• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TRANSFER PRICING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH TRANSFER PRICING"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH FITRI YANTI

170522140

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

Telah diuji pada

Tanggal 04 September 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua Penguji : Drs. Arifin Hamzah, MM, Ak, CPA Penguji : Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si, Ak.

Pembanding : Drs. Sucipto, MM., Ak

(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Agresivitas Pajak dengan manajemen Laba sebagai Variabel Intervening Pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2019 Yang membuat

pernyataan

Fitri Yanti NIM. 170522140

(6)

ABSTRAK

PENGARUH TRANSFER PRICING TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transfer pricing terhadap agresivitas pajak dengan menggunakan manejemen laba sebagai peran mediasi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Terdapat 145 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebanyak 39 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive samping.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian diperoleh dari website www.idx.co.id. Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa transfer pricing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak dan transfer pricing berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak. Untuk variabel mediator yaitu manajemen laba diterima sebagai intervening antara pengaruh hubungan transfer pricing terhadap agresivitas pajak.

Kata kunci: Transfer pricing, Agresivitas pajak, Manajemen laba.

(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TRANSFER PRICING TO TAX AGRESSIVENESS WITH EARNING MANAGEMENT AS AN INTERVENING VARIABLE ON

MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This study to determine the influence of transfer pricing to tax agressiveness using real earning management as a mediating role. This research uses sample of manufacturing companies are listed on Indonesia Stock Exchange during the period 2015-2017. There are 145 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. There are 39 manufacturing companies being sampled on this research.

The data in this research is secondary data. The data obtained by the website www.idx.co.id. The data processed using the SPSS version 22.

The results showed that transfer pricing significant have a negative effect on tax agressiveness and transfer pricing significant have a positive effect on earning management. While earning management significant have a negative effect on tax agressiveness. For variable mediation earning management mediates the relationship between transfer pricing on tax agressiveness.

Keywords: Transfer pricing, Tax Agressiveness, Earning Management

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Transfer pricing terhadap Agresivitas pajak dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, dorongan, semangat, saran, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM., AK., CPA Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si, AK selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Sucipto, MM., Ak selaku Dosen Pembanding yang telah

(9)

memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

5. Keluarga terkhusus orangtua, Bapak Ibrahim dan Ibu Sudarlena dan Paman Dahlani, serta adik-adik penulis Defi Ardila, Yogi Arwanda, Mozza Ardea dan M. Habib Faiz yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan dukungan baik berupa moril dan materil dan juga buat semua pengorbanan yang telah diberikan untuk penulis.

6. Sahabat dan teman-teman penulis WHITECHILI Lestari Simatupang, Satia Maswa Dini, Nurul Hidayah, Rahmadani, Rizka Ilmi dan Sriwahyuni FEB USU, Akuntansi Ekstensi Grup C Stambuk 2017 dan kepada teman- teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk segala partisipasi, doa, dukungan, dan hiburan untuk penulis tetap semangat dan terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 2019

Penulis

Fitri Yanti NIM. 170522140

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat penelitian ... 7

1.4.1. Bagi Penulis ... 7

1.4.2. Bagi Akademisi ... 7

1.4.3. Bagi Manajemen Perusahaan... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka... ... 9

2.1.1. Teori Agensi... ... 9

2.1.2. Teori Signalling... ... 10

2.1.3. Agresivitas Pajak... ... 12

2.1.4. Transfer Pricing... ... 13

2.1.5. Manajemen Laba... ... 14

2.2. Penelitian Terdahulu... ... 16

2.3. Kerangka Konseptual... ... 18

2.4. Hipotesis ... 18

2.4.1. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak ... 18

2.4.2. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Manajemen Laba ... 19

2.4.3. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak melalui Manajemen Laba ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... ... 21

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... ... 21

3.3. Batasan Operasional... ... 21

(11)

3.4. Definisi Operasional... ... 22

3.4.1. Variabel Dependen... ... 22

3.4.2. Variabel Independen... ... 23

3.4.3. Variabel Intervening... ... 23

3.5. Skala Pengukuran Variabel... ... 25

3.6. Populasi dan Sampel... 28

3.6.1. Populasi Penelitian... ... 28

3.6.2. Sampel Penelitian... ... 28

3.7. Jenis Data... 30

3.8 Metode Pengumpulan Data... ... 31

3.9 Teknik Analisis Data... ... 31

3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif... ... 32

3.9.1.1. Uji Deskriptif... ... 32

3.9.2. Uji Asumsi Klasik... ... 32

3.9.2.1. Uji Normalitas ... 33

3.9.2.2. Uji Multikolinearitas... 34

3.9.2.3. Uji Autokolerasi... 34

3.9.2.4. Uji Heteroskedastitas... 35

3.9.3. Analisis Jalur... 36

3.9.4. Uji Hipotesis... 37

3.9.4. Uji Koefisien Determinasi... . 37

3.9.4.1. Uji Signifikan Simultan (f)... ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum... 38

4.2. Analisis Hasil penelitian... 38

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif... 38

4.2.2. Uji Asumsi Klasik... 39

4.2.2.1. Uji Normalitas... 39

4.2.2.2. Uji Multikolineritas... 41

4.2.2.3. Uji Autokorelasi... 41

4.2.2.4. Uji Heteroskedastistas... 42

4.2.3. Analisis Jalur... 43

4.2.4. Uji Hipotesis... 45

4.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi... 45

4.2.4.2. Uji Signifikan Simultan (f)... 46

4.2.5. Pengujian Mediasi... 46

4.3. Pembahasan... 47

4.3.1. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas pajak ... .. 47

4.3.2. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Manajemen Laba ... .. 47

4.3.3. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak Melalui Manajemen Laba ... 47

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 49

5.1. Kesimpulan... 49

5.2. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ………….. ... 55

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Tahun 2017 ... 1

1.2. Researh Gap ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 16

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel 27 3.2. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Terdaftar di BEI ... 29

3.3. Kriteria Autokorelasi D-W... 35

4.1. Statistik Deskriftif... 39

4.2. Hasil Uji Normalitas... 40

4.3. Hasil Uji Multikolinearitas... 41

4.4. Hasil Uji Autokorelasi... 41

4.5. Hasil Uji Heteroskedastistas... 42

4.6. Analis jalur... 43

4.7. Analis jalur... 44

4.8. Uji Koefisien Determinasi... 45

4.9. Uji Koefisien Determinasi... 45

4.10. Uji Signifikan Simultan... 46

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1. Kerangka Konseptual ... 18 4.1. Uji Normalitas... 40

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Seleksi Pemelihan Sampel ... 55

2 Data Perusahaan Manufaktur ... 56

3 Tabel Perhitungan ... 63

4 Hasil Output SPSS 22 ... 66

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perusahaan dalam penghitungan pajaknya menggunakan dasar penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1 menjelaskan bahwa penghasilan kena pajak di tentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

Tiga tahun terakhir, target penerimaan pajak oleh Pemerintah yang tercantum dalam APBN mengalami peningkatan.

Tabel 1.1

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Tahun 2015-2017 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Target (Rp) 1.489,3 Triliun 1.539,2 Triliun 1.472,7 Triliun Realisasi (Rp) 1.235,8 Triliun 1.285,0 Triliun 1.125,1 Triliun

Persentase 83,3 % 83,5 % 76,4 %

Sumber: www. kemenkeu.go.id

Berdasarkan tabel 1.1 realisasi dan target penerimaan pajak di akhir tahun 2015-2017, terjadi perubahan jumlah persentase target penerimaan pajak, target pajak mengalami kenaikan dari tahun 2015-2016 dan mengalami penurunan dari

(17)

tahun 2016-2017, kemudian realisasi pajak mengalami kenaikan dari tahun 2015- 2016 dan mengalami penurunan dari tahun 2016-2017. Hal ini menandakan pemerintah gagal untuk mencapai target pajak pada tahun-tahun tersebut yang disebabkan karena masih belum efektifnya kebijakan pemerintah.

Sebagai salah satu Wajib Pajak perusahaan mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran pajak sebagaimana yang telah diatur dalam undang- undang. Namun, setiap perusahaan mempunyai kepentingannya sendiri-sendiri terutama perusahaan yang berorientasi pada laba. Perusahaan jenis ini mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan guna meningkatkan kekayaan perusahaan. Hal itu menyebabkan perusahaan mencari cara untuk mengurangi biaya pajak. Oleh karena itu, di mungkinkan perusahaan akan menjadi agresif dalam perpajakan.

Menurut Frank, Lynch dan Rego (2009) dalam Lucy Tania (2014), agresivitas pajak merupakan suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang di rancang melalui tindakan perencanaan pajak (Tax Planning) baik menggunakan cara yang legal (Tax Avoidance) maupun ilegal (Tax Evasion).

Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan atau semakin besar kemungkinan penghematan yang dilakukan perusahaan maka perusahaan akan dianggap semakin agresif terhadap pajak.

Mangoting (2000) menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan tax planing yang bertujuan untuk meminimalkan pajak terutang dan untuk memaksimalkan laba perusahaan sebelum pajak yang optimal. Sedangkan

(18)

3

menurut Rahman (2012) dalam Purwanggono (2015) tax planning adalah bagian dari fungsi manajemen pajak yang meliputi proses pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan sehingga dapat diseleksi untuk menentukan tindakan dan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Kasus pajak agresif pada perusahaan sudah sering terjadi, salah satunya adalah kasus PT Coca Cola Indonesia. PT CCI diduga mengakali pajaknya sehingga menimbulkan kekurangan pembayaran pajaknya sebesar 49,24 miliar.

Hasil penelusuran Direktorat jendral pajak, perusahaan tersebut telah melakukan tindakan penghindaran pajak yang menyebabkan setoran pajak berkurang dengan ditemukannya pembengkakan biaya yang besar pada perusahaan tersebut. Beban biaya yang besar menyebabkan penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajak PT CCI menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Beban biaya yang dimaksudkan antara lain untuk biaya iklan produk minuman merek coca cola dari rentang waktu tahun 2002-2006 dengan total sebesar Rp 566,84 milliar.

Dari Kasus PT Coca Cola Indonesia memberikan bukti bahwa masih ada perusahaan yang berusaha untuk melakukan agresivitas pajak dengan memanipulasi laba fiskal sehingga beban penghasilan kena pajaknya yang dibayarkan lebih sedikit daripada yang seharusnya. Perusahaan yang merupakan wajib pajak, menganggap bahwa pajak merupakan beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk mencari cara mengurangi beban pajak. (Suyanto, 2012).

Besarnya pajak bagi perusahaan dihitung melalui perolehan laba bersih perusahaan sebagaimana tercantum dalam laporan laba-rugi. Semakin besar laba

(19)

yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin besar pula kewajiban pajak yang harus dibayarkan, begitu pun sebaliknya. Semakin kecil laba yang dihasilkan maka akan semakin kecil kewajiban pajak yang harus dibayarkan.

Menurut Scott (2009) dan Putri (2014), salah satu motivasi manajemen laba adalah motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan metode yang dipilih dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang telah disesuaikan dengan kepentingan dari pihak manajer itu sendiri untuk menguntungkan perusahaan dengan cara menaikkan ataupun menurunkan laba perusahaan.

Perusahaan menggunakan manajemen laba untuk melakukan income decreasing yang akan mengurangi penghasilan kena pajak. Semakin agresif perusahaan melakukan manajemen laba, maka dapat dikatakan bahwa tingkat agresivitas pajak perusahaan juga tinggi karena beban pajak semakin kecil.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan adalah Transfer Pricing. Transfer Pricing (penentuan harga transfer) secara umum adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga suatu transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam praktik transfer pricing sering kali diartikan sebagai upaya untuk memperkecil pajak dengan cara menggeser harga atau laba antar-perusahaan dalam satu grup, dalam hal ini menjadi penyalahgunaan perusahaan untuk mengejar laba tinggi dari penjualan (Kurniawan, 2015). Menurut Pricewaterhouse (2009) dalam yuniasih dkk (2012), para ahli mengakui bahwa transfer pricing rentan dilakukan perusahaan untuk menghindari pajak berganda. Karena hal ini dapat digunakan untuk mengalihkan

(20)

5

dan pada akhirnya pendapatan. Bagi perusahaan yang memiliki anak perusahaan di negara yang tarif pajaknya rendah atau negara yang berstatus tax heaven country melihat ini sebagai peluang untuk membuat strategi untuk mendapatkan laba lebih tinggi.

Sama halnya dengan praktik dumping. Dumping adalah praktik dagang yang di lakukan oleh eksportir dengan menjual komoditi di pasar internasional dengan harga kurang dari nilai wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri. Tujuan dumping adalah untuk meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dengan mematikan persaingan. Menurut pasal VI Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (GATT), tindakan dumping tidak di larang kecuali jika tindakan tersebut menyebabkan kerugian terhadap indusri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis, mengancam terjadi kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis, atau menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Didalam melakukan transfer pricing ada beberapa alasan mendasar yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan teori political cost, pajak merupakan sifat yang memaksa dimana membuat pemerintah mempunyai tugas atau wewenang untuk mewajibkan suatu perusahaan multinasional untuk membayar pajak yang membuat perusahaan merasa mendapatkan tekanan karena harus secara rutin membayar pajak kepada negara. Transfer pricing merupakan salah satu cara yang sering digunakan perusahaan dalam meminimalkan pembayaran pajak, agar pajak dibayar seminimal mungkin (Indriaswari, 2017).

(21)

Adanya hubungan istimewa merupakan faktor penyebab utama timbulnya praktek transfer pricing. Hubungan istimewa adalah hubungan kepemilikan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain dan hubungan ini terjadi karena adanya keterkaitan, pertalian atau ketergantungan satu pihak dengan pihak yang lain yang tidak terdapat pada hubungan biasa, adanya hubungan darah atau karena perkawinan merupakan faktor penyebab utama timbulnya hubungan istimewa.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat agresivitas pajak. Novi DwiAnggraini (2018) menyatakan bahwa transfer pricing berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak dengan cara penghindaran pajak dan Lucy Tania Yolanda Putri (2014) menyatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan agresivitas pajak terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas pajak diantaranya adalah Transfer Pricing dan Manajmen Laba sebagai Variabel Intervening.

Tabel 1.2 Research Gap

No. Variabel Peneliti Hasil Penelitian

1. Transfer Pricing Novi DwiAnggraini (2018) Berpengaruh positif S Suprihatin(2016) Berpengaruh negatif 2 Manajemen Laba Irvan Tiaras dan Henryanto

Wijaya (2015) Berpengaruh positif Lucy Tania Yolanda Putri

(2014) Tidak berpengaruh

Sumber: olahan peneliti (2019)

(22)

7

Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah disampaikan, peneliti termotivasi untuk meneliti “Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak dan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015- 2017”.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah Transfer Pricing berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening secara parsial maupun simultan?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah Transfer Pricing berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening secara parsial maupun simultan ?

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang agresivitas pajak serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4.2. Bagi Akademisi

Bagi akademisi penulis berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi para akademisi sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan, khususnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dimasa yang akan datang.

(23)

1.4.3. Bagi Manajemen Perusahaan

Dapat memberikan masukan kepada manajemen mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi

Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Pamungkas, 2013). Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal.

Agency Problem dapat terjadi apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal untuk kepentingannya sendiri. Dalam penelitian ini, pemerintah adalah prinsipal sedangkan perusahaan adalah agen. Pemerintah yang bertindak sebagai prinsipal memerintahkan kepada perusahaan untuk membayar pajak sesuai dengan perundang-undangan pajak. Hal yang terjadi adalah perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga meminimalisir beban, termasuk beban pajak dengan melakukan penghindaran pajak. Karena pajak merupakan beban bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba perusahaan sehingga perusahaan akan mencari cara agar beban pajak yang ditanggung dapat dikurangi (Asri dan Suardana, 2016).

(25)

Teori keagenan dapat memecahkan masalah yang terjadi terkait hubungan keagenan. Permasalahan hubungan keagenan yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara para pihak, satu sisi agen menginginkan peningkatan kompensasi, sedangkan prinsipal ingin menekan biaya pajak.

2.1.2. Teori Signalling

Teori ini muncul dikarenakan adanya asimetris informasi (asymmetric information) yaitu kesenjangan informasi yang diperoleh investor dengan informasi yang dikeluarkan manajemen. Brigham (2001) menyatakan bahwa asimetris informasi adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan yang dimiliki investor.

Teori signaling menekankan pada kualitas informasi yang dikeluarkan yang berpengaruh terhadap keputusan ekonomi pihak luar perusahaan. Informasi merupakan elemen paling penting bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan pada masa lalu, sekarang dan prospek di masa depan. Informasi yang diperlukan oleh investor untuk menghindari terjadinya harus relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu untuk dijadikan dasar untuk menganalisis keputusan ekonomi.

Teori signaling dalam ilmu komunikasi digunakan manajer sebagai media penyampaian informasi kepada publik. Informasi yang dipublikasikan pihak manajemen perusahaan memberikan signal kepada para investor dan calon investor untuk membuat keputusan investasi. Jika pengumuman yang dipublikasikan bersifat positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada saat

(26)

11

pengumuman informasi laba (Jogiyanto, 2000). Reaksi pasar dapat dilihat dari perubahan volume penjualan saham.

Pihak perusahaan harus semaksimal mungkin dapat meminimalkan terjadinya asymmetric information hal ini untuk menjaga kepercayaan shareholders sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan melalui kebijakan akuntansi perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan informasi asimetris (asymmetric information) menjadi symmetric information yaitu : (1) informasi privat disebarkan ke publik secara resmi melalui pengumuman oleh perusahaan emiten, (2) investor yang memiliki informasi privat akan menggunakannya dan setelah itu mereka akan bersedia untuk menjualnya, (3) investor yang mendapat informasi secara privat akan melakukan tindakan yang spekulatip (speculative behavior), (4) apa yang disebut dengan teori ekspektasi rasional (rational expectation theory) yang menjelaskan bahwa investor yang tidak mendapatkan informasi tersebut akan melakukan transaksi dengan mengikuti transaksi yang dilakukan oleh investor yang mempunyai informasi dengan cara mengamati perubahan dari harga yang terjadi.

Salah satu jenis informasi yang dapat dijadikan sebagai signal oleh perusahaan kepada pihak luar perusahaan terutama investor adalah laporan tahunan. Dalam laporan tahunan terdapat dua jenis informasi yang terkandung di dalamnya, yaitu informasi akuntansi berupa laporan keuangan dan informasi non akuntansi yaitu informasi yang tidak berhubungan dengan laporan keuangan.

Laporan tahunan hendaknya mengungkapkan informasi yang relevan dan

(27)

bermanfaat bagi pihak-pihak pengguna informasi tersebut. Jika perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor dan calon investor maka perusahaan harus mengungkapkan informasi secara terbuka dan transparan.

2.1.3. Agresivitas Pajak

Agresivitas pajak merupakan hal yang sekarang sangat umum terjadi dikalangan perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia. Tindakan ini bertujuan untuk meminimalkan pajak perusahaan yang kini menjadi perhatian publik karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan juga merugikan pemerintah. Menurut Frank et al, (2009) tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik secara legal (tax avoidance) maupun secara ilegal (tax evasion).

Tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dimana metode dan tehnik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Sedangkan pengertian tax evasion upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, namun tidak aman bagi wajib pajak, dimana metode dan tehnik yang digunakan sebenarnya tidak aman dalam koridor Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu sendiri (Pohan, 2011). Hal ini sama yang dikatakan Balakrishan, et al (2011) bahwa perusahaan terlibat dalam berbagai bentuk perencanaan pajak untuk mengurangi kewajiban pajak yang diperkirakan.

(28)

13

Manfaat agresivitas pajak perusahaan adalah penghematan pengeluaran atas pajak sehingga keuntungan yang diperoleh pemilik menjadi semakin besar atau penghematan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendanai investasi perusahaan yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dimasa mendatang (Suyanto 2012). Sedangkan kerugian dari agresivitas pajak perusahaan adalah kemungkinan perusahaan mendapat sanksi dari kantor pajak berupa denda serta turunnya harga saham (Sari dan Martani, 2010). Bagi pemerintah, tindakan agresivitas pajak ini akan mengurangi peluang penerimaan negara dari sektor pajak.

2.1.4. Transfer Pricing

Transfer pricing adalah transaksi barang dan jasa antar beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak wajar, bisa dengan menaikkan (mark up) atau dengan menurunkan (mark down), yang kebanyakan dilakukan oleh perusahaan multinasional. Dimana perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi lebih dari satu negara di bawah pengendalian satu pihak tertentu (Suyana 2012). Penjelasan mengenai transfer pricing diatas dapat diartikan bahwa transfer pricing adalah transaksi yang dilakukan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa.

Hubungan istimewa dalam transfer pricing terdapat di dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 Tahun 2010 dimana tertulis

“Kemampuan untuk mengendalikan pihak lain, dan berpengaruh signifikan atas pihak lain dalam menentukan keputusan dapat disebut dengan hubungan istimewa.

(29)

Contoh kegiatan transfer pricing dalam sebuah perusahan misalnya sebuah perusahaan X Corp berkedudukan di negara X memiliki anak perusahaan di Indonesia PT ABC, yang bergerak di bidang industri mainan. Untuk memproduksi mainan yang dijual di Indonesia, PT ABC mengimpor bahan baku dari X Corp.

Harga wajar bahan baku tersebut di pasar misal US$10/pcs. Tapi, dalam transaksi antara X corp dengan PT ABC harga bahan baku yang sama di jual dengan harga US$30/pcs sehingga ada mark up sebesar US$20/pcs. Harga US$10/pcs ini tidak akan mungkin terjadi jika transaksi tersebut dilakukan dengan perusahaan yang bukan dalam satu grup atau tidak mempunyai hubungan istimewa, sehingga tidak terjadi prinsip harga pasar wajar pada transaksi ini.

2.1.5. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai laba tanpa rekayasa ( Setiawati, 2000).

Satwika dan Damayanti (2005) juga menjelaskan bahwa akrual dibedakan menjadi dua yaitu Non discretionary accrual dan Disretionary Accrual.

Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa discretionary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Manajemen

(30)

15

menggunakan celah standar akuntansi yang memberikan kebebasan bagi mereka untuk melakukan justifikasi terkait dengan kebebasan menentukan estimasi umur waktu aset tetap, kebebasan menentukan metode depresiasi aset tetap, menentukan presentase jumlah piutang tak tertagih, dan menentukan metode penentuan jumlah persediaan.

Selanjutnya Sulistyanto (2008) juga menyatakan bahwa pengertian non- discretionary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar yang diterima secara umum, misalkan ketika aset makin besar maka akrual terkait aset juga akan semakin besar.

Komponen discreationary acruals merupakan bagian dari akrual yang memungkinkan manajer melakukan intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajer memiliki kemampuan untuk mengontrolnya dalam jangka pendek. Komponen discretionary acrual diantaranya terdiri dari penilaian piutang, pengakuan biaya garansi dan aset modal. Sedangkan komponen non-discreationary accruals ditentukan oleh faktor- faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer.

Contoh manajemen laba dapat dilihat pada kasus PT Garuda Indonesia Tbk.

Pada tahun 2018 PT Garuda mencatatkan laba berih US$809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14000). Laba itu berkat melambungnya pendapatan usaha lainnya yang total nya mencapai US$ 306,88 juta. Tapi ternyata ada dua komisaris yang enggan menandatangani laporan keuangan itu. Mereka merasa keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi perjanjian kerja sama

(31)

penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan, antara PT Maheta Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia. Pengakuan itu dianggap tidak sesuai dengan kaidah Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) nomor 23. Sebab manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Maheta sebesar US$239.940.000 yang diantaranya sebesar US$28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang di dapat dari PT Sriwijaya Air. Padahal uang itu masih dalam bentuk piutang, namun diakui perusahaan masuk dalam pendapatan. Ini dalam bentuk kontrak.

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Peneliti 1 Suyanto

(2012)

Pengaruh Likuiditas, Leverage, komisaris Independen dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas pajak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Likuiditas berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap agresivitas Pajak.

Komisaris Independen berpe ngaruh negatif dan signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

Manajemen Laba dan Leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Agresivitas Pajak

2 Azizah (2016)

Pengaruh Related Party Transaction

terhadap Tax

Aggressiveness

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Related Party Transaction berpenga ruh positif dan signifikan terhadap Tax Aggressiveness

3 S Suprihatin (2016)

Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak

Hasil penelitian menunjuk kan bahwa Transfer Pricing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Agresivitas

(32)

17

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Peneliti 4 Novitasari

(2017)

Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance dan Intensitass Modal terhaap Agresivitas Pajak (studi empiris pada perusahaan Property dan Real

Estatet Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia )

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen Laba, kepemilikan Institusional, komisaris Independen dan Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

Kepemilikan Manajerial dan Intensitas Modal berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Pajak.

5 Dwi

Anggraini (2018)

Pengaruh Transfer Pricing Kualitas Audit dan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Transfer Pricing dan Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap Agresivitas Pajak.

Corporate Social Respons ibility berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Pajak.

6 Masna

Ellyani (2018)

Pengaryh Related Party Transaction terhadap Agresivitas Pajak

Dan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening pada perusahaan

manufakatur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Transaksi Pihak Berelasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Agresivitas Pajak dan Manajemen Laba. Begitu pula Manajemen Laba berpengaruh negatif signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

Sumber: olahan peneliti (2019)

(33)

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan atau kaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Kegunaan kerangka konseptual adalah menghubungkan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1

H2 H3

2.4. Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Wikipedia.com). Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu maka peneliti menentukan hipotesa sebagai berikut :

2.4.1. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak

Penelitian Saraswati dan Sujana (2017) mengungkapkan bahwa Transfer Transfer Pricing

(X)

Agresivitas Pajak (Y)

Manajemen Laba (M)

(34)

19

bahwa beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Karena dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba.

H1: Transfer Pricing berpengaruh positif terhadap Agresivitas Pajak 2.4.2. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Manajemen Laba

Hubungan antara transfer pricing dengan manajemen laba terjadi, karena adanya manipulasi atau campur tangan seorang manajer untuk mengubah tampilan perfoma laba yang di sajikan di laporan keuangan demi menghindari tingginya pajak yang harus dibayarkan. Semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan semakin tinggi pula praktek transfer pricing yang dilakukan guna mendukung terwujudnya keinginan perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar tanpa harus membayar pajak yang tinggi.

H2 :Transfer Pricing berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

2.4.3. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak melalui Manajemen Laba

Salah satu alasan perusahaan melakukan transfer pricing adalah pajak.

Biasanya perusahaan menghindari pembayaran pajak yang sangat tinggi dengan melaporkan laba lebih rendah pada laporan keuangannya. Salah satu cara yang di praktekkan perusahaan untuk menurunkan laba adalah transfer pricing.

Perusahaan seharusnya menggunakan prinsip harga wajar untuk mengurangi kewajiban pajak, tetapi perusahaan lebih banyak menggunakan transfer pricing.

(35)

Hal tersebut di dukung oleh pendapat Gusnardi (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan transfer pricing adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak perusahaan mereka.

H3: Manajemen Laba sebagai variabel intervening Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal (causative) yaitu penelitian yang menunujukkan hubungan antar variabel. Di dalam penelitian ini peneliti ingin menunjukkan bagaimana pengaruh variabel bebas (independen) yaitu terhadap variabel terikat (dependen).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan 2015 sampai 2017. Penelitian ini dilakukan melalui media perantara untuk memperoleh data penelitian melalui website www.idx.co.id atau web.idx.id. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan dari bulan Oktober hingga Februari 2018.

3.3. Batasan Operasional.

Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Peneliti menetapkan batasan operasional ini untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap istilah- istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Batasan operasional diharapkan mampu menjelaskan fokus penelitian sehingga tidak terjadi pembahasan yang

(37)

terlalu luas atau sebaliknya. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan batasan operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015-2017.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Agresivitas Pajak 3. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Transfer Pricing 4. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba

3.4. Definisi Operasional 3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh nilai dari variabel bebas (Danang, 2013) variabel dependen sering juga disebut sebagai variabel terikat atau variabel tidak bebas dan menjadi perhatian utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini Agresivitas Pajak dijadikan sebagai variabel dependen. Agresivitas pajak merupakan keinginan Wajib Pajak (WP) untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang legal, illegal maupun kedua-duanya. Dalam melakukan pengukuran Agresivitas Pajak peneliti menggunakan metode Cash Effective Tax Rate (CETR).

CETR menggambarkan persentase total pajak penghasilan yang diperoleh.

Semakin rendah CETR yang dimiliki perusahaan (mendekati 0), maka semakin agresif suatu perusahaan terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkan. Rasio CETR dihitung dengan:

(38)

23

3.4.2. Variabel Independen

Variabel independen atau dikenal juga sebagai variabel tidak terikat atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel lain, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel terikat (Emory, 1996). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Transfer Pricing. Berdasarkan penelitian Refgia (2017) transfer pricing merupakan kebijakan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dalam menentukan harga transfer. Tujuan dari harga transfer adalah memaksimalkan laba dalam melakukan transaksi seperti barang, jasa, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial.

Penelitian ini menggunakan nilai transaksi pihak berelasi karena transfer pricing dan transaksi pihak berelasi merupakan transaksi yang mempunyai hubungan istimewa. Rumus untuk melakukan transfer pricing adalah :

Transfer Pricing =

x 100%

3.4.3. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Tuckman dalam Sugiyono, 2012).

(39)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan manajemen laba sebagai penghubung antara transfer pricing dengan agresivitas pajak. Manajemen laba merupakan metode yang digunakan manajemen untuk memodifikasi laba perusahaan sesuai dengan keinginannya.

Ukuran manajemen laba dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai Discreationary Accruals (DA) dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals dan non discreationary accruals. Discretionary accruals mencerminkan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer yang meliputi empat tahapan, yaitu:

1. Menghitung total accruals yang dihitung dengan rumus:

TAit = NIit - CFOit

2. Menghitung total accruals diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square)

(

) (

) (

)

3. Menghitung non-discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:

(

) (

) (

) 4. Menghitung nilai discretionary accruals sebagai ukuran manajemen laba

dengan rumus:

Keterangan :

TA : total accruals perusahaan i dalam periode tahun t

(40)

25

NIit : laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t

NDAit : non-discretionary acrrual perusahaan i dalam periode tahun t CFOit : arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i dalam periode tahun t

Ait-1 : total aset perusahaan i dalam periode tahun t-1

Revit : Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi dengan pendapatan perusahaan I pada tahun t-1

PPEit :jumlah aktiva tetap (property, plant and equipment) perusahaan i dalam periode tahun t

Recit : Piutang usaha perusahaan i pada tahun t di kurangi pendapatan perusahaan i pada tahun t

: error

Nilai discretionary accruals yang semakin mendekati nol mengindikasikan bahwa semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan melakukan manajemen laba. Apabila discretionary accruals menunjukan nilai yang positif hal tersebut berarti bahwa manajemen laba dilakukan dengan meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan bila discretionary accruals menunjukan nilai yang negatif berarti bahwa manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba perusahaan.

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Ghozali (2013) menyatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses hal mana suatu angka atau symbol dilekatkan pada karakterisitik atau property suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Dalam pengukuran variabel selalu digunakan skala. Skala pada umumnya ada 4 jenis yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.

(41)

Skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah (Ghozali, 2013). Skala rasional merupakan penggabungan dari beberapa jenis skala lainnya.

(42)

27

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel Definisi

Operasional

Parameter Skala

Variabel Independen Agresivitas Pajak (Y)

Tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak secara legal (tax avoidance) maupun secara ilegal (tax evasion)

Rasio

Variabel Dependen Transfer Pricing (X)

Harga yang di bebankan satu subunit untuk suatu produk atau jasa yang di pasok ke subunit yang lain di organisasi yang sama.

x 100%

Rasio

Variabel Intervening Manajemen Laba (M)

Campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri

Rasio

Sumber: olahan peneliti (2019)

(43)

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1. Populasi Penelitian

Emory (1996) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015- 2017.

3.6.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang dijadikan objek/subjek dalam penelitian. Sampel memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian dikarenakan peneliti tidak harus meneliti populasi melainkan hanya meneliti daftar sampel yang dapat mewakili seluruh populasi, sehingga dalam melakukan penelitian ini dilakukan pemilihan sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah metode sampel dengan menetapkan karakteristik tertentu yang berhubungan dengan variabel penelitian. Teknik sampel ini paling sering digunakan dalam penelitian terhadap suatu populasi.

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan periode 2015-2017

b. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki laba sebelum pajak yang rugi atau negatif

(44)

29

c. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan rupiah dalam pelaporan keuangannya

d. Perusahaan manufaktur yang memiliki data-data yang mendukung variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini

Tabel 3.2

Daftar Sampel yang memenuhi kriteria

NO KODE NAMA EMITEN

1 AKPI PT. Arga Karya Prima Industri Tbk 2 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk 3 AUTO PT. Astra Auto Part Tbk 4 BATA PT. Sepatu Bata Tbk

5 CCI PT. Coca Cola Indonesia Tbk

6 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 7 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk

8 DVLA PT. Darya Varia Laboratorium Tbk 9 GGRM PT. Gudng Garam Tbk

10 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 11 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 12 INCI PT. Indal Aluminium Industry Tbk 13 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14 INDS PT. Indospring Tbk

15 INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk 16 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk 17 JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk 18 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk

19 KDSI PT. Kedaung Setia Industri Tbk 20 KICI PT. Kedaung Indag Can Tbk 21 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk

22 LION PT. Lion Metal Work Tbk 23 MERK PT. Merk Tbk

24 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 25 MYOR PT. Mayora Indah Tbk

26 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 27 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk

28 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing and

(45)

NO KODE NAMA EMITEN Commerce Tbk

29 SIDO PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk

30 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk

31 SMGR PT. Semen Baturaja Persero Tbk 32 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 33 SRSN PT. Indi Acitama Tbk 34 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 35 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk 36 TRIS PT. Trisula Intenational Tbk 37 TRST PT. Trias Sentosa Tbk 38 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk 39 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk

(Sumber: www.idx.com)

Berdasarkan tabel 3.2 sebanyak 39 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017 (3 tahun) yang memenuhi kriteria untuk diterapkan sebagai sampel. Jumlah observasi dalam penelitian ini sebanyak 117 unit analisis (39x3)

3.7. Jenis Data.

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga, dimana data tersebut telah dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak diluar perusahaan dengan kata lain data tersebut tidak diperoleh langsung dari objek penelitian (Danang, 2013). Teknik pengumpulan data dalam penelitian berupa dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melihat, mencatat, menganalisis, dan mengevaluasi data sekunder yang diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data penelitian

(46)

31

diunduh dari data yang dipubilkasikan Bursa Efek Indonesia. Data tersebut diunduh melalui website www.idx.co.id atau web.idx.id.

3.8. Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data yang dilakukan ini adalah pengumpulan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara umumnya diperoleh dari studi pustaka (Syarifulloh, 2015). Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh melalui internet dengan cara mendownload melalui website www.idx.co.id.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan dokumentasi. Teknik pengumpulan dokumentasi adalah teknik pengumpulan dengan cara mempelajari, mengklasifikasikan dan menganalisis data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data laporan keuangan dan laporan tahunan serta data harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.9. Teknik Analisis Data.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan maka pendekatan yang sesuai dengan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan yang menekankan angka-angka dalam penelitiannya. Sugiyono (2011) teknik penelitian kuantitatif juga dapat diartikan suatu metode penelitian dengan berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel.

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis jalur (path analisys) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Transfer Pricing terhadap Agresivitas Pajak dan Manajemen Laba sebagai

(47)

Variabel Intervening di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian diolah dengan program aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS).

3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat, teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Tujuan dari dari statistik deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran mengenai suatu data agar data yang diperoleh menjadi lebih mudah dipahami. Berikut analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian.

3.9.1.1. Uji Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga konseptual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

3.9.2. Uji Asumsi Klasik

Tujuan dari pengujian asumsi klasik adalah memberikan kepastian terhadap persamaan regresi yang didapatkan yang memiliki ketepatan dalam mengestimasi pengujian tersebut. Uji asumsi klasik adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda. Berikut uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini.

(48)

33

3.9.2.1. Uji Normalitas

Ghozali (2013) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Suatu model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua acara untuk mendeteksi distribusi residual berdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic.

Analisis grafik biasanya digunakan dalam mendeteksi distribusi residual melalui penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2013) :

a. Pola distribusi dikatakan normal jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Pola distribusi dikatakan normal jika data menyebar menjauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau garis histogram, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik sangat dianjurkan dalam melakukan uji normalitas disamping analisis grafik. Karena analisis grafik tidak cukup efektif dalam melihat normalitas data.Normalitas data harus diuji secara statistik untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Normalitas data diuji dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov dengan level signifikasni 5%. Jika nilai pvalue lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal, begitu juga sebaliknya (Ghozali).

(49)

3.9.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah adanya hubungan korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak memiliki korelasi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem multikolinieritas (multiko). Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan melihat Tolerance dan dengan uji tes Variance Inflation Factor (VIF), dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilaiTolerance> 0,10 dan VIF < 10, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

b. Jika nilai Tolerance< 0,10 dan VIF > 10, dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.9.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2013). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Ada tidaknya korelasi dapat diihat pada tabel 3.3 :

(50)

35

Tabel 3.3

Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0<d<dl

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada keputusan

dl≤d≤du

Tidak ada autokorelasi negative

Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada autokorelasi negative

Tidak ada keputusan

4-du≤d≤4-dl

Tidak ada autokorelasi positif negative

Tidak ditolak du<d<4-du

Sumber data : Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketujuh, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

3.9.2.4. Uji Heteroskedastistas

Uji Heteroskedastitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari nilai residual dari pengamatan tetap, maka disebut dengan Homokedastisitas. Dan jika varians berbeda dari, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam uji glejser dapat disimpulkan jika tingkat signifikansi >0.05 tidak ada gejala heteroskedastistas.

(51)

3.9.3. Analisis jalur

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi berganda. Metode analisis jalur di gunakan untuk menganalisis pola hubungan diantara variabel.

Model ini untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien jalur adalah koefisien regresi yang distandarkan, koefisien regresi di hitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku.

Model Persamaan Hipotesis:

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh transfer pricing terhadap manajemen laba, digunakan rumus:

ML = a + b1 TP ……… (1)

Untuk mengetahui bagaimana ML momoderasi TP terhadap AP digunakan rumus:

AP = a - b1ML- b2TP ………... (2) Keterangan :

AP : Agresivitas Pajak TP : Transfer pricing M : Manajemen Laba a : Koefisien Konstanta b1 : Koefisien Regresi

Analisis regresi dengan variabel intervening digunakan untuk mengetahui total pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen yang terdiri dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, yakni melalui variabel

(52)

37

Pengaruh langsung : p1 Pengaruh tidak langsung : p2 x p3 Total pengaruh : p1 + (p2 x p3)

Apabila nilai total pengaruh lebih besar daripada pengaruh langsung berarti variabel tersebut marupakan variabel intervening.

3.9.4. Uji Hipotesis

3.9.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R Squared) menunjukkan seberapa besar prosentase variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. jika R2 semakin mendekati 1, maka semakin besar variasi dalam variabel independen. Hal ini semakin tepat garis regresi tersebut mewakili hasil penelitian yang sebenarnya (Ghozali, 2013).

3.9.4.2 Uji Signifikan Simultan (F)

Ghozali (2013) menyatakan bahwa uji statistik T pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Pengujian ini dilakukan dengan ketentan:

a. Jika probability T lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho

b. Jika probability T lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha.

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur untuk menguji bagaimana hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk memudahkan perhitungan masing-masing variabel. Setelah dianalisis pada Microsoft Excel selanjutnya akan dilakukan analisis untuk menguji hipotesis menggunakan aplikasi pengolah data SPSS Versi 22. Data yang sudah diolah di excel akan diinput ke program SPSS untuk dianalisis sesuai dengan metode dan langkah-langkah yang telah ditetapkan agar diperoleh output yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel transfer pricing, manajemen laba dan agresivitas pajak.

(54)

39

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan Variabel Transfer Pricing, Manajemen Laba dan Agresivitas Pajak

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Agresivitas Pajak (Y) 117 .0124 .5868 .277188 .1048375

Manajemen Laba (M) 117 .4509 3.2459 1.460662 .6105207

Transfer Pricing (X) 117 .0000 .9633 .215938 .2941317

Valid N (listwise) 117

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2019)

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai minimum dari transfer pricing adalah 0,0000, sementara nilai maksimum dari transfer pricing adalah 0,9633. Rata-rata transfer pricing adalah 0,215938, dengan standar deviasi 0,2941317. Diketahui nilai minimum dari manajemen laba adalah 0,4509, sementara nilai maksimum dari manajemen laba adalah 3.2459. Rata-rata manajemen laba adalah 1,460662, dengan standar deviasi 0,6105207. Diketahui nilai minimum dari agresivitas pajak adalah 0,0124, sementara nilai maksimum dari agresivitas pajak adalah 0,5868.

Rata-rata agresivitas pajak adalah 0,277188, dengan standar deviasi 0,1048375.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali, 2013).

Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

(55)

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 117

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .09664104

Most Extreme Differences Absolute .110

Positive .110

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.194

Asymp. Sig. (2-tailed) .115

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: data sekunder diolah peneliti (2019)

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,115. Karena nilai probabilitas , yakni 0,115, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.

Gambar 4.1 Uji Normalitas Normal Probability Plot

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Penerapan

menyampaikan, “Terima kasih kami ucapkan kepada Ketua Umum Fodium Kabupaten Deli Serdang atas waktu dan layanannya kepada kami, sehingga kami bisa memberikan kata sambutan disini,

[r]

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) siswa Kelas V SD Negeri 2 Jambidan Banguntapan Bantu setelah mendapatkan pendidikan kesehatan oleh peer educator sebagian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Kecamatan Rio Pakava tahun 1991 hingga tahun 2017 yaitu

Sistem informasi di SMA Pasundan 8 Bandung perlu ditingkatkan karena masih terdapat masalah-masalah yang sering di hadapi mulai dari proses pendaftaran anggota

Likuiditas Terhadap Struktur Modal dan Kebijakan Dividen yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-2014 ” bertujuan sebagai salah satu persyaratan yang harus