• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aedes egypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah, mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (Iyre-from) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Larva Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.16

Aedes aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. Pada bagian dada,perut, dan kaki terdapat bercak-bercak putih yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada bagian kepala terdapat pula proboscis yang pada nyamuk betina berfungsi untuk menghisap darah, sementara pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap bunga. Terdapat pula palpus maksilaris yang terdiri dari 4 ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan. Pada palpus maksilaris Aedes aegypti tidak tampak tanda-tanda pembesaran, ukuran palpus maksilaris ini lebih pendek dibandingkan dengan probocis. Sepanjang antena terdapat diantara sepasang dua bola mata, yang pada nyamuk jantan berbulu lebat (plumose) dan pada nyamuk betina berbulu jarang (pilose).17

1. Stadium Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam, sepintas tampak bulat dalampanjang dan berbentuk oval menyerupai torpedo dengan ukuran 0,80mm. Di bawah mikroskop dinding luar telur (exochorio) nyamuk tampak garis-garis yang membentuk gambar seperti sarang lebah. Di alam bebas telur nyamuk ini diletakkan satu persatu menempel pada dinding atau tempat perindukan pada tempat yang lembab atau sedikit mengandung air.18

Di dalam laboratorium terlihat jelas telur ini diletakkan menempel pada kertas saring yang tidak terendam air. Telur nyamuk ini di laboratorium menetas dalam waktu 1-2 hari, demikian halnya di alam bebas kurang lebih sama atau dapat lebih lama tergantung pada keadaan air di wadah atau di perindukan.19

2. Stadium Jentik (larva)

Setelah kontak dengan air, telur akan menetas menjadi jentik yang disebut jentik instar I dalam waktu 2 hari. Setelah itu jentik akan mengalami 3 kali pergantian kulit berturut-turut menjadi jentik akan dan instar IV, berukuran 7x4 mm. Mempunyai bulu sifon 1 pasang dan gigi sisir yang berduri lateral. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Jentik Aedes aegypti tampak bergerak aktif dan lincah dengan memperlihatkan gerakan naik turun berulang-ulang dalam air. Pada saat jentik mengambil oksigen dari udara jentik menempatkan sifonnya di atas permukaan air, posisi jentik membentuk sudut dengan permukaan air.19

Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernapasan (respiratory terompet) yang berbentuk sannya di permukaan air/ tempat perindukan menggunakan tabung pernapasan. Setelah berumur 1-2 hari pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.19

4. Stadium Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti jantan setelah berumur 1 hari siap melakukan kopulasi dengan nyamuk betina. Setelah kopulasi nyamuk betina mencari makan berupa darah manusia atau hewan yang digunakan untuk pemasakan telur. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas yaitu berukuran lebih kecil dari nyamuk rumah (culex quinquefasciatus). Ujung abdomen runcing berwarna dasar hitam dengan bercak-bercak putih di seluruh tubuhnya, termasuk kaki dan sayapnya.19

N. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

Pengetahuan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendaliannya. Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaryh antara organisme hidup dengan lingkunnya.20Bionomik nyamuk Aedes aegypti naymuk Aedes aegypti adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan menggigit (feeding habit),tempat istirahat (resting place), dan jarak terbang (flight range).21

Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam dan sekitar rumah. Biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk Aedes aegypti tidak berkembang biak pada genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut22

a. Tempat penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung,vas bunga,perangkap semut, barang-barang bekas ( ban,kaleng,botol,plastik,dan lain-lain). c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon,pelepah

daun,tempurung kelapa, dan lain-lain.

2. Kebiasaan menggigit (feeding habit)

Nyamuk betina Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (antropophilik). Darahnya diperlukan untuk memantangkan telur jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan sehingga aktivitas yaitu pukul 09.00- 10.00 dan pukul 16.00- 17.00. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap berulang kali dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.23

3. Tempat istirahat (resting place)

Tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan sedikit angin. Nyamuk biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian,handuk, dan korden.22Ruangan yang sering disukai nyamuk Aedes aegypti untuk beristirahat yaitu di kamar tidur, kamar mandi,kamar kecil,maupun di dapur. Nyamuk ini jarang di temukan di luar rumah, di tumbuhan, atau di tempat terlindung lainnya.1

4 Jarak terbang (flight range)

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas.24Penyebara

nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan,1 Meskipun Aedes aegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai aktif di dalam rumah,endofilik. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang

mencapai 2 km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat transportasi.23

O. Pencegahan dan Pengendalian

Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi dengue dan belum ada obat yang khusus untuk mengobatinya. Dengan demikian, pengendalian penyakit DBD hanya bergantung pada pengendalian nyamuk Aedes aegypti. Program pengendalian penyakit dengue di beberapa wilayah umunya tidak terlalu berhasil, terutama karena program tersebut hampir bergantung sepenuhnya pada pengasapan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk dewasa.1 Agar program pengendalian vektor DBD dapat membawa hasil yang memuaskan, penting kiranya untuk berfokus pada penurunan sumber larva dan untuk bekerja sama dengan sektor non kesehatan lain, misalnya lembaga non pemerintahan, kelompok masyarakat dan badan pemerintahan setempat, guna memastikan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam penerapan program ini. Program pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang efektif dan terjangkau harus melibatkan kerja sama antara badan pengendalian milik pemerintahan dan masyarakat.1 1. Pencegahan

Pencegahan dilakukan untuk mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga mengurangi kontak antara vektor dengan manusia. Hal ini dilakukan melalui upaya PSN yaitu menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air sekurangnya-kurangnya seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk sehingga jentik tidak bisa menjadi nyamuk, menutup rapat-rapat tempat

penampungan air, mengganti air vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, mengukur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat memampung air hujan sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, mencegah barang/ pakaian yang bergelantungan di kamar ruang yang remang-remang atau gelap.25 Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara melakukan perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk, seperti memakai pakaian pelindung, obat nyamuk bakar ,aerosol, penolakan serangga, kelambu.1

Pakaian mengurangi risiko tergigit nyamuk jika pakaian itu cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki,yang merupakan tempa yang paling sering terkena gigitan nyamuk. Menambahkan zat kimia pada pakaian, misalnya dengan permentrin, merupakan tindakan yang sangat efektif untuk mencegah gigitan nyamuk.1

Produk insektisida untuk konsumsi rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan piretrum, dan aerosol sudah banyak dipakai untuk perlindungan diri terhadap nyamuk.1

Penolak seranggamerupakan sarana perlindung diri terhadap nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Benda ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua kategori, penolak alami dan penolak kimiawi. Minyak esensial dari ekstrak tanaman merupakan bahan pokok penolak alami, misalnya minyak sitronela, minyak lemongrass, dan minyak neem (seperti kayu mahogani). Penolak serangga kimiawi seperti DEET (N,N-Diethyl-m-Toluamide) dapat memberikan

perlindungan terhadap Aedes albopictus, Aedes aegypti, dan spesies anophles selama beberapa jam. Permetrin adalah penolak serangga yang efektif jika ditambhkan pada pakaian.1

Penggunaan Kelambu yang tidak diberi insektisida juga merupakan upaya yang efektif untuk mencegah dan menghindari kontak antara nyamuk dengan orang pada saat tidur siang. Karena kebiasaan nyamuk Aedes aegpty untuk mencari darah adalah pada siang hari, dengan demikian, tidur menggunakan kelambu yang tidak rusak atau berlubang pada siang hari dapat mencegah atau melindungi dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.

2. Pengendalian

Pengendalian di sini terdiri dari pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi.

a. Pengendalian penyakit DBD secara biologis dapat dilakukan dengan berbagai cara pyaitu denngan, memelihara ikan pemakan jentik, pemberian bakteri,penggunaan siklopoids ( predator pemakan jentik). Ikan pemakan larva (Gambusia affinis dan poecilia reticulata) sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan Aedes aegypti dikumpulkan air yang banyak atau di kontainer air yang besar. Kegunaan dan efesien alat pengedalian ini bergantung pada jenis penampung yang dipakai.1

Ada dua spesies bakteri penghasil endotoksin, Bacillus thuringiensis seropit H-14( Bt. H-14) dan Bacilus sphaericus (Bs) adalah agens yang efektif untuk mengendalikan nyamuk. Bakteri tersebut tidak berpengaruh pada spesies nontarget. Bt. H-14 terbukti paling efektif

terhadap Aedes stephensi dan Aedes aegypti, sedangkan Bs paling efektif terhadap nyamuk culex quinquefasciatus yang berkembangbiakan di air kotor. Bt.H-14 memiliki kadar toksisitas yang sangat rendah terhadap mamalia dan telah diterima sebagai preparat pengendalian populasi nyamuk dalam penampungan air untuk kebutuhan rumah tangga.1

Selain menggunakan ikan pemakan jentik, perdator lain yang dapat digunakan yaitu siklopoid. Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis undang-udangan) telah didokumenrasikan pada tahun 1930-1950. Ternyata Mesocyclop aspericornis dapat mempengaruhi 99,3% angka kematian larva nyamuk Aedes (Stegomiya), dan 97% larva culex quinquefasciatus, serta 1,9% kematian larva toxorhynchities amboinesis.Walaupun kurangnya nutrien dan pembersihan berkala yang dilakukan pada penampung menghambat kelangsungan hidup copepod, organisme ini lebih sesuai jika ditempatkan dalam penampung yang tidak dapat dibersihkan secara teratur (sumur,bak beton,dan ban). Organisme ini juga dapat digunakan bersama-sama dengan Bt.H-14. Copepod memang memainkan peran dalam mengendalikan vektor dengue tetapi penelitian terhadap keterjangkauan operasionalitas metode ini masih perlu dilakukan.1

b. Pengendalian kimiawi

Bahan kimia telah banyak digunakan untuk mengendalikan Aedes aegypti sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Metode yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan larvasida untuk membasmi jentik-jentik (abatisasi) dan pengasapan untuk membasmi nyamuk dewasa (fogging). Pemberantas jentik dengan bahan kimiawi biasanya menggunakan temephos. Formulasi temephos (abate 1%) yang digunakan yaitu granules ( sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram temephos ( kurang lebih 1 sendok makan rata ) untuk setiap 100 liter air. Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya di dalam gentong tanah liat dengan pola pemakaian air normal. Pengedalian nyamuk dewasa dengan insektisida dilakukan dengan sistem pengasapan. Tetapi metode ini dinilai tidak efektif karena menurut penelitian hanya berpengaruh kecil terhadap populasi nyamuk dan penularan dengue. Hal ini disebabkan karena kegiatan itu akan menimbulkan rasa aman palsu bagi penghuni rumah, sehingga menimbulkan efek yang merugikan bagi program yang memang dilaksanakan di masyarakat. Pada umunya ada 2 jenis penyemprotan yang digunakan untuk pembasmian Aedes aegypti yitu thermal fogs (pengasapan panas) dan cold fogs (pengasapan dingin). Keduanya dapat disemprotkan dengan mesin tangan atau mesin dipasang pada kendaraan.26

P. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan agreget dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia,sedangkan lingkungan non fisik ialah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antara manusia. Hubungan antara host, agent dan lingkungan dalam menimbulkan penyakit sangat kompleks dan majemuk. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan saling berkompetisi menarik keuntungan dari lingkungan. Dalam proses timbulnya penyakit, unsur-unsur yang terdapat pada setiap faktor memegang peranan yang amat penting. Pengaruh unsur tersebut adalah sebagai penyebab timbulnya penyakit yang dalam kenyataan sehari-hari tidak hanya berasal dari satu saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur. Pengaruh dari beberapa unsur inilah yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal melainkan bersifat majemuk yang dikenal dengan istilah multiple causation of disease.26

Dokumen terkait