• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMK NEGERI 1 PERCUT SEITUAN. Mata Pelajaran : SEJARAH Jenis-Jenis Manusia Purba Dan pembagian Zaman. Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SMK NEGERI 1 PERCUT SEITUAN. Mata Pelajaran : SEJARAH Jenis-Jenis Manusia Purba Dan pembagian Zaman. Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SMK NEGERI 1 PERCUT SEITUAN

MODUL

Mata Pelajaran : SEJARAH

Jenis-Jenis Manusia Purba Dan pembagian Zaman

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

KB. 03

Tahun Pelajaran 2021/2022

A. Kompetensi Dasar

3.2 Menganalisis kehidupan manusia dan hasil-hasil budaya masyarakat Pra aksara

Indonesia

4.2. Menyajikan informasi mengenai manusia dan hasil-hasil budaya khususnya masyarakat Pra aksara

B. Tujuan Pembelajaran

• Memahami corak kehidupan masyaarakat pada Zaman Pra Aksara • Menganalisis asal usul nenek moyang bangsa Indonesia

• Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Zaman Pra Aksara di Indonesia

A. Uraian Materi

Pembelajaran

Bumi telah terbentuk sejak ratusan juta tahun lalu. Penghuni awal bumi adalah hewan-hewan raksasa dan manusia purba yang hidup sekitar 2 juta tahun yang lalu. Saat kamu duduk di bangku sekolah tentu pernah mendapatkan pelajaran tentang sejarah. Tak terlepas juga tentang sejarah peradaban manusia.

Manusia purba dan manusia modern seperti saat ini jelas memiliki banyak perbedaan. Baik dari perilaku, bentuk, sifat dan kebiasaannya. Zaman dulu ada beberapa jenis-jenis manusia purba yang pernah menjadi penghuni bumi ini. Banyak jenis-jenis manusia purba yang bisa ditemui di Indonesia maupun yang ada di seluruh negara di dunia.

Definisi manusia purba

Manusia purba atau manusia prasejarah adalah manusia yang hidup pada jutaan tahun yang lalu. Secara umum, manusia purba merupakan manusia yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Jenis-jenis manusia purba yang ada di dunia juga memiliki banyak suku dan ras.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa manusia purba adalah nenek moyang dari manusia modern saat ini. Karakteristik yang menonjol dari manusia purba adalah mereka hidup secara nomaden atau hidup berpindah tempat. Hal itu karena mereka masih hidup yang sangat bergantung dari sumber daya alam. Saat sumber daya alam di kawasan sekitar mereka sudah habis atau sulit ditemukan, maka mereka akan berpindah ke wilayah lain. Mereka hidup secara berkelompok sehingga mereka akan mencari tempat yang baru secara bersama.

(2)

Dari banyaknya kelompok manusia purba di berbagai wilayah di dunia membuat banyak jenis-jenis manusia purba. Selain dari letak geografis yang membedakan jenis-jenis manusia purba, perubahan zaman juga memengaruhi.

Jenis-jenis manusia purba di Indonesia

Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia diidentifikasi berdasarkan penemuan fosil di beberapa wilayah seperti Mojokerto, Ngandong, Solo, Pacitan dan Sangiran. Sebenarnya penemuan manusia purba di Indonesia sudah ada lama sejak abad ke 18.

Dilansir Liputan6.com, Rabu (13/3/2019) dari berbagai sumber, berikut beberapa jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia.

1. Meganthropus Palaeojavanicus

Jenis manusia purba ini ditemukan pada sekitar tahun 1936 di kawasan Sangiran. Jenis manusia ini diperkirakan hidup sekitar satu hingga dua juta tahun yang lalu. Fosil dari manusia Meganthropus ini adalah manusia yang memiliki tubuh tinggi yang ditemukan oleh arkeolog asal Belanda, Van

Koenigswald.

Ciri-ciri dari manusia purba ini memiliki tulang pipi yang tebal, otot rahang kuat, bentuk tubuh yang tegap, tulang kening yang menonjol, tak memiliki dagu serta memiliki bentuk kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.

2. Pithecanthropus Erectus

Jenis-jenis manusia purba selanjutnya adalah Pithecanthropus Erectus yang diperkirakan hidup di Indonesia pada satu hingga dua juta tahun yang lalu. Fosil pertamanya ditemukan pada fosil bagian geraham di daerah Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil. Penemunya ialah Eugene Dubois tahun 1890.

Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri tengkuk dan geraham (gigi) yang kuat, tubuhnya belum tegap sempurna, hidungnya tebal, dahinya lebih menonjol dan lebar, rata-rata tingginya 165 cm sampai 180 cm. Memiliki otak sekitar 750 cc hingga 1350 cc.

3. Pithecanthropus Soloensis

Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Diberi nama Pithecanthropus Soloensis karena ditemukan di Solo. Ciri-ciri manusia purba ini yaitu memiliki tulang belakang menonjol, rahang bawah yang kuat, hidungnya lebar dan tulang pipi yang kuat serta menonjol.

Pithecanthropus Soloeinsis memiliki perkiraan tinggi sekitar 165 hingga 180 cm. Ia adalah pemakan tumbuhan dan kerap juga berburu hewan untuk dijadikan santapan. Fosilnya ditemukan sekitar tahun 1931 hingga 1933 oleh Openorth dan Van Koenigswald.

4. Pithecanthropus Mojokertensis

Tak hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ditemukan fosil manusia purba. Van Koenigswald kembali menemukan fosil pada tahun 1939 di Mojokerto, Jawa Timur. Pertama kali ia menemukan fosil

manusia purba yang diperkirakan masih berusia 6 tahun. Lalu tahun 1936, Widenreich menemukan fosil lagi di kota yang sama.

(3)

Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis yaitu memiliki tulang tengkorak yang tebal, tingginya sekitar 165 sampai 180 cm, tak memiliki dagu dan memiliki badan tegap. Saat penemuan, fosil Pithecanthropus Mojokertensis hancur saat sedang proses penggalian.

5. Homo Floresiensis

Menggunakan sebutan ‘homo’ karena pada manusia purba ini telah memiliki kebiasaan yang hampir mirip dengan manusia modern saat ini. Mereka telah mengerti berbagai kegiatan dan disebut juga sebagai mahkluk ekonomi.

Homo Floresiensis ditemukan di Pulau Flores Nusa Tengara dan diperkirakan hidup 12 ribu tahun yang lalu. Jenis manusia purba ini telah mampu hidup berdampingan dengan jenis-jenis manusia purba lainnya. Ciri-ciri manusia purba ini hanya memiliki tinggi badan satu meter, bentuk dahinya sempit dan tak menonjol, tulang rahangnya menonjol, volume otak 380 cc serta tengkorak kepalanya yang kecil.

6. Homo Wajakensis

Manusia purba Homo Wajakensis hidup di zaman yang lebih modern dari sebelumnya. Hal ini

dibuktikan dengan penemuan peralatan yang bersamaan dengan fosil ini. Eugene Dubois menemukan fosil Homo Wajakensis di daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur.

Ciri-cirinya ia memiliki bentuk wajah dan hidung datar dan lebar, tulang pipinya menonjol ke samping, letak hidung dan mulut sedikit jauh, tinggi 130 sampai 210 cm dan mampu berjalan tegap.

7. Homo Soloensis

Selain Pitecanthropus (manusia kera), di Solo juga ditemukan fosil Homo Soloensis. Dikategorikan ‘homo’ karena manusia purba ini tergolong lebih cerdas. Weidenrich dan Koenigswald menemukannya tahun 1931. Mereka diperkirakan hidup sekitar 300.000 sampai 900.000 tahun yang lalu.

Ciri-ciri manusia purba ini memiliki volume otak 1000cc hingaa 1300 cc, tinggi badannya mencapai 130 hingga 210 cm, tubuhnya tegap dan memiliki struktur tulang wajah yang tidak mirip dengan manusia kera.

8. Homo Sapiens

Pasti kalian sudah tak asing dengan nama manusia purba satu ini. Jenis manusia purba ini adalah jenis manusia purba yang usianya paling muda ditemukan dan mendekati seperti manusia modern saat ini.Ia telah mengenal kehidupan sosial dan berpikir cerdas. Bentuknya juga mirip dengan manusia seperti bentuk tengkuk yang sudah kecil, tulang wajah tidak menonjol, memiliki dagu dan tulang rahang yang tidak terlalu kuat dan volume otak antara 1000 sampai 1200 cc.

Pembagian zaman praaksara, berdasarkan sudut pandang arkeologi, dapat dibagi menjadi zaman Batu dan zaman Logam. Tahukah kamu bagaimana kebudayaan zaman praaksara zaman Batu?

Mengutip Kemdikbud RI, zaman Batu adalah zaman ketika manusia membuat alat-alat kebudayaan dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman Batu terjadi sebelum manusia mengenal logam. Zaman Batu dapat diperiodisasi menjadi empat zaman, yaitu: Zaman Batu Tua (Palaeolitikum) Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) Zaman Batu Muda (Neolitikum) Zaman Batu Besar (Megalitikum)

(4)

Zaman Batu Tua (Palaeolitikum)

Zaman kebudayaan Batu Tua dinamakan dengan istilah paleolitikum. Disebut Zaman Batu Tua karena alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa mengumpulkan makanan (food gathering). Manusia di zaman Batu Tua masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam. Ada dua kebudayaan yang menjadi patokan zaman Batu Tua, yaitu:

• Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)

• Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakensis dan Homo Soloensis)

• Alat-alat yang dihasilkan antara lain kapak genggam atau kapak perimbas (golongan chopper atau pemotong), alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan flakes dari batu chalcedon (untuk mengupas makanan

Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

Ciri-ciri zaman Batu Tengah (Mesolitikum) adalah:

• Nomaden dan mengumpulkan makanan (food gathering).

• Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman Palaeolitikum yaitu alat-alat batu kasar. Ditemukan bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjokken. Alat-alat berupa kapak genggam (pebble), kapan pendek (hache courte), pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah. Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Alat-alat kebudayaan Mesolitikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain flakes (alat serpih), ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

Tiga bagian penting kebudayaan Mesolitikum adalah:

• Pebble Culture: alat kebudayaan kapak genggam dari Kjokkenmoddinger) • Bone Culture: alat kebudayaan dari tulang

• Flakes Culture: kebudayaan alat serpih dari Abris Sous Roche

Manusia pendukung kebudayaan Mesolitikum adalah bangsa Papua Melanosoid.

Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Ciri utama zaman Batu Muda (Neolitikum) adalah

• alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah.

• Alat-alat yang dihasilkan antara lain: Kapak persegi misalnya beliung, pacul dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.

• Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa. Pakaian dari kulit kayu. • Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Melolo (Sunda). Manusia

pendukung kebudayaan zaman Neolitikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer Indocina).

Zaman Batu Besar (Megalitikum)

(5)

• Menhir Tugu batu atau tiang batu terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan di tempat tertentu. Berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang dan tanda peringatan orang yang telah meninggal. Ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

• Dolmen Meja batu tempat untuk meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Ditemukan di Sumatera Barat dan Sumbawa.

• Sarkofagus

Peti jenazah yang terbuat dari batu utuh (batu tunggal). Sarkofagus yang ditemukan di Bali sampai sekarang tetap dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis oleh masyarakat setempat.

• Punden berundak

Bangunan suci tempat memuja roh nenek moyang yang dibuat dengan bentuk bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak, Cibedug, Banten.

• Waruga

Kubur batu Peti jenazah yang terdiri dari lempengan batu pipih. Ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

• Arca

Patung yang menggambarkan manusia atau binatang. Binatang yang dibuat arca antara lain kerbau, gajah, dan kera. Ditemukan di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pembagian zaman praaksara, berdasarkan sudut pandang arkeologi, dapat dibagi menjadi zaman Batu dan zaman Logam.

pada zaman Logam orang sudah membuat alat-alat dari logam selain alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi peralatan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Kelebihan teknik bivalve dari a cire perdue adalah dapat digunakan berkali-kali. Periode Logam disebut juga masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman Logam dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

• Zaman Perunggu • Zaman Besi

Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut kebudayaan Dongson-Tonkin China, yang menjadi pusat kebudayaan ini. Manusia purba dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3:10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:

➢ Kapak Corong atau Kapak Perunggu: termasuk golongan alat perkakas, ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Irian.

➢ Nekara Perunggu (moko): sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin, ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar dan Leti.

➢ Bejana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera. Arca Perunggu ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat).

Zaman Besi

Pada zaman Besi, orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.

Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu. Sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi yaitu sekitar 3.500 derajat Celcius. Alat-alat yang dihasilkan pada zaman Besi antara lain:

• Mata kapak bertungkai kayu • Mata pisau

• Mata sabit • Mata pedang

(6)

• Cangkul

Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur).

Zaman Logam di Indonesia

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman Logam disebut juga zaman Perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman Logam berjumlah lebih sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemuakn pada zaman sejarah. Antara zaman Neolitikum dan zaman Logam telah berkembang kebudayaan

Megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya. Bahkan puncak kebudayaan Megalitikum justru pada zamanLogam.

Perkembangan zaman Logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa. Karena zaman Logam di Eropa mengalami tiga fase atau bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi. Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya, tidak mengalami zaman Tembaga tetapi langsung memasuki zaman Perunggu dan Besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari Perunggu sehingga zaman Logam disebut juga dengan zaman Perunggu.

D. Tugas

1. Sebutkan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia 2. Sebutkan ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus!

3. Sebut dan jelaskan tiga jenis homo yang ditemukan di Indonesia! 4. Sebutkan Hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum

5. Apa saja hasil-hasil terpenting dari kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia?

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Soerjono Soekamto, terdapat beberapa sumber atau faktor dalam (internal) yang menjadi penyebab perubahan sosial budaya dalam masyarakat yaitu:.. Bertambah dan

Menilai budaya dalam penilaian pupose budaya adalah mengevaluasi faktor yang mungkin dipengaruhi oleh organisasi cocok , untuk memahami masa depan budaya dinamika

al (2003) di California, Florida, New York, Texas dan Wisconsin jelas menunjukkan adanya peningkatan pencapaian pelajar apabila pendekatan inkuiri diaplikasikan

Winarni (2006) menyimpulkan bahwa dengan adanya penjaminan kredit dari Perusahaan Penjamin Kredit, maka usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan perbankan

peningkatan kemampuan ber-Bahasa Inggris dan kesimpulan akhir penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran bagi peserta didik.Hasil menunjukkan tingkat respon

Minangkabau, walaupun belum teruji se- cara statistik. Berdasarkan pada fakta pene- litian di atas dapat disimpulkan bahwa sangatlah penting untuk mengembalikan kesegarisan

kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri se-Kecamatan Kubu dengan kontribusi parsial sebesar 17,31%, (2) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan

Myung (2009), menunjukkan bahwa SSA adalah teknik analisis data deret waktu yang baik untuk menguraikan pola trend dan komponen lainnya dengan struktur yang