• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SEKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO

Yang Diajukan

SITI LATIFAH

NPM. 0611010111

Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Marseto DS, MSi

Tanggal : ……….

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

(2)

ANALISIS SEKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO

Yang Diajukan

SITI LATIFAH

NPM. 0611010111

Disetujui Untuk Ujian Skripsi Oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Marseto DS, MSi

Tanggal : ……….

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

ANALISIS SEKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

SITI LATIFAH

0611010111/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(4)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

SITI LATIFAH

0611010111/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(5)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

SITI LATIFAH

0611010111/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(6)

Alhamdullilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “ ANALISIS SEKTOR

YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA

SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali

menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa

bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya.

Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Drs. Ec. Marseto DS, Msi. selaku Dosen Pembimbing Utama telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan,

pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak

bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

(7)

4.

Bapak Drs. EC. Marseto DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak Dr. Syamsul Huda, SE, MT. Emg, selaku Dosen Wali yang telah

meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama

menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

6.

Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah

dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa

perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7.

Bapak-bapak dan ibu-ibu staf Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, dan

Bank Indonesia cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi

dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam

penyusunan skripsi ini.

8.

Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan

motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah

tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya.

(8)

iii

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca serta bermanfaat positif di bidang pendidikan dan pengajarannya.

(Amin).

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juli 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

ABSTRAKSI...ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ………1

1.2.

Perumusan Masalah ………7

1.3.

Tujuan Penelitian ……….8

1.4.

Manfaat Penelitian ………...8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………...9

2.2. Landasan Teori ……….14

2.2.1.

Teori

Ekonomi

Regional

………...…14

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi Regional …………...….20

2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pergesaran

Struktural Perekonomian daerah …….……...21

2.2.4.

Produk

Domestik Regional Bruto ………….…...22

2.2.5. Pendekatan Perhitungan Produk Domestik

Bruto ………...23

2.2.6.

Produk

Domestik Regional Bruto Per

Kapita ……….………25

2.2.7. Perubahan Klasifikasi Sektor ………..31

2.2.8. Alasan Pergeseran Tahun Dasar dari tahun

1983 ke 1993 ………..31

(10)

2.2.9. Instrumen Analisis Yang digunakan …………..32

2.3. Kerangka Berpikir ………...36

2.4. Hipotesis ………...….37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel …………39

3.2. Jenis dan Sumber Data ………47

3.3. teknik Pengumpulan Data ………...47

3.4. Analisis dan Uji Hipotesis ………48

3.4.1.

Analisis

Shift-Share

………...48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...52

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...55

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ………,62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

………....68

5.2

Saran

………..69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ...38

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur

tahun 2007 – 2008 (dalam Juta Rupiah ) ...55

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo

tahun 2007 – 2008 (dalam Juta Rupiah ) ...57

Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya

tahun 2007 – 2008 (dalam Juta Rupiah ) ...59

Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik

tahun 2007 – 2008 (dalam Juta Rupiah ) ...60

Tabel 5. Hasil Perhitungan Defferential Shift tahun 2008...63

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: PDRB Jawa Timur Tahun 2007 - 2008

Lampiran 2: PDRB Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007 - 2008

Lampiran 3: PDRB Kota Surabaya Tahun 2007 - 2008

Lampiran 4: Perhitungan Analisis Shift Share untuk Kabupaten Sidoarjo,

Surabaya dan Gresik

Lampiran 5: Beberapa Gambar yang mewakili Sektor Basis di Kabupaten

Sidoarjo

Lampiran 6: Beberapa Gambar yang mewakili Sektor Basis di Kota Surabaya

Lampiran 7: Beberapa Gambar yang mewakili Sektor Basis di Kabupaten

Gresik

(14)

ix

ANALISIS SEKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN

EKONOMI DI KOTA SURABAYA, GRESIK, DAN SIDOARJO

Oleh :

Siti Latifah

ABSTRAKSI

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat

dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari

berbagai macam sektor ekonomi yang tidak secara langsung

menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Sedangkan laju pertumbuhan

ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang

apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi.

Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sektor ekonomi yang sangat dominan kontribusinya bagi pertumbuhan

perekonomian di kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten

Gresik.

Penelitian ini menggunakan Data Sekunder yang diperoleh dari

lembaga-lembaga terkait. Dalam menganalisa sektor-sektor yang akan

dijadikan unggulan agar dapat terarah pada pokok permasalahannya maka

digunakan uji Analisis Shift-Share dan Deffrential Shifte (DS) meliputi

Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur, Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Sidoarjo, Produk Domestik Kota Surabaya, dan Produk

Domestik Regional Kabupaten Gresik.

Hasil analisa menunjukkan dengan uji Analisis Shift-Share pada

Kabupaten Sidoarjo terlihat bahwa sektor yang memiliki angka positif

adalah sektor 4,5,7,9. Kota Surabaya sektor yang memiliki angka positif

adalah sektor 4,5,6,7 dan Kabupaten Gresik sektor yang memiliki angka

positif adalah sektor 3,6,7,9.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Pembangunan daerah bertujuan meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan rakyat didaerah melalui pembangunan yang serasi dan

terpadu baik antar pembangunan soktoral dengan perencanaan pembangunan

oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah

dan kemajuan yang merata diseluruh pelosok tanah air. Dalam berbagai

analisa dan penyidikan mengenai kegiatan ekonomi ditinjau dari sudut

penyebaran diberbagai daerah, perkataan daerah dapat dibedakan dalam tiga

pengertian, pengertian yang pertama menganggap suatu daerah dianggap

sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan ekonomi berlaku dan berbagai

pelosok ruang tersebut sifat-sifatnya adalah sama. Jadi batas-batasnya diantara

satu daerah dengan daerah – daerah lainnya ditentukan titik-titik dimana

kesamaan sifat-sifat tersebut sudah mengalami perubahan. Persamaan sifat

dapat ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduknya, dari segi agama

dan suku bangsa masyarakatnya ataupun dari segi struktur ekonominya.

Pengertian yang kedua, dan yang paling ideal untuk digunakan dalam analisis

mengenai ruang, mengartikan daerah itu sebagai ruang ekonomi. Seperti

dikatakan oleh Allen dan MacLellan dalam Arsyad (1999:47) : “perbatasan

diantara berbagai daerah ditentukan oleh tempat-tempat dimana pengaruh dari

(16)

satu atau beberapa pusat-pusat kegiatan ekonomi digantikan dengan pengaruh

pusat dari lainnya”.

Daerah yang dibatasi menururt pengertian ini dinamakan daerah

nodal, sedangkan daerah menurut pengertian pertama dinamakan daerah

homogeny/homogeneus. Pengertian yang ketiga memberikan batasan suatu

daerah berdasarkan pembagian administratif dari suatu Negara. Jadi menurut

pengertian terakhir suatu daerah merupakan suatu ekonomi ruang yang berada

di bawah suatu administrasi tertentu suatu propinsi, Kabupaten/Kotamadya,

desa dan sebagainya. Daerah yang diartikan menurut pengertian ketiga ini

dinamakan daerha administrasi atau daerah perencanaan.

Apabila membahas mengenai pembangunan daerah, pengertian

ketiga merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih

populernya penggunaan pengertian tersebut disebabkan karena dua faktor.

Pertama, dalam melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan

daerah diperlukan tindakan-tindakan berbagai badan pemerintah dengan

demikian adalah lebih praktis apabila suatu negara dipecah menjadi beberapa

daerah ekonomi berdasarkan satuan administratif lebih mudah dianalisa

karena sejak lama pengumpulan data berbagai daerah dalam satu negara

pembagiannya didasarkan pada satuan administrative (Saerofi;2005:72).

Dalam menganalisa mengenai proses pembangunan akan

bertambah lengkap apabila memperhatikan juga corak kegiatan ekonomi

ditinjau dari sudut penyebarannya ke berbagai daerah. Betapa pentingnya

(17)

suatu perekonomian hal ini sesuai dengan pendapat Friedman dan Alonso :

“Tanpa melihat dari sudut ruang analisa masih belum sempurna, dapatlah

dimisalkan seperti proyeksi dua dimensi dari suatu benda yang mempunyai

tiga dimensi. Suatu negara mempunya peta bumi ekonomi degan

puncak-puncak dan lembah-lembah dengan daerah-daerah yang padat dengan

kehidupan dan daerah-daerah yang ditinggalkan, keputusan mengenai dimana

akan melaksanaka suatu proyek baru adalah sama pentingnya dengan

keputusan untuk menginvestasi dalam proyek tersebut. Masalah - masalah

yang berhubungan dengan keadilan sosial dalam mendistribusikan hasil

pemangunan ekonomi adalah sama pentingnya dan sama sukarnya dipandang

dari segi golongan masyarakatnya” (Bintoro;2001:21).

Pernyataan diatas dengan jelas menunjukkan bahwa analisa

ekonomi regional pada hakekatnya membahas mengenai kegiatan

perekonomian ditinjau dari segi sudut penyebaran kegiatan ekonomi ke

berbagai lokasi dalam suatu economic space atau ruang ekonomi tertentu

misalnya dalam suatu negara atau suatu propinsi. Tetapi disamping itu analisa

ekonomi regional melibatkan dirinya pula dalam menganalisa ekonomi suatu

daerah ditinjau secara sektoral dan makro. Daerah tersebut dapat berupa suatu

propinsi, satu daerah khusus tertentu atau satu kota besar yang

pembangunannya akan digalakkan. Analisa mengenai perekonomian kota

besar merupakan suatu cabang khusus dari analisa ekonomi regional dan

(18)

Menganalisa perekonomian daerah merupakan pekerjaan yang sulit

kalau dibandingkan dengan menganalisa perekonomian nasional. Keadaan

demikian timbul karena, pertama data mengenai daerah terbatas sekali, apalagi

kalau daerah-daerah dibedakan berdasarkan pegertian daerah nodal. Dengan

data yang sangat terbatas tersebut, sukar untuk menggunakan metode yang

telah dikembangkan dalam memberikan gambaran mengenai perekonomian

suatu daerah. Kedua, data yang diperlukan dalam analisa daerah karena data

yang dikompulkan tersebut kebanyakan dimaksudkan untuk memenuhi

keperluan data untuk analisa ekonomi pada tingkat nasional. Menentukan

aliran modal dan perdagangan dari suatu daerah ke daerah-daerah lainnya

merupakan satu contoh dari aspek-aspek yang dikemukakan ini. Juga dalam

analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

daerah dari masa ke masa, tulisan yang ada dapat dibedakan diantara

teori-teori mengenai masalah ekonomi dan pembangunan daerah yang dipinjam dari

teori yang ada mengenai perekonomian nasional yang kemudian disesuaikan

dengan keadaan daerah, dan teori yang khusus dikembangkan untuk

menganalisa masalah ekonomi dan pembanguan daerah. (prasetyo;1999:47).

Dengan berbagai pendekatan itu, pembangunan nasional dengan

pembanguan daerah telah mencatat kemajuan yang berarti. Namun dalam

kenyataan ada perbedaan yang cukup tajam anatara kemajuan suatu daerah

dengan daerah lainnya. Perbedaan laju pembangunan anatara daerah

(19)

daerah, terutama antara jawa dan luar jawa, antara kawasan barat dan kawasan

timur, dan antara perkotaan dan pedesaan.

Sebagai akibat dari tingkat dan laju perkembangan yang tidak

seimbang itu, meskipun semua daerah akan memperoleh kemajuan sebagai

hasil dari pembangunan, tetapu karena tingkat landasannya sudah berbeda,

maka tanpa usaha khusus, dengan keenderungan yang ada, kesenjangan akan

membesar. Mengatasi keadaan ini bukan pekerjaan mudah karena upaya itu

akan menentang “arus” yang kuat yang menjadi kendala yang tidak mudah

diatasi. Pembanguan daerah agar tujuan dan usahanya dapat berhasil dengan

baik maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Berdasarkan

data-data tersebut di atas, maka mengembangkan metode untuk menganalisa

perekonomian suatu daerah penting sekali artinya dalam usaha untuk

mengumpulkan lebih banyak mengenai sifat-sifat pereonomian suatu

daerah.lebih lanjut Menurut Sukirno (1994;10:10), mengemukakan :

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk

meningkatkan adanya pembangunn suatu daerah dai berbagai macam sektor

ekonomi yang tidak secara langsung menggambarkan tingkat perubahan

ekonomi. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

dalam PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak

dalam struktur ekonomi.

Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung

(20)

pertumbuhan sektoralnya. Artinya apabila sebuah sektor mempunyai

kontribusi besar dan pertumbuhan lambat, maka hal ini akan menghambat

tingkat perekonomian secara keseluruhan, sebaliknya apabila sebuah sektor

mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, sehingga

bila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka sektor

tersebut akan dapat menjadi lokomotif pertumbuhan yang secara total

sehingga menjadikan tingkat pertumbuhannya menjadi besar bagi sebuah

daerah.

Di Daerah Tingkat II Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Kota

Surabaya Propinsi Jawa Timur, sampai saat ini dapat dilihat bahwa sektor

ekonomi yang sangat dominan kontribusinya bagi pertumbuhan perekonomian

di kabupaten ini, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi (Anonim;2006),

dimana selain sektor tersebut terdapat beberapa sektor yang memang dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi secara riil di propinsi ini. Keberadaan

kabupaten Gresik dan Sidoarjo yang berlokasi di dekat Kota Surabaya, secara

riil dapat dijadikan sebagai salah satu penopang pembangunan dan

pengembangan Kotamadya Surabaya dalam pelaksanaan pembangunan, selain

itu berkaitan dengan pemerataan pembangunan dan peningkatan dalam

pertumbuhan ekonominya, maka Daerah Tingkat II Kabupaten Gresik dan

Sidoarjo merupakan daerah yang cukup potensial untuk dikembangkan, hal ini

didukung oleh keberadaan potensi daerah yang mendukung kinerja

pembangunan perekonomiannya tersebut. Selain faktor pendorong

(21)

penghambat dalam melaksanakan pertumbuahan ekonominya. Perkembangan

faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pertumbuhan ekonomi di

Daerah Tingkat II Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Kota Surabaya pada

dasarnya tidak dapat terlepas dari perkembangan faktor-faktor yang

mempercepat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masing-masing daerah,

karena indikasi pertumbuhan ekonomi termasuk termasuk perkembangan

faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat diketahui secara

riil dari aktivitas ekonomi yang terjadi di daerah-daerah, dimana daerah

tersebut merupakan salah satu wilayah/daerah yang menjadi bagian dari

sebuah pemerintahan setingkat Daerah Tingkat II (Kabupaten).

(Anonim:2006;32).

Berdasarkan kondisi terseut itulah maka peneliti tertarik

mengambil judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Sektor yang

Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya, Gresik dan Sidoarjo“

1.2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan urainan pada latar belakang masalah di atas,

maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Sektor – sektor apa yang mempercepat pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo?

2. Sektor manakah yang dominan dalam mempercepat pertumbuhan

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui sektor-sektor apa saja yang mempercepat serta yang dominan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi pihak

yang terkait dan calon peneliti selanjutnya baik untuk penelaahan lebih

lanjut maupun sebagai bahan perbandingan.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi-intansi terkait

dalam mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hasil Penelitian Terdahulu

a. Yukanti Sriyatiningsih (1999) dengan judul,”Beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten

Trenggalek”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara

simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan

tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak daerah dan pengeluaran

pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara ketiga variabel bebas,

variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek adalah tingkat inflasi.

b. Aprianto Dwi H (2001) dengan judul, “Beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan

penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tingkat inflasi,

dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil uji parsial penanaman

modal dalam negeri berpengaruh positif dan nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan

(24)

penanaman modal asing, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak

berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Iqomadin (1999) dengan judul, “Analisa ekonomi regional disatuan

wilayah pembangunan I Gerbang Kertasusila penerapan teori basis

ekonomi tahun 1993-1996”. Dengan hasil penelitian menggunakan

analisa Location Quotien dan Analisa Shift Share dapat disusun skala

prioritas sebagai berikut : prioritas pertama dengan lokasi

pengembangan sebagai berikut; sektor industri pengolahan di Gresik dan

Sidoarjo, sektor listrik, air, gas, dan air bersih di kabupaten Sidoarjo

Kotamadya Mojokerto, prioritas kedua dengan lokasi pengembangan

sebagai berikut : sektor pertambangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi Surabaya dan Kotamadya Mojokerto,

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Surabaya. Prioritas

ketiga dengan lokasi pengembangan sebagai barikut : sektor pertanian di

Kabupaten Gresik, sektor jasa-jasa di Kabupaten Mojokerto, Kotamadya

Mojokerto, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bangkalan.

d. Prosodjo (1998) dengan judul, “Peranan pemerintah pusat untuk daerah

terhadap pertumbuhan ekonomi Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur

tahun 1990-1991”. Dengan hasil penelitian sebagai berikut : hasil analis

REGRESI SEDERHANA Double Log, dapat disimpulkan bahwa ;

pengeluaran pemerintah pusat ke daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur

dan investasi swasta ternyata mempunyai peranan penting terhadap

(25)

koefisien determinaasi (R2) sebesar 0,79 yang berarti kontribusi dari

total pengeluaran pemerintah pusat di daerah yang berbentuk bantuan

Daerah Tingkat I dan alokasi dan sektoral ditambah dengan investasi

swasta yang berupa penanaman modal asing sebesar 79%, ini

menunjukkan bahwa peranan pengeluaran pemerintah pusat dan

investasi swasta di Jawa Timur masih diatas 50%. Perbedaan penelitian

yang sekarang dengan penelitian-penelitian terdahulu lebih banyak

terfokus pada Satuan Wilayah yang diambil adalah Satuan Wilayah

Pembangunan (SWP) IV yang meliputi ; Kotamadya Pasuruaan,

Kabupaten Pasuruan, Kotamadya Malang, Kabupaten malang.

e. Sophiyani (1999) dengan judul, “Implementasi pembangunan Daerah

Tingkat I dalam kaitan pengembangan perwilayahan pembangunan di

suatu Wilayah Pembangunan VIII Madiun”. Dengan menggunakan

analisa Location Quotien dan Indeks Fungsional Wilkinson dapat ditarik

kesimpulan : pertama, sektor pertanian secara umum sector ini menjadi

corak bagi perekonomian seluruh daerah dan berperan sangat menonjol

terhadap PDRB di Daerah tingkat II se-satuan Wilayah Pembangunan

VIII Madiun (IFS ≥ 0,33). Kedua sektor perdagangan, hotel dan restoran secara umum menjadi corak bagi perekonomian seluruh Daerah Tingkat

I di satuan Wilayah Pembangunan VIII Madiun (IFS ≥ 0,33).

f. Dewi (1998) dengan judul, “Peranan industri di satuan wilayah

pembangunan I Gerbangkertasusila dalam rangka menunjang

(26)

Location Quotien dan Indeks Fungsional Wilkinson dapat ditarik

kesimpulan : pertama, sektor industri di satuan wilayah I

Gerbangkertasusila ternyata mampu memberikan sumbangan terbesar

pada Produk Domestik Bruto Jawa Timur. Hal ini terlihat selama tahun

1991-1995 berdasarkan Location Quotien dan Indeks Fungsional

Sektoral. Predikat yang melekat pada satuan Wilayah Pembangunan I

Gerbangkertasusila berdasarkan indeks sektoral adalah sektor industri

perdagangan. Kedua sektor industri terkonsentrasi di Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik, Surabaya?Satuan

Wilayah Pembangunan I Gerbangkertasusila. Kabupaten Pasuruan,

Malang/Satuan Wilayah Pembangunan VI Malang – Pasuruan dan

Kotamadya Kediri/Satuan Wilayah Pembangunan VII Kediri dan

sekitarnya. Keberadaan industry did aerah tersebut sangat ditunjang oleh

adanya sarana dan prasarana, baik yang disediakan oleh pemerintah

daerah maupun swasta, seperti kawasan industri Gresik, kawasan

industri Tandes, kawasan industri Rungkut, kawasan industri Sidoarjo.

g. Listyowati (1999) dengan judul, “ Analisa aspek-aspek Aglomerasi

ekonomi di Surabaya”. Dengan menggunakan metode atau pendekatan

lokasional serta pendekatan biaya friksi spasial, dapat disimpulkan :

pertama, kota Surabaya mengalami perkembangan yang tidak seimbang

di berbagai wilayah dengan adanya aglomerasi yang terjadi saat ini

merupakan warisan dari pemerintah colonial yang pernah menjajah di

(27)

tidak merata terlihat pada kawasan-kawasan di pusat kota atau yang

dekat dengan pusat kota dimana kawasan kota ini dipadati baik oleh

penduduk maupun kegiatan usaha. Sebaliknya kawasan-kawasan di

penduduk dan kegiatan ekonominya masih jarang.

h. Jurnal Ekonomi dari M. Nawir Messi berjudul “Analisa faktor dan

pertumbuhan ekonomi 2001”. Variabel terikat adalah Produk Domestik

Regional Bruto (Y), dan variabel bebasnya adalah Investasi (X1),

Pengeluaran Pemerintah (X2), dan Ekspor (X3) berpengaruh terhadap

variabel (Y). sedangkan secara parsial pengaruh (X1) diketahui thitung =

7,3709 > ttabel = 0,05 sehingga (X1) berpengaruh terhadap (Y),

pengeluaran Pemerintah thitung = 5,225 > ttabel = 0,05 sehingga (X2)

berpengaruh terhadap variabel (Y), dan ekspor kerja (X3) diketahui thitung

= 3,137 ttabel = 0,05 sehingga (X3) berpengaruh terhadap variabel (Y).

i. Jurnal Ekonomi dari Zainal Arifin Berjudul “ Pertumbuhan, Sektor

unggul, Kesenjangan dan Konvergensi antar Kecamatan di Kabupaten

Sidoarjo”. Masih adanya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per

kapita yang berbeda antar kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Beberapa

kecataman masuk ke dalam daerah berkembang, daerah cepat maju dan

cepat tumbuh, daerah maju tapi tertekan, serta cepat daerah relatif

tertinggal. Ini menunjukkan bahwa belum terjadi pertumbuhan yang

belum merata antar kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Dari analisis LQ

diperoleh hasil beberapa kecamatan memiliki sector unggulan yang

(28)

lebih banyak. Kondisi ini menunjukkan belum meratanya sektor

unggulan yang dimiliki kecamatan untuk dijadikan sektor yang bisa

memacu pertumbuhan wilayah. Dari analisis ketimpangan dapat

dihitung indeks ketimpangan Williamson dan indeks Entropi

menunjukkan angka indeks ketimpangan PDRB per kapita

antarkecamatan di Kabupaten Sidoarjo 2004-2005 yaitu 0,3337 untuk

indeks Williamson dan 0,2311 untuk indeks entropi Theil. Dari analisis

konvergensi terlihat bahwa dispersi pertumbuhan ekonomi tingkat

kecamatan mengalami peningkatan. Untuk koefisien variasi meningkat

dari 60,957 menjadi 97,911. Sedangkan standard deviasi meningkat dari

7,808menjadi 9,895.

Perbedaan pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu dengan

penelitian saya adalah secara mendasar terletak pada obyek dan sumber data,

dimana pada penelitian saya obyek dan sumber data lebih fokus ke daerah

setingkat kecamatan di Daerah Tingkat II Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Kota

(29)

2. Landasan Teori

Landasan teori ini atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk

mengetahui dan mebemukan dasar-dasar secara teoritis guna membantu

memecahkan masalah.

2.2.1.Teori Ekonomi Regional

Terdapat banyak sekali teori-teori ekonomi regional yang sudah ada,

tetapi untuk menunjang landasan teori pada penelitian ini terdapat

beberapa teori yang dianggap cukup mewakili, teori-teori tersebut

adalah :

1. Teori basis dan Non Basis

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan komparatif

dari David Ricardo dan John Stuart Mill dalam Aziz (1999). Dari

studi empirik yang dilakukan oleh Pfouts (1960) dalam rangka

memisah misalkan sektor – sektor basis dari yang bukan basis

daerah perkotaan ternyata dapat dipergunakan sebagai sarana

memperjelas struktur daerah tersebut, dalam hubungan ini kegiatan

ekonomi suatu daerah dibagi dalam dua golongan.

a. Kegiatan ekonomi industri yang melayani kebutuhan akan

barang-barang dan jasa di daerah itu sendiri / daerah

swasembada maupun mengekspornya ke tempat-tempat diluar

batas-batas perekonomian daerah tersebut. Daerah yang

(30)

b. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani

kebutuhan barang-barang dan jasa bagi masyarakat yang

bertempat tinggal da dalam batas-batas perekonomian daerah

tersebut bahkan masih harus mendatangkan barang kebutuhan

tersebut dari tempat/daerah lain karena masih kekurangan

daerah yang demikian ini disebut sebagai daerah non basis atau

daerah minus. Untuk menentukan daerah kedalam salah satu

dari kedua golongan tersebut digunakan metode Loatin Quotien

(LQ) yaitu dengan jalan membandingkan peranan industri

tersebut dengan peranan industri yang sama dalam

perekonomian regional. (Glason dalam Aziz, 1999 : 63)

2. Space Cost Theory

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dari hasil

studi analisis tentang lokasi industri secara geografi. Dari analisis

ia menerapkan suatu pendekatan yang terbukti lebih prktis terhadap

berbagai rumusan tentang teori lokasi industri menurut Adam

Smith, lokasi yang paling menguntungkan/efisien bagi suatu

industri adalah dimana penerimaan total lebih besar dari pada biaya

total atas dasar asumsi maksimiliasi laba dan out put konstan, dan

sebaliknya bila biaya total ternyata lebih besar dari biaya

penerimaan total, maka lokasi tersebut adalah merugikan / tidak

efisien. Analisis ini dapat dipergunakan pula untuk menentukan

(31)

pasar/permintaan. Dari segi pasar/permintaan antara lain

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Letak industri

terhadap bahan mentah. Kualitas dan kuantitas, tenaga kerja, sarana

transportasi dan komunikasi, faktor lingkungan dan pemerintah

(pajak dan suubsidi).

3. Teori Lokasi Industri

Menurut Weber dalam Sukirno (1909:56) adalah orang

pertama yang menggarap teori tentang lokasi industri secara

komprehensif. Teori lokasi dari Weber ini didasarkan dari

penerapan teori Von Thunen yang berprinsip bahwa pengusaha

akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri

atau terbagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Regional Factors, yaitu terdiri atas biaya pengangkutan dan

tenaga kerja.

b. Local Factors, yaotu kekuatan-kekuatan aglomerasi dan

deglomerasi, terutama letak dan sifat bahan mentah.

4. Teori Tempat Sentral

Teori ini dikenalkan oleh seorang geograf jerman yang

bernama Cristaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep

tentang pembentukan system kota, dari studi empirik konsep

tersebut dikembangkan dari teori-teori yang sudah ada pada waktu

(32)

(1998:58). Dikatakan bahwa kota adalah pusat atau sentralisasi

kegiatan dai daerah sekitar yang kemudian disebut sebagai tempat

sentral, yang menghubungkan perdagangan setempat dengan dunia

luar. Sistem yang diciptakan didasarkan pada dua faktor lokasi

yaitu biaya transfer dan aglomerasi.

Dasar ekonomi dari Cristaller (Sukirno:2001) adalah bahwa

pusat kota pada umumnya merupakan pusat daerah yang produktif

yang didukung oleh kondisi tanah yang produktif karena berbagai

jasa penting harus disediakan, dengan demikian tempat sentral atau

pusat kota tersebut bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah

belakang / daerah komplementer yaitu mensuplainya dengan

barang dan jasa. Selanjutnya penduduk kota akan menyebar

membentuk hierarki perkotaan yang merupakan sarana yang efisien

untuk administrasi dan alokasi sumber kepada daerah-daerah.

Dengan demikian distribusi ruang dari pusat-pusat kota ini akan

menimbulkan dominasi dan polarisasi.

5. Teori Kutub Pertumbuhan

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori tempat sentral

Christaller (1909). Konsep-konsep dasar dan penyempurnaan serta

pengembangan teori ini dilakukan oleh Perroux ‘f, Boudenville,

Hanssen, Hermansen, Hirchman dan Myrdal (1967). Dari berbagai

(33)

konsep-konsep ekonomi dasar dan perkembangan geogradiknya dapat

didefinisikan sebagai berikut (Sukirno;2001:59) :

a. Konsep Leading Industries dan perusahaan-perusahaan

propulsip, menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat

perusahaan propulsip yang besar, yang termasuk dalam

Leading Industries yang mendominasi unit-unit ekonomi

lainnya, ada kemungkinan bahwa suatu kelompok komplek

industry hanya terdiri dari satu atau segelintir perusahaan

propulsip yang dominan. Lokasi yang geografik dari

industri-industri seperti itu pada titik-titik lokal tertentu dalam suatu

daerah mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lokasi

sumber daya, alam, lokasi kemanfaatn-kemanfaatan buatan

manusia / komunikasi atau tempat-tempat sentral berlandaskan

kegiatan jasa yang sudah ada, dimana terdapat

keuntungan-keuntungan karena prasarana dan tenaga kerja atau barangkali

hanya bersifat kebetulan saja.

b. Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat

dari “Leading Industries” mendorong polarisasi dari unit-unit

ekonomi lainnya kedalam kutub pertumbuhan implicit dalam

proses polarisasi ini adalah berbagai macam keuntungan

aglomerasi (keuntungan ekstern dan intern dari skala).

Polarisasi ekonomi ini pasti menimbulkan polarisasi geografik

(34)

pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas di dalam suatu

daerah bahkan kendatipun lokasi seperti tersebut deringkali

tetap berkembang dengan baik karena adanya keuntungan-

keuntungan aglomerasi.

c. Konsep “Spread Effect” menyatakan bahwa pada waktunya,

kualitas propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan

memancar keluar dan memasuki uang disekitarnya. “Trickling

Down” atau Spread Effect ini sangat menarik bagi perencanaan

regional dan telah memberikan sumbangan besar bagi

kepopuleran teori ini pada waktu belakangan ini sebagai saran

kebijaksanaan. Dari konsep ini maka dapatlah disimpulkan

sebagai suatu kerangka untuk memahami anatomi regional,

teori ini memberikan suatu pelengkap dinamik yang sangat

bermanfaat kepada teori tempat sentral dan walaupun

mempunyai keterbatasan sangat berguna bagi perencanaan

regional. Teori ini menampilkan banyak konsep yang

berorientasi perencanaan. Menekankan

kemanfaatn-kemanfaatn komplek industri, “leading industries”,

pertumuhan yang berkutub dan keuntungan-keuntungan

aglomerasi dan “Spread Effect” yang ditimbulkan. Model ini

cukup jelas dalam menerangkan pertumbuhan hierarki kota

yang menekankan interdependensi antara pusat kota dan

(35)

persaingan antar daerah pelayanan masing-masing

(Glasson;1997:154-1560.

2.2.2.Pertumbuhan Ekonomi Regional

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan

atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau

lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan kata lain,

perkembangan baru terjadi jika barang dan jasa secara fisik yang

dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun

berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang

yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai

pendapatan daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya

adalah dengan melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan

harga konstan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat

dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Gt = Yrt/VR x 100 %

VR/V

Dimana Gt adalah tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang

dinyatakan dalam persen, Yrt adalah pendapatan daerah riil pada

(36)

2.2.3.Pertubuhan Ekonomi dan Pergeseran Struktural Perekonomian

Daerah

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu

perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen yaitu:

1. Provicial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah

(kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan

pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan

perekonomian daerah yang lebih tinggi (propinsi). Hasil

perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah

propinsi yang mempengaruhi pertambahan perekonomian

kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan

propinsi maka peranan pada propinsi tetap.

2. Propotional (Industry-Mix) shift adalah pertumbuhan nilai tambah

bruto sector I dibandingkan total sektor di tingkat propinsi.

3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan

ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang

sama di tingkat propinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki

keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat

mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.

Menurut Glasson (1977), kedua komponen shift yaitu Sp dan Sd

memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal

(37)

yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan (Paul Sitohang,

1977).

Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sector yang bersangkutan dalam

perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang

bersangkutan. Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian

daerah sector tersebut masih dapat diperbaiki, antara lain dengan

membandingkannya terhadap struktur perekonomian propinsi. (Harry

W. Richardson, 1978;202)

2.2.4.Produk Domestik Nasional Bruto

a. Menurut Sukirno (2001:165) Produk Domestik Bruto didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan diperoleh

dari sebagaian selisih antara nilai bruto yang dinilai atas dasar

konstan yang diterima oleh produsen dikurangi pemakaian bahan

baku dan penolong yang dinilai atas dasar pembelian.

b. Gross Domestik Bruto adalah nilai barang jadi yang diproduksi

dalam negeri (Doembusch dan Fisher 1992:30).

c. Menurut Rosyidi (1997:203), salah satu pengukuran Produk

Domestik Bruto, dengan menghitung seluruh pengeluaran untuk

penelitian barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara yang

bersangkutan yaitu :

a) Konsumsi rumah tangga

b) Konsumsi pemerintah

(38)

d) Ekspor barang dan jasa

e) Impor barang dan jasa

d. GDP (Gross Domestic Bruto), merupakancara untuk mengukur

output total menurut harga faktor industri di dalam negeri dengan

cara menjumlahkan nilai tengah dari setiap industri (Lipsey, dkk.

1992:50)

e. Produk Domestik Bruto adalah jumlah barang dan jasa akhir kali

harga sebagai alat produksi barang dan jasa suatu Negara ditambah

dengan hasil produksi barang dan jasa dan perusahaan asing

(Partadireja, 1982:50)

f. Menurut Suparmoko (1991:205) yang dimaksud dengan

permintaan agregat (output total) adalah jumlah barang dan jasa

yang akan dibeli oleh konsumen perusahaan dan pemerintah, pada

tingkat harga tertentu pendapatan tertentu variabel-variabel

tertentu, pendapatan tertentu serta variabel ekonomi lainnya.

g. Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai total produksi barang

dan jasa yang diproduksi diwilayah regional tertentu dalam waktu

tertentu/biasanya satu tahun. (Anonim 1995:1)

2.2.5.Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Bruto

Cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat diperoleh

melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan

pendapatan, pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dijelaskan

(39)

A.Menurut Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu

tertentu/satu tahun. Unit-unit produksi tersebut didalam

penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha

yaitu :

a) Pertanian

b) Pertambangan dan Penggalian

c) Industry pengolahan

d) Listrik, Gas dan air bersih

e) Konstruksi

f) Perdagangan, Hotel dan Restoran

g) Pengangkutan dan Komunikasi

h) Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

i) Jasa-jasa

B.Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan

semua komponen permintaan akhir yaitu :

a. Pengeluaran Konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang

tidak mencari untung

b. Konsumsi Pemerintah

c. Pembentukan Modal tetap domestik bruto

(40)

e. Ekspor netto dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun

C.Menurut Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi

yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,bunga modal, dan

keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian produk

domestik regional bruto, kecuali faktor pendapatan, termasuk

semua komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah

semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai

nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan nilai

tambah bruto seluruh sektor/lapangan usaha. Dari tiga pendekatan

perhitungan tersebut, secara seyogyanya jumlah pengeluaran tadi

harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor

produksinya. Selanjutnya produk domestik regional bruto atas

dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak

langsung (Anonim 1995:3)

2.2.6.Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun yang di tinggal di wilayah ini, maka

akan diperoleh suatu produk domestik regional bruto per kapita

(41)

a. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Angka-angka pendapatan Regional atas dasar harga konstan 1993

sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ketahun

bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud

tersebut dapat merupakan produk domestic regional bruto secara

keseluruhan, nilai tambah sektoral/Produk Domestik regional Bruto

sektoral ataupun komponen penggunaan produk domestic regional

bruto. Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai

tambah sector atas dasar harga konstan, yaitu :

b. Revaluasi

Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara

masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993.

Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga

konstan 1993. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga

konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas

dasar harga konstan 1993. Dalam praktek sangat sulit melakukan

revaluasi terhadap biaya antarayang digunakan, karena mencakup

komponen input yang sangat beragam, diamping data harga yang

tersedia tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Oleh

karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan masing-masing

tahun dengan rasio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun

dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output terhadap tahun

(42)

c. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 1993

diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar

1993 dengan indeks ini bertindak sebagai ekstrapolasi yang dapat

merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang

dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator kuantum

produksi. Produksi lainnya seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan

yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung.

Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga

konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah

terhadap ouput akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar

harga konstan.

d. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat diperoleh dengan

cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada

masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan

sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen.

Tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga

tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai

tambahatas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan

(43)

e. Deflasi berganda

Dalam deflasi berganda ini, dideflasikan adalah output dari biaya

antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output

antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan

sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atas

harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya.

Sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga

dari komponen input besar. Dalam kenyataannya, sangat sulit

melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena

komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga

yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu didalam

perhitungan nilai tambah atas dasar haga konstan, deflasi berganda

ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini.

Perhitungan komponen penggunaan produk domestik regional

bruto atas dasar hrga konstan juga dilakukan dengan menggunakan

cara-cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia

maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.

f. Pergeseran Tahun Dasar Perubahan Klasifikasi Sektor

Berdasarkan data historis, harga satuan maupun produksi atau

indicator produksi yang digunakan untuk perhitungan Produk

Domestik Regional Bruto mengalami perubahan tiap tahun. Hal ini

menyebabkan sumbangan nilai tambah setiap sector terhadap

(44)

perubahan secara sektoral menunjukkan angka-angka yang

proporsional maka sumbangan terhadap PDRB akan berubah juga

dan akan relative sama dari tahun ke tahun. Akan tetapi boleh

dikatakan bahwa fenomena tersebut jarang sekali terjadi, biasanya

perkembangan setiap sektor tertentu melaju dengan cepat

sedangkan sector lainnya relatif lambat. Akhirnya dalam jangka

panjang sumbangan setiap sektor akan berubah secara

nyata/signifikan. Perubahan ini dikenal dengan perubahan struktur

ekonomi. Dalam keseharian, perubahan ekonomi menarik banyak

pakar dan perencanaan ekonomi karena berarti juga bahwa

dasar/base komposisi sektoral yang dianggap tulang punggung

perekonomian harus ditinjau kembali. Demikian juga

perekonomian ini menjadi faktor-faktor penentu dalam meniali

prestasi-prestasi suatu negara, bangsa atau wilayah.

(Anonim,1995:27)

g. Latar Belakang Perubahan Tahun Dasar

Landasan pemikiran dalam melakukan perubahan tahun dasar

tersebut dapat diekspresikan dalam dua alasan pokok sebagai

berikut :

1) Struktur ekonomi selama 10 tahun telah berubah dengandrastis

sehingga kurang relevan jika prestasi dan perkembangan

ekonomi masih dihitung berdasarkan cerminan struktur yang

(45)

dengan perubahan dominasi sektoral yang sebelumnya berada

pada sector pertanian menjadi sektor industri sekarang ini.

2) Beberapa sektor mengalami perubahan data-data dasar, misalnya

cakupan komoditi dan kegiatan sebelumnya hanya ditampung

dalam besaran mark-up yang sudah tidak mewakili lagi.

Perubahan kegiatan ini telah diantisipasi sebelumnya tetapi

belum diakomodasikan dalam perhitungan nilai tambah bruto

karena jika dimasukkan hasilnya dapat mengakibatkan

pertumbuhan yang melonjak pada tahun dimana kegiatan

tersebut dimasukkan. Untuk itu perubahan tahun dasar

merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan beberapa

perbaikan data dasar dan juga perbaikan metode perhitungan.

(Anonim,1995:28)

Sejalan dengan pergeseran tahun dasar dari Produk

Domestik Regional Bruto yang telah dilakukan dalam lingkup

nasional. Kontor Statistik Propinsi Jawa Timur melakukan

pergeseran tahun dasar Produk Domestik Regional Bruto dari

tahun 1983. Keseragaman tahun dasar Produk Domstik Regional

Bruto memungkinkan pengguna data dapat melakukan

perbandingan pertumbhan ekonomi antara nasional dan daerah,

(46)

2.2.7.Perubahan Klasifikasi Sektor

Kasifikasi sektor Produk Domestik Regional Bruto antara seri lama

dan seri baru mengalami perubahan dari 11 sektor menjadi 9 sektor

perubahan. Hal ini didasarkan pada dua alasan, yaitu :

1. Klasifikasi baru mengacu pada klasifikasi yang direkomendasikan

SNA 1993/SNA-System of National Account buku acuan

perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara interasional

yang direkomendasikan Perserikatan Bangsa Bangsa. Klasifikasi

menjadi lebih umum dan bermanfaat untuk membandingkan

data-data Produk Domestik Regional Bruto dengan negara-negara lain

secara total maupun sektoral.

2. Klasifikasi baru pada umumnya lebih rinci pada tingkat subsector

dengan maksud lebih berorientasi pada penggunaan data. Data

yang lebih terinci akan lebih banyak kegunaanya disbanding

dengan data yang terbatas rinciannya. (Anpnim,1995:29)

2.2.8.Alasan Pergesaran Tahun Dasar dari 1983 ke 1993

1. Pertumbuhan ekonomi di tahun dasar 1983 sudah tidak

menggambarkan pertumbuhan ekonomi secara realita. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa sebenarnya kontribusi sektor

industri, yang mempunya tingkat pertumbuhan tinggi, dalam

timbangan PDRB seri lama/ tahun dasar 1983 masih cenderung

(47)

2. Terjadi perubahan struktur ekonomi yang sangat nyata dari sektor

pertanian ke sektor industri sejak tahun 1991.

3. Pertumbuhan secara keseluruhan merupakan rata-rata pertumbuhan

ekonomi sektoral. Sehingga berdasarkan tahun dasar baru tingkat

pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Hal ini dapat dibuktikan

secara kuantitatif, karena perumusan tingkat pertumbuhan ekonomi

dapat digambarkan sebagai berikut :

∆ Ytot-t = ∑nt=1 Iit = W1(t=1) (Anatomi, 1995:30)

∆ Ytot-t = pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun t

Iit = tigkat pertumbuhan pada sector I pada tahun t

W1(t=1) = peranan/share sector pada tahun sebelumnya (t-1)

4. Merupakan rekomendasi dari perserikatan bangsa-bangsa bahwa A

System Of National Account (SNA) supaya digunakan oleh

seluruh negara dunia.

5. Persgeseran tahun dasar merupakan suatu hal yang dilakukan oleh

seluruh negara secara berkala. (Anonim,1995:30)

2.5.1.Instrumen Analisis yang digunakan

Analisis Shift Share

Alat analisis berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu

periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun

sebelumnya. Alat ini menganalisis beberapa komponen perubahan

regional maupun daerah yang mempengarugi struktur ekonomi daerah

(48)

perekonomian suatu daerah tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan

bahwa perebahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh

variabel dari kesatuan wilayah lebih jelas luas yaitu dalam hal ini

kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, bauran

industry, dan keunggulan kompetitif.

Analisis Shift – share digunakan untuk menganalisis dan

mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode

ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan

pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sector di

daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat

daerah yang lebih tinggi atau nasional.

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran

struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan

perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian

daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya

akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah

atasnya. Data yang digunakan untuk analisis Shift-share adalah

pendapatan per kapita (Y/P), PDRB(Y) atau tenaga kerja (e) dengan

tahun pengamata pada rentang waktu tertentu, misalnya 1997-2002.

Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam

(49)

diawali dengan perhitungan perubahan PDRB suatu sektor di suatu

daerah antara 2 periode, yaitu :

∆Qtij = Qtij – Q0ij ……… (1)

Dimana :

∆Qtij = Perubahan PDRB

Qtij = PDRB sektor i daerah j periode tahun t

Q0ij = PDRB sektor i daerah j periode tahun dasar

Teknik analisis ini dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu pangsa

regional, pergeseran proporsional dan pergeseran yang berbeda, maka

persamaan (1) dapat diperluas menjadi :

∆Qtij = Q0ij {Yt -1} + Q0ij {Qit - Yt} + Q0ij { Qtij - Qti}……….(2)

Y0 Qi0 Y0 Q0ij Q0i

DSij = Q0ij { Qtij - Qti }………(3)

Q0ij Q0i

Dimana :

Yt = PDRB Kabupaten periode tahun t

Y0 = PDRB Kabupaten periode tahun dasar

Qit = PDRB Kabupaten sector I pada tahun t

Qi0 = PDRB Kabupaten sector I pada tahun dasar

Qtij = PDRB Kecamatan pada tahun t

(50)

Dari hasil perhitungan dapat diartikan bahwa bila :

1) DS < 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih

lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan

kata lain sektor tersebut tidak mempunyai keuntungan lokasional

yang baik.

2) DS > 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih

cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan

kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional yang

baik

(51)

2.3. Kerangka Berpikir

Satuan Wilayah Pembangunan merupakan gabungan dari beberapa

Kabupaten/Kotamadya. Satuan Wilayah Pembanguan di Jawa Timur terbagi

menjadi 9 satuan Wilayah Pembangunan. Dalam penelitian kali ini yang dijadikan

objek adalah Satuan Wilayah Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo untuk

ditentukan sektor-sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor unggulan

untuk dijadikan prioritas pembangunan yang bertujuan untuk memicu

pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan harapan dapat meningkatkan

pendapatan pada Satuan Wilayah Pembangunan tersebut sedangkan sektor yang

dimaksud meliputi :

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih

5. Sektor Konstruksi

6. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Sektor jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(52)
[image:52.612.223.436.148.662.2]

Gambar : Kerangka Berpikir

Sumber : Penulis

Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo

Kla sifika si Se kto r :

1. Se kto r Pe rta nia n

2. Se kto r Pe rta mb a ng a n d a n Pe ng g a lia n

3. Se kto r Ind ustri Pe ng o la ha n

4. Se kto r Listrik, G a s d a n Air b e rsih

5. Se kto r Ko nstruksi

6. Se kto r Pe rd a g a ng a n Ho te l d a n Re sto ra n

7. Se kto r Pe ng a ng kuta n d a n Ko munika si

8. Se kto r ja sa Ke ua ng a n, Pe rse wa a n d a n Ja sa

Kla sifika si Pe rtumb uha n p e rse kto r ya ng Me mp e rc e p a t p e rtumb uha n

e ko no mi d i Ko ta Sura b a ya , G re sik, d a n Sid o a rjo

(53)

2.4. Hipotesis

1) Diduga ada beberapa sektor ekonomi yang menpercepat pertumbuhan ekonomi

di Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

2) Diduga sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Metode Analisis Shift-Share dapat digunakan untuk

memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat

analisis dalam riset pembangunan pedesaan. diawali dengan perhitungan

perubahan PDRB suatu sektor di suatu daerah antara 2 periode, yaitu :

∆Qtij = Qtij – Q0ij ……… (1)

Dimana :

∆Qtij = Perubahan PDRB

Qtij = PDRB sektor i daerah j periode tahun t

Q0ij = PDRB sektor i daerah j periode tahun dasar

Teknik analisis ini dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu pangsa

regional, pergeseran proporsional dan pergeseran yang berbeda, maka

persamaan (1) dapat diperluas menjadi :

∆Qtij = Q0ij {Yt -1} + Q0ij {Qit - Yt} + Q0ij { Qtij - Qti}……….(2)

Y0 Qi0 Y0 Q0ij Q0i

Persamaan (2) dapat dipisahkan menjadi 3 komponen utama yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah :

PRij = Q0ij {Yt -1} ………(3)

Y0

PS1j = Q0ij {Qit - Yt}……….(4)

Qi0 Y0

DSij = Q0ij { Qtij - Qti }………(5)

Q0ij Q0i

(55)

Dimana :

Yt = PDRB Kabupaten periode tahun t

Y0 = PDRB Kabupaten periode tahun dasar

Qit = PDRB Kabupaten sector I pada tahun t

Qi0 = PDRB Kabupaten sector I pada tahun dasar

Qtij = PDRB Kecamatan pada tahun t

Q0ij = PDRB Kecamatan pada tahun dasar

maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :

1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu:

a. Tanaman Bahan Makanan

Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi,

jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele,

sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, dan tanaman

pangan lainnya.

b. Tanaman Perkebunan Rakyat

1) Tanaman Perkebunan Rakyat

Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang

diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,

kapas, tebu, tembakau, dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk

produk ikutannya dan hasil-hasilnya pengelola sederhana seperti

(56)

2) Tanaman Perkebunan Besar

Kegiatan yang dicakup subsektor ini adalah kegiatan yang

memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh

perusahaan perkebunan besar seperti karet, the, kopi, cokelat,

minyak sawit, tebu, rami dan tanaman lainnya.

3) Peternakan dan Hasil-hasilnya

Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil

unggas maupun hasil-hasil ternak sapi, kerbau, kuda, babi,

kambing, serta hasil pepemotongan ternak. Produksi ternak

diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong

ditambah perubahan stok populasi ternak dan eksport netto

ternak.

4) Kehutanan

Subsektor kehutanan menakup penebangan kayu, pengambilan

hasil-hasil hutan lainnya dan pemburuan. Kegitan penebangan

kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang.

Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya

berupa dammar, rotan, kulit kayu, kopal, akar-akaran, dan

sebagainya. Hasilnya perburuan binatang-binatang liar seperti

babi rusa, penyu, buaya, ular, dan sebagainya; termasuk hasil

(57)

5) Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut,

perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan

sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan).

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Komoditi yang dicakup dalam sector ini adalah minyak mentah, dan

gas bumi yodium, biji besi, belerang, serta segala jenis penggalian.

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini terdiri dari tiga subsector yaitu subsektor industri

berat/sedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan

minyak.

a. Industri Berat dan Sedang

Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri

besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survey

tahunan.

b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

Angka-angka output dan nilai tambah subsector industri kecil dan

kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi

yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga yang bekerja

disubsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

c. Industri Pengilangan Minyak

Data produksi industri pengilangan minyak seperti premium,

(58)

4. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih

Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik

Negara, produksi Perusahaan Negara Gas, dan Perusahaan Daerah Air

Minum.

a. Listrik

Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang

diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara maupun non

Perusahaan Listrik Negara.

b. Gas

Komoditi yang mencakup subsektor ini adalah gas produksi

Perusahaan Negara Gas Surabaya.

c. Air Bersih

Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan perusahaan air

minum.

5. Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi mencakup semua kegiatan penambangan fisik

konstruksi, baik berupa gedung, jalan jembatan, terminal pelabuhan,

dan irigasi, maupun jaringan listrik gas air minum, telepon, dan

sebagainya.

6. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran

Sector ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai

(59)

a. Perdagangan besar dan eceran

Perhitungan nilai tambah subsector perdagangan yang dilakukan

dengan pendekatan arus barang commodity flow, yaitu dengan

menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan

penggalian, industri, serta komoditi import yang diperdagangkan.

b. Hotel

Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang

maupun tidak ada serta berbagai jenis penginapan lainnya.

c. Restoran

Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output

dari subsector ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga

kerja yang bekerja di restoran dari hasil sensus penduduk tahun

1980 dan Survey Penduduk Antar Sensus 1985 (SUPAS 1985)

beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil

survey khusus pendapatan regional.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan

pentumpang, baik melalui darat, laut, sungai/danau, dan udara. Sektor

ini mencakup pula jasa penujang angkatan dan komunikasi.

a. Angkutan Kereta Api

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan

data yang diperoleh dari laporan tahunan Perusahaan Umum

(60)

b. Agkutan Jalan Raya

Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan

penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik

bermotor, seperti bus, truk, becak, taksi, delman, dan sebagainya.

c. Angkutan Laut/Air

Subsektor angkutan laut/air meliputi kegiatan pengangkutan

penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang

diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang

melakukan trayek dalam negeri maupun internasional.

d. Angkutan Udara

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkuta penumpang, barang

dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang

dilakukan oleh penerbangan milik nasional.

e. Jasa Penunjang Angkutan

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang

sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan,

seperti terminal dan parker ekspedisi, dan bongkar muat,

penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan

lainnya.

1) Terminal dan Perparkiran

Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu

(61)

muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan

terminal dan parker, pelabuhan laut, pelabuhan udara.

2) Bongkar / Muat

Kegiatan bongkar/muat mencakup pemberian pelayanan

bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat.

f. Komunikasi

Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro serta komunikasi.

1) Pos dan Giro

Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti

pengiriman surat, wesel, paket, jasa tabungan dan sebagainya.

2) Telekomunikasi

Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian

hubungan telepon, telegram, dan teleks.

3) Jasa Penunjang Komunikasi

Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan

penyelidikan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan

komunikasi seperti wesel, warpostel, radio, telepon

seluler/ponsel.

8. Sektor jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan

(62)

1) Bank

Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku

diperoleh dari Bank Indonesia.

2) Lembaga Keuangan bukan Bank

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan

asuransi, koperasi, yayasan dana pension, dan pegadaian

3) Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan

ekonomi antara lain : Bursa Efek Surabaya, perdagangan valuta

asing, perusahaan anjak piutang, dan modal ventura.

4) Sewa Bangunan

Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan

rumah bangunan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan

apakah bangunan itu milik sendiri atau disewakan.

5) Jasa Perusahaan

Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa

akuntan, biro arsitektur jasa pengolahan data, jasa periklanan, dan

sebagainya.

9. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi beberapa subsektor, yaitu :

1) Jasa Pemerintahan Umum

Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin

(63)

2) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa

kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah,

panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadah.

3.2. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Data yang digunak

Gambar

Gambar : Kerangka Berpikir
Tabel  5 : Defferential Shift

Referensi

Dokumen terkait

Memahami dan menerapkan sanitasi, hygiene dan Menganalisis resiko hygiene (keracunan dan Mendeskripsikan peranan, ruang lingkup dan keselamatan kerja pada jasa boga kerusakan

Berdasarkan fenomena dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dijabarkan, penulis tertarik untuk menganalisis pendeteksian praktik manajemen laba pada

It consists of background of the study, problem of study, limitation of the study, objective of study, benefit of the study, research paper organization.. Chapter

TRI MUTIA RAHMAH, 1111013000046, Ronggeng dalam Kebudayaan Banyumas dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya Terhadap Pembalajaran

Dalam tesis ini penulis membahas masalah tentang pelaksanaan kewajiban bidan pembimbing klinik terhadap mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik di rumah

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berguna untuk melengkapi prosdur riset penelitian yang berjudul “Tanggungjawab Hukum Rumah Sakit yang Memperkerjakan Bidan tanpa Surat

“Secara didaktis metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya

Gambar 3.4 Schematic Perancangan Arduino Mega 2560 dengan Sensor Accelerometer ADXL335. Pada tabel 3.1 dapat dilihat allocation list dari perancangan