• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2008 Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2008 Universitas "X" Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai self-regulation akademik mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan self-regulation dalam bidang akademik pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung. Self-regulation adalah thought(pikiran) yang terus berkembang, feeling(perasaan) dan action(tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang dalam upaya melakukan adaptasi untuk pencapaian tujuan pribadi. Dalam self-regulation terdapat 3 fase dalam pelaksanaannya. Fase pertama adalah forethought (perencanaan kegiatan belajar), fase kedua adalah performance atau volitional (fase pelaksanaan) dan fase ketiga adalah self-reflection (fase refleksi diri atau evaluasi).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dari populasi mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2008, dengan jumlah sampel yang berhasil didapatkan sebanyak 196 orang. Alat ukur yang digunakan untuk menjaring informasi tentang kemampuan self regulation dalam bidang akademik adalah kuesioner self regulation dalam bidang akadmeik yang dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan teori Self-Regulation dari Zimmerman. Jumlah item keseluruhan adalah 37 yang mewakili 3 aspek self regulation dalam bidang akademik. Data yang diperoleh dari alat ukur tersebut kemudian diolah dengan menggunakan analisa statistik dalam bentuk persentase lalu ditabulasi silang dengan data penunjang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2008 persentase terbesar menunjukkan bahwa mereka mampu dalam melakukan self regulation dalam bidang akademik di mana mereka mampu dalam ketiga aspek self-regulation yaitu forethought, performance / volitional control, dan self-reflection. Selain itu mereka juga mendapatkan dukungan dari orangtua, dosen dan teman.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

Abstrak --- i

Kata Pengantar --- ii

Daftar Isi --- iv

Daftar Bagan --- vii

Daftar Tabel --- ix

Daftar Lampiran --- x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah --- 1

1.2 Identifikasi Masalah --- 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian --- 8

1.3.1 Maksud Penelitian --- 8

1.3.2 Tujuan Penelitian --- 8

1.4 Kegunaan Penelitian --- 8

1.4.1 Kegunaan Ilmiah --- 8

1.4.2 Kegunaan Praktis --- 9

1.5 Kerangka Pemikiran --- 9

(3)

v Universitas Kristen Maranatha BAB II Tinjauan Teori

2.1. Self regulation--- 20

2.1.1. Pengertian Self Regulation --- 20

2.1.2. Struktur Self Regulation --- 21

2.1.3. Pengaruh Sosial dan Lingkungan Terhadap Self Regulation--- 30

2.1.4. Disfungsi Self Regulation --- 32

2.2 Remaja Akhir --- 33

2.2.1. Pengertian Remaja Akhir --- 33

2.2.2. Perkembangan kognitif --- 34

2.2.3. Perkembangan identitas --- 34

2.2.4 Perkembangan Sosial --- 35

2.2.5 Tugas Perkembangan Remaja Akhir ---36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian --- 37

3.2 Bagan Rancangan Penelitian --- 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional --- 37

3.3.1 Variabel Penelitian --- 37

3.2.2 Definisi Operasional --- 38

3.4 Alat Ukur --- 39

(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur --- 44

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel --- 47

3.5.1 Populasi Sasaran --- 47

3.5.2 Karakteristik Populasi --- 47

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel --- 47

3.6 Teknik Analisis Data --- 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel --- 49

4.2 Hasil penelitian --- 50

4.3 Pembahasan --- 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan --- 57

5.2 Saran --- 58

5.2.1 Saran Praktis --- 58

5.2.2 Saran Teoritis --- 58

Daftar Pustaka --- 59

Daftar rujukan --- 60

(5)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pemikir --- 18

Bagan 2.1 Skema Eviromental self-regulation --- 21

Bagan 2.2 Skema siklus self-regulation --- 22

(6)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kata Pengantar Lampiran 2 Data Penunjang

Lampiran 3 Alat Ukur Self-regulation

Lampiran 4 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Self-regulation Lampiran 5 Data Self-regulation Setiap Responden Per-Aspek Lampiran 6 Data Self-regulation Setiap Responden Per-Indikator Lampiran 7 Hasil Data Penunjang

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah

Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di era globalisasi yang menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Pendidikan penting untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pendidikan juga penting untuk mengembangkan potensi mahasiswa supaya menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dapat berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pendidikan di Indonesia tidak hanya ingin mencetak sumber daya manusia (SDM) pekerja di perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan pemilik modal tapi juga ingin mencetak enterpreneur, pemilik modal, akademis, peneliti, profesional dan wartawan. Lebih lanjut diungkapkan

“semua jenis manusia” yang dibutuhkan di Indonesia ini ingin dicetak melalui pendidikan dan bukan hanya perkerja saja, begitu penuturan Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo. (www.depdiknas.co.id)

(9)

2

Universitas Kristen Maranatha

secara sistematis dan dilaksanakan di sekolah. Pendidikan nonformal adalah jenis pendidikan yang terencana dalam batas-batas tertentu, dilaksanakan di luar sekolah misalnya lembaga kursus, kelompok belajar, lembaga pelatihan. Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang tidak terencana dan tidak tersusun secara sistematis yang dilaksanakan di luar sekolah, terutama dalam keluarga.

Jalur-jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMA, SMK) dan pendidikan tinggi (PT). Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas (www.depdiknas.co.id).

Pendidikan di perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri karena mahasiswa harus mampu mengatur cara belajarnya sendiri. Pendidikan di perguruan tinggi juga menuntut mahasiswa untuk lebih aktif mencari materi pelajaran sendiri dan juga dalam mengembangkan pengetahuan serta kemampuan mereka. Banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijalankan oleh mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Mereka harus menghadapi cara belajar di perguruan tinggi yang berbeda dengan cara belajar di SMA.

(10)

Universitas Kristen Maranatha

yang dapat dipakai sebagai bekal untuk kehidupan di masyarakat. Sedangkan sistem kredit semester (SKS) adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan untuk mengatur beban studi mahasiswa. Sistem kredit semester dalam pendidikan perguruan tinggi di Indonesia memungkinkan mahasiswa mengatur sendiri studi mereka setiap semesternya dan juga mengatur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi, dengan demikian mahasiswa dituntut lebih mandiri baik dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah, menguasai menteri yang diberikan, maupun cara belajar dalam menghadapi ujian-ujian sebagai evaluasi.

Ad Roosijakkers (1994, dalam Maria Ike, S.L.1999) menyatakan bahwa dalam belajar hendaknya mahasiswa mengikuti jadwal tertentu yang telah dibuat. Beliau juga menyarankan agar mahasiswa mengerjakan tugas secepat mungkin, segera setelah tugas itu diberikan agar memudahkan mahasiswa untuk mengingat bagaimana cara mengerjakannya dan dapat menghemat waktu mahasiswa, tetapi pada kenyataannya tidak semua mahasiswa memiliki sikap demikian dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas perkuliahannya. Ada mahasiswa yang kurang bisa mengatur kegiatan perkuliahan dengan kegiatan lainnya, kurang bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar dan mengerjakan tugas perkuliahan secara efektif dan efisien, terlambat masuk kuliah bahkan membolos. Sistem

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha

Mahasiswa yang baru memasuki dunia kuliah sebagian besar berusia antara 18-20 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa memasuki tahap perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja akhir perkembangan kognitif mahasiswa berubah dari pemikiran operasional konkrit menjadi oprasional formal. Pemikiran oprasional formal lebih abstrak, indentitas dan logis daripada pemikiran oprasional konkrit. Karakteristik dari cara berpikir formal operasional adalah pemikiran abtrak, yaitu tidak terbatas pada sesuatu yang nyata dan dapat membanyangkan dalam pikiran sesuatu yang masih berupa hipotetis. Tugas perkembangan pada masa ini adalah mencapai kemandirian, mempersiapkan diri untuk benar-benar lepas dari orang tua, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideoligi pribadi. Salah satu tugas pekembangan pada masa remaja akhir ini adalah mempersiapkan karir ekonomi oleh sebab itu prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi mahasiswa dimana mereka mulai menyadari bahwa saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Mereka mulai melihat kesuksesan atau kegagalan di masa kini untuk meramalkan keberhasilan mereka di masa yang akan datang sebagai orang dewasa (Santrock, 2004)

(12)

Universitas Kristen Maranatha

menunjukkan masih banyak mahasiswa psikologi angkatan 2008 yang kurang berprestasi.

Menurut D.H.Schunk & Zimmerman (1998, dalam Boekaerts, 2000), salah satu faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar yaitu kemampuan untuk mengatur diri dalam kegiatan belajarnya yang oleh Boekaerts disebut sebagai self-regulation akademik. Boekaerts mengungkapkan bahwa keberhasilan akademik dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa meregulasi diri dalam kegiatan belajar. Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 yang kurang mampu melakukan self-regulation maka prestasinya akan lebih buruk dan kurang mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan cara belajar di perguruan tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang mampu melakukan self-regulation. Self-regulation terdiri atas tiga fase yang saling berhubungan. Fase pertama dari self-regulation adalah perencanaan kegiatan belajar (forethought), yaitu mahasiswa diharapkan menetapkan target yang ingin dicapai dalam belajar di perguruan tinggi misalnya menetapkan waktu untuk menyelesaikan perkuliahan, menetapkan target nilai ujian dan IPK, menetapkan strategi belajar untuk meraih target tersebut, di antaranya dengan membuat jadwal belajar dan tekad untuk belajar dengan rajin.

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa diharapkan melakukan evaluasi diri terhadap usaha yang telah ia lakukan untuk mencapai target yang telah ditetapkan,mahasiswa membandingkan usaha yang dilakukan dengan target yang ia capai, kemudian mahasiswa menghubungkan usaha yang telah dilakukan dengan nilaiyang ia capai, apakah ia puas atau tidak atas hasil yang telah ia capai, sertamenentukan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya, apakah meneruskanstrategi yang telah ia jalankan atau menggantinya dengan strategi lain yangmenurutnya lebih efektif.

Berdasarkan hasil survei kepada 20 mahasiswa, diperoleh gambaran 13 (65%) mahasiswa menetapkan target yang ingin dicapai dalam belajar di perguruan tinggi, dengan menetapkan target nilai ujian dan IPK, juga menetapkan strategi belajar untuk meraih target tersebut dengan membuat jadwal belajar. Sedangkan 7 (35%) mahasiswa tidak menetapkan target yang ingin dicapai, dengan tidak menetapkan target nilai ujian dan IPK yang ingin dicapai dan juga tidak menetapkan strategi belajar, dengan tidak membuat jadwal belajar. Mereka mengatakan hanya belajar saat sehari sebelum ujian bahkan kadang-kadang beberapa jam sebelum ujian dan mengerjakan tugas semalam sebelum tugas dikumpulkan.

(14)

Universitas Kristen Maranatha

tidak melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuat. Kemudian 7 (35%) mahasiswa yang tidak menetapkan target nilai dan strategi belajar, maka mereka juga tidak melaksanakan strategi belajar.

Dari 6 (30%) mahasiswa yang menetapkan target nilai, membuat strategi belajar dan melaksanakan perencanaan, mereka mampu melakukan evaluasi diri dengan membandingkan usaha yang dilakukan dengan target yang ia capai. Mereka mengatakan usaha yang dilakukan sudah optimal dan merasa puas dengan nilai yang telah dicapai, serta akan meneruskan strategi yang telah ia jalankan. Sedangkan 7 (35%) mahasiswa yang menetapkan target nilai, membuat strategi belajar tetapi tidak melaksanakan perencanaan, 2 (10%) melakukan evaluasi diri dengan membandingkan usaha yang dilakukan dengan target nilai yang dicapai. Mereka mengatakan usaha yang dilakukan belum maksimal dan merasa tidak puas dengan nilai yang telah dicapai, kemudian akan mengganti strategi belajar yang menurutnya lebih efektif, dan 5 (25%) mahasiswa tidak melakukan evaluasi diri mereka tidak membandingkan usaha yang dilakukan dengan target yang dicapai. Kemudian 7(35%) mahasiswa yang tidak menetapkan target nilai dan membuat strategi belajar, maka mereka tidak melaksanakan strategi belajar dan juga tidak melakukan evaluasi diri.

(15)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.2. Identifikasi masalah

Sejauhmana kemampuan self-regulation akademik mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung.

1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self-regulation akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang self-regulation akademik dihubungkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulation akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung.

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan ilmiah

 Memberikan informasi tambahan pada bidang psikologi pendidikan  Memberi informasi bagi peneliti selanjutnya, khususnya yang tertarik

meneliti self-regulation akademik. 1.4.2. Kegunaan praktis

(16)

Universitas Kristen Maranatha

dalam rangka pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan self-regulation akademik diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal dibidang akademiknya.

 Memberikan informasi kepada dosen wali untuk mengetahui sejauh mana kemampuan self-regulation akademik mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di universitas “X” Bandung.

1.5 Kerangka pikir

(17)

10

Universitas Kristen Maranatha

dewasa. Pada masa ini, prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai menyadari bahwa saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Remaja juga mulai melihat kesuksesan atau kegagalan di masa kini untuk meramalkan keberhasilan mereka di masa yang akan datang sebagai orang dewasa (Santrock, 2004). Oleh karena itu, prestasi yang diraih pada masa kuliah menjadi hal yang sangat penting bagi seorang mahasiswa.

Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 yang menjalani dunia kuliah, diharapkan mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan cara belajar diperguruan tinggi yang berbeda dengan cara belajar SMA. Untuk dapat menyesuaikan diri dan menghadapi tantangan mahasiswa membutuhkan kemampuan self-regulation. Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 berada pada tahap perkembangan remaja akhir memiliki kemampuan berpikir formal operasional dan berpikir hipotetis-deduktif, dengan kemampuan tersebut diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan self-regulation.

Self-regulation terdiri atas usaha-usaha mahasiswa untuk mengontrol perilakunya dalam jangka panjang agar bisa menyesuaikan diri dan menghadapi tantangan belajar diperguruan tinggi. Self-regulation adalah thought (pikiran) yang terus berkembang, feeling (perasaan) dan action (tindakan) seseorang yang terencana dan secara berulang-ulang dalam upaya melakukan adaptasi untuk pencapaian tujuan pribadi (Zimmerman dalam Boekaerts, 2000).

(18)

Universitas Kristen Maranatha

belajar), fase kedua adalah performance atau volitional control (fase pelaksanaan) dan fase ketiga adalah self-reflection (fase refleksi diri atau evaluasi). Fase forethought (perencanaan kegiatan belajar), yaitu mahasiswa merencanakan stategi-strategi untuk mencapai tujuan atau goalnya. Mahasiswa dikatakan mampu meregulasi diri bila dalam fase forethought ia mampu untuk menentukan secara jelas dan terorganisasi tujuan belajar yang ingin ia capai dengan lulus tepat waktu dan menetapkan target nilai yang ingin dicapai (goal setting). Kemudian ia juga dapat menentukan strategi belajar yang tepat yang akan ia gunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan membuat jadwal belajarnya (strategic planning). Mahasiswa yang mampu meregulasi diri juga memiliki keyakinan dalam dirinya bahwa ia mampu menyesuaikan diri dengan cara belajar diperguruan tinggi, mampu mencapai target nilai yang di inginkan dan mampu melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuat (self-efficacy) dan ia juga harus merasa yakin bahwa ia dapat meraih hasil yang ia inginkan, dapat memperoleh nilai yang bagus sehingga dapat lulus kuliah tepat waktu. (outcome expectation)

(19)

12

Universitas Kristen Maranatha

mengejar nilai yang tinggi serta sekedar lulus, tetapi juga menganggap penting proses belajar yang mereka alami selama kuliah (goal orientation).

(20)

Universitas Kristen Maranatha

belajar dengan tenang (self-recording). Mahasiswa juga dapat bereksperimen untuk memudahkan proses belajar dalam mencapai tujuannya, misalnya mencoba belajar bersama temannya, membuat kelompok belajar (self-experimentation).

Fase ketiga adalah self-reflection (fase refleksi diri atau evaluasi). Pada fase ini, mahasiswa menilai apakah yang dilakukan oleh dirinya sudah mencapai tujuan atau belum. Mahasiswa yang mampu meregulasi diri, ia mampu membandingkan nilai yang diraih setelah menggunakan strategi yang ditetapkan, apakah sesuai atau tidak (self-evaluation). Kemudian ia juga mampu menghubungkan usaha belajar yang sudah dilakukannya dengan hasil yang ia peroleh, jika ternyata ia tidak mampu meraih nilai yang diinginkan, ia dapat menilai apakah hal itu disebabkan karena kemampuannya yang terbatas atau strategi belajar yang dijalankannya kurang tepat (causal attribution). Setelah itu mahasiswa juga diharapkan mampu untuk memiliki persepsi apakah hasil tersebut memuaskan atau tidak bagi dirinya (self-satisfaction). Jika mahasiswa merasa tidak puas dengan nilai yang diperoleh, ia akan mengarahkan dirinya pada bentuk performance self-regulation yang baru, seperti dengan menyusun target yang lebih teratur atau strategi belajar yang lebih efektif di masa yang akan datang (adaptive / defensive inferences).

(21)

14

Universitas Kristen Maranatha

(strategic planning). Kemudian mahasiswa tersebut juga merasa ragu-ragu bahwa ia mampu meraih tujuan tersebut (self-efficacy) dan mahasiswa menganggap nilai IPK tinggi tidak terlalu penting, asalkan ia dapat lulus (outcome expectation), sehigga ketika ia gagal meraih tujuan yang diinginkan, ia akan cenderung cuek/menghindar. Selain itu, mahasiswa yang kurang mampu meregulasi diri juga memandang pengetahuan yang ia peroleh melalui perkuliahan memiliki nilai yang kurang berarti, ia hanya akan mengejar sekedar lulus dari suatu mata kuliah tanpa mengindahkan nilai pengetahuan yang ia peroleh melalui mata kuliah tersebut (intrinsic interest / value). Mahasiswa yang kurang mampu meregulasi diri juga menganggap tidak penting proses belajar yang mereka alami selama kuliah, mereka hanya mengejar nilai untuk sekedar lulus (goal orientation).

(22)

Universitas Kristen Maranatha

juga kurang mampu untuk mengingat kembali apa yang menghambat dan menunjang proses belajar mereka dalam meraih target yang diinginkan sehingga pada saat melaksanakan strategi belajar, mereka tidak dapat menghindari apa yang menghambat proses belajar mereka, seorang mahasiswa yang mudah terganggu saat belajar jika ada orang lain disekitarnya. Namun karena ia tidak mengenal pola fungsi yang ada dalam dirinya, maka ia tetap berada diruangan atau bahkan ia ngobrol dengan orang yang berada disekitarnya. (self-recording). Saat mahasiswa mengalami kesulitan dalam belajar, maka ia tidak membuat berbagai hipotesis, apakah hal ini disebabkan karena ia sedang lelah, karena tidak mengerti pelajaran dan tidak mencoba cara-cara belajar yang baru untuk memudahkan proses belajar (self-experimentation).

Pada fase yang terakhir, yaitu fase self-reflection, seorang mahasiswa yang kurang mampu meregulasi diri, karena ia tidak memiliki tujuan yang jelas (goal setting), maka ia tidak dapat membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan yang seharusnya ia capai (self-evaluation). Kemudian ia kurang mampu untuk menghubungkan usaha belajar yang sudah ia lakukan dengan nilai yang diperolehnya (causal attribution). Karena merasa pengetahuan kurang memiliki nilai penting, maka mahasiswa akan menerima dan merasa puas berapapun nilai yang ia peroleh (self-satisfaction).

(23)

16

Universitas Kristen Maranatha

belajar, suasana dan ruangan belajar yang menunjang. Lingkungan fisik seperti papan jadwal kegiatan belajar dapat mempengaruhi pada fase performance mahasiswa dalam mengingat dan memotivasi mahasiswa untuk belajar. Sedangkan mahasiswa yang tidak membuat papan jadwal kegiatan belajar, suasana dan ruangan belajar yang tidak menunjang, akan menyebabkan mahasiswa menjadi lupa, malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Lingkungan sosial yaitu individu-individu yang memberikan penghargaan terhadap pencapaian prestasi pada mahasiswa seperti orang tua, dosen dan teman. Mahasiswa yang mendapat dorongan dan penghargaan akan lebih berhasil dalam bidang akademik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan dorongan dan penghargaan dari lingkungan sosialnya.

(24)

Universitas Kristen Maranatha

membimbing mahasiswa baru selama kuliah. Cara dosen mengajar dapat meningkatkan self-regulation mahasiswa dapat berupa memberikan feedback terhadap tugas mahasiswa, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya/berdiskusi. Dengan dukungan yang diberikan dosen dapat membantu mahasiswa pada fase performance, dosen yang memberikan feedback dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya akan memudahkan mahasiswa dalam proses belajarnya. Sedangkan dosen yang tidak memberikan feedback dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya akan membuat mahasiswa kesulitan dalam proses belajarnya.

(25)
(26)

Universitas Kristen Maranatha I.6 Asumsi

- Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung memiliki self-regulation akademik yang meliputi Fase forethought, performance or volitional control, dan self-reflection.

- Kemampuan self-regulation akademik dipengaruhi oleh faktor sosial Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 di Universitas “X” Bandung yaitu orangtua, dosen dan teman.

- Kemampuan self-regulation akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi

(27)

57 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai self-regulation pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Sebagian besar Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 (63,5%) mampu melaksanakan self-regulation akademik dan sisanya (36,5%) kurang mampu melaksanakan self-regulation akademik.

2. Mahasiswa yang mampu melaksanakan self-regulation juga sebagian besar mampu untuk melaksanakan Fase forethought, Fase performance, dan reflection. Sedangkan mahasiswa yang kurang mampu melaksanakan self-regulation juga kurang mampu untuk melaksanakan Fase forethought, Fase performance, dan self-reflection

(28)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1. Saran Praktis

1. Bagi Mahasiswa Fakultas Psikologi dan dosen wali, disarankan untuk menggunakan hasil penelitian ini untuk pengenalan dan pengembangan diri mahasiswa, seperti dengan mengadakan training untuk mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2008 yang memiliki self-regulation rendah supaya mereka dapat meningkatkan self-regulation pada mahasiswa agar mereka dapat lebih efektif dalam melakukan proses belajar.

2. Bagi Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008, disarankan untuk menggunakan hasil penelitian ini sebagai media untuk pengenalan dan pengembangan diri agar mereka dapat lebih optimal dalam mengembangkan kemampuan self-regulation akademik sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.

5.2.2 Saran Teoritis

(29)

59 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Boekaerts, Monique ; Pintrich, paul ; Zeidner, Mosche (2000) Handbook of self-regulation. California, USA : Academic Press

Santrock, John W. 2004. Life span Development – 5 th ed : Perkembangan masa hidup, edisi 5 jilid II. Jakarta : Erlangga.

Suryabrata, Sumandi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

(30)

59 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Menteri pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo September 2007. Tujuan Pendidikan. (http://www.Depdiknas.co.id)

Jenis-jenis pendidikan (http://www.Depdiknas.co.id) Visi Misi (http://Maranatha.edu)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap konservatisma akuntansi pada perusahaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, HAP yang tersubstitusi karbonat dapat disintesis dengan menggunakan batu kapur sebagai sumber kalsium dan penambahan

DINCAN?ROCRA IAMTTRAAX POL{ NrI fuKYAT ETR).. I'AIUPATf,N PTIAL{WAN PROPINSI

Keterkaitan antara kebudayaan dan pembangunan pariwisata sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat jawa pada kususnya, keinginan bersentuhan dengan alam

Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau

8) pemantauan dan evaiuasi pelaksanaan US serta pengiriman laporan pelaksanaan US ke Pemerintah Provinsi. Penyediaan anggaran untuk kegiatan pada butir 1) sampai dengan butir 8)

[r]

Results of experiment indicated that feed comsumption, average body weight gain, feed conversion and carcass percentage were not affected (P>0.05) by levels of Bacillus