• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak

6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja

Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003 yang telah dibangun (Lampiran 2) dapat digambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang mencerminkan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga faktor pada tahun tertentu. Bila ditambah dengan pajak tidak langsung akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan. Tabel 20 menyajikan PDRB atas dasar harga faktor dari sisi penerimaan (supply side) dan menyajikan jumlah tenaga kerja menurut sektor-sektor ekonomi Kabupaten Siak pada tahun 2003. Dari 20 sektor yang ada dalam neraca sektor produksi SAM yang ada di Kabupaten Siak, dapat dikelompokkan dalam empat sektor utama perekonomian, yaitu:

1. Sektor pertanian yang mencakup bidang usaha pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman lainnya, peternakan dan hasil-hasilnya, perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perkebunan besar, kehutanan dan perburuan, serta perikanan.

2. Sektor pertambangan dan penggalian yang biasanya merupakan bagian dari sektor industri, tetapi dalam kasus ini sengaja dipisahkan mengingat besarnya kontribusi bidang usaha pertambangan dan penggalian ini dalam perekonomian Kabupaten Siak.

3. Sektor industri yang mencakup bidang usaha industri kelapa sawit, industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri pengolahan lainnya.

(2)

4. Sektor jasa yang mencakup listrik, gas dan air minum, perdagangan, jasa penunjang angkutan dan pergudangan, konstruksi, restoran dan perhotelan, transportasi, bank dan asuransi, real estate dan jasa perusahaan, pemerintahan, pertahanan, kesehatan, jasa sosial lain, jasa perseorangan, rumahtangga dan jasa lain.

Tabel 20. Struktur PDRB dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Siak 2003

Sektor Produksi (Orang) T K T K (%) (%Nmigas) TK (Rp Juta) PDRB PDRB (%) PDRB (%

NMigas) PERTANIAN 46 914 54.89 61.28 37 2694.76 3.77 29.50

Pertanian Tanaman Pangan 20 971 24.54 27.39 82 618.69 0.84 6.54

Pertanian Tanaman Lainnya 14 740 17.25 19.25 115 633.01 1.17 9.15 Peternakan dan Hasil Hasilnya 2 214 2.59 2.89 16 424.01 0.17 1.30

Perk. Kelapa Sawit Rakyat 5 445 6.37 7.11 11 420.45 0.12 0.90

Perk. Kelapa Sawit Perusahaan Besar 1 595 1.87 2.08 47 189.96 0.48 3.74

Kehutanan dan Perburuan 1 843 2.16 2.41 98 055.62 0.99 7.76

Perikanan 106 0.12 0.14 1 353.02 0.01 0.11

PERTAMBANGAN &PENGGALIAN 8 906 10.42 8 628 633.10 87.23 INDUSTRI 12 359 14.46 16.14 612 302.00 6.19 48.47

Industri Kelapa Sawit 183 0.21 0.24 10 950.31 0.11 0.87

Industri Makanan, Minuman&Tembakau 842 0.99 1.10 50 615.93 0.51 4.01 Industri Pengolahan Lainnya 11 334 13.26 14.80 550 735.76 5.57 43.60

JASA 17 286 20.23 22.58 278 219.27 2.81 22.02

Listrik, Gas dan Air Minum 36 0.04 0.05 2 092.18 0.02 0.17

Perdagangan, Jasa Angkutan & Gudang 9 171 10.73 11.98 77 406.44 0.78 6.13

Konstruksi 1 095 1.28 1.43 14 194.69 0.14 1.12

Restoran & Perhotelan 147 0.17 0.19 4 380.76 0.04 0.35

Transportasi 1 045 1.22 1.36 54 030.38 0.55 4.28

Bank & Asuransi 12 0.01 0.02 228.01 0.00 0.02

Real Estate dan Jasa Perusahaan 302 0.35 0.39 36 184.95 0.37 2.86

Pem., Pert., Pddk., Kes., Jasa Sosial Lain 4 790 5.60 6.26 7 8562.1 0.79 6.22

Jasa individu, RT, dan Jasa Lain 688 0.81 0.90 11 139.76 0.11 0.88

Total Non Migas 76 559 1 263 216.03

Total 85 465 100.00 100.00 9 891 849.13 100.00 100.00

Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa perekonomian Kabupaten Siak didominansi oleh sektor pertambangan dan sektor industri yang masing- masing memberikan kontribusi pada PDRB sebesar 87.23 persen dan 6.19 persen. Sedangkan sektor pertanian dan jasa relatif memberikan kontribusi yang kecil dalam PDRB yaitu masing-masing sebesar 3.77 persen dan 2.81 persen.

(3)

Walaupun sektor pertambangan dan industri pengolahan memiliki kontribusi terhadap PDRB yang jauh lebih besar dari sektor pertanian, namun secara absolut sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja. Secara ideal, pembangunan ekonomi seyogyanya diarahkan pada sektor yang memberikan kontribusi terhadap output perekonomian yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pada kasus Kabupaten Siak, hal ini tidak terjadi. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Siak (87.23 persen) tetapi dalam hal penyerapan tenaga kerja memiliki kontribusi terkecil (10.42 persen). Di sisi lain sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan kerja (54.89 persen) hanya menduduki peringkat ke tiga setelah sektor industri dalam kontribusinya pada PDRB Kabupaten Siak (3.77 persen).

Kondisi ekonomi seperti ini dapat menimbulkan permasalahan dalam jangka panjang karena akan menimbulkan kesenjangan pendapatan yang semakin mendalam antara sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rendah namun menyerap tenaga kerja banyak dengan sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja lebih sedikit. Di samping itu mengingat bahwa sektor pertambangan dan penggalian pada prinsipnya melibatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan, sehingga kontribusinya walaupun saat ini tinggi dalam perekonomian Kabupaten Siak tetapi dalam jangka panjang tidak dapat diharapkan kesinambungannya. Dengan demikian sektor pertanian bersama sama dengan sektor industri yang masing berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 54.89 persen dan 14.46 persen dan memiliki

(4)

kontribusi dalam PDRB pada posisi ketiga (3.77 persen) dan kedua terbesar (6.19 persen) beralasan untuk mendapat prioritas dalam pembangunan ekonomi guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Kontribusi sektor pertanian dan sektor industri dalam perekonomian Kabupaten Siak tampak tinggi, apabila sektor migas (pertambangan dan penggalian) tidak diikutkan dalam perhitungan. Sektor pertanian menyumbang 29.50 persen PDRB non migas dan menyerap tenaga kerja 61.28 persen, sementara sektor perindustrian menyumbangkan 48.47 persen PDRB nomigas dan menyerap tenaga kerja sebanyak 16.14 persen. Dengan hanya mempertimbangkan sektor non migas sumbangan komoditas sawit dalam perekonomian Kabupaten Siak juga cukup signifikan yaitu menyumbang PDRB non migas sebesar 6.0 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar 9.43 persen.

6.1.2. Struktur Perdagangan

Di samping dari aspek pertambahan output (pertumbuhan) dan penyerapan tenaga kerja, kinerja makro ekonomi juga diperlihatkan oleh nilai ekspor dan impor (ekspor netto) barang dan jasa oleh wilayah. Tabel 21 menyajikan struktur perdagangan Kabupaten Siak menurut sektoral pada tahun 2003.

Berdasarkan Tabel 21, total ekspor Kabupaten Siak pada tahun 2003 sebesar Rp 7.188 milyar dan total impor sebesar Rp 2.205 milyar, sehingga ekspor netto sebesar Rp. 4.983 milyar. Secara agregat hanya ada dua sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap ekspor netto dalam struktur perdagangan Kabupaten Siak yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian. Secara lebih rinci sektor dan subsektor yang memberikan

(5)

kontribusi positif terhadap ekspor netto adalah sektor pertambangan dan penggalian (130.4%), subsektor pertanian tanaman lainnya (1.1%), subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaaan besar (1.5%), kehutanan dan perburuan (1.2%), subsektor industri makanan, minuman & tembakau (1.8%) serta industri pengolahan kelapa sawit (0.3%).

Tabel 21. Struktur Perdagangan Kabupaten Siak Tahun 2003

(Rp Juta)

Sektor Produksi Ekspor Impor Net Ekspor

PERTANIAN 244 796.66 224 494.92 20 301.74

Pertanian Tanaman Pangan 1 336.08 58 255.98 -56 919.90

Pertanian Tanaman Lainnya 90 466.15 34 325.46 56 140.69

Peternakan dan Hasil Hasilnya 1 743.88 24 037.72 -22 293.84

Perk. Kelapa Sawit Rakyat 0.00 0.00 0.00

Perk. Kelapa Sawit Perusahaan Besar 73 872.11 168.09 73 704.02

Kehutanan dan Perburuan 77 378.44 17 337.07 60 041.37

Perikanan 0.00 90 370.60 -90 370.60

PERTAMBANGAN &PENGGALIAN 6 575 679.92 76 190.21 6 499 489.71

INDUSTRI 367 767.77 1 116 717.17 -748 949.40

Industri Kelapa Sawit 19 027.26 3 197.89 15 829.37

Industri Makanan, Minuman&Tembakau 96 847.34 4 877.07 91 970.27 Industri Pengolahan Lainnya 251 893.17 1 108 642.21 -856 749.04

JASA 0.00 761 079.30 -761 079.30

Listrik, Gas dan Air Minum 0.00 26 802.30 -26 802.30

Perdagangan, Jasa Angkutan & Gudang 0.00 12 775.39 -12 775.39

Konstruksi 0.00 93 529.43 -93 529.43

Restoran & Perhotelan 0.00 118 507.34 -118 507.34

Transportasi 0.00 184 703.39 -184 703.39

Bank & Asuransi 0.00 58 956.49 -58 956.49

Real Estate dan Jasa Perusahaan 0.00 31 243.59 -31 243.59

Pem., Pert., Pddk., Kes., Jasa Sosial Lain 0.00 188 023.74 -188 023.74 Jasa individu, RT, dan Jasa Lain 0.00 73 339.93 -73 339.93

J u m l a h 7 188 244.35 2 205 283.90 4 982 960.45

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam netto ekspor di Kabupaten Siak yaitu sebesar hampir 6.5 milyar rupiah bahkan lebih besar dari total netto ekspor Kabupaten Siak yang berjumlah 4,98 milyar rupiah. Hal ini menegaskan kembali bahwa perekonomian Kabupaten Siak didominasi oleh sektor ini.

(6)

Kontributor utama dalam ekspor netto sektor pertanian adalah subsektor perkebunan kelapa sawit yang dikelola perkebunan besar, subsektor kehutanan dan subsektor pertanian tanaman lainnya (perkebunan dan hortikultura).

Sedangkan untuk sektor industri meskipun secara keseluruhan memberikan kontribusi negatif terhadap ekspor netto tetapi untuk industri industri kelapa sawit dan industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi ekspor netto yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa bahwa sektor atau subsektor tersebut dapat diandalkan bagi pengembangan ekonomi pada masa mendatang. Hal yang menarik dari Tabel 21 adalah komoditas sawit di Kabupaten Siak memberikan kontribusi ekpor netto yang positif baik dari sisi subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun dari sisi subsektor industri pengolahan kelapa sawitnya. Dengan kata lain, dari aspek struktur perdagangan, prioritas pembangunan pada agribisnis perkebunan kelapa sawit mempunyai legitimasi faktual untuk dilaksanakan di Kabupaten Siak.

6.1.3. Sumber Pendapatan Rumahtangga

Dari Tabel Social Accounting Matrix (SAM) Kabupaten Siak 2003 juga dapat dijelaskan tentang sumber-sumber pendapatan rumahtangga, dalam studi ini dikelompokkan dalam 6 kelompok rumahtangga. Seperti dijelaskan pada Tabel 22, ke enam kelompok rumahtangga tersebut adalah buruh tani, pengusaha tani, rumahtangga desa pendapatan rendah, rumahtangga desa pendapatan tinggi, rumahtangga kota pendapatan rendah dan rumahtangga kota pendapatan tinggi. Sedangkan sumber sumber pendapatan rumahtangga berasal dari faktor produksi yang dialokasikan (tenaga kerja dan kapital) dan transfer pendapatan (transfer pendapatan dari rumahtangga lainnya, swasta, dan pemerintah).

(7)

Berdasarkan Tabel 22, sumber pendapatan utama ke enam kelompok rumahtangga tersebut didominasi oleh faktor produksi tenaga kerja. Faktor produksi kapital merupakan sumber pendapatan ke dua setelah faktor produksi tenaga kerja untuk semua kelompok rumahtangga, kecuali kelompok rumahtangga buruh tani. Khusus kelompok rumahtangga buruh tani sumber pendapatan ke duanya berasal dari transfer pendapatan yang berasal dari rumahtangga lainnya.

Tabel 22. Sumber Pendapatan Rumahtangga di Kabupaten Siak Tahun 2003 (Rp Juta)

Sumber Pendapatan

Faktor Produksi Transfer Pendapatan Kelompok

Rumahtangga Tenaga

Kerja Kapital RT

Lainnya Swasta Pemerintah Total

Buruh Tani 99982.43

(77.5) 10137.74

(7.9) 12153.29

(9.4) 1903.03

(1.5) 4893.76

(3.8) 129070.25 (100) Pengusaha Tani 322120.04

(80.8) 47599.85

(11.9) 14864.62

(3.7) 7419

(1.9) 6465.15

(1.6) 398468.66 (100) RT Desa Pen. Rendah 102231.56

(77.2) 18438.73

(13.9) 6104.65

(4.6) 2626.08

(2.0) 3011.59

(2.3) 132412.6 (100) RT Desa Pendapatan

Tinggi 95652.88

(76.2) 22903.39

(18.3) 3186.63

(2.5) 3046.41

(2.4) 671.26

(0.5) 125460.56 (100) RT Kota Pendapatan

Rendah 260758.41

(79) 44310.07

(13.4) 13067.42

(4.5) 6534.03

(2.0) 5446.44

(1.6) 330116.37 (100) RT Kota Pendapatan

Tinggi 123254.78

(81.6) 21637.81

(14.3) 1896.37

(1.3) 3888.66

(2.6) 376.66 (0.2) 151054.28 (100)

Sumber: SAM Siak 2003 (diolah)

Keterangan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total

Sumber pendapatan yang berasal dari transfer pendapatan untuk semua kelompok rumahtangga didominasi oleh transfer pendapatan yang berasal dari rumahtangga lainnya, kecuali pada kelompok rumahtangga kota pendapatan tinggi. Bagi kelompok rumahtangga kota pendapatan tinggi sumber pendapatan yang berasal dari transfer pendapatan lebih didominasi oleh transfer pendapatan dari sektor swasta. Sedangkan transfer pendapatan yang berasal dari sumber pemerintah lebih didominasi dari kelompok rumahtangga buruh tani dan rumahtangga desa berpendapatan rendah.

(8)

6.1.4. Struktur Pengeluaran Rumahtangga

Struktur pengeluaran rumahtangga Kabupaten Siak tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 23. Sebagian besar pendapatan seluruh kelompok rumahtangga, kecuali kelompok rumahtangga kota golongan atas dan kelompok rumahtangga desa golongan atas, digunakan untuk mengkonsumsi produk- produk industri pengolahan, diikuti dengan pengeluaran konsumsi atas produk- produk jasa dan produk-produk pertanian.

Tabel 23. Struktur Pengeluaran Rumahangga di Kabupaten Siak Tahun 2003

(Rp Juta)

Desa Kota

Sektor Buruh

Tani

Pengusaha Tani

RT Gol Bawah

RT Gol Atas

RT Gol Bawah

RT Gol Atas PERTANIAN 21 905.51 57 600.6 21 064.30 12 611.54 44 284.35 11 731.67

(18) (16) (17) (12) (15) (10) Pertanian Tanaman Pangan 7 258.11 19 437.54 6 621.86 3 606.68 14 168.37 3 271.11 Pertanian Tanaman Lainnya 2 910.34 8 468.16 3 648.14 2 152.40 6 396.44 2 005.00 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 3 040.06 8 010.11 2 723.66 2 149.37 5 792.58 1 973.50 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat - - - - - - Perkebunan Kelapa Sawit Prh.Besar - - - - - - Kehutanan dan Perburuan 783.85 2 033.08 679.66 420.91 1 370.82 413.19 Perikanan 7 913.15 19 651.71 7 390.98 4 282.18 16 556.14 4 068.87

PERTAMBANGAN &PENGGALIAN 0 0 0 0 0 0

(0) (0) (0) (0) (0) (0) INDUSTRI PENGOLAHAN 60 014.24 180 484.71 59 988.09 45 434.66 134 412.60 44 773.50

(49) (51) (49) (43) (45) (38) Industri Kelapa Sawit 1 283.34 3 550.84 1 210.25 786.13 2592.65 742.87 Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 5 818.95 16 579.15 5 430.94 3 335.77 11 979.02 3 113.29 Industri Pengolahan Lainnya 52 911.95 160 354.72 53 346.9 41 312.76 119 840.93 40 917.34 JASA 40 606.17 116 250.32 41 241.14 47 345.42 119 593.71 60 347.94

(33) (33) (34) (45) (40) (52) Listrik, Gas dan Air Minum 1 232.23 3 633.50 1 623.14 1 365.65 3 428.28 1 425.22 Perdagangan, Jasa Penunjang

Angkutan & Pergudangan

133.77 296.77 148.9 167.29 279.41 199.75 Konstruksi - - - - - - Restoran & Perhotelan 11 145.71 29 619.40 11 553.42 14 888.58 27 790.92 19 428.31 Transportasi 5 581.56 19 282.70 4 899.18 8 192.37 20 148.84 8 873.67 Bank & Asuransi 2 302.58 6 163.78 2 513.27 2 828.27 9 849.76 4 115.92 Real Estate dan Jasa Perusahaan 4 947.75 13 438.41 5 133.25 4 573.36 15 326.08 5 808.02 Pem., Per., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 9 433.85 30 942.43 10 914.55 7 944.54 25 990.99 9 829.92 Jasa Individu, RT & Jasa Lain 5 828.72 12 873.33 4 455.43 7 385.36 16 779.43 10 667.13 J u m l a h 122 525.92 354 335.63 122 293.53 105 391.62 298 290.66 116 853.11

Sumber: SAM Kabupaten Siak 2003 (diolah)

Keterangan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total pengeluaran

(9)

Kelompok rumahtangga baik yang berasal dari kota maupun desa ternyata mempunyai perilaku konsumsi yang sama, yaitu struktur pengeluaran rumahtangganya didominasi oleh sektor jasa lebih dulu baru sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.

Dari Tabel 23 dapat juga diungkapkan bahwa subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan besar, sektor pertambangan dan penggalian serta sub sektor jasa konstruki tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga.

Hal ini disebabkan produk-produk dari perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan penggalian yang dihasilkan merupakan bahan mentah yang tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga. Sementara itu, subsektor jasa konstruki merupakan barang publik yang dikonsumsi masyarakat tanpa mengeluarkan biaya, namun rumahtangga turut membiayai melalui pajak yang mereka keluarkan.

6.2. Peranan perkebunan kelapa sawit terhadap pertambahan output bruto dan distribusi pendapatan.

Dalam studi ini untuk memperoleh gambaran tentang peranan komoditas kelapa sawit khususnya perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pertambahan output bruto dan distribusi pendapatan digunakan analisis pengganda. Analisis ini juga digunakan untuk melihat dampak yang akan terjadi terhadap variabel- variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada neraca eksogen, seperti terjadinya peningkatan investasi pemerintah di sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan kelapa sawit.

Tujuh jenis hasil analisis pengganda disajikan untuk menggambarkan dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit, khususnya kelapa sawit rakyat

(10)

terhadap kinerja ekonomi Kabupaten Siak, yaitu: output multiplier, factorial multiplier, value added multiplier, other lingkages multiplier (forward and backward linkages), household income multiplier, private income multiplier, dan government income multiplier.

6.2.1. Pengganda Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah, dan Faktor Produksi

Tabel 24 menyajikan hasil analisis pengganda output bruto, pengganda keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), pengganda nilai tambah, dan pengganda faktorial (tenaga kerja dan kapital). Berdasarkan Tabel 19, koefisien pengganda output bruto seluruh sektor selalu lebih besar dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada setiap sektor akan meningkatkan output bruto masing-masing sektor lebih besar dari 1 miliar rupiah.

Dari Tabel 24 dapat dilihat dari koefisien pengganda output bruto sektor yang memiliki koefisien tertinggi berturut turut adalah subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan, serta subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan subsektor yang memiliki koefisien terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (Tabel 24). Berbagai subsektor di sektor pertanian memiliki koefisien pengganda output bruto berkisar antara 1.00 – 2.42. Koefisien-koefisien pengganda ini memberi arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor subsektor pertanian tersebut akan meningkatkan output bruto sebesar 1.00 – 2.42 miliar rupiah.

(11)

Tabel 24. Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial di Kabupaten Siak Tahun 2003

Keterkaitan Faktorial

Sektor Output Ke

Depan Ke

Belakang

Nilai

Tambah Tenaga

Kerja Kapital Pertanian Tanaman Pangan 2.42 1.32 1.04 0.70 0.51 0.19 Pertanian Tanaman Lainnya 1.26 0.24 1.13 0.87 0.66 0.21 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1.23 0.21 1.02 0.56 0.43 0.13 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 1.12 0.11 1.56 1.28 1.07 0.20 Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar 1.00 0.00 1.50 0.84 0.64 0.20 Kehutanan dan Perburuan 1.22 0.21 0.69 0.80 0.26 0.54

Perikanan 1.40 0.40 0.05 0.03 0.01 0.01

Pertambangan dan Penggalian 1.53 0.43 0.14 1.02 0.06 0.96 Industri Kelapa Sawit 1.15 0.13 1.70 0.68 0.40 0.28 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1.65 0.52 1.66 0.73 0.44 0.29 Industri Pengolahan Lainnya 8.54 6.68 0.49 0.44 0.16 0.28 Listrik, Gas dan Air Minum 1.17 0.14 0.23 0.11 0.04 0.06 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 1.13 0.03 1.91 0.65 0.41 0.24

Konstruksi 1.48 0.48 0.54 0.21 0.12 0.09

Restoran & Perhotelan 1.61 0.60 0.14 0.06 0.04 0.03

Transportasi 1.56 0.57 (1.43) 0.01 (0.15) 0.16

Bank & Asuransi 1.24 0.24 0.01 0.01 0.01 0.00 Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.39 0.37 0.46 0.51 0.13 0.38 Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 1.58 0.56 0.64 0.37 0.30 0.07 Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 1.45 0.44 0.21 0.16 0.07 0.10

J u m l a h 35.14 13.68 13.68 10.03 5.61 4.42

Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda output bruto lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, adapun yang terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki koefisien pengganda output bruto sebesar 1.12, yang mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut akan meningkatkan output bruto sebesar 1.12 miliar rupiah. Adapun untuk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1 miliar rupiah. Sedangkan pada sektor hilir dari kelapa sawit ini, yaitu industri pengolahan kelapa sawit setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor industri

(12)

pengolahan kelapa sawit akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1.15 miliar rupiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan output bruto.

Berdasarkan koefisien pengganda keterkaitan ke depan berturut turut subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor jasa restoran dan perhotelan memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Sedangkan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan terkecil dibandingkan 20 subsektor lainnya.

Dari sisi koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berturut turut subsektor jasa perdagangan, penunjang angkutan dan pergudangan, subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat serta subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Pada sektor pertanian koefisien pengganda keterkaitan ke depan berkisar antara 0.00 – 1.32, sedangkan koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berkisar antara 0.05 – 1.56. Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan yang lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, sedangkan yang terendah tetap pada subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perkebunan besar berturut turut memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi, sedangkan yang terendah adalah dari subsektor perikanan.

(13)

Dari sisi sektor industri pengolahan, subsektor industri pengolahan kelapa sawit memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan terendah, tetapi memiliki koefisen pengganda keterkaitan ke belakang yang paling tinggi, bahkan menduduki urutan ke dua tertinggi dari 20 sektor yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Siak.

Dalam hal keterkaitan ke belakang di Kabupaten Siak industri pengolahan kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat, dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar masing masing menduduki urutan ke 2, 4 dan 5 di antara ke 20 sektor lainnya. Hanya pada subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan relatif kecil mendekati 0, hal ini dapat dipahami karena hampir semua hasil produk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar biasanya langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk pengolahan CPO pada pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit perusahaan besar itu sendiri. Dengan demikian peran komoditas sawit dalam perekonomian Kabupaten Siak sangat penting, karena keterkaitannya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang.

Dari aspek pengganda nilai tambah, berturut turut subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, sektor pertambangan dan penggalian, subsektor pertanian tanaman lainnya, dan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar memiliki

(14)

koefisien pengganda nilai tambah lebih besar dibandingkan 20 sektor lainnya.

Sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor pertanian tanaman lainnya dan subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar berturut-turut memiliki koefisien nilai tambah sebesar 1.28, 0.87 dan 0.84. Sedangkan subsektor perikanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki koefisien pengganda nilai tambah yang paling rendah dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.

Dari sisi sektor industri pengolahan, nilai koefisien nilai tambah industri pengolahan kelapa sawit masih lebih tinggi dari industri pengolahan lainnya dan masih kalah sedikit dari industri makanan, minuman dan tembakau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan kelapa sawit khususnya kelapa sawit rakyat sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak mengingat komoditas ini mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, bahkan untuk subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat mempunyai nilai tertinggi di antara 20 sektor perekonomian lainnya.

Dari aspek pengganda faktor produksi, subsektor pertanian secara keseluruhan, kecuali pada subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor perikanan, masih memiliki koefisien pengganda tenaga kerja yang lebih besar dari koefisien pengganda kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang padat tenaga kerja (labor intensive). Dengan demikian baik perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun perkebunan kelapa sawit rakyat juga masih bersifat padat tenaga kerja, hanya saja perkebunan kelapa sawit rakyat penggunaan tenaga kerjanya lebih intensif dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar.

(15)

Adapun sektor sangat padat kapital (capital intensive) di Kabupaten Siak adalah berturut- turut sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa real estate dan jasa perusahaan, industri pengolahan lainnya, jasa perorangan dan jasa transportasi. Adapun sektor industri pengolahan kelapa sawit ternyata juga masih bersifat padat tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi yang melibatkan komoditas kelapa sawit adalah tergolong sangat strategis di Kabupaten Siak, mengingat banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalam sektor ini baik di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di subsektor industri pengolahan kelapa sawit.

Mengacu pada pemaparan hasil analisis dari Tabel 24 dapat diuraikan dengan jelas urutan subsektor yang menempati urutan teratas sampai terbawah apabila dilakukan perankingan. Hasil ranking subsektor berdasarkan koefisien pengganda output bruto, keterkaitan dan nilai tambah disajikan pada Tabel 25.

Berdasarkan Tabel 25, ada dua subsektor yang menempati peringkat pertama yaitu subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau skala kecil. Subsektor yang menempati urutan terakhir adalah sektor jasa perbankan dan asuransi. Sedangkan untuk komoditas sawit yaitu subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor industri kelapa sawit, dan susektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar masing-masing menduduki peringkat 6, 7 dan 10.

(16)

Tabel 25. Ranking Sektor Produksi Berdasarakan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003

Keterkaitan

Sektor Output Ke

Depan Ke Belakang

Nilai

Tambah Total Ranking

Pertanian Tanaman Pangan 2 2 7 7 18 1

Pertanian Tanaman Lainnya 12 12 6 3 33 3

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 14 14 8 10 46 8

Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 19 18 4 1 42 6

Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 20 20 5 4 49 10

Kehutanan dan Perburuan 15 15 9 5 44 7

Perikanan 10 10 18 18 56 12

Pertambangan dan Penggalian 7 9 17 2 35 4

Industri Kelapa Sawit 17 17 2 8 44 7

Industri Makanan, Minuman Tembakau 3 6 3 6 18 1

Industri Pengolahan Lainnya 1 1 12 12 26 2

Listrik, Gas dan Air Minum 16 16 14 16 62 13

Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 18 19 1 9 47 9

Konstruksi 8 7 11 14 40 5

Restoran & Perhotelan 4 3 16 17 40 5

Transportasi 6 4 20 20 50 11

Bank & Asuransi 13 13 19 19 64 14

Real Estate dan Jasa Perusahaan 11 11 13 11 46 8

Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 5 5 10 13 33 3

Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 9 8 15 15 47 9

Apabila pemeringkatan atas koefisien pengganda output, keterkaitan dan nilai tambah ini dilakukan per sektor pertanian saja maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Ranking Subsektor di Sektor Pertanian Berdasarkan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003

Keterkaitan Nilai

Sektor Output Ke

Depan Ke

Belakang Tambah Total Ranking

Pertanian Tanaman Pangan 1 1 4 5 11 1

Pertanian Tanaman Lainnya 3 3 3 2 11 1

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 4 4 5 6 19 4 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 6 6 1 1 14 2 Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 7 7 2 3 19 4

Kehutanan dan Perburuan 5 5 6 4 20 5

Perikanan 2 2 7 7 18 3

(17)

Berdasarkan Tabel 26, subsektor pertanian tanaman pangan dan pertanian tanaman lainnya sama sama menduduki peringkat pertama dilihat dari dampaknya terhadap output bruto, keterkaitan dan nilai tambah secara bersama- sama. Sedangkan perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan besar masing masing berada pada peringkat 2 dan 4. Berdasarkan hasil temuan ini dapat dinyatakan bahwa apabila pembangunan ditujukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral yang selektif, maka pembangunan hendaknya diprioritaskan pada sektor pertanian bersama sama dengan sektor industri di samping sektor pertambangan penggalian. Di sektor pertanian masing-masing subsektor tanaman pangan, pertanian tanaman lainnya dan perkebunan kelapa sawit rakyat perlu mendapat prioritas utama. Sedangkan di sektor industri pengolahan baik dari sub sektor industri makanan minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya dan industri pengolahan kelapa sawit juga merupakan subsektor yang perlu mendapat perhatian utama. Tabel 27 memberikan informasi tambahan tentang subsektor yang memiliki koefisien pengganda terbesar di masing-masing sektor.

Tabel 27. Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Kabupaten Siak 2003

Keterkaitan Faktor Produksi

Sektor Output

Bruto Ke Depan Ke Belakang

Nilai

Tambah Tenaga

Kerja Kapital Pertanian Tanaman

Pangan Tanaman

Pangan Kelapa Sawit

Rakyat Kelapa Sawit

Rakyat Kelapa Sawit

Rakyat Kehutanan Industri

Pengolahan &

Pertambangan

Industri Pengolahan

lainnya

Industri Pengolahan

lainnya

Industri Pengolahan Kelapa Sawit

Pertambangan dan Penggalian

Industri Makanan, Minuman &

Tembakau

Pertambangan dan Penggalian

Jasa Restoran

dan Hotel Restoran dan Hotel

Perdagangan, Penunjang Angkutan &

Pergudangan

Perdagangan, Penunjang Angkutan &

Pergudangan

Perdagangan, Penunjang Angkutan &

Pergudangan

Real Estate dan Jasa Perusahaan

(18)

Dengan memperhatikan temuan temuan di atas maka pembangunan ekonomi di Kabupaten Siak dapat menyandarkan prioritas pengembangannya pada subsektor subsektor pertanian tanaman pangan, industri makanan, minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya, pertanian tanaman lainnya, pertambangan dan penggalian dan jasa konstruksi serta jasa restoran dan hotel. Di samping sektor-sektor tersebut, sektor yang menjanjikan untuk mendapatkan perhatian utama dalam pengembangannya melibatkan komoditas sawit yang dapat dijumpai pada subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar yang berdasarkan peringkat berturut turut ada pada peringkat 6, 7 dan 10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan dan pengembangan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak. Hal ini dapat diindikasikan dari bukti bahwa komoditas ini dapat meningkatkan output bruto, mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang, dan mengingat banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalam sektor ini. Apalagi dengan melihat peran subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat yang mempunyai nilai tertinggi dalam hal nilai tambah dan faktorial tenaga kerja di antara 20 sektor perekonomian lainnya. Begitu juga dengan subsektor industri pengolahan kelapa sawit yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke belakang terbesar ke dua diantara 20 sektor yang ada setelah sektor jasa perdagangan & jasa penunjang angkutan.

(19)

6.2.2. Pengganda Pendapatan Rumahtangga

Untuk memperoleh gambaran tentang distribusi pendapatan rumahtangga, Tabel 28 menyajikan hasil analisis koefisien pengganda pendapatan rumahtangga menurut sektor produksi. Berdasarkan Tabel 28, dampak peningkatan output di sektor pertanian terhadap pendapatan rumahtangga secara umum lebih besar daripada sektor-sektor lainnya. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, pertanian tanaman lainnya dan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar berturut turut merupakan 3 subsektor yang memiliki pengganda pendapatan rumahtangga terbesar diantara 20 subsektor lainnya untuk semua jenis golongan rumahtangga.

Tabel 28. Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga di Kabupaten Siak Tahun 2003

Desa Kota

Sektor Buruh

Tani

Pengusaha Tani

RT Gol Bawah

RT Gol Atas

RT Gol Bawah

RT Gol Atas Pertanian Tanaman Pangan 0.06 0.17 0.06 0.05 0.14 0.06 Pertanian Tanaman Lainnya 0.07 0.22 0.07 0.07 0.18 0.08 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0.05 0.14 0.05 0.04 0.12 0.05 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 0.12 0.36 0.12 0.11 0.29 0.13 Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 0.07 0.21 0.07 0.06 0.17 0.08 Kehutanan dan Perburuan 0.03 0.09 0.03 0.03 0.07 0.03 Perikanan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.03 0.01 0.01 0.02 0.01 Industri Kelapa Sawit 0.04 0.13 0.04 0.04 0.11 0.05 Industri Makanan, Minuman Tembakau 0.05 0.15 0.05 0.04 0.12 0.06 Industri Pengolahan Lainnya 0.02 0.05 0.02 0.02 0.04 0.02 Listrik, Gas dan Air Minum 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan &

Pergudangan 0.05 0.14 0.04 0.04 0.11 0.05 Konstruksi 0.01 0.04 0.01 0.01 0.03 0.02 Restoran & Perhotelan 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 Transportasi (0.02) (0.05) (0.02) (0.01) (0.04) (0.02) Bank & Asuransi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Real Estate dan Jasa Perusahaan 0.01 0.05 0.01 0.01 0.04 0.02 Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 0.03 0.10 0.03 0.03 0.08 0.04 Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 0.01 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 J u m l a h 0.62 1.90 0.61 0.56 1.55 0.71

Dari sisi komoditas kelapa sawit, masing masing perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perkebunan besar dan industri kelapa

(20)

sawit menduduki peringkat 1, 3 dan 8 di antara ke 20 subsektor lainnya dalam pengganda pendapatan rumahtangga di hampir semua jenis golongan rumahtangga. Peningkatan output pada komoditas sawit ini mempunyai dampak terbesar berturut turut pada kelompok rumahtangga desa pengusaha tani, kelompok rumahtangga kota golongan atas, kelompok rumahtangga kota golongan bawah, dan relatif merata untuk kelompok rumahtangga desa buruh tani, kelompok rumahtangga desa golongan bawah dan kelompok rumahtangga desa golongan atas. Dari temuan ini, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan besaran nilai pengganda pendapatan golongan rumahtangga, pengembangan agribisnis kelapa sawit dari hulu ke hilir, khususnya pengembangan kelapa sawit rakyat yang ditunjukkan oleh nilai pengganda pendapatan tertinggi di antara 20 sektor lainnya, patut dipertimbangkan dari sisi dampaknya terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga maupun dari sisi upaya mewujudkan distribusi pendapatan yang lebih merata.

6.2.3. Pengganda Pendapatan Swasta dan Pemerintah

Pekebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar bukanlah merupakan sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perolehan pendapatan swasta dan pemerintah.

Sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perolehan pendapatan swasta dan pemerintah di Kabupaten Siak adalah sektor pertambangan dan penggalian, dan subsektor kehutanan dan perburuan.

Subsektor industri kelapa sawit sebagai subsektor yang menggunakan input dari perkebunan kelapa sawit (rakyat dan perusahaan besar) menduduki peringkat

(21)

ketiga dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan swasta dan pemerintah di Kabupaten Siak (Tabel 29).

Tabel 29. Koefisien Pengganda Pendapatan Swasta dan Pemerintah di Kabupaten Siak Tahun 2003

Sektor Swasta Pemerintah

Pertanian Tanaman Pangan 0.08 0.01

Pertanian Tanaman Lainnya 0.09 0.02

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0.05 0.01 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 0.09 0.02 Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar 0.08 0.02

Kehutanan dan Perburuan 0.23 0.03

Perikanan 0.01 0.00

Pertambangan dan Penggalian 0.41 0.04

Industri Kelapa Sawit 0.12 0.02

Industri Makanan Minuman dan Tembakau 0.12 0.02 Industri Pengolahan Lainnya 0.12 0.01

Listrik Gas dan Air Minum 0.03 0.00

Perdagangan Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 0.10 0.02

Konstruksi 0.04 0.01

Restoran & Perhotelan 0.01 0.00

Transportasi 0.07 0.01

Bank & Asuransi 0.00 0.00

Real Estate dan Jasa Perusahaan 0.16 0.02 Pemerintahan Pertahanan Pendidikan Kesehatan Jasa Sosial Lain 0.03 0.01 Jasa Perseorangan Rumahtangga dan Jasa Lain 0.04 0.01

J u m l a h 1.87 0.26

Seperti telah diungkapkan sebelumnya subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar merupakan subsektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan seluruh rumahtangga di Kabupaten Siak. Apabila pengembangan produk primer diikuti dengan pengembangan industri pengolahan kelapa sawit, maka kelapa sawit tidak saja akan menjadi subsektor yang mampu mewujudkan perolehan pendapatan rumahtangga yang tinggi dan relatif merata dibandingkan dengan sektor/subsektor lainnya. Subsektor ini juga akan mampu meningkatkan pendapatan pemerintah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pembangunan, sehingga akan terwujud sasaran pembangunan yang ideal, yaitu

(22)

pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan distribusi pendapatan yang merata.

6.2.4. Dekomposisi Pengganda Output Bruto

Penjelasan tentang koefisien pengganda seperti telah dikemukakan sebelumnya hanya menggambarkan besarnya pengaruh global akibat adanya injeksi pada suatu sektor yang ditransmisikan ke sektor lainnya. Besarnya pengaruh global tersebut sebenarnya terjadi melalui sejumlah tahapan. Dengan melakukan analisis dekomposisi pengganda (decomposition multiplier) tahapan- tahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas.

Analisis dokomposisi pengganda menguraikan nilai pengganda menjadi tiga komponen, yakni: Pertama, pengganda transfer, yang menggambarkan dampak pengganda netto yang ditimbulkan akibat adanya tambahan transfer dari neraca eksogen terhadap sekumpulan neraca tertentu; Kedua, open loop multiplier atau pengganda silang, yang menangkap dampak silang (cross effect) antara neraca yang berbeda; dan Ketiga, pengganda closed loop, yang menggambarkan dampak pengganda dengan adanya aliran dana dari neraca eksogen pada neraca endogen dan kembali ke neraca semula.

Karena fokus dari studi ini adalah pengembangan kelapa sawit rakyat, maka pembahasan tentang hasil analisis pengganda ditekankan pada dekomposisi pengganda perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan kelapa sawit. Tabel 30 menyajikan hasil analisis dekomposisi pengganda perkebunan kelapa sawit rakyat.

(23)

Tabel 30. Dekomposisi Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Siak Tahun 2003

Koefisien Pengganda Neraca Asal

Injeksi Dampak Injeksi

Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfe

r Open

Loop Closed Loop Total

Tenaga Kerja 0.9256 0.1469 1.0725

Modal 0.0379 0.1651 0.2030

Buruh Tani 0.1016 0.0164 0.1180

Pengusaha Tani 0.3086 0.0501 0.3587

Rumahtangga Desa Pendapatan Rendah 0.0990 0.0162 0.1152

Rumahtangga Desa Pendapatan Tinggi 0.0907 0.0149 0.1056

Rumahtangga Kota Pendapatan Rendah 0.2507 0.0408 0.2915

Rumahtangga Kota Pendapatan Tinggi 0.1152 0.0187 0.1339

Perusahaan 0.0160 0.0699 0.0859

Pemerintah 0.0117 0.0091 0.0208

Pertanian Tanaman Pangan 0.0001 0.0777 0.0778

Pertanian Tanaman Lainnya 0.0001 0.0286 0.0287

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0.0000 0.0242 0.0242

Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 1 0.0072 0.0027 1.0099

Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar 0.0000 0.0000 0.0000

Kehutanan dan Perburuan 0.0005 0.0193 0.0198

Perikanan 0.0000 0.0564 0.0564

Pertambangan dan Penggalian 0.0013 0.0370 0.0383

Industri Kelapa Sawit 0.0000 0.0123 0.0123

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 0.0001 0.0531 0.0532

Industri Pengolahan Lainnya 0.0266 0.7471 0.7737

Listrik, Gas dan Air Minum 0.0001 0.0160 0.0161

Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 0.0022 0.0319 0.0341

Konstruksi 0.0001 0.0134 0.0135

Restoran & Perhotelan 0.0001 0.1047 0.1048

Transportasi 0.0004 0.0751 0.0755

Bank & Asuransi 0.0002 0.0315 0.0317

Real Estate dan Jasa Perusahaan 0.0002 0.0509 0.0511

Pem., Prth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 0.0000 0.0943 0.0943

Jasa Perseorangan, Rumahtangga dan Jasa Lain 0.0001 0.0581 0.0582

Perkebunan Kelapa Sawit

Rakyat

Total 1 0.0393 1.9570 2.0824 5.0787

Berdasarkan Tabel 30, adanya injeksi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat ternyata meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja dengan dampak yang lebih besar dari faktor produksi kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan kelapa sawit rakyat memang masih bersifat labor intensive. Injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat akan meningkatkan penerimaan tenaga kerja sebesar 1.0725 miliar rupiah. Peningkatan penerimaan tenaga kerja sebesar 1.0725 miliar rupiah akibat adanya injeksi pada sektor sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, merupakan

(24)

kontribusi dari dampak pengganda silang sebesar 0.9256 miliar rupiah dan dampak penggada closed loop 0.1469 miliar rupiah. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat (misalnya akibat peningkatan ekspor) akan meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 0.9256 miliar rupiah setelah dampak injeksi melalui seluruh sistem blok faktor produksi dan institusi, dan 0.1469 miliar rupiah setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula.

Peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat juga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga desa pengusaha tani sebesar 0.3587 miliar rupiah dan golongan rumahtangga kota berpendapatan rendah sebesar 0.2915 miliar rupiah. Besarnya peningkatan penerimaan rumahtangga desa pengusaha tani diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah pemilik perkebunan kelapa sawit rakyat, sehingga besarnya peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat ini akan meningkatkan pendapatan pada rumahtangga desa pengusaha tani lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga lainnya. Peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan rumahtangga rumahtangga kota golongan rendah, sebesar 0.2915 miliar rupiah, dampak terbesar ke dua setelah rumahtangga desa pengusaha tani.

Peningkatan pendapatan rumahtangga kota berpendapatan rendah sebesar 0.2915 miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak silang 0.2507 miliar rupiah dan dampak closed loop 0.0408 miliar rupiah akibat peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah.

(25)

Berdasarkan Tabel 30 juga dapat diungkapkan dampak peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap blok sektor produksi. Dari tabel tersebut dapat diungkapkan bahwa 1 miliar rupiah peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat akan meningkatkan penerimaan total produksi sektoral sebesar 5.0787 miliar rupiah.

Hal ini mengindikasikan bahwa peranan perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar, karena peningkatan pendapatan perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 milyar dapat meningkatkan pendapatan ekonomi sektoral secara keseluruhan lebih dari lima kali lipatnya.

Peningkatan penerimaan total produksi sektoral 5.0787 miliar rupiah akibat injeksi peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak pengganda transfer 0.0393 miliar rupiah dan dampak silang sebesar 1.9570 miliar rupiah dan pengganda closed loop 2.0824 miliar rupiah.

Hasil analisis yang menarik adalah sektor lainnya yang mengalami peningkatan penerimaan paling besar akibat adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah terhadap perkebunan kelapa sawit rakyat ini adalah sektor industri pengolahan lainnya, sebesar 0.7737 miliar rupiah. Besarnya peningkatan penerimaan sektor industri pengolahan lainnya karena sektor ini merupakan pemasok utama bahan input berupa pupuk, pestisida dan lain-lainnya.

Keterkaitan ke belakang perkebunan kelapa sawit rakyat yang sangat besar dengan sektor industri pengolahan lainnya mendorong peningkatan penerimaan pada sektor industri pengolahan lainnya cukup besar akibat dari peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat. Selanjutnya dampak peningkatan pendapatan pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah dapat dilihat pada Tabel 31.

Gambar

Tabel 20. Struktur PDRB dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Siak 2003
Tabel 21. Struktur Perdagangan Kabupaten Siak Tahun 2003
Tabel 23. Struktur Pengeluaran Rumahangga di Kabupaten Siak Tahun 2003
Tabel 24. Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial  di Kabupaten Siak Tahun 2003
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemandirian seorang Notaris terletak pada hakekatnya selaku Pejabat umum, hanyalah mengkonstatir atau merelateer atau merekam secara tertulis dan otentik dari

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa daun mangga bacang ( Mangifera foetida L.) terhadap pertumbuhan Shigella flexneri ,

Berdasarkan Tabel 1.2 smartphone flagship 2017 data yang telah diolah belum dapat menjawab channel media review smartphone mana yang telah dipersepsikan baik

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang

yang mana rataan total biaya produksi tertinggi pada perlakuan P0 (Penggunaan ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0% dan tepung ikan komersil

MASJID JUM’AH MADINAH.. khutbah dan inilah merupakan shalat berjamaah jum’at pertama yang dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. walaupun perintah shalat berjamaah jum’at telah

Namun, sesungguhnya yang lebih dahsyat dari gegap gempita ini adalah kenyataan bahwa suatu program acara televisi bisa juga memberi manfaat sehat bagi orang

Pada puncak 543,292 terdapat gugus fungsi C-Cl di sampel jenis pati enceng gondok.Gugus fungsi tersebut memiliki titik didih yang tinggi.Demikian pula sifat dari gliserol