1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB) atau wabah.(1)
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia ( terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial, yaitu ditularkan dari nyamuk ke telur-telurnya.(2)
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kota Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB) di beberapa daerah yang biasanya terjadi pada musim penghujan.(3)
Kasus DBD pertama kali ditemukan Kota manila, filipina pada tahun 1953, sedangkan di Indonesia dilaporkan pertama kali di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologi didapatkan pada tahun 1972. Sejak itu penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah, sampai tahun 1980 seluruh Propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit DBD.(4) penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 Kabupaten/Kota sudah pernah terjangkit penyakit
DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk.Angka ini jauh menurun bila dibandingkan tahun 2010 (59,8/100.000 penduduk) dan sudah mencapai target nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD di Provimsi Jawa Tengah Tahun 2011 (1,29%) dan sudah lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional (<1%).(5) Angka kesakitan tertingi berada di Kota Semarang tahun2011, terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian.
Dari data yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada Tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 5.556 dengan jumlah kematian 47 orang dan IR 368,7 per 100.00 serta CFR 0,8%. Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD sebanyak 1.303 dengan 10 orang meninggal dunia dan IR 73,87 per 100.00 serta CFR 0,77%. Sedangkan data tahun 2012 menunjukan terdapat 1.250 kasus dengan jumlah kematian 22orang, IR 70,9 per 100.000 serta CFR 1,76%.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kota Semarang dapat dilihat bahwa kasus DBD diwilayah kerja Puskesmas Kedungmundu selalu menjadi peringkat pertama 3 tahun terakhir,meskipun angka yang menunjukan kasus mengalami penurunan. Tahun 2010 terdapat 759 kasus dengan jumlah kematian 4 orang, pada Tahun 2011 terdapat 140 kasus tanpa kematian,dan pada tahun 2012 terdapat 116 kasus dengan tanpa kematian.(6)
3
Pada Bulan Agustus Tahun 2013 terdapat 67 kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, yaitu pada Kelurahan Kedungmundu terdapat 16 kasus, Kelurahan Tandang 7 kasus, Kelurahan Jangli 4 kasus ,Kelurahan Sendangguwo 4 kasus, Kelurahan Sendangmulyo16 kasus,Kelurahan Sambiroto 18 kasus, dan Kelurahan Mangunharjo 2kasus.
Tinggi rendahnya kontak dengan nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh 2 hal yaitu faktor lingkungan dan kurangnya kepedulian untuk praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN). Faktor lingkungan dapat berfungsi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti (breeding place) dan habitat nyamuk Aedes aegypti beristirahat ( resting place). Breding place dan resting plce yang terdapat di lingkungan rumah dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dapat meningkatkan kejadian DBD. Dengan adanya tempat perindukan yang sesuai bagi nyamuk Aedes aegypti ( adanya genangan air, tempat-tempat penampungan air yang tidak ditutup), maka populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat. Selain itu keberadaan nyamuk yang sesuai seperti di tempat-tempat yang gelap,lembab,dan sedikit dingin( pakaian yang menggantung,korden,semak-semak) juga mempunyai peran dalam meningkatkanya kejadian DBD.
Penyakit DBD sangat dipengaruhi lingkungan dan perilaku manusia karena penyebab penyakit ini adalah virus yang dapat menyebar melalui vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mempunyai perilaku hidup di tempat air jernih yang akan berkembangbiak dalam waktu 7-10
hari. Cara efektif untuk pencegahan penyakit DBD adalah dengan membasmi jentik Aedes aegypti melalui PSN.
Selain cara lain untuk mencegah terjadinya DBD yaitu dengan menghindari terjadinya kontak dengan nyamuk dewasa ( gigitan nyamuk). Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa kebiasaan, diantaranya yaitu penggunaan obat anti nyamuk, pemakaian kelambu pada saat tidur, tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang,menggantung baju),dan penggunaan pakaian panjang.2
Tinggi angka kesakitan DBD umumnya disebabkan oleh rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya arti kebersihan lingkungan di kalangan masyarakat khususnya di dalam menjaga dan memelihara rumah serta lingkungan sekitar agar bebas dari nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang’ Fungsi Manajemen Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Pada survei awal di Puskesmas Poncol, Krobokan, Karangayu, Gayamsari, Ngeresep dan Manyaran di dapat bahwa perencanaan dan pelaksanaan Manajemen di Puskesmas tersebut kurang baik,dalam program Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah.
B.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian “ Bagaimana Fungsi Manajemen Penyelidikan Epidemiologi di Puskesmas?
5
C.
Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan gambaran Fungsi Manajemen penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan fungsi manajemen perencanaan penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue di Kota Semarang.
b. Mendeskripsikan fungsi manajemen pelaksanaan penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue di Kota Semarang.
c. Mendeskripsikan fungsi manajemen evaluasi penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue di Kota Semarang.
D.
Manfaat Penelitian.
1. Bagi KeilmuanMenambah ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD.
2. Bagi Program
Memberi masukan kepada Kepala Puskesmas dalam meningkatkan pencegahan DBD yang disebabkan vektor nyamuk Aedes aegypt.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat dalam pencegahan dan penyuluhan terhadap DBD
6 E. Keaslian penelitian
tabel 1.1 Keaslian penelitian
Perbedaan dengan peneliti
sebelumnya
1. Abdul LatifJudul :
Hubungan Fungsi Manajemen Petugas DBD dengan Cakupan
kegiatan program
Pemberantasan Sarang
nyamuk DBD ( P2DBD). Perbedaan penelitian sekarang,
Judul :Fungsi Manajemen Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Kota Semarang.
2. Moh GustiansyahJudul : Hubungan Perilaku Masyarakat dengan keberadaan serta Kepadatan Larva Aedes aegypti
No Nama peneliti Judul penelitian Hasil Penelitian
1 Abdul Latif Hubungan Fungsi Manajemen Petugas DBD dengan cakupan kegiatan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD ( P2DBD) Ada hubungan antara fungsi manajemen petugas DBD dengan cakupan kegiatan program pemberantasan penyakit DBD ( P2DBD) Kabupaten Grobokan
2 Moh Gustiansyah Hubungan Perilaku Masyarakat dengan keberadaaan serta Kepadatan Lavar Aedes aegypti kecamatan Mentawa Baru Ketapang Ada hubungan antara perilaku masyarakat dengan keberadaan serta kepadatan larva Aedes aegypti.
7
F. Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini adalah ilmu Kesehatan Masyarakat dalam bidang Ilmu Epdimiologi terutama bidang fungsi manajemen penyelidikan epidemiologi.
2. Lingkup Materi
Lingkup materi penelitain ini adalah Epidemiologi penyakit menular yang dibahas dalam penelitian ini bagaiman fungsi manajemen penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue di Kota Semarang.
3. Lingkup Lokasi
Lingkup lokasi dalam penelitian ini adalahWilayah kerja Puskesmas Kota Semarang.
4. Lingkup Metode
Penelitian ini merupakan jenis wawancara, metode deskriptif. 5. Lingkup Sasaran
Lingkup sasaran pada penelitian ini adalah masyarakat yang terdiri dari (kepala keluarga/bapak atau ibu) atau anggota keluarga yang sudah dewasa dan tinggal menetap serta mempunyai kemampuan berkomunikasi secara formal sehingga memudahkan menjawab pertanyaan yang diajukan.
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu) bulan sejak bulan Marets.d Mei 2014
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
Menurut G.R.terry, manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Menurut Pfof.Oei Liang Lee, manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.6
Sondang P, Siagin menyatakan bahwa definisi yang paling paling sederhana, tetapi sekaligus paling klasik tentang manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.7
Definisi yang sangat sederhana tersebut memberi petunjuk bahwa manajemen dapat disoroti paling sedikit empat sudut pandang yaitu: pertama, penerapan berbagai teori manajemen harus dibarengi oleh seni menggunakan orang lain agar mau dan mampu berkarya demi kepentingan organisasi.
Kedua, keberhasilan manajerial diukur dari kemahiran dan kemampuannya menggerakkan orang lain dalam organisai.
Ketiga, keberhasilan organisasi adalah gabungan antara kemahiran manajerial dan ketrampilan teknis pada pelaksanaan kegiatan operasional.
Keempat, kelompok manajerial dan kelompok pelaksana secara operasional menyatu dalam tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Salah satu klasifikasi paling awal fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Hery
Fayol yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama.7
Menurut Sondang P. Siagian, fungsi-fungsi manajerial yang mutlak perlu dkuasai oleh para manajer adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian.
Menurut G.R Terry, fungsi-fungsi manajemen dikenal dengan POAC, yaitu planning (perencanaan), organizing (organisasi), actuating (pelaksanaan). controling (pengawasan).8
Di Indonesia selama ini dikenal pembagian dan pengelompokkan fungsi-fungsi manajemen menjadi: Perencanaan (P1), Pelaksanaan(P2),dan Penilaian (P3).7
3. Unsur- unsur Manajemen
Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan keahlian dan seni seorang manajer dalam menjalankan fungsi manajemen dan mendayagunakan sebaik-baik unsur manajemen yang dimiliki supaya berhasil guna.
Unsur manajemen biasa dikenal( 6) M, yaitu:
a. Men, tenaga yang dimanfaatkan
b. Money, anggaran yang dibutuhkan
c. Material, bahan atau material yang dibutuhkan
d. Machines, mesin atau alat yang dipergunakan
e. Method, cara yang dipergunakan dalam bekerja
f. Market/ marketing, pasar dan pemasaran hasil produksi yang dihasilkan.
4. Pentingnya Manajemen
Manajemen memerlukan koordinasi sumber daya manusia dan manajerial ke arah tercapainya tujuan.
Manajemen mencakup hal-hal sebagai berikut9
a. Mengkoordinir Sumber Daya Manusia, manajerial dan keuangan kearah tercapainya sasaran organisasi secara efektif dan efisien.
b. Menghubungkan organisasi dengan lingkungan luar dengan menanggapi kebutuhan masyarakat.
c. Mengembangkan iklim organisasi dimana orang dapat mengejar sasaran perseorangan (Individual) dan sasaran bersama (collective)
d. Melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang dapat ditetapkan menentukan sasaran, merencanakan, merakit, sumber daya, mengorganisir melaksanakan dan mengawasi.
B. Sistem Kesehatan
1. Pengertian Sitem
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur, dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungkan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Unsur- unsur Manajemen
a. Masukan
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
b. Proses
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang befungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
c. Keluaran
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
d. Umpan balik
Adalah kumpulan bagian atau elemen merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
e. Dampak
Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
Ke lima unsur sistem tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi yang dapat digambarkan sebagai berikut.10
Gambar 2.1
Hubungan Unsur- unsur Sistem
3. Kesehatan
Menurut Undang- undang Kesehatan Republik Indonesia No: 23 tahun 1992( pasal 1), kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara saosial dan ekonomi.10
Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.10
masukan
proses
keluaran
dampakSedangkan di Indonesia disebut Sistem Kesehatan Nasional( SKN), yaitu suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.7
C. Uraian Fungsi-fungsi Manajemen
1. Fungsi Perencanaan
a. Pengertian Fungsi Manajemen
Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik ( Le Breton).11
Maksud Perencanaan.12
1. Perencanaan adalah salah satu fungsi manajer yang meliputi seleksi atas alternatif-alternatif tujuan, kebijakan-kebijakan, program dan prosedur.
2. Perencanaan pada azasnya adalah memilih dan persoalan perencanaan timbul bilamana suatu alternatif cara bertindak diketemukan.
3. Perencanaan sebagian besar merupakan pekerjaan membuat hal-hal terjadi
4. Perencanaan adalah suatu proses pemikiran, penentuan tindakan secara sadar berdasarkan keputusan-keputusan menyangkut tujuan fakta dan ramalan.
5. Perencanaan adalah menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimliki terarah dengan baik pada tujuan.
b. Syarat-syarat perencanaan yang baik.12
1. Merumuskan dahulu masalah yang akan direncanakan.
2. Perencanaan harus didasarkan pada informasi data-data dan fakta.
3. Menetapkan beberapa alternatif dan pemecahannya.
4. Putuskan suatu keputusan yang menjadi rencana.
5. Perencanaan yang baik akan menghasilkan rencana yang baik pula.
c. Syarat-syarat rencana yang baik adalah.12
1. Tujuan harus jelas, rasional,objektif dan cukup menantang untuk
diperjuangkan.
2. Rencana harus mudah dipahami dan penafsirannya hanya satu.
3. Rencana harus dapat dipakai sebagai pedoman untuk bertindak ekonomis
4. Rencana harus menjadi dasar dan alatuntuk pengendalian semua tindakan.
5. Rencana harus dapat dikerjakan oleh sekelompok orang
6. Rencana harus fleksibel
7. Rencana harus berkesinambungan
8. Rencana harus menunjukkan urutan-urutan dan waktu pekerjaan.
9. Rencana harus meliputi semua tindakan yang akan dilakukan
Dalam rencana tidak boleh ada pertentangan antara Departemen, hendaknya saling mendukung untuk tercapainya tujuan perusahaan.
Perencanaan harus selektif terhadap situasi sehingga terbuka kemungkinan untuk mengubah teknik pelaksanaanya tanpa mengalami perubahan pada tujuan.
d. Pertanyaan- pertanyaan pokok dalam perencanaan
Pertanyaan- pertanyaan pokok dalam perencanaan yang harus dijawab oleh perencanaan meliputi” What, Why, Where, When, Who dan How
1. what (apa)
Apa yang akan dicapai, tindakan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran, harus ada penjelasannya dan perinciannya.
2. Why (mengapa)
Mengapa itu menjadi sasaran, mengapa ia harus dilakukan dengan memberikan penjelasan, mengapa itu harus dikerjakan.
3. Where ( dimana)
Dimana ia akan dilakukan, pemilihan tempat perlu dijelaskan serta alasan- alasan memilih tempat itu berdasarkan pertimbangan ekonomi, tempat setiap kegiatan harus dikerjakan dengan demikian semua fasilitas diperlukan untuk mengerjakannya. Kapan akan dilakukan,penentuan saat dimulai, penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun seluruh pekerjaan. Harus ditetapkan standar waktu untuk pekerjaan.
5. Who (siapa)
Siapa yang melakukan pemilihan dan penempatan personalia, menetapkan persyaratan dan jumlah personalia yang akan melakukan pekerjaan,luasnya wewenang dari masing-masing pejabat.
6. How (bagaimana)
Bagaimana mengerjakannya, perlu diberikan penjelasan mengenai teknik-teknik pengerjaanya
2. Pelaksanaan
Adalah upaya untuk mewujudkan rencana menjadi kenyataan. Pekerjaan pelaksanaan (aktuasi) bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang berhubungan satu sama lain dan kompleks.
Untuk melakukan penggerakan pelaksanaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Motivasi
upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat agar mau bekerja sama secara optimal melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Komunikasi
Adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara
seseorang dengan orang lain.
c. Kempimpinan
Adalah suatu yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam situasi tertentu.
d. Pengarahan
Adalah memberikan bimbingan serta mengendalian para pekera dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Pengawasan
Adalah melakukan penilaian sekaligus korelasi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
f. Surpervisi
Adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan.
3. Penilaian
Adalah suatu proses yang teratur dan sistematik dalam membandingkan hasil yang dicapai tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap dan pelaksanaan program.
a. jenis penelian
1. Penilaian pada tahap awal program
Dilakukan pada saat perencanaan program untuk menyakinkan bahwa rencana yang disusun benar –benar dapat menyelesaikan.
2. Penilaian pada tahan pelaksanaan program
Untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.
3. Penilaian pada tahap akhir program
Untuk mengetahui hasil akhir yang dicapai berupa keluaran(output) serta dampak(impact)
b. Ruang lingkup penilaian
1. Penilaian terhadap masukan
Penilaian terhadap elemen-elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut
2. Penilaian terhadap proses
Penilaian terhadap elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Penilaian terhadap keluaran
Penilaian terhadap keluaran yang dihasilkan akibat berlangsungnya proses dalam sistem. Keluaran disini berupa kegiatan yang dapat dilihat tidak diperhatikan secara kualitas, apakah hasil kegiatan ini telah mampu merubah keadaan atau tidak, atau setelah hasil kegiatan ini telah mampu merubah keadaan atau tidak, atau setelah hasil pertama dilihat, apakah juga disertai tindak lanjut atau tidak.
D. Perencanaan Program Kesehatan
Proses perencanaan program tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu tahap dalam proses perencanaan secara keseluruhannya. Ada dua pengertian”tujuan” yang dipakai dalam perencanaan kesehatan yaitu “objectives” dan gols.
Bila tujuan yang dimaksud itu adalah tujuan akhir dari suatu proses perencanaan, maka disebut sebagai” objectives”. Secara garis besar proses perencanaan suatu program dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalah
Gambar 2.2
Skema Proses Perencanaan
Gambar diatas dapat diuraikan lagi menjadi:Hasil yang disebut,” output merupakan kegiatan nyata yang dapat dilihat (performance). Tidak diperhatikan secara kualitas, apakah hasil kegiatan in telah mampu merubah keadaan atau tidak, atau setelah hasil pertama terlihat, apakah juga disertai tindak lanjut atau tidak. Sedangkan hasil yang disebut, outcome atau “ ultimated goal” itu merupakan hasil terakhir yang mampu membawa impact atau dampak terhadap perubahan status kesehatan, yang tadinya jelek kini menjadi lebih baik.
Masukan
Proses
Hasil
22E. Pelaksanaan Program Kesehatan
Pelaksanaan merupakan usaha untuk mewujudkan rencana dengan
mempergunakan organisasi menjadi kenyataan. Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan dan atau diaktuasikan(actuating).10Pekerjaan Pelaksanaan atau aktuasi bukanlah pekrjaan yang mudah karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja saling berpengaruh, tetapi juga bersifat kompleks dan majemuk. kesemua aktifitas ini harus disamakan sedimikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Memadukan berbagai aktivitas seperti ini dan apalagi menugaskan semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktivitas yang dimaksud; memerlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan khusus yaitu:
1. Pengetahuan dan ketrampilan motivasi
Adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang dan atau kelompok masyarakat sehingga orang ataupun kelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuai yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengetahuan dan ketrampilan komunikasi
Adalah kemampuan untuk melakukan pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi anatara dua orang atau lebih.
3. Pengetahuan dan ketrampilan kepimpinan
Adalah suatu proses untuk mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu.
4. Pengetahuan dan ketrampilan pengarahan
Adalah kemampuan dalam pengambilan keputusan secara kesinambungan dan terus menerus yang terwujud dalam bentuk adanya perintah ataupun petunjuk guna dipakai sebagai pedoman dalam organisasi. 5. Pengetahuan dan ketrampilan pengawasan
Adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
F. Evaluasi Program Kesehatan
Proses evaluasi dalam manajemen adalah sangat penting. Demikian pula
dalam dunia kesehatan. Evaluasi adalah” suatu rangkaian kegiatan pengukuran secara kualitatif yang ditunjukan terhadap apayang sedang atau telah dicapai didalam setiap atau keseluruhan tahap kegiatan dalam sistem perencanaan berdasarkan suatu model tertentu.”
Evaluasi sesungguhnya adalah suatu proses kegiatan yang akan menilai segala sesuatu yang akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan perencanaan atau dengan apa yang ingin dicapai dengan melalui perencanaan semula. Penilaian harus terus menerus dilakukan sejak awal dan tidak perlu menunggu sampai hasil akhir dicapai. Dalam hal ini kita harus melakukan”point evaluatiuon pada setiap titik-titik kegiatan yang dianggap perlu. Jelasnya evaluasi harus dilakukan sejak awal maupun pada waktu dan selesai proses perencanaan progaram (program planning), pelaksanaan (implementation) maupun setelah hasil pelaksanaan tercapai (output, outcome).
Evaluasi dilakukan pada semua tahap program yaitu evalusasi terhadap masalah, input yang menyangkut kebutuhan dan penggunaan sumber keuangan, materill maupun sumber daya manusia, serta evaluasi terhadap perencanaan program sampai pada saat sedang dilakukan implementasi kegiatan kesehatan.
Hasil –hasil yang diperoleh harus dievaluasi. Terhadap output evaluasi berapa kegiatan yang nampak. Evaluasi terhadap hasil output ditekankan pada evaluasi perubahan perilaku. Evaluasi juga dilakukan terhadap dampak yang sulit,
karena disini yang akan dinilai adalah hasil akhir dari perencanaan yang berupa dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat,misalnya turun angka kesakitan, turun angka kematian, meningkatkan status kesehatan dan sebagianya.
G. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
151. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat,pusat pembinaan peran serta masyarakat serta pusat pelayanan masyarakat tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang setempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
2. Fungsi Puskesmas
a. Pusat Penggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Menggerakan dan memantau penyelenggarakan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerja.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan ketrampilan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehata tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Lingkungan
2. Upaya Promosi Kesehatan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan lain perkataan, kegiatan pokok
Puskesmas ditunjukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya
3. Petugas PE Puskesmas
Petugas PE adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas setempat dalam pengelolaan progaram Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Di masing-masing Puskesmas, jabatan yang dipercayakan sebagai petugas PE sama
H. Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Kebijakan Pemberantasan
Kebijakan yang ditempuh dalam pelaksanaan pemberantasan Demam Berdarah Dengue, berdasarkan KepMenKes No: 581/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue dan KepMenKes No: 92/MenKes/SK/II/1994 tentang perubahan atas lampiran, Keputusan Menteri Kesehatan RI NO: 581/MenKes/SKN/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah bahwa pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh masyarakat dalam PSN DBD antara lain dapat dikoordinasikan oleh kelompok kerja DBD Kelurahan/ Desa dan Kecamatan , Kabupaten/Kota dan Provinsi.
a. Pemberantasan nyamuk penular di desa/kelurahan rawan (Depkes RI,1992)
1. Pemberantasan nyamuk penular pada kejadian DBD (penaggulangan seperlunya).
Dilakukan untuk mencegah atau membatasi penularan penyakit DBD di rumah penderita atau tersangka penyakit DBD dan lokasi sekitarnya serta tempat umum yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut. Dilakukan dengan penyemprotan insektisida oleh petugas kesehatan dan PSN oleh masyarakat serta penyuluhan kepada masyarakat. Pemberantasan nyamuk dengan fogging dengan sebelumnya dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Untuk melaksanakan fogging focus harus dipenuhi 2 persyaratan sebagai berikut:
a. Bila ditemukan penderita/ tersangka penyakit DBD lainnya atau ditemukan jentik, dilakukan penyemprotan dua siklus di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter, penyuluhan serta penggerakan masyarakat untuk PSN.
b. Bila tidak ditemukan penderita dan tetapi ditemukan jentik, dilakukan penggerakan masyarakat untuk PSN dan penyuluhan.
c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik,dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.
Sesuai dengan surat edaran Dirjen PMM dan PLP Depkes RI tanggal 13 september 2002 disebutkan bahwa penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan meliputi kegiatan:
a. Kewaspadaan dini penyakit DBD: pertemuan dan pelaporan penderita, penanggulangan kasus, pemberantasan vektor secara intensif di seluruh desa/ kelurahan endemis, kegiatan bulan bakti gerakan 3M, pemberantasan jentik berkala, penyuluhan kepada masyarakat.
b.Pemberantasan sarang nayamuk, pemberantasan nyamuk dewasa, pemberantasan jentik.
c. Penanggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa), penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya(fogging focus,abatisasi efektif)
2) Pemberantasan nyamuk menular
Desa/ Kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam tiga tahun terakhir terjangkit penyakit DBD atau keadaan lingkungan yang mendukung. Antara lain penduduk padat, trasnportasi lanacar, dan ramai dengan wilayah lain sehingga resiko untuk terjadi Kejadian Luar Biasa( KLB). Kegiatan Pemberantasan nyamuk penular DBD di daerah rawan dilakukan sesuai dengan tingkat kerawanan suatu wilayah. Tingkat kerawanan daerah terhadap ancaman penyakit DBD.
3. Jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD meliputi:
a. Penyemprotan
Desa/ Kelurahan rawan satu dapat merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke wilayah lainnya. Penularan penyakit di wilayah ini perlu dibatasi dengan penyemprotan insektisida dan di ikuti dengan PSN oleh masyarakat untuk membasmi jentik-jentik nyamuk penular. Penyemprotan dilakukan dengan selektif, yaitu penyemprotan yang dilakukan bila ada laporan kejadian kasus DBD dan kasus itu telah memenuhi kriteria yang ditetapkan maka akan dilakukan penyemprotan. Dan penyemprotan di sekitar sumber penularan(rumah penderita) sampai radius 200 meter.
Maksud kegiatan fogging adalah populasi nyamuk di desa endemis dapat dikurangi serendah-rendahnya, dan sumber penularan yaitu nyamuk Aedes aegpty dapat terbasmi.
Dengan demikian KLB di desa endemis dapat dicegah dan penyebaran virus dengue ke wilayah lain pun dapat dibatasi/dicegah.
b. Pemeriksaan Jentik Berkala
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegpty untuk mengetahui adanya jentik. Dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap tiga bulan. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat umum untuk memeriksa tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada masyarakat pengelola temapat umum. Kunjungan berulang disertai penyuluhan diharapkan masyarakat dapat termotivasi untuk melaksanakan PSN secara teratur. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di rumah dilakukan oleh kader atau tenaga pemeriksa jentik lain di RW/Dusun secara swadaya. Di desa/kelurahan rawan dan bila ditemukan jentik dilakukan (abatisasi selektif).
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di RW dipantau oleh Lurah, dilakukan pada lebih kurang tiga puluh rumah yang dipilih secara acak: PJB di setiap desa/kelurahan dipantau oleh Camat, dilakukan minimal pada 100 rumah yang dipilih secara acak, pemeriksaan dilakukan oleh petugas kesehatan (petugas PE DBD) setiap tiga bulan sekali.
c. Penyuluhan kepada keluarga/masyarakat
Tujuan penyuluh adalah agar keluarga dan masyarakat tahu, mau dan mampu mencegah penyakit DBD di rumah dan lingkungannya dengan melakukan PSN DBD secara terus menerus, sehingga rumah dan lingkungannya bebas jentik nyamuk Aedes aegpty (Depkes,1997).
Penyuluhan dapat dilakukan secara individu melalui penyuluhan pada waktu PJB dan kepada masyarakat.
d. Penggerakan PSN DBD 18
Penggerakan PSN DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus (Depkes Ri, 1995). Gerakan PSN bertujuan untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantasan jentik nyamuk penularannya, sehingga penularan penyakit DBD dapat di cegah. Kegiatan gerakan PSN DBD dilaksanakan antara lain:
1. Penggerakan PSN di rumah-rumah
Penggerakan PSN DBD di rumah-rumah yang diselenggarakan oleh tingkat desa/kelurahan adalah penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Kegiatan pokoknya meliputi:
a. Kunjungan rumah berkala sekurang- kurangnya tiap 3 bulan untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik oleh kader desa wisma atau tenaga lain sesuai kesepakatan masyarakat setempat.
b. Penyuluhan kelompok masyarakat oleh tokoh masyarakat, antara lain Posyandu, temapat ibadah, di RW/RT.
c. Kerja bakti PSN DBD dan kebersihan lingkungan secara berkala dan pada kesempatan –kesempatan tertentu, misalnya hari jumat (sebagai perwujudan dari pelaksanaan Gerakan Jumat Bersih) pada hari besar nasional atau HUT daerah dan lain- lain.
3. Peran serta masyarakat
Pada waktu pelaksanaan program kesehatan harus sering mengikutsertakan potensi masyarakat. Jika ditinjau dari prinsip pokok kesehatan, pengikutsertaan potensi masyarakat ini dipandang amat penting, karena berhasil atau tidaknya suatu program kesehatan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat.
Sesuai dengan prinsip pokok bahwa setiap program kemasyarakatan harus mengikuti prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat maka dapatlah diharapkan keberhasilan program tersebut.
4. Pengorganisasian penggerakan PSN
Pemberantasan penyakit DBD dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Di tingkat desa/kelurahan, yang merupakan forum koordinasi lintas program dan lintas sektorl. Pokjanal DBD dibentuk dengan tujuan melakukan pembinaan operasional terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerjanya secar berjenjang dan berkesinambungan.
Pembinaan DBD desa/kelurahan dilaksanakan oleh tingakat kecamatan, kabupaten, provinsi,dan tingkat pusat secara berjenjang.
5. Pemantauan dan Penilaian
Pemantauan penggerakan PSN DBD desa/kelurahan. Pemantauan dilaksanakan secara berkala sekurang- kurang tiga bulan. Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan Pemeriksanaan Jentik (PJB) yang dilaksanakan oleh tenaga terlatih ( petugas PE DBD Puskesmas) dengan pemeriksaan 100 rumah per desa/ kelurah, sekolah dan tempat umum. Sebagai indikator keberhasilan penggerakan PSN yang digunakan adalah angka bebas jentik ( ABJ).
Angka bebas jentik adalah prosentase rumah yang tidak diketemukan jentik dari sejumlah rumah yang diperiksa. Dalam penilaian keberhasilan penggerakan PSN DBD dipergunakan indikator keberhasilan dan indikator b. cakupan.
a. Indikator keberhasilan meliputi 19
1. Angka Bebas Jentik (ABJ) prosentase yang menunjukkan tidak ditemukannya jentik nyamuk pada sejumlah rumah yang diperiksa.
Standart ≥ 95%
2. Angka Kesakitan (IR)
Angka yang menunjukkan jumlah kasus per 10.000 penduduk Standar <2/10.000 penduduk.
3. Angka Kematian (CFR)
Angka yang menunjukkan jumlah kematian pada kasus DBD.
Standart <2%.4) jumlah desa/kelurahan endemis; sporadis dan potensial DBD.
b. Indikator cakupan meliputi18
Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ)
Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
Indikator tersebut digunakan karena sesuai dengan ketentuan dari Depkes RI dan merupakan satu- satunya indikator yang bisa dipakai dan mudah terukur.
I. Manajemen Pemberantasan Penyakit DBD di Tingkat Puskesmas
1. Sumber Daya
a. Tenaga
Tenaga yang mengelola program P2DBD di Puskesmas diusulkan oleh Kepala Peuskesmas berdasar surat dari Kepala Dinas Kesehatan Nomor: 443.4/167/01, tanggal 10 Januari 2001 tentang penunjukkan petugas yang mengelola program P2DBD.
Sebelumnya mengelola program DBD dirangkap oleh satu orang koordinator P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) yang disamping menangani program DBD juga program ISPA,TB,Paru,Diare dan Kusta. Dengan adanya usulan spesifikasi tenaga DBD tersebut pembagian tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih jelas.
b. Saran
Kebutuhan penunjang untuk mempelancar manajemen program P2DBD di Puskesmas adalah:
1. Alat dan sarana penyuluha (brosur,leaflet,sound sistem).
2. Baterai untuk kegiatan PSN, Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB).
3. Abate untuk kegiatan abatisasi selektif(disediakan Kabupaten).
4. Untuk kegiatan fogging, sarana berupa swing fog, insektisida maupun tenaga penyemprotan disediakan oleh Dinas Kesehatan.
c. Dana
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan program P2DBD diperlukan dukungan dana sebagai modal utama dalam kegiatan penyelidikan epidemiologi kasus DBD, pengobatan, penyuluhan penyakit DBD, pembinaan Pokja DBD desa,pemantauan fogging fokus, kunjungan rumah dalam rangka PSN/PJB, abatisasi efektif dan pengadaan formulir kegiatan maupun laporan.
Dana untuk kegiatan program P2DBD berasal dari JPS- BK (Jaringan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan) di masing –masing Puskesmas dan dari APBDII/DAU (Dana Alokasi Umum).
Anggran dari APBDII/DAU meliputi: 1. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
2. Pemantauan pelaksanaan fogging fokus
Semua dana yang berasal dari APBDII/DAU sepenuhnya dikelola oleh seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).
Puskesmas sifatnya hanya pasif. Sedangkan dana dari JPS- BK meliputi: 1. Penyuluhan penyakit DBD
2. Kunjungan rumah dalam rangka PSN/PJB
3. Penyediaan ATK (Alat Tulis Kantor) untuk penyuluhan maupun pengadaan formulir laopran. Dengan tersedianya dana untuk menunjang kegiatan tersebut diharapakan cakupan kegiatan program P2DBD dapat tercapai atau meningkat.
2. Kegiatan Pemberantasan penyakit DBD di tingkat Puskesmas meliputi
a. Penemuan Penderita
Penyakit DBD termasuk penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah. Sesuai UU No. 4 th. 1984 tentang wabah serta Permenkes No. 560 th. 1989, bahwa adanya penderita penyakit DBD wajib dilaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam. Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan penderita/tersangka DBD diwajibkan melaporkan kepada Puskesmas setempat sesuai dengan domisili penderita.
b. Penyelidikan Epidemiologi dan Pengamatan Penyakit DBD
Penyelidikan Epidemiologi (PE) meliputi kegiatan perencarian penderita/tersangka penyakit DBD dan pemeriksaan jentik di rumah penderita dan sekitarnya. PE dilakukan berdasarkan adanya indeks kasus dengan kunjungan rumah untuk pemeriksaan jentik dan pencarian kasus tambahan pada 20 rumah sekitarnya. Jika penderita anak sekolah maka pemeriksanaan jentik, maka kontainernya ditaburi abate dengan dosis 1 gram abate untuk 10 liter air.
c. Penyuluhan kepada masyarakat
Memberikan penyuluhan tentang gejala awal penyakit, pencegahan dan rujukan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue sehingga masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. kegiatan penyuluhan dapat juga melalui media cetak elektronik.
d. Penggerakan PSN
Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup dan menguras tempat penampungan air bersih, mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk di daerah endemik dan sporadik.
Alur Penanggulangan Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penderita / tersangka DBD
PenyelidikanEpidemiologi
- Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD kainnya dan atau ada penderita panas >_ 3 orang tersangka DBD - Ditemukan jentik (>_5%)
YA
Tidak
-
PSN
-
Larvasida selektif
-
Penyuluhan
-
Fogging radius+_
200m
-
PSN
-
Larvasida
-
Selektif
-
Penyuluhan
39J. KERANGKA TEORI
Sumber: Modul pemeberantasan penyakit DBD Departemen Kesehatan
INPUT
1. Man
a. petugas PE b. masyarakat 2. Money
a. sumber dana APBDI
3. Material a kuesioner b lembar chceklist 4. Manchie peralatan PE 5. Menthod a. penemuan penderita b. pengamatan penyakit DBD c. Penyuluhan masyarakat pada
PROSES
1. Perencanaan PE - Penentuan kegiatan - Penentuan tujuan - Penentuan tim 2. Pelaksanaan PE Penemuan penderita Pengamatan penyakit DBD Penanggulangan seperlunya untuk membatasi penyakit Penyuluhan pada masyarakat 3. Evaluasi PEMengevaluasi hasil kegiatan PE yang telah dilaksanakan
OUTPUT
J.
Tujuan Demam Berdarah Dengue
Menggurangi angka kesakitan Demam Berdarah di indonesia, agar penyebaran terhadap virus denguetidak semakin merajalela,oleh sebab itu pemerintah menyarankan agar masyarakat hidup bersih dan memahami bahaya demam berdarah dengue.di Indonesia sendiri masalah kasus demam berdarah dengue tinggi dan belum teratasi dengan baik sehingga banyak orang-orang gampang terkena penyakit demam berdarah dengue. Disamping itu masyarakat kurang menyadari tentang hidup sehat dan pemahaman tentang penyakit demam berdarah yang bisa mematikan kurang di pahami oleh mereka.
Pemerintah sendiri sudah menyuruh masyarakat untuk selalu hidup bersih dan waspada akan demam berdarah, banyak di temukan kasus orang meninggal di sebabkan oleh demam berdarah. Oleh sebab itu Pemerintah berkerja sama dengan Puskesmas dan Rumah Sakit guna untuk mengurangi kasus demam berdarah yang tinggi di Indonesia, setiap ada kasus demam berdarah pihak Puskesmas selalu melakukan penyelidikan epidemiologi tujuan untuk mengurangi kasus demam berdarah sekaligus memberitau bahaya DBD terhadap penderita.
Langkah-langkah Penyelidikan Epidemiologi sebagai berikut
a. Laporan kepada pengurus lingkunganya/kader/tokoh mayarakat yang ada diwilayah kasus.
b. Cari penderita sebelumnya dalam masa 2kali inkubasi ( DBD) maaksimal 3 minggu dan dalam jarak 100 meter dari indeks kasus c. Lakukan kunjungan rumah sampling +_ 20 rumah acak dalam
radius 100 meter ( sampel mewakili beberapa RT)
d. Periksa jentik dan luar rumah serta tanyakan apakah mengetahui kasus serupa dalam wilayah tersebut
e. Catat semua informasi epidemiologi tersebut minimal sesuai from PE
f. Jika masih ada yang perlu dicatat silahkan tambahkan
g. Laporkan kepada pengurus lingkungan tentang hasil dan rencana tindak lanjut
h. Laporkan dan diskusikan kepada Kepala Puskesmas
i. Laporkan kepada DKK kurang 1x24 jam baik langsung/ tidak j. Lakukan rencana tindak lanjut dan evaluasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian Perencanaan
Pelaksanaan Evaluasi
Penyelidikan Epidemiologi DBD
B. Jenis penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan fungsi manajemen dalam menjalankan program demam berdarah dengue di Puskesmas Kota Semarang.
2. Metode pengambilan data
Penelitian ini mengunakan metode wawancara dan kuesioner, dimana peneliti menggunakan kuesioner berupa pertanyaan.
Adapun aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian yaitu: Perencanaan
Pelaksanaan
C. Definisi operasional
1.
Fungsi PerencanaanSegala aktivitaspetugas DBD perencanaan yang telah dilakukan oleh Puskesmas dalam melaksanakan penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue, meliputi perencanaan dana, tenaga, saranan dan prasaranan,program,keberhasilan.
2.
Fungsi PelaksanaanSegala aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh petugas DBD oleh Puskesmas dalam penyelidikan epidemiologi, berdasarkan perencanaan yang telah disusun.
3. Fungsi Evaluasi
Segala aktivitas monitoring dan evaluasi yang dilakukan petugas DBD oleh Puskesmas dalam pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi DBD, meliputi: Evaluasi,Input,Output,Proses untuk melihat ketercapaian dari kegiatan perencanaan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas Penyelidikan Epidemiologi di, Puskesmas sejumlah 6 Puskesmas di Kota Semarang
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan total populasi sejumlah 6 petugas Penyelidikan Epidemiologi semua Puskesmas di Kota Semarang,yang menjadi responden petugas penyelidikan epidemiologi yang merupakan penanggung jawab program penyelidikan epidemiologi setiap Puskesmas.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang di siapkan untuk pedoman wawancara dan lembar checklist untuk panduan pengambilan data Fungsi Manajemen Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Kota Semarang.
F. Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang dilakukan dibagi menjadi 2 yaitu: data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi tentang fungsi manajemen dan wawancara kepada petugas DBD dan bagian pengadaan sarana dan prasaranan sistem penyelidikan epidemiolgi DBD.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang mencakup data umum seperti: perencanaa,dana,tenaga,sarana dan prasarana,program.
G. Analisis Data
Analisi data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bersifat terbuka yaitu dengan menggunakan proses berfikir induktif,yang pengujiannya dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang dan 6 Puskesmas di lihat kasus DBD tertinggi. Puskesmas yang menjadi wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dimana 6 Puskesmas tersebut terletak di daerah endemis. Dinas Kesehatan Kota Semarang merupakan satuan kerja perangkat daerah di Kota Semarang yang memiliki tanggung jawab menjalankan kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam bidang kesehatan. Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 1.628.590 jiwa dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2 yang terbagi dalam 16 kecamatan dan 117 kelurahan.28 Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki visi dan misi. Visi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu terwujudnya masyarakat Kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas serta memberdayakan masyarakat untuk memilik kemauan dan kemampuan hidup sehat.
Kota Semarang merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Sampai dengan laporan bulan Oktober tahun 2014 jumlah kasus DBD di Semarang mencapai 2.142 kasus (IR= 121,5/100.000 penduduk dengan CFR 1,17%). Sesuai Peraturan Materi Kesehatan RI, setiap penduduk termasuk tersangka DBD di Kota Semarang harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi <24jam (target SPM) atau <48 jam (target renstra) oleh petugas Puskesmas di wilayah kasus.
Penyelidikan epidemiologi merupakan kegiatan mendatangi rumah – rumah dari kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka jentik dalam radius ± 100 m dari rumah indeks. Materi dari pelaksanaan PE DBD antara lain pencatatan identitas dan informasi lain dari indeks kasus, analisis epidemiologi meliput siapa yang menderita, kapan mulai sakit, dimana penularannya, bagaimana gejala yang dialami ,dan mengapa terjadi sakit DBD,selain itu informasi ada tidaknya kasus lain, angka jentik di sekitar rumah indeks kasus serta rencana tidak lanjut terhadap hasil temuan PE DBD yang telah dilakukan. Sehingga pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan, luasnya kemungkinan penyebaran penyakit DBD di lokasi tersebut serta rencana tindak lanjut penanggulangan yang dilakukan untuk memutus rantai penularan yang nantinya dapat menurunkan kasus DBD yang terjadi.
Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD berkontribusi besar dalam penaggulangan kasus PE DBD di masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Semarang menetapkan kelengkapan merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dibanding kasus DBD yang di informasikan sedangkan ketepatan waktu merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dibanding kasus DBD yang di informasikan sedangkan ketepatan waktu merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dalam waktu < 24 jam (sesuai target SPM) atau <48 jam (sesuai target renstra) dibanding jumlah PE DBD yang dikerjakan. Indikator kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang sebesar 100% untuk kelengkapan dan 97% untuk ketepatan waktu.
Informasi kasus ataupun tersangka DBD kepada Puskesmas selain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang harus menyertakan KDRS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit) kemudian Puskesmas melakukan crosscheckepada Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk kebenaran informasi tersebut. Apabila Dinas Kesehatan Kota Semarang membenarkan informasi tersebut maka Puskesmas harus melakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam atau <48 jam sejak verifiikasi kebenaran informasi tersebut. Sehingga pelaksanaan PE DBD oleh petugas PE DBD Puskesmas harus menunggu verifikasi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 30 Mei 2014 sampai dengan 5 juni 2014. Pengumpulan data kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD bulan mei- juni 2014, diperoleh dari laporan di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Sedangkan pengumpulan data mengenai faktor internal dan eksternal petugas diperoleh dengan wawancara. Wawancara pada 6 petugas PE DBD Puskesmas dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi petugas PE DBD di masing-masing Puskesmas. Selain wawancara, dilakukan observasi buku bantu kasus DBD di setiap Puskesmas untuk mengetahui jumlah mekanisme pelaporan yang dilakukan secara on-line selama bulan Januari-November 2013. Analisa berdasarkan hasil penelitian dibandingkan dengan kuesioner kebanyakan petugas PE melakukan PE DBD tidak saat itu juga apabila ada penemuan kasus sehingga kebanyakan petugas melakukan PE DBD lebih dari 2 hari, dikarenakan ada petugas yang sibuk sehingga mereka lebih menunda kegiatan PE dilapangan. Lantaran to juga mereka sering terlambat mengirimkan laporan hasil PE kepada pihak Dinas Kesehatan Kota.
B. Gambaran Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Rekapitulasi Jawaban Responden Menurut Karakteristik
Umur petugas PE rata-rata antara 27-31 tahun ,semuanya perempuan daRata- rata mempunyai pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan D3 Perawatdengan masa kerja rata-rata < 3tahun
Nama umur Jenis kelamin Puskesmas Pendidikan Masa kerja
FA 29 P PGDN SKM LM(<3thun) KHS 31 P PKDNG SKM LM(>3thun) BTY 29 P PBGTAY SKM LM(>3thun) WD 27 P PTLSRW D3 BR(<3thun) LS 28 P PTLSK D3 BR(<3thun)
Tabel 4.2
Rekapitulasi Jawaban Rseponden Tentang Perencanaan
Keterangan :
1. Apakah petugas melakukan PE?
2. Kapan dilaksanakan PE?
3. Apa saja kegiatan PE?
4. Apakah ada persiapan PE?
5. Kapan dilaksanakan program?
Sebagian besar petugas menyatakan bahwa PE dilaksanakan setelah ada kasus DB dan kegiatan PE kunjungan lapangan,dan sebelum melakukan PE petugas mempersiapkan from PE,senter, dilakukan program sesudah PE berlangsun
Responden 1 2 3 4 5
FA ya setiap ada kasus DBD survey ke lapangan bahan from dan senter sesudah PE
KHS ya Jika ada penemuan menemui keluarga persiapan alat dan bahan PE sebelum PE Kasus
WD ya ada penemuan penderita terjun kelapangan pesiapan from,senter habis PE sebelum PE
BTY ya informasi kasus di terima pemantauan jentik persiapan senter,from,lembar sebelum pemantauan jentik pelaksanaanPE
LS ya Bila ada kasus kunjungan lapangan senter dan from PE sesudah PE 53
Tabel 4.3
Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan
Keterangan :
1. Seperti apa PE dilakukan?
2. Adakah koordinatornya?
3. Apakah kendala PE?
4. Kapan program PE dilakukan?
5. Kapan pelaporan PE dilakukan
Sebagaian besar petugas menyatakan tidak ada kendala dalam menjalankan PE,dan petugas sulit melakukan PE karena lokasi rumah penderita tidak jelas. Responden 1 2 3 4 5
FA survey petugas PE penderita pergi setelah selesai PE selesai PE
KHS survey petugas PE lokasi penderita sulit jika hasil PE kurang baik habis PE
WD survey petugas PE alamat penderita kurang melihat hasil PE sesudahPE lengkap
BTY survey petugas PE Penderita tidak dirumah hasil PE buruk saja sesudah PE
LS survey petugas PE alamat tidak ditemukan tunggu informasi dari setelah PE DKK dilapangan
Tabel 4.4
Rekapitulasi Jwaban Responden Tentang Evaluasi
Keterangan :
1. Apakah dilakukan evaluasi?
2 Siapa yang dilibatkan PE?
3 Apakah PE jadi evaluasi?
4 Adakah bentuk evaluasi?
5 Apakah PE efektif?
Sebagian petugas menyatakan bahwa setiap PE dilakukan evaluasi, dan yang terlibat DKK,masyarakat,bahkan setiap PE ada evaluasi, dan bentuk evaluasi sudah memenuhi kriteria, dan PE efektif petugas jadi tau penderita ada riwayat pernah sakit DBD
Responden 1 2 3 4 5
FA ya pihak DKK,kampung,RT ya angka ABJ,memenuhi dengan PE kita tau angka Standart ABJ 95 %
KHS ya DKK,masyarakat ya memenuhi kriteria tau riwayat hidup penderita sakit
WD ya DKK,masyarakat,RT ya memenuhi standart penderita pernah sakit
BTY ya DKK, rumah penderita ya memenuhi standart tambahan penderita di fogging
LS ya DKK,Masyarakat,RT ya memenuhi kriteria survey tau jentik nyamuk 55
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Peneltian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang meneliti tentang fungsi manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dikerjakan oleh petugas PE Puskesmas dalam mengelola kegiatan pada Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan maupun dalam pembuatan skripsi ini, terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti. Kelemahan tersebut dalam penelitian Deskriptif adalah menggunakan pertanyaan tertutup sehingga penggalian jawaban responden hanya dibatasi isi jawaban yang ada pada instrumen penelitian yaitu kuesioner.
B. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan biologis dari petugas PEDBD Puskesmas di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkanpetugas PE DB kebanyakan perempuan
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan merupakan latar belakang sekolah formal terakhir yanh telah ditamatkan oleh petugas
55 56
3. Perencanaan Tentang PE
Perencanaan tentang PE merupakan tanggung jawab petugas sebelum terjun kelapangan melakukan PE. Pada saat kegiatan PE berlangsung dapat berjalan sesuai rencana. Tetapi ada juga petugas PE yang tidak membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan PE terjun kelapangan, sehingga saat melakukan PE petugas bingung apa yang harus dilakukan terlebih dahulu setelah sampai lapangan. Terkadang petugas tidak mau melakukan perencanaan terlebih dahulu untuk kegiatan PE tersebut sehingga pada saat terjun lapangan petugas bingung. Padahal melakukan perencanaan sangat penting bagi petugas PE agar dalam melakukan kegiatan di lapangan berjalan lancar dan juga menjadi bahan acuan agar dalam melakukan segala sesuatu lebih baik direncanakan terlebih dahulu dan hasilnya bisa menjadi baik,pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebaih baik dan agar kegiatan yang tewlah direncanakan dapat berjalan sesuai standart.19
4. Pelaksanaan Tentang PE
Pelaksanaan merupakan usaha untuk mewujudkan rencana (plan) dengan mempergunakan organisasi menjadi kenyataan. Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan (implementing) dan atau diaktuasikan (actuating)10
Pekerjaan Pelaksanaan atau aktuasi bukanlah pekrjaan yang mudah karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja saling berpengaruh, tetapi juga bersifat kompleks dan majemuk.
Faktor penghambat fungsi aktuasi
kesemua aktifitas ini harus disamakan sedimikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.Salah seorang pelopor yang memperkenalkan teori tentang perilaku manusia adalah Abraham H.Maslow yang membahas tentang jenjang tingkatan kebutuhan manusia yaitu sebagai kebutuhan untuk keseimbangan faali, kebutuhan untuk rasa aman dan tentram. Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya, kebutuhan untuk diakui,kebutuhan untuk menunjukan kemampuan diri. Memadukan berbagai aktivitas seperti ini dan apalagi menugaskan semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktivitas.
5. Evaluasi Tentang PE
Proses evaluasi dalam manajemen adalah sangat penting. Demikian pula dalam dunia kesehatan. Evaluasi adalah” suatu rangkaian kegiatan pengukuran secara kualitatif yang ditunjukan terhadap apayang sedang atau telah dicapai didalam setiap atau keseluruhan tahap kegiatan dalam sistem perencanaan berdasarkan suatu model tertentu.”
Evaluasi sesungguhnya adalah suatu proses kegiatan yang akan menilai segala sesuatu yang akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan perencanaan atau dengan apa yang ingin dicapai dengan melalui perencanaan semula. Penilaian harus terus menerus dilakukan sejak awal dan tidak perlu menunggu sampai hasil akhir dicapai. Dalam hal ini kita harus melakukan”point evaluatiuon pada setiap titik-titik kegiatan yang dianggap perlu. Jelasnya evaluasi harus dilakukan sejak awal maupun pada waktu dan selesai proses perencanaan progaram (program planning), pelaksanaan (implementation) maupun setelah hasil pelaksanaan tercapai.
Evaluasi dilakukan pada semua tahap program yaitu evalusasi terhadap masalah, input yang menyangkut kebutuhan dan penggunaan sumber keuangan, materill maupun sumber daya manusia, serta evaluasi terhadap perencanaan program sampai pada saat sedang dilakukan implementasi kegiatan kesehatan.
6. Mekanisme Pelaoran
Mekanisme pelaporan merupakan cara yang paling penting sering dipakai petugas PE DBD Puskesmas dalam melaporkan hasil PE DBD ke Dinas Kesehatan Kota Semarang selama bulan Januari-November 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kadang-kadang mengirimkan laporan PE secara online,ada juga petugas yang mengirimkan laporan PE tidak pernah secara online. Menggirimkan laporan PE secara online (50%) petugas kadang-kadang menggirimkan laporan PE secara online 3petugas tidak pernah mengirimkan laporan PE secara online.
Menurut Decy dan Ryan ,alat –alat dan sarana yang mendukung pelaksanaan kerja dapat meninggkatkan motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan.17 Ketut Ngurah menggemukakan bahwa dengan mekanisme pelaporan secara on-line tentunya akan mempercepat proses pengiriman laporan ke Puskesmas dibandingkan dengan pengiriman laporan yang dilakukan secara manual. Menggunakan sistem online dinilai lebih efektif dan efisien baik dari segi tenaga, waktu maupun biaya.26
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Umur petugas PE rata-rata 27-31 tahu semuanya perempuan
2. Rata-rata semua petugas PE pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan D3 Perawat.
3. Petugas sebelum melakukan PE terlebih dahulu melakukan
perencanaan agar kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuandan hasil yang baik sesuai standart.
4.Sebelum petugas melakukan kegiatan PEterlebih dahulu melakukan pelaksanaan agar kegiatan PE dilapangan berjalan lancar.
5. Setelah kegiatan PE dilapangan petugas melakukan evaluasi kembali agar hasil PE dilapangan sesuai tujuan.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota
a. Meninjau kembali sistem verifikasi DBD samapi pelaksanaan PE yang sudah ada, agar nantinya di peroleh system yang efektif b. Mengadakan pelatihan bidang PE DBD secara rutin setiap
tahunya misalnya tentang kualitas pelaksanaan dan laporan PE DBD serta kegiatan tindak lanjut dari PE DBD yang dihasilkan. c. Melakukan evaluasi dari tiap pelatihan bidang PE DBD yang
telah di selenggarakan sehingga mengukur keberhasilan serta efektif.
d. Menyediakan suatu mekanisme pengisian Form-PE dilapangan yang lebih cepat dan efektif misalnya melalui sistem tertentu.
2. Bagi Puskesmas
Petugas memprioritaskan tugasnya sebagai petugas PE DBD di dalam pelaksanaan tugasnya sehingga setiap ada informasi kasus DBD dapat dilaksanakan PE dengan baik.
3. Bagi Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian yang lebih dalam terhadap faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh namun belum diteliti dalam penelitian ini misalnya dukungan dari pihak Dinas Kesehatan Kota
1. Darah
Pada Demam Berdarah Dengue akan djumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan pemerikasaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasannya memanjang. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, serta hipokliremia, SGOT, SGPT,ureum dan pH darah mungkin meningkat , sedangkan reserve alkali rendah.
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan 3. Sumsum tulang