• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kubu Raya 4.1.1 Geografi

Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Propinsi Kalimantan Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Secara geografis, Kabupaten Kubu Raya berada di sisi Barat Daya Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 0º 13'40,83” Lintang Selatan sampai dengan 1º 00'53,09” Lintang Selatan dan 109º 02'19,32” Bujur Timur sampai dengan 109º 58'32,16” Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai berikut:

 Utara : berbatasan dengan Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak

 Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

 Barat : berbatasan dengan Laut Natuna

 Timur : berbatasan dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya mencapai 6.985,24 km2 atau 698.524 ha yang terdiri atas 9 wilayah kecamatan. Ibukota Kabupaten Kubu Raya berkedudukan di Kecamatan Sungai Raya yang merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak sekaligus menjadi kawasan hinterland Kota Pontianak.

Tabel 6. Luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

No Kecamatan Ibukota

Kecamatan Luas Area (km2) Persentase (%)

1 Batu Ampar Padang Tikar 2.002,70 28,67

2 Terentang Terentang 786,40 11,26

3 Kubu Kubu 1.211,60 17,35

4 Teluk Pakedai Teluk Pakedai 291,90 4,18

5 Sungai Kakap Sungai Kakap 453,17 6,49

6 Rasau Jaya Rasau Jaya 111,07 1,59

7 Sungai Raya Sungai Raya 929,30 13,3

8 Sungai Ambawang Sungai Ambawang 726,10 10,39

9 Kuala Mandor Kuala Mandor 473,00 6,77

Kabupaten Kubu Raya 6.985,24 100%

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

(2)

Gambar 16. Persentase luas wilayah per Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya 4.1.2 Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2010 tercatat sebesar 500.970 jiwa dengan rincian 254.946 jiwa penduduk laki-laki dan 246.024 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan Sungai Raya memiliki populasi penduduk paling tinggi yaitu sebesar 188.014 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Kubu Rata tercatat sebesar 72 jiwa/km2. Penyebaran penduduk di Kabupaten Kubu Raya terlihat belum merata. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang cukup signifikan antara kecamatan yang paling padat yaitu Kec. Sungai Kakap (223 jiwa/km2) dan kecamatan yang paling jarang penduduknya yaitu Kec. Terentang (13 jiwa/km2).

Urutan ke-2 adalah Kec. Rasau Jaya (212 jiwa/km2), dan Kec. Sungai Raya menempati urutan ke-3 dengan kapadatan 202 jiwa/km2. Sementara untuk kepadatan penduduk per jumlah desa, Kec. Sungai Raya menempati urutan pertama yaitu sebesar 11.751 jiwa/desa. Sex rasio pada tahun 2010 tercatat 104 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki.

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kubu Raya tahun 2009 tercatat 1.64% dan menunjukkan peningkatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.15% per tahun. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sungai Raya dari tahun 2009 (1.5%) dan tahun 2010 (2.05%) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, hal ini antara lain disebabkan pesatnya kegiatan pembangunan di Sungai Raya sejak ditetapkannya Sungai Raya sebagai Ibukota Kabupaten Kubu Raya tahun 2007 (Tabel 7). Fungsi permukiman, perdagangan dan jasa mulai marak dan berkembang pesat di kawasan Sungai Raya semenjak sepuluh tahun terakhir.

(3)

Tabel 7. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk per kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

Sumber: BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 8 Luas area, jumlah penduduk dan kepadatan perduduk per kecamatan

Sumber: BPS Kab. Kubu Raya, 2011

(4)

Tabel 9 Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga per kecamatan

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Berdasarkan jumlah rumah tangga yang tersebar di masing-masing kecamatan, maka Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah rumah tangga yang paling banyak yaitu sebesar 43.103 KK. Hal ini menunjukkan bahwa permukiman penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Sungai Raya, dengan jumlah anggota keluarga di tiap rumah tangga adalah 4 orang.

4.1.3 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kubu Raya

Sejak ditetapkannya kawasan Sungai Raya sebagai Ibukota Kabupaten Kubu Raya tahun 2007, kawasan tersebut mengalami kemajuan pembangunan yang cukup pesat. Kawasan Sungai Raya menjadi kawasan strategis yang peruntukannya telah di tetapkan didalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kubu Raya yang meliputi :

1. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menetapkan pusat-pusat kegiatan melalui pembagian wilayah pembangunan menjadi 3 wilayah kegiatan, yaitu :

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), meliputi : Kec. Sungai Raya.

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi : Kec. Sungai Kakap, Kec. Rasau Jaya, Kec. Kubu, Kec. Batu Ampar dan Kec. Sungai Ambawang.

(5)

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi: Kec. Terentang, Kec. Teluk Pakedai, dan Kec. Kuala Mandor.

2. Kecamatan Sungai Raya ditetapkan sebagai salah satu kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Kubu Raya, selain Kec. Sungai Kakap, Kec. Rasau Jaya dan Kec. Sungai Ambawang.

3. Kawasan Sungai Raya juga ditetapkan sebagai kawasan peruntukan lain yaitu sebagai kawasan peruntukan perdagangan dan jasa.

4. Sungai Raya termasuk dalam kawasan strategis provinsi yang berupa kawasan Metropolitan Kota Pontianak dengan sektor unggulan dibidang perdagangan dan jasa, industri, dan pariwisata.

5. Posisi strategis lainnya yaitu dengan dilalui jalan arteri primer (jalan nasional) yang menghubungkan antara bandara Supadio dengan beberapa kota dan kabupaten di Kalimantan Barat.

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Sungai Raya 4.2.1 Geografi

Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya, maka ditetapkan Sungai Raya sebagai tempat kedudukan Ibukota Kabupaten Kubu Raya. Luas wilayah Kecamatan Sungai Raya tercatat 92.930 ha yang secara administratif terdiri atas 14 kelurahan/desa. Batas wilayah Kecamatan Sungai Raya adalah sebagai berikut:

 Utara : Kecamatan Pontianak Timur dan Kecamatan Sungai

Ambawang.

 Selatan : Kelurahan Sungai Asam dan Kelurahan Sungai Bulan.

 Barat : Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan Sungai Kakap

 Timur : Kecamatan Toba dan Kecamatan Tayan (Kabupaten Sanggau)

Kelurahan atau desa yang termasuk dalam zonasi kawasan perkotaan di Kecamatan Sungai Raya meliputi: 1) Desa Sungai Raya, 2) Desa Teluk Kapuas, 3) Desa Arang Limbung, 4) Desa Limbung dan 5) Desa Kuala Dua.

Sebagian besar wilayah Kecamatan Sungai Raya (kawasan perkotaan) termasuk dalam zonasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Supadio yang dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat . Batas-batas administrasi Kecamatan Sungai Raya dan zonasi KKOP Bandara Supadio disajikan pada Gambar 17.

(6)

Gambar x. Peta wilayah administratif Kecamatan Sungai Raya

Sumber : Dinas PU Prov. Kalbar, 2010

Gambar 17. Batas wilayah Kecamatan Sungai Raya dan zonasi KKOP

(7)

Tabel 10. Curah hujan dan jumlah hari hujan di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

4.2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010 tercatat 188.014 jiwa, terdiri dari 95.679 penduduk laki-laki dan 92.335 penduduk perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk menunjukkan peningkatan dari tahun 2009 hanya sebesar 1.5%, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2% per tahun. Kelurahan dengan jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kelurahan Sungai Raya yaitu sebesar 62.010 jiwa atau sekitar 32% dari total jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya.

Urutan ke-2 adalah Kelurahan Kuala Dua dengan jumlah penduduk sebanyak 24.564 jiwa, dan Kelurahan Arang Limbung pada posisi ke-3 yaitu sebesar 18.492 jiwa. Sex rasio penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010 sebesar 104, sebelumnya pada tahun 2008 dan 2009 tercatat sebesar 101.

Tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Sungai Raya jika dibandingkan dengan luas wilayahnya masih tergolong rendah. Kepadatan penduduk mencapai 2.157 jiwa/km2 (22 jiwa/ha) yang merupakan kelurahan dengan tingkat kepadatan paling tinggi. Kelurahan Limbung diurutan ke-2 yaitu sebesar 1.069 jiwa/km2 (11 jiwa/ha) dan Kelurahan Kapur sebesar 1.015 jiwa/km2 (10 jiwa/ha).

(8)

Tabel 11. Jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 12. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

(9)

Tabel 13. Jumlah penduduk dan jumlah KK di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

Tabel 14. Sebaran penduduk di Kecamatan Sungai Raya tahun 2010 menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

(10)

Tabel 15. Jumlah penduduk di Kelurahan/Desa Sungai Raya tahun 2010 menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Sumber : Kecamatan Sungai Raya Dalam Angka 2011 Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

4.2.3 Posisi Strategis Kawasan Sungai Raya

Kawasan Sungai Raya merupakan salah satu kawasan strategis di Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Kecamatan Sungai Raya. Hal ini disebabkan posisi kawasan Sungai Raya yang berstatus sebagai hinterland Kota Pontianak yang mengalami kemajuan cukup pesat khususnya dibidang pembangunan permukiman.

Beberapa posisi strategis kawasan Sungai Raya antara lain meliputi :

 Sungai Raya merupakan tempat kedudukan ibukota Kabupaten Kubu Raya.

Sebagai ibu kota Kabupaten, kawasan Sungai Raya merupakan pusat permukiman, kegiatan perekonomian, pemerintahan dan sosial budaya bagi wilayah lainnya di Kabupaten Kubu Raya. Dengan adanya pusat-pusat pemerintahan di Sungai Raya akan berpotensi meningkatkan arus urbanisasi di kawasan tersebut.

 Sungai Raya sebagai Pusat Permukiman Perkotaan di Kabupaten Kubu Raya. Hal ini akan menyebabkan pesatnya pertumbuhan permukiman kota di kawasan Sungai Raya, dimana penduduk yang nantinya bermukim di Sungai

(11)

Raya tidak semata-mata penduduk Kabupaten Kubu Raya saja melainkan juga penduduk Kota Pontianak yang berstatus sebagai commuter.

 Sungai Raya ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berdasarkan RTRW Kabupaten Kubu Raya tahun 2012. Sebagai pusat kegiatan nasional, Sungai Raya berpotensi menjadi kawasan perkotaan yang menjadi sentral dari pusat-pusat pertumbuhan wilayah disekitarnya. Hal ini juga akan memicu terjadinya migrasi para pendatang dari luar Provinsi Kalimantan Barat.

 Sungai Raya merupakan Hinterland Kota Pontianak. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pontianak Selatan – Kota Pontianak, menjadikan Sungai Raya sebagai kawasan primadona yang dapat memenuhi kebutuhan permukiman masyarakat Kota Pontianak. Batas administratif antara Sungai Raya dan Kota Pontianak yang hampir tidak terlihat jelas, menyebabkan perkembangan permukiman di kawasan tersebut menjadi sangat pesat, dimana dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan.

 Sungai Raya termasuk dalam kawasan Strategis Propinsi yaitu sebagai kawasan Metropolitan Kota Pontianak dengan sektor unggulan dibidang perdagangan dan jasa, industri, dan pariwisata. Hal ini akan menyebabkan berkembang pesatnya sektor perekonomian akan berdampak pada meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di Sungai Raya.

 Dilalui oleh jalur arteri primer atau jalan nasional, yang merupakan jalur penghubung antara Wilayah Nasional dan Kota Pontianak yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Barat.

 Dilalui oleh salah satu jalur arteri atau jalan propinsi, yang menghubungkan antara Kota Pontianak sebagai ibu kota Provinsi ke beberapa Kota/Kabupaten yang ada di Kalimantan Barat.

Posisi-posisi strategis diatas menjustifikasi bahwa kawasan Sungai Raya memiliki potensi untuk berkembang menjadi sebuah kota besar, yang akan memicu kemajuan pembangunan di kawasan tersebut. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus dilematis bagi pemerintah daerah dalam mengatur dan mengendalikan pengembangan wilayah, terkait dengan karakteristik gambut yang dimiliki. Di satu sisi pemerintah daerah membutuhkan ruang untuk melaksanakan pembangunan, disisi lain ruang yang tersedia adalah ruang (space) yang perlu dijaga kelestariannya sehubungan dengan fungsi ekologis yang dimilikinya.

(12)

4.2.4 Penatagunaan Lahan

Secara umum, jenis penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya terdiri atas : lahan pertanian dan lahan non pertanian. Dari luas total wilayah Kecamatan Sungai Raya yang mencapai 92.930 ha, sekitar 33.130 ha (35%) merupakan lahan pertanian, dan 59.800 ha (64%) merupakan lahan non pertanian.

Fungsi permukiman termasuk dalam jenis penggunaan lahan non pertanian.

Dari luasan lebih kurang 59.800 ha lahan non pertanian di Kecamatan Sungai Raya, sekitar 11.150 ha merupakan lahan untuk permukiman atau sekitar 11% dari luas wilayah Kecamatan Sungai Raya. Berdasarkan Tabel 16 tentang jumlah rumah tangga per kelurahan di Kecamatan Sungai Raya, dapat diketahui bahwa penyebaran permukiman di Kecamatan Sungai Raya terkonsentrasi di Kelurahan Sungai Raya dengan jumlah rumah tangga terbanyak yaitu 13.984 KK atau sekitar 32% dari jumlah total rumah tangga yang ada di Kecamatan Sungai Raya (43.103 KK).

Tabel 16. Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya

Sumber : BPS Kab. Kubu Raya, 2011

(13)

4.3 Kawasan Sungai Raya sebagai Hinterland Kota Pontianak

4.3.1 Kebijakan Pengembangan Permukiman di Hinterland Kota Pontianak Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan permukiman di Kota Pontianak yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak 2012-2032 dijelaskan bahwa perkembangan permukiman Kota Pontianak adalah kearah selatan Kota Pontianak yang meliputi Kecamatan Pontianak Tenggara dan Kecamatan Pontianak Selatan. Kondisi ini akan berimplikasi pada semakin berkembangnya wilayah bagian selatan Kota Pontianak yang dalam hal ini berbatasan langsung dengan kawasan Sungai Raya di Kecamatan Sungai Raya.

Gambar 18 menunjukkan kondisi eksisting permukiman di Kota Pontianak.

Dari pola guna lahan eksisting tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan permukiman di Kota Pontianak tersebar di wilayah bagian selatan, sementara permukiman di bagian utara Kota Pontianak tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena kondisi geografis dimana antara wilayah utara dan wilayah selatan Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas. Selanjutnya muncul berbagai prediksi bahwa bisa terjadi kondisi dimana wilayah-wilayah hinterland di bagian selatan Kota Pontianak (kawasan Sungai Raya) lebih berkembang dan lebih maju dibanding wilayah utara Kota Pontianak.

Gambar 18. Guna lahan eksisting di Kota Pontianak

Gambar 19. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang di Kota Pontianak

KAWASAN SUNGAI RAYA

KAWASAN SUNGAI RAYA UTARA

(14)

Gambar 19 menunjukkan rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Pontianak dalam kurun waktu dua puluh tahun (2012-2032). Dari rencana pola tersebut dapat diprediksi bahwa ketersediaan lahan untuk permukiman bagi masyarakat Kota Pontianak akan habis dalam waktu 20 tahun kedepan. Ada beberapa strategi untuk mengantisipasi tuntutan kebutuhan permukiman di Kota Pontianak, yaitu : pertama, beralih kepada konsep bangunan vertikal, dan kedua, melakukan ekspansi dan koordinasi dengan Kabupaten Kubu Raya.

4.3.2 Kawasan Sungai Raya sebagai Kota Baru Satelit (Hinterland Pontianak) Salah satu posisi strategis utama kawasan Sungai Raya adalah sebagai hinterland atau periphery dari Kota Pontianak. Kawasan Sungai Raya diminati oleh para penglaju (commuter) sebagai kawasan tempat bermukim. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketersediaan lahan yang cukup besar dan aksesibilitas serta jarak tempuh dari pusat kota Pontianak yang masih terjangkau. Sebagaimana permukiman yang berada di pinggiran kota, suasana nyaman, lingkungan yang masih asri dengan tingkat kebisingan yang rendah, memberikan nilai tambah tersendiri bagi kawasan Sungai Raya sebagai alternatif pilihan tempat tinggal.

Penataan kawasan permukiman yang proporsional dan tidak sepadat di pusat kota (Pontianak), ketersediaan sarana dan prasarana permukiman yang memadai, serta maraknya aktifitas perekonomian menjadikan kawasan Sungai sebagai kawasan hinterland yang paling pesat perkembangannya dibanding kawasan hinterland lainnya (Sungai Kakap dan Daerah Seberang), khususnya di sektor permukiman dan perdagangan/jasa. Harga lahan yang relatif murah juga berdampak pada harga per unit rumah yang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.

Status Sungai Raya yang ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2007 akan mengubah sistem perekonomian dari kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan. Dalam perkembangannya, kawasan Sungai Raya dapat dikatakan sebagai cikal bakal sebuah Kota Baru (new town). Status Sungai Raya saat ini masih termasuk kategori kota baru satelit atau kota baru pemerintahan dikarenakan tingkat ketergantungannya yang masih cukup besar terhadap Kota Pontianak sebagai kota induk. Seiring dengan proses pembangunan dan perkembangan kegiatan ekonomi di Sungai Raya yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan dalam waktu sepuluh tahun kedepan status kawasan tersebut akan berubah menjadi sebuah kota baru mandiri dimana kawasan Sungai Raya sudah mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri.

(15)

Gambar 20. Posisi kawasan Sungai Raya sebagai Hinterland Kota Pontianak

4.4 Sebaran Gambut di Kawasan Sungai Raya

Lahan gambut beserta vegetasi yang tumbuh di atasnya merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan keanekaragaman hayati, dan pengendali iklim (melalui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon).

Karakteristik gambut yang terdapat di Sungai Raya bervariasi mulai dari kedalaman 0.5 sampai dengan 4 meter. Gambut yang diperbolehkan sebagai kawasan budi daya adalah gambut dengan kedalaman kurang dari 3 meter, dan untuk kedalaman lebih dari 3 meter termasuk kawasan lindung yang dikonservasi.

Letak geografis kawasan Sungai Raya yang dilalui oleh Sungai Kapuas menyebabkan sebagian lahan di kawasan tersebut terbentuk dari endapan lumpur (delta) dengan luasan 202,70 ha. Gambut dengan kedalaman 0.5-1 meter (gambut tipis) mencapai luasan 1.547,94 ha, sementara gambut dengan kedalaman 1-2 meter mencapai luasan 1589.74 ha. Peta sebaran gambut di kawasan Sungai Raya dapat ditunjukkan pada Gambar 21.

(16)

Gambar 21. Peta sebaran lahan gambut di kawasan Sungai Raya

Karakteristik Tanah : : endapan liat : endapan liat + organik : tanah organik (1-2 m) : tanah organik (2-3 m)

(17)

4.5 Tipologi Perumahan di Kawasan Sungai Raya

Permukiman yang terdapat di kawasan Sungai Raya sebagain besar dikembangkan oleh developer lokal, dan sebagian kecil lainnya dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat. Permukiman dan kegiatan ekonomi di kawasan Sungai Raya berkembang di sepanjang sisi jalan kolektor yang secara administratif berbatasan langsung dengan Kota Pontianak. Berdasarkan luas area yang dibangun, perumahan di kawasan Sungai Raya termasuk tipe perumahan skala kecil. Komplek-komplek perumahan dibangun per jalur dimana lebar persil komplek berkisar antara 35 – 45 meter.

Secara umum, terdapat dua tipologi permukiman di kawasan Sungai Raya, yaitu: 1) Rumah Panggung, yaitu rumah dengan pondasi pancang kayu (tiang tongkat) yang merupakan rumah tradisional masyarakat Pontianak namun saat ini rumah jenis panggung sudah mulai ditinggalkan/kurang diminati masyarakat dan jumlahnya sudah sangat sedikit; 2) Rumah Tapak, yaitu rumah dengan pondasi lajur batu kali. seperti tipe rumah di daerah Jawa. Rumah tapak saat ini menjadi trend yang dikembangkan oleh pihak developer dimana minat masyarakat terhadap rumah tapak cukup besar.

Gambar 22. Tipologi rumah panggung di Sungai Raya

(18)

Menurut pendapat beberapa pakar, rumah panggung yang merupakan local wisdom masyarakat Kota Pontianak dinilai lebih ramah lingkungan. Hal ini disebabkan struktur panggung yang tidak merusak daerah resapan air sehingga infiltrasi air tanah tetap terjaga. Hal ini juga sebagai salah satu upaya antisipasi apabila terjadi air pasang, mengingat karakteristik kawasan yang dekat dengan sungai sehingga mengalami pasang surut. Gambar 23 berikut menunjukkan kondisi kanal Sungai Raya pada saat terjadi air pasang:

Gambar 23. Kondisi kanal Sungai Raya pada saat air pasang

Selain beberapa kelebihan yang dimiliki, rumah panggung juga memiliki kekurangan, misalnya banyak sampah berserakan di kolong rumah yang terbawa arus pada saat pasang. Jarak antara permukaan tanah dan lantai bangunan yang rendah (50–100 cm) menyebabkan sulitnya melakukan maintenance. Kondisi lahan yang cenderung basah menyebabkan tanaman air tumbuh subur sehingga mengurangi estetika lingkungan dan menjadi sarang nyamuk.

Fakta yang ditemukan di lapangan adalah rumah panggung saat ini sudah jarang ditemukan dan jumlahnya relatif sedikit di kawasan Sungai Raya kecuali permukiman yang berada di atas air (tepian Sungai Kapuas). Hal ini menunjukkan bahwa tipologi rumah panggung sudah kurang diminati oleh masyarakat. Sebagian besar rumah panggung yang masih eksis hingga saat ini merupakan rumah warisan peninggalan nenek buyut dengan umur bangunan antara 40 – 50 tahun.

(19)

Gambar 24. Kondisi lingkungan di sekitar rumah panggung

Trend perkembangan permukiman saat ini menunjukkan bahwa minat masyarakat lebih mengarah kepada konsep bangunan modern yang notabene tidak menggunakan struktur panggung atau dengan kata lain rumah tapak seperti tipologi rumah di pulau Jawa dengan tampilan facade (tampak) bangunan yang lebih modern. Industri permukiman di kawasan Sungai Raya menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Kondisi kawasan Sungai Raya sepuluh tahun yang lalu masih merupakan hutan rawa gambut, kini secara gradual telah dikonversi menjadi permukiman penduduk. Fenomena yang terjadi cukup mengkhawatirkan, mengingat masyarakat maupun pemerintah belum sepenuhnya menyadari arti dan manfaat ekosistem gambut sebagai penyelamat lingkungan. Tipologi rumah tapak yang saat ini tengah menjadi bisnis primadona bagi developer lokal di kawasan Sungai Raya dapat dikatakan tidak ramah lingkungan karena dapat merusak kelestarian ekosistem gambut. Tipologi rumah tapak dapat dilihat pada Gambar 25.

(20)

Gambar 25. Tipologi rumah tapak dengan desain arsitektur modern

Perumahan skala kecil yang berkembang di Sungai Raya ditandai dengan jumlah unit rumah yang dibangun di masing-masing komplek hanya berkisar antara 30–50 unit, dalam bentuk rumah tunggal atau Koppel. Dari kondisi eksisting dapat diketahui bahwa ketersediaan RTH dan sarana bermain sangat minim bahkan tidak tersedia. Demikian juga ruang untuk publik yang kurang menjadi prioritas.

Gambar 25 menunjukkan bahwa dalam satu persil bangunan sekitar 70-80%

resapan hilang karena tertutup lantai bangunan. Hanya tersisa sekitar 20% saja untuk resapan. Dapat diprediksi degradasi lingkungan yang terjadi apabila seluruh lahan gambut di kawasan Sungai Raya dibangun rumah tapak yang notabene merampas fungsi ekologis dari lahan gambut. Tren rumah tapak dengan gaya arsitektur modern selain dikembangkan oleh pihak developer juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Hasil temuan di lokasi penelitian menunjukkan rumah tapak yang dibangun di atas lahan gambut yang masih dalam keadaan tergenang belum didrainasekan. Lahan yang akan dibangun terlebih dahulu di pancangkan kayu cerucuk berdiameter 8 cm untuk meningkatkan daya rekat tanah. Selanjutnya dibuat bekisting untuk pengecoran pondasi beton bertulang mengelilingi batas bangunan setelah itu air dipompa keluar. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui fungsi ekosistem gambut. Mereka lebih memilih rumah beton dengan pertimbangan lebih kokoh dan stabil dibanding rumah panggung tiang tongkat.

(21)

Gambar 26. Perkerasan lantai rumah tapak yang menutupi permukaan tanah Fakta lain yang ditemukan dilapangan yaitu kegiatan konstruksi rumah tapak yang dibangun diatas lahan gambut yang tergenang, dimana masih terdapat air gambut yang berwarna kehitaman (Gambar 27).

Gambar 27. Pekerjaan konstruksi rumah tapak beton di lahan gambut

(22)

Selain dua tipologi struktur bangunan yang ditemukan di lapangan (panggung dan tapak), ada juga tipologi hunian vertikal tingkat sedang (3-4 lantai) dengan struktur pondasi tapak di kawasan Ahmad Yani dengan radius yang tidak terlalu jauh dari lokasi penelitian. Status hunian vertikal tersebut adalah rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Hasil wawancara dengan beberapa penghuni menyatakan bahwa peminat rusunawa tersebut cukup banyak sehingga dalam waktu 3 tahun telah dilakukan penambahan unit baru. Selain harga sewa yang cukup terjangkau, lokasi rusunawa tersebut juga berada pada lokasi yang strategis yaitu dekat dengan kampus (Universitas Tanjungpura dan Politeknik Negeri Pontianak) dan perkantoran.

Gambar 28. Hunian vertikal dengan struktur tapak di kawasan Ahmad Yani I

Referensi

Dokumen terkait

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun eksteren sehingga manifestasi

Return On Asset (ROA) dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya

Peningkatan tersebut dilaku- kan sebagai salah satu dorongan ke- pada guru PAUD agar dapat secara optimal menggunakan media digital, serta ketika proses pembelajaran

Derajat subsitusi CMC tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini diperoleh dari perlakuan asam trikloroasetat 20 % dan waktu reaksi 3 jam. Sehingga viskositas CMC

• Jika proyek yang diusulkan dari penerapan energi terbarukan adalah jaringan mini di luar jaringan PLN (off-grid) dan akan memberikan layanan kepada masyarakat setempat, pada

Judul Disertasi : STUDI PEMANFAATAN BAHAN PENGEMULSI BERBASIS MINYAK KELAPA UNTUK PRODUK FILM LATEKS PEKAT KARET ALAM DENGAN AGEN VULKANISASI SULFUR DAN DIKUMIL

Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah variabel situasi pembelian yang terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan sosial, tujuan, perspektif waktu dan

Cairan limfe berasal dari plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan sekitarnya.. arteriole sistem kardivaskular ke