• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Persepektif ‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(Persepektif ‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ROHMAD FAUZAN NIM. 18.21.2.1.007

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (AL-AHWAL ASY- SYAKHSHIYYAH)

JURUSAN HUKUM ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN MAS SAID SURAKARTA SURAKARTA

2022

(2)

i

TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA DUKUH PORODESAN, KABUPATEN KLATEN

(Persepektif ‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Dalam Bidang Ilmu Hukum Keluarga Islam

Disusun Oleh:

ROHMAD FAUZAN NIM. 18.21.2.1.007

Surakarta, 05 Agustus 2022

Disetujui dan disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Sidik S.Ag, M. Ag NIP. 19760120 200003 1 001

(3)

ii

(4)

iii Dr. Sidik S.Ag, M.Ag

Dosen Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta

NOTA DINAS

Hal : Skripsi Kepada Yang Terhormat

Sdr : Rohmad Fauzan Dekan Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta

Di Surakarta

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan bahwa setelah menelaah danmengadakan perbaikan seperlunya, kami memutuskan bahwa skripsi saudara Rohmad Fauzan, NIM : 182121007 yang berjudul:

TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA DUKUH PORODESAN, KABUPATEN KLATEN (Prespektif ‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik). Sudah dapat dimunaqosyahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam bidang Hukum Keluarga Islam.

Oleh karena itu kami mohon agar skripsi tersebut segera dimunaqosahkan dalam waktu dekat.

Demikian atas dikabulkannya permohonan ini disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 05 Agustus 2022 Dosen Pembimbing

Dr. Sidik S.Ag, M.Ag

NIP. 19760120 200003 1 001

(5)

iv

(6)

v MOTTO

َنْيِلِه ٰجْلا ِنَع ْض ِرْعَا َو ِف ْرُعْلاِب ْرُمْأ َو َوْفَعْلا ِذُخ

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

(Q.S Al-‘Araf: 199)

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi penyusun kekuatan dan keyakinan, membekali dengan ilmu melalui dosen-dosen UIN Raden Mas Said Surakarta. Atas karunia dan kemudahan yang engkau berikan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Saya sangat menyadari bahwa skripsi saya masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang saya miliki, dengan dukungan dan bimbingan serta do’a dari orang-orang di sekitar saya dan akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya saya berikan kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta yang telah mengorbankan segalanya, mengarahkan dan memberi bekal hidup. Ridhamu semangatku.

2. Kaka, adik serta keluarga besarku atas do’a yang tak pernah ada habisnya serta segala bantuan, dorongan dan selalu memotivasiku.

3. Bapak Dr. Sidik M.Ag selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing serta selalu memberi masukan dan saran agar skripsi ini menjadi skripsi yang lebih baik.

4. Kepada dosen-dosen yang telah mendidik, memberikan ilmu, terkhusus Bapak Sulhani Hermawan M.Ag selaku dosen pembimbing akademik saya.

5. Kepada seseorang yang selalu ada buat saya dan selalu mendukung proses belajar saya, Dita Rizki Aryani.

6. Sahabat KNPI, IPNU, GP Ansor Klaten, dan JQH sebagai tempatku berproses.

7. Seluruh teman seperjuangan Hukum Keluarga Islam 2018, kalian luar biasa.

8. Dan terimakasih kepada semua pihak yang pernah berbaik hati dan berperan tanpa sempat aku berbalas.

(8)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah:

1. Konsonan

Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب Ba b Be

ت Ta t Te

ث ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

ج Jim j Je

ح Ḥa ḥ Ha (dengan titik di bawah)

خ Kha kh Ka dan ha

د Dal d De

(9)

viii

ذ Zal ż Zet (dengan titik di atas)

ر Ra r Er

ز Zai z Zet

س Sin s Es

ش Syin sy Es dan ye

ص ṣad ṣ Es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ De (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain …΄….. Koma terbalik di atas

غ Gain g Ge

ف Fa f Ef

ق Qaf q Ki

ك Kaf k Ka

ل Lam l El

م Mim m Em

ن Nun n En

و Wau w We

ه Ha h Ha

ء hamzah ...ꞌ… Apostrop

(10)

ix

ي Ya y Ye

2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ََ Fatḥah a a

َِ Kasrah i i

َُ Dammah u u

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transiterasi

1. بتك Kataba

2. ركذ Zukira

3. بهذي Yazhabu

b. Vokal Rangkap

(11)

x

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama

ى...أ Fathah dan ya Ai a dan i

و...أ Fathah dan wau Au a dan u

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. فيك Kaifa

2. لرح Haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan Tanda

Nama

ي...أ Fathah dan alif

atau ya ā a dan garis di atas

ي...أ Kasrah dan ya ī i dan garis di atas

و...أ Dammah dan wau ū u dan garis di atas

(12)

xi Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. لاق Qāla

2. ليق Qīla

3. لوقي Yaqūlu

4. يمر Ramā

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :

a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah transliterasinyaadalah /t/.

b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.

c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. لافطلأا ةضور Rauḍah al-aṭfal / rauḍatul atfāl

2. ةحلط Ṭalhah

(13)

xii 5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. انّبر Rabbana

2. ل ّزن Nazzala

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu لا. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah.

Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung.

(14)

xiii Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. لج ّرلا Ar-rajulu

2. للاجلا Al-Jalālu

7. Hamzah

Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif.

Perhatikan contoh berikut ini :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. لكأ Akala

2. نوذخأت taꞌkhuduna

3. ؤنلا An-Nauꞌu

8. Huruf Kapital

Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila

(15)

xiv

nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1 لوسرلاإ دمحم ام و Wa mā Muhaamdun illā rasūl 2 نيملاعلا بر هللدمحلا Al-hamdu lillahi rabbil ꞌalamīna

9. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkai.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

(16)

xv

1 نيقزارلاريخ وهل هللا نإو Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn / Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn

2 نازيملاو ليكلا اوفوأف Fa aufū al-Kaila wa al-mīzāna / Fa auful- kaila wal mīzāna

(17)

xvi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,

“TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA DUKUH PORODESAN, KLATEN (Persepektif ‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Sarjana 1 (S1) Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyah), Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudofir, S. Ag., M.Pd. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.

2. Bapak Dr. Ismail Yahya, S. Ag., M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak selaku Ketua Prodi Hukum Keluargaa Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.

4. Bapak Sulhani Hermawan M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat selama perkuliahan.

5. Bapak Sidik M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi.

6. Dewan Penguji, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi ini guna membawa kualitas penulisan kearah yang lebih baik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmu-ilmunya, semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dikemudian hari.

(18)

xvii

8. Seluruh Staff karyawan Fakultas Syariah dan seluruh Staff karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Make, Pake dan Adik, terima kasih atas do’a, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya.

10. Teman-teman Hukum Kelurga Islam kelas A angkatan 2018, yang telah memberikan kebahagiaan, keceriaan, serta dukungan dan semangat yang luar biasa.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun satu persatu yang telah berjasa dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun untuk tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penyususun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 05 Agustus 2022 Hormat Kami,

Rohmad Fauzan NIM. 182121007

(19)

xviii ABSTRAK

Rohmad Fauzan, Nim 18.21.2.1.007, “TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA DUKUH PORODESAN KLATEN (Persepaktif ‘Urf dan Interaksionisme Simbolik)”.

Pernikahan meupakan suatu wadah untuk menyatukan dua insan yang berbeda, agar menjadi satu pasangan yang saling menyayangi dan melengkapi diantara keduanya. Upacara pernikahan dalam tradisi Jawa merupakan suatu kebudayaan yang sangat komplek, di dalamnya terdapat berbagai unsur-unsur simbolis dan bersifat sakral yang diwariskan secara turun-temurun sampai generasi saat ini. Salah satunya adalah tradisi manten mubeng sumur, yaitu tradisi yang dilakukan selepas acara pasrah temanten, kemudian kedua belah pihak diarak menuju sumur punden.

Penelitian pada skripsi ini didasari dengan adanya beberapa pertanyaan yang muncul, yakni mengenai tata cara praktik tradisi manten mubeng sumur di dukuh Porodesan, bagaimana pandangan ‘urf terhadap pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur dan bagaimana makna simbolis tradisi manten mubeng sumur menurut teori intraksionisme simbolik.

Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis, merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknis analisis data pada penelitian ini menggunakan teknis analisis deskriptif yaitu metode yang menggambarkan tradisi manten mubeng sumur di dukuh Porodesan.

Hasil penelitian ini, bahwa 1) Praktik tradisi manten mubeng sumur dilakukan setelah acara pasrah temanten, kedua belah pihak diarak menuju sumur punden. Setelah sampai di depan pintu sumur, seorang tokoh masyarakat berada di barisan paling depan kemudian memanjatkan doa dan diakhiri dengan menginjakkan kaki ke tanah sebanyak tiga kali, sebagai simbol ucapan salam. Selanjutnya pengantin masuk ke arena sumur bersama rombongan dan mulailah mengelilingi sumur sebanyak tiga kali. Setelah selesai, kemudian pengantin bersama rombongan kembali ke resepsi pernikahan. 2) Pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur masuk kategori ‘urf sahih. Dikategorikan sahih karena dalam pelaksanaannya terdapat tujuan untuk mendoakan keselamatan, kesejahteraan dan keharmonisan pengantin dalam berumah tangga. Dalm hal mengelilingi sumur hanya digunakan sebagai simbol rasa syukur bahwa sumur inilah menjadi bukti perjuangan mewujudkan kemakmuran dan kesuburan masyarakat dukuh Porodesan. 3) Makna tradisi manten mubeng sumur dapat dipahami melalui interaksionisme simbolik yaitu kehidupan manusia menggunakan simbol-simbol dari kelompoknya dan memilik arti tersendiri. Di dalam praktiknya, masyarakat Porodesan hanya menjalankan tradisi manten mubeng sumur namun tidak menerapkan makna yang terkandung di dalamnya.

Kata Kunci: Tradisi Manten Mubeng Sumur, ‘Urf, Interaksionisme Simbolik

(20)

xix ABSTRACK

Rohmad Fauzan, Nim 18.21.2.1.007, "The MANTEN MUBENG SUMUR TRADITION IN JAVA TRADITIONAL MARRIAGE, PORODESAN KLATEN ('Urf Perception and Symbolic Interactionism)".

Marriage is a place to unite two different people, so that they become a couple who love and complement each other. The wedding ceremony in the Javanese tradition is a very complex culture, in which there are various symbolic and sacred elements that are passed down from generation to generation to the current generation. One of them is the tradition of manten mubeng well, which is a tradition that is carried out after the surrender of a friend, then both parties are paraded to the well of punden.

The research in this thesis is based on several questions that arise, namely regarding the practice of the well manten mubeng tradition in Porodesan hamlet, how 'urf views the implementation of the well manten mubeng tradition and what is the symbolic meaning of the well manten mubeng tradition according to the theory of symbolic interactionism.

The type of research used by the author is a type of field research (field research). Data collection techniques used are interviews, documentation, and observation. Technical analysis of the data in this study using technical descriptive analysis, namely a method that describes the tradition of manten mubeng wells in Porodesan hamlet.

The results of this study, that 1) The practice of the manten mubeng sumur tradition is carried out after the temanten surrender event, both parties are paraded to the well punden. After arriving at the door of the well, a community leader was in the front row then said a prayer and ended by stepping on the ground three times, as a symbol of greeting. Next, the bride and groom enter the well arena with their entourage and begin to circle the well three times. When finished, then the bride and groom with the entourage returned to the wedding reception. 2) The implementation of the manten mubeng sumur tradition is categorized as 'urf sahih. It is categorized as valid because in its implementation there is a purpose to pray for the safety, welfare and harmony of the bride and groom in the household. The object of the well is only used as a symbol of gratitude that this well is evidence of the struggle to realize the prosperity and fertility of the Porodesan hamlet community. 3) The meaning of the manten mubeng sumur tradition can be understood through symbolic interactionism, namely human life uses symbols from the group and has its own meaning. In practice, the Porodesan people only carry out the manten mubeng well tradition but do not apply the meaning contained in it.

Keywords: Manten Mubeng Sumur Tradition, 'Urf, Symbolic Interactionism'

(21)

xx DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i

HALAMAN SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ... ii

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... xvi

ABSTRAK ... xviii

ABSTRACK ... xix

DAFTAR ISI ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 12

G. Metode Penelitian... 16

H. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Tentang Konsep ‘Urf ... 25

1. Pengertian ‘Urf ... 25

2. Dasar Hukum ‘Urf... 26

3. Macam-Macam ‘Urf... 28

4. Pembagian ‘Urf ... 30

(22)

xxi

5. Syarat-Syarat ‘Urf ... 32 6. Kehujjahan Dalam ‘Urf ... 33 B. Konsep Teori Interaksionisme Simbolik ... 35 1. Pengertian Interaksionisme Simbolik ... 35 2. Paham Perkembangan Interaksi Simbolik ... 39 3. Sifat-Sifat Interaksionisme Simbolik ... 43 4. Tindakan Sosial ... 45 BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTIK MANTEN MUBENG SUMUR

A. Kondisi Sosial Keagamaan Dukuh Porodesan ... 48 1. Kondisi Keagamaan ... 49 2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 50 B. Tradisi Perkawinan Manten Mubeng Sumur Dukuh Porodesan ... 51 1. Sejarah Tradisi Manten Mubeng Sumur ... 51 2. Pelaksanaan Tradisi Manten Mubeng Sumur ... 54 3. Makna Upacara Manten Mubeng Sumur... 59 BAB IV ANALISIS ‘URF DAN MAKNA SIMBOLIS TERHADAP TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN

A. Praktik Tradisi Manten Mubeng Sumur di Dukuh Porodesan Randulanang Kabupaten Klaten ... 63 B. Analisis Tinjuaun ‘Urf Terhadap Tradisi Perkawinan Manten Mubeng

Sumur di Dukuh Porodesan Randulanang Kabupaten Klaten ... 64 C. Makna Simbolis Tradisi Manten Mubeng Sumur Dukuh Porodesan ... 69 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah suatu wadah untuk menyatukan dua insan yang berbeda agar menjadi satu pasangan yang saling menyayangi dan saling melengkapi diantara keduanya. Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan adalah naluri sebagai makhluk Allah SWT, termasuk manusia. Manusia merupakan makhluk yang tidak mungkin hidup sendiri tanpa ditemani oleh pasangan, karena sejatinya manusia mempunyai naluri berkawin (teman hidup atau pasangan). Banyak fase-fase kehidupan yang harus dilalui dalam perkembangan manusia salah satunya dengan fase perkawinan.1

Perkawinan di dalam ajaran agama Islam ditempatkan pada posisi yang tinggi, mulia dan sakral. Oleh karenanya, agama Islam menganjurkan agar setiap pernikahan dipersiapkan secara matang, baik dari segi fisik, mental, maupun finansial. Menurut Fiqh, nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam kehidupan masyarakat, sebab pernikahan bukan hanya mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan saja, akan tetapi perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainya.2

1‘Soerjono.Soekonto,.Sosiologi.Keluarga,.(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm..1.

2‘Muhammad.Dahlan,.Fiqh.Munakahat, (Yogyakarta:.Budi Utama, 2015),.hlm..31.

(24)

Dalam hukum Islam juga dijelaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat, karena merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita untuk menaati perintah Allah SWT sehingga siapa yang melaksanakannya merupakan ibadah. Hal ini sebagai upaya mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.3 Pernikahan juga salah satu ibadah yang menciptakan rasa kedamaian dalam berumah tangga.

Perkawinan di Indonesia bukan hanya sebagai perikatan perdata, akan tetapi sebagai perikatan adat sekaligus perikatan kekerabatan dan ketetanggaan.

Terjadinya suatu ikatan perkawinan, bukan semata-mata membawa akibat hubungan keperdataan, seperti halnya hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orangtua. Namun menyangkut hubungan keagamaan, adat istiadat, kekeluargaan, dan ketetanggan serta menyangkut upacara-upacara yang ada di dalam suatu adat. Begitu juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan agama, baik hubungan manusia dengan Tuhannya maupun hubungan manusia dengan manusia lainya (muamalah), agar dalam perkawinannya selamat di dunia dan di akhirat.4

Adat didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang terus menerus dilakukan oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan dikerjakan secara

3‘M. Idris.Ramulya,.Hukum.Perkawinan.Islam,.(Jakarta: Buku Aksara, 1996), hlm..14.

4‘Hadikusuma.Helman,.Hukum.Perkawinan.Indonesia.Menurut:.Perundangan,.Hukum.Adat, dan Hukum Agama,.(Bandung: CV. Mandar Maju, 2007),.hlm..8.

(25)

berulang-ulang.tanpa adanya hubungan rasional. Sifat adat adalah tradisional dengan berpangkal pada ajaran nenek moyang. Tolak ukur keinginan yang akan dilakukan oleh manusia ialah kehendak suci dari nenek moyang. Hukum adat juga dapat berubah-ubah karena pengaruh keadaan sosial yang silih berganti, dari sifatnya yang berubah-ubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan situasi sosial, maka sifat hukum adat elastis, tidak kaku, dan mudah menyesuaikan diri.5

Sedangkan ‘urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan berlaku padanya, baik berupa perbuatan maupun perkataan. Hal ini jiwa merasakan sebuah ketenangan dalam mengerjakanya karena sudah sejalan dengan logika dan dapat diterima oleh karakter manusia. ‘Urf tidak melihat dari segi berulang kalinya suatu perbutan dilakukan, tetapi dari segi perbuatan tersebut sama-sama dikenal dan diakui oleh orang banyak.6

Masyarakat Jawa pada dasarnya adalah masyarakat tradisional yang masih melakukan dan menjunjung tinggi budaya dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari, seperti ritual dalam proses pernikahan, kelahiran atau kematian seseorang. Pada prosesi upacara pernikahan adat Jawa di dalamnya terdapat tradisi dan kebudayaan yang sangat komplek dan bersifat sakral, yang diwariskan secara turun-temurun sampai generasi sekarang. Salah satu adat

5‘Mokhamad.Najih,’Soimin,.Pengantar.Hukum.Indonesia, (Malang:.Setara Pres, 2017), hlm.

78-79.

6‘Amir.Syarifuddin,’Ushul Fiqh 2, (Jakarta:.Kencana, 2014), hlm..411.

(26)

atau tradisi yang unik dalam pernikahan dapat dilihat di Dukuh Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten tradisi ini dikenal dengan sebutan Tradisi Manten Mubeng Sumur.

Tradisi manten mubeng sumur adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Porodesan ketika melakukan upacara pernikahan, tradisi ini dilakukan selepas acara pasrah temanten kemudian kedua belah pihak dipertemukan dan mereka berjalan diiringi keluarga serta tokoh masyarakat setempat menuju sumber air yang disebut sumur Punden. Sebelum memasuki arena sumur, tokoh sesepuh memenjatkan doa dan diakhiri dengan menginjakkan kaki ke tanah sebanyak tiga kali sebagai salam, kemudian mulailah mengelilingi sumur tersebut sebanyak tiga kali.

Tradisi ini berasal dari leluhur terdahulu yang diwariskan secara turun- temurun sejak zaman dahulu, di dalamnya juga terdapat beberapa unsur-unsur sakral dan penuh simbolis. Orang tua pada zaman dahulu mewarisi tradisi manten mubeng sumur dan masih dilakukan oleh masyarakat Porodesan hingga saat ini. Sumur punden adalah sumur yang sudah ada atau sudah terbangun sebelum datangnya penduduk ke dukuh Porodesan dan sumur ini sebagai pusat sumber mata air di wilayah tersebut. Punden sendiri memiliki arti cikal bakal, yang mana sumur ini dianggap sebagai cikal bakal berdirinya dukuh Porodesan.

Tradisi manten mubeng sumur sangat berhubungan dalam prosesi pernikahan, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan keberadaanya. Sebab selain prosesi pernikahan dan juga tradisi yang dilakukan secara runtut dan

(27)

saling berkaitan, telah diyakini oleh masyarakat Porodesan sebagai salah satu rangkaian yang perlu dilestarikan dengan prosesi pelaksanaan sesuai arahan dari tokoh sesepuh. Tradisi manten mubeng sumur telah diyakini masyarakat dukuh Porodesan Desa Randulanang dimana hampir 95% masyarakatnya menjalakan tradisi tersebut.

Tradisi manten mubeng sumur tidak hanya sebagai acara dalam prosesi pernikahan, tetapi juga bernilai teologi yang mana dapat dilihat dari maknanya, yaitu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan doa dan harapan agar pasangan pengantin bisa hidup bahagia, sejahtera, dan segera mendapat momongan. Filosofinya ialah sumur menjadi sumber kehidupan, diharapkan pasangan pengantin dalam berumah tangga bisa hidup sejahtera, dan keluarga yang dibina menjadi keluarga yang bahagia, saling melengkapi antara satu dengan yang lainya.7

Dalam prosesi pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur masyarakat Porodesan menggunakan simbol sumur punden yang menggambarkan sumber penghidupan keluarga, dan sumur ini sebagai ciri khas dari tradisi tersebut sebagai bentuk penyampaian maksud dan tujuan tradisi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, mendorong penulis tertarik untuk mengakaji tentang tradisi perkawinan manten mubeng sumur yang

7 Susanto, Tokoh Sesepuh Desa (Modin), Wawancara Pribadi, 03 Desember 2021, Jam 10.00- 12.00 WIB.

(28)

dilakukan masyarakat Dukuh Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten terhadap tinjaun ‘urf dan interaksi simbolik. Teori

‘urf digunakan untuk mengkaji apakah kebiasaan tersebut merupakan ‘urf sahih atau ‘urf fasid kerana didalam ‘urf terdapat syarat yang menyebutkan suatu adat dapat diterima dan diakui jika tidak bertentangan dengan syara’. Dan teori interaksi simbolik untuk mengkaji lebih dalam mengenai simbol yang ada, sebab dalam tradisi manten mubeng sumur ini memberikan simbol dan makna tersendiri bagi masyarakat Porodesan.

Agar lebih jelasnya, pembahasan fenomena yang terjadi peneliti memformulasikan dengan judul skripsi

TRADISI MANTEN MUBENG SUMUR DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA

DUKUH PORODESAN, KABUPATEN KLATEN (Persepektif

‘Urf dan Teori Interaksionisme Simbolik)

”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom?

2. Bagaimana tinjauan‘urf terhadap pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom?

(29)

3. Bagaimana makna simbol tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom menurut teori interaksionisme simbolik?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan di atas mengenai perkawinan adat jawa, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan praktik tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom.

2. Untuk menganalisis tinjauan ‘urf terhadap praktik pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom.

3. Untuk mendeskripsikan bagaimana interaksionisme simbolik dalam tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta membantu pengembangan ilmu pengetahuan dalam Hukum

(30)

Keluarga Islam yang terus berkembang sesuai dengan tuntuan masyarakat.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan interaksionisme simbolik sehingga dapat memperkuat teori ‘urf dalam kaitannya dengan tradisi disuatu daerah tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi masyarakat di Dukuh Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan informasi yang lebih jelas tentang praktik tradisi manten mubeng sumur bagi masyarakat Dukuh Porodesan.

E. Kerangka Teori 1. Teori ‘Urf

‘Urf secara bahasa memiliki arti kebiasaan baik. Sedangkan secara istilah ‘urf ialah sesuatu perbuatan atau perkataan dimana dalam mengerjakannya jiwa merasakan suatu ketenangan karena sudah sejalan dengan logika dan dapat diterima oleh karakter manusia. Oleh karena itu

‘urf dapat dijadikan sebagai hujjah, sebab lebih cepat difahami. Ulama ushul fiqh membagi ‘urf dalam tiga macam:

1. Dari segi obyeknya, terbagi menjadi dua macam:

(31)

a. ‘Urf Qauli adalah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan lafal atau ungkapan sesuatu tertentu, sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan terlintas dalam pikiran manusia.8

b. ‘Urf Fi’li adalah kebiasaan yang berlaku berupa perbuatan, seperti kebiasaan saling mengambil sebatang rokok dalam bungkusan sesama teman, tidak dianggap mencuri.9

2. Dari segi cakupanya, diantaranya ialah:

a. ‘Urf al-‘Am adalah kebisaan yang telah umum berlaku di mana- mana, hampir disetiap wilayah tanpa memandang suku dan agama, seperti halnya menganggukkan kepala pertanda menyetujui dan menggelengkan kepala pertanda menolak.

b. ‘Urf al-Khas adalah kebiasan yang berlaku didaerah atau masyarakat tertantu, seperti kebiasaan berjabat tangan setelah shalat.10

3. Dari segi keabsahanya terbagi atas:

a. ‘Urf Sahih yaitu kebiasaan yang berlaku umum di tengah-tengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As- sunnah, tidak menghilangkan maslahat dan tidak pula mendatangkan kemudharatan, seperti dalam masa pertunangan dari

8‘Nasrun Haroen,’Ushul’Fiqh, Cet. II,’(Jakarta: Logos’Wacana.Ilmu, 1997), hlm..138.

9‘Amir Syaifuddin,’Ushul’Fiqh, Jilid 2,.(Jakarta: Logos.Wacana Ilmu, 1999), hlm..367.

10 Ibid. hlm. 367

(32)

pihak mempelai laki-laki memberikan hadiah kepada calon mempelai perempuan yang bukan merupakan mahar (mas kawin).

b. ‘Urf Fasid yaitu kebiasaan yang bertentangan dengan hukum syara’

atau kebalikan dari ‘urf sahih, seperti merayakan peristiwa perkawinan atau hari ulang tahun dengan meminum-minuman keras atau mengahalalkan riba’ untuk masalah pinjam meminjam.11 Dalam bab ini membahas tentang‘urf, mulai dari pengertian, macam-macam ‘urf, pembagian ‘urf, syarat-syarat dalam ‘urf, dan kehujjahan pada ‘urf sebagai pedoman untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur dalam perkawinan.

2. Interaksionisme Simbolik

Teori interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu, yang kemudian membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial masyarakat. Menurut Fisher, interaksi simbolik adalah teori yang melihat realitas sosial yang diciptakan oleh manusia, sedangkan manusia sendiri memiliki kemampuan untuk berinteraksi menggunakan simbol, memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, bermasyarakat, dan memiliki buah pikiran. Setiap bentuk interaksi sosial diawali atau diakhiri dengan mempertimbangankan diri

11‘Sidi.Nazar.Bakry,‘Fiqh dan’Ushul Fiqh,.(Jakarta: Raja Grafindo.Persada, 2003), hlm..237

(33)

individu. Interaksionisme simbolik adalah suatu pendekatan yang dibangun berdasarkan formasi sosial dari simbol-simbol dan makna-makna umum atau makna-makna yang dapat dipahami bersama, dan penggunaannya untuk berkomunikasi, baik dalam diri individu maupun di luar individu terhadap orang-orang lain.

Istilah dari interaksionisme simbolik disampaikan pertama kalinya oleh Herbert Blummer, dalam penjelasannya tentang psikologi sosialnya dari Mead, tetapi sumber-sumber interaksionisme simbolik juga memasukkan karya sosiologi Chicago pada awal abad kedua puluh, termasuk William Issac Thomas, Robert Park dan Everett Hughes.

Interaksionisme simbolik dimulai melalui proses yang Blummer sebut identifikasi diri. Artinya unit yang bertindak kaitannya dengan situasi yang bersangkutan dan tindakan dibentuk atau dikontruksi dengan cara menginterpretasikan situai itu.12 Esensi dari teori interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau perbuatan melalui pertukaran simbol-simbol yang diberi makna, bahwa manusia dapat dianalisis melalui interaksinya dengan individu lain.

Demikianlah kerangka teori yang dibuat penulis sebagai pedoman untuk pemecahan masalah terhadap pelaksanaan tradisi manten mubeng

12‘Bryan S.’Turner,‘Teori Sosial:.Teori Klasik.Sampai Post.Modern, Terjemah Setiyawati

‘(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm..338-339.

(34)

sumur dan makna tradisi perkawinan manten mubeng sumur. Apakah tradisi tersebut termasuk bagian dalam salah satu ‘urf di atas, dan bagaimana makna interaksionisme simbolik di dalamnya.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini data yang didapatkan diharap mampu untuk menjawab permasalahan yang timbul serta diharapkan mampu menjawab keraguan terhadap jawaban-jawaban yang diberikan dalam pokok permasalahan yang akan diangkat, maka dalam penelitian ini harus diuji validitasnya. Apakah penelitian ini sudah membantu membahas secara detail dan sebagai bahan acuan yang relevan dengan penelitian terdahulu selain itu juga berguna untuk menghindari plagiasi.

Penelitian Pertama, Skripsi Lutfullah Allahuthi “Tinjauan Hukum islam Terhadap Tradisi Nyuang Nganten (Studi Kasus di Kelurahan Gunung Alam Kecamatan Arga Makmur Kabupatan Bengkulu Utara)” Tahun 2016.13 Masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu mengenal tradisi Nyuang Nganten dalam masyarakat muslim di kelurahan Gunung Alam dalam tinjauan hukum Islam. Adapun hasil dalam penelitian ini yaitu tradisi Nyuang Nganten ini adalah masalah peminangan, dalam peminangan tersebut ada merasan,

13 Lutfullah Allahuthi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Nyuang Nganten”, (Studi Kasus di Kelurahan Gunung Alam Kecamatan Arga Makmur Kabupatan Bengkulu Utara), Skripsi tidak diterbitkan, (IAIN Bengkulu), 2016.

(35)

meminang (Memadik) yaitu keluarga besar memaparkan silsilah keluarga untuk menghindari adanya hubungan sedarah. Adapun penulisan yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan yang diteliti Lutfullah Allahuthi.

Perbedaanya terletak pada pembahasan. Penulis lebih fokus pada Tinjauan ‘Urf dan interaksionisme simbolik tradisi Manten Mubeng Sumur. Sedangkan skripsi Lutfullah membahas tentang Hukum Islam Tradisi Nyuang Nganten.

Penelitian kedua, Skripsi Muhammad Nur Sahid yang berjudul

“Tinjauan Dalil ‘Urf Terhadap Tradsi Takir Menjelang Akad Nikah di Desa Gemantar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.”14 Skripsi ini membahas tentang tradisi takir, yaitu suatu tradisi yang dilakukan sebelum pelaksanaan prosesi akad nikah berupa suatu wadah yang terdapat sesaji yang bersikan antara lain, telur, daun sirih, tembakau, gamping, kacang hijau, bawang merah, cabe, beras kuning, bunga tujuh rupa, nasi putih dan uang receh. Adapun penulisan yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan yang diteliti Sugeng Rawuh. Perbedaanya terletak pada pembahasan Penulis lebih fokus pada Tinjauan ‘Urf radisi Manten Mubeng Sumur dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

Penelitian ketiga, Skripsi Sofyan Aziz Yammani “Tinjauam Hukum Islam Terhadap Tradisi Perkawinan Adat Jawa Di Dusun Cikalan Banjarhajo

14 Muhammad Nur Sahid yang berjudul “Tinjauan Dalil ‘Urf Terhadap Tradsi Takir Menjelang Akad Nikah di Desa Gemantar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.”, Skripsi, diterbitkan Fakultas Syariah (IAIN Surakarta), 2018.

(36)

Kalibawang Kulonprogo” Tahun 2019.15 Penelitian ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap tradisi perkawinan adat jawa di Dusun Cikalan Banjarharjo Kalibawang Kulonprogo. Adapun hasil dari penelitian ini praktik ritual tradisi perkawinan yang dilaksanakan masyarakat dusun Cikalan dari mulai petung hingga ngunduh mantu, merupakan wujud dari bentuk pelestarian budaya dan juga merupakan bentuk kehati-hatian bagi orang jawa khsususunya masyarakat dusun Cikalan sama halnya konsep kehati-hatian dalam Islam.

Adapun penulisan yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan yang diteliti Sofyan Aziz Yammani. Perbedaanya terletak pada pembahasan. Penulis lebih fokus pada Tradisi Manten Mubeng Sumur Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Sedangkan skripsi Sofyan Aziz Yammani membahas tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Perkawinan Adat Jawa Di Dusun Cikalan Banjarhajo Kalibawang Kulonprogo.

Penelitian keempat, Skripsi Siti Mukaromah yang berjudul

“Perkawinan Adat Jawa Dalam Pemikiran Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Ngrombo Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)” Tahun 2016.16 Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa adat perkawinan di Desa Ngrombo

15 Sofyan Aziz Yammani, “Tinjauam Hukum Islam Terhadap Tradisi Perkawinan Adat Jawa Di Dusun Cikalan Banjarhajo Kalibawang Kulonprogo”, Skripsi diterbitkan (UIN Sunan Kalijaga), 2019.

16 Siti Mukaromah, “Perkawinan Adat Jawa Dalam Pemikiran Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Ngrombo Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)”, Skripsi tidak diterbitkan (IAIN Salatiga), 2016.

(37)

Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen terdiri dari nglangkahan, dodol dawet, nebus mayang kembar, midodareni, nyantri ngerik,ngrias, panggih temanten, adang-adangan, sindhur binayang, hukumnya adalah mubah. Tetapi apabila melaksanakan perkawinan adat dengan niat untuk meminta selain kepada Allah dilarang dalam syariat dan harus ditinggalkan. Adapun penulisan yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan yang diteliti Siti Mukaromah. Perbedaanya terletak pada pembahasan urf. Penulis lebih fokus pada Tinjauan ‘Urf Tradisi Manten Mubeng Sumur Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Sedangkan skripsi Siti Mukaromah membahas perkawinan adat jawa dalam pemikiran hukum Islam.

Penelitian kelima, Artikel Jurnal Afiq Budiawan, STAI HM, Lukman Edy Pekanbaru, yang berjudul “Tinjauan al Urf Dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau” Tahun 2021. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa prosesi upacara adat penikahan Melayu terdiri dari beberapa tahapan, yakni dimulai dari merisik-risik, melamar, mengantar tanda, menerima antaran, mengukus, akad nikah.17 Dengan demikian rangkaian tradisi perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat melayu Riau jika dilihat dari segi hokum Islam adalah mubah (boleh), karena tradisi ini tidak ada hubungan dengan atau tidaknya suatu perkawinan. Adapun penulisan yang akan dilakukan peneliti

17‘Afiq Budiawan,.“Tinjauan ‘Urf .Dalam Prosesi.Perkawinan.Adat Melayu.Riau”, Jurnal An- Nahl, Vol.8, No.2,’Desember 2021.

(38)

berbeda dengan yang diteliti Afiq Budiawan. Perbedaanya terletak pada tahapan prosesi adat perkawinan. Penulis lebih fokus pada adat perkawinan Tradisi Manten Mubeng Sumur Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten

Dari penelitian terdahulu di atas, menurut pengetahuan penulis belum terdapat karya ilmiah yang membahas tradisi manten mubeng sumur dalam adat jawa perspektif ‘urf dan interaksionisme simbolik. Maka penulis lebih fokus pada penelitian tinjauan ‘urf dan interaksionisme simbolik terhadap tradisi manteng mubeng sumur dalam adat jawa yang ada di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

G. Metode Penelitian

Dalam suatu penyusunan karya ilmiah maka diperlukan adanya metode- metode yang mutlak untuk memperoleh penelitian yang benar dan optimal.

Metode penelitian merupakan bagian dari langkah praktis dan sistematis yang digunakan untuk penelitian yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena bersifat aplikatif.18

18‘Sofyan.A.P.Kau,’Metodelogi.Penelitian.Hukum.Islam.Penuntun.Praktis.Untuk.Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), hlm. 1.

(39)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam hal ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dimana penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti terjun ke lapangan, mengkaji keadaan realita yang ada di lapangan dengan tetap merumuskan masalah sebagai patokan dari penelitian ini, serta dapat mengumpulkan data yang ada, menganalisis fenomena dan dijadikan sebagai hasil studi dari penyusunan untuk membuat suatu keputusan.19 Sementara itu pendekatan yang dipakai untuk penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan mengungkap bagaimana pelaksanaan serta makna simbolis tradisi manten mubeng sumur di Dukuh Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom.

Dalam hal ini, penelitian diajukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena atau peristiwa yang ada, aktivitas sosial, sikap dan kepercayaan, persepsi, pemikiran individu maupun kelompok atau masyarakat. Melalui penelitian deskriptif peniliti berusaha menjelaskan kondisi keadaan aktual dari unit penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diamati. Sedangkan kualitatif yaitu penelitian yang

19‘Kuntojojo,.Metodelogi Penelitian,”(Kediri: Universitas’Nusantara PGRI Kediri, 2009), hlm.

16.

(40)

dimaksudkan untuk mengungkapkan peristiwa atau fenomena secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks apa adanya. Melalui pengumpulan data dari latar belakang alami sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci peneliti itu sendiri.20 Oleh karena itu, di dalam kehadiran peneliti di lapangan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami fenomena yang diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah sebuah kata-kata atau tidakan, selebihnya adalah data tambahan seperti data dokumen dan lain-lain. Namun untuk melengkapi data pada penelitian ini dibutuhkan dua sumber data, yaitu antara lain data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari sumber asli, artinya tidak melalui media perantara untuk mencari sumber di lokasi penelitian atau obyek peneliti.21 Sumber data diperoleh secara langsung dari informan di lapangan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, melalui wawancara yang mendalam serta pengamatan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah tokoh

20‘Ahmad.Tanzeh,“Metodelogi Penelitian’Praktis, (Yogyakarta:’Teras, 2011), hlm.’64.

21‘Etta.Mamang.Sangadji.dan.Sopiah,’Metodologi’Penelitian’Pendekatan’Praktis’dalam Penelitian, (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2010), hlm.’44.

(41)

sesepuh desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama, untuk mengetahui pemahaman yang melandasi masyarakat terhadap tradisi manten mubeng sumur di dukuh Porodesan desa Randulanang Kecamatan Jatinom.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.22 Dalam hal ini, berupa data yang mendukung permasalahan yang akan dibahas, sehingga diperoleh untuk melengkapi data primer.

Data sekunder meliputi buku, hasil karya ilmiah, serta literatur yang berhubungan dengan adat atau tradisi perkawinan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil oleh peniliti berada di Dukuh Porodesan Desa Randulanang Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

Lokasi ini dipilih dengan karena mayoritas masyarakat dukuh Porodesan masih banyak yang melakukan tradisi atau adat-adat dari leluhur terdahulu dalam melaksakan perkawinan. Adat perkawinan manten mubeng sumur yang dilakukan memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Dukuh

22 Ibid, hlm. 44.

(42)

Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.

Sehingga menarik penulis untuk melakukan penelitian di dukuh tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti seperti memperoleh data yang lengkap, valid, dan teruji yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian pada umumnya. Namun dalam penyusunan inin peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik dalam pengumpulan metode survei yang dipergunakan untuk mendapatkan sebuah keterangan lisan melalui berbincang-bincang dengan mengajukan pertanyaan yang berhadapan muka dengan orang yang dipandang bisa memberikan informasi kepada peneliti, sehingga dijadikan sebagai sumber dan subjek penenlitian.23 Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan tokoh sesepuh desa, tokoh masyarakat seperti ketua Ketua RW, tokoh agama serta beberapa masyarakat Dukuh Porodesan untuk mengetahui sejarah perkembangan

23‘Syaifudin’Anwar,”Metodelogi Penelitian.’(Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2004), hlm.’14.

(43)

adat perkawinan, kondisi keagamaan, dan gejala-gejala lain yang terjadi dalam tradisi manten mubeng sumur.

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif di mana dengan observasi ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial.24 Peneliti akan melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data tentang tradisi manten mubeng sumur agar mendapatkan data yang valid, baik dalam praktek perkawinan manten mubeng sumur, maupun gejala-gejala lain yang terjadi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang didapat melalui peninggalan berupa tulisan, arsip-arsip, petilasan dan buku- buku tentang pendapat, teori, dalil dan hukum-hukum yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi merupakan catatan atau karya dari sesorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait penelitian. Peneliti menggunakan

24‘Nasution,”Metode Research,’(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2018), hlm.’106.

(44)

metode dokumentasi untuk memperkuat sumber informasi yang didapat.25

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dalam hal ini, penelitian yang digunakan adalah sumber tertulis bagi informasi sejarah, kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, petilasan-petilasan arkeologi, dan jenis sumber apapun dalam setiap proses pembuktian.

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah penyusunan data secara sistematis yang didapat dari proses wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dan membuat kesimpulan agar dapat difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Adapun teori yang dipakai dalam metode ini diambil dari Miles dan Humberman. Analisis data kualitatif ialah sebuah proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu data reduction, data display, data conclusing.

25‘Yusuf Muri,’Metode’Penelitian:’Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,’(Jakarta:

Prenada Media Grup, 2015), hlm.’391.

(45)

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah proses berfikir yang memerlukan sebuah kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi, dan dapat mendiskusikan.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Teknik penyajian data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, dan bentuk uraian singkat. Adapun fungsinya untuk mempermudah dan memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutya.

3. Conclusing Drawing (Verifikasi)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatuf merupakan temuan baru yang mana sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran sebuah objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti mejadi lebih jelas.26

26‘Lexy’J. Moleong,’Metodologi’Penelitian’Kualitatif’Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm.’329.

(46)

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dalam penelitian ini, maka penulis menjabarkan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab dan masing- masing bab berisikan sub-sub bab sebagai berikut;

Bab pertama, berisi pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitin, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang konsep ‘urf, yang memuat pengertian ‘urf, macam-macam ‘urf, pembagian ‘urf, syarat ‘urf dan kehujjahan dalam ‘urf sebagai sumber hukum, serta teori interaksionisme simbolik dan teori tindakan sosial.

Bab ketiga, dalam bab ini berisi tentang gambaran data umum yang berkaitan tentang Dukuh Porodesan, dan kehidupan masyarakat di dalamnya.

Seperti halnya tentang kondisi geografis dan demografis, keadaan sosial, ekonomi, sejarah tradisi, serta pelaksanaan dan makna tradisi manten mubeng sumur di dukuh Porodesan.

Bab keempat, memuat praktik tradisi manten mubeng sumur, analisis tentang tinjauan ‘urf terhadap pelaksanaan tradisi manten mubeng sumur di dukuh Porodesan dan tinjaun interaksionisme simbolik terhadap makna tradisi manten mubeng sumur.

(47)

Bab lima, memuat penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran terkait penelitian ini. Dalam bab ini merupakan akhir dari keseluruhan penulisan proposal skripsi nantinya.

(48)

25 BAB II

KONSEP TEORI ‘URF DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK

A. Teori ‘Urf

1. Pengertian ‘Urf

Secara etimologi ‘urf berasal dari kata ‘arafa ya’rifu)فرعي-فرع(

sering diartikan al-ma’ruf dengan arti sesuatu yang dikenal. Pengertian

“dikenal” ini lebih dekat kepada pengertian “diakui” orang lain.1 Sedangkan secara terminologi ‘urf mengandung makna sesuatu yang telah terbiasa di kalangan manusia atau sebagian mereka dalam hal muamalat (hubungan kepentingan) dan dilakukan secara berulang-ulang yang diterima oleh akal sehat. ‘Urf lahir dari hasil sebuah pemikiran dan pengalaman manusia.2

Arti ‘urf secara harfiah adalah suatu keadaan, perkataan, perbuatan atau ketentuan yang telah dikenal manusia dan telah menjadi kebiasaan dalam melaksanakanya. Di kalangan masyarakat ‘urf sering disebut dengan istilah adat. Kata adat berasal dari bahasa arab ada-ya’udu-audan yang berarti mengulangi sesuatu. Oleh sebab itu, sesuatu yang baru dilakukan satu kali belum masuk kedalam kategori adat. Tentang berapa kali suatu

1‘Amir’Syarifuddin,’Ushul Fiqh 2,’(Jakarta: Prenada”Media”Group, 2014), hlm.’387.

2‘A. Basiq.Djalil,‘Ilmu Ushul Fiqh 1 & 2 (Jakarta:”Kencana”Prenada”Media”Group, 2010), hlm.’162.

(49)

perbutan harus dilakukan untuk dapat disebut sebagai adat, tidak ada ukurannya dan banyak, tergantung pada bentuk perbuatan itu dilakukan.3

Mengutip dari perkataan Mustafa Ahmad Zarqa Guru besar Fiqh Islam di Universitas Amman Yordania mengatakan bahwa, al-‘urf yaitu bagian dari adat karena adat lebih umum dari al ‘urf. Suatu ‘urf harus berlaku pada kebanyakan orang didaerah tertentu, bukan pada pribadi atau sekelompok saja, akan tetapi muncul dari suatu pemikiran dan pengalaman.4

Perbedaan antara kata ‘urf dan adat dapat dilihat dari persepektif kandungan artinya, bahwa adat hanya memandang dari segi berulang kalinya suatu perbuatan itu dilakukan. Adat juga tidak meliputi penilaian mengenai segi baik dan buruknya perbuatan tersebut. Sehingga kata adat berkonotasi netral, jadi ada adat yang baik dan ada juga adat yang buruk. 5 Sedangkan kata ‘urf digunakan dengan melihat pada kualitas perbuatan yang dilakukan. ‘Urf meliputi sesuatu perbuatan itu diakui, diketahui dan diterima oleh orang banyak (kalayak umum). Dengan demikian kata al-‘urf mengandung konotasi yang baik. Hal ini terlihat dalam penggunaan kata al-

‘urf dengan arti ma’ruf dalam firman Allah SWT. Berdasarkan dari

3 Ibid, hlm. 388.

4‘Nasrun.Haroen,’Ushul Fiqh,’(Jakarta: PT Logos’Wacana’Ilmu, 1997), hlm.’138.

5 Faiz’Zainuddin,’“Konsep Islam Tentang Adat: Telaah adat dan ‘urf sebagai sumber Hukum Islam”. Jurnal Lisan Al-Hal, Vol.7, Nomor 2, 2015, hlm.’390.

(50)

berbagai pengertian diatas, maka al-‘urf adalah ma’ruf yang mengandung arti dikenal, diketahui, dan disepekati dalam konotasi sesuatu yang baik.6

2. Dasar Hukum ‘Urf

Dasar hukum ‘Urf dapat dilihat pada keteranga Al-Qur’an dan Hadist berikut:

a. Al-Qur’an dalam surat Al-A’raf ayat 199:

ْرُمْأَو َوْفَعْلا ِذُخ َنْيِلِهاَجْلا ِنَع ْضِرْعَاَو ِفْرُعْلاِب

Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh”.7

Ayat di atas memerintahkan kaum laki-laki dan perempuan untuk mengerjakan yang ma’ruf. Sedangkan yang disebut sebagi ma’ruf ialah orang yang di nilai sebagai kebaikan oleh kaum muslimin, dikerjakan secara berulang-ulang, dan tidak bertentangan dengan sifat manusia yang benar dan di bimbing oleh nilai-nilai berdasarkan ajaran agama Islam.

6 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2…, hlm. 388.

7 Depag RI,’Al-Qur’an dan’Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008), hlm.’176.

(51)

b. Hadist

َدْنِع َوُهَ ف ؛ًائِ يَس َنْوُمِلْسُمْلا ُهآَر اَمَو ،ٌنَسَح ِهللا َدْنِع َوُهَ ف ؛ًانَسَح َنْوُمِلْسُمْلا ُهآَر اَم ٌئِ يَس ِهللا

Artinya: “Apa saja yang dipandang kaum muslimin merupakan kebaikan maka ia di sisi Allah juga merupakan kebaikan. Dan apa saja yang dipandang kaum muslimin merupakan keburukan maka ia di sisi Allah juga merupakan keburukan ”(HR Ahmad)8

Maksud hadis diatas baik dari segi redaksi maupun tujuannya, menunjukan bahwa sesuatu kebiasaan baik yang dilakukan masyarakat muslim, dan sejalan dengan tuntunan syariat Islam, maka hal itu merupakan sesuatu yang baik disisi Allah SWT, begitu juga sebaliknya.

3. Macam-Macam ‘Urf

Ketika agama Islam masuk dan berkembang di wilayah Arab, berlaku norma-norma yang mengatur kehidupan bermuamalah dan telah berlangsung lama yang disebut adat. Adat tersebut dapat diterima dari generasi sebelumnya dan diyakini, serta dijalankan oleh banyak orang dengan anggapan bahwa suatu perbuatan tersebut adalah baik untuk mereka. Sebagian dari adat yang sudah lama tersebut ada yang selaras, dan ada juga yang bertentangan dengan hukum syara’ yang datang kemudian.

8‘Ahmad’Sanusi’dan’Sohari,‘Ushul Fiqh, (Jakarta:’Raja.Grafindo.Persada, 2017), hlm.’84.

(52)

Berawal dari adat, kemudian adanya hukum syara’ tersebut terjadi perbenturan, penyerupaan, dan pembaharuan antara keduanya. Dalam hal tersebut yang diutamakan ialah proses penyelesaian adat yang dipandang masih diperlukan untuk dilaksanakan. Adapun yang dipakai dalam pedoman menyeleksi adat, ialah melihat kemaslahatan menurut wahyu.9

Berdasarkan hasil dari seleksi tersebut, adat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut:

a. Adat yang awalnya sudah ada sebelum datangnya Islam, karena dianggap baik oleh hukum syara’ maka dinyatakan berlaku untuk kaum muslimin, baik dari bentuk diterimanya dalam Al-Qur’an maupun mendapatkan pengakuan dari nabi.

b. Sesuatu kebiasaan atau adat yang sudah berlaku sebelum datangnya Islam namun karena adat tersebut dianggap merusak dan tidak baik bagi kehidupan manusia, maka didalam agama Islam sebagai sesuatu yang terlarang. Seperti kebiasaan melakukan judi, minuman khamr dan melakukan muamalah dalam bentuk riba. Telah disepakati oleh ulama bahwa adat yang demikian tidak boleh dilakukan kaum muslimin.

c. Sesuatu kebiasaan atau adat yang terdapat ditengah masyarakat dan belum diserap menjadi hukum Islam, juga tidak ada syara’ yang melarangnya. Hal ini dapat dijadikan dalil untuk menetapkan hukum

9 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2…, hlm. 416.

(53)

syara’. Maka berlaku kaidah fiqh yaitu adat itu dapat menjadi sumber hukum.10

d. Sesuatu adat yang telah lama dan mengandung unsur maslahah, namun dalam pelaksaannya tidak dianggap baik oleh agama Islam. Dalam hal ini bentuk adat dapat diterima oleh Islam, namun dalam pelaksaan selanjutnya mengalami perubahan dan penyesuaian.11

4. Pembagian ‘Urf

Pembagian macam-macam ‘urf dapat dilihat dari tiga macam:

a. Dari segi obyeknya, dibagi menjadi dua macam, diantaranya:

1) Urf Ladfi/Qauli adalah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan lafal atau ungkapan sesuatu tertentu sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan terlintas dalam pikiran masyarakat. Seperti kata “lahmun” (daging) menurut bahasa, semua jenis daging termasuk dalam pengertian lahmun, tetapi pengertian yang dipakai dalam kebiasaan masyarakat hanya daging darat saja, sedangkan daging laut tidak termasuk didalamnya.

2) ‘Urf Amali/Fi’li adalah kebiasaan masyarakat yang berlaku pada perbuatan, seperti kebiasaan masyarakat melakukan jual beli dengan

10‘Amir’Syarifuddin,’Garis-Garis’Besar Ushul’Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.’71-73.

11‘Amir’Syarifuddin, Ushul Fiqh 2…, hlm.’417.

(54)

cara mengambil barang dan membayar uang tanpa adanya akad secara jelas.

b. Dari segi ruang lingkup penggunaanya, diantaranya:

1) ‘Urf Al-‘Am adalah kebisaan yang telah umum berlaku di banyak tempat, hampir disetiap wilayah tanpa memandang negara, suku dan agama, seperti halnya menganggukkan kepala pertanda menyetujui dan menggelengkan kepala pertanda menolak.

2) ‘Urf Al-Khas adalah kebiasan yang berlaku didaerah atau masyarakat tertantu dan dalam keadaan tertentu. Contoh kebiasaan masyarakat dalam melakukan halal bihalal setelah puasa ramadhan dan sudah menjadi sebuah kebiasaan di Indonesia, sedangkan bangsa lain tidak melakukan hal tersebut.12

c. Dari segi keabsahanya terbagi menjadi 2:

1) ‘Urf Sahih yaitu suatu kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash Al-Qur’an dan As- sunnah, tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula mendatangkan kemudharatan, seperti dalam masa pertunangan dari mempelai laki-laki yang memberikan hadiah kepada calon mempelai perempuan, namun bukan termasuk mahar (mas kawin).

12 Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh 2…, hlm. 367.

Referensi

Dokumen terkait

Angket, untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik kuesioner (angket) , merupakan suatu pengumpulan data dengan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Adapun teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, dokumentasi.

Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu

Berbagai keunggulan cara aktivasi kimiawi dibandingkan dengan aktivasi fisik diantaranya adalah (1) pada proses aktivasi kimiawi, di dalam penyiapannya sudah terdapat zat

 Prioritas akan naik jika proses makin lama menunggu waktu jatah CPU... Round

The results showed that the Government Investment per labor (proxied by government spending towards capital expenditure) in the period 2000-2013 has a positive

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara konsentrat tidak difermentasi dengan yang difermentasi terhadap kandungan energi bruto, serat kasar, dan