• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU, KETERSEDIAAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PERUSAHAAN MEUBEL X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERILAKU, KETERSEDIAAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PERUSAHAAN MEUBEL X"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU, KETERSEDIAAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DI PERUSAHAAN MEUBEL X

Nasrulzaman1), Abdurrozzaq Hasibuan2)

1)Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

(2)Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara Medan nasrulzaman@unsyiah.ac.id; rozzaq@uisu.ac.id

Abstrak

Peningkatan jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke tahun terus meningkat jumlah dan kualitasnya, penyebab kecelakaan kerja juga terus bertambah sehubungan dengan kemajuan pembangunan.Perlindungan pada tenaga kerja salah satunya dapat dilakukan melalui pemberian dan penggunaan APD di tempat kerja.

Penelitian bersifat deskiptif dengan desain Cross Sectional di Perusahaan Meubel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang ada di Perusahaan Meubel X sebanyak 32 orang. Penggunaan APD dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, ketersediaan APD dan pengawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,9%

responden menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja dan 40,6% tidak menggunakan APD.

Pengetahuan pekerja 53,1% dikategorikan baik namun 46,9% pengguna alat pelindung diri pengetahuan baik tersebut hanya 63,2% yang menggunakan APD. Sikap pekerja 50% dikategorikan positif dan 50% negatif.

Pekerja yang bersikap positif tersebut sejumlah 53,6% nya tidak menggunakan APD. Alat pelindung diri yang tersedia 53,1% dikategorikan sesuai dan 46,1% tidak sesuai.Pekerja yang menyatakan APD sesuai sejumlah 53,8% tidak menggunakan APD. Sejumlah 59,4% pengawasan dikategorikan kurang dan 40.6% baik. Pekerja yang menyatakan pengawasan baik 63,2% diantaranya menggunakan APD sedangkan responden yang menyatakan pengawasan kurang 91,7% tidak menggunakan APD.

Kata-kata Kunci: Kecelakaan Kerja, Pengawasan, Alat Pelindung Diri (APD) I. Pendahuluan

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu yang penting dari perlindungan kerja, agar tenaga kerja yang ada dapat terhindari dari berbagai resiko kerja serta penyakit-penyakit umum lainnya (Fahmi, 1998).

Perlindungan tersebut agar tenaga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan produktifitas nasional. Produktifitas tenaga kerja harus diperhatikan karenaproduktifitas tenaga kerja merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan agartujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai, hal ini dapat dilakukan dengan jalan memaksimalkan potensi tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan sehingga perlu memperhatikan kesehatan tenaga kerja. Apabila kesehatan tenaga kerja menurun berarti produktifitas tenaga kerja menurun juga (Per.

03/MEN/1982).

Menurut data statistik kecelakaan kerja PT.

Jamsostek, kasus kecelakaan kerja pada tahun 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus, pada tahun 2007 ada 83.714 kasus (Pikiran-Rakyat, 2011). Putra and Syahrial (2014) mencatat dalam tulisan mereka terdapat 65.000 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010. Sementara Pritanti dan rekan juga mencatat jumlah kecelakaan kerja yang cenderung meningkat; pada tahun 2009 terdapat 96.324 kasus, tahun 2010 menjadi 98.711

Sementaradari situs Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat pada bulan Juli 2015 terdapat 50.089 kasus kecelakaan dimana itu diklaim turun dari tahun sebelumnya (BPJS Ketenagakerjaan, 2015). Namun darisitus yang sama diperoleh data jumlah kecelakaan kerja selama tahun 2015 adalah sebesar 105.182 kasus dimana tercatat 2.375 kasus kecelakaan berat (BPJS Ketenagakerjaan, 2016a).

Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kecelakaan akibat kerja yang jauh lebih kecil: tahun 2011 sebanyak 57.929 kasus, tahun 2012 sebanyak 60.322 kejadian, 2013 sebanyak 97.144 kecelakaan kerja dan 2014 sebanyak 40.694 kasus kecelakaan (DepKes-RI, 2015). Data-data kecelakaan kerja di atas memperlihatkan bahwa jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sudah mencapai 100.000 kecelakaan kerja per tahun.

Berdasarkan profil tenaga kerja Aceh tahun 2017, diketahui bahwa tenaga kerja yang bekerja di Aceh seluruhnya berjumlah 2.1 juta orang di perusahaan baik industri formal maupun non formal (Depnaker, 2017). Data BPJS Ketenagakerjaan menggambarkan penurunan kecelakaan kerja dari 110.285 kasus di 16.082 perusahaan dari 296.271 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia 530 orang pada tahun 2015, menjadi 101.367 kasus di 17.069 perusahaan dari 359.724 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang sampai dengan bulan

(2)

pemotongan kayu seperti debu yang biasanya menyebar di seluruh ruang kerja. Perusahaan Meubel X di dalam kegiantan produksinya mempunyai beberapa tahap pekerjaan yaitu bagian pemotongan, pengetaman, boring, penghalusan atau pengaplasan, pengecatan dan pemasangan, yang seluruhnya itu umumnya menghasilkan debu kayu baik yang berbentuk kasar maupun halus.

Debu kayu merupakan salah satu kelompok polutan di udara. Bila terhirup dan kontaknya berlangsung terus menerus akan terjadi penimbunan debu dalam paru-paru yang dapat menimbulkan kelainan fungsi paru. Debu ini apabila kontak dengan kulit dapat menimbulkan rasa gatal-gatal, seperti alergi atau penyakit kulit yang lainnya yang lebih dikenal dengan Dermatosis (Suma’mar,1991).

Perusahaan Meubel X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kayu sehingga dipastikan semua pekerja menghadapi resiko bahaya debu yang bias mengganggu kesehatannya, oleh karena itu penelitian ini mencoba melihat perilaku, ketersediaan dan pengawasan penggunaan alat pelindung diri pada semua pekerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan;

1) mengetahui pengetahuan pekerja tentang manfaat penggunaan alat pelindung diri, 2) mengetahui sikap pekerja tentang pengguanan alat pelindung diri, 3) mengetahui ketersediaan alat pelindung diri oleh Perusahaan Meubel X, 4) mengetahui pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri.

II. Metodologi

Penelitian ini bersifat deskiptif denagn desain Cross Sectional di Perusahaan Meubel X Kabupaten Aceh Besar dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 25 April 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang ada di Perusahaan Meubel X sebanyak 32 orang sehingga semua populasi dijadikan sebagai sample.

III. Analisis dan Penyajian Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan distribusi tabel silang untuk menjelaskan masing-masing variable penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel dengan cara pengukuran variabel:

Pengetahuan

- Baik bila didapatkan jawaban ≥ 50% denagn tepat dan bener

- Kurang bila didapatkan jawaban < 50% denagn tepat dan benar

Sikap

- Positif bila didapatkan jawaban ≥ 50% denagn tepat dan bener

- Negatif bila didapatkan jawaban < 50% denagn tepat dan benar

Ketersediaan alat pelindung diri

- Sesuai bila didapatkan jawaban ≥ 50% denagn tepat dan bener

- Tidak sesuai bila didapatkan jawaban < 50%

denagn tepat dan benar Pengawasan

- Baik bila didapatkan jawaban ≥ 50% denagn tepat dan bener

- Kurang bila didapatkan jawaban < 50% denagn tepat dan benar

Penggunaan APD

- Menggunakan: apabila responden menggunakan APD saaat bekerja

- Tidak menggunakan: apabila responden tidak menggunakan APD saat bekerja

IV. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di perusahaan Perusahaan Meubel X Kabupaten Aceh Besar tentang perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pekerja mulai dari tanggal 5-25 April 2017, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distributor kelompok umur pekerja

No Umur Frekuensi %

12 34

< 20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun

≥ 40 tahun

116 105

18.834.4 31.315.6

Total 32 100.0

Sumber: Data primer (diolah 2017)

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa umur responden 34,4% golongan umur 20-30 tahun, 15% umur di atas 40 tahun.

Tabel 2. Distribusi pendidikan pekerja

No Pendidikan Frekuensi %

12 34

Akademi SLTASLTP

SD/Tidak Sekolah

111 155

34.43.1 46.915.6

Total 32 100.0

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Tabel 3. Distribusi penggunaan APD

No Pendidikan Frekuensi %

12 Menggunakan

Tidak menggunakan 19

13 59.4

Total 32 100.040.6

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 59,4% responden menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja dan 40,6% tidak menggunakan.

(3)

Tabel 4. Distribusi pengetahuan pekerja untuk penggunaan APD

No Pertanyaan Jawaban Frek %

1 Menggunakan APD dengan lengkap a. Ya

b. Tidak 19

13 59,4

Total 32 40,6100,0

2 Alasan tidak menggunakan a. Mengganggu dalam bekerja b. APD telah rusak

c. APD tidak tersedia 2

47

15,430,8

Total 13 53,8100,0

3 Mengetahui keguaan alat pelindung a. Tahu

b. Tidak tahu 19

13 59,4

Total 32 40,6100,0

4 Tidal menggunakan APD dengan

lengkap akan menyebabkan a. Penyakit dan kecelakaan b. Terjadi kecelakaan c. Tidak tahu

713 12

21,940,6

Total 32 37,5100,0

5 Pekerjaan dapat menimbulkan penyakit a. Ya

b. Tidak 21

11 65,6

Total 32 34,4100,0

6 Upaya yang dilakukan untuk

menghindari penyakit akibat kerja a. Menggunakan APD b. Memeriksa kesehatan c. APD apa saja yang tersedia

710

4

33,347,6

Total 21 19,1100,0

7 Penyakit yang timbul akibat kerja a. Batuk kronis, sesak nafas, penyakit kulit dan mata b. Sesak nafas

c. Kecelakaan akibat kerja

1215 5

37,546,9

Total 32 15,6100,0

8 Adanya manfaat dalam bekerja

menggunakan APD a. ya, dapat

b. ya, kadang-kadang c. tidak bermanfaat

1513 4

46,940,6

Total 32 12,5100,0

9 APD dapat mencegah penyakit akibat

kerja a. ya, dapat

b. ya, kadang-kadang c. tidak dapat

819 5

25,059,4

Total 32 15,6100,0

10 Untuk menghindari terjadinya penyakit

akibat kerja a. memeriksa kesehatan

b. makan makanan bergizi c. bekerja dengan hati-hati

169 7

50.028,1

Total 32 21,9100,0

11 APD yang digunakan sesuai dengan

pekerjaan a. ya

b. ya, kadang-kadang c. tidak

613 13

18,840,6

Total 32 40,6100,0

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa 59.4% responden menyatakan menggunakan APD dengan lengkap pada saat bekerja dan 40,6% tidak menggunakan, 53.8% menyatakan tindak menggunakan APD karena alat pelindung tidak tersedia, 15.4% karena mengganggu bekerja, mengenai yang menyuruh untuk menggunakan APD 84.2% menyatakan tidak ada dan 15.8% ada, 59.4% menyatakan mengetahui kegunaan APD dan 40.6% tidak mengetahui, 40.6% menyatakan saat bekerja tidak menggunakan APD dengan lengkap

dilakukannya dapat menimbulkan penyakit dan 34.4% tidak dapat menimbulkan.

Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit akibat kerja 47.6% responden menyatakan memeriksa kesehatan, 19.1% menggunakan APD apa saja yang tersedia, tentang penyakit yang dapat timbul akibat kerja 46.9% menyatakan sesak nafas, 15.6% kecelakaan akibat kerja, 46,9% menyatakan kadang-kadang ada manfaat dalam bekerja menggunakan APD, 12,5% tidak bermanfaat, mengenai menggunakan APD secara benar atau

(4)

penyakit akibat kerja 50,0% menyatakan memeriksakan kesehatan secara berkala, 21,9%

bekerja dengan hati-hati dan mengenai APD yang digunakan 40,6% responden masing-masing menyatakan kadang sesuai dan tidak sesuai sedangkan 18,8% menyatakan sesuai tentang kategori pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Distribusi kategori pengetahuan pekerja No Pengetahuan Frekuensi %

12 Baik

Kurang 15

17 46.9

Total 32 100.053.1

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa 53,1% responden dengan pengetahuan dikategorikan kurang dan 46,9% pengetahuan baik.

Tabel 6. Distribusi sikap responden tentang penggunaaan APD

No Pertanyaan Jawaban

SS S TS

Frek % Frek % Frek %

1 2

3

4

5

6

7

8

9 10

Pada saat bekerja menggunakan APD APD yang digunakan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan

Untuk mencegah penyakit akibat kerja perlu menggunakan APD saat bekerja

Bila terjadi kecelakaan akibat kerja harus segera melakukan pemeriksaan

PAK dapat disebabkan karena kelalaian manusia

Salah satu cara mencegah PAK menggunakan APD

Selain menggunakan APD, juga harus berkonsentrasi dalam bekerja

Pemeriksaaan kesehatan harus dilakukan secara berkala

APD yang digunakan harus teruji PAK harus dihindari karena bukan saja terjadi pada saat bekerja

9

10

11

10

5

9

10

7 9

11

28,1

31,3

34,4

31,1

15,6

28,1

31,1

21,8 28,1

34,4 23

14

16

13

17

12

11

14 13

10

71,9

43,7

50,0

40,6

53,1

37,5

34,4

43,8 40,6

31,2 0

8

5

9

10

11

11

11 10

11

0,0

25,0

15,6

28,1

31,3

34,4

34,4

34,4 31,3

Sumber: Data Primer (diolah 2017) 34,4

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 71,9% responden menyatakan setuju pada saat bekerja menggunakan APD dan 28,1% sangat setuju, 43,7% menyatakan setuju APD yang digunakan harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, 25,0% menyatakan setuju untuk mencegah penyakit akibat kerja perlu menggunakan APD saat bekerja sedangkan 15,6% tidak setuju, 40,6% menyatakan setuju bila terjadi kecelakaan dalam bekerja harus segera melakukanpemeriksaan, 28,1% tidak setuju, mengenai penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh kelainan manusia 53,1%

responden menyatakan setuju sedangkan 15,6%

sangat setuju.

Salah satu cara mencegah penyakit akibat kerja menggunakan APD 37,5% responden menyatakan

tidak setuju, 28,1% tidak setuju, 34,4% masing- masing menyatakan setuju dan tidak setuju selain menggunakan APD saat bekerja juga harus nerkonsentrasi penuuh terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan da 31,3% sangat setuju, 43,8%

menyatakan setuju pemeriksaan kesehatan harus dilakukan sacara berkala, 21,8% sangat setuju, mengenai APD yang digunakan harus teruji mutunya 40,6% menyatakan setuju, 28,1% sangat setuju, tentang penyakit akibat harus dihindari karena bukan saja terjadi pada saat bekerja tetapi juga dapat timbul saat tidak bekerja lagi 43,4%

responden masing-masing menyatakan sangat setuju dan tidak setuju sedangkan 31,2% setuju.

Kategori sikap dapat di;ihat pada tabel 7 berikut ini.

(5)

Tabel 7. Distribusi Sikap Responden No Kategori sikap Frekuensi %

12 Positif

Negatif 16

16 50,0

Total 32 100,050,0

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sikap responden masing-masing 50,0% positif dan negative.

Ketersediaan APD

Tabel 8. Distribusi Ketersediaan Alat Pelindung Diri

No Pertanyaan Jawaban Frek %

1 APD yang disediakan sesuai denganh

pekerjaan a. Ya

b. Tidak 16

16 50,0

Total 32 100,050,0

2 APD yang disediakan memenuhi syarat a. ya

b. ya, kadang-kadang c. tidak

1114 7

34,443,7

Total 13 100,021,9

3 APD tersedia dengan lengkap a. ya, lengkap

b. tidak lengkap 15

17 46,9

Total 32 100,053,1

4 Jenis-jenis APD yang sering digunakan a. pakaian kerja, sssarung tangan, topi, sepatu kerja, masker dan kacamata

b. pakaian kerja dan sarung tangan c. tidak tentu

7 1411

21,9 43,734,4

Total 32 100,0

5 APD pernah dibersihkan a. ya, selalu

b. ya, kadang-kadang c. tidak

155 12

15,646,9

Total 32 100,037,5

6 APD dibersihkan dengan cara a. dicuci dan dijemur b. dijemur saja c. tidak tentu

105 17

15,631,3

Total 32 100,053,1

7 APD pernah diperiksa a. ya, pernah

b. tidak pernah 17

15 53,1

Total 32 100,046,9

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Dari 32 responden (100,0%) menyatakan ada disediakan alat pelindung diri oleh perusahaan, berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa 50.0%

masing-masing menyatakan APD yang disediakan sesuai dan tidak sesuai dengan pekerja yang dilakukan, 43,7% menyatakan kadaang-kadang APD yang disediakan memenuhi syarat, 21,7%

tidak memenuhi syarat, mengenai tersedia APD 53,1% menyatakan lengkap dan 46,9% tidak lengkap, jenis APD yang sering digunakan 43,7%

menyatakan pakaian kerja dan sarung tangan, 21,9% pakaian kerja, sarung tangan, penutup kepala, sepatu kerja, masker dan kacamata, 46,9%

menyatakan kadang-kadang APD dibersihkan, 15,6% selalu dibersihkan, 53,1% menyatakan tidak tentu cara membersihkan APD, 15,6% dengan cara dicuci dan dijemur, 53,1% responden meyatakan

Tabel 9. Distribusi Kategori Ketersediaan APD No Kategori sikap Frekuensi %

12 Sesuai

Tidak sesuai 17

15 53.1

Total 32 100.046.9

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa 53,1% ketersediaan APD dikategorikan sesuai dan 46,9% tidak sesuai.

(6)

Pengawasan

Tabel 10. Distribusi pengawasan penggunaan APD

No Pertanyaan Jawaban Frek %

1 Ada petugas khusus yang

melakukan pengawasan a. ada

b. tidak ada 10

22 31,3

Total 32 100,068,7

2 Selalu diawasi saat bekerja a. ya, selalu

b. ya, kadang-kadang c. tidak

208 4

25,062,5

Total 32 100,012,5

3 Yang diawasi saat bekerja a. penggunaan APD b. pekerjaan yang dilakukan c. tidak tentu

13 154

40,6 46,912,5

Total 32 100,0

4 Yang dilakukan oleh manager bila saat bekerja tidak menggunakan APD

a. ditegur b. dimarahi c. dikeluarkan dari

perusahaan

124

6

12,537,5

Total 32 100,050,0

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa 68,7% responden menyatakan tidak ada petugas khusus yang melakukan pengawasan dan 31,3%

menyatakan ada, 62,5% menyatakan kadang- kadang diawasi saat bekerja, 12,5% tidak diawasi, mengenai yang diawasi 46,9% menyatakan pekerjaan yang dilakukan, 12,5% tidak tentu dan yang dilakukan menager bila saat bekerja tidak menggunakan APD 50,0% menyatakan dikeluarkan dari perusahaan sedangkan 12,5% menyatakan diberikan teguran. Kategori pengawasan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi kategori pengawasan No Kategori sikap Frekuensi %

12 Baik

Kurang 13

19 40,6

Total 32 100,059,4

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa 59,6% pengawasan dikategorikan kurang baik dan 40,6% baik.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 70,6% responden yang berpengetahuan baik menggunakan APD dan 29,4% tidak menggunakan sedangkan responden dengan pengetahuan kurang

46,7% tidak menggunakan APD dan 53,3%

menggunakan APD.

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa 56,2% responden yang sikap positif tidak menggunakan APD dan 43,8% menggunakan sedangkan responden yang sikap negatif 62,5%

menggunakan dan 37,5% tidak menggunakan.

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa 58,8% responden yang menyatakan ketersediaan APD sesuai tidak menggunakan APD dan 41,2%

menggunakan sedangkan 60,0% reesponden menyatakan APD tidak sesuai menggunakan APD dan 40,0% tidak menggunakan.

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa 92,3% responden yang menyatakan pengawasan baik menggunakan APD dan 7,7% tidak menggunakan sedangkan pengawasan kurang 36,8% tidak menggunakan APD dan 63,2%

menggunakan.

Tabel 12. Distribusi silang penggunaan APD berdasarkan pengetahuan

No Pengetahuan Penggunaan APD

Total Menggunakan Tidak menggunakan

Frek % Frek %

12 Baik

Kurang 12

7 70.6

46.7 5

8 29.4

53.3 17

Total 19 13 1532

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

(7)

Tabel 13. Distribusi silang penggunaan APD berdasarkan sikap

No Pengetahuan Penggunaan APD

Total Menggunakan Tidak menggunakan

Frek % Frek %

12 Positif

Negative 9

10 56.2

62.5 7

6 43.8

37.5 16

Total 19 13 1632

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Tabel 14. Distribusi silang penggunaan APD berdasarkan ketersediaan APD

No Pengetahuan Penggunaan APD

Total Menggunakan Tidak menggunakan

Frek % Frek %

12 Sesuai

Tidak sesuai 10

9 58.8

60.0 7

6 14.2

40.0 17

Total 19 13 1532

Sumber: Data Primer (diolah 2017)

Tabel 15. Distribusi silang penggunaan APD berdasarkan pengawasan

No Pengetahuan Penggunaan APD

Total Menggunakan Tidak menggunakan

Frek % Frek %

12 Baik

Kurang 12

7 92.3

36.8 1

12 7.7

63.2 13

Total 19 13 1932

Sumber: Data Primer (diolah 2017) Pembahasan

Pengetahuan

Keraf (2001), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk kehidupannya dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan dalam hal ini juga berkaitan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan responden tentang penggunaan APD 53,1% masih kurang. Kurang pengetahuan tentang manfaat dan akibat yang dapat ditimbulkan karena tidak menggunakan APD saat membuat seseorang tidak menggunakan APD saat bekerja karena mengganggap penggunaan APD bukan suatu hal yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya. Hal ini didukung dengan didapatkannya 40,6% penyatakan tidak menggunakan APD dengan lengkap saat bekerja yang disebabkan karena tidak mengetahui kegunaan penggunaan APD selain tidak tersedianya APD dan 59,4% menyatakan kadang-kadang dapat mencegah penyakit akibat kerja dengan menggunakan APD dengan benar dan tepat. Sedangkan 46,9%

pengetahuan responden dikategorikan baik. Dari hasil tabulasi silang didapatkan bahwa dari 17 responden yang berpengetahuan baik 7,06%

menyatakan APD sedangkan dari 15 responden

pengetahuan terhadap penggunaan APD saat bekerja.

Tingkat pengetahuan selain didapat dari pengetahuan formal yang ditempuhi juga dari pengalaman yang pernah dialami, baik pengalaman baik maupun buruk. Dalam hal ini apabila seseorang pekerja pernah menderita suatu penyakit tentu akibat tidak menggunakan APD saat bekerja maka ia akan sesalu menggunakan APD setiap melakukan pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan Handayani, 1995 di pabrik Kertas Bandung didapatkan hasil 74,2% pekerja yang tidak menggunakan APD dengan lengkap saat bekerja disebabkan oleh pengetahuan mereka masih kurang tentang manfaat APD dan dampak yang ditimbulkan karena tidak menggunakan APD saat bekerja.

Pengetahuan mencakup penalaran penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu juga merupakan praktek atau pemahaman teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dilakukan secara sistemetika dan metodis yang dapat membawa manfaat bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya.

Sikap

Sikap adalah suatu reaksi tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap seseorang bisa dipengaruhi oleh prilaku dan individu tersebut, sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu objek, dengan suatu cara

(8)

Sikap mencerminkan perbuatan yang dilakukan seseorang. Dengan sikap yang baik maka menggunakan alat pelindung diri selalu dengan mengingat dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Dari hasil penelitian didapatkan sikap responden 50,0% dikategorikan positif dan 50,0%

negatif, hal ini berkaitan dengan didapatkannya 71,9% responden yang setuju pada saat bekerja menggunakan APD agar dapat terhindari dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilakukan 50,0% dan 40,6% menyatakan APD yang digunakan harus teruji mutunya agar dapat bermanfaat bila digunakan. Sikap yang positif akan mendukung seseorang untuk menggunakan APD, namun sikap bukan suatu faktor yang dapat mempengaruhi dalam bertindak tapi dapat juga dipengaruhi seperti adat istiadat, kebiasaaan dan tingkat pengetahuan. Hasil tabulasi silang didapat dari 16 responden yang sikap positif 56,3%

diantaranya menggunakan APD sedangkan responden yang sikap negatif 62,5% menggunakan APD, berarti akan pengaruhi antara sikap dengan penggunaan APD.

Sikap sangat berhubungan dengan pengetahan dimana bila pengetahuan sudah baik maka sikap seseorang sebahagia besar telah menerima dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan diri, keluarga serta dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar demi meningkatkan derajat kesehatan. Mar’at (1992), sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar dari pada hasil perkembangan atau sesuatu yang diturunkan, sebagai hasil belajar sikap dapat diubah walaupun memerlukan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan pendangan ini dapat disimpulkan bahwas sikap merupakan prodik dan hasil interaksi, yang lebih bersifat humanistik dimana kebebasan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan yang berlaku.

Ketersediaan APD

Prilaku seseorang selain dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan alat atau fasilitas yang berhubungan dengan suatu pekerjaan yang dilakukan. Apabila alat atau fasilitas yang t6ersedia sesuai dengan pekerjaaan yang dilakukan maka akan memanfaaat alat atau fasilitas tersebut apalagi jika dapat memberikan keuntungan bagi dirinya.

(Wardana, 1994).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perusahaan Meubel X dijumpai 53,1% alat pelindung diri yang disediakan sudah sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, hal ini berkaitan dengan didapatkan 46,9% responden menyatakan perusahaaan menyediakan APD dengan lengkap serta dibersihkan dan 53,1% APD diperiksa mutunya. Ketersediaan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan akan memberikan motivasi kepada pekerja untuk menggunakan APD pada saat bekerja, namun juga harus diperhatikan apakh APD yang tersedia

mengganggu atau tidak dalam melakukan pekerjaaan serta nyaman untuk digunakan.

Sedangkan 46,9% alat pelindung diri yang tersedia tidak sesuai sehinggga membuat pekerja merasa risih dan kurang senang untuk menggunakan APD saat bekerja.

Sri Kartika, 1992 dalam penelitiannya pada perusahaan pertambangan di Sulawesi Tengah mengetakan bahwa 69,4% pekerja yang menggunakan APD saat bekerja, APD yang digunakan sesuai dengan jenis dan tempat pekerjaaan sehingga kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dihindari. Alat pelindung diri yang disediakan selain harus sesuai dengan pekerjaan jenis pekerjaan yang dilakukan juga harus diperhatikan tingkat penyamanan dan penggunaannya.

Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu proses untuk mengukur penampilan atau pelaksanaan suatu kegiatan atau suatu peraturan yang telah ditetapkan apakah terlaksana sebagaimana yang telah ditetapkan atau tidak, yang selanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan kepada pelaksana kegiatan atau peraturan yang telah ditatapkan dapat tercapai.

(Muninjaya, 1999)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan variabel pengawasan 59,4% dikategori kurang, hal ini dapat dilihat dengan dijumpainya 68,7% responden yang menyatakan bahwa tidak ada petugas khusus yang melakukan pengawasan terhadap alat pelindung diri, namun hanya diwasai oleh manager itupun kadang-kadang 62,5% serta 46,9% menyatakan pengawasan yang dilakukan yaitu terhadap pekerjaan bukan penggunaan APD sehingga apabila pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja merasa penggunaan APD bukan suatu kewajiban yang harus dipatuhi. Sedangkan 40,6% pengawasan sudah dalam kategori baik hai ini didukung dengan didapatkannya 40,6%

menyatakan pengawasan yang dilakuakan adalha terhadap penggunaan APD saat bekerja. Hasil penelitian itu berkaitan denagn hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarsono 1993, pada 81 orang pekerja pada perusahaan kayu di Kalimantan Selatan, dimana didapatkan hasil 73,8% pekerja tidak menggunakan APD dengan lengkap saat bekerja dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh manager masih sangat kurang serta tidak ada sanksi yang diberikan kepada pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja.

Kurang baiknya pengawasan yang dilakukan oleh manager mengakibatkan tidak dapat diketahuinya kendala-kendala atau penyimpangan yang terjadi sehingga tidak dapat mencari solusi untuk mencari kendala tersebut dan tidak diketahuinya hasil yang telah dicapai serta penyimpangan yang terjadi. Alat yang dapat membantu seseorang manager dapat melakukan pengawasan yang baik adalah rencana kerja operasional dan peraturan-peraturan yang telah

(9)

disusun sebelum kegiatan dimulai dan harus dipatuhi oleh semua kariawan atau pekerja.

Ada 3 langkah penting untuk melakukan pengawasan yang baik, yaitu:

1. Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai 2. Membanding hasil yang telah dicapai dengan

tolak ukur atau standard yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor terjadinya penyebab penyimpangan.

V. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan ini berhasil mendapat beberapa kesimpulan:

1. Didapatkan 59,9% responden menggunakan alat pelindung diri padasaat bekerja dan 40,6%

tidak menggunakan APD.

2. Pengetahuan responden 53,1% dikategorikan baik dan 46,9% penggunaan alat pelindung diri pengetahuan baik 63,2% menggunakan sedangkan pengetahuan kurang 61,5% tidak menggunakan .

3. Sikap responden didapatkan 50% dikategorikan positif dan 50% negatif. Sikap positif 53,6%

tidak menggunakan APD sedangkan sikap negatif 62,6% menggunakan.

4. Alat pelindung diri yang tersedia 53,1%

dikategorikan sesuai dan 46,1% tidak sesuai.

Responden yang menyatakan APD sesuai 53.8% tidak menggunakan APD dan APD tidak sesuai 47,7% menggunakan APD.

5. Pengawasan didapat 59,4% dikategorikan kurang dan 40,6% baik. Responden yang menyatakan 63,2% menggunakan APD sedangkan responden yang menyatakan pengawasan kurang 91,7% tidak menggunakan APD.

Daftar Pustaka

[1]. Abdurrahman, 1991, Lekuk Liku Hiperkes.

Surabaya, Mutiara Pelajar.

[2]. BPS, 2001, Perencanaan Pembangunan Kesehatan, Jakarta.

[3] Departemen Tenaga Kerja, 1995, Pembinaan Modul P2K3, Jakarta.

[4] Depkes RI, 1984, Buletin Kesehatan Lingkungan Masyarakat No. 10 tahun III Triwulan II April-Juni.

[5] Depnaker RI, 1989, Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja, Jawa Timur.

[6] Dadang, 1990, Kamus Bahas Indonesia, Jakarta.

[7] Eyanoer, 2003, Penyakit Akibat Kerja, www.doc.com, Oktober.

[8] Endayan, 2001, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, FKM USU, Medan.

[9] Entjang Endang, 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

[10] Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2003, Pedoman Penulisan Skipsi, Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Aceh.

[11] Frick, 1993, Mencegah Kecelakaan pekerja Dalam Pertambangan, Yayasan Conisius, Jakarta.

[12] Maskun Sudiona, 1993, Prinsip Pencegahan Kecelakaan. Bandung, SPPH.

[13] Matondang. AR, 1997, Himpunan Materi Pelatihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan, Balai Hyperkes dan Kesehatan Kerja, Depnaker, Jakarta.

[14] Notoatdmojo Soekidjo, 1993, Metodelogi Penelitian Kesehatan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta.

[15] __________, 1993, Pendidikan Kesehatan Masyarakat, PT. Rieneka Cipta,

Jakarta

[16] Rolan Ilan, 1983, Kecelakaan Kerja dan Resiko, Mutiara, Bandung.

[17] Ririh Wanarni, 1994, Balai Hyperkes &

Keselamatan Kerja, Jawa Timur.

[18] Rachman Abdul, 1998, Pedoman Bidang Studi Hygiene, Budi Jaya, Surakarta.

[19] Siswanto, 1989, Kesehatan Kerja, Bina Pelajar. Jakarta.

[20] Sudjana, 1995, Metode Statistik, edisi ke 5, Trarsito, Bandung.

[21] Soedjono, 1982, Sikap dan Perbuatan, Jakarta.

[22] Silalahi Benett, 1998, Manajemen keselamatan Dan Kesehatan Kerja, PT.

Pustaka Binama Pressindo, Jakarta.

[23] Suma’mur, 1991, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV Haji Mas Agung, Jakarta.

[24] __________, 1995, Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, Gunung Agung, Jakarta.

[25] __________, 1993, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informasi Di Indonesia, PPKM, Jakarta.

[26] __________, 1989, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT Aji Mas Agung, Jakarta.

[27] __________, 1992, Ergonomi Untuk Produktifitas Kerja, Gunung Agung, Jakarta

[28] __________, 1991, Pedoman untuk Kader DI Bidang Kesehatan Kerja Pada Masyarakat Pengrajin, Seri PSM: 24, Jakarta,

(10)

Buletin Utama Teknik Vol. 13, No. 2, Januari 2018 81

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik bedasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari

 Pada penguat kelas B dengan umpan balik penguat operasional memiliki linieritas yang lebih baik dari penguat pushpull kelas B biasa karena distorsi. cross-over

Dalam value proposition dilakukan pemilihan satu atau dua sumber daya, pada sistem sumber daya, semua sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung penawaran dan

3) Izin yang bersifat mengurungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan

Tergantung dari penggunaan analisa tugas yang diharapkan, struktur yang dibangun dapat berbeda, sebagai contoh, untuk menghasilkan manual perbaikan mobil digunakan taksonomi

Nilai residual yang besar ini kemungkinan disebabkan karena akurasi yang rendah dari picking waktu tiba gelombang P. Tampak pula pada histogram bahwa residual positif sedikit

Berdasarkan pendapat Fry (2003: 694) beberapa faktor Model analisis dalam penelitian ini merupakan turunan dari kajian teoritis yang telah dikemukakan di depan, yang

Penelitian Nahdiah memberikan kontribusi pada penelitian ini yaitu dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam hal penganalisisan alih kode keluar (ekstern)