• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Promosi Alat Dan Mesin Sapi Perah Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Susu Melalui Pembentukan Model Unit Pelayanan Jasa Alat Dam Mesin (upja) Dan Sistem Perguliran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Promosi Alat Dan Mesin Sapi Perah Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Susu Melalui Pembentukan Model Unit Pelayanan Jasa Alat Dam Mesin (upja) Dan Sistem Perguliran."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KUALITAS SUSU MELALUI PEMBENTUKAN MODEL UNIT PELAYANAN JASA ALAT DAM MESIN (UPJA) DAN

SISTEM PERGULIRAN 1

Oleh:

Achmad Firman, Sri Rahayu, Sondi Kuswaryan, Cecep Firmansyh, dan Anita Fitriani

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak

Upaya peningkatan kemampuan peternak ke arah perbaikan kualitas sapi perah dan susu harus terus diupayakan karena ujung tombak dari komoditas susu yang dihasilkan dari peternakan sapi perah berasal dari peternakan rakyat. Salah satu upaya peningkatan kualitas susu melalui penggunaan alat dan mesin (Alsin) yang tepat guna. Unit Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) merupakan salah satu model yang dikembangkan di peternakan sapi perah dalam rangka mengintrodusir penggunaan Alsin di tingkat kelompok peternak sapi perah. Hasil kajian menunjukkan bahwa model UPJA yang dibangun harus disesuaikan dengan potensi, lokasi, dan kemampuan SDM kelompok. Keberhasilan program UPJA selain ditentukan oleh partisipasi kelompok juga ditentukan oleh peranan ketua kelompok. Berhasilnya sistem perguliran milkcan di Kelompok Harapan Jaya dari 8 milkcan menjadi 28 milkcan pada akhir program merupakan keberhasilan pemberdayaan kelompok. Pada Kelompok Mekar Asih keberhasilan program terletak pada alat sprayer untuk pencegahan mastitis sedangkan ember aluminium tidak berhasil digulirkan karena ember tersebut tidak memenuhi standar kualitas.

Kata Kunci: UPJA, Alsin, Sistem Perguliran

PROMOTION STRATEGY OF DAIRY EQUIPMENT AND MACHINERY TO IMPROVE MILK QUALITY THROUGH DEVELOPMENT

MODEL OF EQUIPMENT AND MACHINE SERVICE UNIT (UPJA) AND RETURNING SYSTEM FUND

Abstact

The increasing skill of farmer to improve milk quality is very important. Using equipment and machine can help farmer to improve milk quality. Equipment and Machine Service Unit is one model to promote equipment and machine in dairy farmer, specially in group level. The result research showed that the UPJA development model must be built based on potential, location, and group skill. Participation and leader skill were main key to build UPJA in group level. Harapan Jaya group could prove that UPJA model could help the group to procure milkcan from 8 units to be 28 units by return system fund. It was different with Mekar Asih group that the group could use sprayer to prevent mastitis disease. However, the group was not success in return system, specially in aluminum pail because the aluminum pail did not require the standard quality.

Key Words: UPJA, equipment and machine, return system

1

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya peningkatan populasi sapi perah secara besar-besaran telah dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1979 – 1980 dengan mengimpor sapi perah yang berkualitas dari Australia dan Selandia Baru. Usaha ternak sapi perah pun menampakkan hasilnya seiring dengan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu. Perkembangan pada agribisnis sapi perah mulai nampak dengan berkembangnnya kelembagan pada agribisnis sapi perah, seperti koperasi, balai inseminasi buatan, industri pengolahan susu, pabrik pakan, perusahaan pensuplai kebutuhan mesin dan peralatan sapi perah, dan sebagainya.

Namun, akhir-akhir ini perkembangan jumlah populasi sapi perah, khususnya di Jawa Barat, mengalami pasang surut. Berdasarkan data dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (2004), jumlah sapi perah di Jawa Barat tahun 2000, 2001, 2002, dan 2003 masing-masing sejumlah 70.266, 62.994, 80.089, dan 79.496 ekor. Di samping itu dilaporkan pula bahwa terdapat sekitar 11 Koperasi/KUD susu mengalami stagnasi usaha, bahkan ada beberapa koperasi yang mengalami kebangkrutan akibat salah urus koperasi. Kondisi ini dapat mengakibatkan peternak menjadi tidak bergairah lagi untuk berusaha di peternakan sapi perah.

Permasalahan di atas merupakan cerminan bahwa terdapat ketidakharmonisan sistem yang terjadi pada agribisnis sapi perah. Oleh karena itu diperlukan upaya bersama dalam mengelola agribisnis sapi perah melalui kinerja bersama dari seluruh pelaku agribisnis sapi perah, terutama peternak. Upaya peningkatan kemampuan peternak dan sistem yang menunjang ke arah perbaikan kualitas sapi perah dan susu harus terus diupayakan karena ujung tombak dari komoditas susu yang dihasilkan dari peternakan sapi perah berasal dari peternakan rakyat.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas ternak sapi perah dapat dilakukan melalui penggunaan alat dan mesin (Alsin) yang tepat guna agar pencapaian tujuan peningkatan produksi dapat tercapai. Penggunaan Alsin untuk usaha peternakan sapi perah diperlukan dalam semua proses produksi, yaitu pra produksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan distribusi. Namun, penggunaan Alsin pada usaha peternakan rakyat masih sangat terbatas disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak untuk membeli Alsin tersebut sehingga mereka cenderung menggunakan peralatan tradisional yang sederhana penggunaannya, mudah dijangkau, murah, dan tersedia setiap saat.

Bertitiktolah dari kondisi tersebut di atas, upaya introdusir Alsin sapi perah harus mampu meningkatkan produktivitas ternak dan kualitas susu yang dihasilkannya.

Di samping itu, Alsin yang diintrodusir harus mudah dijangkau, mudah

pengoperasiannya dan perbaikannya, tersedia setiap saat, dan tersedianya lembaga yang menyediakan atau memperbaiki Alsin tersebut bila terjadi kerusakan. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu kelembagaan yang tersistem yang dapat memberikan pelayanan Alsin dalam bentuk Unit Pelayanan Jasa Alat Mesin (UPJA) khususnya untuk usaha peternakan sapi perah.

Secara kelembagaan, agribisnis sapi perah telah mempunyai sistem

(3)

koperasi diduga tidak akan terlalu sulit dilakukan. Kajian model UPJA sapi perah merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi pada kajian ini adalah belum adanya sistem kerja dan model UPJA yang berkesinambungan di tingkat kelompok peternak sapi perah dan koperasi persusuan.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pengkajian ini adalah untuk menghasilkan sistem kerja dan model UPJA yang sesuai bagi kelompok dan koperasi peternak sapi perah di wilayah studi.

METODE PENELITIAN Materi Kajian

Materi kajian dari penelitian ini adalah kelompok peternak sapi perah yang menjadi anggota koperasi dan koperasi/KUD di wilayah studi. Adapun kelompok peternak yang akan dijadikan objek studi adalah kelompok peternak Harapan Jaya di KSU Tandangsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang dan Kelompok Mekar Asih di KPSBU, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan kelompok diambil secara sengaja (accidental sampling).

Metode Kajian

Metode pendekatan yang dilakukan dalam membentuk model UPJA adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), Focus Group Discussion (FGD). dan bantuan permodalan berupa peralatan yang diperlukan oleh kelompok berdasarkan sistem perguliran. Di samping itu, diperlukan inisiator dan fasilitator (INFAS) dari luar kelompok pada tahap awal pembentukan model UPJA sampai kelompok tersebut mampu untuk melanjutkan program-programnya tanpa bantuan INFAS. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam membentuk model UPJA di wilayah studi, yaitu:

A. Tahapan Persiapan yang meliputi

 Konsultasi dan dialog dengan nara sumber lokal termasuk ketua kelompok dan

tokoh koperasi menyampaikan tujuan kegiatan yang akan dilakukan

 Menganalisis data sekunder

 Pemetaan kawasan peternakan sapi perah di wilayah studi.

B. Tahapan Perancangan Kegiatan yang meliputi

 Rencana garis besar kegiatan (outline).

 Merancang teknik-teknik kegiatan yaitu dengan cara diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)

 Merumuskan tujuan dan kebutuhan informasi

C. Tahapan PRA dengan mengembangkan

 Identifikasi peternakan yang diobservasi.

 Kegiatannya terarah kepada permasalahan peternak/kelompok peternak.

(4)

dicapai berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah dengan kegiatan sebagai berikut:

 Menyusun program kegiatan

 Perumusan tujuan yang akan dicapai

 Menentukan sasaran dari kegiatan

 Menentukan rangkaian kegiatan termasuk di dalamnya pelatihan (administrasi, keuangan, organisasi) dan pemberian bantuan peralatan.

 Menentukan indikator keberhasilan kegiatan input, proses dan output

 Monitoring dan evaluasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum kosep dasar dari Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Peternakan (UPJA Peternakan) adalah sebagai perorangan atau kelompok yang usahanya menyewakan alat dan mesin peternakan dengan tujuan mendapatkan penghasilan dan keuntungan (Ditjen Bina Sarana Pertanian, 2002). Adapun status UPJA Peternakan adalah sebagai lembaga ekonomi pedesaan di luar usahatani yang melaksanakan upaya optimalisasi pemanfaatan Alsin peternakan melalui pelayanan jasa Alsin peternakan guna mendapatkan keuntungan usaha yang dikelola berdasarkan skala ekonomi, berorientasi pasar serta didukung oleh SDM yang bekerja secara profesional.

Adapun hasil penelitian dan implementasi program Alsin yang dilakukan di dua kelompok peternak sapi perah, yaitu Kelompok Mekar Asih – KPSBU Lembang dan Kelompok Harapan Jaya – KSU Tandangsari Sumedang adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Identifikasi Kebutuhan

Pada tahap ini aktivitas kegiatan difokuskan pada identifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan Alsin dalam rangka peningkatan produktivitas ternak. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengenal lebih jauh mengenai keinginan, potensi, hambatan, dan peluang yang terdapat di kedua kelompok. Hasil identifikasi kebutuhan Alsin dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Kebutuhan Alsin pada Kelompok Mekar Asih dan Harapan Jaya

Identifikasi Kebutuhan Alsin

Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

Permasalahan 1. Sering terjadinya gejala sub klinis mastitis

2. Menurunnya tingkat Total Solid (TS) karena masalah hijauan 3. Ember yang digunakan untuk

pemerahan adalah ember plastik alasannya karena ember tersebut murah dan tidak mudah rusak

1. Tingginya Total Plate Count (jumlah bakteri), yaitu di atas 1 juta/cc dan rendahnya TS, yaitu kisaran 11,3 – 11,9 % sehingga harga susu rendah

2. Kurangnya air dan hijauan saat musim kemarau

Potensi 1. Adanya kerjasama antara kelompok dengan pihak

1. Akses jalan baik

(5)

Kebutuhan Alsin

Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

kehutanan untuk mengelola lahan

2. Terdapatnya potensi hijauan, seperti kaliandra, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak

kelompok

Kebutuhan Alsin

Kebutuhan Alsin yang menjadi skala prioritas kelompok adalah: 1. Alat untuk mencegah mastitis 2. Alat pembenihan dan

penanaman kaliandra jenis bunga putih sebagai pakan alternatif

3. Penggunaan ember perah yang terbuat dari aluminium atau stainlessteel.

Kebutuhan Alsin yang menjadi skala prioritas kelompok dan sesuai dengan program KSU Tandangsari adalah Milkcan.

2. Tahapan Rencana Tindak

Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh pada tahap identifikasi dan pihak KPSBU, tahapan ini dititikberatkan pada penyusunan UPJA yang disesuaikan dengan kondisi kelompok. Berdasarkan hasil musyawarah dan kesepakatan kelompok, maka disusun hal-hal sebagai berikut:

a. Kesepakatan Kelompok pada Alsin melalui sistem perguliran

 Kelompok Mekar Asih memerlukan sprayer dan ember aluminium atau

stainlessteel dengan sistem perguliran

 Kelompok Harapan Jaya memerlukan milkcan.

b. Model dan sistem UPJA Kelompok yang dibangun

 Kelompok Mekar Asih membentuk model UPJA sebagai berikut:

Subsistem Pembinaan dan

Pengendalian (Koperasi)

Subsistem Pengguna Jasa Alsinnak (Anggota

Kelompok) Subsistem

Penyedia Alsinnak (ember perah dan

sprayer)

Unit Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) Kelompok

Institusi/Perorangan Inisiator dan Fasilitator (INFAS)

3 4

5 6

7 8

9 10

2 1

(6)

 Kelompok Harapan Jaya membentuk model UPJA sebagai berikut:

Subsistem Perbaikan Alsinnak

Subsistem Pembinaan dan

Pengendalian (Koperasi)

Subsistem Pengguna Jasa Alsinnak (Anggota

Kelompok) Subsistem

Penyedia Alsinnak (milkcan impor)

Unit Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) Kelompok

Institusi/Perorangan Inisiator dan Fasilitator (INFAS)

3 4

5 6

7 8

9 10

2 1

Ilustrasi 2. Model UPJA di Kelompok Harapan Jaya 3. Tahapan Implementasi Program

Tahapan ini merupakan tahapan pelaksanaan ujicoba model UPJA kelompok yang dimediasi oleh bantuan program Alsin kepada kelompok dari Dinas Peternakan Jawa Barat. Bantuan Alsin ini hanya sebagai stimulan atau modal awal kelompok yang diharapkan modal ini dapat berkembang sehingga setiap anggota bisa memperoleh Alsin sesuai dengan yang disepakati melalui sistem perguliran. Adapun uraian dari pelaksanaan program UPJA kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Mekanisme dan Implementasi Program UPJA Kelompok

Implementasi

UPJA Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

a. Bantuan Peralatan

 Bantuan diberikan dalam

bentuk alat yang diperlukan, seperti sprayer untuk

pengendalian mastitis

sebanyak 20 buah dan ember perah aluminium sebanyak 12 buah yang dibuat oleh industri kecil aluminium dari Kopo-Bandung.

 Bantuan peralatan milkcan sebanyak 8 buah yang diberikan secara hibah dibeli dari GKSI Jawa Barat

b. Sistem Perguliran

 Disepakati bahwa beban yang

diberikan kepada anggota terhadap kedua barang tersebut sebesar Rp 200.000 yang dibayar dengan cara memotong pembayaran susu

Skenario yang disepakati adalah sistem tanggung renteng, yaitu dengan

(7)

UPJA Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

Rp 40.000/bulan per anggota pemotongan dari Tabungan Hari Raya

Rp 100.000/orang. Adapun perkiraan pemenuhan kebutuhan milkcan untuk seluruh anggota dilakukan dengan scenario, sebagai berikut:

September 2005. Bonus TPC Kelompok sebesar Rp 2.160.896 dan pemotongan tabungan setoran susu sore sebesar Rp 800.000, sehingga total dana yang diperoleh Rp

2.960.896. Jumlah dana tersebut dapat dibelikan milkcan sebanyak 8 buah.

Oktober 2005. Pemotongan tabungan hari raya sebesar Rp 100.000/anggota dikalikan dengan 25 orang sehingga dana yang dapat dikumpulkan sebanyak Rp 2.500.000 ditambah dengan pemotongan tabungan sore hari sebesar Rp 800.000. Sehingga total dana yang diperoleh Rp

3.300.000 atau setara dengan 9 buah milkcan.

Nopember 2005. Dana dari bonus TPC sebesar Rp 2.100.000 ditambah dengan pemotongan tabungan sore hari sebesar Rp 800.000 sehingga total dana yang diperoleh Rp 2.900.000. Kemudian ketua kelompok

memberikan pinjaman dana kepada anggota sebesar Rp 2.000.000 dan kasbon dari tabungan hari raya sebesar Rp 1.000.000, maka total dana yang terkumpul sebesar Rp 5.900.000 atau setara dengan 16 milkcan.

Desember 2005. Dana dari bonus TPC sebesar Rp 1.450.000 dan pemotongan tabungan sore hari sebesar Rp 800.000. Sehingga total dana yang diperoleh Rp 2.250.000 atau setara dengan 6 buah milkcan. Maka total milkcan yang dapat dibeli oleh Kelompok Harapan Jaya dari bulan September sampai dengan Desember 2005 sebanyak 47 buah.

(8)

Implementasi

UPJA Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

penguatan kelompok

peralatan diharapkan menjadi stimulan untuk

menggulirkannya sehingga pada akhirnya dapat dijadikan modal kelompok.

diharapkan menjadi stimulan untuk menggulirkannya sehingga pada akhirnya dapat dijadikan modal kelompok.

 Partisipasi aktif seluruh anggota sangat diperlukan guna membangun sistem transparansi kegiatan UPJA

 Partisipasi aktif seluruh anggota sangat diperlukan guna membangun sistem transparansi kegiatan UPJA

d. Penyuluhan  Penyuluhan penggunaan

peralatan ember perah aluminium dan sprayer dilakukan oleh Tim Fakultas Peternakan UNPAD

 Penyuluhan penggunaan peralatan

milkcan dan kebersihannya dilakukan oleh Tim Fakultas Peternakan

UNPAD

 Penyuluhan penyusunan

administrasi untuk sistem perguliran dilakukan oleh Tim Fakultas Peternakan UNPAD

 Penyuluhan penyusunan administrasi

untuk sistem perguliran dilakukan oleh Tim Fakultas Peternakan UNPAD

4. Tahapan Evaluasi Program

Tahapan evaluasi program dilakukan agar pelaksanaan program yang selama ini dijalankan bisa berjalan baik atau tidak. Evaluasi ini berfungsi sebagai kontrol baik yang dilakukan oleh koperasi, kelompok ataupun institusi INFAS guna perbaikan program selanjutnya. Hasil evaluasi program pembentukan model UPJA di kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Evaluasi Program Pembentukan Model UPJA

Evaluasi Kelompok Mekar Asih Kelompok Harapan Jaya

a. Bantuan Pengadaan Alsin terhadap kelompok

 Hasil evaluasi terhadap sprayer cukup baik dan bermanfaat karena dapat langsung dipergunakan kepada ternak sapi perah guna mencegah mastitis dan sampai program selesai pada tahun 2005,

penyakit subklinis mastitis tidak terlihat lagi.

 Hasil evaluasi terhadap milkcan adalah milkcan dapat langsung dipergunakan oleh anggota.

Namun, berdasarkan hasil evaluasi anggota kelompok bahwa alat pegangan milkcan kurang kuat sehingga bisa merusak milkcan

 Hasil evaluasi terhadap ember

perah aluminium buatan industri kecil di Kopo-Bandung oleh pihak KPSBU menunjukkan ember cukup baik tetapi permukaannya belum halus

 Dengan digunakannya milkcan

(9)

Evaluasi Kelompok Mekar Asih

sehingga perlu diperhalus dan ember tersebut harus ditambah tingginya 5 cm serta memakai dudukan ember agar tidak mudah jatuh

laboratorium yang dilakukan oleh Tim Fakultas Peternakan UNPAD terhadpa kualitas susu di tempat penampungan susu terhadap para anggota yang menggunakan milkcan, terdapat penurunan jumlah bakteri sebanyak 25%.

 Sehubungan ember perah

aluminium baru tahap ujicoba produksi oleh industri kecil tersebut, maka jumlah produksinya baru 12 buah. Berdasarkan informasi dari pengusaha aluminium tersebut, untuk menghasilkan ember yang halus diperlukan moster atau cetakan dari besi dan harganya mencapai Rp 100 juta. Cetakan untuk membuat ember

aluminium ujicoba tersebut terbuat dari tanah liat sehingga permukaanya tidak halus. b. Perguliran

Dana

 Hasil perguliran dana dari pembelian ember aluminium oleh anggota Kelompok Mekar Asih tidak berjalan dengan baik karena ember yang dihasilkan tidak memenuhi standar..

 Dana awal dari program sebanyak

Rp 3.000.000 untuk pembelian 8 buah milkcan telah bergulir menjadi 28 milkcan. Artinya sebanyak 20 buah milkcan merupakan hasil perguliran dari anggota kelompok. Nilai milkcan tersebut setara dengan dana sebesar Rp 7.500.000.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian dan implementasi program bantuan Alsin melalui sistem bergulir dengan menggunakan model UPJA dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model UPJA yang dibangun harus disesuaikan dengan potensi, lokasi, dan

kemampuan SDM kelompok.

2. Keberhasilan program UPJA selain ditentukan oleh partisipasi kelompok juga ditentukan oleh peranan ketua kelompok.

3. Berhasilnya perguliran milkcan di Kelompok Harapan Jaya dari 8 milkcan menjadi

28 milkcan pada akhir program merupakan keberhasilan pemberdayaan kelompok.

4. Pada Kelompok Mekar Asih keberhasilan program terletak pada alat sprayer untuk

(10)

DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 1998. Pasca Panen Susu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta.

http://www.pustaka-deptan.go.id. 25 Nop. 2005.

Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tahun Anggaran 2003. Departemen Pertanian. Jakarta

Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1998. Materi Pembinaan Kemitraan Usaha Pengolahan hasil Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.

Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2002. Pedoman Umum Alat dan Mesin Sapi Potong. Departemen Pertanian. Jakarta

Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2003. Pedoman Umum Alat dan Mesin Sapi Perah. Departemen Pertanian. Jakarta

Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2004. Pedoman Umum Pengembangan UPJA Mandiri dan Profesional. Departemen Pertanian. Jakarta

Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2002. Pedoman Umum Penumbuhan dan

Pengembangan UPJA Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta

Nur Kasim, William Djaja, dan Achmad Firman. Kajian Pengembangan Model Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Peternakan. Dinas Peternakan Jawa Barat dan Fakultas Peternakan UNPAD. Bandung

Soetrisno L. 1995. Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan Indonesia. Makalah Seminar Internasional Strategi Pembangunan Ekonomi dan Bisnis di Indonesia: Refleksi dan Aktualisasi 40 Tahun Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sulistyo dan Sri R. 1994. Potensi dan Prospek Pengembangan Keswadayaan

Masyarakat Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dalam Mubyarto “Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal”. Aditya Media. Yogyakarta.

Sub Dinas Bina Sarana Pertanian. 2003. Pedoman Teknis Pengembangan Model UPJA Inseminasi Buatan. Departemen Pertanian. Jakarta

Gambar

Tabel 2. Mekanisme dan Implementasi Program UPJA Kelompok
Tabel 3. Hasil Evaluasi Program Pembentukan Model UPJA

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian in i penulis ingin menelit i tentang berpikir mate matis seorang komed ian dala m mengonstruksi bahan - bahan komedi yang ia buat dan sampaikan pada

Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan oleh penulis adalah Saraswati, dkk 2013 melakukan analisis laporan keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum bobot isi, ruang pori total tanah, kekerasan tanah dan produksi jagung pada sistem olah tanah intensif tidak berbeda nyata

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi penerimaan informasi pengguna website DPMD dengen menggunakan pendekatan model penerimaan teknologi (Technology Acceptance

Berdasarkan hasil ulangan harian diperoleh sebanyak 32 peserta didik hanya 13 peserta didik (41%) yang memenuhi standar ketercapaian KKM, sedangkan 19 peserta didik (59%)

Wu dan Zhang [9] menyatakan data longitudinal adalah data pengamatan yang dilakukan terhadap n obyek yang saling independen, setiap obyek diamati secara berulang dan

2.5.1 Pelanggaran Asas Kepastian Hukum.. Dengan ditetapkannya larangan bagi penanam modal asing bagi penyedia menara, kontraktor menara, dan pengelola menara dalam