EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS)
DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP
HIMPUNAN DI SMPN 1
SAWAN BULELENG
by Made Susilawati
FILE
T IME SUBMIT T ED 22- JAN- 2016 05:24PM SUBMISSION ID 622880702
WORD COUNT 2581 CHARACT ER COUNT 15390
19
%
SIMILARIT Y INDEX
19
%
INT ERNET SOURCES
1
%
PUBLICAT IONS
11
%
ST UDENT PAPERS
1
9
%
2
5
%
3
3
%
4
1
%
5
<
1
%
6
<
1
%
7
<
1
%
8
<
1
%
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HIMPUNAN DI
SMPN 1 SAWAN BULELENG
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
www.infosaya.net
Int ernet Source
aceholic.blogspot.com
Int ernet Source
yankcute.blogspot.com
Int ernet Source
reduxation.blogspot.com
Int ernet Source
Submitted to Ohio University
St udent Paper
library.um.ac.id
Int ernet Sourcelibrary.upnvj.ac.id
Int ernet Source
digilib.uin-suka.ac.id
EXCLUDE QUOT ES OFF EXCLUDE
BIBLIOGRAPHY
OFF
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
3
operasinya, melainkan pada pelatihan simbol-simbol matematika dengan penekanan pada pemberian informasi dan latihan penerapan dalam soal. Guru masih bergantung pada metode ceramah, siswa yang pasif, sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis.
Dalam proses pembelajaran matematika keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Siswa diharapkan benar-benar aktif dalam belajar matematika, sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang materi pelajaran yang di ajarkan. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran dapat mempertajam ingatan tentang materi pelajaran. Suatu konsep akan lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan melalui langkah dan prosedur yang menarik. Selain kurangnya keaktifan dalam pembelajaran matematika, guru seringkali kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan, langkah, tahap demi tahap dalam penyampaian materi pelajaran.
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dalam mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Penyajian bermacam-macam model pembelajaran dan aplikasinya dalam pengajaran matematika bertujuan agar siswa dan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang model-model pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya. Salah satu model-model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
4
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam meningkatkan pemahaman konsep himpunan di SMPN 1 Sawan Buleleng.
METODE PENELITIAN
Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja bersama-sama (berdiskusi) untuk menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas. Pada kegiatan pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD ini difokuskan pada pemahaman konsep himpunan dengan mengaitkan pada benda-benda yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari. Kegiatan ini dilakukan di SMPN 1 Sawan, kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada siswa-siswa kelas VII.
Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai dengan tahapan sebagai berikut:
1. Presentasi kelas, diawali dengan penyampaian materi himpunan oleh guru atau tim pelaksana
dari Universitas Udayana.
2. Memberikan tes awal pada siswa secara individual
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
5
bersifat heterogen.
4. Kegiatan kelompok, diawali dengan menyiapkan berbagai benda atau barang-barang yang nantinya akan diperagakan untuk menunjukkan yang mana disebut himpunan dan bukan himpunan.
5. Melaksanakan evaluasi atau tes akhir kepada siswa secara individual
6. Membuat tabel pembentukan dan penghargaan kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes akhir atau nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Kriteria Nilai peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok :
Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 atau (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).
Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 atau (15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 atau (20 ≤ Rata-rata nilaipeningkatan kelompok < 25)
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
[image:20.595.67.511.256.756.2]Hasil yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat mengenai penerapan pembelajaran CTL DI SDN 2 Sawan adalah berupa nilai evaluasi. Nilai evaluasi ini diperoleh dari pretes dan postes, data mengenai nilai evaluasi dan kategorinya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Evaluasi Siswa Kelas VII SMPN 1 Sawan
No Absen Klp Pretes Posttes Peningkatan Rata2 Kriteria
12 1 80 95 30 25.25 Sempurna
1 1 70 85 30 Sempurna
15 1 60 90 30 Sempurna
4 1 90 95 20 Sempurna
31 2 70 85 30 25.25 Sempurna
28 2 80 95 30 Sempurna
19 2 80 100 30 Sempurna
2 2 75 95 20 Sempurna
25 3 70 90 30 30 Sempurna
30 3 40 60 30 Sempurna
20 3 60 80 30 Sempurna
27 3 60 95 30 Sempurna
9 4 70 90 30 25.25 Sempurna
22 4 75 100 30 Sempurna
11 4 70 100 30 Sempurna
8 4 80 85 20 Sempurna
21 5 70 85 30 20.25 Sangat Baik
5 5 85 90 20 Sangat Baik
26 5 90 90 20 Sangat Baik
32 5 80 90 20 Sangat Baik
7 6 90 95 20 20 Sangat Baik
18 6 80 85 20 Sangat Baik
24 6 70 80 20 Sangat Baik
23 7 70 75 20 20 Sangat Baik
29 7 70 80 20 Sangat Baik
10 7 70 75 20 Sangat Baik
6 7 90 90 20 Sangat Baik
14 8 90 90 20 25.25 Sempurna
13 8 80 95 30 Sempurna
17 8 80 95 30 Sempurna
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
7
[image:21.595.69.369.279.338.2]Tabel 1 menunjukkan ada 8 kelompok dalam kelas VII SMPN 1 Sawan, ada 3 kelompok yang masuk kategori penghargaan sangat baik, ini menunjukan telah terjadi peningkatan rata-rata perolehan nilai post tes dibandingkan dengan pre tes sebesar 20 sampai 25. Sedangkan kelima kelompok lainnya masuk dalam kategori sempurna karena rata-rata peningkatan nilainya lebih dari 25. Suatu pencapaian yang sangat bagus artinya metode pembelajaran STAD dengan system berkelompok telah mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil statistika deskriptif dari data nilai evaluasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Descriptive Statistics: Pretes, Postes
Variabel N Rataan StDev Min Maks
Pretes 31 75.00 10.95 40.00 90.00
Posttes 31 88.71 8.66 60.00 100.00
Difference 31 13.71 9.13 - -
Hasil yang didapat dari Tabel 1 tercemin pula pada Tabel 2, nilai rataan pretes yang lebih kecil dari postes menjelaskan bahwa kemampuan siswa memahami materi setelah diberikan pembelajaran STAD meningkat. Nilai minimal pretes siswa adalah 40 yang meningkat pada posttes menjadi 60, demikian pula dengan nilai maksimum yang diperoleh siswa meningkat pada saat pretes dibandingkan dengan nilai maksimum pada saat postes. Dilihat dari nilai standar deviasi menunjukkan bahwa nilai standar deviasi pretes lebih besar dari postes, ini berarti nilai pretes siswa lebih beragam dibandingkan nilai posttesnya.
Analisis selanjutnya adalah analisis inferensial yaitu analisis yang melibatkan pengujian hipotesis untuk mendapatkan kesimpulan secara sahih (Walpole,1995). Hipotesis yang diajukan dalam pengabdian ini adalah
H0 : µ2 - µ1 = 0 (Rata-rata pre-tes siswa sama dengan rata-rata post-tes )
H1 : µ2 - µ1>0 (Rata-rata post-tes siswa lebih tinggi dari rata-rata pre-tes )
Statistik hitung yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah statistik uji t.Ho akan diterima jika nilai thit lebih besar dari nilai t tabel dengan α = 0.05 dan Ho ditolak jika
sebaliknya atau jika nilai P yang diperoleh dalam keluaran pake program lebih kecil dari taraf
nyata (α ) = 0.05 maka Ho ditolak.
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 8 40 30 20 10 0 -10 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Perbedaan P e rc e n t Mean 13.71 StDev 9.126 N 31 A D 0.716 P-Value 0.055
Hasil Uji Kenormalan Nilai Siswa SMPN 1 Sawan
[image:22.595.145.469.72.290.2]Normal
Gambar 1. Hasil Uji Kenormalan Nilai Siswa SMPN 1 Sawan
Berdasarkan grafik uji kenormalan di atas terlihat titik-titik data mengikuti garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hal ini dipertegas dengan hasil uji AD (Anderson Darling) yang mendapatkan nilai P (P-Value) = 0.055 yang lebih besar dengan taraf nyata 0.05, ini mengindikasikan bahwa data sudah menyebar normal.
Selanjutnya adalah pengujian pada asumsi kehomogenan ragam, disini untuk
menentukan apakah ragamnya sudah homogeny atau tidak menggunakan uji Levene’s. Hasil
ujinya seperti terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji Levene’s didapat nilai P (P-Value) =
0.178 yang lebih besar dengan taraf nyata 0.05, hal ini menunjukkan bahwa ragam data sudah homogeny, artinya siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD ini mempunyai kemampuan yang homogen.
postes pretes 16 14 12 10 8 6
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
postes pretes 100 90 80 70 60 50 40 Data
Test Statistic 1.60 P-Value 0.203 Test Statistic 1.86 P-Value 0.178
F-Test
Lev ene's Test
Uji Kehomogenan ragam
[image:22.595.144.463.522.731.2]KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
9
Kedua asumsi yang mendasari uji t sudah terpenuhi, karenanya uji t sudah dapat dilakukan. Hasil dari uji t didapat T-Value = 5.47 denganP-Value = 0.000. Dengan membandingkanP-Value = 0.000 dengan taraf nyata 0.05 diperoleh bahwa P-Value = 0.000 lebih kecil dari taraf nyata 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti rata-rata nilai evaluasi posttes siswa lebih besar dari rata-rata nilai pretes. Dengan kata lain terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.
Dalam penerapan pembelajaran STAD ini terlihat sekali kalau siswa-siswa antusias belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari semangat para siswa saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh tentor, dan berlomba untuk menjawab paling pertama. Pembelajaran STAD ini juga mudah untuk diterapkan, hanya diperlukan pembentukan kelompok-kelompok untuk siswa. Siswa yang sudah dikelompokkan tidak lagi merasa takut atau minder ketika mereka belum mengerti materi karena mereka bisa menanyakan pada temannya yang sudah lebih dahulu memahami materi tersebut. Jadi metode pembelajaran STAD ini sangat sesuai diterapkan di kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep matematika.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata postes siswa lebih besar dari rata-rata pretes. Dan hasil analisis inferensial dengan melakukan uji t diperoleh nilai P = 0.000 lebih kecil dari taraf nyata 0.05, artinya hipotesis nol yang ditolak, ini menunjukkan telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.
2. Penerapan pembelajaran STAD telah dapat meningkatkan antusiasme dan semangat siswa dalam belajar matematika.
b. Saran
Penerapan pembelajaran STAD ini tidak terlalu menyita waktu, sehingga bisa diterapkan oleh guru pengampu mata ajar matematika dalam pembelajarannya sehari-hari.
Ucapan Terima Kasih
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
10
DAFTAR PUSTAKA
Nur dkk. 2000 .Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative learning. Theory, Research and Practice, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sumardi, Bremaniwati. 2005. Matematika SMP untuk kelas VII. Klaten: Prestasi Agung Pratama.
Wardhani, Sri . 2005. Pembelajaran Matematika Kontekstual. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Walpole, R.E.1995. Introduction to Statistics. Terjemahan Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widyantini, Th., Edy Prayitno dan Puji Iryanti. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Modul Paket Pembinaan Penataran.