• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan nilai-nilai tenun lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten (Studi Kasus di Desa Tlingsing dan Desa Mlese) AWAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan nilai-nilai tenun lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten (Studi Kasus di Desa Tlingsing dan Desa Mlese) AWAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERUBAHAN NILAI-NILAI TENUN LURIK

DI KECAMATAN CAWAS, KABUPATEN KLATEN

(Studi Kasus di Desa Tlingsing dan Desa Mlese)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Kajian Budaya

Oleh

Nguyen Thi Kieu Oanh S701308010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)

commit to user

(4)

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “PERUBAHAN NILAI-NILAI TENUN LURIK DI KECAMATAN CAWAS, KEBUPATEN KLATEN (Studi Kasus di Desa Tlingsing dan Desa Mlese)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuhan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 18 Agustus 2015

Mahasiswa

(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bersabar. Berusaha. Bersyukur

Bersabar dalam berusaha

Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah

Dan bersyukur atas apa yang telah diperoleh

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan

selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya

Tesis ini saya persembahkan kepada:

Orang tua dan adek saya yang selalu mendukung cita-citaku;

Semua dosen UNS yang telah memberikan perhatian hangat kepadaku;

Teman-teman keluarga besar UNS yang selalu memberikan motivasi;

(6)

commit to user ABSTRAK

Nguyen Thi Kieu Oanh, S701208008. 2015: “Perubahan nilai-nilai tenun lurik di kecamatan Cawas, kabupaten Klaten (Studi kasus di desa Tlingsing dan desa Mlese). Tesis Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing 1 Prof. Dr Bani Sudardi, M.Hum, dan Pembimbing 2 Prof. Dr. Warto, M.Hum.

Tenun lurik adalah kain tradisional Jawa yang sarat akan nilai-nilai budaya. Secara Etimologis, kata “lurik” berasal dari bahasa Jawa, yaitu lorek, yang berarti garis-garis. Jadi kata “lurik” merujuk pada nama sejenis kain tradisional yang memiliki sejarah panjang. Kain lurik memiliki motif yang sangat sederhana, yaitu hanya berupa garis-garis dan kotak-kotak yang bertumpang-tindih. Sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, kain lurik mempunyai fungsi sangat penting. Selain sebagai pakaian, kain lurik juga digunakan dalam upacara-upacara ritual dan keagamaan.

Tenun lurik di Desa Tlingsing dan Desa Mlese, Kecamatan Cawa, Kabupaten Klaten adalah kain tradisional Jawa yang sudah ada sejak zaman dahulu dan masih diproduksi sampai sekarang. Sejalan dengan berkembangnya zaman, teknologi, dan sumber daya manusia, maka tenun lurik di Desa Tlingsing dan Desa Mlese juga mengalami perubahan dan perkembangan. Secara umum perubahan yang terjadi yaitu perubahan dalam hal visual, nilai estetika, dan perubahan nilai fungsional. Perubahan visual yang nampak dalam kain tenun lurik, yaitu penggunaan pewarna sintetis sehingga lurik yang dihasilkan lebih bervariasi. Dalam nilai estetika, tenun lurik juga sudah mengalami perkambangan, yang semula hanya digunakan sebagai pakaian dan kelengkapan tradisi, saat ini sudah masuk dalam ranah kebutuhan rumah tangga sampai kenutuhan mode atau fashion. Perubahan fungsional pragmatis nampak dalam pemakaian tenun lurik sebagai busana dalam berbagai kesempatan dan kondisi. Faktor yang mempengaruhi perubahan, antara lain adalah faktor perubahan pola pikir cara pandang, dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern; faktor ekonomi guna peningkatan pendapatan para perajin tenun; dan faktor fungsional pragmatis yaitu perkambangan lurik sebagai busana, kelengkapan perabot rumah tangga, sampai pada kebutuhan mode atau fashion yang didukung oleh modernisasi dan globalisasi.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pergeseran nilai-nilai pada tenun lurik di Kecamatan Cawas Klaten terjadi karena perubahan sikap dan pola pikir masyarakat, dari tradisional menuju ke masyarakat modern dan majemuk. Perubahan sikap dan pola pikir tersebut lalu membentuk sistem kebudayaan baru yang menganggap tenun lurik tidak lagi menjadi simbol eksistensi kebudayaan tradisional yang sempit dan akhirnya lurik dapat diterima oleh masyarakat modern dalam skala global.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Nguyen Thi Kieu Oanh, S701208008. 2015: "Changes in the values of striated weaving in the sub-district Cawas, Klaten region (Case Study in the Tlingsing village and Mlese village). Thesis Cultural Studies. Graduate Studies. University Sebelas Maret Surakarta. Supervisor 1 Prof. Dr. Bani Sudardi, Hum, and Supervisor 2 Prof. Dr. Warto, M.Hum.

Striated weaving “tenun lurik” is a traditional Javanese cloth that will add full values to culture. Etymologically, the word "lurik" comes from the Javanese language, namely lorek, which means the lines. So the word "lurik" refers to the name of a type of traditional fabrics that have a long history. Striated fabric has a very simple motif, which is only in the form of lines and boxes that overlap. For the daily life needs, the striated fabric has a very important function. In addition to clothing, this striated fabric is also used in ceremonies and religious rites.

Striated weaving in the Tlingsing Village and Mlese Village, sub-district Cawa, Klaten Regency is a traditional Javanese cloth that has existed since ancient times and is still being produced until now. In line with the development of time, technology, and human resources, striated weaving in the Tlingsing Village and Mlese Village are also experiencing changes and developments. In general, the changes that occur are changes in terms of visual, aesthetic value, and the change in functional value. Visual changes appear in striated woven fabric, namely the use of synthetic dyes so that more various striated can be produced. In the aesthetic value, striated weaving is also already experiencing development, which was originally only used as clothing and complete traditions, and now it has entered in the realm of the household needs up to the requirement in the fashion industry. Pragmatic functional changes is seen in the use of striated woven fabric as clothing in a variety of opportunities and conditions.

Factors affecting the change, among other factors are the change in the mindset of how the view, from a traditional society towards the modern society; economic factors in order to increase the income of artisans weaving; pragmatic and functional factors that develop the striated as clothing, household furniture, to the needs of fashion that is supported by modernization and globalization.

The conclusion of this study is that the shift in values in the striated weaving in the sub-district of Cawas, Klaten occur due to a change in attitude and mindset of the people, from traditional to modern, pluralistic society. Changes in attitude and mindset of the past form a new culture system that considers striated woven fabric no longer a symbol of the existence of a narrow traditional culture and eventually it can be accepted by a modern society on a global scale.

(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Penolong karena atas kehendak-Nya lah penulisan tesis yang berjudul: “Perubahan Nilai-nilai Tenun Lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten (Studi Kasus di Desa Tlingsing dan Desa Mlese)”

ini bisa diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. Bani Sudardi, M. Hum, Prof. Dr. Warto, M. Hum dan Dr. Wakit Abdullah, M.Hum atas bimbingan dan tuntunan yang telah diberikan dengan penuh

perhatian sehingga tesis ini dapat terwujud.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang besar juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Indonesia telah memberikan beasiswa, Universitas Sebelas Maret (UNS), Program Pascasarjana dan Ketua Program Magister (S2) Program Studi Kajian Budaya UNS atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjalani studi di Program Magister (S2) Kajian Budaya UNS.

Demikian juga, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua dosen UNS yang telah memberikan banyak hal kepada penulis, tidak hanya ilmu pengetahuan semata tetapi bahkan perhatian yang sangat baik kepada penulis untuk melanjutkan studi di UNS; para dosen S2 Kajian Budaya dan dosen Ilmu Sejarah Umi Yuliati, S.S., M.Hum yang selalu memberi waktu, pengetahuan, dan kebaikan kepada penulis agar bisa menyelesaikan tesis ini dengan lancar dan sukses. Demikian juga senior-senior Ilmu Kajian Budaya, teman-teman se-kelas angkatan 2013 Prodi Kajian Budaya, dan Indro Nursito yang telah memberi ruang kesadaran baru kepada penulis dengan menggunakan sekian banyak waktu untuk memperluaskan pemahaman, khususnya ilmu Kajian Budaya.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada masyarakat Klaten yang telah menerima penulis sebagai keluarga besar untuk menyelesaikan penelitian ini. Demikian juga teman-teman International Office di keluarga besar UNS yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Setiap rasa hangat yang penulis terima di Kota Solo sejak awal studi di UNS, ternyata begitu banyak membantu terhadap kehidupan penulis dan juga

(9)

commit to user

ix

orang tua, yaitu bapak Nguyen Van An dengan ibu Le Thi Loan, kakak Le Thi Kieu Lam, adik Nguyen Khac Huy dan kekasih Hamzah yang selalu mendukung cita-cita untuk melanjutkan studi di Indonesia.

Akhir kata, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semuanya atas doa-doa yang telah terucap. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi rekan-rekan sekalian dan membalas pertolongan semuanya.

Surakarta, 18 Agustus 2015

Penulis

Nguyen Thi Kieu Oanh

(10)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS... ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS...iii

A. Latar Belakang Masalah ...1

(11)

commit to user

BAB III. MOTODE PENELITIAN ...28

A. Rancangan Penelitian...28

H. Teknik Penyajian Data ...37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

A. Eksistensi Tenun Lurik dalam Masyarakat Jawa...38

1. Sejarah Keberadaan Tenun Lurik Klaten...38

2. Tenun Lurik dalam kebudayaan Jawa...43

2.1 Pemintalan Benang ...43

2.2 Proses Pewarnaan Benang ...46

3. Jenis Alat Tenun Tradisional ...47

3.1 Alat Tenun Gengong...48

3.2 Alat Tenun Bendho ...50

3.3 Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)...51

4. ProsesPenenun ...53

5. Perspektif Masyarakat Jawa terhadap Nilai-nilai dalam Tenun Lurik...54

5.1 Nilai Budaya ...55

5.2 Nilai Filosofis...59

5.3 Nilai Estetika...61

(12)

commit to user

B. Tenun Lurik di Kecamatan Cawas Klaten ...68

1. Desa Tlingsing dan Mlese sebagai Sentra Tenun Lurik ...68

2. Karateristik Tenun di Desa Tlingsing dan Desa Mlese ...77

2.1 Pembuatan Tenun Lurik di Desa Tlingsing dan Desa Mlese...78

2.2 Jenis Tenun Lurik di Desa Tlingsing dan Desa Mlese ...82

C. Perubahan Nilai pada Tenun Lurik di Kecamatan Cawas Klaten ...87

1. Bentuk Perubahan ...87

1.1 Perubahan Visual ...87

1.2 Perubahan Nilai Estetika...90

1.3 Perubahan Nilai Fungsional ...96

2. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Nilai Tenun Lurik...101

2.1 Faktor Perubahan Pola Pikir dan Cara Pandang ...101

2.2 Faktor Ekonomi ...104

2.3 Faktor Fungsional Pragmatis ...108

3. Lurik dalam Konstelasi Global ...111

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...118

A. Kesimpulan ...118

B. Saran ...119

DAFTAR PUSTAKA...121

GLOSARIUM ...126

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Diagram Model Penelitian 26

Gambar III.3 Diagram Kerangka Pemikiran 30

Gambar IV.1 Paku Buwana X mengenakan busana Beskap

Langenhaharjan dan Gusti Kanjeng Ratu Mas

yang mengenakan busana Lurik, tahun 1915 42

Gambar IV.2 Pemintalan benang dengan cara tradisional di

Jawa tahun 1900 44

Gambar IV.3 Proses pemintalan atau mengantih benang tenun

oleh masyarakat Jawa tradisional tahun 1925 45

Gambar IV.4 Proses pencelup benang dalam cairan pewarna

alami oleh seorang perempuan Jawa

pada tahun 1925 47

Gambar IV.5 Proses penenuan dengan alat tenun gendong

oleh perempuan Jawa pada tahun 1910 49

Gambar IV.6 Proses menenun dengan alat tenun bendho

di Jawa tahun 1936 51

Gmabar IV.7 Alat tenun tijak di Bandung pada tahun 1929 52

Gambar IV.8 Proses menenun dengan alat tenun bukan mesin

pada tahun 1948 53

Gambar IV.9 Permaisuri Sultan Hamengku Buwana VI yang

(14)

commit to user

Gambar IV.10 Seorang ibu rumah tangga Jawa sedang menumbuk

bahan makanan di serambi rumah dengan

berpakaian stagen dan jarik lurik pada tahun 1930 66

Gambar IV.11 Sosok perempuan Jawa yang bermatapencaharian

sebagai pedagang dengan busana lurik dan

selendang lurik pada tahun 1910 68

Gambar IV.12 Sosialisasi Perintisan Desa Wisata Mlese oleh Tim

ahli UNS bersama perangkat Desa Mlese 2013 76

Gambar IV.13 Proses pe-malet-an di desa Tlingsing dan desa

Mlese, kecamatan Cawas, kabupaten Klaten 79

Gambar IV.14 Proses pewarnaan benang dan penjemuran benang

di desa Tlingsing dan desa Mlese, Cawas, Klaten 80

Gambar IV.15 Proses penenunan lurik di desa Tlingsing dan

desa Mlese, Cawas, Klaten 81

Gambar IV.16 Corak pakan malang dan cacahan (kotak-kotak) 83

Gambar IV.17 Corak lajuran dengan warna biru tua dan putih 84

Gambar IV.18 Corak cacahan dan dringin 85

Gambar IV.19 Corak palen dengan kombinasi

warna merah dan biru tua 86

Gambar IV.20 Perpaduan corak sulur ringin dan cacahan 87

Gambar IV.21 Hasil perubahan visual dari tenun dengan

kombinasi warna dan corak yang baru 89

Gambar IV.22 Corak dan warna baru dari kain tenun lurik

(15)

commit to user

xv

Gambar IV.23 Berbagai macam tas dari bahan tenun lurik

di desa Tlingsing dan desa Mlese 91

Gambar IV.24 Berbagai jenis tas dari tenun lurik dengan

pemilihan corak dan warna yang tepat sehingga

tidak terkesan kuno 92

Gambar IV.25 Salah satu desain baju dres dari bahan tenun lurik

karya pengrajin desa Tlingsing dan desa Mlese,

Cawas, Klaten 93

Gambar IV.26 Kemeja pria dari bahan tenun lurik

yang sudah mendapat sentuh nilai estetika

dengan pola dan warna. 94

Gambar IV.27 Sarung bantal dari tenun lurik

yang indah dan menarik 95

Gambar IV.28 Tenun lurik yang digunakan

sebagai taplak meja makan 95

Gambar IV.29 Penampilan pengawai negeri sipil di lingkungan

Pemerintahan Kabupaten Pacitan

saat mengenakan seragam lurik 99

Gamabr IV.30 Rasa banga ditunjukkan kepala disbuparpora

ssat mengenakan seragam lurik 100

Gambar IV.31 Penampilan para guru dan anak-anak TK

di Kabupaten Pacitan saat mengenakan lurik

sebagai seragam 101

(16)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Motif Corak Lurik dalam Upacara

Daur Hidup Manusia 58

Tabel IV.2 Daftar harga tenun lurik

di desa Tling dan Mlese 107

Tabel IV.3 Dukungan dan hambatan

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ragam corak lurik tradisional………131

Lampiran 2 Ragam corak lurik di desa Tlingsing dan desaMlese ……… 133

Lampiran 3 Asesoris barang-barang terbuat dari kain tenun Lurik………...135

Lampiran 4 Daftar Pedoman wawancara………137

Gambar

Gambar IV.23
Tabel IV.1Motif Corak Lurik dalam Upacara

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah “Cekungan Bandung” yang mempunyai dimensi bentangan luas sekitar 233.000 Ha. Berdasarkan catatan dan

Tetapi kalau merupakan suatu fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk

Samekto (2006) menyebutkan bahwa kompos membantu tanah yang miskin hara menyediakan unsur hara yang dibutuhkan semai dengan lebih baik, memperbaiki struktur tanah sehingga

nilai intellectual capital akan terindentifikasi nilai yang hilang (hidden value).

Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan struktur duramater dan pembuluh darah kepala biasanya karena fraktur.Akibat trauma kapitis,tengkorak retak.Fraktur yang

[r]

Linalool , yang juga merupakan kandungan utama pada lavender,. memberikan hasil yang signifikan pada

Penerapan langkah-langkah intervensi sesuai rekomendasi WHO dalam rangka peningkatan keberhasilan penggunaan obat termasuk antibiotika secara rasional belum berjalan dengan