• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yakuza Dalam Film Tokyo Mafia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Yakuza Dalam Film Tokyo Mafia."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Pembatasan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Metode Penelitian 6

1.5 Organisasi Penulisan 8

BAB II ORGANISASI YAKUZA 9

2.1 Struktur Organisasi Yakuza 9

2.2 Kesetiaan Yakuza 15

2.3 Hubungan Berdasarkan Hierarki Dalam Organisasi 18

2.4 Kegiatan Bisnis Yakuza 20

BAB III YAKUZA DALAM FILM TOKYO MAFIA 24

3.1 Hierarki Dalam Cara Memanggil 24

3.1.1 Kashira 25

3.1.2 Aniki 26

3.1.3 Oya 27

3.2 Kedudukan Menurut Hierarki 29

3.3 Hierarki Dalam Cara Bersikap 33

(2)

3.4 Kesetiaan Yakuza 37

3.4.1 Kesetiaan Terhadap Atasan 37

3.4.2 Kesetiaan Terhadap Kelompok 40

3.5 Kegiatan Bisnis Yakuza 41

3.5.1 Perdagangan Obat Bius dan Perdagangan Senjata 41

3.5.2 Prostitusi dan Hiburan Malam 45

3.5.3 Rekanan Yakuza 47

BAB IV KESIMPULAN 50

SINOPSIS vi

DAFTAR PUSTAKA xii

RIWAYAT HIDUP PENULIS xiii

(3)

東京マ

いう映画

世界

ター

教大学

文学部日本語学科

(4)

序論

ザ 本来 枚 タ いう 枚 ン ーム

一 用語 あ ザ いう用語 本来 枚 い

う ン ーム 負 人 対 言う言葉 言葉 意味

発 ン ーム 負 人 対 言う言葉

ン 人 犯罪 人あ い 社会 迷惑 人 対

言う言葉 あ

ザ いう組織 い 親 子 いう関係 あ

こ 親 子 いう関係現 あ 親子関係 虚構

関係 あ ザ 昔 ン 売春 強制 麻薬 兵器

販売 金 稼 犯罪組織 あ ザ 組織 い 全員 家

族 忠実 い 親 献身 い

一人 子 必 親 自 犠牲 こ 覚悟

い 自 犠牲 こ 習慣 身 わ いう 親

わ こ 実現 あ

ザ 組織 非常 身 重視 全員 自 身 適

態度 取 い こ ザ社会 階層構造

実現 あ 位 相 親 子 間 相 存在

認 兄弟関係 連行序列 いう制度 基 定

(5)

本論

ザ 組織 い 自 他 成員 ぶ 使用

用語 あ こ こ 東京マ いう映画 見 当映

画 自 地位 高い人 ぶ場合 後輩 ザ 先輩 ザ

あ い 会長 い 定 用語 ぶ

ザ 組織構造 親 子 部 関係

仲心 構造 あ 組織 特徴 析 多数 組織

封 建 制 度 う 血 族 あ 会 長 親 親 部

子 手 あ 子 い 先輩 ザ 兄貴 いう

称 後輩 ザ 舎弟 いう称

東京マ い ザ家族 第 位 あ 人 次

対話 見 う いう称

: こ い . . う

東京マ

東京マ あ ザ 組織 い ザ 先輩

ザ ぶ 兄貴 いう称 会長 ぶ 親 い

う称 ぶ

(6)

東京マ 組織 成員 役 身 現実 ザ組織

同 あ 身 び方 現在日本 あ ザ 組織 い 現

実 示 例え 会長 補佐 組織会長 助手 会長 親

組織 会長 ザ家族 第 位 人 最後

補佐 ザ 第 位 人 助手 あ 東京マ

総長 いう用語 あ 用語 あ ザ組織 会長 使

わ こ 総長 いう用語 多数 家 支配 組織 最高 会長

意味 持

東京マ 映画 見 役者 態度取 方 実際

ザ 組織 い 態度 取 方 同 あ こ 組織 い 構成員

身 合 態度 取 い こ 示 い 組織 い 部

間 い 役割 担 封建時 父系制度 う

い ザ 組織 い 位 子 位 親 対 逆

い い いう基本原則 持 手い 会長 あ 場合

え 善 あ 悪 あ い い任

務 義務 あ 子 ザ迷わ 果

い あ こ う こ ザ 掟 基本 あ

東京マ い ザ 成員 忠誠心 あ

忠誠心 集団 忠誠心 あ 成員 忠誠心 親

(7)

全 集団 自 犠牲 ほ 忠誠心 あ 自

犠牲 こ 親 わ いう わ 実現 こ あ

ザ 世界 い こ 習慣 い

身 わ いう制度 ザ組織 い 重要 あ 組織

生死 関わ 件 起こ 組織 権力者 危険 及ぶ場合 子 当権

力者 身 わ 自 犯罪 犯 人問 あ 警察所 出頭

東京マ い ザ 成員 示 忠誠心 い 場

面 い あ 例え

: え東京マ う? こ え !

: 殺 !

東京マ

場面 あ ザ 成員 親 組織 会長

自 犠牲 こ 示 い 記 対話 示 う

組織 義務 自 犠牲 こ あ

マ : え ! え ! え !

: 英語 暗 い う意義

東京マ

(8)

記 場面 集団 自 犠牲 こ 覚悟 一

員 ザ 態度 示 い こ 場面 い 他 集団 奪わ

う自 集団 資料 自 捨 こ 示 い

東京マ あ ザ ビ ネ 不法 ビ ネ あ

組織 収入 源 あ 例え 記 場面 東京マ 出 い

ザ組織 不法 軍需品 取引 場面 あ

:腕 いい ー知 い い ボ

: こ こ !

:五千万円

東京マ

不法 軍需品 取引 他 東京マ 出

い ザ組織 収入 源 営業 あ 例え 売春

麻薬販売 あ 全 行為 日本 あ ザ組織 実際

結論

東京マ 出 ザ組織 実際 日本 あ ザ

組織 同 こ 見 い 巨大 犯罪組織 あ ザ組織 体系的

組織構造 持 映画 い ザ組織 一員 親 一家 対

忠誠心 持 こ 見 組織 い 組織 営 い

(9)

い こ 映画 い ザ組織 不法 ビ ネ

組織 収入 源 い こ わ

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika mendengar tentang negara Jepang seringkali yang terlintas ataupun

tertanam adalah Jepang sebagai negara yang memiliki teknologi tinggi, pendidikan

bermutu, tingkat perekonomian yang tinggi, dan masyarakat modern yang masih

menjunjung tinggi tradisinya. Dibalik semua itu ada satu hal yang selama ini kurang

mendapat tempat untuk dicermati yaitu mengenai sebuah kelompok masyarakat yang

merupakan masyarakat kelas bawah di Jepang. Para peneliti ilmu sosial dalam

menggambarkan Jepang pada dunia, sangat sedikit perhatiannya terhadap masyarakat

kelas bawah yang terdapat di Jepang, yang anggotanya dianggap memiliki perilaku

menyimpang, walaupun tidak semua1. Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa

kenyataannya memang tidak sedikit dari anggota masyarakat kelas bawah tersebut

yang berperilaku menyimpang merupakan anggota organisasi kriminal. Salah satu

film yang menggambarkan tentang kelompok kriminal di Jepang, yang dinamakan

yakuza, adalah Tokyo Mafia yang disutradarai oleh Kazuhiko Murakami tahun 1995.

Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melihat sisi lain dari

kelompok yakuza yang merupakan organisasi kriminal di Jepang, dengan meneliti

lebih dalam gambaran yakuza yang terdapat pada film Tokyo Mafia. Film ini sendiri

bercerita tentang seorang anggota yakuza yang bernama Ginya Yabuki yang

1

Margaret Lock. PhD, Japanese Responses to Social Change-Making the Strange Familiar, 1983. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerenden.Fcgi

(11)

diperankan oleh Riki Takeuchi yang keluar dari kelompoknya karena ketidak

cocokannya dengan orang nomor dua dalam kelompok yakuza tempat ia dulunya

mengabdikan diri. Ketidak cocokan mereka berdua disebabkan oleh orang nomor dua

dalam kelompoknya menuduh Yabuki menggelapkan uang pemimpin kelompok.

Setelah Yabuki keluar dari kelompok ia mendirikan kelompok baru yang bernama

Tokyo Mafia. Tujuan awal Yabuki mendirikan kelompoknya adalah untuk balas

dendam kepada orang yang dulu telah menuduh dia menggelapkan uang pemimpin

kelompok lamanya, tetapi seiring berjalannya waktu Yabuki melupakan semua tujuan

awalnya. Karena ia merasa semua itu tidak ada gunanya dan juga perkembangan

kelompok barunya semakin maju pesat.

Ginya Yabuki memiliki seorang sahabat dekat yaitu Sho Saimon yang

diperankan oleh Masayuki Imai yang dulunya sama-sama sebagai anggota yakuza.

Sho Saimon sangat setia kepada kelompoknya dan mengutamakan baktinya kepada

親分oyabun tempat ia tinggal. Kedudukan Sho Saimon sendiri dalam kelompoknya

tergolong tinggi sebagai orang kepercayaan kepala yakuza tempat ia bekerja.

Walaupun Yabuki dan Sho Saimon yang awalnya satu kelompok dan kemudian beda

kelompok mereka berdua tetap menjalin hubungan persahabatannya. Setelah

beberapa lama kemudian, muncul masalah besar antara kelompok mereka yaitu

terbunuhnya pemimpin tertinggi dikelompok Sho Saimon. Dan yang menjadi pemicu

permasalahan tersebut adalah Yabuki dituduh sebagai aktor dibalik semuanya itu.

Akibat masalah tersebut persahabatan keduanya pun mulai merenggang dan terjadi

(12)

permusuhan. Tidak beberapa lama kemudian perang antar kelompok terjadi dan yang

keluar jadi pemenangnya adalah kelompok Sho Saimon. Penulis memilih film Tokyo

Mafia sebagai bahan penelitian karena rating film Tokyo Mafia tergolong tinggi,

yaitu memperoleh rating 6,5 dalam skala 102.

Selain itu cerita dalam film juga sangat menarik yaitu terfokus pada isi

kedalaman dari organisasi yakuza, konsekuensi-konsekuensi yang harus dihadapi

apabila ingin menjadi seorang yakuza serta kegiatan yakuza, walaupun kebenaran dari

semua cerita yang ada dalam film masih perlu dipertanyakan. Berbicara mengenai

yakuza pertama-tama kita harus mengetahui dahulu asal-usul yakuza dan yang

melatar belakangi munculnya yakuza.

Asal-usul yakuza menjadi suatu bahan banyak perdebatan. Yakuza dapat

dikatakan muncul pertama kali pada zaman Tokugawa. Pada awalnya mereka adalah

para samurai, tetapi dalam suatu masa perdamaian yang panjang di Jepang, samurai

ini tidak lagi dibutuhkan, dan mereka menjadi 浪人 ronin. Para samurai tak bertuan

itu atau biasa disebut ronin, mulai mencari pekerjaan baru, namun tidak semua ronin

tersebut sukses dengan pekerjaan barunya bahkan banyak yang menjadi

pengangguran. Para ronin yang tidak berhasil dengan pekerjaan barunya atau tidak

dapat memperoleh pekerjaan kemudian menggunakan segala cara untuk memperoleh

uang, seperti merampok, berjudi, dan sebagainya. Ronin-ronin tersebut biasanya

membentuk kelompok-kelompok dalam melakukan kegiatannya. Pada saat itu ada

2

Ser ratings for Tokyo Mafia, 1995. www.imdb.com/ratings

(13)

suatu kelompok ronin yang cukup terkenal dikalangan masyarakat Edo yang

menamakan dirinya か ぶ き 者 kabuki-mono (orang-orang gila), yaitu kumpulan

orang-orang eksentrik yang berperilaku sesuka hatinya. Di saat berkumpul, biasanya

mereka berjudi dengan menggunakan kartu. Dari permainan judi yang mereka

lakukan itulah muncul istilah yakuza.

Yakuza pada awalnya adalah sebuah istilah dalam permainan kartu yang

disebut sammai karuta atau tiga kartu. Pada permainan tersebut setiap pemain

dibagikan tiga buah kartu. Apabila seorang pemain memperoleh tiga buah kartu

dengan kombinasi 8-9-3 (ya-ku-sa(za)) maka total nilai yang diperoleh adalah 20, dan

karena angka terakhir dari total nilai yang diperoleh adalah 0 (nol) maka ia

dinyatakan kalah3. Dari istilah tersebut, kata yakuza memiliki arti tidak berguna yang

menunjukkan pada seorang pemain yang kalah karena memiliki kartu 8-9-3 atau

yakuza. Istilah yakuza pada awalnya hanya ditujukan bagi seorang pemain yang kalah

dalam permainan kartu, namun maknanya kemudian berkembang dan tidak lagi

ditujukan bagi seorang pemain saja tetapi mengacu pada semua orang yang

melakukan judi dan melakukan hal-hal yang menyimpang dan menggangu

masyarakat4.

Yakuza dianggap mewakili kejahatan terorganisasi di dunia karena yakuza

dapat dikatakan sebagai suatu organisasi kriminal yang memiliki struktur organisasi

yang tersusun kuat dan rapi untuk mengatur seluruh aktivitas anggotanya. Oleh

3

New York Daily News article by Ying Chan and Jerry Capeci, Japanese Yakuza, Past and Present: by Adam Johnston, 1995, http://www.alternative.com/crime/yakuza.html

4

The Japanese Mafia, Yakuza. http://web.telia.com/yakuza.htm

(14)

karena itu sebagian besar masyarakat Jepang memandang yakuza sebagai sekelompok

orang dengan perilaku menyimpang dan menakutkan sehingga mereka tidak ingin

terlibat dengan yakuza. Tetapi di lain pihak, keberadaan yakuza tidak dapat diabaikan

karena keberadaan yakuza telah membantu mengurangi pengangguran dan menambah

pemasukan kas negara yang berasal dari pajak minuman dan bisnis-bisnis legal yang

dimiliki yakuza5.

Ada beberapa aspek pada yakuza yang dianggap menarik, misalnya

hubungan atasan bawahan yang kuat, loyalitas tinggi yang diterapkan baik terhadap

pemimpin maupun terhadap sesama anggota lainnya. Hal tersebut tampak dalam film

Tokyo Mafia, sehingga penulis tertarik untuk menganalisis film tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membahas organisasi yakuza yang meliputi hubungan atasan

bawahan pada yakuza, kesetian yang dimiliki anggota yakuza, hubungan berdasarkan

hierarki dalam organisasi yakuza, kegiatan bisnis yakuza, melalui penggambaran

secara faktual yakuza dalam film Tokyo Mafia.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah organisasi yakuza yang

terdapat ataupun yang tergambar dalam film Tokyo Mafia sesuai dengan teks

mengenai yakuza di Jepang.

5

Walter L. Ames, Police and Cummunity in Japan, Barkeley: University of Carolina Press,1981, hal. 105.

(15)

1.4 Metodologi Penelitian

Untuk dapat melakukan penelitian ini, penulis akan menggunakan

metodologi deskriptif analitik. Metodologi deskriptif analitik dilakukan dengan cara

mendeskriptifkan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analitik. Secara

etimologis deskriptif dan analitik berarti menguraikan. Meskipun demikian, analitik

yang berasal dari bahasa Yunani analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai) telah

diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan

pemahaman dan penjelasan secukupnya6.

Deskriftif analitik terdiri dari dua istilah yaitu deskriptif dan analitik.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, deskriptif adalah pemaparan atau

penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci serta menguraikannya untuk

mencapai tujuan penelitian7. Menurut kamus besar bahasa Indonesia analitik adalah:

a). Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). b).

Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penalahaan bagian itu sendiri

serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan. c). Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya. d). Proses

pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenaran8.

Deskriptif analitik terdiri dari dua istilah, yaitu analitik yang berarti

menganalisa suatu hal dengan tujuan mengetahui penyebabnya, sedangkan deskriptif

6

Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, 2004. hal. 53. 7

KBBI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka, 1989). hal. 201 8

Ibid, hal. 32

(16)

itu sendiri merupakan paparan dari satu per satu parameter kuantitatif dan kualitatif.

Menurut Withney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat (F.L Withney, 1960 : 160).

Secara harafiah, metode diskriptif analitik ini adalah metode penelitian

untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini

berkehendak mengadakan akumulasi data. Kerja peneliti bukan saja memberikan

gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji

hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari

suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Penelitian deskriptif analitik mempelajari dan menganalisa masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari

suatu fenomena9.

Tujuan dari penelitian deskriptif analitik adalah untuk memecahkan masalah

secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi10. Jadi

penelitian deskriptif analitik merupakan suatu metode pendekatan yang menganalisa,

kemudian memaparkan segala sesuatunya dengan bersifat apa adanya dan terfokus

9

Moh.Nazir.Phd, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988). hal. 63 10

Cholid Narbuko.Drs. Abu Achmadi.Drs. Metodologi Penelitian (PT. Bumi Aksara, 2001). hal. 44

(17)

pada sebuah struktur fenomena, menguraikan inti dari struktur dan menghasilkan

sebuah jawaban dari yang tak terlihat menjadi terlihat11.

Data yang bisa digunakan dalam pendekatan ini berupa pengumpulan

informasi yang kemudian dianalisis melalui pandangan pribadi penulis berdasarkan

buku-buku, artikel-artikel, dan jurnal-jurnal yang telah dilihat dan dibaca. Dalam

pendekatan ini yang menjadi kunci keberhasilan adalah membaca dan membuat

catatan, selain itu beberapa tingkatan penafsiran sehingga terbentuk sebuah pola

umum ke khusus.

1.5 Organisasi Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikannya dalam IV bab. Hal ini

bertujuan supaya menghasilkan karya tulis yang sistematis.

Pada bab I ini penulis akan menguraikan masalah yang akan menjadi latar

belakang penulisan dan karya ilmiah ini, pembatasan masalah, tujuan penelitian ini

dilakukan, metode penulisan dan akan di akhiri dengan organisasi penulisan.

Pada bab II penulis akan membahas tentang organisasi yakuza, struktur

organisasi yakuza, kesetian yakuza, hubungan berdasarkan hierarki dalam organisasi

yakuza serta kegiatan bisnis organisasi yakuza.

Pada bab III ini, penulis akan membahas tentang penggambaran secara

faktual yakuza dalam film Tokyo Mafia.

Pada bab IV berisi tentang kesimpulan dan uraian pada bab-bab sebelumnya.

11

Susan M. Laverty.Ph.D. 2003. hal. 46

(18)

BAB IV

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil analisis terhadap film Tokyo

Mafia yang bercerita tentang organisasi yakuza. Adapun tujuan penulis dalam

menganalisis film Tokyo Mafia adalah untuk mengetahui apakah organisasi yakuza

yang ada dalam cerita film Tokyo Mafia telah sesuai dengan fakta mengenai

organisasi yakuza sebenarnya.

Setelah penulis melakukan analisis isi cerita film, ternyata sesuai dengan

dugaan awal bahwa banyak persamaan antara organisasi yakuza yang ada dalam

cerita film Tokyo Mafia dengan fakta sebenarnya tentang organisasi yakuza yang ada

di Jepang. Beberapa unsur yang menjadi pembuktian adalah terdapat persamaan

seperti pada sistem hierarki, kesetiaan, dan juga kegiatan bisnis yakuza.

Unsur pertama yaitu sistem hierarki, penulis membaginya menjadi tiga

bagian yaitu hierarki dalam cara memanggil, kedudukan menurut hierarki dan

hierarki dalam cara bersikap.

Dalam organisasi yakuza terdapat istilah tertentu yang digunakan oleh

seorang anggota untuk memanggil anggota lain yang berstatus lebih tinggi dari

dirinya. Hal ini juga ditemukan dalam film Tokyo Mafia, dimana ketika seorang

yakuza yang berstatus junior memanggil senior maupun pemimpinnya, para anggota

selalu mengunakan istilah tertentu yang menandakan jika yang dipanggil tersebut

adalah anggota yang berstatus lebih tinggi darinya. Istilah-istilah tersebut adalah

(19)

kashira sebutan untuk orang ke-2 dalam keluarga yakuza, aniki yaitu sebutan untuk

para senior, dan oya yaitu sebutan untuk pemimpin kelompok.

Kedudukan menurut hierarki pada cerita film Tokyo Mafia hanya mencakup

pada peran atau status seorang anggota yakuza dalam kelompoknya. Dalam film

Tokyo Mafia peran atau status anggota dalam kelompok sesuai dengan fakta

sebenarnya tentang organisasi yakuza. Penyebutan kedudukannya pun mengacu pada

fakta mengenai organisasi yakuza yang ada di Jepang. Seperti sebutan untuk

kedudukan seorang oyabun yang telah membawahi banyak kelompok cabang yaitu

socho (oyabun tertinggi).

Hierarki dalam cara bersikap pada cerita film Tokyo Mafia sesuai dengan

fakta sebenarnya cara bersikap dalam organisasi yakuza sebenarnya. Dimana

keduanya menekankan bahwa anggota yakuza bersikap sesuai dengan statusnya

dalam organisasi. Hal yang merupakan perwujudan dari struktur hierarki masyarakat

yakuza, yang secara jelas mengakui perbedaan antara superordinat dan subordinat.

Hubungan anggota yakuza pada keduanya juga diatur secara hierarki berdasarkan

pada sistem senioritas.

Unsur kedua adalah kesetiaan yakuza. Pada film Tokyo Mafia yang

menceritakan kesetiaan yakuza mencakup dalam dua hal yaitu kesetiaan pada atasan

dan kesetiaan pada kelompok. Kesetiaan seorang anggota yakuza hingga ke tahap

pengorbanan diri demi keselamatan oyabun dan demi kelompok. Bagian yang

menceritakan tentang kesetiaan yakuza dalam film Tokyo Mafia tersebut sesuai

(20)

dengan kenyataan sebenarnya tentang kesetiaan yang seharusnya dimiliki oleh

seorang anggota yakuza.

Seorang yakuza dilatih untuk menjadi seseorang yang benar-benar loyal atau

setia kepada keluarga tempat ia bernaung dan mengutamakan baktinya kepada

oyabun. Pengorbanan diri sendiri demi oyabun dan ikka dalam organisasi yakuza

adalah adat dan kebiasaan yang merupakan perwujudan dari migawari yaitu subtitusi

atau pengganti bagi oyabun.

Unsur ketiga adalah kegiatan bisnis yakuza. Yakuza memang organisasi

kriminal yang sejak dahulu memperoleh penghasilan perjudian, pemerasan, prostitusi,

perdagangan obat-obat terlarang dan juga senjata. Dari beberapa jenis kegiatan diatas

terdapat beberapa kegiatan yang sama yang dilakukan oleh organisasi yakuza yang

ada dalam cerita fim Tokyo mafia. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan

sumber penghasilan dari kelompok yakuza.

Dengan demikian dalam skripsi ini penulis mendapatkan suatu kesimpulan

bahwa organisasi yakuza yang ada dalam cerita film Tokyo Mafia memiliki

persamaan dengan organisasi yakuza sebenarnya yang ada di Jepang. Yakuza yang

merupakan organisasi kriminal besar juga memiliki kekuasaan besar dengan struktur

organisasi yang sistematis.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ames, Walter L. 1981. Police and Cummunity in Japan: University of California Press.

Bruno, A. 2007. The Yakuza, The Japanese Mafia: www.wikipedia.com. (20 September 2007).

BOURYOKUDAN MINI KOUZA, 2007,

http://www.web-sanin.co.jp/gov/boutsui/mini00.htm. (2 November 2007).

Cholid Narbuko, Drs and Abu Achmadi, Drs. 2001. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia.

Duut, Nabanita. 2002. Yakuza. http://www.thingsasian.com/stories-photos/2020. (2 Oktober 2007).

Ekayani Tobing, Dr. 2006. Keluarga Tradisional Jepang Dalam Perspektif Sejarah

dan Perubahan Sosial. ILUNI KWJ.

Jonhston, Adam and Chan, Ying and Jerry Cacepi. 1995. Japanese Yakuza: www.alternatives.com/crime/index.html. (10 Oktober 2007).

KBBI. 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka

Lock, Margaret, Phd. 1983. Japanese Responses to Social Change-Making the

Strange Familiar. www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1011012. (8

Oktober 2007).

Nazir, Mohammed, Phd. 1988. Metode Penelitian. Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha, Prof, Dr. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Reprinted from Okinawa Japan Virtual Ginza Your Door to Okinawa Japan. 2002. http://www.virtualginza.com/yakuza.htm. (15 September 2007).

Saga, Junichi. 1991. Confessions of A Yakuza. Japan. Kondansha International.

The Japanese Mafia, Yakuza. http://web.telia.com/~u31302275/yakuza.htm. (3

September 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Dari tujuh kelompok pengeluaran barang dan jasa yang menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 2 Kota di Provinsi Kepulauan Riau Januari 2015, tercatat 6

Data primer dalam penelitian ini adalah proses penjaringan dan penyaringan calon anggota legislatif perempuan di Kota Padang untuk melihat keterwakilan perempuan

Meskipun secara nasional jumlah produksi jagung lebih besar dibandingkan jumlah konsumsi jagung selama periode tahun 1985 – 2005, akan tetapi impor jagung dari tahun ke tahun

meningkat di suatu daerah akan tetapi tidak diikuti oleh peningkatan kegiatan ekonomi di daerah lain maka akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi, hal

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pembagian pembebanan ekonomis dalam meminimumkan biaya bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Statistical test results on the respondents treated p value = 0.0002, There is a significant relationship between the first measurement with the second measurement after a

Pukul 07.00 peserta makan pagi. acara berikutnya adalah apel pagi dan berlanjut ke acara Bakti Sosial yang meliputi Bakti Lingkungan dalam bentuk membersihkan area perkemahan

Status sosial ekonomi ternyata sangat mempengaruhi pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua. Salah seorang informan yaitu Imis yang sudah berusia 65 tahun. Kepada