).

Gejala infeksi HIV banyak dan bervariasi : kelelahan,

demam, batuk, kehilangan berat badan yang drastis, diare

berkepanjangan dan infeksi (Miron, 2006).

h. Pencegahan

Penanggulangan masalah seksual pada remaja menurut Abied

(2010) antara lain memperdalam keimanan, mengisi waktu luang

dengan hal yang bermanfaat, berteman dengan teman yang saleh,

menjauhi dan menghindari media massa yang buruk, berpuasa, dan

menggunakan cara-cara medis (memperbanyak olahraga dan latihan

fisik).

Selain itu menurut Soetjiningsih (2007), agar remaja tidak

mengalami permasalahan seksual maka diperlukan :

1) Pendidikan seks secara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada

anak secara dini dan juga kepada orang tua dan konselor.

2) Perlu adanya perubahan pemahaman masyarakat terhadap

seksualitas yaitu dari pemahaman yang kaku menjadi fleksibel.

3) Kepedulian masyarakat terhadap seks yang aman dan sehat perlu

(40)

commit to user 3. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2007a).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat,

mengalami atau diajarkan. Jadi, pengetahuan adalah apa yang telah

diketahui maupun dianggap setelah ia melihat dan mendengarkan

(KBBI, 2002).

b. Tingkatan Pengetahuan

Analisis taksonomi Bloom yang disampaikan Notoatmodjo (2007a)

bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dan seluruh

(41)

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretaskan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis ( analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

(42)

commit to user

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Mubarak (2007) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah :

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan remaja mempengaruhi bagaimana

seorang remaja itu menyikapi keadaan dirinya, termasuk dalam

menghadapi perubahan kondisi tubuhnya memasuki masa

kematangan reproduksi. Semakin tinggi pendidikan maka ia akan

mudah menerima hal- hal baru dan mudah menyesuaikan dengan

hal yang baru tersebut (Notoatmodjo, 2007b).

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai banyak akal dan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas.

3) Budaya

Sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

karena informasi- informasi yang akan disaring, apakah sesuai atau

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut

(Notoatmodjo, 2007b).

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin akan

menambah sesuatu yang bersifat formal. Dalam hal ini, umur dan

(43)

menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak. Semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya

dan semakin tua seseorang semakin tinggi pula pengalamannya.

5) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup berbeda- beda. Tingkat sosial ekonomi yang rendah

menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan,

sehingga pengetahuannya pun rendah. Sebaliknya bila ekonominya

baik sehingga pendidikannya tinggi, tingkat pengetahuan akan

tinggi juga (Notoatmodjo, 2007a)

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau kuesioner yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan yang diukur (Notoatmojo, 2003).

Menurut Nursalam (2011) skor yang didapat dari kuesioner

kemudian diklasifikasikan menjadi :

Baik : jika hasil jawaban benar dari kuesioner 76- 100%

Cukup : jika hasil jawaban benar dari kuesioner 56- 75%

(44)

commit to user 4. Remaja

a. Definisi

Sarwono (2011) mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu

masa ketika :

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak- kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial- ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b. Perkembangan perilaku seksual remaja

Menurut Soetjiningsih (2007), perkembangan seksual remaja

terdiri dari beberapa fase, antara lain :

1) Remaja awal (11- 13 tahun)

a) Mulai tampak ada perkembangan fisik (mulai matang dan

berkembang).

b) Mulai mencoba melakukan onani.

c) Tidak jarang dari remaja yan memilih untuk melakukan fantasi

(45)

2) Remaja Madya (14- 16 tahun)

a) Sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, remaja

laki-laki mengalami mimpi basah, dan remaja perempuan

mengalami haid.

b) Gairah seksual sudah mencapai puncak dan mempunyai

kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan

sentuhan fisik.

c) Remaja tidak jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu

dan sebagian besar dari remaja tidak mau bertanggung jawab

terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan.

3) Remaja Akhir (17- 20 tahun)

a) Sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh.

b) Telah mempunyai perilaku seksual yang lebih jelas dan remaja

sudah mulai berpacaran.

5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada

Remaja

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Machfoedz dan Suryani, 2008).

(46)

commit to user

merupakan dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi (Imron, 2012).

Dengan pemberian pendidikan seksual melalui penyuluhan, remaja

diharapkan dapat mentransfer serta melakukan pengindraan terhadap

informasi yang diberikan sehingga terjadi peningkatan pengetahuannya

tentang seksualitas. Selain itu, dapat terbentuk suatu sikap emosional yang

sehat terhadap masalah seksual, dan membimbing remaja ke arah hidup

dewasa yang sehat dan bertanggungjawab terhadap kehidupan seksualnya.

Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seksual

kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas perkembangan

(47)
[image:47.595.166.477.129.513.2]

B. Kerangka Konsep

Gambar 2. 3. Skema kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan seksualitas Penyuluhan tentang seksualitas

pada remaja

Peningkatan pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : - Pendidikan - Informasi - Pengalaman - Budaya

- Sosial ekonomi

cukup

baik kurang

Transfer informasi tentang seksualitas

Peningkatan informasi Penginderaan oleh

(48)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasi

experiment), karena syarat- syarat sebagai eksperimen murni tidak cukup memadai. Salah satu desain yang tergolong quasi experiment adalah Pretest posttest control group design. Desain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan pretest sebelum perlakuan diberikan dan posttest sesudah perlakuan diberikan, dan juga terdapat kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol (Shaugnessy, 2007).

Model rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Perlakuan

[image:48.595.133.523.248.514.2]

Kelompok Kontrol

Gambar 3.1. Skema model rancangan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Keterangan :

01 : pengamatan awal pada kelompok perlakuan

02 : pengamatan awal pada kelompok kontrol

03 : pengamatan setelah intervensi pada kelompok perlakuan

04 : pengamatan setelah intervensi pada kelompok kontrol

X : Penyuluhan seksualitas

01 X 03

(49)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMAN 5 Surakarta pada bulan Mei 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh subjek, individu, atau

elemen lainnya, yang secara implisit akan dipelajari dalam sebuah penelitian

(Murti, 2010).

1. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling

dan menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2011). Populasi target

dalam penelitian ini adalah semua remaja siswa- siswi SMA.

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria

penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya

(Nursalam, 2011). Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah semua

remaja siswa-siswi SMAN 5 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.

D. Sampel dan Teknik Sampling

1. Sampel

Sampel atau populasi studi merupakan hasil pemilihan subjek dari

populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Taufiqurrahman,

2009). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa- siswi SMAN

(50)

commit to user 2. Teknik sampling

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random

sampling, dimana pengelompokkan didasarkan pada pembagian kelas

(Sabri dan Sutanto, 2006).

E. Estimasi Besar Sampel

Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya kurang dari 1000

maka penulis menggunakan rumus:

n = N

1 + N (d)2

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi (p) (Nursalam, 2011).

Jumlah siswa- siswi SMAN 5 Surakarta adalah 919 orang, sehingga

perhitungan estimasi besar sampel minimal :

n = 919

1 + N (d)2

n = 919 = 278, 69

1 + 919 (0,05)2

Jadi besar sampel minimal menurut perhitungan yaitu 278, 69 yang

dibulatkan menjadi 279 siswa.

Namun, karena keterbatasan kemampuan peneliti dilihat dari waktu

(51)

(Arikunto, 2006). Sehingga besar sampel yang diperlukan dalam penelitian

ini minimal 92 siswa.

F. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2011).

Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

a. Siswa- siswi kelas XI SMAN 5 Surakarta, tahun ajaran 2011/ 2012

b. Bersedia dijadikan responden atau bersedia diteliti

c. Hadir pada saat pengambilan data

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2011).

Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah bila siswa- siswi

tersebut tidak mengikuti seluruh kegiatan penelitian (pretest, pemberian

penyuluhan dan posttest).

G. Pengalokasian Subjek

Cara pengelompokkan subyek yaitu membagi sampel menjadi dua

kelompok secara random yaitu sebagai kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Di SMAN 5 Surakarta kelas XI terdiri dari 10 kelas, yaitu kelas XI

IPA terdiri dari 4 kelas dan kelas XI IPS terdiri dari 6 kelas. Kemudian 10

(52)

commit to user

kelompok kontrol (1 kelas IPA dan 1 kelas IPS). Jumlah total subjek

penelitian (sampel) adalah 96 siswa dengan rincian kelompok perlakuan

sebanyak 48 orang (kelas IPA 2 : 24 orang dan kelas IPS 1: 24 orang) dan

pada kelompok kontrol sebanyak 48 orang (kelas IPA 4: 24 orang dan kelas

IPS 5: 24 orang).

H. Definisi Operasional

1. Penyuluhan tentang Seksualitas

a. Definisi operasional : Upaya untuk memberikan pengetahuan

berupa informasi tentang seksualitas meliputi definisi seksualitas, nilai

seksual pada pria dan wanita, sistem reproduksi, perilaku seksual,

orientasi seksual, kelainan dan gangguan seksual, masalah- masalah

yang berhubungan dengan seksualitas remaja serta pencegahannya.

Penyuluhan dilakukan pada kelompok perlakuan dengan metode

ceramah dan tanya jawab sebanyak 1 kali selama 90 menit. .

b. Skala ukur : Nominal ( diberi penyuluhan, tidak diberi

penyuluhan )

2. Tingkat Pengetahuan Seksualitas pada Remaja

a. Definisi operasional : Suatu ukuran mengenai seberapa jauh

remaja dapat menerima informasi (mengetahui) mengenai definisi

seksualitas, nilai seksual pada pria dan wanita, sistem reproduksi,

perilaku seksual, orientasi seksual, kelainan dan gangguan seksual,

masalah- masalah yang berhubungan dengan seksualitas remaja serta

(53)

Pertama dilakukan pretest pengukuran pengetahuan awal sebelum

diberi penyuluhan dengan menggunakan kuesioner. Selanjutnya setelah

dilakukan perlakuan (diberi penyuluhan) diukur lagi pengetahuannya

dengan kuesioner (posttest).

b. Skala ukur : Interval.

I. Cara Kerja

1. Intervensi

Pada penelitian ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada masing- masing

kelompok diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan tentang

seksualitas pada hari yang sama yaitu pada tanggal 4 Mei 2012. Setelah

± 15 hari kemudian yaitu pada tanggal 19 Mei 2012, pada kelompok

perlakuan diberi penyuluhan tentang seksualitas yang dilakukan dengan

metode ceramah dan tanya jawab dengan durasi waktu ± 90 menit.

Penyuluhan pada kelompok perlakuan (kelas IPA 2 dan IPS 1), tidak

dilakukan pada waktu yang sama, kelas IPS 1 diberikan penyuluhan pada

pukul 06.30 - 08.00 WIB dan kelas IPA 2 diberikan penyuluhan pada

pukul 08.10 - 09.40 WIB. Hal ini dikarenakan terdapat kendala waktu.

Pada saat kelompok perlakuan diberikan penyuluhan, kelompok kontrol

dilakukan posttest. Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Mei 2012

(54)

commit to user 2. Instrumentasi

a. Alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

materi penyuluhan dan kuesioner yang dibuat oleh penulis sendiri yang

mengacu pada referensi baik pada buku ataupun dari internet.

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan remaja

tentang seksualitas berbentuk kuesioner tertutup yaitu dichotomous choice yaitu dalam pernyataan disediakan 2 jawaban (benar atau salah) dan responden hanya memilih satu diantara jawaban tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda (√) pada

pernyataan yang dianggap benar.

Skoring yang digunakan :

1) Untuk pernyataan positif

Nilai 1 : untuk jawaban benar

Nilai 0 : untuk jawaban salah

2) Untuk pernyataan negatif

Nilai 0 : untuk jawaban benar

Nilai 1 : untuk jawaban salah

b. Cara pengambilan data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara

langsung dari responden (data primer) dengan cara mengisi kuesioner

(55)

Pengetahuan tentang seksualitas pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol diukur sebelum penyuluhan (pretest) dan sesudah

penyuluhan (posttest). Pretest dan posttest dilaksanakan dengan

menggunakan kuesioner yang telah valid dan reliabel. Posttest

dilakukan 15 hari setelah pretest, sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa pretest dan posttest idealnya tidak dilaksanakan dalam hari yang

sama, melainkan berselang waktu antara kira-kira 15-30 hari. Apabila

terlalu dekat kurang baik, sebab responden masih mengingat jawaban

yang pertama, apabila terlalu lama juga kurang baik karena mungkin

sudah terjadi perubahan pada diri responden dalam hal variabel yang

hendak diukur (Machfoedz, 2005).

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian berupa kuesioner, sebelum disebarkan terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Agar diperoleh distribusi

nilai hasil pengukuran mendekati normal, jumlah responden untuk uji coba

sebanyak 30 orang (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, uji validitas

dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 siswa kelas XI IPA dan IPS SMA

Negeri 6 Surakarta pada tanggal 30 April 2012. Untuk mempermudah

peneliti, uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

bantuan SPSS For Windows versi 17.

a. Uji Validitas

(56)

commit to user

seharusnya diukur. Dengan kata lain sejauh mana kesesuaian antara alat

ukur, cara pengukuran dengan objek pengukuran (Taufiqurrahman,

2009). Uji validitas ini dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor

yang ada pada butir dipandang sebagai nilai x dan skor total dipandang

sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi pearson product moment(Notoatmodjo, 2010).

Pengujian validitas ini dengan bantuan program SPSS for

windows versi 17. Butir pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika diperoleh hasil perhitungan r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi

0,05. Setelah dilakukan uji validitas, jika ada soal-soal yang tidak valid

akan dihapus apabila jumlah soal yang valid telah mewakili indikator

soal (Hidayat, 2007).

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 50 item pernyataan dalam

kuesioner yang dinyatakan tidak valid sebanyak 12 soal yaitu soal

nomor 7, 16, 19, 21, 25,26, 31, 32, 35, 38, 45 dan 48. Sehingga jumlah

pernyataan kuesioner yang digunakan untuk penelitian adalah 38 item.

Item pernyataan yang tidak valid tersebut dihapus, hal ini tidak

mempengaruhi isi kuesioner karena masing-masing indikator sudah

(57)
[image:57.595.137.592.159.508.2]

Tabel 3.1. Kisi- kisi soal untuk mengukur pengetahuan remaja tentang seksualitas sebelum dan sesudah uji validitas

Variabel Indikator

Nomor item pernyataan sebelum uji validitas

Nomor item pernyataan yang dinyatakan valid (sesudah uji validitas)

(+) (-) (+) (-)

Tingkat pengetahuan

seksualitas pada remaja

1. Definisi seksualitas 14, 46 1, 2 14, 46 1, 2 2. Nilai seksual pada

pria dan wanita 3. Sistem reproduksi

6

3, 9, 17, 29

4

16, 27, 39, 43, 50

6

3, 9, 17, 29

4

27, 39, 43, 50 4. Perilaku seksual 8, 19, 22,

23, 24

7, 21, 33 8, 22, 23, 24

33

5. Orientasi seksual 5 12, 47 5 12, 47 6. Kelainan dan

gangguan seksual 7. Masalah- masalah

yang berhubungan dengan seksualitas remaja

8. Pencegahan

18, 36, 40

10, 25, 31, 35, 41, 45,

48

15, 26, 38

20, 30, 49

11, 32, 34, 42

13, 28, 37, 44

18, 36, 40

10, 41

15

20, 30, 49

11, 34, 42

13, 28, 37, 44

Jumlah 26 24 18 20

Total 50 38

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengandung maksud sejauh mana instrumen

menghasilkan pengukuran yang sama, meskipun digunakan oleh

pengamat yang berbeda pada waktu yang sama, maupun oleh pengamat

(58)

commit to user

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas

internal dengan rumus Spearman-Browndengan teknik belah dua ganjil

genap.

Pengujian reliabilitas ini dengan bantuan program SPSS for

windows versi 17. Jika hasil r11 > r tabel dengan taraf signifikansi 5%

maka item dikatakan reliabel, sebaliknya jika hasil r11 < r tabel maka

dikatakan tidak reliabel. Instrumen yang tidak reliabel tidak dapat

digunakan sehingga dihilangkan ( Arikunto, 2006).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, dari 38 item yang dinyatakan

valid setelah diuji reliabilitasnya diperoleh nilai r11 : 0,958 yang lebih

besar nilainya dari pada r tabel : 0,320, sehingga pernyataan dalam

kuesioner semuanya dinyatakan reliabel. Data hasil uji reliabilitas dapat

dilihat pada lampiran 7.

J. Rencana Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data melalui tahap berikut ini (Nursalam, 2011) :

a. Editing

Dalam penelitian ini, setelah data didapatkan kemudian dilakukan

pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh.

b. Coding

Kegiatan pengkodean berupa pemberian nilai. Bila jawaban benar

(59)

kembali ke dalam lembaran dengan kode tersendiri untuk pedoman

analisis data dan penulisan laporan.

c. Entri Data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database

komputer.

d. Melakukan Teknik Analisis.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer

dan langkah- langkah analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu menganalisis tiap- tiap variabel dari

hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan secara

deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya. Hasilnya

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Variabel

yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik

responden serta pengetahuan seksualitas responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua

variabel, antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang digunakan

pada analisis bivariat ini menggunakan uji beda t- test (uji T). Rumus t- test independent digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai

(60)

commit to user

Pada penelitian ini akan dibandingkan besarnya selisih atau

perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Taraf signifikan yang digunakan adalah 0, 05, selanjutnya hasil t

hitung dibandingkan dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat beda secara signifikan antara

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Surakarta, dimana lokasi penelitian

terletak di Jl. Letjend Sutoyo 18, Surakarta . Di dalamnya terdapat 28 kelas yang

terbagi menjadi tiga tingkat yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Jumlah siswa

SMAN 5 Surakarta adalah sebanyak 919 orang.

A. Analisis Univariat

[image:61.595.111.564.246.726.2]

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jenis Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Usia 16 tahun 40 41,67

17 tahun 56 58,33

Jenis Kelamin Laki- Laki 40 41,67

Perempuan 56 58,33

Suku Bangsa Jawa 95 98,96

Arab 1 1,04

Pekerjaan Orangtua Sopir 2 2,08

Wiraswasta 55 57,29

Guru 8 8,33

Karyawan 11 11,46 PNS 16 16,67 Buruh 3 3,13

TNI 1 1,04

Agama Islam 92 95,83

Kristen 3 3,13 Katolik 1 1,04

Akses Informasi Seksualitas Remaja Sudah 96 100

Belum 0 0

Sumber Informasi Seksualitas Remaja Penyuluhan 50 52,08

(62)

commit to user

Berdasarkan tabel 4.1., pada bagian sumber informasi

seksualitas remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mendapatkan informasi tentang seksualitas remaja dari internet yaitu

sebanyak 58 orang (60,42%). Pada penelitian ini, satu responden bisa

memperoleh informasi seksualitas remaja dari beberapa sumber

informasi.

[image:62.595.136.503.225.493.2]

2. Pengetahuan Responden tentang Seksualitas

Tabel 4.2. Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan

Responden

Frekuensi (Orang)

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

Pretest Posttest Pretest Posttest

Baik 19 28 19 47

Cukup 28 20 28 1

Kurang 1 0 1 0

Jumlah 48 48 48 48

Sumber: Data Primer 2012

Dari tabel 4.2., menunjukkan bahwa hasil pretest pada kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan frekuensi jumlah respondennya sama,

responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 orang,

pengetahuan cukup sebanyak 28 orang, dan pengetahuan kurang sebanyak

1 orang. Pada hasil posttest, responden dengan pengetahuan baik

jumlahnya pada kelompok perlakuan lebih banyak dari pada kelompok

kontrol. Responden dengan pengetahuan baik pada kelompok perlakuan

jumlahnya meningkat lebih banyak dari pada kelompok kontrol setelah

(63)

Tabel 4.3. Rata- rata Nilai Pretest dan Posttest Pengetahuan Seksualitas pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Kelompok Mean

Pretest

Mean Posttest

Selisih Mean

Std. Deviation

Kontrol 27,54 28,81 1,27 0,9

Perlakuan 27,63 34,13 6,5 4,6

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.3., menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan

memiliki selisih mean antara pretest dan posttest yang lebih besar dari

pada kelompok kontrol (6,5 > 1,27).

Tabel 4.4. Rata- rata Nilai Pengetahuan Seksualitas Responden pada Jurusan IPA dan IPS dari Hasil Pretest

Kelompok N Mean Std. Deviation

IPA 48 75,38 76,32

IPS 48 69,79 68,42

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.4., menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan

pengetahuan responden pada program jurusan IPA (75,38 ± 76,32)

memiliki nilai rata- rata yang lebih tinggi dari pada program jurusan IPS

(69,79 ± 68,42).

B. Analisis Bivariat

Uji statistik parametrik memerlukan suatu persyaratan, salah satunya

yaitu data harus berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode

[image:63.595.147.518.158.485.2]
(64)

p-commit to user

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan shapiro wilk maka diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5.

Gambar

Gambar 2.1.Alat reproduksi laki- laki .......................................................
Gambar 2.1. Alat reproduksi laki- laki (BKKBN, 2005)
Tabel 2.1. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada laki- laki
Tabel 2.2. Tabel alat reproduksi dan fungsinya pada perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa saya tidak sedang menjalani tugas belajar, izin belajar, dan tidak akan melaksanakan studi lanjutan selama menjabat

Desa Pari di Kecamatan Mandalawangi memiliki potensi untuk mengembangkan ekowisata kuliner berbasis masyarakat, karena Desa Pari merupakan salah satu akses pintu masuk ke

Kun Luther kieltää Jumalan tuntemisen substanssin kategoriassa, hän tarkoituksenaan ei ole kieltää sitä mitä hän muualla puhuu Jumalasta ja uskosta juuri substanssina.. Mutta

dilakukan dengan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bali dan Asosiasi Industri Kayu Bali sebagai wakil dari responden penelitian (Industri Kecil Unggulan di

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 135 Metode dokumentasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perencanaan produksi yang tepat untuk 6 periode ke depan dalam usaha pencapaian target produksi tersebut. Dalam penelitian ini,

= 0,314 untuk kadar trigliserida yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik kadar kolesterol total dan trigliserida antara kelompok kasus dan kontrol

Kadar nitrat akar, tangkai daun dan daun Eceng Gondok yang terkandung dalam air pada proses pelapukan yang ditambah cairan probiotik menggambarkan bahwa daun Eceng Gondok