• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang dan 6 Puskesmas di lihat kasus DBD tertinggi. Puskesmas yang menjadi wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dimana 6 Puskesmas tersebut terletak di daerah endemis. Dinas Kesehatan Kota Semarang merupakan satuan kerja perangkat daerah di Kota Semarang yang memiliki tanggung jawab menjalankan kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam bidang kesehatan. Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 1.628.590 jiwa dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2 yang terbagi dalam 16 kecamatan dan 117 kelurahan.28 Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki visi dan misi. Visi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu terwujudnya masyarakat Kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas serta memberdayakan masyarakat untuk memilik kemauan dan kemampuan hidup sehat.

Kota Semarang merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Sampai dengan laporan bulan Oktober tahun 2014 jumlah kasus DBD di Semarang mencapai 2.142 kasus (IR= 121,5/100.000 penduduk dengan CFR 1,17%). Sesuai Peraturan Materi Kesehatan RI, setiap penduduk termasuk tersangka DBD di Kota Semarang harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi <24jam (target SPM) atau <48 jam (target renstra) oleh petugas Puskesmas di wilayah kasus.

Penyelidikan epidemiologi merupakan kegiatan mendatangi rumah – rumah dari kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka jentik dalam radius ± 100 m dari rumah indeks. Materi dari pelaksanaan PE DBD antara lain pencatatan identitas dan informasi lain dari indeks kasus, analisis epidemiologi meliput siapa yang menderita, kapan mulai sakit, dimana penularannya, bagaimana gejala yang dialami ,dan mengapa terjadi sakit DBD,selain itu informasi ada tidaknya kasus lain, angka jentik di sekitar rumah indeks kasus serta rencana tidak lanjut terhadap hasil temuan PE DBD yang telah dilakukan. Sehingga pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan, luasnya kemungkinan penyebaran penyakit DBD di lokasi tersebut serta rencana tindak lanjut penanggulangan yang dilakukan untuk memutus rantai penularan yang nantinya dapat menurunkan kasus DBD yang terjadi.

Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD berkontribusi besar dalam penaggulangan kasus PE DBD di masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Semarang menetapkan kelengkapan merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dibanding kasus DBD yang di informasikan sedangkan ketepatan waktu merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dibanding kasus DBD yang di informasikan sedangkan ketepatan waktu merupakan persentase PE DBD yang dikerjakan dalam waktu < 24 jam (sesuai target SPM) atau <48 jam (sesuai target renstra) dibanding jumlah PE DBD yang dikerjakan. Indikator kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang sebesar 100% untuk kelengkapan dan 97% untuk ketepatan waktu.

Informasi kasus ataupun tersangka DBD kepada Puskesmas selain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang harus menyertakan KDRS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit) kemudian Puskesmas melakukan crosscheckepada Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk kebenaran informasi tersebut. Apabila Dinas Kesehatan Kota Semarang membenarkan informasi tersebut maka Puskesmas harus melakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam atau <48 jam sejak verifiikasi kebenaran informasi tersebut. Sehingga pelaksanaan PE DBD oleh petugas PE DBD Puskesmas harus menunggu verifikasi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 30 Mei 2014 sampai dengan 5 juni 2014. Pengumpulan data kelengkapan dan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD bulan mei- juni 2014, diperoleh dari laporan di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Sedangkan pengumpulan data mengenai faktor internal dan eksternal petugas diperoleh dengan wawancara. Wawancara pada 6 petugas PE DBD Puskesmas dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi petugas PE DBD di masing-masing Puskesmas. Selain wawancara, dilakukan observasi buku bantu kasus DBD di setiap Puskesmas untuk mengetahui jumlah mekanisme pelaporan yang dilakukan secara on-line selama bulan Januari-November 2013. Analisa berdasarkan hasil penelitian dibandingkan dengan kuesioner kebanyakan petugas PE melakukan PE DBD tidak saat itu juga apabila ada penemuan kasus sehingga kebanyakan petugas melakukan PE DBD lebih dari 2 hari, dikarenakan ada petugas yang sibuk sehingga mereka lebih menunda kegiatan PE dilapangan. Lantaran to juga mereka sering terlambat mengirimkan laporan hasil PE kepada pihak Dinas Kesehatan Kota.

B. Gambaran Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Rekapitulasi Jawaban Responden Menurut Karakteristik

Umur petugas PE rata-rata antara 27-31 tahun ,semuanya perempuan daRata- rata mempunyai pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan D3 Perawatdengan masa kerja rata-rata < 3tahun

Nama umur Jenis kelamin Puskesmas Pendidikan Masa kerja

FA 29 P PGDN SKM LM(<3thun) KHS 31 P PKDNG SKM LM(>3thun) BTY 29 P PBGTAY SKM LM(>3thun) WD 27 P PTLSRW D3 BR(<3thun) LS 28 P PTLSK D3 BR(<3thun)

Tabel 4.2

Rekapitulasi Jawaban Rseponden Tentang Perencanaan

Keterangan :

1. Apakah petugas melakukan PE?

2. Kapan dilaksanakan PE?

3. Apa saja kegiatan PE?

4. Apakah ada persiapan PE?

5. Kapan dilaksanakan program?

Sebagian besar petugas menyatakan bahwa PE dilaksanakan setelah ada kasus DB dan kegiatan PE kunjungan lapangan,dan sebelum melakukan PE petugas mempersiapkan from PE,senter, dilakukan program sesudah PE berlangsun

Responden 1 2 3 4 5

FA ya setiap ada kasus DBD survey ke lapangan bahan from dan senter sesudah PE

KHS ya Jika ada penemuan menemui keluarga persiapan alat dan bahan PE sebelum PE Kasus

WD ya ada penemuan penderita terjun kelapangan pesiapan from,senter habis PE sebelum PE

BTY ya informasi kasus di terima pemantauan jentik persiapan senter,from,lembar sebelum pemantauan jentik pelaksanaanPE

LS ya Bila ada kasus kunjungan lapangan senter dan from PE sesudah PE 53

Tabel 4.3

Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan

Keterangan :

1. Seperti apa PE dilakukan?

2. Adakah koordinatornya?

3. Apakah kendala PE?

4. Kapan program PE dilakukan?

5. Kapan pelaporan PE dilakukan

Sebagaian besar petugas menyatakan tidak ada kendala dalam menjalankan PE,dan petugas sulit melakukan PE karena lokasi rumah penderita tidak jelas. Responden 1 2 3 4 5

FA survey petugas PE penderita pergi setelah selesai PE selesai PE

KHS survey petugas PE lokasi penderita sulit jika hasil PE kurang baik habis PE

WD survey petugas PE alamat penderita kurang melihat hasil PE sesudahPE lengkap

BTY survey petugas PE Penderita tidak dirumah hasil PE buruk saja sesudah PE

LS survey petugas PE alamat tidak ditemukan tunggu informasi dari setelah PE DKK dilapangan

Tabel 4.4

Rekapitulasi Jwaban Responden Tentang Evaluasi

Keterangan :

1. Apakah dilakukan evaluasi?

2 Siapa yang dilibatkan PE?

3 Apakah PE jadi evaluasi?

4 Adakah bentuk evaluasi?

5 Apakah PE efektif?

Sebagian petugas menyatakan bahwa setiap PE dilakukan evaluasi, dan yang terlibat DKK,masyarakat,bahkan setiap PE ada evaluasi, dan bentuk evaluasi sudah memenuhi kriteria, dan PE efektif petugas jadi tau penderita ada riwayat pernah sakit DBD

Responden 1 2 3 4 5

FA ya pihak DKK,kampung,RT ya angka ABJ,memenuhi dengan PE kita tau angka Standart ABJ 95 %

KHS ya DKK,masyarakat ya memenuhi kriteria tau riwayat hidup penderita sakit

WD ya DKK,masyarakat,RT ya memenuhi standart penderita pernah sakit

BTY ya DKK, rumah penderita ya memenuhi standart tambahan penderita di fogging

LS ya DKK,Masyarakat,RT ya memenuhi kriteria survey tau jentik nyamuk 55

BAB V

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Peneltian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang meneliti tentang fungsi manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dikerjakan oleh petugas PE Puskesmas dalam mengelola kegiatan pada Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan maupun dalam pembuatan skripsi ini, terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti. Kelemahan tersebut dalam penelitian Deskriptif adalah menggunakan pertanyaan tertutup sehingga penggalian jawaban responden hanya dibatasi isi jawaban yang ada pada instrumen penelitian yaitu kuesioner.

B. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan biologis dari petugas PEDBD Puskesmas di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkanpetugas PE DB kebanyakan perempuan

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian pendidikan merupakan latar belakang sekolah formal terakhir yanh telah ditamatkan oleh petugas

55 56

3. Perencanaan Tentang PE

Perencanaan tentang PE merupakan tanggung jawab petugas sebelum terjun kelapangan melakukan PE. Pada saat kegiatan PE berlangsung dapat berjalan sesuai rencana. Tetapi ada juga petugas PE yang tidak membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan PE terjun kelapangan, sehingga saat melakukan PE petugas bingung apa yang harus dilakukan terlebih dahulu setelah sampai lapangan. Terkadang petugas tidak mau melakukan perencanaan terlebih dahulu untuk kegiatan PE tersebut sehingga pada saat terjun lapangan petugas bingung. Padahal melakukan perencanaan sangat penting bagi petugas PE agar dalam melakukan kegiatan di lapangan berjalan lancar dan juga menjadi bahan acuan agar dalam melakukan segala sesuatu lebih baik direncanakan terlebih dahulu dan hasilnya bisa menjadi baik,pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebaih baik dan agar kegiatan yang tewlah direncanakan dapat berjalan sesuai standart.19

4. Pelaksanaan Tentang PE

Pelaksanaan merupakan usaha untuk mewujudkan rencana (plan) dengan mempergunakan organisasi menjadi kenyataan. Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan (implementing) dan atau diaktuasikan (actuating)10

Pekerjaan Pelaksanaan atau aktuasi bukanlah pekrjaan yang mudah karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja saling berpengaruh, tetapi juga bersifat kompleks dan majemuk.

Faktor penghambat fungsi aktuasi

kesemua aktifitas ini harus disamakan sedimikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.

Salah seorang pelopor yang memperkenalkan teori tentang perilaku manusia adalah Abraham H.Maslow yang membahas tentang jenjang tingkatan kebutuhan manusia yaitu sebagai kebutuhan untuk keseimbangan faali, kebutuhan untuk rasa aman dan tentram. Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya, kebutuhan untuk diakui,kebutuhan untuk menunjukan kemampuan diri. Memadukan berbagai aktivitas seperti ini dan apalagi menugaskan semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktivitas.

5. Evaluasi Tentang PE

Proses evaluasi dalam manajemen adalah sangat penting. Demikian pula dalam dunia kesehatan. Evaluasi adalah” suatu rangkaian kegiatan pengukuran secara kualitatif yang ditunjukan terhadap apayang sedang atau telah dicapai didalam setiap atau keseluruhan tahap kegiatan dalam sistem perencanaan berdasarkan suatu model tertentu.”

Evaluasi sesungguhnya adalah suatu proses kegiatan yang akan menilai segala sesuatu yang akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan perencanaan atau dengan apa yang ingin dicapai dengan melalui perencanaan semula. Penilaian harus terus menerus dilakukan sejak awal dan tidak perlu menunggu sampai hasil akhir dicapai. Dalam hal ini kita harus melakukan”point evaluatiuon pada setiap titik-titik kegiatan yang dianggap perlu. Jelasnya evaluasi harus dilakukan sejak awal maupun pada waktu dan selesai proses perencanaan progaram (program planning), pelaksanaan (implementation) maupun setelah hasil pelaksanaan tercapai.

Evaluasi dilakukan pada semua tahap program yaitu evalusasi terhadap masalah, input yang menyangkut kebutuhan dan penggunaan sumber keuangan, materill maupun sumber daya manusia, serta evaluasi terhadap perencanaan program sampai pada saat sedang dilakukan implementasi kegiatan kesehatan.

6. Mekanisme Pelaoran

Mekanisme pelaporan merupakan cara yang paling penting sering dipakai petugas PE DBD Puskesmas dalam melaporkan hasil PE DBD ke Dinas Kesehatan Kota Semarang selama bulan Januari-November 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kadang-kadang mengirimkan laporan PE secara online,ada juga petugas yang mengirimkan laporan PE tidak pernah secara online. Menggirimkan laporan PE secara online (50%) petugas kadang-kadang menggirimkan laporan PE secara online 3petugas tidak pernah mengirimkan laporan PE secara online.

Menurut Decy dan Ryan ,alat –alat dan sarana yang mendukung pelaksanaan kerja dapat meninggkatkan motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan.17 Ketut Ngurah menggemukakan bahwa dengan mekanisme pelaporan secara on-line tentunya akan mempercepat proses pengiriman laporan ke Puskesmas dibandingkan dengan pengiriman laporan yang dilakukan secara manual. Menggunakan sistem online dinilai lebih efektif dan efisien baik dari segi tenaga, waktu maupun biaya.26

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Umur petugas PE rata-rata 27-31 tahu semuanya perempuan

2. Rata-rata semua petugas PE pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat dan D3 Perawat.

3. Petugas sebelum melakukan PE terlebih dahulu melakukan

perencanaan agar kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuandan hasil yang baik sesuai standart.

4.Sebelum petugas melakukan kegiatan PEterlebih dahulu melakukan pelaksanaan agar kegiatan PE dilapangan berjalan lancar.

5. Setelah kegiatan PE dilapangan petugas melakukan evaluasi kembali agar hasil PE dilapangan sesuai tujuan.

B. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota

a. Meninjau kembali sistem verifikasi DBD samapi pelaksanaan PE yang sudah ada, agar nantinya di peroleh system yang efektif b. Mengadakan pelatihan bidang PE DBD secara rutin setiap

tahunya misalnya tentang kualitas pelaksanaan dan laporan PE DBD serta kegiatan tindak lanjut dari PE DBD yang dihasilkan. c. Melakukan evaluasi dari tiap pelatihan bidang PE DBD yang

telah di selenggarakan sehingga mengukur keberhasilan serta efektif.

d. Menyediakan suatu mekanisme pengisian Form-PE dilapangan yang lebih cepat dan efektif misalnya melalui sistem tertentu.

2. Bagi Puskesmas

Petugas memprioritaskan tugasnya sebagai petugas PE DBD di dalam pelaksanaan tugasnya sehingga setiap ada informasi kasus DBD dapat dilaksanakan PE dengan baik.

3. Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian yang lebih dalam terhadap faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh namun belum diteliti dalam penelitian ini misalnya dukungan dari pihak Dinas Kesehatan Kota

1. Darah

Pada Demam Berdarah Dengue akan djumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan pemerikasaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasannya memanjang. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, serta hipokliremia, SGOT, SGPT,ureum dan pH darah mungkin meningkat , sedangkan reserve alkali rendah.

2. Air Seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan 3. Sumsum tulang

Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke 5 dengan gangguan matruasi sedangkan pada hari ke 10 biasanya sudah kembali normal untuk semua sistem.

4 Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar yaitu:

a. Uji serologi memakai serum ganda

Yaitu serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali. Termsuk dalam uji ini peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot.

b. Uji serologi memakai serum tunggal

Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antitibodinya. Uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM.

c. Isolasi virus

Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan-jaringan baik dari pasien hidup (melalui biopsi) dari pasien yang meninggal (melalui autopsi)

Dokumen terkait