• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan hal yang penting bagi manajemen perusahaan sebagai dasar data biaya untuk akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, biasanya informasi mengenai hal ini disajikan dalam suatu laporan harga pokok produksi. Informasi yang disajikan haruslah dapat dipercaya agar tindakan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan keadaan perusahaan. Berikut ini akan diuraikan pengertian akuntansi dan biaya.

Pengertian akuntansi menurut Sasongko, dkk (2018:2) menjelaskan bahwa

“Akuntansi adalah bahsa bisnis karena akuntansi menyediakan informasi keuangan dan non keuangan kepada manajer perusahaan, pemilik perusahaan, investor, pemerintah, dan pihak – pihak lain yang terkait dengan perusahaan (stakeholder).”

Warren, dkk (2018:3) “Akuntansi (Accounting) dapat diartikan sebagai system informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas menjelaskan bahwa akuntansi merupakan kegiatan jasa yang memproses informasi dalam bentuk laporan keuangan dari suatu kesatuan ekonomi guna pengambilan keputusan.

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya memiliki tujuan yaitu untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan, mengidentifikasikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis semua unsur biaya baik yang merupakan biaya langsung ataupun biaya tidak langsung yang saling berkaitan pada proses produksi suatu produk agar tersedianya informasi biaya bagi kepentingan manajemen untuk mempermudah para manajemen dalam mengelola keuangan di perusahaan.

(2)

Purwaji, dkk (2018:14) bahwa: “Tujuan Akuntansi Biaya adalah menyediakan informasi biaya yang berkualitas bagi manajemen dalam rangka perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan”.

Mulyadi (2018:7) bahwa: “Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok:

penentuan kos produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas menjelaskan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan dengan menentukan kos produk yang kemudian dapat dijadikan dasar dalam penentuan harga pokok penjualan.

2.2 Pengertian dan Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi 2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan bagian terpenting dalam menilai keberhasilan suatu perusahaan dagang maupun manufaktur.

Harga pokok produksi ini memegang peran penting karena kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi akan mempengaruhi harga jual produk, dan harga jual produk akan mempengaruhi perolehan laba yang diharapkan perusahaan, juga kemampuan bersaing produk tersebut dengan produk sejenis yang dihasilkan perusahaan lain. Agar lebih memahami apa yang dimaksud dengan harga pokok produksi, berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian harga pokok produksi.

Menurut Sofia, dkk (2015:21), Harga pokok produksi adalah “Biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama peiode akuntansi berjalan”.

Sedangkan menurut Cecily, dkk (2011:56), harga pokok produksi adalah

“Total produksi biaya barang-barang yang telah selesai di kerjakan dan ditransfer kedalam persediaan barang jadi selama sebuah periode”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas menjelaskan bahwa harga pokok produksi merupakan total produksi biaya barang yang diselesaikan dalam satu periode meliputi semua biaya pabrik yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja

(3)

langsung dan overhead ditambah persediaan awal dan dikurangi persedian akhir periode.

2.2.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Berdasarkan pengertian harga pokok produksi diatas, selanjutnya akan diuraikan unsur-unsur dari harga pokok produksi menurut para ahli.

Menurut Carter (2015:40-41), unsur-unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimaksudkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung.

2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konnversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

3. Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban faktur, atau beban pabrik terdiri dari atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.

Overhead pabrik biasanya memasukan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

a. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Bahan baku tidak langsung juga termasuk bahan baku yang secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung. Ketika konsumsi bahan baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian biaya bahan baku tersebut sebagai biaya langsung menjadi sia-sia aau tidak ekonomis.

b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke kontruksi atau komposisi dari produk jadi.

Berdasarkan pendapat ahli diatas menjelakan unsur-unsur harga pokok produksi di klasifikasikan berupa biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.3 Klasifikasi Biaya

Pengklasifikasian didalam akuntansi biaya diperlukan untuk memberikan informasi akuntansi yang mudah dimengerti dan dianalisis oleh pihak-

(4)

pihak yang berkepentingan baik pihak intern maupun pihak ekstern, juga diperlukan untuk penyajian data biaya dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen. Penggolongan/pengklasifikasian biaya adalah proses pengklompokan biaya atas keseluruhan unsur-unsur biaya tersebut secara sistematis kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas dengan tujuan menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen dan menjalankan perusahaan khususnya dalam rangka mengambil keputusan.

Menurut Salman (2016:29) untuk memenuhi tujuan, biaya diklasifikasikan berdasarkan berikut :

1. Biaya dalam hubungannya dengan produk, yang dibagi menjadi 2:

a. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung seperti, biaya bahan baku, biaya gaji, bagian produksi.

b. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung pada produk seperti, biaya sewa, biaya depresiasi, biaya administrasi.

2. Biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan, yang dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Biaya Variabel.

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional sesuai dengan volume kegiatan atau produksi dan jumlah biaya per unit yang tidak berubah. Contohnya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel lainnya.

b. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun terjadi perubahan dalam volume kegiatan. Contohnya, biaya sewa,biaya asuransi, biaya overhead tetap lainnya.

c. Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh pleh volume kegiatan produksi perusahaan. Contohnya, biaya utilitas.

3. Biaya dalam hubungannya dengan fungsi produksi, dibagi menjadi tiga:

a. Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terkait langsung dengan proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Contohnya, gaji bagian pemotong kain dalam perusahaan pakaian.

b. Biaya Bahan Baku.

Biaya bahan baku adalah biaya yang besarnya penggunaan bahan baku dimasukkan ke dalam proses produksi. Contohnya, benang dankain.

(5)

c. Biaya Overhead Pabrik.

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Contohnya biaya penolong, biaya penyusutan,biaya tenaga kerja langsung,dan lain- lain.

4. Biaya dalam hubungannya dengan fungsi pokok perusahaan, dibagi menjadi tiga:

a. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku menjadi produk jadi. Contohnya, biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka mengarahkan,menjalankan dan mengendalikan perusahaan dalam meproduksi barang jadi. Contohnya, biaya gaji bagian administrasi dan umum, biaya sewa gedung.

c. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi dalam pemasaran produk/jasa ke konsumen. Contohnya, biaya iklan, biaya pemasaran, dan lain-lain.

Menurut Mulyadi (2018:13-16) klasifikasi biaya dapat digolongkan menjadi lima golongan, yaitu sebagai berikut :

1. Menurut Obyek Pengeluaran

Berdasarkan cara ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya, misal nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”

2. Menurut fungsi pokok dalam Perusahaan

Biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok : a. Biaya Produk

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut obyek pengeluaranya biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Menurut hubunganya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang diniayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubunganya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi 2: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam

(6)

hubunganya dengam departemen dibagi menjadi 2 golongan: biaya langung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Dalam hubunganya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi 2 golongan :

a. Biaya langsung (direct cost)

Adalah biaya yang terjadi yang penyebabnya satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi tidak langsung disebut biaya overhead pabrik. Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

4. Menurut Perilaku Biaya dan Hubunganya dengan Perubahan Volume Kegiatan.

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semivariabel

Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

c. Biaya semifixed

Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume tertentu yang berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

5. Atas dasar Jangka Waktu manfaatnya

Atas dasar Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi 2 : a. Pengeluaran Modal (capital expenditures)

Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender) b. Pengeluaran penapatan (revenue expenditures)

Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas menjelaskan bahwa klasifikasi biaya ditujukan untuk mempermudah manajemen dalam melakukan pengendalian terhadap biaya-biaya produksi. Pengklasifikasian biaya ini juga memberikan informasi biaya yang berguna untuk menentukan baik harga pokok produksi maupun harga pokok penjualan suatu produk.

(7)

2.4 Laporan Harga Pokok Produksi

Laporan harga pokok produksi digunakan untuk melaporkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk selama jangka waktu tertentu.

Laporan harga pokok produksi menjunjukan biaya yang dimasukan selama periode tertentu, yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Berikut ini pada tabel 2.1 adalah contoh Laporan Harga Pokok Produksi menurut Mulyadi (2010:65) :

Tabel 2.1 PT XXX

Laporan Harga Pokok Produksi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A Bahan Baku Langsung :

Persediaan Bahan Baku Awal Rp xxx

Pembelian Bahan Baku Rp xxx

Bahan Baku Tersedia Rp xxx

Persediaan Akhir Bahan Baku Rp xxx

Bahan Baku Yang Digunakan Rp xxx

Biaya Tenaga kerja langsung Rp xxx

Biaya overhead pabrik :

Bahan Baku Tidak Langsung Rp xxx

Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp xxx

Penyusutan Pabrik Rp xxx

Asuransi Pabrik Rp xxx

Total Biaya Overhead Pabrik Rp xxx

Total Biaya Manufaktur Rp xxx

Persedian Barang Dalam Proses Rp xxx

Persediaan Dalam Proses Akhir Rp xxx

Harga Pokok Produksi Rp xxx

Sumber : Mulyadi (2010:65)

2.4.1 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Laporan harga pokok produksi digunakan untuk melaporkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dalam suatu priode.

Menurut Mulyadi (2018:17-19) metode penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

(8)

1. Full Costing, yaitu metode penentuan cost produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam cost produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

Dengan demikian, cost produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Cost Produksi xxx

2. Variable Costing, merupakan metode penentuan cost produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam cost produksi, yang terdiri dari usur biaya produksi berikut ini : Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhead Pabri Variabel xxx

Cost Produksi xxx

Menurut Riwayadi (2010:25-27) metode variable costing mempunyai perbedaan dengan full costing dalam hal sebagai berikut :

a) Metode Full Costing : Menggunakan pendekatan Fungsi

Yaitu pembebanan biaya didasarkan pada fungsi perusahaan sehingga apa yang disebut biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel.

Biaya produksi adalah seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk setelah keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan variabel atau bisa dikelompokan menjadi fungsi lebih terinci, seperti fungsi administrasi, fungsi penjualan dan sebagainya.

b) Metode Variable Costing : Menggunakan pendekatan Tingkah Laku Artinya, perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.

Pendekatan ini digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak dibebankan, agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan. Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi dipisahkan dengan biaya operasi tetap, karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan perubahan operasi perusahaan, sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan.

Perbedaan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode full costing dan variabel costing akan disaikan pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut ini :

(9)

Tabel 2.2

Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Full Costing Pada Perusahaan Manufaktur

Pemakaian Bahan Baku

Persediaan Bahan Baku Awal Rp xxx

Pembelian Bahan Baku Langsung Rp xxx

Persediaan Bahan Baku Untuk Produksi Rp xxx

Persediaan Bahan Baku Akhir (Rp xxx)

Total Pemakaian Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Bahan Penolong Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp xxx

Biaya Penyusutan Pabrik Rp xxx

Biaya Pemeliharaan Dan Perbaikan Pabrik Rp xxx Biaya Listrik, Air, Telepon Pabrik Rp xxx

Baiya Asuransi Pabrik Rp xxx

Biaya Pabrikasi Lain – Lain Rp xxx

Total Biaya Overhead Pabrik Rp xxx

Persediaan Dalam Proses Awal Rp xxx

Total Biaya Produksi Rp xxx

Persediaan Dalam Proses Akhir (Rp xxx)

Harga Pokok Produksi Rp xxx

Sumber : Mulyadi (2010:17)

Tabel 2.3

Perhitungan Laba Rugi Menggunakan Metode Variable Costing Pada Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur

Penjualan Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Biaya variabel :

Variabel harga pokok penjualan Rp xxx Rp xxx Rp xxx Biaya penjualan dan administrasi Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Total biaya variabel Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Margin kontribusi Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Biaya tetap :

Overhead pabrik tetap Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Biaya penjualan dan administrasi tetap Rp xxx Rp xxx (Rp xxx)

Total biaya tetap Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Laba neto operasi (rugi) Rp xxx Rp xxx Rp xxx

Sumber : Carrison (2018:265)

(10)

2.5 Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat dipergunakan dalam perusahan lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun). Setiap aktiva tetap mempunyai taksiran manfaat, yang merupakan perkiraan lamanya aktiva tetap dapat dipergunakan secara ekonomi.

Dengan batasan umuran ini, diperkirakan aktiva tetap mengalami penurunan manfaat dari waktu ke waktu dan pada akhirnya harus diganti dengan yang baru.

Penurunan manfaat aktiva tetap ini dapat terjadi karena penggunaan yang terus menerus dan using.

Menurut Warren dkk (2018), tiga metode yang paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan adalah sebagai berikut :

1. Metode Garis Lurus (Straight line method)

Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap tahunselama masa manfaat aset. Metode garis lurus sejauh ini merupakan metode yang paling banyak digunakan. Rumus yang digunakan :

Biaya – Nilai Sisa Penyusutan tahunan =

Masa Manfaat

2. Metode Unit Produksi (Unit of Production method)

Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh asset. Tergantung dengan assetnya, metode unit produksi dapat dinyatakan dalam jam, atau jumlah kuantitas produksi. Rumus yang digunakan:

 Menentukan penyusutan per unit:

Biaya – Nilai Sisa Penyusutan Per unit =

Total unit produksi

 Menghitung beban penyusutan

Beban Penyusutan = Penyusutan per unit x Total unit produksi yang digunakan 3. Metode Saldo Menurun Ganda (double declining balance method)

Menghasilkan beban periode yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat asset. Metode saldo menurun ganda diaplikasikan dalam tiga tahap:

Tahap 1 :Menentukan persentase garis lurus, menggunakan masa manfaat diharapkan.

Tahap 2 :Menentukan saldo menurun ganda dengan mengalikan tarif garis lurus dari tahap 1 dengan tahap 2.

Tahap 3 :Menghitung beban penyusutan dengan mengalikan tarif saldo menurun ganda dari tahap 2 dengan nilai buku asset.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sehingga, setiap lapisan masyarakat berhak menerima pendidikan yang

Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan maka tempurung kelapa dapat digasifikasi menggunakan updraft gasifier untuk menghasilkan gas mampu bakar. Api hasil pembakaran

Sarana dan prasarana penunjang layanan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu terutama bagi pemerintah daerah

Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat disarankan kepada (1) para guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbasis penilaian kinerja dalam

Menurut Sadono Sukirno (2008), di dalam proses produksi, efisiensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu efisiensi produktif dan efisiensi alokatif. a)

PENERIM AAN PESERTA DIDIK BARU T.P. Maka banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk mencairkan seluruh es tersebut adalah .... Sebuah benda beratnya 2000 N akan dinaikan

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Nikmat, Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan ublik yang berwenang melaksanakan ujian sertifkasi