SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Disusun:
Caca Meiwendika 2517.011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI 2021 M/1442 H
Tempat / tanggal Lahir : Muaro Paiti / 27 Mei 1999
Fakultas / Prodi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Judul Skripsi : Korelasi Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul diatas adalah benar asli karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan dicopot sampai batas yang ditentukan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 09 Juni 2021 Saya yang menyatakan
Caca Meiwendika NIM. 2517011
i
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Semesta alam tak ada satupun nikmat dan rahmatnya yang dapat didustakan. Salah satunya dengan selesainya penulisan skripsi ini yang berjudul “Korelasi Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX”, serta Pendidikan penulis di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Shalawat beserta salam tak lupa penulis mohonkan pada Allah SWT agar disampaikan kepada junjungan umat islam yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan kepada alam yang terang benderang, dengan meletakkan panji-panji keimanan dan seberkas cahaya, sehingga ajaran beliau telah mampu mengangkat derajat umat manusia.
Penulisan skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor dan Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi dan jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan untuk kepentingan perkuliahan dari awal hingga akhir penulis menyelesaikan studi.
ii
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) yang telah membantu selama penulis menuntut ilmu diperguruan tinggi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Bapak Riri Okra, M. Kom yang telah membantu penulis selama di perguruan tinggi hingga dapat menyelesaikan perkuliahan hingga akhir.
4. Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd sebagai dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah memberikan arahan dan nasehat-nasehat agar penulis lebih terarah sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Mardius, S. Pd selaku Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX terimakasih telah mengizinkan penulis melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen PTIK yang telah ikhlas mengajarkan dan memberikan ilmunya serta memberikan motivasi kepada penulis baik selama perkuliahan maupun diluar perkuliahan.
7. Bapak Sarwo Derta, S.S, S.Kom, M.Kom Selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dari awal perkuliahan serta memberikan nasehat, motivasi selama perkuliahan.
8. Kepala Perpustakaan beserta staf di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittingi yang telah memberikan pelayanan dan menyediakan referensi untuk penyelasaian skripsi ini.
9. Orang tua tersayang beserta keluarga besar yang selalu memberikan do’anya dengan ikhlas, nasehat, dukungan, motivasi yang senantiasa diberikan kepada penulis.
iii
10. Teman-teman seperjuangan PTIK’17 khususnya kelas PTIK A yang telah memberikan bantuan, motivasi dan dukungan serta sabar dalam mendengarkan keluhan-keluhan penulis selama perkuliahan.
Semoga kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain khususnya kepada segenap pembaca. Aamiin.
Bukittinggi, 24 Mei 2021 Penulis,
Caca Meiwendika NIM. 2517011
iv
Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi 2021 M/1442H.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh mewabahnya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), sehingga memaksa proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh atau daring. Pembelajaran daring membentuk persepsi yang berbeda bagi siswa, sehingga persepsi yang diberikan dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI di SMA negeri 1 Kecamatan Kapur IX.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif assosiatif, metode yang digunakan adalah metode korelasional yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan timbal balik antara dua variabel. Dalam penelitian ini hubungan antar dua variabelnya yaitu persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring (variabel X) terhadap hasil belajar (variabel Y). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring disusun berdasarkan indikator persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dan diuji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data yang dilakukan adalah uji korelasi persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan product moment dan uji hipotesis dengan uji signifikasi persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dikategorikan sangat baik sebesar 43,2%. Hasil belajar TIK siswa kelas XI memperoleh kategori sangat tinggi sebesar 36,4%
dengan rata-rata hasil belajar 76,66, 54,5% diatas KBM dan 44,5% dibawah KBM.
Untuk korelasi antara persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa memiliki korelasi positif sebesar 0,547 atau sedang dan signifikan.
Kata kunci: Persepsi, Pembelajaran Daring, Hasil Belajar
1 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Batasan Masalah... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Manfaat Penelitian ... 13
G. Penjelasan Judul ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14
1. Persepsi ... 14
a. Defenisi Persepsi ... 14
b. Dimensi Persepsi ... 17
c. Jenis-jenis Persepsi... 18
d. Factor yang Mempengaruhi Persepsi ... 21
2. Pembelajaran Daring ... 21
a. Defenisi Pembelajaran ... 21
b. Definisi Pembelajaran Daring ... 25
c. Manfaat Pembelajaran Daring... 29
d. Prinsip Pembelajaran Daring... 30
3. Hasil Belajar ... 32
a. Defenisi Hasil Belajar ... 32
b. Factor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 34
B. Penelitian Yang Relavan ... 38
C. Kerangka Berfikir... 40
D. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Pengolahan Data ... 46
G. Prosedur Penelitian... 53 H. Teknik Analisis Data ... 54 I. Uji Persyaratan Analisis ... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 59 B. Analisis Data ... 62 C. Pembahasan ... 66 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian Siswa ... 11
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 43
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 44
Tabel 3.3 Skala Likert ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi dan Nomor Butir Item Instrumen Angket ... 47
Tabel 3.5 Angket Uji Coba Persepsi Siswa Tentang Pelakasanaan Pembelajaran Daring ... 49
Tabel 3.6 Hasil Validitas Butir Angket Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring ... 51
Tabel 3.7 Klasifikasi Reliabilitas ... 53
Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 59
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring ... 60
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa... 61
Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 63
Tabel 4.4 Uji Linieritas ... 64
Tabel 4.5 Uji Korelasi Product Moment ... 65
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring ... 60 Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Hasil Belajar Siswa ... 62
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di penghujung tahun 2019, dunia sangat dikejutkan karena adanya kasus baru berupa kasus infeksi yang menyerang saluran pernafasan pada manusia. Dari gejala yang ditimbulkan sudah teridentifikasi penyebabnya, yaitu Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Covid-19 merupakan penyakit yang menular dan dapat menyebar baik itu secara langsung ataupun tidak langsung[1]. Virus ini berasal dari kota Wuhan, Provinsi Hubey, China. Wabah virus corona ini telah melanda 215 negara di dunia[2]. Gejala yang ditimbulkan oleh kasus ini mulai dari gejala ringan seperti influenza hingga berat seperti infeksi paru-paru, tanda-tanda terinfeksi bisa juga diawali dengan demam tinggi, sakit pada tenggorokan, pilek, batuk kering dan sesak nafas. Penanganan untuk virus ini belum ada vaksin ataupun obat untuk penyembuhan pada penyakit ini.
Pemerintah telah melakukan cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini dengan menerapkan Physical Distancing (jaga jarak) dan Social Distancing (pembatasan sosial) agar tidak terjadinya kerumunan antar masyarakat. Namun penerapan cara ini menghambat berbagai bidang kehidupan pada masyarakat seperti kehidupan ekonomi, social dan pendidikan. Selama pandemi covid-19 ini pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) Nomor 50/2020 tentang perubahan atas kedua Surat
Menteri PAN & RB Nomor 19/2020 yang isinya system kerja aparatur sipil negara dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dilingkungan instansi pemerintah[1]. Pemerintah mengganti proses pembelajaran disekolah menjadi dirumah, karena pemerintah menerapkan kebijakan Work From Home (WFH). WFH merupakan kerja dari rumah.
Pembelajaran daring membetuk persepsi yang berbeda bagi peserta didik[3]. Persepsi merupakan proses komunikasi dasar dimana seseorang menciptakan makna Ketika berkomunikasi dengan diri sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain[3]. Untuk itu persepsi merupakan inti dari komunikasi, jika persepsi yang diberikan siswa tidak akurat maka akan sulit berkomunikasi secara efektif. Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan pemahaman tentang lingkungan, termasuk penetapan informasi untuk membentuk pengkategorian dan penafsiran[4].
Pada hakikatnya persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami suatu informasi tentang lingkungannya, baik menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan[5]. Jadi persepsi mengandung proses pada diri seseorang agar mengetahui sejauh mana seseorang tersebut mengetahui suatu objek atau orang. Kepekaan alat-alat indra terhadap lingkungannya akan mulai terlihat dan cara pandang akan menentukan pesan yang akan dihasilkan dari proses persepsi.
Pendidikan digunakan sebagai alat untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. salah satu factor internal yang
mempengaruhi hasil belajar adalah persepsi. Persepsi yang diberikan siswa terhadap gurunya sangat berpengaruh karena pada dasarnya semua siswa mengetahui lewat pengalaman dirinya sendiri, bahwa seorang guru berperan secara keseluruhan dalam proses belajar didalam kelas. Oleh karena itu siswa memberikan harapan penuh kepada guru, karena jika siswa merasa harapannya terpenuhi maka siswa akan puas mereka akan memberikan persepsi yang positif, dan sebaliknya jika tidak siswa akan merasa kecewa siswa akan memberikan persepsi yang negative.
Persepsi yang diberikan dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar, dalam mengajar guru harus mampu menguasai konsep dan cara menyampaikan pembelajaran dengan baik, agar materi yang disampaikan menjadi menarik, mudah dimengerti dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, dengan demikian siswa akan mudah memahami yang diberikan guru agar hasil belajar siswa lebih maksimal. Guru harus bisa berinteraksi dengan siswa, kaitannya dengan persepsi antara guru dan siswa memiliki persepsinya masing-masing, semakin baik hubungan guru dan siswa semakin mudah bagi guru untuk mempengaruhi siswa untuk belajar. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan umpan balik yang baik antara guru dan siswa agar hasil belajar siswa menjadi maksimal.
Pendidikan yang dirasakan oleh guru saat ini adalah keresahan karena keterbatasan dalam melakukan proses belajar mengajar. Persepsi yang diberikan pada umumnya sama dari pihak guru. Mereka merasakan ketidak efektifan selama pembelajaran daring, keterbatasan dalam
menyampaikan materi dan pemberian tugas. Sedangkan persepsi yang diberikan oleh siswa mereka merasakan kesenangan karena bisa santai dalam belajar kendala yang mereka dapatkan hanyalah pada jaringan internet dan biaya yang harus disediakan karena pembelajaran daring.
Dengan keterbatasan yang ada guru dan siswa harus menjalani proses yang ada karena sudah ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu bekerja dari rumah dengan menggunakan fasilitas dan jaringan yang hanya sebatasnya saja.
Diera globalisasi pada saat sekarang ini perkembangan teknologi sudah bisa kita rasakan secara cepat terutama dalam aspek kehidupan misalnya pendidikan. Perkembangan teknologi memungkinkan semua hal yang berkaitan dengan pendidikan dapat kita selesaikan dengan mudah dan praktis. Revolusi industry telah merubah gaya hidup manusia, begitu juga dalam proses pembelajaran , revolusi industry empat merupakan kombinasi beberapa teknologi dan tiga bidang keilmuan yaitu ilmu fisika, digital dan biologi[6]. Selama pandemic Covid-19, agar proses pembelajaran tetap berjalan maka cara yang dilakukan pemerintah agar proses belajar mengajar tetap terlaksana dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring).
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet dengan aksebilitas, konektifitas fleksibelitas serta kemampuan untuk memunculkan berbagai interaksi pembelajaran[2].
Pembelajaran daring yaitu program penyelenggaraan kelas belajar untuk menjangkau kelompok yang masif dan luas melalui jaringan internet[4].
Pembelajaran daring dapat dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak terbatas, bisa dilakukan secara gratis maupun berbayar. Pada umumnya ciri- ciri pembelajaran daring ada tiga yaitu pembelajaran individu, terstruktur dan sistematis, serta mengutamakan kekreatifan siswa[4].
Penghubung antara guru dan siswa adalah dengan menggunakan berbagai perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau android, laptop, computer, tablet dan lain-lain agar dapat mengakses informasi kapan dan dimana saja. Penggunaan perangkat tentunya tidak lepas dari bantuan software atau aplikasi yang dijadikan media sebagai interaksi antara siswa dan guru seperti menggunakan whatsapp, Edmodo, schoology, google classroom, dan lain-lain.
Penggunaan media yang dilakukan oleh guru akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dan menghemat waktu bagi guru dan siswanya kesekolah. Guru dan siswa dipermudah karena bisa belajar dan mengajar dimana dan kapan walaupun dalam keadaan jauh.
Akan tetapi penggunaan media dalam pembelajaran daring akan kurang efektif dan efisien karena terbatasnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru akan sulit mengontrol siswa yang serius atau tidak selama mengikuti pelajaran, sehingga pada umumnya guru hanya bisa memberikan materi tentang teoritis. Bagi siswa yang tinggal di pedalaman atau daerah yang masih kurang dalam jangkauan jaringan maka akan mempersulit komunikasi pada saat guru memberikan tugas. Akibatnya
siswa akan kurang paham bahkan ada juga yang tidak paham sama sekali dengan materi yang diberikan oleh guru.
Jadi, pembelajaran secara daring menuntut siswa bertanggung jawab, memotivasi diri, dan dapat melakukan komunikasi baik dengan guru dan siswa lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi[3].
Sesungguhnya pembelajaran itu membutuhkan pengetahuan, keterampiran, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan efektif dan efisien media pengantar materi pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu sehingga metode bisa saja menjadi penghambat jalannya proses pembelajaran[7]. Dari pembelajaran yang dilakukan siswa tentunya akan mendapatkan hasil. Dan hasilnya tentu tidak akan sama. Hasil yang didapat siswa mungkin saja ada yang tinggi dan ada yang rendah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami dan menerima pengalaman belajar[8]. Ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu factor dari dalam, dari luar, dan instrument[9]. Selama pembelajaran daring hasil belajar yang didapat siswa baik, karena mereka secara mandiri mendapatkan jawaban baik itu dari sumber manapun, siswa secara mandiri belajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan harus menyediakan layanan yang bagus agar hasil belajarnya baik, beda halnya dengan proses pembelajaran langsung yang biasanya mereka lakukan.
Didalam lingkungan sekolah guru sebagai pendidik berusaha melakukan agar siswa tetap mendapatkan ilmu pengetahuan walaupun tidak berjalan sempurna. Dan siswa menjalankan kewajibannya dengan cara menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah:
ْ لُق ْ لَه ىِوَت سَي َْن يِذَّلا َْن وُمَل عَي َْن يِذَّلاَو َْل َْن وُمَل عَي ْ ۗ اَمَّنِا ُْرَّكَذَتَي ْاوُلوُا ِْࣖباَب لَ لا…
Artinya: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-zumar [39]:9)
Penggalan Terjemahan ayat diatas penulis umpakan ketika proses pembelajaran dilakukan secara langsung dimana ketika keluar dengan keadaan tidak mengetahui apapun dari rumah, bertujuan mencari ilmu sesampainya disekolah dan pulang mengetahui dan membawa ilmu dari apa yang telah dipelajari. Didalam model pembelajaran yang dilakukan secara langsung mengharuskan siswa agar memahami konsep secara utuh sehingga dapat membetuk sikap dan melakukan penalaran deduktif. Penulis dapat menyimpulkan bahwa orang-orang berilmu dan berakallah yang mempunyai kedudukan lebih mulia di mata Allah SWT dan tidaklah sama kedudukannya dengan orang orang tidak berilmu dan tidak berakal.
Pendidikan merupakan suatu usaha mengalihkan pengetahuan, pengalaman serta keterampilan dari generasi tua ke generasi muda agar hidupnya bermanfaat. Dalam PP No 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran dalam satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif,
inovatif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup luas, kerativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Pembelajaran yang dilakukan secara langsung merupakan proses siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan dalam berfikir serta keterampilannya dalam berinteraksi dengan sumber belajar yang telah dirancang oleh guru.
Pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung dari pendekatan yang bersifat teacher center[10].
Dengan menjelaskan tujuan pembelajaran untuk memotivasi siswanya sehingga membentuk akhlak yang baik. Guru akan mendemosntrasikan ilmu yang dimilikinya kepada siswa secara bertahap atau selangkah demi selangkah. Guru menyampaikan secara verbal kepada siswa agar dapat menguasai materi secara optimal. Tanggapan dari materi yang didapat oleh siswa tentunya guru berharap membawa hasil yang baik bagi siswanya.
Dalam pembelajaran secara langsung ini memerlukan perencanaan yang maksimal dan pelaksanaan yang dilakukan sangat hati-hati oleh pihak guru.
Agar berjalan efektif syarat yang harus dilakukan adalah keterampilan yang dimiliki oleh guru harus didefenisikan secara seksama, demonstrasi dan waktu pelatihan yang dilaksanakan secara bersama.
SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX merupakan salah satu sekolah yang berada di Kapur IX tepatnya di jalan Nusantara nomor 63 Desa Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Sekolah ini berdiri
pada tahun 1995 dengan nama SMU N Kapur IX, pada tahun 2004 sampai sekarang berubah menjadi SMA Negeri 1 Kec. Kapur IX dengan akreditasi A. Sekolah ini dikepalai oleh Bapak Mardius, S.Pd, dan terdiri dari 48 orang guru, 9 orang tenaga kependidikan, dan 559 siswa. Sekolah ini terbagi menjadi dua jurusan yaitu MIPA dan IPS.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX dengan seorang guru TIK yakni bapak Diki Putra Indri, S. Kom dan 6 orang siswa bahwa pembelajaran yang dilakukan pada saat ini adalah proses pembelajaran yang terjadi tidak secara langsung melainkan secara online atau dalam jaringan karena akibat dari Covid-19.
Pembelajaran daring ini dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Penulis mendapatkan informasi bahwasanya akibat yang ditimbulkan dari pembelajaran ini adalah pembelajaran yang tidak efektif, siswa merasa kurang paham dengan tugas dan materi yang diberikan, bukan hanya tugas saja pemahaman yang didapat juga tidak efisien. Akan tetapi ada juga siswa yang merasa senang karena waktu pembelajaran lebih sebentar daripada tatap muka. Siswa juga merasa lebih santai mengerjakan tugas daripada biasanya. Kendala yang dialami pada umumnya hanya pada sinyal internet karena kurang mendukung.
Selama pandemic ini guru dan siswa dituntut untuk melengkapi media yang digunakan untuk pembelajaran daring dan dituntut untuk
menyediakan kuota internet serta sinyal yang baik agar proses belajar mengajar dapat berjalan. Dengan terbatasnya ruang gerak guru dalam menyampaikan materi dan memantau siswanya satu persatu, hal ini mengharuskan siswa untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemandirian belajar dari diri mereka masing-masing. Guru memberikan keringanan kepada siswa yang tidak mempunyai media dan kuota internet misalnya dengan menjemput tugas dan mengumpulkannya secara langsung kepada guru yang bersangkutan.
Cara yang dilakukan oleh guru adalah dengan menyiapkan materi dan membagikannya melalui whatsapp. Penulis juga mendapatkan informasi bahwa Guru juga banyak mendapatkan kecurangan dalam pembelajaran daring. Sehingga dalam pembentukkan karakter, menilai sikap kejujuran untuk siswa guru tidak bisa membimbing dan menilai secara langsung. Penulis juga mendapatkan informasi bahwa selama pembelajaran daring ini siswa masih banyak yang bermain dan menganggap santai setiap materi yang diberikan oleh guru. Siswa mendapatkan kendala pada jaringan dan biaya untuk pengisian kuota.
Setelah penulis melakukan survey, penulis mencoba untuk menelusuri hasil belajar TIK siswa kelas XI IPA tersebut, dalam hal ini penulis melihat adalah hasil nilai ulangan hariannya (UH). Dari hasil pengamatan yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil ulangan harian siswa SMA Negeri 1 Kecamatan `Kapur IX mata Pelajaran TIK kelas XI
No Kelas Jumlah siswa Persentase Ketuntasan Siswa Tuntas Tidak Tuntas
1 XI IPA 1 29 75% 15%
2 XI IPA 2 28 60% 40%
3 XI IPA 3 30 55% 45%
(Sumber: hasil wawancara dengan guru bidang studi di SMAN 1 Kapur IX) Dalam proses pembelajaran guru akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya. Hal ini bertujuan agar siswanya mendapatkan ilmu, mengetahui dan menanamkan nilai karakter yang semestinya. Dari materi yang disampaikan guru berharap siswa bisa memahaminya dengan baik, guru akann melakukan strategi atau cara agar siswanya tetap dapat mengikuti pelajaran. Persepsi yang diberikan oleh siswa hendaknya harus baik pula. Dengan cara mengikuti proses pembelajaran daring sebagaimana yang telah ditetapkan dan diarahkan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar hasil belajar siswa tidak menurun dan penanaman karakter pun bisa diterapkan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut “Korelasi Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring dengan Hasil Belajar Siswa”. Maka penulis
menetapkan dengan judul ”Korelasi Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Pembelajaran Daring dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Banyak persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran daring 2. Kurangnya minat siswa untuk belajar.
3. Banyak siswa yang tidak paham dengan materi pembelajaran.
4. Sinyal jaringan internet yang sering terganggu 5. Fasilitas perangkat daring yang tidak dimiliki siswa
6. Media pembelajaran yang dikirim guru tidak ada atau kadang tidak sesuai dan lain-lain.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang penulis dapat, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas adalah penulis ingin melihat persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX.
D. Rumusan Masalah
Merujuk pada batasan masalah, maka yang akan diteliti dapat dirumuskan yaitu “Adakah korelasi persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru TIK dalam pemanfaatan pembelajaran daring sebagai penunjang untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Memberikan masukan yang berarti dan bermanfaat bagi pihak sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Sebagai referensi dan perbandingan dalam penelitian dimasa yang akan datang.
4. Agar orang tua mengetahui kesulitan yang dialami oleh anaknya selama pembelajaran daring sehingga orang tua dapat membantu.
5. Sebagai masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
G. Penjelasan Judul
Agar mempermudah dalam memahami judul ini, maka penulis menjelaskan pengertian dari beberapa kata yang penting sebagai berikut:
1. Korelasi adalah studi yang mempelajari hubungan variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variable berhubungan dengan variasi dalam variabel lainnya.
2. Persepsi adalah proses dimana orang-orang memilih, mengorganisir, menginterpretasikan, mendapatkan kembali dan merespon terhadap informasi yang didapat dari dunia dan sekitarnya[5].
3. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi seperti multimedia, video, kelas virtual, teks, gambar, pesan suara dan lain-lain dan dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang tidak terbatas , bisa dilakukan secara gratis maupun berbayar[11].
4. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima apa yang telah dipelajarinya.
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Persepsi
a. Defenisi persepsi
Kata persepsi berasa dari Bahasa Inggris “Perception” yang berarti penglihatan atau tanggapan[12]. Pada hakikatnya persepsi merupakan proses yang menyangkut dimana masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia[13]. Kata persepsi mengandung arti yang sangat luas baik itu secara intern maupun ekstern, meskipun para ahli memberikan defenisi persepsi secara beragam namun tetap memiliki makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan (penerimaan)[14]. Dan proses seseorang dalam mengetahui informasi melalui panca inderanya. Alat indera digunakan sebagai penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
Persepsi secara umum dalam kaitannya dengan lingkungan mengungkapkan bahwa persepsi sebagai proses dimana individu- individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat indera dengan memberikan makna kepada lingkungan individu tersebut[15]. Persepsi yaitu proses yang didahului oleh pengindraan, dimana proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris.
Dalam kehidupan persepsi adalah tafsiran apa yang dilihat oleh mata dengan kata lain persepsi adalah makna yang diberikan setelah menyaksikan sesuatu apa yang dilihat oleh mata. Persepsi adalah Batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris atau kemampuan intelektual untuk merencanakan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera[15].
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila siswa memberikan persepsi yang baik terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan dan menguji serta memberikan reaksi kepada ransangan panca indera atau data[16]. Persepsi sangat berkait erat dengan panca indera pada manusia karena proses terjadinya persepsi apabila setelah objek yang bersangkutan telah dilihat, didengar, dirasakan sehingga timbulnya persepsi.
Persepsi adalah suatu proses masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui indera manusia[17]. Dengan persepsi akan terjadi suatu hubungan secara terus menerus antara manusia dengan lingkungannya dan segala hubungan ini dilakukan melalui alat inderanya[8]. Mengartikan persepsi sebagai suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan juga menginterpretasikan sesuatu hal berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi)[17].
Prilaku individu dipengaruhi oleh dua unsur yaitu unsur yang datang dari lingkungannya dan unsur yang datang dari diri sendiri.
Unsur yang datang dari lingkungan berupa organisasi, kelompok kerja, pekerjaan dan latar belakang kehidupan. Sedangkan unsur dari diri sendiri berupa keahlian, persepsi dan kepribadian. Seorang individu memiliki cara pandang mereka masing-masing pada satu benda dan akan mempersepsikannya secara berbeda dengan individu lainnya. Pada dasarnya setiap siswa mendapatkan stimulus yang berbeda dari luar dirinya, dengan stimulus tersebut selanjutnya akan diproses menjadi sebuah persepsi[8].
Persepsi siswa pada hakikatnya adalah aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan pihak-pihak sebagai actor penting yang ada didalam aktivitas pendidikan, actor penting tersebut adalah subjek yang memberi (pendidik) dan subjek yang menerima (siswa)[15]. Siswa akan memberikan pendapat terhadap objek yang telah diamatinya dan proses menelaah suatu informasi yang diterima sehingga siswa dapat menggambarkan objek yang telah diamatinya. Persepsi siswa merupakan proses perlakuan siswa terhadap informasi tentang suatu objek baik itu dalam kegiatan melalui pengamatan dengan indera yang dimilikinya sehingga siswa dapat menginterpretasikan objek yang diamati.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa persepsi adalah tanggapan yang diberikan seseorang terhadap objek atau
informasi yang diterima melalui pengamatan yang dilakukannya dengan menggunakan alat indra yang dimiliki. Setiap orang mempunyai kecendrungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi bertautan dengan cara pandang yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan cara yang berbeda beda dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya. Setelah memberikan persepsi mereka akan berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi positif yang diberikan siswa terhadap pembelajaran, akan menghasilkan hasil belajar yang baik[17].
Dalam lingkungan sekolah siswa memiliki persepsi terhadap pembelajaran yang dilakukannnya. Persepsi siswa ada karna adanya minat dan perhatian siswa dalam melakukan pembelajaran.
Informasi yang diterima oleh siswa akan memberikan kesan (persepsi) baik itu positive maupun negative. Persepsi timbul dalam diri seorang siswa karena adanya kemampuan yang sangat kognitif untuk memproses informasi yang diperolehnya dengan akal yang dimilki sehingga siswa akan memberikan penilaian terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya serta berfikir untuk memutuskan langkah selanjutnya yang akan dilakukan.
b. Dimensi persepsi
Ada tiga dimensi yang terkait dengan persepsi yaitu[14] :
1) Pengetahuan, merupakan hal yang diketahui tentang pribadi lain wujud lahiriah, prilaku, masa lalu, perasaaan motif, dan sebagainya.
2) Pengharapan, merupakan gagasan tentang seseorang akan menjadi apa dan mau melakukan apa.
3) Evaluasi, merupakan kesimpulan individu tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan individu seseorang) memenuhi pengharapan individu seseorang.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi persepsi seseorang tentang sesuatu hal berbeda-beda, dikarenakan karakter, cara berfikir, pengalaman serta latar belakang yang dimilikinya berbeda-beda. Seseorang akan memberikan kesimpulan berdasarkan apa yang diamatinya.
Dalam lingkungan sekolah seorang siswa memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah dilewatinya ada berbagai hal yang bisa mempengaruhi proses dalam pembentukan persepsi siswa baik itu yang disadari maupun tidak. Ada kalanya seorang siswa mnegalami kesulitan dalam membentuk persepsi karena dipengaruhi oleh pengalaman, diri sendiri, dan factor eksternal laiinya.
c. Jenis-Jenis Persepsi
Persepsi bersamaan dengan indera, adanya wujud indera maka akan terbentuknya persepsi. Otak dan fikiran mampu
menggerakkan indera dan persepsi serta memperbesar ataupun memperkecil nilai persepsi seseorang yang berasaskan kemauan dan kehendak seseorang tersebut. Setiap manusia telah dianugerahkan oleh tuhan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Proses pemahaman yang didapat melalui ransangan yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:[18]
1) Persepsi auditori
Persepsi auditori adalah persepsi yang melibatkan indera pendengaran atau telinga. Telinga mampu mendengar dan membedakan bunyi-bunyian yang didengarnya. Melalui indera pendengan seorang siswa mampu memberikan persepsi dengan memberikan argument terhadap apa yang didengar. Jadi persepsi auditori adalah kemampuan dalam memberikan tanggapan setelah mendapatkan informasi melalui indera pendengan atau telinga.
2) Persepsi visual
Persepsi visual adalah persepsi yang melibatkan indera penglihatan atau mata. Penglihatan merupakan kemampuan individu dalam mengenali cahaya dan kemudian menafsirkannya. Mata manusia membentuk skelera dan sedikit menonjol. Mata manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu skelera (lapisan paling luar), koroid (lapisan tengah), retina (lapisan
paling dalam). Jadi. Persepsi visual adalah kemampuan dalam memberikan tanggapan dengan cara menafsirkankannya dengan menggunakan indera penglihatan atau mata.
3) Persepsi Kinestik-Tactile
Persepsi ini melibatkan tiga indera yaitu indera perabaan, indera penciuman, indera pengecapan. Persepsi kinestik-tactile sangat penting sebagai pengimbang kepada persepsi auditori dan visual. Persepsi kinestik adalah suatu persepsi tentang postur, posisi, lokasi, dan gerak tubuh manusia sedangkan persepsi tactile adalah kepekaan kulit terhadap sentuhan, tekanan, dan suhu.
4) Persepsi sosial
Persepsi sosial adalah suatu proses membuat penilaian atau memberikan kesan mengenai berbagai perkara yang terdapat dalam pengindraan seseorang. Penilaian atau pembentukan kesan ini adalah upaya dalam memberikan makna kepada hal-hal tersebut.
Dari keempat jenis persepsi diatas persepsi dihasilkan oleh seorang individu yang sangat efektif karena dipengaruhi oleh factor perasaan, nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda- beda. Walaupun demikian persepsi sangat mampu memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsikannya. Proses persepsi yang berikan oleh siswa berawal dari stimulus yang
diinderai oleh siswa tersebut, kemudian diorganisasikan serta diinterpretasikan yang menilmbulkan kesadaran tentang apa yang telah diinderainya.
d. Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Factor-faktor yang mempengaruhi dalam menafsirkan kesan-kesan indera menjadi persepsi ada tiga factor yaitu[5]:
1) Factor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan (ekspetasi).
2) Factor situasional seperti: waktu, keadaan/ tempat kerja, keadaan sosial
3) Factor dalam target seperti: hal-hal yang baru, Gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan.
2. Pembelajaran Daring a. Defenisi pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang dimulai dari “pem” dan diakhiri dengan “an” yang menunjukkan bahwa ada unsur luar yang bersifat intervensi agar terjadi proses belajar.
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh factor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar[19]. Pembelajaran memiliki peranan untuk menyediakan informasi dalam pengembangan proses berfikir yang pada akhirnya diharapkan memberikan perubahan positif dalam prilaku siswa baik dari segi kognitif, efektif, psikimotornya[20]. Oleh sebab itu dalam
proses pembelajaran berlangsung pengenalan karakteristik individu itu sangat diperlukan, karena akan terjadinya sebuah interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar pada lingkungan belajar.
Secara umum bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan terjadinya proses belajar[19]. Pembelajaran mengandung makna bahwa dalam setiap kegiatan yang dirancang dilakukan untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu, selanjutnya pembelajaran sebagai perangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal.
Pembelajaran merupakan proses interaksi dalam proses belajar yang terdiri dari semua komponen yang ada, komponen pembelajaran yang ada dikelas antaranya dosen, guru, siswa, materi, media, sumber belajar dan lingkungan[21]. Hampir setiap orang setuju bahwa tujuan pembelajaran yaitu mempengaruhi siswa agar terjadi proses pembelajaran, oleh karena itu perlu diupayakan cara untuk membantu terjadinya proses pembelajaran tersebut agar menjadi efektif, efisien, dan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas menyampaikan informasi dari pengajar kepada pelajar.
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan kedalam pembelajaran sesuai dengan materi
pelajaran yang diajarkan. Selanjutnya pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan[22].
Pembelajaran tidak sama dengan mengajar karena dalam pembelajaran titik beratnya adalah pada semua kejadian yang berpengaruh secara langsung pada individu untuk belajar, jadi pembelajaran tidak harus disampaikan oleh orang tetapi bisa disampaikan melalui bantuan bahan cetak, gambar, televisi, computer, serta sumber belajar lainnya. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[22]. Dengan demikian ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa sedangkan komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Peristiwa pembelajaran terjadi apabila subjek siswa secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar yang diatur oleh guru.
Dalam interaksi pembelajaran tersebut, setiap peserta didik diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat, yang minat dan potensinya perlu diwujudkan secara optimal. Dalam pembelajaran dikelas rancangan yang digunakan untuk keperluan pembelajaran agar memperhatikan hal-hal adalah ciri-ciri peserta didik, perbedaan
perorangan, kesiapan, motivasi belajar, proses kognitif dalam pembelajaran, alih belajar, belajar keterampilan, konteks sosial untuk belajar.
Tujuan pembelajaran merupakan upaya memengaruhi peserta didik agar terjadi proses atau perbuatan belajar, maka pemahaman akan teori belajar menjadi penting. Upaya pembelajaran pada dasarnya berfungsi sebagai peransang atau stimulus eksternal untuk membantu seseorang belajar, mengorganisasi dan mengintegrasikan sejumlah pengalaman baru kedalam skema secara bermakna sehingga terbentuk struktur kognitif yang dapat digunakan sebagai pengait informasi kegiatan belajar[22]. Terdapat tiga ciri khas yang terkandung dalam system pembelajaran yaitu[23]:
1) Rencana, yaitu penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur system pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
2) Kesaling tergantungan antara unsur-unsur system pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.
3) Tujuan, yaitu bahwa system pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajarnya. Pembelajaran dilakukan
dengan cara guru memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa agar menguasai dalam materi dan membentuk akhlak yang baik bagi siswanya. Dengan kata lain pembelajaran dilakukan agar siswa dapat belajar dengan baik dan semestinya. Penulis juga berpendapat bahwa pembelajaran bertujuan untuk memberikan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar dimana terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa yang belajar, dan perubahan itu didapatkannya kemampuan yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan adanya usaha.
Sehubunngan dengan kondisi yang terjadi pada saat ini, proses pembelajaran yang terjadi tidak berjalan dengan semestinya.
Dimana proses pembelajaran yang seharusnya bertatap muka sekarang dilakukan secara daring atau dalam jaringan.
b. Pembelajaran daring
Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan”.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berlangsung didalam jaringan dimana pengajar dan yang diajar tidak bertatap muka secara langsung. Pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran[22]. Pada tataran pelaksanaannya pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon android, laptop, computer, tablet dan lain-lain yang dapat digunakan untuk mengakses informasi kapan dan dimana saja[2].
Pembelajaran daring sendiri dapat dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang siswa dan instruksinya (guru) berada dilokasi terpisah sehingga memerlukan system telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya[22]. Secara sederhana bahwa pembelajaran daring (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan (internet, LAN, MAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya[24].
Pembelajaran daring memungkinkan penyampaian materi dilakukan dengan memanfaatkan media internet, intranet atau alat elektronik lainnya untuk menyampaikan materi dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Elemen penting dalam pembelajaran daring adalah perlunya untuk membangun pemahaman bersama, kualitas pribadi dalam hal ini berupa motivasi, sikap, gaya belajar, jenis kelamin, dan pengalaman belajar[25].
Terdapat tiga hal yang perlu dilengkapi sebagai pra syarat pembelajaran daring yaitu proses belajar dilaksanakan melalui koneksi internet, tersedianya fasilitas dalam layanannya dan disediakannya pengajar jika terjadi kesulitan dalam proses belajar.
Jadi, dalam pembelajaran daring media yang digunakan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran agar tetap berjalan serta
penyampaian materi yang diberikan oleh guru, penyampaian materi sudah tentu berbeda dengan penyampaian materi secara langsung.
Guru dituntut kreatif dalam membuat materi agar siswa mudah memahaminya.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh atau tanpa tatap muka dengan memanfaatkan teknologi seperti koneksi internet yang menjadi penghubung antara guru dan siswa serta penggunaan media sebagai alat pendukung dalam proses pembelajaran. Media dan sumber belajar secara daring dapat menggunakan gadget maupun laptop dengan memanfaatkan software seperti google meet, classroom, schoology, zoom dan lain- lain. Penggunaan sosial media juga menjadi interaksi antara guru dan siswa misalnya menggunakan aplikasi whatsapp, facebook, intagram, youtube.
Untuk menjadikan pembelajaran daring berjalan sukses maka kuncinya adalah efektivitas, berdasarkan study yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat tiga hal yang dapat memberikan efek terkait pembelajaran secara daring yaitu:[26]
1) Teknologi, secara khusus pengaturan jaringan harus memungkinkan untuk terjadinya pertukaran sinkronisasi dan asinkronisasi, siswa harus memiliki akses yang mudah misalnya
melalui akses jarak jauh dan jaringan seharusnya membutuhkan waktu minimal untuk pertukaran dokumen.
2) Karakteristik pengajar, pengajar memainkanperan sentral dalam efektivitas pembelajaran secara daring, bukan sebuah teknologi yang penting tetapi penerapan instruksional teknologi dari pengajar yang menentukan efek pada pembelajaran, siswa yang hadir dalam kelas dengan instruktur yang memiliki sifat positif terhadap perindustrian suatu pembelajaran dan memahami akan sebuah teknologi akan cendrung menghasilkan suatu pembelajaran yang positif.
3) Karakteristik siswa, Leidner mengungkapkan bahwa siswa yang tidak memiliki keterampilan dasar dan disiplin diri yang tinggi dapat melakukan pembelajaran yang lebih baik dengan metode yang disampaikan secara konvensional, sedangkan siswa yang cerdas serta memiliki disiplin serta kepercayaan diri yang tinggi akan mampu untuk melakukan pembelajaran dengan metode daring.
Jadi, banyak variabel yang mempengaruhi kesuksesan dalam pembelajaran daring. Penguasaan baik itu teknologi dan materi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membuka pembelajaran misalnya dengan mengaitkan kepada isi pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif. Siswa
yang belajar akan mengetahui kemampuannya secara jelas sehingga mereka bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajarnya.
c. Manfaat pembelajaran daring
Kemajuan teknologi akan berdampak pada perubahan peradaban dan budaya manusia. Dalam dunia pendidikan, kebijakan penyelenggaraan pendidikan kadangkala dipengaruhi oleh dampak kemajuan teknologi, tuntutan zaman, perubahan budaya dan prilaku manusia. Manfaat pembelajaran daring sebagai berikut[22] :
1) Dapat membangun komunikasi dan diskusi yang sangat efisien antara guru dan murid
2) Siswa saling berinteraksi dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan yang lain tanpa melalui guru
3) Dapat memudahkan interaksi antara siswa, guru, dengan orang tua
4) Sarana yang tepat untuk ujian maupun kuis
5) Guru dapat dengan mudah memberikan kepada siswa berupa gambar dan video dan juga dapat mengunduh bahan ajar tersebut 6) Dapat memudahkan guru membuat soal dimana saja dan kapan
saja tanpa batas waktu.
Berdasarkan hal diatas penulis menyimpulkan manfaat pembelajaran daring menurut penulis adalah:
1) Mengajarkan siswa menjadi mandiri, bertanggung jawab dan disiplin, siswa dituntut lebih mandiri dalam melakukan pembelajaran
2) Kapasitas dalam pembelajaran lebih banyak dibandingkan tatap muka
3) Menjaga otak tetap berkembang
4) Melatih kemampuan motoric dan koordinasi 5) Praktis dan fleksibel
6) Memberikan pengalaman dan lebih personal 7) Ramah lingkungan
d. Prinsip pembelajaran daring
Prinsip pembelajaran daring adalah terselenggaranya pembelajaran yang bermakna, yaitu proses pembelajaran yang berorientasi pada interaksi dan kegiatan pembelajaran. Perancangan system pembelajaran daring harus mengacu pada 3 prinsip yang harus dipenuhi yaitu[22] :
1) Sistem pembelajaran harus sederhana sehingga mudah untuk dipelajari
2) Sistem pembelajaran harus dibuat personal sehingga pemakai sistem tidak saling tergantung
3) Sistem harus cepat dalam proses pencarian materi atau menjawab soal dari hasil perancangan sistem yang di kembangkan
Pembelajaran daring di Indonesia diselenggarakan dengan aturan dan sistem yang terpusat pada peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk mengatur pembelajaran daring pemerintah merumuskan dasar-dasar hukum penyelenggaraan daring di masa pandemic 19. Adapun dasar hukum yang dimaksud adalah[22] : a) Keppres No. 11 Tahun 2020, tentang penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-19
b) Keppres NO. 12 Tahun 2020, tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus (Covid-19) sebagai Bencana Nasional
c) Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 9A tahun 2020, tentang Penetapan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit akibat Virus Corona di Indonesia
d) SE Mendikbud No. 3 Tahun 2020, tentang Pencegahan Covid- 19 pada Satuan Pendidikan
e) Surat Mendikbud No.46962/MPK.A/HK/2020, tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja Dari Rumah dalam rangka penyebaran Covid-19 pada Perguruan Tinggi
f) SE. Mendikbud No.4 Tahun 2020, tentang pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona
g) Surat Edaran Menteri PANRB No.19 tahun 2020, tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam upaya
Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah
3. Hasil belajar
a. Defenisi hasil belajar
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang[14]. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan- pelatihan atau pengalaman-pengalaman[15].
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan adanya perubahan tingkah laku, perubahan ini didapatkan dari interaksi dengan lingkungannya.
Belajar juga bisa didapatkan oleh seseorang dari pengalaman atau pelatihan-pelatihan.
Hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Hasil belajar siswa adalah perubahan prilaku dalam artian yang luas[27]. Hasil belajar ini diperoleh melalui penilain. Penilain dilakukan untuk membuat keputusan dengan cara mengukur hasil belajar dari siswa. Untuk itu hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa dari pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar[8].
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Sedangkan pendapat lain juga mengungkapkawan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dimana ia menerima pengalaman belajarnya, masuknya informasi-informasi dari pribadi serta lingkungan yang dijadikan suatu pembelajaran dan pengalaman belajar yang akan menghasilkan hasil belajar[15].
Dalam system pendidikan nasional rumusan tinjauan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu[15] :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi.
3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yaitu gerak refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, Gerakan keterampilan kompleks dan Gerakan ekspresi dan interpretatif.
Penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan penguasaan yang dimiliki siswa yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pada pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Untuk mengetahui hasil belajar dilakukan penilaian, penilaian bertujuan untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa selama melakukan pembelajaran. Sebelum melakukan penilain guru perlu mengadakan tes kepada setiap siswa. Hasil belajar akan diberikan kepada setiap siswa agar mendapatkan umpan balik terhadap guru.
b. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar tidak akan tercapai apabila tidak ada factor yang mempengaruhinya. Banyak factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Factor-faktor tersebut adalah[8] :
1) Factor yang terdapat dari dalam diri siswa (Faktor Internal) a) Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan merupakan aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang.
Apabila seseorang mempunyai kecerdasan yang normal ataupun diatas normal, secara potensi seseorang akan mendapatkan prestasi yang tinggi.
b) Bakat
Bakat adalah pola pikir, perasaan, atau prilaku alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap manusia.
c) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan ketertarikan yang lebih dari suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal yang ada diluar diri, dan apabila semakin kuat atau dekat dengan hubungan tersebut, maka semakin besar pula minat.
d) Motivasi
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Adapun menurut pendapat para ahli lain bahwa motivasi adalah penggerakan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.
e) Persepsi
Dalam proses belajar persepsi siswa terhadap sarana memegang peranan yang penting agar proses belajar berjalan
dengan lancar[27]. Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana seseorang itu mengamati dan memandang situasi keadaaan tertentu.
2) Factor yang terdapat dari luar diri siswa (Faktor Eksternal) Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dari beberapa factor diatas penulis dapat memahami bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya[28]. Kemampuan intelektual siswa merupakan hal sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar perlu dilakukan evaluasi, tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya hasil belajar juga diartikan sebagai perubahan yang terjadi dari dalam diri siswa, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan ini akan berguna bagi kehidupan selanjutnya.
B. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Persepsi Siswa tentang Guru Matematika dengan Hasil Belajar Siswa” yang dilakukan oleh Mohamad Najichun, Widodo Winarso. Hasil penelitiannya adalah tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang guru matematika dengan hasil belajar matematika. Hal ini berarti persepsi siswa tentang suatu pembelajaran tergolong dalam kategori yang positif, karena tidak mempengaruhi hasil belajar.
2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal “Hubungan Persepsi Siswa Kelas X MIPA di SMA Negeri Sekota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017 tentang Variasi Gaya Mengajar Guru dengan Hasil Belajar Kimia” yang dilakukan oleh Indah Ayu Lestari, Hermansyah Amir, Salastri Rohiat. Hasil penelitiannya adalah persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan hasil belajar kimia siswa memiliki hubungan yang signifikan.
Jadi, persepsi siswa tentang pembelajaran daring berpengaruh karena merupakan salah satu faktor persepsi yang mempengaruhi hasil belajar.
3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal “Hubungan Persepsi Siswa tentang Proses Pembelajaran dengan Hasil Belajar Geografi di Homeschooling sekolah
Dolan Kota Malang”, yang dilakukan oleh Evi Fitriana, Sugeng Utaya, Budijanto. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan hasil yang signifikan antara persepsi tentang proses pembelajaran dan hasil belajar.
Hal ini berarti persepsi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
4. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah terdapat dalam jurnal “Hubungan Persepsi Siswa terhadap Sarana Belajar gambar dengan Hasil Belajar Mata Diklat Gambar Teknik Pada Kelas X Teknik Pemesinan di SMK Negeri 1 Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar” yang dilakukan oleh Herki Mahendra, Syahrul, Budi Syahri. Hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap sarana gambar dengan hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dari persepsi siswa atau dapat dikatakan siswa mendapatkan nilai yang baik dalam mata pelajaran yang bersangkutan.
5. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah terdapat dalam jurnal “Korelasi Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Hasil Belajar di Kelas V SD Negeri 1 Pagar Air Aceh Besar” yang dilakukan oleh Gusti Intan Puspita, Monawati, Rosma Elly. Hasil penelitiannya adalah terdapat korelasi yang positif antara persepsi terhadap pembelajaran matematika dengan hasil belajar dan ada korelasi persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan hasil belajar.
Jadi terdapat hubungan antara persepsi dengan hasil belajar.
6. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal “Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru dengan Hasil Belajar” yang dilakukan oleh Fastabiqul Khairat, Santoso Sri Handoyo, Riyan Arthur. Hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan dari persepsi siswa tentang kompetensi professional guru dengan hasil belajar siswa. Penelitian yang peneliti lakukan adalah tentang persepsi siswa tentang pembelajaran daring sedangkan penelitian dalam jurnal ini tentang kompetensi professional guru.
C. Kerangka berfikir
Penulis menggambarkan kerangka berfikir sebabagi berikut:
Indikator Persepsi Siswa Hasil belajar TIK jurusan MIPA tentang Pembelajaran Daring (X) (Y) Mencakup:
1. Persepsi siswa tentang teknis tes hasil kemampuan belajar Pembelajaran daring kognitif setelah dilaksanakan 2. Persepsi siswa tentang proses pembelajaran
Pembelajaran daring 3. Persepsi siswa tentang
dukungan selama pembelajaran daring Keterangan:
Skema di atas menunjukkan kerangka berfikir yang peneliti tentang korelasi variable X dan variable Y. dimana tentang variabel X (persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring) diperoleh dari hasil angket persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring. Sedangkan variabel Y (hasil belajar siswa) diperoleh dari hasil tes belajar siswa.
D. Hipotesis penelitian
1. Hipotesis H0 = tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX
2. Hipotesis H1 = terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring dengan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX.
42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kuantitatif assosiatif. Untuk metode yang penulis gunakan adalah metode korelasi yaitu metode penelitian untuk melihat ada tidaknya atau sejauh mana hubungan antara dua variabel. Penelitian korelasional kadang-kadang diperlukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada[29]. Oleh karena itu, tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
Penelitian ini penulis lakukan secara ilmiah, dimana penulis mengumpulkan data dengan menggunakan instrument yang bersifat mengukur. Hasilnya akan dianalisis secara statistic untuk mencari ada tidaknya atau sejauh mana hubungan variabel-variabel yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX pada bulan maret 2021. Pemilihan tempat penelitian dilakukan atas pertimbangan sebagaimana telah penulis uraikan di latar belakang masalah.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian agar pihak sekolah dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar sesuai dengan apa yang diharapkan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok yang menarik peneliti, dimana kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian[30]. Dalam penelitian ini populasi yang penulis jadikan adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Kecamatan Kapur IX.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Populasi
1 XI MIPA 1 27
2 XI MIPA 2 26
3 XI MIPA 3 26
Jumlah 79
(Sumber: Guru mata pelajaran TIK) 2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi [30]. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan ialah proportional random sampling yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Dalam menentukan jumlah atau ukuran sampel dari populasi penulis menggunakan rumus Riduwan yaitu[27]:
𝑛 = 𝑁
1 + (𝑁𝑥𝑒2)