• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam novel Amelia karya Tere Liye.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam novel Amelia karya Tere Liye."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

ISMALIDYA INDAH SULISTYANI NIM. D01213018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Indah Sulistyani, Ismalidya. 2017. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Amelia karya Tere Liye.

Pembimbing: (1)Dr. H. Achmad Muhibin Zuhri, M.Ag., (2)Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I

Kata Kunci : Pendidikan akhlak, novel Amelia karya Tere Liye

Novel Amelia adalah novel yang dikarang oleh Tere Liye. Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak yang di usianya yang masih sangat kecil bisa mempunyai pemikiran-pemikiran yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kejadian-kejadian yang sering kali ditemui dalam kehidupan nyata namun dengan pemecahan yang jarang terfikirkan. Fokus dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Amelia karya Tere Liye. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mencari; 1) Apa sajakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Amelia karya Tere Liye, dan 2) Bagaimanakah perbandingan pendidikan akhlak dalam novel Amelia dengan pendidikan akhlak anak Sekolah Dasar (SD) sederajat pada saat ini. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu untuk; 1) untuk mendeskripsikan nilai-nilai akhlak yang ada dalam novel Amelia karya Tere Liye, dan 2) menjelaskan perbandingan nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam novel Amelia dengan pendidikan akhlak anak Sekolah Dasar (SD) sederajat pada saat ini.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif (penelitian kepustakaan/

library research). Dengan menggunakan pendekatan content analysis, yaitu dengan meneliti novel tersebut tidak hanya sekedar tekstual namun juga menela’ah maksud dibalik teks tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi yaitu mengambil, mengumpulkan dan menghubung-hubungkan dari data yang ada dalam berbagai bentuk, baik artikel, jurnal, berita, buku, maupun yang lainnya.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 9

G. Metode Penelitian... 11

H. Sistematika Penelitian ... 13

(8)

BAB III PROFIL TERE LIYE DAN DESKRIPSI NOVEL AMELIA

A. Biografi Tere Liye ... 41

B. Karakteristik novel Tere Liye ... 42

C. Karya-karya Tere Liye ... 44

D. Synopsis novel Amelia ... 46

E. Unsur Instrinsik dalam novel Amelia ... 48

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL AMELIA A. Temuan dan Analisis nilai pendidikan akhlak dalam novel Amelia 1. Pendidikan Akhlak yang berhubungan dengan Allah a. Takwa kepada Allah ... 58

b. Tawakkal ... 63

c. Berdoa kepada Allah ... 64

d. Mengaji ... 66

e. Ikhlas ... 68

f. Sabar ... 69

2. Pendidikan Akhlak yang berhubungan dengan manusia a. Diri sendiri 1) Rohani ... 72

2) Jasmani ... 73

b. Sesama manusia 1) Ta’awun... 75

2) Kasih sayang ... 76

3) Bijaksana ... 78

(9)

b. Tidak merusak lingkungan ... 83 B. Perbandingan Pendidikan akhlak dalam novel Amelia dengan

pendidikan akhlak anak Sekolah Dasar (SD) sederajat pada saat ini 1. Akhlak pada Allah... 85 2. Akhlak pada manusia ... 92 3. Akhlak pada alam ... 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 102

(10)

A.Latar Belakang

Teknologi dimana-mana dan sudah mendunia. Era globalisasi yang semakin canggih membawa dampak yang begitu besar bagi masyarakat kebanyakan, baik positif maupun negatif. Anak-anak dan remaja adalah generasi yang sangat potensial bagi perkembangan islam. Akan tetapi kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa pergaulan di lingkungan hidup sekitar kita lebih condong ke hal-hal yang bisa menjerumuskan kepada perbuatan-perbuatan yang tidak jelas dan cenderung negatif. Pergeseran norma dan nilai moral menjadi dampak negatif dari arus globalisasi. Sehingga disinilah pentingnya peran pendidikan akhlak, yaitu untuk mengarahkan para generasi penerus kepada hal-hal yang positif dan juga sebagai bekal bagi mereka untuk menghadapi arus globalisasi yang melanda.

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini sangat ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, akhlak utama yang ditampilkan seseorang tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.1

(11)

Allah sangat mengutamakan tentang akhlak yang mulia, ini terbukti pada salah satu firman Allah swt.

ٌرْ يَخ ٌةَرِفْغَمَو ٌفوُرْعَم ٌلْوَ ق

ْنِٰم

ىًذَأ آَهُعَ بْ تَ ي ٍةَقَدَص

ىلق

ْيِلَح ٌَِِغ ُهّٰاَو

ٌم

٢٦٣

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”[Q.S. Al-Baqarah (2): 263]2

Ayat di atas menjelaskan tentang perbandingan dua perbuatan, yaitu antara berkata baik dan memberi maaf dengan bersedekah untuk maksud tertentu. Dalam ayat tersebut terkandung pendidikan akhlak, bersedekah merupakan perbuatan yang mulia sebagaimana firman Allah

ْنِإ

َيِ اَمِعِنَف ِتاَقَدَصلا ْاوُدْبُ ت

ىلص

َءاَرَقُفْلا اَوُتْؤُ تَو اَوُفُُْ نِإَو

ٌرْ يَخ َوُهَ ف

َل

ْمُك

ج

ْنَع ُرِٰفَكُيَو

ْمُك

ْنِٰم

ْمُكِتاَئِٰيَس

ىلق

ٌرِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِِ ُهّٰاَو

٢٧١

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[Q.S. Al-Baqarah (2): 271]3

Namun jika bersedekah hanya untuk menyakiti perasaan orang lain maka itu tidak akan jadi lebih baik dari hanya berkata baik atau meminta maaf. Dari kedua ayat di atas dapat dilihat bahwa Allah sangat memperhatikan tentang akhlak mulia, bahkan menuntun manusia untuk berakhlak mulia sebagaimana salah satu

sifat-Nya yaitu ‘yang Maha Penyantun’.

(12)

Ketika kita teliti lebih mendalam dan perhatikan secara seksama kehidupan manusia, kita akan dapati bahwa kekuatan akhlak dalam islam itulah yang membantunya untuk menjalankan keinginan-keinginannya dan menundukkan baginya apa yang ada dalam kehidupan materi ini, untuk kemudian hal itu ia gunakan dalam dunianya, dan ia jadikan pendukung untuk mengambil manfaat dari akhiratnya. Tidak berlebihan orang yang berkata bahwa yang paling menonjol dalam diri manusia, bahkan sifat-sifatnya yang paling mulia adalah kekuatan akhlaknya. Karena dengannya ia dapat menundukkan faktor-faktor materi, sementara tanpa akhlak itu ia malah dilindas oleh materi dan ia dikembalikan ke hakikat kehewanan yang tersembunyi dalam dirinya, yang dikendalikan oleh kekuatan akhlaknya.4

Pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya baik didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan bisa didapat dari mana saja. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Ada istilah ‘bermain sambil belajar’. Istilah tersebut sangatlah tepat digunakan dalam menikmati karya sastra. Karena di samping sebagai sarana hiburan, karya sastra juga bisa sebagai sarana belajar atau pendidikan. Terlebih sekarang sudah ada beberapa karya sastra yang bermutu dan berkualitas yang di dalamnya tidak hanya mengandung unsur hiburan semata namun juga banyak sekali mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan. Memasukkan nilai-nilai pendidikan melalui cerita pun sudah ada sejak dahulu melalui kisah-kisah para

(13)

nabi yang di kemas dalam sebuah cerita sehingga anak-anak didik lebih mudah dalam meneladani tokoh-tokoh para nabi dan mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan hikmah dari suatu kejadian maupun cerita tersebut juga dijelaskan dalam firman Allah swt.

ْنَم َةَمْكِْْا ِِؤُي

َي

ُءآَش

ج

ْنَمَو

ي

اًرِثَك اًرْ يَخ َ ِِوُأ ْدَقَ ف َةَمْكِْْا َتْؤ

ىلق

اَمَو

ِباَبْلَأا ْاوُلْوُأ َاِإ ُرَكَذَي

٢٦٩

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang

Al-Qur’an dan as-sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dam barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”[Q.S. Al-Baqarah (2): 269]5

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa hikmah merupakan karunia yang banyak dari Allah, dan hanya orang-orang berakal yang dapat demikian.

Pada era modern cerita-cerita keteladanan tokoh di kemas menjadi lebih menarik lagi yang baik menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Namun tidak banyak karya sastra yang memiliki keduanya. Kebanyakan karya sastra hanya menyuguhkan hiburan saja yang dijadikan nilai jual. Namun, masih ada beberapa penulis yang tetap memasukkan nilai-nilai pendidikan dalam setiap karya sastranya. Salah satu karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan adalah novel-novel karya Tere Liye. Tere Liye adalah salah satu penulis Indonesia yang selalu memasukkan nilai-nilai moral dan pendidikan dalam setiap karyanya. Salah satu karyanya yang sangat fenomenal dan best seller adalah Novel Serial Anak-Anak Mamak yang diterbitkan oleh Republika.

(14)

Serial anak anak mamak ini terdiri dari empat seri: Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Pada setiap serial menceritakan tentang kehidupan anak-anak mamak yang meski dibesarkan dalam kesederhanaan, keterbatasan dan berbaur dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja keras, kejujuran, harga diri serta perilaku terpuji, yang diceritakan dengan kalimat-kalimat yang menarik, lucu, ceria, mengharukan, penuh keteladanan, menginspirasi dan sarat dengan nilai pendidikan khususnya pendidikan akhlak.

Sebagaimana pada salah satu petikan dalam novel Amelia

’Amel takut kak, jangan tinggalkan Amel!’ Kak Eli menatapku lamat -lamat, lantas entah apa yang dipikirkan Kak Eli, ia memegang bahuku,

‘Tidak akan ada yang meninggalkan kau, Amel. Tidak ada.’ Dengan suara tegas, mata yang amat cemerlang-tatapan yang akan kuingat hingga

kapanpun, Kak Eli merengkuh badanku sambil berkata, ‘Kau adikku, aku

tidak akan meninggalkan kau Amel.’6

Pelajaran yang disampaikan dari petikan di atas adalah nilai pendidikan akhlak yaitu kasih sayang terhadap saudara. Petikan itu terjadi ketika Amel terjatuh dan kakinya membengkak. Petikan tersebut hanya salah satu dari sekian banyak pendidikan akhlak yang dapat dipelajari dari novel serial anak-anak mamak.

Penulis mengambil satu buku dari serial anak-anak mamak untuk dijadikan

objek penelitian yakni yang berjudul ‘Amelia’. Jika dilihat dari sisi jalan ceritanya sebenarnya novel ini memiliki cerita yang sederhana, yakni tentang rutinitas kehidupan Amelia. Namun, cara Tere Liye mengemas rutinitas kehidupan itu sangatlah luar biasa. Seolah-olah pembaca ikut masuk ke dalam cerita tersebut.

(15)

Keseharian Amelia sesekali akan mengusik benak kita bahwa mungkin kita pernah dihadapkan pada persoalan yang sama, namun berbeda cara penanganannya. Sosok-sosok dalam buku ini mampu memberikan teladan yang baik bagi pembaca khususnya pada sosok Amelia yang meskipun masih kecil, ia memiliki keteguhan hati melebihi saudara-saudaranya sehingga dengan keteguhan hati itu dia bisa lebih cepat memahami apa yang sedang terjadi di sekitarnya dan bagaimana cara menyikapimya.

Selain itu, pemahaman-pemahaman serta nilai-nilai baik yang terkandung tidak hanya disampaikan lewat teori atau nasehat semata-mata, namun juga dilakukan oleh tokoh-tokohnya membuat pembaca benar-benar merasakan bahwa tokoh-tokoh dan konflik-konflik dalam cerita memang ada dan nyata. Karena keteguhan hati dan pemahaman yang kuat tokoh utama itulah penulis memilih novel ini. Sehingga kita nantinya bisa meneladani dan menanamkannya pada anak-anak kita. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Ameliakarya tere liye”

B.Rumusan Masalah

Setelah mengetahui latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil penulis antara lain:

1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Amelia karya Tere Liye? 2. Bagaimanakah perbandingan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Amelia

(16)

C.Batasan Masalah

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman di sini, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah

(

َِّا َن

ِٰم ٌلْبَح

)

2. Akhlak yang berhubungan dengan manusia

(

ِساَنلا َنِٰم ٌلْبَح

)

3. Akhlak yang berhubungan dengan Alam (

َِلاَعْلا َنِٰم ٌلْبَح

)

D.Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah, maka sudah dapat dipastikan bahwa tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mendeskipsikan nilai-nilai akhlak yang ada dalam novel Amelia karya Tere Liye.

2. Untuk menjelaskan perbandingan nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam novel Amelia dengan pendidikan akhlak anak Sekolah Dasar (SD) sederajat pada saat ini.

E.Manfaat Penelitian

(17)

wawasan tentang keberadaan seni sastra (novel) yang memuat tentang pendidikan akhlak.

2. Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 4 yaitu: a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan

menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan masukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.

b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dan memdidik siswa.

c. Bagi civitas academica, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

(18)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Nilai

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.7 Nilai (value/ qimah) dalam pandangan Brubacher tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks sehingga sulit ditentukan batasannya. Maksudnya kualitas yang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.8 Jadi manusia hidup di dunia tidak akan terlepas dari adanya

ikatan nilai. Karena nilai itu merekat pada manusia dan mampu memberi arti bagi manusia.

2. Pendidikan Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan, bahwa pendidikan berasal

dari kata dasar ‘didik’ (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak atau etika dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian sebagai sebuah proses mengubah sikap, tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

7 WJS. Poerwodarminto, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.667

8 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan kerangka dasar

(19)

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan: proses, perbuatan, cara mendidik. Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini. Keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah subjek dari pendidikan. Sebagai konsekuensi, darinya dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik.9

3. Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.10 Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau narrator, isi penciptaan, media penyampaian isi berupa Bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya melalui penjelasan melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun monolog, dan melalui perbuatan atau action.11Dalam penelitian kali ini peneliti akan meneliti isi novel Amelia dari Serial Anak-Anak Mamak yang terdiri dari empat novel yaitu: Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia

karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika sebagai bahan penelitian yang

9 http://kbbi.web.id/didik di akses tanggal 20 Juli 2016

10 http://kbbi.web.id/novel di akses tanggal 30 September 2016

(20)

mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak dengan meneliti isi dan juga memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.

G.Metode Penelitian

Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.12 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang baik dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.13 Adapun tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari dan

menjelaskan fenomena itu. Pemahaman ini dapat diperoleh dengan cara mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan content analysis. Content analysis adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks.14 Peneliti memakai pendekatan ini karena untuk meneliti nilai-nilai yang ada pada suatu

(21)

buku tidak bisa hanya dilihat secara textual saja, melainkan meneliti juga apa maksud yang ada di dalam suatu text.

2. Objek Penelitian

Objek yang dijadikan penelitian dalam skripsi ini adalah novel Amelia karya Tere Liye.

3. Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.15 Pada metode ini data penelitian diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literature, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.16 Data primer merupakan literature yang membahas secara

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2006), h. 231

(22)

langsung objek permaslahan pada penelitian ini yaitu novel Amelia karya Tere Liye.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.17 Data sekunder merupakan sumber penunjang yang dijadikan alat untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara tentang pendidikan akhlak dan teori fiksi.

H.Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka penulis mencantumkan sistematika laporan sebagaimana berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian. tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi konsep terkait nilai-nilai pendidikan akhlak, dan karya sastra.

(23)

BAB III: PROFIL TERE LIYE DAN DESKRIPSI NOVEL AMELIA

Pada bab ini berisi biografi Tere Liye, karakteristik novel Tere Liye, karya-karyanya, sinopsis novel dan unsur intrinsik novel.

BAB IV: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL AMELIA

Pada bab ini berisi tentang temuan dan analisis terkait nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam novel dan perbandingan analisis tersebut dengan pendidikan akhlak anak Sekolah Dasar (SD) sederajat pada saat ini.

BAB V : PENUTUP

(24)

A.Nilai-nilai pendidikan akhlak

1. Nilai

Kata value yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi nilai berasal dari Bahasa latin valere atau Bahasa prancis kuno valoir.

Semua kata-kata tersebut tadi (value, valere, valoir, atau nilai) dapat dimaknai harga. Namun, ketika kata tersebut sudah dihubungkan dengan objek dari sudut pandang tertentu. Harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam. Ada harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, politik maupun agama. Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai lahir bukan hanya disebabkan oleh perbedaan minat manusia terhadap hal yang material atau terhadap kajian-kajian ilmiah, tetapi lebih dari itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan (disambungkan antara satu dengan lainnya) untuk menyadari dan memanfaatkan makna-makna kehidupan.18

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, ukuran: angka yang mewakili prestasi; sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia, dalam

(25)

menjalani hidupnya.19 Adapun beberapa pengertian nilai menurut para ahli antara lain:20

a. Gordon Allport (1964), ahli kepribadian,

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Menurutnya nilai terjadi pada wilayah psikologis yang disebut keyakinan. Seperti ahli psikologi lain, keyakinan ditempatkan sebagai wilayah yang lebih tinggi dari yang lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan. Sehingga keputusan benar-salah, baik-buruk merupakan hasil dari serentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuataan yang sesuai dengan nilai pilihannya.

b. Kupperman (1983)

Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Definisi ini lebih mencerminkan pandangan sosiolog. Seperti sosiolog lainnya, kupperman memandang norma sebagai salah satu bagian terpenting dari kehidupan sosial, sebab dengan penegakan norma seseorang justru dapat merasa tenang dan terbebas dari segala tuduhan masyarakat yang akan merugikannya. Oleh sebab itu salah satu bagian terpenting dalam proses

(26)

pertimbangan nilai adalah pelibatan nilai-nilai normatif yang berlaku di masyarakat.

c. Kluckhohn (1957)

Nilai adalah konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan, antara dan tujuan akhir tindakan. Menurut Brameld, pandangan kluckhohn ini mencakup pula pengertian bahwa sesuatu dipandang memiliki nilai apabila ia dipersepsi sebagai sesuatu yang diinginkan. Makanan, uang, rumah memiliki nilai karena dipersepsi sebagai sesuatu yang baik, dan keinginan untuk memperolehnya memengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang. Tidak hanya materi, atau benda yang memiliki nilai, tetapi gagasan dan konsep juga dapat menjadi nilai, seperti: kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Kejujuran misalnya menjadi sebuah nilai bagi seseorang apabila ia memiliki komitmen yang dalam terhadap nilai itu yang tercermin dalam pola pikir, tingkah laku dan sikap.

(27)

norma-norma yang sudah ada. Lain halnya dengan pengertian yang dipaparkan oleh kluckhohn, menurutnya nilai adalah konsepsi yang dibentuk oleh persepsi masing-masing individu. Dari sini dapat diambil benang merah terkait pengertian nilai yaitu ukuran, patokan suatu hal sesuai dengan persepsi yang dimaksudkan.

2. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang mendapat awalan pe dan akhiran an. menurut kamus Bahasa Indonesia didik adalah memelihara, merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak dan sebagainya).21 Namun pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini adalah beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan: a. Langeveld

Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak bertujuan untuk pendewasaan anak atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa/ yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dsb. dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

(28)

b. John dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

c. J.J Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

d. Driyarkara

Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.

e. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

f.Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

g. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003

(29)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.22

Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah pemberian dan pembinaan pengetahuan pada anak-anak sehingga mereka memiliki kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia, keterampilan dan pengertian tentang suatu hal dengan baik dan dapat memberikan kesejahteraan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3. Akhlak

Menurut Imam al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan yang mudah dilakukan tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan. Tidak berbeda jauh dari Imam al-Ghazali, menurut Ibnu Miskawaih khuluq adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan-perbuatan tanpa ada pemikiran dan pertimbangan.23 Sehingga bisa dikatakan bahwa akhlak merupakan suatu perbuatan/ tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Karena hanya sesuatu yang baru atau yang jarang terjadi saja yang membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.

Ajaran islam sangatlah luas karena memang diperuntukkan untuk semua umat manusia sepanjang masa. Namun isi dari ajaran islam paling tidak meliputi 3 komponen yaitu tentang teologi yang bercorak monoteistik (tauhid),

22 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan;umum dan agama islam, (Jakarta:Rajawali pers, 2012),

h.2-4

(30)

tentang sistem hukum yang mengatur ketentuan perbuatan dzahir manusia (syariah), dan tentang sistem moral/ tentang baik dan buruk (akhlak). Dari ketiga ajaran tersebut ajaran tentang akhlak tidak dapat dipisahkan dari dua ajaran yang lain (tauhid dan syariah) karena posisi akhlak dalam komponen tersebut adalah sebagai perekat dan penilai, serta alat pengukur sejauh mana seorang muslim atau mukmin mengamalkan dan meresapi ajaran islam. Seorang muslim yang berhasil menerapkan islam dengan baik pasti menjadi baik dan dikatakan telah berakhlak mulia. Sebaliknya, tidak mungkin seorang yang dikatakan berakhlak mulia melakukan pelanggaran-pelanggaran akidah (tauhid) dan juga aturan-aturan hukum islam (syariah). Akhlak menjadi indikator serta ukuran keislaman seseorang, tidak dikatakan Muslim bila seseorang tidak memiliki akhlak dan perilaku yang mulia.24

Akhlak sendiri dapat dilihat sebagai ilmu yang berisi kumpulan kaidah tentang kebaikan dan keburukan. Selain itu dapat juga dilihat sebagai sebuah watak bawaan (gharizah), atau sifat-sifat batin sebagai hasil usaha pembiasaan, pengajaran, pelatihan dan pendidikan (muktasabah). Dalam kaitan ini, pengertian akhlak yang terakhir adalah yang paling tepat mendeskripsikan akhlak karena yang terakhir memberikan pembenaran bahwa akhlak itu dapat berubah dan dibentuk.25 Subjek (pihak yang mengaplikasikan konsep) dari

24Ibid, h.101-102

(31)

akhlak sendiri adalah manusia, meskipun pada sisi lain masnusia juga menjadi objek (pihak yang dikenai konsep) dari akhlak.

Adapun ruang lingkup (pihak yang menjadi arah pelaksanaan) akhlak ada 3, yaitu:

a. Allah

Berakhlak kepada Allah bagi seorang hamba merupakan sebuah pengabdian (ibadah) yang bernilai tinggi. Namun ibadah yang dimaksud adalah ibadah yang penuh dengan keikhlasan dan pengagungan kepada Allah swt. Contohnya seperti shalat secara khusyu’, berdoa, bersyukur, menerima keputusan Allah (tawakkal), dsb.

Adapun alasan manusia perlu berakhlak kepada Allah, antara lain: 1) Allah-lah yang menciptakan manusia (QS. Ath-Thariq: 5-7)

2) Allah-lah yang memberikan perlengkepan panca indra, akal pikiran, hati sanubari, dan anggota badan yang kokoh dan sempurna (QS. An-Nahl: 78)

3) Allah-lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana untuk kelangsungan keberadaan manusia (QS. Al-Jatsiyah: 12-13)

4) Allah-lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan (QS.al-Isra’ :70).26

b. Manusia

26 M.Sholihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf; manusia, etika dan makna hidup, (Bandung:

(32)

Akhlak pada manusia yang dimaksud disini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Diri sendiri

Berakhlak pada diri sendiri diperlukan sebagai bentuk syukur dan menghargai pemberian Allah, seperti menggunakan dan menjaga panca indra dengan baik, membersihkan hati dari penyakit-penyakitnya, menjaga fisiknya agar selalu tampil baik, sopan dan percaya diri, dsb. 2) Sesama manusia

Terkait dengan lingkup akhlak terhadap sesama manusia, maka konsep yang muncul adalah hak dan kewajiban sesama manusia. Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus berjalan secara seimbang, artinya

disamping menikmati hak-haknya juga harus melaksanakan

kewajibannya. Dua poin penting yang harus diperhatikan dalam berakhlak sesama manusia. Pertama, sebagai manusia jangan sampai merampas hak orang lain. Kedua, manusia jangan sampai mengorbankan haknya untuk memberikan hak orang lain.27 Adapun akhlak terhadap sesama manusia ini sebenarnya masih dapat dipilah lagi menjadi 3 kategori. Pertama, akhlak antara orang tua terhadap anak dan anak terhadap orang tua. Kedua, antara tetangga, sahabat dan saudara. Ketiga, antara suami terhadap istri dan sebaliknya.28

(33)

c. Alam semesta

Maksud lingkup akhlak ini tatakrama atau adab yang mengatur hubungan baik yang terjadi antara manusia dengan lingkungan, alam fisik non-manusia. Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad yang menganjurkan manusia untuk aktif beramal dan berperan dalam menciptakan kebaikan dan kemaslahatan di atas bumi. Tidak hanya itu, dalil-dalil agama yang melarang secara tegas berbuat kerusakan di bumi juga tidak sedikit, misalnya penggalan ayat berikut:29

اًعَمَطَو اًفْوَخ ُوُعْداَو اَهِحَاْصِإ َدْعَ ب ِضْرَأا ِِ ْاوُدِسْفُ ت َاَو

ج

َنِإ

َنِنِسْحُمْلا َنِٰم ٌبيِرَق ِهّٰا َتََْْر

٥٦

Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya[QS. al-A’raaf (7): 56]30

Tidak merusak bumi merupakan salah satu contoh akhlak kita sebagai manusia terhadap alam semesta.

4. Pendidikan Akhlak

a. Pengertian pendidikan akhlak

Pengertian pendidikan Akhlak adalah perpaduan antara pengertian Pendidikan dan Akhlak. Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang dewasa untuk membawa anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu membiasakan

29Ibid, h.125

(34)

diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang tercela.

Kedewasaan di sini meliputi aspek kesempurnaan jasmani dan kesempurnaan rohani yang patut dimiliki oleh setiap manusia, sehingga ia dapat membedakan mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Oleh sebab itu kedua perbuatan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dapat dijadikan sebagai ukuran tinggi rendahnya iman. Iman yang sempurna akan melahirkan akhlak. Dengan kata lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi dari kesempurnaan iman. Sebaliknya jika imannya belum sempurna, maka indikasi yang muncul adalah perbuatan-perbuatan yang tercela.

Kehidupan berakhlak tidak dapat dipisahkan dengan keyakinan beragama. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan agama yang telah dibawa oleh rasul sebelumnya. Maka jelas bahwa inti ajaran Islam adalah memberikan bimbingan mental dan jiwa manusia, sebab dalam bidang ini terletak hakekat kemanusiaannya dan hal itulah yang menentukan bentuk hidup manusia. Tujuan pendidikan akhlak menurut

(35)

mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.31

Drs. Anwar Masy’ari juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan

akhlak adalah untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan jahat, agar manusia memegamg teguh perangai-perangai yang baik dan menjauhi perangai-perangai yang jelek, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat, tidak saling membenci dengan yang lain, tidak ada curiga mencurigai dan tidak ada persengketaan di antara hamba Allah.32

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah:

1) Dapat membentuk pribadi manusia sehingga tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

2) Untuk mewujudkan taqwa kepada Allah SWT, cinta kepada kebenaran dan keadilan secara teguh dalam kepribadian muslim. 3) Dengan pembinaan pendidikan akhlak dapat membentuk pribadi

muslim, sehingga menjadi orang Islam yang berbudi pekerti luhur, sopan santun, berlaku baik dan rajin beribadah sesuai dengan ajaran Islam.

31Muhammad ‘Athiyah al

-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h.140

32Anwar Masy’ari,

(36)

b. Urgensi Pendidikan Akhlak

Indonesia adalah bangsa yang religius, sikap hidup religius ini berimplikasi kepada prilaku akhlak atau budi pekerti. Disamping itu, tradisi dan kultur bangsa Indonesia juga dapat mempengaruhi etika dan moral bangsa. Dari landasan hidup beragama serta sosial budaya menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat mengedepankan kehidupan sopan santun, tata krama dan berbudi luhur.

Setelah bangsa Indonesia dilanda oleh berbagai krisis, terutama krisis kepercayaan terhadap para pemimpin, banyak peristiwa yang menunjukkan sikap yang tidak berlandaskan pada budi pekerti yang luhur. Banyak kejadian-kejadian negatif yang muncul, seperti teror bom, korupsi, pembunuhan, dan lain sebagainya, hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai relegius dan moral bangsa sudah mulai sirna.

Sejalan dengan kejadian-kejadian di atas, maka pendidikan akhlak sangat penting dilakukan dan tidak dapat dipandang ringan. Dengan terbinanya akhlak maka kita berarti telah memberikan sumbangan yang besar bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Sebaliknya, apabila kita membiarkan kejahatan merajalela maka sama saja kita membiarkan bangsa kita terjerumus ke dalam jurang kehancuran.33

33

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

(37)

Akhlak yang mulia sebagaimana yang dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor keluarga, pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian tanggung jawab dalam pembinaan akhlak terletak pada kedua orang tua, pendidik dan masyarakat.

B.Karya Sastra

Jika ada buku yang pada covernya tertulis kata ‘novel atau roman, kumpulan

cerpen, kumpulan drama, atau kumpulan puisi’ maka buku-buku tersebut digolongkan ke dalam bentuk sastra. Sastra lahir karena adanya kegiatan manusia yang kemudian diolah sesuai Bahasa yang sastrawan inginkan. Sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan Bahasa sebagai mediumnya serta mempunyai keindahan baik isi maupun ungkapannya.

Kata sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta śāstra yang

berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās-

yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam Bahasa Indonesia kata ini biasa

digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah tulisan yang

memiliki arti atau keindahan tertentu.34 Menurut Usman Effendy definisi sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk Bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus. Jadi, karangan yang bersifat buku pelajaran ataupun

(38)

laporan tidaklah termasuk dalam kategori kesusastraan karena tidak menimbulkan rasa bagus dan rasa indah.35

Sastra ialah karya tulis. Jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, sastra memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.36 Sastra bukanlah nama dari sesuatu yang sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang mencakup sejumlah kegiatan. Berbagai kegiatan manusia merupakan objek penulisan sastra.

Bentuk dari karya sastra banyak sekali seperti: puisi, novel, cerita/ cerpen, novel, syair, drama, dsb. namun dari sekian banyak karya sastra, penulis hanya membatasinya pada novel saja. Bentuk sastra ini paling banyak beredar lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik adalah yang mendatangkan hikmah/ pelajaran bagi seseorang sehingga menjadikan seseorang tersebut berubah ke arah yang lebih baik. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri dan isinya dapat memanusiakan para pembacanya.

Dalam kamus istilah Sastra, novel memiliki arti jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang, yang mengandung nilai hidup dan diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.37 Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. sebutan novel pada Bahasa Indonesia

(39)

merupakan serapan dari Bahasa inggris ‘novel’ yang berarti roman. Dewasa ini,

istilah novel diartikan dengan sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupn, tidak terlalu panjang namun tidak juga terlalu pendek. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.38

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan structural dan metrical sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam Bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Sebuah novel paling banyak dua-tiga orang pelaku penting termasuk seorang yang jadi pelaku utama.39

Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang

38 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005),

cet. V, h.10-11

(40)

dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam waktu karena panjangnya novel memungkinkan untuk itu.40

Begitu banyak pengertian terkait novel yang sebagian sudah penulis jabarkan sebelumnya, dan dari sekian banyak pengertian ada beberapa hal yang dapat penulis fahami. Novel adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi atau pengalaman-pengalaman yang secara tidak langsung memberi suguhan pesan. Baik itu pesan moral, sosial, maupun keagamaan.

Novel mempunyai unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.41 Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau system organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra namun tidak menjadi bagian di dalamnya. Adapun yang termasuk unsur ekstrinsik antara lain: pendidikan pengarang, agama pengarang, pandangan hidup pengarang, latar belakang budaya dan Bahasa pengarang, dan keadaan masyarakat pada waktu

(41)

sastra itu ditulis. Namun pada kesempatan ini penulis tidak akan membicarakan unsur ekstrinsik secara luas, melainkan unsur intrinsik, yaitu:

1. Tema

Menurut Suminto A. Sayuti, tema adalah makna cerita, gagasan sentral atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam karya fiksi.42 Menurut Freir dan Lazarus, tema dinyatakan secara tidak terang, meskipun ada dan dirasakan oleh pembaca, menurutnya tema tidak lain adalah ide pokok, ide sentral atau ide yang dominan dari karya sastra. Sedangkan menurut Anglo Saxon, tema mewakili pemikiran pusat, pemikiran dasar, atau tujuan utama penulisan suatu hasil karya.43

Ketiga pengertian di atas pada dasarnya sama yakni inti sentral karya sastra. Ada tiga cara untuk menentukan tema, yaitu44:

a. Melihat persoalan mana yang paling menonjol

b. Menentukan persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, yakni konflik yang melahirkan peristiwa

42 Sayuti, Berkenalan…., h. 187

43 Made Sukada, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2005), h.70

44 Joko Adi Sasmito, dkk, Religiusitas dalam tiga novel modern;Kemarau, khotbah di atas bukit, dam

(42)

c. Dengan cara menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra sehubungan dengan persoalan yang bersangkutan.

2. Alur

Pengertian alur sering disamakan dengan jalan cerita. Dua istilah ini berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Pengertian alur sebagai rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dipahami sama seperti jalan cerita yang terdiri atas rangkaian peristiwa. Jika alur selalu didasari oleh adanya hubungan sebab-akibat maka jalan ceritanya hanya akan berupa rangkaian peristiwa saja. Dengan demikian, perbedaan antara alur dan jalan cerita terletak pada ada tidaknya hubungan sebab akibat.45

Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri dari: alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak kearah kondisi yang mulai memuncak. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa, serta alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan atau penyelesaian.46 Rangkaian

bagian-bagian alur tersebut adalah yang menentukan jenis alur apa yang ada pada sebuah karya sastra. Misalkan pada suatu karya sastra cerita diawali dari

(43)

alur tutup dulu maka disebut alur mundur, dan jika cerita di awali dari perkenalan terlebih dahulu menjadi alur maju.

3. Latar

Latar adalah waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat dimana cerita itu terjadi. Menurut Asul Wiyanto, latar mencakup tiga hal antara lain47:

a. Latar tempat, menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. b. Latar waktu, mengacu pada saat terjadinya peristiwa.

c. Latar suasana, menyangkut suasana pada saat peristiwa. Suasana ada dua macam, yaitu suasana batin (bahagia, sedih, cemas, marah, dsb.) dan suasana lahir (sepi/ taka da gerak, romantic, hiruk pikuk, dsb.)

4. Penokohan

Tokoh dan perwatakan tokoh merupakan suatu struktur dalam pembuatan novel juga. Ia (tokoh) memiliki fisik dan mental yang secara bersama-sama membentuk suatu totalitas perilaku yang bersangkutan. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dsb.48 Tokoh dapat dibedakan menjadi49:

47 Asul Wiyanto, Kesusastraan Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h.

81-82

48 Semi, Anatomi..., h. 36-37

(44)

a. Tokoh utama (protagonist)

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian, maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.

b. Tokoh Antagonis

Yaitu tokoh yang menimbulkan konflik terhadap tokoh utama (protagonist)

c. Tokoh Tritagonis

Yaitu tokoh menjadi penengah antara pelaku protagonist dan antagonis d. Tokoh pembantu

Yaitu pelaku bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita. Pelaku pembantu mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau sebagai penengah jika terjadi konflik.

5. Sudut pandang

(45)

objek dari seluruh aksi atau tindak-tinduk dalam narasi.50 Sudut pandang terdiri atas51:

a. Sudut pandang orang ketiga “Diaan”

Sudut pandang ketiga “dia” digunakan dalam pengisahan cerita dengan

gaya “dia”. Narrator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan

tokoh-tokoh cerita yang menyebut nama, misalnya John, Mary, dsb, atau penggunaan kata ganti seperti: ia, dia, mereka. Berikut macam-macamnya.

1) Teknik pencerita “Diaan” Mahatahu

Teknik pencerita “diaan” maha tahu yakni pencerita yang berada di

luar cerita yang melaporkan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh dari sudut pandang dia. Pencerita mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya, menceritakan atau menyembunyikan ucapan dan tindakan tokoh. Bahkan, pencerita mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas seperti hanlnya ucapan dan tindakan nyata.

50 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. XV, h.191 51 Albertine Minderop, Metode Karakteristik Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Jakarta, 2005), cet

(46)

2) Teknik pencerita “Diaan” Terbatas

Sudut pandang yang menggunakan teknik pencerita “diaan” terbatas,

“dia” berfungsi sebagai pengamat, yaitu pencerita berada di luar cerita

dan biasanya ia mengetahui segala sesuatu tentang diri seorang tokoh saja- baik tindakan dan batin si tokoh tersebut. Selanjutnya teknik ini menyajikan kepada pembaca pengamatan-pengamatan luar yang berpengaruh terhadap pikiran, ingatan, dan perasaan yang membentuk kesadaran total pengamatan.dengan demikian, sudut pandang cerita menjadi objektif. Pengarang tidak mengganggu dengan memberikan komentar dan penilaian yang bersifat subjektif terhadap peristwa, tindakan tokoh-tokoh yang diceritakan. Ia hanya berlaku sebagai pengamat, melaporkan segala sesuatu yang dialami dan dijalani oleh seorang tokoh.

b. Sudut pandang orang pertama “Akuan”

Sudut pandang orang pertama “aku” yaitu pencerita yang ikut berperan

sebagai tokoh utama. Sudut pandang “ aku “ tokoh utama adalah

pencerita menjadi fokus atau pusat cerita. sedangkan “aku” tokoh

tambahan, yaitu pencerita yang tidak ikut berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar dan penonton dan hanya untuk melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut pandang

(47)

1) Teknik pencerita “Akuan” sertaan

Teknik pencerita “akuan” sertaan digunakan bila pencerita berlaku

sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan kejadian-kejadian dalam

cerita. Bila pencerita “akuan sertaan” menggunakan “aku” sebagai

tokoh utama, ia menceritakan segala-galanya mengenai dirinya, pengalaman, pandangan, keyakinan, dsb. Nuansanya lebih subjektif dan pembaca seakan-akan dibawa oleh si pencerita mengikuti apa yang dialaminya dan apa yang diyakininya. Pembaca kerap bertanya-tanya semua ini merupakan ide/ gagasan si pengarang.

2) Teknik pencerita “akuan” Tak sertaan

Teknik pencerita “akuan” tak sertaaan digunakan bila pencerita tidak

terlibat langsung dalam cerita walaupun ia berada di dalamnya. 3) Teknik pencerita “aku” tokoh utama dan “aku “ tokoh tambahan

Teknik pencerita “aku” tokoh utama menceritakan berbagai peristiwa

dan tingkah laku yang dialaminya secara fisik dan batiniah serta hubungannya dengan segala sesuatu di luar dirinya. Pada teknik

pencerita “aku” tokoh tambahan, si pencerita atau “aku” menampilkan

(48)

c. Sudut pandang campuran

Sudut pandang campuran terdapat dalam sebuah novel apabila si pengarang menggunakan lebih dari satu teknik pencerita. Pengarang berjalan berganti-ganti dari satu teknik ke teknik lainnya. Misalnya

menggunakan sudut pandang pencerita ketiga dengan teknik “dia”

mahatahu dan “dia” sebagai pengamat.

6. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui Bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai Bahasa). Sebuah gaya Bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik.52 Gaya Bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itulah kalimat-kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu gaya Bahasa dapat menimbulkan reaksi tertentu dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai seni. 7. Amanat

Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah

(49)

membaca seluruhnya. 53 Amanat adalah pesan tersurat atau tersirat yang didapat oleh pembaca dari karya sastra yang ditulis oleh pengarang tersebut. Setiap karya sastra pesti memiliki amanat tersendiri yang diselipkan si penulis, tinggal bagaiman kita menemukannya atau tidak dan meresapinya atau tidak amanat yang di masukkan oleh penulis.

Sebuah novel yang paling menentukan layak-tidaknya dibaca, banyak-tidaknya pembaca adalah unsur instrinsik. Contohnya saja jika sebuah novel yang alurnya berputar-putar atau bisa dikatakan tidak jelas maju mundurnya meski di awal cerita sangat menarik maka akan menjadikan si pembaca bingung, bosan dan tidak menarik lagi. Atau sebuah novel yang gaya bahasanya susah dimengerti sehingga menjadikan si pembaca berfikir keras untuk memahaminya dan pada akhirnya menyerah di awal. Namun pada akhirnya semua itu tergantung masing-masing individu yang membacanya. Karena minat dan ketertarikan antar individu terkait apa yang dibaca antara satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Adapun unsur ekstrinsik dalam novel lebih sering mempengaruhi pada detail ceritanya. Misalkan si pengarang tinggal atau pernah ke suatu pegunungan atau tempat yang indah maka oleh penulis disertakan di salah satu kejadian yang ada.

(50)

BAB III

PROFIL TERE LIYE DAN DESKRIPSI NOVEL AMELIA

A.Biografi Tere Liye

Nama ‘Tere Liye’ merupakan nama pena seorang penulis berbakat di Indonesia. Nama sebenarnya Tere Liye adalah Darwis. Meskipun Tere Liye adalah salah satu penulis yang telah banyak menghasilkan karya-karya best seller, akan tetapi sangat sulit sekali mencari biodata atau biografi Tere Liye. Karena Tere Liye tidak pernah sekalipun memasukkan foto dan biografinya. Bahkan ketika Tere Liye diundang sebagai pembicara pada acara talkshow nasional yang bertema “Generasi

Emas Indonesia: Menulis Kreatif dan Solutif” yang diadakan di UIN sunan Ampel

Surabaya peserta diminta oleh panitia untuk tidak mengambil fotonya. Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan kepada umum terkait kehidupan pribadinya. Itulah cara yang Tere Liye pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Berikut ini sedikit informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi Tere Liye dari berbagai sumber di internet baik di blog atau fanpage Tere Liye.

(51)

menghasilkan karya-karya yang sebagian besar menjadi best seller. Bahkan beberapa diantaranya telah diangkat ke layar lebar. Seperti Moga bunda disayang Allah, hafalan shalat delisa, serial anak-anak mamakpun juga sudah di filmkan

dengan judul ‘Anak-anak kaki langit’.

Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai menengah di SD Negeri 2 dan SMP Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 9 Bandar lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, kemudian meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi. Saat ini telah menikah dengan Riski Amelia dan di karuniai seorang putra bernama Abdullah Pasai dan putri bernama faizah azkia. Tere Liye merupakan seorang akuntan di sebuah kantor. Sedangkan menulis adalah hobby dan hingga saat ini masih berusaha untuk menghasilkan karya-karya luar biasa yang dapat memotivasi dan menginspirasi setiap pembacanya.

B.Karakteristik novel Tere Liye

(52)

berkata, kalian tidak perlu membeli buku saya untuk bisa membaca karya saya, tapi kalian bisa meminjam pada siapapun dan dimanapun. Nah, dari kata-kata itu dapat penulis fahami bahwa sebenarnya dia tidak menjual buku namun menjual ceritanya.

Dari karya-karyanya, Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terfikir oleh kebanyakan orang hidup, akan tetapi anugerah dari Yang Maha Kuasa dan karena itulah maka sudah seharusnya kita harus menerima dan mensyukurinya.

‘Hidup ini dipergilirkan satu sama lain. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah, kadang kita tertawa, lantas kemudian kita terdiam bahkan menangis. Itulah kehidupan. Barangsiapa yang sabar, maka semua bisa dilewati dengan hati lapang’.54

Sederhana dan sangat menginspirasi karena kesederhanaanlah yang mampu membuka hati, ketika hati sudah terbuka maka akan sangat mudah setiap pesan-pesan positif itu sampai.

Begitulah karakteristik novel karya Tere Liye. Sederhana dan menginspirasi sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam novel dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat memberikan manfaat yang besar setelah membaca karya-karyanya. Tidak sedikit kejadian-kejadian dalam novel itu juga terjadi pada kita, namun penyikapan dan pengambilan solusinya yang tidak terduga oleh pembaca sehingga menjadi bahan renungan untuk memperbaiki diri dikemudian hari. Salah satunya adalah Serial

(53)

Anak-Anak Mamak yang terdiri dari empat novel yaitu Eliana, Pukat, Burlian, dan

yang terakhir yang juga diteliti penulis adalah Amelia. Novel-novel tersebut diceritakan secara sederhana dengan kalimat-kalimat yang menarik, lucu, ceria, mengharukan, penuh kedalaman, menginspirasi dan sarat dengan nilai pendidikan khususnya pendidikan akhlak.

C.Karya-karya Tere Liye

Tere Liye adalah salah satu penulis di Indonesia yang sangat produktif dalam menghasilkan karya sastra yang sebagian besar diantaranya adalah best seller dan berulang kali dicetak termasuk novel yang menjadi bahan penelitian ini.

Berikut ini penulis sedikit menuliskan karya-karya Tere Liye yang telah diterbitkan dan sudah tersebar di seluruh Indonesia yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral:

1. Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005).

Novel ini karya Tere Liye yang sudah diangkat ke layar lebar (difilmkan). Mengisahkan tentang perjuangan seorang anak dan ketegarannya menghimpun kehidupannya kembali setelah kehilangan segalanya dalam tragedi tsunami Aceh.

2. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2005).

(54)

Perjuangan seorang ibu yang luar biasa mendukung anak yang memiliki keterbatasan itu dengan sabar, tulus, dan ikhlas. Kerja keras seorang guru untuk memperkenalkan dunia dan memberikan pendidikan dengan cara dan metode terbaik yang bisa dilakukan agar mudah diterima oleh siswanya yang

sangat ‘spesial’.

3. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009). Novel Inspiratif seorang anak panti asuhan dalam membangun kehidupannya sehingga menjadi seorang pengusaha sukses. Selalu merasakan ketenangan dan perasaan bersyukur ketika melihat rembulan sebagai salah satu ciptaan sang Pencipta ketika dia sedang memiliki masalah. Menceritakan tentang adanya hubungan sebab akibat dalam setiap kehidupan manusia di dunia ini. 4. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008).

Novel yang mengisahkan ketulusan dan pengorbanan seorang kakak perempuan yang menghidupi keluarga dan adik-adiknya. Sang kakak rela mengorbankan segenap hidupnya demi ibu dan adik-adiknya. Walaupun dirinya tetap hidup dalam kesederhanaan. Namun dapat menghasilkan adik-adik yang menjadi orang-orang sukses dan luar biasa. Novel ini juga sudah di angkat ke layar lebar.

5. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)

(55)

oleh Allah SWT. Seperti daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Begitulah kita harus mensyukuri kehidupan.

6. Serial Anak-Anak Mamak yang terdiri dari empat novel yaitu Burlian

(Penerbit Republika, 2009), Pukat (Penerbit Republika, 2010), Eliana

(Penerbit Republika, 2010), dan Amelia (Penerbit Republika, 2013).

Keempat novel tersebut berisi tentang perjalanan hidup anak-anak mamak di pedalaman sumatera. Tentang kehidupan dan perjuangan mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan. Dan berbagai macam petualangan masa kkanak yang terus melekat hingga mereka tumbuh dewasa. Kisah anak-anak mamak yang meski dibesarkan dalam kesederhanaan, keterbatasan dan berbaur dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja keras, kejujuran, harga diri serta perilaku terpuji lainnya. Dan di sini kasih sayang keluarga adalah segalanya.

D.Synopsis novel Amelia

Amelia adalah anak bungsu dari empat bersaudara anak Bapak dan mamak. Sebagai anak bungsu dia sering sekali menjadi bahan olok-olokan kakak laki-lakinya pukat dan burlian. Dia sangat benci sekali menjadi anak bungsu karena sering dibilang kalau anak bungsu kelak tidak akan bisa kemana-mana karena sudah

ditakdirkan untuk ‘menunggu rumah’. Selain itu sebagai anak bungsu dia sering

(56)

Sebagai anak bungsu Amelia adalah anak yang kuat. ‘Si anak kuat’ begitulah Bapak dan mamak menyebutnya. Karena Amelia adalah anak yang paling teguh dan kokoh dalam memahami hal-hal baik. Selain itu juga anak yang paling peka dan peduli terhadap kesusahan orang lain. Seperti ketika teman sekelasnya Chuck Norris

yang disebut ‘biang masalah’ karena sering sekali membuat masalah dijauhi dan

dibenci oleh teman-temannya, sebaliknya Amelia justru malah mendekatinya. Amelia selalu yakin kalau Chuck Norris itu bukan biang masalah. Karena sesungguhnya Chuck Norris berbuat itu sebab dia kurang perhatian dari orang tuanya dan berbagai masalah keluarga yang harus dihadapinya. Pada akhirnya karena kesabaran Pak Bin dan Amelia dalam melakukan pedekatan maka Chuck Norris berubah menjadi anak yang lebih baik dan kembali bersemangat untuk bersekolah.

(57)

tersebut merusak tempat pembibitan kopi. Amelia sangat kecewa sekali karena usahanya untuk lebih memajukan perekonomian kampungnya gagal.

Namun Amelia adalah anak Bapak dan mamak yang paling kuat, anak yang paling teguh dan kokoh dalam memahami hal-hal yang baik. Dia tidak pernah menyerah untuk dapat memajukan kampungnya.

E.Unsur Intrinsik dalam novel Amelia

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II, bahwa unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun langsung jalan cerita di dalam sebuah novel.Adapun unsur-unsur inntrinsik dalam novel Amelia adalah sebagai berikut:

1. Tema

Tema novel ini adalah kehidupan Amelia sebagai anak bungsu yang suka menolong juga peduli pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan alam sekitar. Berikut kutipan yang menunjukkan tema novel ini terkait anak yang suka menolong, ini adalah percakapan Amelia dan Pak bin setelah ada insiden Chuck Norris membuat ribut saat mendikte di kelas

‘Dengan segala kebaikan yang ada padamu, maka Bapak harus meminta tolong padamu, Nak. Semoga kau tidak keberatan.’

‘Minta tolong apa, Pak?’ Aku bertanya.

‘Maukah kau membantu Norris?’ ‘Membantunya?’

(58)

memadai, dibiarkan mengurus dari sendiri, Norris yang juga sama seperti kau Amel, anak bungsu, tumbuh dengan segala pemberontakan masa kanak-kanak. Dia tidak nakal.’

Aku sebanarnya belum paham, tapi melihat wajah Pak Bin yang menatapku lembut, penuh rasa percaya, amat menghargai seolah aku ini sudah dewasa, lawan bicara setara, aku memutuskan mengangguk55.

Berikut kutipan yang menunjukkan tema novel ini teerkait peduli kemajuan dan kesejahteraan kampungnya, ini adalah nasehat Paman Unus ketika pohon kopi pengganti terkena banjir bandang dan rusak.

Berbisik, ‘Kau baru saja memulainya, Amel. Kau baru saja memulai perjalanan panjang itu, Nak. Ini bukan akhir. Ini justru awal segalanya. Kau bahkan baru menulis bab pertama seluruh kisah kau di lembah ini. Kau adalah Amelia, anak bungsu keluarga ini. Amelia, si penunggu rumah. Kau selalu kembali. Dengan kekuatan yang lebih besar.’56 2. Penokohan

Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam novel Amelia:

a. Tokoh Protagonis 1) Amelia

Amelia adalah anak bungsu dari empat bersaudara anak Nurmas dan Syahdan. Diusianya yang masih kecil dia sudah mempunyai rasa kepekaan terhadap sekitar sehingga dapat memahami apa yang sedang terjadi dan dapat bersikap sangat bijak. Selain itu dia adalah anak yang baik dan penurut meskipun terkadang masih suka protes. Sebagaimana perkataan Pak Bin ketika memuji kebijaksanaan Amel.

55Ibid, h.94

(59)

‘Syahdan benar soal Amelia adalah anaknya yang paling kuat. Bukan kuat fisiknya atau kuat badannya. Kau jelas paling kokoh dan teguh dalam memahami hal-hal baik di banding anak-anak lain.’57

b. Tokoh Antagonis 1) Norris

Chuck Norris adalah teman sekelas Amelia. Pada dasarnya dia tidak ada bedanya dengan anak yang lain. Namun karena dia berasal dari keluarga yang tidak lengkap (tak pernah bersama dengan ibu) sehingga menjadikannya kurang perhatian dan mencari-cari perhatian kepada orang lain. Dia biasa disebut dengan troublemaker.

Ayah noris bekerja sebagai nelayan. Namun kelebihan yang dimiliki Norris adalah dia pintar sekali menggambar. Berikut kutipan yang menjelaskan tabiatnya, ini adalah kata hati Amelia:

Aku tidak banyak mengingat masa sebelum hari itu. Norris sudah berubah, jadi tidak perlu mengingat tingkahnya yang jahil, mengajak semua orang bertengkar, hingga memukul lonceng sekolah sebelum waktunya pulang.58

2) Bakwo Hasan

Bakwo Hasan adalah salah satu penduduk kampung yang memiliki dendam pada keluarga syahdan dan kepala desa karena kalah dalam pemilihan kepala desa. Sifat ini diketahui dari kutipan berikut.

Malam itu, pertemuan memang berjalan panas. Setelah aku selesai bicara, bahkan sebelum Kak Bujuk memulai diskusi,

57Ibid, h.93

(60)

Bakwo Hasan, kerabat dekat juha ber

Gambar

 Tabel 4.1
  Tabel 4.2
  Tabel 4.3 Perbandingan pendidikan akhlak kepada alam

Referensi

Dokumen terkait

ELDVD GLVHEXW ³6HUDQJDQ )DMDU´. d) Masyarakat Kabupaten Kendal cukup sportif dengan hasil suara PILKADA Tahun 2010 walaupun pasangan calon yang mereka pilih ternyata

KPUD juga membuat penyusunan Daftar Pemilih Tetap, dimana dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum harus membuat penyusunan Daftar Pemilih Tetap itu dengan baik, sehingga seluruh

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut : Pengertian wakaf secara umum beserta sejarah dan landasan hukumnya, Unsur dan macam-macam wakaf,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisa

Meskipun kiai, bagi orang Madura adalah tokoh sentral dalam segala aspek kehidupan, namun masyarakat mulai apatis dengan permainan politik kiai yang tidak ada bedanya

Apabila dilihat dari pernyataan yang membentuk indikator Ingatan, untuk pernyataan nomor 22 terlihat bahwa nilai persentase yang diperoleh adalah sebesar 79,36 % dengan mean

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggara, 2016) yang membandingkan antara pemberian paracetamol pre sirkumsisi dan ibuprofen post

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan pendekatan yang lebih difokuskan kepada orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan agama Katolik