• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

TAMAN KANAK-KANAK

Ambar Puspawerdini

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang

Abstraksi

Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran di TK, terutama dalam pemilihan atau penggunaan metode pembelajaran apa yang akan diterapkan di TK. Hal ini dikarenakan bisa berdampak signifikan terhadap cara dan proses pembelajaran anak selanjutnya, dimana penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak akan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal. Fenomena yang ada di TK Pelita Ibu Kota Cirebon adalah pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang kurang pas dan seringkali hanya itu-itu saja. Hal ini berdampak pada perkembangan berbagai aspek dan potensi anak, yakni satu diantaranya adala terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK ini yang masih belum berkembang dengan baik dan optimal. Selain itu, bertolak dari pemikiran N. K Humprey yang menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan bentuk yang paling penting dalam kecerdasan manusia, karena dengan kecerdasan ini manusia mampu memelihara hubungan dengan manusia lainnya secara efektif, sehingga seringkali keberhasilan hidup seseorang sangat bergantung pada kecerdasan interpersonalnya.Sehingga, dalam penelitian ini tujuannya adalah mengetahui pengaruh salah satu metode pembelajaran di TK, yakni metode bermain peran terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK Pelita Ibu Cirebon, khususnya di kelompok B1 tahun ajaran 2010-2011.

Keywords: kecerdasan interpersonal, metode bermain peran

LATAR BELAKANG

Anak dilahirkan ke dunia sebagai seseorang yang dianugerahi Tuhan dengan berbagai potensi dan kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini juga sebagimana dijelaskan oleh Gardner dalam teori kecerdasan jamak (multiple intelligence), bahwa

sekurang-kurangnya terdapat 7 kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh, salah satunya adalah kecerdasan interpersonal (Armstrong, 2002: 3). N. K Humprey (Muslihuddin & Agustin, 2008: 85-86), menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan bentuk yang

(2)

paling penting dalam kecerdasan manusia, karena dengan kecerdasan ini manusia mampu memelihara hubungan dengan manusia lainnya secara efektif, sehingga seringkali keberhasilan hidup seseorang sangat bergantung pada kecerdasan interpersonalnya.

Kecerdasan interpersonal ini menjadi penting karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang mana manusia tidaklah bisa menyendiri, karena banyak kegiatan dalam hidup ini yang terkait dengan orang lain. Oleh karena itu, kecerdasan interpersonal penting juga bagi anak, karena anak perlu membekali dirinya dengan kecerdasan interpersonal ini untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain.

Yusuf & Nurihsan (Muslihuddin & Agustin, 2008: 85) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu membedakan suasana hati, temperamen, motivasi, dan keterampilan-keterampilan dalam memahami orang lain, termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan dengan orang

lain, serta memahami berbagai peran dalam kelompok. Kecerdasan interpersonal ini bersifat bisa berubah dan bisa ditingkatkan, karena lebih merupakan sebuah proses belajar dari pengalaman anak sehari-hari, bukan merupakan faktor hereditas, sehingga semua anak bisa memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi (Safaria, 2005: 24). Untuk itu anak memerlukan bimbingan dan pengarahan, serta stimulasi dari para orang tua maupun guru di sekolah untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak.

Isenberg & Jalongo (Agustin, 2006: 156) mengutarakan bahwa kecerdasan interpersonal anak dapat distimulasi melalui kegiatan bermain, karena saat bermain anak berinteraksi dengan guru dan teman sebaya.

Menurut Isenberg & Jalongo (Muslihuddin & Agustin, 2008: 86), stimulasi tersebut dapat terjadi karena pada saat bermain anak-anak melakukan kegiatan, seperti: (a) mempraktekkan keterampilan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal dengan cara menegosiasikan peran, mencoba memperoleh keuntungan saat bermain atau mengapresiasi perasaan teman

(3)

lain; (b) merespon perasaan teman sepermainan disamping menunggu giliran dan berbagai materi serta pengalaman; (c) bereksperimen dengan peran-peran di rumah, sekolah, dan komunitas dengan menjalin kontak dengan kebutuhan dan kehendak orang lain; dan (d) mencoba melihat sudut pandang orang lain. Kegiatan-kegiatan seperti yang dijelaskan tersebut, dapat juga dilakukan anak dalam aktivitas bermain peran. Dengan kata lain, bahwa kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan salah satunya melalui metode bermain peran, yang mana ini dapat dilakukan oleh guru di TK.

Melalui metode bermain peran ini, anak akan terlatih dalam memerankan peran seseorang atau sesuatu, sehingga disini anak akan dapat merasakan menjadi orang lain yang sebelumnya mungkin belum pernah ia rasakan, dan anak akan mengetahui dan mengidentifikasi prilaku-prilaku seseorang yang ia perankan ataupun yang orang lain perankan (Indriani, 2009). Maka, seharusnya guru dapat menerapkan metode bermain, yang salah satunya adalah metode bermain peran ini sebagai salah satu cara mengembangkan kecerdasan jamak

anak, khususnya mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Melalui metode bermain peran ini aktivitas pembelajaran di TK dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar, sehingga anak-anak akan lebih merasa senang dan tidak cepat bosan, serta tujuan pembelajarannya pun diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Namun sayangnya, tidak demikian dengan kegiatan pembelajaran di TK Pelita Ibu Kota Cirebon. Di TK Pelita Ibu Kota Cirebon ini masih jarang sekali diterapkan metode bermain

peran, khususnya untuk

mengembangkan kecerdasan interpersonal anak di TK tersebut.

Aktivitas pembelajaran di TK ini masih monoton, seperti halnya mengisi majalah sekolah, menggambar dan mewarnai gambar. Selain itu, aktivitas pembelajarannya masih banyak ditekankan pada segi akademis dan seringkali menggunakan metode tanya jawab atau metode ceramah, dimana guru yang lebih banyak berperan aktif.

Selain itu, kecerdasan interpersonal anak di TK Pelita Ibu Kota Cirebon masih belum berkembang secara optimal. Hal ini setidaknya ditunjukkan dengan masih ditemukannya aktivitas

(4)

bermain anak secara individu ataupun hanya melibatkan kelompok-kelompok tertentu saja yang interaksinya hanya pada anak yang sama dalam suatu kelompok.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh metode bermain peran terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK Pelita Ibu Kota Cirebon.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yakni dengan menggunakan metode eksperimen dengan jenis one group design- experiment (pre-eksperimen) yang bertujuan untuk mengetahuai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat setelah diterapkannya metode bermain peran. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas B1 di TK Pelita Ibu Kota Cirebon Tahun Ajaran 2010-2011, dimana ini disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dan di dalam penelitian ini, tidak ada randomisasi karena tekhnik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan

sama bagi tiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2002: 61). Teknik yang diambil adalah sampling jenuh, yakni semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitan ini untuk menguji normalitas data kecerdasan interpersonal anak taman kanak-kanak, digunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi (p > α ), dan jika signifikan kurang dari teraf signifikansi maka distribusi data tidak normal (Kuncono, 2005: 40-41). Dalam penelitian ini taraf signifikansi yang digunakan adalah alpha 5% atau 0,05. Berdasarkan perhitungan diperoleh signifikansi kecerdasan interpersonal anak taman kanak-kanak pre-test 0,200 lebih besar dari harga alpha = 0,05, dan post-test 0,147 lebih besar dari harga alpha = 0,05, sehingga p pretest&posttest >

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kecerdasan interpersonal anak taman kanak-kanak

(5)

berdistribusi normal, dengan mean pre- test 14,8000 dan mean post-test 29,7000, dan standar deviasi (Std) pre- test 3,58391 dan standar deviasi (Std) post-test 3,77271.

Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, peneliti menganalisis skor kecerdasan interpersonal anak dengan menggunakan rumus uji t untuk dependent sampel (paired t-test). Hal ini dikarenakan asumsi data berdistribusi normal sudah terpenuhi, sehingga menggunakan statistik parametrik. Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan bantuan software SPSS Version 17.0 For Windows. Dari hasil pengujian hipotesis menggunakan paired t-test, dapat dilihat pada kolom paired sample statistic, diperoleh mean post-test kecerdasan interpersonal adalah 29,7000, dan mean pre-test kecerdasan interpersonal adalah 14,8000, dengan demikian mean post-test > mean pre- test, maka terdapat pengaruh terhadap kecerdasan interpersonal anak sebelum dan sesudah diterapkan metode bermain peran, dimana mean pre-test dan mean post-test mengalami peningkatan yang positif. Selain itu, dapat dilihat juga dari kolom paired

sample test diperoleh nilai t = 10,074, p

= 0,00. Apabila p < taraf signinikansi (yang ditetapkan disini adalah α = 0,05) atau p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima Dan dikarenakan dalam penelitian ini p < 0,05 = 0,00 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi terdapat perbedaan kecerdasan interpersonal anak sebelum dan sesudah diterapkannya metode bermain peran.

Hasil penelitian saat pre-test secara keseluruhan menunjukkan bahwa secara umum kecerdasan interpersonal anak TK Pelita Ibu Kota Cirebon pada kelompok B1 berada pada ketegori rendah. Kondisi ini ditunjukkan dengan lebih banyaknya anak yang menempati kategori kecerdasan interpersonal rendah yakni sembilan orang anak, dibandingkan dengan anak yang menempati kategori kecerdasan interpersonal tinggi yakni hanya satu orang anak. Temuan penelitian ini dapat dimaknai bahwa umumnya anak belum memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Hal ini terjadi dikarenakan salah satu sebabnya adalah karena sebagian besar anak TK Pelita Ibu Cirebon khususnya kelompok B1 ini masih terbilang baru

(6)

memasuki lingkungan sekolah dimana mereka belum terbiasa beradaptasi dengan orang-orang baru si sekitarnya, sehingga anak masih sangat jarang melakukan interaksi dan komunikasi, serta kedekatan antar personalnya pun masih kurang erat. Hasil penelitian saat post-test secara keseluruhan menunjukkan bahwa secara umum kecerdasan interpersonal anak TK Pelita Ibu Cirebon pada kelompok B1 berada pada ketegori tinggi. Kondisi ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak yang menempati kategori kecerdasan interpersonal tinggi yakni yang pada awalnya hanya 1 orang anak, menjadi 10 orang anak. Temuan penelitian ini dapat dimaknai bahwa pada umumnya atau secara keseluruhan (10 orang anak) telah memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Hal ini terlihat dari sudah semakin

meningkatnya kemampuan-

kemampuan anak yang terkait dengan kecerdasan interpersonal anak, dalam aktivitas sehari-hari di sekolah, dimana seluruh anak setelah diberikan treatment metode bermain peran ternyata lebih dapat muncul kecerdasan interpersonalnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh metode bermain peran terhadap kecerdasan interpersonal anak TK yang dilaksanakan di TK Pelita Ibu Cirebon pada kelompok B1, dapat disimpulkan bahwa: (1) kecerdasan interpersonal anak TK Pelita Ibu Kota Cirebon khususnya kelompok B1 sebelum diterapkannya metode bermain peran memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang rendah, dimana anak masih belum dapat diterima sepenuhnya dengan baik oleh anak lainnya ataupun orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya; (2) kondisi kecerdasan inteterpersonal anak TK Pelita Ibu Kota Cirebon sesudah diterapkannya metode bermain peran menunjukkan peningkatan yang berarti.

Kecerdasan interpersonal anak TK Pelita Ibu Kota Cirebon khususnya kelompok B1 memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang tinggi, dimana anak sudah dapat diterima sepenuhnya dengan baik oleh anak lainnya ataupun orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya; (3) kecerdasan interepersonal anak TK Pelita Ibu Kota Cirebon pada kelompok

(7)

B1 sebelum dan sesudah diterapkannya metode bermain peran menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut terlihat pada hasil data sebelum dan sesudah penerapan metode bermain peran dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kecerdasan interpersonal anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2006). Profil Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini Di TK Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 4, No.2.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Armstrong, Thomas. (2002). Seven Kinds of Smart (Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence). Alih bahasa T.

Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Indriani, Vetti. (2009). Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Bandung: PGPAUD FIP UPI.

Kuncono. (2005). Aplikasi Komputer Psikologi: Diktat Kuliah dan Panduan Praktikum Edisi II.

Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia.

Muslihuddin, & Agustin, M. (2008).

Mengenali dan Mengembangkan

Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Bandung : Rizqi Press.

Safaria, T. (2005). Interpersonal

Intelligence Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta:

Amara Books.

Sugiono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung:

Alfabeta. Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisia, Yogyakarta.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil identifikasi sulfat pada air baku dengan metode Spektrofotometri DR

Pendahuluan , Besaran &amp; Vektor ,Gerak Lurus ,Gerak Benda Dalam Bidang Datar Dengan Percepatan Tetap , Hukum –Hukum Newton Tentang gerak Kesetimbangan, Momentum Impuls Dan

Sedangkan pemberian kompos TKKS pada dosis 30 kg/tan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap dosis kompos TKKS 40 kg/tan dan berpengaruh nyata terhadap

Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti dan tidak mengikuti pembelajaran

Dari hasil software LINGO 11.0 pada Lampiran 9 hingga Lampiran 18 juga dapat dilihat bahwa klub yang berada satu zona tidak memainkan pertandingan kandang atau tandang

Keterampilan (prosedur) matematika, yaitu operasi-operasi dan prosedur-prosedur dalam matematika, yang masing-masing merupakan suatu proses untuk mencari (memperoleh)

Karena pengguna membaca 20%-30% lebih lambat pada teks tampilan layar komputer dibandingkan dengan membaca pada hardcopy, (Gould dan Grischkowsky, 1984, Wilkinson dan

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi