• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS S540907019 SARWOKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TESIS S540907019 SARWOKO"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH METODE ROLE PLAY TERHADAP PENCAPAIAN HASIL UJIAN ASUHAN KEBIDANAN I DENGAN METODE OSCA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : Sarwoko S540907019

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

TESIS Disusun Oleh :

Sarwoko NIM. S540907019

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D

NIP. 130 344 454 ... ... Pembimbing II Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D

NIP. 132 125 727 ... ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH METODE ROLE PLAY TERHADAP PENCAPAIAN HASIL UJIAN ASUHAN KEBIDANAN I DENGAN METODE OSCA

TESIS

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

merangkap NIP. 132 125 727 ... ... anggota

Anggota

Penguji: 1. Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D

NIP. 130 344 454 ... ... 2. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D

NIP. 132 125 727 ... ... Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Prof. Drs. Suranto, MSc.Ph.D Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, MKK, PAK

(4)

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama : Sarwoko

NIM : S540907019

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PENGARUH METODE ROLE PLAY TERHADAP PENCAPAIAN HASIL UJIAN ASUHAN KEBIDANAN I DENGAN METODE OSCA adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2009 Yang membuat pernyataan,

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya dalam penciptaan manusia adalah sebaik-baik ciptaan (QS: 95 ayat 4)

Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Allah) (QS: 51 ayat 56)

Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (QS: 58 AYAT 11)

Tidaklah akan berubah nasib suatu kaum sampai kaum itu mengubahnya (QS: 13 ayat 11)

(6)

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Metode Role Play terhadap Pencapaian Hasil Ujian Asuhan Kebidanan I dengan Metode OSCA” sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mengalami kesulitan, hambatan dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan wawasan serta pola pikir penulis, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan yang tulus dari berbagai pihak dan disertai keinginan dan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya hambatan dapat diatasi dan tesis ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

(7)

vii

Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. MKK. PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga dan dr. P Murdani K., MHPEd selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D, selaku Pembimbing I dan Bhisma Murti, dr. M.Sc., MPH, Ph.D, selaku pembimbing II, yang dengan sabar telah memberi pengarahan, bimbingan, dukungan moral dan kesediaan waktu untuk konsultasi selama penyusunan tesis ini.

(8)

perhatian, pengertian serta kasih sayang, memberikan bantuan dorongan dan semangat yang tidak sedikit nilainya, ananda Fira dan Raihan yang memberikan dorongan dan semangat baru yang sangat berarti bagi kelancaran pendidikan. Kepada ibu, terimakasih tak terhingga atas doa dan segala pengorbanan yang senantiasa tercurah untuk ananda, semoga Alloh SWT melimpahkan kebahagiaan hingga akhir hayat nanti.

Penulis juga ingin berterima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan Program Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan serta teman-teman seluruh staff Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali khususnya staff pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan I yang telah membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(9)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL …...………. i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………...……….. 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ………. 6

E. Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Role Play ………...………... 7

(10)

5. Evaluasi dengan Metode OSCA ... 30

B. Kerangka Pemikiran ... 38

C. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Subyek Penelitian ... 42

D. Penentuan Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 43

E. Variabel Penelitian ... 43

F. Definisi Operasional Variabel ... 43

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

H. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Diskripsi Karakteristik Sampel ...………... 47

2. Hasil Ujian Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 49

B. Analisis Data ... 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

1. Pengaruh Role Play terhadap Pengetahuan ... 53

2. Pengaruh Role Play terhadap Ketrampilan ... 55

(11)

xi BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

E. Simpulan ... 60 F. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 2.1 Materi uji kompetensi model OSCA mata kuliah Asuhan

Kebidanan I Akbid EUB ... 36 Tabel 4.1 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari indeks prestasi

semester I mahasiswa ... 47 Tabel 4.2 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari umur mahasiswa ... 48 Tabel 4.3 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari motivasi belajar ... 48 Tabel 4.4 Hasil analisis regresi linier ganda tentang pengaruh model role play

terhadap pengetahuan asuhan kebidanan I mahasiswa ... 50 Tabel 4.5 Hasil analisis regresi linier ganda tentang pengaruh model role play

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tata ruang ujian model OSCA ... 34

Gambar 2.2 Skema kerangka pemikiran ... 39

Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan ... 40

Gambar 3.2 Kerangka penelitian ... 41

Gambar 4.1 Indeks prestasi semester I mahasiswa ... 47

Gambar 4.2 Motivasi belajar mahasiswa ... 48

Gambar 4.3 Perbedaan pengetahuan asuhan kebidanan I ... 51

(14)

Lampiran 1. Silabi Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I ... 64

Lampiran 2. Satuan acara perkuliahan bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode konvensional ... 70

Lampiran 3. Satuan acara perkuliahan bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode role play ... 82

Lampiran 4. Uji validitas dan reliabilitas ... 100

Lampiran 5. Kisi-kisi kuisioner motivasi belajar ... 145

Lampiran 6. Kuisioner motivasi belajar ... 147

Lampiran 7. Kisi-kisi soal ujian akhir semester dengan metode OSCA ... 158

Lampiran 8. Soal dan kunci jawaban ujian OSCA stasi pengetahuan ... 159

Lampiran 9. Check list, soal, dan kunci ujian OSCA stasi ketrampilan ... 165

Lampiran 10. Data penelitian ... 171

(15)

xv ABSTRAK

Sarwoko, S540907019, 2009. Pengaruh Metode Role Play Terhadap Pencapaian Hasil Ujian Asuhan Kebidanan I Dengan Metode OSCA

Ujian akhir pendidikan diploma III kebidanan dengan metode OSCA di Jawa Tengah menghasilkan angka kelulusan yang rendah (tahun 2008 66,74%). Upaya untuk meningkatkan angka kelulusan telah dilakukan melalui berbagai metode pembelajaran, baik ceramah, diskusi, maupun praktik di laboratorium, tetapi belum tampak ada perbaikan. Menurut teori, metode role play dapat memperbaiki pencapaian hasil ujian mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode role play terhadap pencapaian hasil ujian asuhan kebidanan I.

Penelitian ini merupakan studi eksperimental kuasi dengan rancangan after

only with control design. Populasi sasaran adalah mahasiswa akademi kebidanan.

Sampel dipilih dari mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali jalur umum semester II tahun 2009. Sejumlah 47 mahasiswa dari kelas A mendapatkan metode role play, dan 48 mahasiswa dari kelas B mendapatkan metode konvensional. Variabel hasil yang diteliti adalah pencapaian hasil OSCA asuhan kebidanan I, baik pengetahuan maupun ketrampilan mahasiswa tentang pokok bahasan pemeriksaan obstetrik. Variabel perancu yang diperhitungkan motivasi belajar. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan check list. Data dianalisis dengan model analisis regresi linier ganda, dengan program SPSS versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan metode pembelajaran role play mampu menghasilkan nilai pengetahuan dan ketrampilan asuhan kebidanan I mahasiswa yang lebih tinggi daripada metode konvensional (b= 9.55; p= 0.007 untuk pengetahuan; b= 8.20; p= 0.000 untuk ketrampilan).

Disimpulkan bahwa metode pembelajaran role play mampu meningkatkan hasil ujian pengetahuan dan ketrampilan asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik setelah mengontrol pengaruh motivasi belajar. Disarankan untuk menerapkan metode role play di akademi kebidanan lainnya untuk meningkatkan hasil ujian OSCA.

(16)

Final OSCA examination at diploma III academic program in midwifery in Central Java has resulted in low passing rate (66,74% in 2008). Various efforts have been attempted to increase the passing rate by use of various learning methods such as lecturing, discussion, and practice at the skill laboratorium. In theory role play method can improve students’ learning achievement. This study aimed to examine the effect of role pay method on the students’ achievement in final OSCA examination in midwifery care I.

This was a quasi experimental study by after only with control design. The target population was students at the diploma III program in midwifery. The sample was selected from general track students attending Midwifery Academics Estu Utomo Boyolali of semester II, year 2009. As many as 47 students of classroom A received role play method, while 48 students of classroom B received conventional method. The outcome variable of interest included achievement of OSCA final examination on the knowledge and skill in midwivery care I. The confounding factor under control was learning motivation. The data were collected by use of questionnaire and check list. The data were analyzed by multiple linear regression mode, on SPSS version 16 program.

The study results showed that the administration of role play method resulted in higher knowledge and skill scores of midwifery care I than those of the conventional method (b= 9.55; p= 0.007 for knowledge; b= 8.20; p= 0.000 for skill).

This study concludes that the role play learning method can improve the achievement of students on the OSCA examination in knowledge and skill in midwifery care I. It is suggested that the role play method be adopted in other midwifery academic programs to improve the results of the OSCA examination.

(17)

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan diploma III kebidanan ditujukan untuk menghasilkan tenaga bidan profesional pada tingkat ahli madya kebidanan, yang mampu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya (Pusdiknakes, 2002:3) yaitu otoritas dalam memberikan pelayanan kebidanan (Depkes RI, 2002), diharapkan dapat menekan AKI secara bermakna.

Keberhasilan mahasiswa untuk mencapai kompetensi di atas memerlukan adanya proses belajar mengajar yang berkualitas yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif mahasiswa maupun kebijakan pembelajaran yang tepat oleh institusi pendidikan. Institusi pendidikan dalam menerapkan metode pembelajaran harus memperhatikan kesesuaian dengan karakteristik mahasiswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran (Bloom, 1982:11). Pendapat lain mengemukakan keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Suryabrata (1982:27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya motivasi, minat dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya dosen/guru, kurikulum, dan metode pembelajaran).

(18)

Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar atau hasil belajar. Hasil belajar akan menentukan mutu tidaknya suatu institusi pendidikan dan akan menggambarkan lulusannya memiliki kompetensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Sedangkan motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan menyelesaikan perbuatan, selain itu juga sebagai pendorong untuk melakukan usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan menghasilkan potensi yang baik. Intensitas motivasi mahasiswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2004:76).

Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut metode pembelajaran yang digunakan, kemampuan kognitif, dan didukung motivasi berprestasi. Proses belajar mengajar akan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran jika faktor-faktor tersebut dapat dikoordinasikan dengan baik. Indikator keberhasilan pembelajaran ditandai dengan hasil evaluasi yang dicapai.

(19)

xix

metode role play diharapkan dapat memperbaiki pencapaian hasil ujian mahasiswa.

Metode role play yang diharapkan berkontribusi bila dibandingkan dengan metode konvensional. Dari beberapa penelitian, role play dapat meningkatkan kemampuan komunikasi (Jacobsen et.al., 2006:7) dan meningkatkan ketrampilan teknik klinis (Nikendei et.al., 2005:125). Dari penelitian Knowles et.al, role play dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan aplikasi pengetahuan dalam pengaturan genitourinary (Knowles et.al., 2001, 376-380) dan keterampilan komunikasi meskipun belum memperoleh pengalaman (Nestel et.al., 2007, 7:3).

Metode role play dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa, kesempatan mempraktikkan keterampilannya, praktik dalam situasi yang aman, membangun kepercayaan diri, merubah perilaku, merasakan kondisi riil dalam suatu alur cerita (Taufiqurrahman, 2004:3).

Disamping itu role play dapat memberikan semacam hidden practice, dapat melibatkan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar, dapat memberikan kepada mahasiswa kesenangan karena role play pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain mahasiswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia mahasiswa. Masuklah ke dunia mahasiswa, sambil kita antarkan dunia kita (DePorter, 1992:7).

Evaluasi dengan metode OSCA mencerminkan/mengukur kompetensi, memiliki dan memenuhi persyaratan tes profesional yang baik meliputi valid, reliabel, objektif, relevan, fokus, mendorong proses belajar, mampu membedakan mahasiswa pintar dan bodoh menekankan umpan balik dan diselenggarakan

(20)

dalam atmosfir rileks (Riwanto, 2005:3), lebih valid, dapat mengevaluasi banyak serentak dengan bahan uji lisan kasus dan dapat digunakan untuk menilai semua kompetensi klinik, penilaian sumatif, formatif, uji seleksi dan pelengkap metode lain (Riwanto, 2005:12).

Pelaksanaan ujian dengan metode OSCA di institusi pendidikan diploma III kebidanan Jawa Tengah tahun 2007/2008 yang diikuti dua puluh satu institusi menunjukkan hasil 33,26% tidak lulus pada uji utama (Dinkesprop Jateng, 2008). Sedangkan di Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali (Akbid EUB) diperolah data pada tahun akademik 2007/2008 44,73 % tidak lulus pada uji utama (Admik Akbid EUB). Hal demikian juga terjadi pada pencapaian hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan I tahun akademik 2007/2008 adalah 31,73% tidak lulus pada ujian utama (Admik Akbid EUB).

Evaluasi yang dilaksanakan di Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali mengenai pencapaian hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan dimulai sejak tahun akademik 2004/2005 menggunakan metode objective structured clinical

assessment (OSCA). Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan dan meningkatkan

keberhasilan mahasiswa dalam ujian akhir program dengan metode OSCA yang telah dilaksanakan di institusi pendidikan Diploma III Kebidanan Jawa Tengah sejak tahun 2004.

Beberapa uraian di atas pada dasarnya mengemukakan bahwa metode role

play diharapkan bisa mempengaruhi hasil evaluasi ujian asuhan kebidanan I

(21)

xxi

mempengaruhi pencapaian hasil ujian dengan metode OSCA mata kuliah asuhan kebidanan I. Penelitian yang dimaksud diberi judul “Pengaruh Metode Role Play terhadap Pencapaian Hasil Ujian Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I dengan Metode OSCA”.

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada pengaruh metode role play terhadap pencapaian hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun akademik 2008/2009 dengan menganalisis motivasi belajar?”.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi penulis, agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan jelas rumusan masalahnya. Pembatasan masalah yang dimaksud di atas antara lain:

1. Metode yang digunakan dosen dalam penelitian tersebut adalah metode role

play untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol.

2. Mata kuliah sebagai bahan kajian yang dipelajari oleh mahasiswa dalam penelitian ini dibatasi pada mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik.

(22)

yang dibebankan, nasib, kebutuhan kekurangan, kebutuhan pengayaan, perhatian penuh, relevansi, kepercayaan diri dan kepuasan.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penggunaan metode role play terhadap pencapaian hasil ujian akhir semester mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik dengan menggunakan metode OSCA mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun akademik 2008/2009 dengan menganalisis motivasi belajar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bukti empiris mengenai teori bahwa role play dapat meningkatkan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

(23)

xxiii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Role Play

a. Definisi Role Play

Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada

tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Hadfield, 1986). Dalam role play mahasiswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri, 2000:6).

Mahasiswa dalam role play diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa. Lebih lanjut prinsip pembelajaran ketrampilan menjelaskan bahwa dalam pembelajaran ketrampilan, mahasiswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan ketrampilannya dengan melakukan berbagai kegiatan. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001:35). Jadi, dalam pembelajaran mahasiswa harus aktif. Tanpa adanya

(24)

aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001:96).

Manfaat yang dapat diambil dari metode pembelajaran role play adalah: Pertama, role play dapat memberikan semacam hidden practise, dimana mahasiswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role play melibatkan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga,

role play dapat memberikan kepada mahasiswa kesenangan karena role play

pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain mahasiswa akan merasa senang. Masuklah ke dunia pebelajar, sambil kita antarkan dunia kita (DePorter, 1992:7).

Di samping itu role play dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa, kesempatan mempraktikkan keterampilannya, praktik dalam situasi yang aman, membangun kepercayaan diri, merubah perilaku, merasakan kondisi riil dalam suatu alur cerita (Taufiqurrahman, 2004).

(25)

xxv

diri, dan dampak langsung yang terjadi pada diri mahasiswa (Asmawi, 2001:06).

Berdasar teori tersebut di atas, belajar harus dilakukan oleh mahasiswa atau pebelajar, sedangkan pendidik hanya sebagai fasilitator, tugas pokok pengajar atau pendidik adalah menciptakan lingkungan belajar yang baik, membantu pebelajar merumuskan tujuan belajar, menyeimbangkan pertumbuhan intelektual dengan pertumbuhan emosional, menyediakan sumber belajar, berbagi rasa serta pemikiran dengan pebelajar tetapi tidak mendominasi (Asmawi, 2001:6-7).

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa dalam belajar ini lebih mementingkan pengembangan aspek yang multi tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja. Aspek tersebut didasarkan pada teori kemampuan dari Howard Gardner. Kemampuan dasar yang dikemukakan oleh Gardner mencakup tujuh kemampuan dasar yaitu: a. Visual-spatial; b.

Bodily-kinesthetic; c. Musical-rhytmical; d. Interpersonal; e. Intrapersonal;

f. Logical-mathematical; g. Verbal-linguistic (1983 dalam Asmawi, 2001:08).

Berdasarkan pendapat di atas maka metode role play ini dapat dinyatakan bahwa pebelajar akan aktif berpartisipasi dan juga akan aktif berpikir dan mengembangkan atau mengkonstruksikan penalarannya. Selain itu metode role play merupakan teknik yang melibatkan mahasiswa untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan

(26)

sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan suatu penilaian. Misalnya : menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

b. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Role Play

Prinsip-prinsip metode role play ini antara lain pendidikan dokter/tenaga kesehatan tidak hanya mendidik pengetahuan tetapi juga keterampilan dan perilaku, bentuk klasik bermain peran di bidang kedokteran : terdiri atas orang (mahasiswa) yang berperan sebagai pasien dan dokter/tenaga kesehatan dan mahasiswa lain (audience) secara aktif mengamati jalanya bermain peran dengan panduan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (Taufiqurrahman, 2004).

c. Proses Metode Role Play

Pedoman untuk mengefektifkan role play adalah persiapan yang memadai, menyesuaikan peran dan tugas dengan tingkat praktek, penyusunan pedoman umpan balik dan pengakuan akan pentingnya interaksi sosial untuk belajar (Nestel et.al., 2007, 7:3).

(27)

xxvii

dan dapat memberikan umpan balik untuk yang lain (Taufiqurrahman, 2004:5). Peserta didik harus aktif dan memiliki banyak kontrol terhadap pembelajaran mereka sendiri. Para siswa harus memilih tema dan membantu tugas-tugas guru dan memberikan informasi tentang proses belajar mereka. Siswa memiliki tanggung jawab baru dalam bermain peran bahwa mereka mungkin tidak biasa belajar berdasarkan pengalaman, disarankan bagi yang belum mempunyai pengalaman mereka harus proaktif. Mereka menyarankan instruktur memahami tingkat pengetahuan siswa, dan memperhatikan untuk pengenalan pengalaman latihan sehingga siswa tidak menjadi kecewa (Tompkins PK, 1998). Disamping itu peserta didik sebagai peran pemain mengembangkan sendiri skenario sesuai dengan keinginan mereka dalam pembelajaran, sehingga ini terjadi di dramatisasi (Maier HW, 2002).

(28)

melaksanakan penyiapan naskah role play, menjaga fokus permainan, menjaga target diskusi tercapai, obeservasi aktif, summary, menjaga bagaimana agar proses diterapkan pada kondisi riil (Taufiqurrahman, 2004:5).

d. Penyiapan Naskah Bermain

Beberapa hal yang perlukan dalam penyiapan naskah bermain adalah menentukan ruang lingkup (substansi dan tujuan instruksional kegiatan), definisi problem (jalan cerita, peran masing-masing pemain: latar belakang masalah, pokok permasalahan, sumber potensial konflik), instruksi untuk para pemain (ketentuan rinci untuk tiap peran, estimasi waktu, dll) dan instruksi pengamat (peran audien selama dan setelah role play dan penggunaan daftar cek).

2. Metode Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

(29)

xxix

yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh, dan latihan. (Wibawa, 1999: 5). Dosen memberi tugas disertai dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan. Mahasiswa mendengar, mencatat, kemudian mengerjakan tugas.

b. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Konvensional

Prinsip-prinsip metode pembelajaran konvensional diantaranya adalah 1) Dosen menganggap kemampuan mahasiswa sama, 2) Menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar, 3) Mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah, 4) Pemisahan antar bidang studi nampak jelas, 5) Memberikan kegiatan yang tidak bervariasi, 6) Berkomunikasi satu arah, 7) Iklim belajar menekankan kegiatan yang tidak bervariasi, 8) Mengajar hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar dan informasi dari dosen, 9) Hanya menilai hasil belajar.

c. Proses Pembelajaran Metode Konvensional

Model pembelajaran konvensional menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada dosen. Model pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang digunakan dosen untuk memindahkan pengalaman dan informasi kepada mahasiswa dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh-contoh, latihan pemecahan

(30)

masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab, sedangkan mahasiswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh dosen secara cermat. Dalam pembelajaran yang berpusat pada dosen, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan secara penuh oleh dosen. Dosen menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar mahasiswa, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan tidak beragam bentuknya, metode yang banyak digunakan adalah metode ceramah dengan tatap muka.

Percival dan Elington dalam Indrastoeti (1999: 43) menamakan strategi konvensional ini dengan strategi yang berpusat pada guru (the

teacher centered approach). Dalam strategi yang berpusat pada dosen,

hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh dosen. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai tema dan kesulitan belajar setiap individu.

(31)

xxxi

sering digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Model pembelajaran konvensional menempatkan dosen pada peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dosen memberi tugas disertai dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan. Mahasiswa mendengar, mencatat, kemudian mengerjakan tugas. Peranan dosen dirancang, memprogram, melaksanakan dan mengevaluasi. Mahasiswa mengikuti rancangan yang telah disusun oleh dosen. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan dosen aktif, mahasiswa pasif. Dosen menyampaikan informasi, mahasiswa mencatat, menyimpan dan mengungkapkan kembali pada saat evaluasi.

3. Motivasi Belajar

Dalam motivasi belajar ini secara berturut-turut akan dijelaskan: pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar dan pentingnya motivasi dalam belajar serta indikator motivasi belajar.

a. Pengertian Motivasi Belajar

Banyak ahli pendidikan yang memberikan batasan tentang motivasi. Menurut Weiner dalam Reigeluth (1983:389), motivasi diartikan sebagai kerseriusan dan pengarahan tingkah laku. Dengan kata lain berarti

(32)

pilihan seseorang atau pengalaman/tujuan yang ingin dicapai serta derajat usaha yang dilakukan dalam respek tersebut.

Menurut Houston (1985:5), motives usually involve statements

such as, “something that causes a person to act”. Motif biasanya meliputi

pernyataan sebagai sesuatu yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang (Wahjosumidjo, 1994:174). Motivasi sebagai proses psikologis timbul karena faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut faktor intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik.

(33)

xxxiii

persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena tersangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

(34)

Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang mahasiswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.. Jadi tugas dosen adalah bagaimana mendorong para mahasiswa agar pada dirinya tumbuh motivasi (Sardiman, 2004:75-76).

b. Arti Penting Motivasi dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah motivasi merupakan hal yang penting. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku (Handoko, 1992:9). Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor motivasi inilah yang mendorong mengapa seseorang itu melakukan suatu perbuatan.

Motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan yang dilakukan, sehubungan dengan hal itu motivasi dapat berfungsi sebagai 1) Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan tenaga. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuata apa yang harus dikerjakan yang secara guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat (Sardiman, 2004:85).

(35)

xxxv

disimpulkan dari observasi tingkah laku. Apabila siswa mempunyai motivasi positif mana ia akan 1) memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta, 2) bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan 3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan.

Di samping itu yang tidak bisa diabaikan adalah bahwa belajar itu perlu adanya aktivitas. Tidak ada belajar kaau tidak ada aktivitas. Frobel mengatakan bahwa “manusia sebagai pencipta”. Dalam ajaran agamapun diakui manusia adalah sebagai pencipta kedua (setelah Tuhan). Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berpikir dan berbuat”. Dalam dinamika kehidupan manusia, berpikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan itu, berpikir dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti dalam berbuat perlu diragukan eksistensi kemanusiaannya. Hal ini sekaligus juga merupakan hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan ingin memanusiakan manusia. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat (Sardiman, 2004:96).

c. Indikator Motivasi Belajar

(36)

Peningkatan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar. Untuk itu, dosen harus mampu mengelola pembelajaran dengan lebih baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa disamping untuk menghilangkan kebosanan dalam belajar dari mahasiswa. Pemahaman ini akan mengantarkan mahasiswa pada tingkat kepuasan, karena apa yang dipelajari akan menemukan relevansinya dalam realitas hidup.

Keinginan, berprestasi yang tinggi, menurut Mc. Clelaland dalam Wahjosumidjo (1994 : 191 – 1992) berarti adanya n-ach (need of

achiefment. Keinginan berprestasi yang tinggi ini kemudian akan berfungsi

sebagai energi besar dalam memperoleh prestasi seperti yang diharapkan. Faktor usaha dan kemampuan akhirnya sangat mendominasi dalam pencapaian prestasi ini. Dalam pandangan Weiner, akhirnya segala prestasi yang diperoleh bukan karena faktor nasib maupun kemudahan tugas. Prestasi yang diperoleh karena faktor usaha belajar yang ditekuni, yang dengan belajar itu seseorang memperoleh kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran dosen harus dapat memberikan keyakinan pada mahasiswa akan arti penting materi yang diajarkan. Dengan keyakinan tersebut dapat menyebabkan peningkatan motivasi yang tinggi pada mahasiswa.

(37)

xxxvii

(effort); 4) Kesulitan tugas belajar yang dibebankan (task difficulty); 5) Nasib (luck); 6) Kebutuhan kekurangan (deficiency needs); 7) Kebutuhan pengayaan (growth needs); 8) Perhatian penuh (attention); 9) Relevansi (relevance); 10) Kepercayaan diri (confidence); 11) Kepuasan (satisfaction).

4. Tinjauan Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I

a. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan bantuan, didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based dalam praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok bahasan : konsep dasar asuhan kehamilaan, proses adaptasi, fisiologi dan psikologi dalam kehamilan, faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan, kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahap perkembangannya, asuhan kehamilan, deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin serta dokumentasi asuhan kehamilan.

b. Tujuan Pembelajaran

1) Konsep dasar asuhan kehamilaan.

2) Menjelaskan proses adaptasi, fisiologi dan psikologi dalam kehamilan.

(38)

4) Mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahap perkembangannya.

5) Melaksanakan asuhan kehamilan.

6) Melaksanakan deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin. 7) Melakukan dokumentasi asuhan kehamilan.

c. Pokok-Pokok Bahasan

1) Konsep dasar asuhan kehamilan

2) Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita 3) Konsepsi

4) Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi

5) Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis psikologis pada ibu hamil trimester I, II, dan III

6) Tanda-tanda kehamilan

7) Pemeriksaan diagnostik kehamilan

8) Faktor-faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi

9) Kebutuhan fisik ibu hamil trimester I, II, dan III 10) Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester I, II, dan III 11) Asuhan kehamilan kunjungan awal 12) Asuhan kehamilan kunjungan ulang 13) Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa

kehamilan muda

14) Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut

15) Dokumentasi asuhan kehamilan

(39)

xxxix

Pemeriksaan obstetrik merupakan salah satu sub pokok bahasan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan data objektif. Pemeriksaan fisik berdasarkan aspek yang dinilai dapat dikelompokkan menjadi pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan dilakukan mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki dengan cara melihat (inspeksi), perabaan (palpasi), mengetuk/ memukul (perkusi), dan mendengar (auskultasi).

Pada pemeriksaan umum keadaan atau kondisi seseorang dapat dilihat secara umum tanpa melihat dari keadaan kebidananya atau kehamilannya. Data yang diperoleh pada pemeriksaan status presen dapat diperoleh dengan cara : 1) keadaan umum, 2) kesadaran, 3) status emosional, 4) tanda-tanda vital yang terdiri dari tensi, nadi, pernapasan, dan suhu, 5) berat badan, 6) tinggi badan, 7) status presen terdiri dari kepala (rambut, muka, mata bagian

konjungtiva dan sclera, hidung, telinga dan mulut), 8) leher, 9) dada, 10)

mammae, 11) perut, 12) genetalia, 13) ekstremitas yang terdiri dari

ekstremitas atas dan bawah.

Cara-cara pemeriksaan obstetrik meliputi inspeksi (wajah, mammae,

abdomen, genitalia), palpasi (Leopold, Mc Donald), auskultasi (DJJ),

perkusi (refleks patela) dan pemeriksaan dalam (apabila diperlukan).

Pemeriksaan wajah dengan inspeksi, yang dilihat adalah adanya

kloasma gravidarum. Mamae dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi,

yang dilihat adalah adanya hiperpigmentasi pada areola mamae atau dilakukan palpasi untuk mengetahui pengeluaran kolostrum. Abdomen dengan pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pada abdomen dapat

(40)

diinspeksi tanda linia nigra, strie gravidarum atau linia alba, atau dilakukan pemeriksaan palpasi dengan Leopold I, II, III, dan IV untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak dan posisi janin. Dan pemeriksaan Mc. Donald untuk menentukan tafsiran berat janin (TBJ). Selain itu juga dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung janin. Genetalia dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi atau pemeriksaan dalam apabila terdapat indikasi saja (dimana ada keluhan keputihan yang berbau, berwarna dan terasa perih). Ekstremitas dengan pemeriksaan perkusi, yaitu melakukan pemeriksaan reflek patela pada kedua kaki kanan dan kiri.

(41)

xli

depan meja. 4) Pemeriksa menyiapkan diri dengan mencuci tangan dengan air yang mengalir dengan sabun kemusian dan mengeringkan dengan handuk. 5) Menyiapkan ibu yaitu dengan memberi informasi kepada ibu tujuan pemeriksaan, bagian-bagian tubuh ibu yang akan diperiksa dan mempersilahkan ibu untuk berkemih terlebih dahulu dan pakaian ibu dilonggarkan dan mempersilahkan ibu untuk masuk ke ruangan pemeriksaan.

Melaksanakan pemeriksaan berat badan yaitu 1) Beritahu ibu untuk ditimbang BB-nya; 2) Sepatu/sandal dilepas; 3) Barang bawaan di letakkan; 4) Jarum timbangan pada titik nol; 5) Bila menggunakan timbangan kamar mandi, ibu menghadap ke pemeriksa, ukuran timbangan dilihat dari depan tidak dari samping; 6) Tentukan hasilnya, catat di buku KIA; 7) Beri tahu ibu berat badannya normal, naik atau turun dari sebelumnya.

Melakukan pemeriksaan tinggi badan yaitu 1) Beritahu ibu untuk mengukur TB; 2) Sepatu/sandal dilepas; 3) Ibu diberi tahu tinggi badannya; 4) Catat di buku KIA; 5) Pengukuran LILA; 6) Beritahu ibu untuk diukur lengan atasnya; 7) Lengan baju kiri di buka, siku di lipat; 8) Pita LILA di letakkan pada puncak bahu di rentangkan sampai ke ujung siku, tentukan bagian tengah pita; 9) Buatlah lingkar lengan di batas bagian tengah legan; 10) Tentukan besar lingkar lengan; 11) Beritahu ibu hasilnya : normal/kurang; 12) Catat di buku KIA.

Melaksanakan pengukuran tekanan darah yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan tekanan darah; 2) Ibu dalam posisi duduk, tensimeter

(42)

diletakkan setinggi jantung bila posisi berbaring, posisi ibu miring; 3) Lengan baju kiri di buka/di sinsing sampai batas bahu, tidak boleh menekan lengan, harus longgar; 4) Manset dipasang 3 jari di atas lipatan siku (manset tidak dipasang terlalu longgar atau terlalu kencang); 5) Kedua pipa karet persis berada pada arteri brachialis dan tidak menutup siku; 6) Air raksa/jarum pengukur berada pada angka nol; 7) Air raksa di pompa perlahan-lahan sampai terdengar bunyi denyut nadi, teruskan pompa sampai 10 mmHg; 8) Turunkan air raksa perlahan-lahan sampai terdengar bunyi pertama (systole), teruskan turunkan air raksa; 9) Tentukan tekanan darah ibu, catat di buu KIA; 10) Beritahu ibu hasilnya.

Melaksanakan pengukuran suhu tubuh, yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaaan suhu tubuh; 2) Ibu dalam posisi berbaring; 3) Pasang termometer aksila di ketiak ibu; 4) Jepit thermometer; 5) Membaca hasil termometer (± 3 menit); 6) Memasukkan kelarutan klorin, kemudian sabun , kemudian ke air bersih.

Melaksanakan pemeriksaan daerah muka, yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan muka; 2) Kulit muka (odema, pucat); 3) Selaput lendir kelopak mata (conjungtiva anemis, sklera ikterik); 4) Bibir (kepucatan); 5) Pemeriksaan gigi (gigi berlubang, caries).

(43)

xliii

ketika kepala pada posisi tengadah; 5) Pemeriksa berada di belakang ibu, raba leher bagian depan (pada kelenjar tyroid), kemudian ibu diminta menelan, tentukan apakah kelenjar tyroid teraba atau tidak.

Melaksanakan pemeriksaan nadi dan respirasi yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan Nadi; 2) Ibu dalam posisi berbaring; 3) Periksa arteri radialis, dan periksa sekaligus respirasi ibu; 4) Menghitung nadi dan respirasi dalam 1 menit.

Melaksanakan pemeriksaan payudara yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan payudara; 2) Ibu dalam posisi berbaring; 3) Palpasi untuk menemukan benjolan dengan: a) Tekankan telapak tangan pada sisi luar payudara kiri dan bergeser secara perlahan menuju putting; b) Ulangi dari sisi bagian dalam ke arah puting payudara kiri; c) Lakukan yang sama pada payudara kiri; d) Beritahu ibu hasilnya; 4) Periksa puting susu melalui a) Tertarik ke dalam; b) Retak-retak (regaden); c) Perhatikan cairan yang keluar dari puting susu

Melaksanakan pengukuran tinggi fundus uteri (pada abdomen) yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan tinggi fundus uteri; 2) Beritahu ibu gunanya pemeriksaan; 3) Anjurkan ibu untuk menekuk bagian kakinya; 4) Tentukan batas atas sympisis pubis dengan ujung jari tangan kanan; 5) Tanpa merubah posisi ujung jari tangan kanan di sympisis pubis letakkan titik nol ujung pita pengukur pada batas atas sympisis pubis, di tahan dengan ujung jari tangan kanan; 6) Tarik pita pengukur dengan tangan kanan kiri sampai batas atas fundus uteri (pastikan fundus uteri tidak; 7) Tentukan

(44)

tinggi fundus uteri; 8) Tentukan pertumbuhan janin; 9) Beritahu ibu tentang pertumbuhan janinnya.

Menentukan letak janin (pada kehamilan> 4 bulan) pada abdomen dengan: 1) Leopold I: a) Beritahu ibu untuk pemeriksaan letak janin; b) Pemeriksa menghadap ibu; c) Letakkan kedua telapak tangan pada kedua sisi fundus uteri; d) Tentukan tinggi fundus uteri; e) Tentukan bagian janin yang ada dalam fundus uteri; 2) Leopold II: a) Kedua telapak tangan meraba sisi rahim; b) Rahim di dorong ke satu sisi sambil meraba bagian janin yang berada di sisi tersebut; c) Lakukan ke sisi lain; d) Tentukan letak punggung janin; 3) Leopold III: a) Tangan kanan diletakkan di atas sympisis dengan ibu jari di sebelah kanan ibu jari dan empat jari di sebelah kiri sambil menggoyang bagian bawah janin ke kiri dan ke kanan; b) Tentukan letak bagian bawah janin; 4) Leopold IV: a) Pemeriksa membelakangi ibu; b) Kedua telapak tangan meraba bagian janin yang terletak di sebelah bawah dan seberapa jauh bagian; c) Tentukan bagian janin yang berada di bawah; d) Perkirakan apakah ada disproporsi kepala janin dengan panggul; e) Tentukan seberapa jauh bagian bawah janin tersebut telah masuk pintu atas panggul; f) Beritahu ibu hasilnya.

(45)

xlv

janin (selang 5 detik sebanyak 3 kali) atau selama 15 detik dikalikan 4; 6) Tentukan apakah normal atau tidak (lambat/ cepat); 7) Beritahu ibu hasilnya.

Melaksanakan pemeriksaan daerah perut yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan daerah perut; 2) Perabaan pada daerah hati; 3) Perabaan pada daerah limpa; 4) Beritahu ibu hasilnya.

Melaksanakan pemeriksaan daerah genetalia (atas indikasi) jika ditemukan adanya keluhan gatal, panas pada daerah genetalia serta pengeluaran keputihan yang berbau.

Melaksanakan pemeriksaan oedema pada tungkai yaitu 1) Beritahu ibu untuk pemeriksaan oedema; 2) Ibu jari menekan tulang kering sesaat; 3) Tentukan apakah ada oedema atau tidak; 4) Beritahu ibu hasilnya.

Melaksanakan pemeriksaan CVAT (CostoVertebral Angle Tenderness) yaitu 1) Beritahu ibu pemeriksaan CVAT; 2) Ibu dalam posisi duduk dengan punggung terbuka; 3) Letakkan telapak tangan pada CVA pada satu sisi; 4) Kepal tangan pemeriksa, gunakan sisi luar (sisi dimana jari kelingking berada untuk memukul dengan lembut punggung ibu, dengan lembut tumbuk ke bawah satu sisi dari punggung ibu dari bagian tengah daerah skapular ke bagian tengah daerah pantat tepatnya; 5) Catat apakah ibu mengeryit atau bahkan merasakan sakit.

Melaksanakan pemeriksaan refleks lutut ibu yaitu 1) Beritahu ibu tentang proses dan maksud pemeriksaan untuk mengukur reflek; 2) Ibu dianjurkan duduk dengan kaki tergantung dan santai; 3) Alihkan perhatian

(46)

ibu agar tidak berkonsentrasi pada lutut; 4) Ketok bawah lutut yaitu pada bagian bawah tendon di bawah tempurung lutut dengan reflek hammer; 5) Tentukan reflek positif/ negatif/ kuat dan cepat; 6) Beritahu ibu hasilnya.

5. Evaluasi dengan Metode OSCA

a. Tes atau Uji Kompetensi

Kompetensi adalah kewenangan dan hak yang bertanggungjawab atas dasar kemampuan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku (Riwanto, 2005:11). Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Sotedjo (Soetedjo, 2006:11).

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Atanasia, 2007:1).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pengertian tes / uji kompetensi adalah suatu pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh informasi tentang kemampuan ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku peserta didik yang dipergunakan sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Jenis tes/ uji kompetensi yang sering digunakan terdiri dari objective

structured clinical assessment (OSCA), merupakan uji kompetensi yang

(47)

xlvii

perilaku peserta ujian. Computer base case simulation, merupakan uji kompetensi untuk menilai manajemen yang mencakup permasalahan dan pemecahannya. Clinical skill assessment, merupakan pengembangan lebih lanjut dari ujian model OSCA yang menilai kompetensi profesional komprehensif (pengetahuan, ketrampilan dan perilaku) yang dilakukan serentak lewat keadaan yang telah dikondisikan. Medical problem solving, uji kompetensi dalam bidang medik dengan bentuk simulasi tertulis yang tujuannya memecahkan masalah pasien yang dimulai dari menegakkan diagnosa, memilih strategi dalam pengelolaan dan memodifikasi tindakan.

Patient management problems, uji kompetensi yang berupa simulasi situasi

klinis tertulis atau kompeten yang merupakan analisis dan keputusan proses ujinya melalui identifikasi problem, pengumpulan data, interpretasi data dan manajemen pasien yang dinilai tidak hanya pengetahuan tetapi juga kemampuan dalam memecahkan masalah (Riwanto, 2005:4).

b. Tes atau Uji Kompetensi Model OSCA

Tes/ uji kompetensi model OSCA di institusi pendidikan tenaga kesehatan dilaksanakan berdasarkan surat edaran Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah nomor 089/15783/2 tanggal 19 Oktober 2004 tentang himbauan uji kompetensi model OSCA pada ujian akhir program.

Pengertian tes/ uji kompetensi model OSCA adalah salah satu model uji kompetensi yang dilakukan untuk mengukur kompetensi peserta uji. Dilakukan uji pengamatan dan penilaian dalam rangkaian stasi dengan

(48)

metode : wawancara, pemeriksaan, dan perawatan pada pasien yang mencerminkan beberapa kondisi gangguan kesehatan (Riwanto, 2005:16).

Objective structured clinical assessment dapat diberikan pengertian:

objective, jawaban sudah tersedia baku dalam bentuk check list, MCQ, B/S,

butir-butir soal singkat dalam jumlah tertentu dan soal sesuai dengan kondisi nyata dalam praktik. Structured, terdapat struktur tertentu yang secara konsisten harus diikuti dalam menyusun soal OSCA. Clinical

assessment, tes yang dilakukan adalah ketrampilan yang terkait dengan

pasien.

Kelebihan uji/ tes model OSCA adalah model ujian OSCA lebih mencerminkan/ mengukur kompetensi, memiliki dan memenuhi persyaratan tes profesional yang baik meliputi valid, reliabel, objectif, relevan, fokus, mendorong proses belajar, mampu membedakan mahasiswa pintar dan bodoh menekankan umpan balik dan diselenggarakan dalam atmosfir rileks (Riwanto, 2005:3), lebih valid, yaitu mampu mengevaluasi kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor, secara serentak reliabel dan objektif, dapat mengevaluasi banyak serentak dengan bahan uji lisan kasus dan dapat digunakan untuk menilai semua kompetensi klinik, penilaian sumatif, formatif, uji seleksi dan pelengkap metode lain (Riwanto, 2005:12).

(49)

xlix

Tahap-tahap uji kompetensi model OSCA terdiri dari : tahap persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Tahap persiapan menururt Titin (2007:5) meliputi persiapan tempat, ruangan dan peralatan.

Persiapan tempat ujian harus memenuhi syarat kompetensi dan diatur jarak antar stasi agar mudah dicapai oleh peserta ujian dan tidak saling komunikasi.

Persiapan ruangan yang akan dipergunakan untuk uji OSCA diatur dengan tujuan agar peserta ujian tidak saling mempengaruhi dan memudahkan dalam perpindahan antar stasi. Ruangan dapat berbentuk kamar atau bilik yang diberi sekat sketsel sejumlah 19 stasi dengan jarak antar stasi kurang lebih 2 meter (Dinkesprop Jateng, 2008:11).

Persiapan alat meliputi (a) menyiapkan pasien, pasien simulasi, phantom, data hasil wawancara, data pemeriksaan fisik. (b) menyiapkan nomor stasi dan nomor dada/punggung. (c) Menyiapkan alat-alat yang digunakan baik logam maupun habis pakai yang dilakukan untuk melakukan tindakan. (d) Menyiapkan cairan-cairan yang digunakan untuk tindakan sesuai perintah soal. (e) Menyiapkan dokumen-dokumen meliputi : instruksi untuk peserta ujian, instruksi untuk penguji/ observer/ dosen, instruksi untuk pasien simulasi, pertanyaan/ soal yang akan diberikan, lembar jawab soal kognitif, check list (tool) untuk penguji.

Persiapan alat bantu uji lainnya yaitu timer atau pemberi tanda waktu ujian dimulai maupun diakhiri dengan bel dan satu orang pembantu umum yang bertugas untuk menyetting temapt dan tanda-tanda ujian,

(50)

membuat nomor ujian, melakukan kontrol terhadap bahan-bahan ujian sekaligus membantu pengelolaan hasil ujian yang berupa kertas jawaban dan koordinasi dalam penilaian.

Tata ruang dalam uji model OSCA (Dinkesprop Jateng, 2008:11) Diploma III Kebidanan Jawa Tengah adalah:

Gambar 2.1 Tata ruang ujian model OSCA

Pembagian stasi pada tempat ujian. Jumlah stasi pada uji kompetensi model OSCA terdiri atas / bagian meliputi : 11 (sebelas) stasi untuk uji tulis, 4 (empat) stasi untuk uji ketrampilan (skill) dan 4 (empat) stasi untuk istirahat. Setiap perpindahan stasi diberikan waktu selama 10 (sepuluh) menit tiap stasinya (Dinkesprop Jateng, 2008:11).

(51)

li

dan D). Peserta ujian harus menjawab kesepuluh butir soal pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Pada stasi tindakan akan dituliskan soal dengan kasus kemudian peserta ujian bertugas melakukan tindakan sesuai dengan permintaan soal. Stasi tindakan disediakan lembar penilaian (tool), panduan untuk pasien simulasi, panduan untuk penguji/ observer dan alat-alat yang akan digunakan untuk tindakan. Pada stasi tindakan penguji hanya menilai apa yang dikerjakan oleh peserta ujian dengan menggunakan lembar penilaian yang telah disediakan. Diharapkan penguji diam tidak berkomunikasi dengan teruji. Posisi jangan terlalu dekat dengan teruji, setiap peserta ujian diamati oleh penguji yang sama sehingga terstandar.

(52)

mempengaruhinya

II Perubahan fisiologis ibu hamil √

III Perubahan fisiologis ibu hamil √

IV Perubahan psikologi √

V Anamnesa √

VI Anamnesa √

VII Pemeriksaan fisik (obstetrik) √

VIII Pemeriksaan fisik (obstetrik) √

IX Pemeriksaan fisik (obstetrik) √

XII Diagnosa kehamilan √

XIII Pemeriksaan penunjang √

XI Pemeriksaan penunjang √

XII Perencanaan dan Implementasi √

XIII Perencanaan dan Implementasi √

XIV Perencanaan dan Implementasi √

XV Perencanaan dan Implementasi √

Kisi-kisi soal uji kompetensi model OSCA dibuat sebelum membuat soal terutama pada soal kognitif. Bentuk soal uji kompetensi model OSCA. Bentuk soal ujian kompetensi dengan model OSCA terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu kognitif/knowledge dan skill/tindakan. Bentuk soal kognitif/ knowledge berisi tentang kasus-kasus di klinik/rumah sakit/ puskesmas/lahan praktik lainnya, peserta ujian harus memilih dari pilihan jawaban yang telah disediakan baik MCQ.

(53)

liii

Pembagian tugas dan tanggungjawab pelaksanaan uji kompetensi ini adalah : koordinator ujian, yaitu (a) membawa soal ujian baik soal tulis maupun soal ketrampilan. (b) mengatur tempat dan peralatan sesuai dengan materi ujian sehari sebelum pelaksanaan ujian. (c) melakukan koreksi uji tulis dan menjumlahkan seluruh nilai. (d) mengendalikan pelaksanaan ujian. (e) memberikan arahan kepada pasien simulasi, peserta ujian, observer dan fasilitator.

Penguji atau observer bertugas: (a) menilai sesuai format (tool) yang disediakan tanpa memberi komentar (observer hanya diam). (b) menyerahkan hasil penilaian kepada koordinator ujian.

Penilain hasil ujian terdapat dua pendekatan yaitu penilaian acuan norma (PAN) merupakan penentuan nilai mahasiswa dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada tingkat penguasaan kelompok tersebut. Pendekatan yang kedua adalah penilaian acuan patokan (PAP) merupakan suatu cara menentukan nilai seseorang didasarkan pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian hasil ujian tidak dapat secara murni menggunakan salah satu pendekatan, perlu adanya penyesuaian yang kadang-kadang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut (Asmawi, 2001:154).

Penilaian pada ujian model OSCA menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP). Ruang lingkup penilaian meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Kelulusan ujian kompetensi model OSCA berdasarkan ketentuan : setiap stasi harus lulus, nilai batas lulus (NBL) uji tulis atau kognitif 60

(54)

(enam puluh), nilai batas lulus (NBL) uji tindakan atau ketrampilan 70 (tujuh puluh). Nilai diperoleh dengan nilai uji tulis (UT) seluruh stasi (11 stasi), nilai uji tindakan atau ketrampilan (UK) seluruh stasi (4 stasi), bobot seluruh stasi (15 stasi) (Dinkes Prop Jateng, 2008:11).

Nilai UT + Nilai UK Rumus Nilai Akhir (NA) =

15

Uji ulang dilakukan bagi peserta yang nilai tiap stasinya tidak mencapai nilai batas lulus (NBL). Uji ulang hanya dilakukan pada stasi yang tidak lulus, tidak seluruh stasi dalam ujian model OSCA (Dinkes Prop Jateng, 2008:11).

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(55)

lv C. Hipotesis

Terdapat pengaruh penerapan metode role play terhadap pencapaian hasil ujian asuhan kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA mahasiswa setelah dilaksanakan analisis motivasi belajar.

(56)

D. Jenis dan desain penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (Murti, 2003:284). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah after only with

control design (Khotari, 1990 dalam Murti, 2003:286).

Skema rancangan percobaan sebagai berikut:

E T O1

(Y)

C O1

(Z)

Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan Keterangan:

E : Kelompok perlakuan dengan metode role play C : Kelompok kontrol dengan metode konvensional T : Metode role play

(57)

lvii

Penelitian ini mengambil lokasi di Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali yang beralamat jalan Tentara Pelajar Mudal Boyolali.

Sampel n = 95

Populasi mahasiswa Akbid Estu Utomo Boyolali

Pengukuran motivasi belajar

Analisis regresi linier ganda Populasi mahasiswa akademi kebidanan

Ujian OSCA (pengetahuan dan ketrampilan)

(58)

F. Subyek Penelitian 1. Populasi Sasaran

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akademi kebidanan

2. Populasi Sumber

Mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali semester II tahun akademik 2008/2009.

3. Sampel

Desain pengambilan sampel dengan menggunakan purposive

sampling. Menurut Khotari dalam Murti (2003:143) bahwa dalam purposive

sampling peneliti melakukan pendekatan dengan rencana spesifik tertentu

dalam benaknya sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan restriksi guna mengendalikan faktor perancu (confounding

factor) motivasi belajar yang dipandang dapat merancukan penaksiran

pengaruh role play terhadap hasil ujian asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA dan sekaligus untuk mengetahui akurasi pengukuran pengaruhnya. Retriksi sampel dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi.

(59)

lix

peringkat 46 tertinggi dengan komposisi anggota kelas yang didistribusikan secara acak.

G. Penentuan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ditentukan dengan cara non random (kuasi).

H. Variabel penelitian

1. Variabel independen : metode role play dan confounding factor motivasi belajar mahasiswa

2. Variabel dependen : hasil ujian asuhan kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA.

I. Definisi operasional variabel 1. Metode role play

a. Definisi

Role play merupakan teknik yang melibatkan mahasiswa untuk

(60)

penyiapan naskah role play, menjaga fokus permainan, menjaga target diskusi tercapai, obeservasi aktif, summary, menjaga bagaimana agar proses diterapkan pada kondisi riil.

b. Alat ukur : check list (lihat lampiran)

c. Skala pengukuran : data kategorikal (dikotomi, 0 untuk metode konvensional, 1 untuk metode role play).

2. Metode konvensional

a. Definisi : metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan ceramah, diskusi, praktikum laboratorium.

b. Alat ukur : check list (lihat lampiran)

c. Skala pengukuran : data kategorikal . (dikotomi, 0 untuk metode konvensional, 1 untuk metode role play).

3. Motivasi belajar a. Definisi

(61)

lxi

Perhatian penuh (attention); 9) Relevansi (relevance); 10) Kepercayaan diri (confidence); 11) Kepuasan (satisfaction).

b. Alat ukur : kuisioner (lihat lampiran) c. Skala pengukuran : data kontinu 4. Hasil ujian OSCA

a. Definisi

Hasil ujian OSCA adalah hasil ujian yang dilakukan dengan mengukur kompetensi peserta uji melalui uji pengamatan dan penilaian dalam rangkaian stasi pengetahuan dan ketrampilan (stasi 7, 8 dan 9) pokok bahasan pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan obstetrik merupakan kompetensi inti pada mata kuliah asuhan kebidanan I, yang dapat mencerminkan berhasil/tidaknya mahasiswa menguasai kompetensi tersebut. Pada stasi pengetahuan (stasi 7 dan 8) ujian dilaksanakan dengan menjawab kuis dan pada stasi ketrampilan (stasi 9) dengan wawancara dan pemeriksaan pada pasien yang mencerminkan beberapa kondisi kehamilan.

b. Alat ukur : kuisioner dan check list (lihat lampiran) c. Skala pengukuran : data kontinu

J. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini yang dilakukan uji validitas dan reliabilitas adalah motivasi belajar sedangkan metode role play tidak lakukan uji validitas dan reliabilitas. Metode role play yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

(62)

prosedur pembelajaran yang mulai diberlakukan di Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun akademik 2008/2009 semester II.

Sampel terdiri dari 95 subyek penelitian, kemudian dilakukan test-retest

reliability dengan jarak 3 hari. Relevansi item pertanyaan dalam instrumen di uji

dengan internal consistency alpha Cronbach. Reliabilitas instrumen diuji dengan

test-retest validity (Murti, 2007).

Validitas isi (content validity) dimulai secara kualitatif oleh pakar (pembimbing), mencakup: coverage (liputan) dan relevance (relevansi). Sedangkan validitas muka (face validity) dinilai secara kualitatif oleh pakar (pembimbing) berkaitan dengan penggunaan bahasa sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh subyek penelitian dengan benar dan tidak disalahtafsirkan.

K. Analisis Data

1. Deskripsi data sampel

Data kontinu dideskripsikan dalam elemen-elemen mean, SD (standar deviasi), minimum, maksimum. Data kategorikal didiskripsikan dalam ukuran frekuensi dan persen.

(63)

lxiii BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Karakteristik Sampel

Tabel 4.1 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari indeks prestasi semester I mahasiswa mahasiswa kelas role play dan konvensional sebagian besar adalah memuaskan 45.26% dan 48.42%. Indek prestasi semester I tahun akademik 2008/2009 mahasiswa ditunjukkan dengan gambar 4.1:

0

Gambar 4.1 Indeks prestasi semester I mahasiswa

(64)

Tabel 4.2 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari umur mahasiswa

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa umur mahasiswa rata-rata 19.10 tahun.

Tabel 4.3 Deskripsi karakteristik sampel dilihat dari motivasi belajar mahasiswa

(65)

lxv

2. Hasil ujian mata kuliah Asuhan Kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA mahasiswa kelompok dengan model pembelajaran role play dan konvensional

Hasil ujian mata kuliah Asuhan Kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA yang dicapai kelompok dengan model pembelajaran role play dan konvensional (daftar nilai terletak dalam lampiran) adalah sebagai berikut :

a. Pada stasi pengetahuan (knowledge)

Hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA pada stasi pengetahuan kelompok dengan model pembelajaran role play adalah 49.68 dan kelompok konvensional adalah 40.13 Perbedaan rata-rata hasil ujian adalah 9.55.

b. Pada stasi ketrampilan (skill)

Hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA pada stasi ketrampilan kelompok dengan model pembelajaran role play adalah 72.75 dan kelompok konvensional adalah 64.55. Perbedaan rata-rata hasil ujian adalah 8.20.

Gambar

Gambar 2.1 Tata ruang ujian model OSCA
Gambar 2.2 Skema kerangka pemikiran
Gambar 3.1 Kerangka penelitian
Gambar 4.1 Indeks prestasi semester I mahasiswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Masalah terkait obat pada pengobatan asma sudah pernah diteliti sebelumnya, seperti penggunaan teofilin yang merupakan obat dengan rentang terapi sempit sehingga

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji faktor mikro ekonomi yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM)

Dari hasil analisis dihasilkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah masalah permodalan, belum adanya payung hukum yang menjelaskan mengenai komoditas unggulan

android telah dapat dibangun dan dapat mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien (anjing); (2) Sistem pakar yang dibuat telah dapat memuat

Nugraha (2011) telah melakukan penelitian terhadap Radio streaming berbasis android dengan menggunakan shoutcast dengan menggunakan teknologi smartphone sebagai

Perbedaan ini terlihat pada ciri-ciri tutorial berikut ini : (a) interaksi tatap muka antara tutor dan mahasiswa terbatas; (b) mahasiswa dituntut untuk berupaya secara

Sehubungan dengan itu kepada pemenang dimohon agar segera menghubungi Kuasa Pengguna Anggaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buol Tahun Anggaran 2013 dengan

6 Keputusan ujian F (ANOVA) bagi model regresi pertama hingga ketiga menunjukkan bahawa terdapat perhubungan antara ketiga-tiga variabel peramal (Pengalaman