• Tidak ada hasil yang ditemukan

TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN DARI PANGKAT PERMUTASI PADA GRUP PERMUTASI REPOSITORY OLEH IKA FIKRIAWAN NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN DARI PANGKAT PERMUTASI PADA GRUP PERMUTASI REPOSITORY OLEH IKA FIKRIAWAN NIM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN DARI PANGKAT PERMUTASI PADA GRUP PERMUTASI

REPOSITORY

OLEH

IKA FIKRIAWAN NIM. 12031121147

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU 2019

(2)

TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN DARI PANGKAT PERMUTASI PADA GRUP PERMUTASI

Ika Fikriawan* dan Musraini M.

Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru 28293

ikaf ikriawan@gmail.com

ABSTRACT

This paper discusses the fixed points and transient points with power of permutation in group of permutations. The problem that is discussed in this paper is to determine the relation between fixed points with power of permutation and fixed points with another power in the same group of permutation. The same thing is done to transient points.

Keywords: Fixed points, transient points, group of permutations, power of permutation

ABSTRAK

Artikel ini membahas titik tetap dan titik peralihan pada grup permutasi.

Masalah yang diabahas dalam skripsi ini adalah untuk menentukan hubungan dari titik tetap dari pangkat permutasi dengan titik tetap dari pangkat lainnya pada grup permutasi yang sama. Hal yang sama juga ditunjukkan untuk titik peralihan.

Kata kunci: Titik tetap, titik peralihan, grup permutasi, pangkat permutasi

1. PENDAHULUAN

Struktur aljabar adalah himpunan atau beberapa himpunan yang dilengkapi dengan suatu operasi atau beberapa operasi yang memenuhi aksioma-aksioma (sifat-sifat) tertentu. Di dalam struktur aljabar harus memuat beberapa syarat yaitu himpunan atau beberapa himpunan, operasi atau beberapa operasi, dan aksioma-aksioma yang memenuhi. Struktur alajbar kemudian dibedakan menjadi beberapa tipe, salah satunya adalah grup.

Grup adalah salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan; dan satu operasi, dengan syarat memiliki operasi biner, bersifat asosiatif, memuat elemen identitas, dan harus memiliki invers [5, h. 40]. Pada buku Hungerford [6, h. 23]

(3)

dikatakan bahwa grup merupakan salah satu dasar terpenting dalam pembelajaran aljabar. Pada grup, ada yang dikenal dengan grup permutasi. Grup permutasi adalah himpunan permutasi yang membentuk sebuah grup dengan operasi komposisi fungsi.

Misalkan S himpunan tak kosong, permutasi α pada S adalah pemetaan yang satu-satu sekaligus pada. Himpunan semua permutasi pada S dinotasikan dengan Sym(S) [2, h. 29]. Di dalam buku Durbin [1, h. 35] diterangkan bahwa Sym(S) dengan komposisi fungsi akan membentuk sebuah grup, yang disebut dengan grup permutasi pada S. Di dalam buku Gallian [3, h. 97] juga dijelaskan Sym(S) nonabellian ketika |S| ≥ 3.

Di dalam buku Gallian [3, h. 98] dijelaskan bahwa definisi cycle hanya untuk permutasi pada himpunan hingga, dan bukan untuk grup permutasi secara umum. Pada 2011, konsep tentang kekomutatifan pada permutasi disjoint diperkenalkan [8]. Kemudian konsep tentang kekomutatifan dalam permutasi semidisjoint diperkenalkan pada 2013 [9]. Pada kedua karya tersebut, titik tetap dan titik peralihan memilki peranan yang penting.

Pada artikel ini penulis membahas tentang himpunan titik tetap dari pangkat permutasi dengan pangkat lainnya untuk permutasi yang sama dalam grup permutasi dan hal yang sama untuk titik peralihan. Penelitian ini merupakan kajian ulang seluruhnya dari artikel Winton [10].

2. GRUP PERMUTASI

Pada bagian ini diberikan beberapa definisi yang berhubungan dengan grup permutasi yaitu permutasi, sikel, dan definisi grup permutasi.

Definisi 1 [8] Jika S adalah himpunan tak kosong, maka permutasi (simetri) α pada S adalah pemetaan satu-satu dan pada, α : S −→ S. Himpunan semua permutasi pada S dinotasikan dengan Sym(S). Jika S berhingga dengan orde n, maka Sym(S) ditulis dengan Sn, dan Sym(S) disebut sebagai himpunan dari permutasi-permutasi pada n buah elemen. Dalam hal ini S dapat ditulis S = {k}nk=1. Jika n adalah bilangan bulat positif, maka permutasi α ∈ Sym(S) adalah cycle dengan panjang n jika dan hanya jika ada subhimpunan hingga {ai}ni=1dari S sedemikian sehingga α (ai) = ai+1untuk 1≤ i ≤ n − 1, α (an) = a1, dan α(x) = x untuk setiap x∈ S − {ai}ni=1. Dalam hal ini α dapat ditulis α = (a1, a2, . . . , an).

Selanjutnya, jika α ∈ Sym(S), m merupakan sebuah bilangan bulat positif, dan n adalah sebuah bilangan bulat, maka αm adalah hasil kali dari α dengan dirinya sendiri sebanyak m kali, dan αn = (α−1)n = (αn)−1. Selanjutnya, α0 merupakan pemetaan identitas terhadap S. Pemetaan identitas pada S dinotasikan dengan 1S Definisi 2 (Grup Permutasi) [1, h. 35] Himpunan semua permutasi tak kosong S atau Sym(S) adalah grup jika dioperasikan dengan komposisi fungsi, maka akan terbentuk grup yang disebut grup permutasi pada S, dan dinotasikan dengan Sym(S).

(4)

3. TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN

Pada bagian ini diberikan konsep titik tetap dan titik peralihan pada grup permutasi. Juga diberikan beberapa teorema dan akibat yang berhubungan dengan konsep titik tetap dan titik peralihan.

Definisi 3 [10] Misalkan S adalah himpunan tak kosong, p, q ∈ S dan α ∈ Sym(S).

Misalkan p adalah titik tetap dari α jika dan hanya jika α(p) = p, sebaliknya q adalah titik peralihan dari α jika dan hanya jika α(q) ̸= q. Himpunan titik tetap dari α adalah Fα ={x ∈ S|α(x) = x}, dan himpunan titik peralihan dari α adalah Tα ={x ∈ S|α(x) ̸= x}.

Untuk pemahaman lebih lanjut tentang titik tetap dan titik peralihan, perhatikan ilustrasi berikut.

Misalkan diberikan

α =

( 1 2 3 4 1 3 2 4

) .

Titik tetap (Fα) dari permutasi α adalah α(x) = x. Dari permutasi yang diberikan, himpunan titik tetapnya adalah Fα = {1, 4} , dan titik peralihannya adalah α(x) ̸= x, sehingga Tα ={2, 3}.

Untuk setiap α ∈ Sym(S), S − Fα = Tα dan S − Tα = Fα. Akibatnya, jika Fα dan Tα tidak kosong, maka {Fα, Tα} adalah partisi S. Hal ini akan diperjelas pada Teorema berikut.

Teorema 4 [8] Misalkan α ∈ Sym(S).

(a) Fα dan Tα himpunan yang saling berkomplemen yang relatif terhadap S.

(b) Jika Fα dan Tα tak kosong, maka{Fα, Tα} adalah partisi dari S.

Bukti. Teorema ini telah dibuktikan pada artikel Winton tentang kekomutatifan

dalam grup permutasi [8]. 2

Selanjutnya diberikan Teorema 5 yang merupakan pengembangan dari Definisi 3.

Teorema 5 [8] Misalkan α ∈ Sym(S) dan x ∈ S.

(a) Jika x∈ Fα maka αn(x)∈ Fα untuk setiap bilangan bulat n.

(b) Sebaliknya, jika αn(x)∈ Fα untuk suatu bilangan bulat n, maka x∈ Fα. (c) Jika αn(x)∈ Fα untuk suatu bilangan bulat n, maka αn(x)∈ Fα untuk setiap

bilangan bulat n.

Bukti. Bukti teorema ini dapat dilihat pada artikel Winton [8]. 2

(5)

Akibat 6 [8] Misalkan α ∈ Sym(S) dan x ∈ S.

(a) Jika x∈ Tα, maka αn (x) ∈ Tα untuk setiap bilangan bulat n.

(b) Sebaliknya, jika αn (x) ∈ Tα untuk setiap bilangan bulat n, maka x∈ Tα. (c) jika αn (x) ∈ Tα untuk beberapa bilangan bulat n, maka αn (x) ∈ Tα untuk

setiap bilangan bulat n.

Bukti. Bukti teorema ini dapat dilihat pada artikel Winton [8]. 2 Selanjutnya bagian (a) dan (b) dari Teorema 5 dan Akibat 6 masing-masing dipadatkan untuk kasus n = 1. Dengan demikian ada akibat selanjutnya.

Akibat 7 [8] Misalkan α ∈ Sym(S) dan x ∈ S.

(a) Lalu x∈ Fα jika dan hanya jika α(x)∈ Fα.

(b) Selanjutnya, x∈ Tα jika dan hanya jika α(x)∈ Tα.

Bukti. Silahkan lihat artikel Winton [8]. 2

Contoh 1 Misalkan α ∈ Sym(S) dan x ∈ S. Diberikan S = {1, 2, 3, 4} dan α =

( 1 2 3 4 2 1 3 4

) .

Kemudian diperoleh Fα ={3, 4} dan Tα = {1, 2}. Dapat dilihat x ∈ Fα jika dan hanya jika α(x) ∈ Fα. Selanjutnya, x∈ Tα jika dan hanya jika α(x)∈ Tα.

4. TITIK TETAP DAN TITIK PERALIHAN DARI PANGKAT PERMUTASI PADA GRUP PERMUTASI

Selanjutnya diberikan teorema, lema dan akibat yang berhubungan dengan titik tetap dan titik peralihan dari pangkat permutasi pada grup permutasi.

Langkah pertama adalah menentukan himpunan titik tetap dan titik peralihan untuk permutasi pada Sym(S). Sebagai catatan, pemetaan identitas (1s) pada sebuah himpunan tak kosong S memiliki peran penting sebagai elemen identitas pada Sym(S).

Teorema 8 [10] Jika S adalah sebuah himpunan tak kosong dan 1sadalah pemetaan identitas pada S, maka F1s = S dan T1s =∅.

Bukti. Bukti untuk teorema ini dapat dilihat pada artikel Winton tentang titik tetap dan titik peralihan pada grup permutasi [10]. 2

(6)

Contoh 2 Misalkan S ={1, 2, 3, 4} dan pemetaan identitasnya 1s =

( 1 2 3 4 1 2 3 4

) .

Selanjutnya diperoleh F1s ={1, 2, 3, 4} = S, sehingga T1s = S−F1s = S−S = ∅.

Selanjutnya ditunjukkan untuk setiap permutasi pada S memiliki himpunan titik tetap yang sama dengan inversnya.

Lema 9 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Fα = Fα−1.

Bukti. Bukti Lema 9 dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2 Contoh 3 Misalkan

α =

( 1 2 3 2 3 1

)

, Is =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Karena α (α−1) = Is, maka

α−1 =

( 1 2 3 3 1 2

) .

Kemudian diperoleh Fα ={} dan Fα−1 ={}. Jadi, Fα = Fα−1.

Hal yang sama pada Lema 9 kemudian diterapkan pada titik peralihan.

Akibat 10 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Tα = Tα−1.

Bukti. Bukti dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2 Contoh 4 Misalkan

α =

( 1 2 3 2 1 3

)

, Is =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Karena α (α−1) = Is, maka

α−1 =

( 1 2 3 2 1 3

) .

Kemudian diperoleh Tα ={1, 2} dan Tα−1 ={1, 2}. Jadi, Tα = Tα−1.

Lema 9 kemudian dijadikan dalam bentuk umum. Jika α adalah sebuah permutasi pada S, dan n adalah sebuah bilangan bulat, maka berdasarkan pada Definisi 2.10, α−n adalah invers dari αn.

(7)

Teorema 11 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Fαn = Fα−n untuk setiap bilangan bulat n.

Bukti. Karena α ∈ Sym(S), maka αn ∈ Sym(S). Berdasarkan Definisi 2.10, n)−1 = α−n sehingga

Fαn = Fn)−1

= Fα−n

Fαn = Fα−n.

Jadi, Fαn = Fα−n untuk semua bilangan bulat n. 2 Berdasarkan Lema 9 dan Akibat 10, hal yang sama pada Teorema 11 kemudian diterapkan pada titik peralihan.

Akibat 12 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Tαn = Tα−n untuk setiap bilangan bulat n.

Bukti. Karena n adalah sebuah bilangan bulat, maka berdasarkan Teorema 4 Tαn = S− Fαn

= S− Fα−n (Teorema 11) Tαn = Tα−n (Teorema 4).

Jadi, Tαn = Tα−n untuk setiap bilangan bulat n. 2 Selanjutnya dibahas tentang hubungan antara himpunana titik tetap dari permutasi α pada himpunan tak kosong S dengan himpunan titik tetap dari permutasi α berpangkat bilangan bulat n.

Teorema 13 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Fα ⊆ Fαn, untuk setiap bilangan bulat n.

Bukti. Bukti dari teorema ini juga dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2 Contoh 5 Diberikan S = {1, 2, 3}, dengan n = 2. Misalkan

α =

( 1 2 3 1 3 2

)

diperoleh Fα ={1}. Selanjutnya α2 =

( 1 2 3 1 2 3

) ,

sehingga diperoleh Fα2 ={1, 2, 3}. Jadi, Fα ⊆ Fα2.

(8)

Hal yang sama pada Teorema 13 kemudian diterapkan untuk menentukan hubungan yang terdapat pada titik peralihan.

Akibat 14 [10] Jika α ∈ Sym(S), maka Tαn ⊆ Tα, untuk setiap bilangan bulat n.

Bukti. Bukti dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2 Contoh 6 Diberikan S = {1, 2, 3}, dengan n = 2. Misalkan

α =

( 1 2 3 1 3 2

)

diperoleh Tα ={2, 3} . Selanjutnya α2 =

( 1 2 3 1 2 3

) ,

sehingga diperoleh Tα2 ={}. Jadi, Tα2 ⊆ Tα.

Selanjutnya ditunjukkan jika α adalah permutasi pada himpunan tak kosong S, dengan x ∈ S, m bilangan bulat tak nol, αm(x) = x, n adalah sebuah bilangan bulat, dan r adalah sisa terkecil dari n modulo |m|, maka αn(x) = αr(x).

Lema 15 [10] Misalkan α ∈ Sym(S), m bilangan bulat tak nol, n sebuah bilangan bulat, dan x∈ Fαm, maka αn(x) = αn(mod |m|) (x).

Bukti. Bukti dari Lema 15 dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2

Contoh 7 Misalkan n = 4 dan m = 2, Selanjutnya ditunjukkan α4(x) = α4(mod |2|)(x).

αn(mod|m|) = α4(mod |2|)(x)

= α4(mod 2)(x) αn(mod|m|) = α2(x).

Misalkan

α =

( 1 2 3 1 3 2

) ,

sehingga

α2 =

( 1 2 3 1 2 3

)

, α4 =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Dapat dilihat α2 = α4 Jadi, α4(x) = α4(mod |2|)(x) = α2(x).

Selanjutnya dijelaskan bentuk umum dari Teorema 13. Teorema 13 merupakan bentuk khusus untuk kasus m = 1 dari teorema selanjutnya.

(9)

Teorema 16 [10] Misalkan S adalah sebuah himpunan tak kosong, α ∈ Sym(S), dan m, n adalah bilangan bulat. Jika m|n maka Fαm ⊆ Fαn.

Bukti. Pembuktian dari teorema ini dapat dilihat pada artikel Winton [10]. 2 Contoh 8 Diketahui m = 2dan n = 4, sehingga 2|4. Misalkan

α =

( 1 2 3 1 3 2

) ,

sehingga

α2 =

( 1 2 3 1 2 3

)

, α4 =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Kemudian diperoleh Fα2 ={1, 2, 3} = Fα4. Jadi, jika 2|4, maka Fα2 ⊆ Fα4.

Perlu diketahui bahwa kebalikan dari kasus pada Teorema 16 tidak berlaku.

Perhatikan contoh berikut ini.

Contoh 9 Diketahui m = 3 dan n = 4, misalkan α =

( 1 2 3 1 3 2

) ,

sehingga

α3 =

( 1 2 3 1 3 2

)

, α4 =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Kemudian diperoleh Fα3 ={1} dan Fα4 ={1, 2, 3}. Dengan demikian Fα3 ⊆ Fα4, tetapi 3- 4. Jadi kebalikan dari Teorema 16 tidak berlaku.

Selanjutnya hal yang sama pada Teorema 16 diterapkan untuk menunjukkan hubungan pada titik peralihan.

Akibat 17 [10] Misalkan S adalah sebuah himpunan tak kosong, α ∈ Sym(S), dan m, n adalah bilangan bulat. Jika m|n maka Tαn ⊆ Tαm.

Bukti. Silahkan lihat artikel Winton Winton [10]. 2 Contoh 10 Diketahui m = 1 dan n = 3, sehingga 1|3. Misalkan

α =

( 1 2 3 1 3 2

) ,

sehingga

α3 =

( 1 2 3 1 3 2

) .

Kemudian diperoleh Tαm = Tα ={2, 3} = Tαn = Tα3. Jadi, jika 1|3 maka Tα3 ⊆ Tα

(10)

Sama halnya dengan Teorema 16, kebalikan dari kasus pada Akibat 17 juga tidak berlaku.

Contoh 11 Diketahui m = 3 dan n = 4, misalkan α =

( 1 2 3 1 3 2

) ,

sehingga

α3 =

( 1 2 3 1 3 2

)

, α4 =

( 1 2 3 1 2 3

) .

Kemudian diperoleh Tα3 = {2, 3} dan Tα4 = {}. Sehingga Tα4 ⊆ Tα3 tetapi 3 - 4.

Jadi, kebalikan dari Akibat 17 tidak berlaku.

Berdasarkan Teorema 16, jika α ∈ Sym(S) dan n adalah bilangan bulat, maka 1|n. Karena Fα = Fα1 ⊆ Fαn, maka dapat disimpulkan bahwa Teorema 13 merupakan kasus spesial untuk m = 1 pada Teorema 16. Selanjutnya, karena 1|n, maka berdasarkan Akibat 17, Tαn ⊆ Tα1 = Tα. Dengan demikian, Akibat 14 juga merupaka kasus spesial untuk m = 1 pada Akibat 17. Selain itu, berdasarkan Teorema 4, jika kebalikan dari kasus pada titik tetap tidak berlaku, maka hal yang sama juga terjadi pada titik peralihan. Hal ini dapat dilihat pada kasus Teorema 16 dan Teorema 16.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa titik tetap dan titik peralihan memiliki nilai yang sama dengan inversnya. Selanjutnya pada pangkat yang berbeda, titik tetap dengan pangkat tertentu merupakan himpunan bagian dari pangkat lainnya jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan pada titik peralihan, hubungannya merupakan kebalikan dari titik tetap.

Selain itu, jika kebalikan dari kasus pada titik tetap tidak berlaku, maka kebalikan untuk titik peralihan juga tidak berlaku pada kasus yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

[1] J. R. Durbin, Modern Algebra: An Introduction, Sixth Edition, John Wiley dan Sons, New York, 2009.

[2] D. S. Dummit dan R. M. Foote, Abstract Algebra, Third Edition, John Wiley dan Sons, New York, 2004.

[3] J. A. Gallian, Contemporary Abstract Algebra, Seventh Edition, Brook/Cole, Boston, 2010.

[4] J. Gilbert dan L. Gilbert, Elements of Modern Algebra, Seventh Edition, Brook/Cole, Boston, 2009.

(11)

[5] I. N. Herstein, Abstract Algebra, Third Edition, Prentice-Hall, London, 1996.

[6] T. W. Hungerford, Algebra, Springer-Verlag, New York, 1974.

[7] T. Koshi, Elements Number Theory with Application, Second Edition, Elsevier, Boston, 2007.

[8] R. Winton, Commutativity in permutation groups, Journal of Mathematical Sciences and Mathematics Education, 6 (2011), 1-7.

[9] R. Winton, Semidisjoint permutations, Journal of Mathematical Sciences and Mathematics Education, 8 (2013), 1-11.

[10] R. Winton, Fixed points and transient points in permutation groups, Journal of Mathematical Sciences and Mathematics Education, 9 (2014), 1-8.

Referensi

Dokumen terkait

Pendeteksian area mata dilakukan menggunakan metode haar cascade untuk mendapatkan area mata yang dimulai dengan proses image processing berupa grayscale yang merubah

7 Tahun 2004, khususnya Pasal 9 tentang hak guna usaha air yang telah memberikan peluang kepada sektor swasta dalam pengelolaan sumber air menimbulkan beberapa dampak

[r]

Dalam perusahaan jenis ini fasilitas jasa yang diberikan kepada kreditor adalah perlindungan kredit yang meliputi pengurusan atau penjualan, penagihan dari debitur

Entity Relationship Diagram Rental VCD FILM kelompokfilm jenis harga_sewa Film kode_film judul jml_film jml_keping dikelompokkan 1 N no_identitas jenis_identitas N tgl_sewa

Hasil penelitian ekstrak etanol bulbus bawang dayak yang tumbuh liar asal Banjarbaru memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC 50 sebesar 25,33 ppm dan berdasarkan

bahwa tiga variabel bebas (umur, masa kerja, dan lama pelatihan) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktifitas kerja karyawan. yang sangat erat

Belajar bukanlah hasil dari suatu proses atau hasil perkembangan, tetapi proses itu sendiri adalah belajar. Seseorang yang belajar berarti ada proses yang aktif dari orang