• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRINING TOKSISITAS EKSTRAK HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRINING TOKSISITAS EKSTRAK HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

99

Abdul Rahim1, Gemini Alam1, Rina Agustina1 dan Muh. Rusydi2

1

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

ABSTRACT

Telah dilakukan skrining toksisitas ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol herba bandotan (Ageratum conyzoides L) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik dari ekstrak herba bandotan terhadap larva Artemia salina Leach. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan n-heksan dan metanol. Ekstrak yang diperoleh diuji toksisitasnya dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak n-heksan paling toksik terhadap larva A. salina dengan LC50 89,33 μg/ml. Ekstrak n-heksan difraksinasi dengan kromatografi

kolom cair vakum diperoleh 4 fraksi gabungan yaitu fraksi A, B, C, dan D. Fraksi B merupakan fraksi teraktif dengan nilai LC50 34,434 μg/ml. Fraksi aktif difraksinasi kembali dengan kromatografi kolom cair

vakum diperoleh 4 fraksi gabungan yaitu fraksi B-1, B-2, B-3, dan B-4. Fraksi B-2 merupakan fraksi yang paling aktif dengan LC50 19,906 μg/ml dan diduga senyawa aktif dalam fraksi B-2 adalah senyawa

golongan triterpenoid dan flavonoid.

Kata kunci : bandotan, artemia, toksisitas, fraksinasi, LC50

PENDAHULUAN

Indonesia sangat kaya dengan tumbuhan obat yang dimanfaatkan untuk obat tradisional dan telah lama digunakan secara empirik yang mem-beri manfaat meningkatkan kesehatan tubuh dan pengobatan berbagai penyakit (1). Salah satu tum-buhan obat yang digunakan oleh masyarakat ada-lah bandotan (Ageratum conyzoides L) (2). Tum-buhan ini termasuk dalam suku Compositae (Aste-raceae) diindikasikan untuk tumor rahim, malaria, pneumonia, antiinflamasi dan sebagainya (3,4). Tumbuhan ini mengandung komponen kimia se-perti precocen I dan precocen II yang termasuk terpenoid; flavonoid, alkaloid, kumarin, minyak menguap, dan tanin (5).

Ekstrak n-heksan yang mengandung pre-cocen II menghambat sempurna perkembangan Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii pada konsentrasi 80 – 100 ppm (6). Ekstrak etanol daun bandotan menurunkan persentase perkembangan larva menjadi nyamuk dewasa dan menghambat waktu perkembangan dari larva ke pupa dan dari pupa menjadi nyamuk dewasa dengan nilai EI50 untuk instar II adalah 117,64 ppm dan untuk instar IV 1532,45 ppm (7).

Metode Brine Shrimp Lethality Test meru-pakan salah satu metode bioassay yang diper-timbangkan sebagai uji pendahuluan toksisitas dan digunakan untuk mendeteksi racun jamur, toksis-itas ekstrak tanaman, logam berat, pestisida, dan uji sitotoksisitas bahan pembuatan gigi (8). Metode ini sering digunakan untuk praskrining terhadap

senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak tanaman karena murah, mudah (tidak perlu kondisi aseptis) dan dapat dipercaya. Lebih dari itu larva udang ini juga digunakan untuk praskrining ter-hadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor. Dengan kata lain, uji ini mem-punyai korelasi positif dengan potensinya sebagai antikanker (9). Sifat sitotoksik dapat diketahui ber-dasarkan jumlah kematian larva pada konsentrasi tertentu. Suatu ekstrak dikatakan toksik jika memi-liki nilai LC50 kurang dari 1000 µg/ml setelah waktu kontak 24 jam (10).

Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan skrining toksistas ekstrak herba bandotan (A. conyzoides L) dengan metode Brine Shrimp Le-thality Test. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode ekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut n-heksan dan metanol. Fraksinasi dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan kromatografi kolom cair vakum. Pada setiap tahap pengerjaan dipandu dengan metode BST hingga diperoleh fraksi yang aktif terhadap Artemia salina Leach. Fraksi aktif diidentifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi semprot.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melaku-kan skrining toksisitas ekstrak herba bandotan (Ageratum conyzoides L) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi ilmiah menge-nai penelitian tumbuhan bandotan dan selanjutnya dapat dikembangkan sebagai sumber senyawa bioaktif dimasa yang akan datang

(2)

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah aerator, cawan porselin, chamber, gelas erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur, kompor listrik (Maspion), lampu UV 254/ 366 nm, mikropipet (Socorex), neraca analitik (Precisa), oven (Memmert), pipet ukur, Rotavapor (IKA), sentrifuge (K), seperangkat alat kromatografi cair vakum, seperangkat alat maserasi, timbangan kasar (O’Hauss), vial, vortex mixer (K).

Bahan-bahan yang digunakan adalah AlCl3,air laut, air suling, H2SO4 P, FeCl3, kloroform, lempeng silika gel F254 (E.Merck), metanol, n-heksan, ragi, bandotan (Ageratum conyzoides L), silika gel 60 GF254 (E.Merck), vanilin (E.Merck) dan pereaksi semprot KLT.

Penyiapan Sampel

Herba Bandotan (A. conyzoides L) diambil dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sampel yang diambil adalah herba bandotan yang sudah berbunga dan sehat. Sampel dikumpulkan kemu-dian dibersihkan dari kotoran, lalu dicuci dengan air bersih. Setelah itu sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah kering, sampel diserbukkan untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian.

Ekstraksi Sampel

Sampel herba yang telah kering ditimbang sebanyak 300 g dimasukkan ke dalam wadah maserasi, kemudian dituangi dengan 1 liter pelarut n-heksan. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 24 jam di tempat yang gelap sambil sesekali diaduk. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtrat. Ampas diekstraksi kem-bali dengan pelarut n-heksan. Hal ini dilakukan selama 3 x 24 jam. Filtrat yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak n-heksan yang kental. Ampas dikeringkan, kemudian dengan cara yang sama diekstraksi kembali dengan pelarut metanol sehingga diperoleh ekstrak metanol. Masing-masing di identifikasi dengan KLT dan diuji toksisitasnya dengan metode Brine Shrimp Lethality Test.

Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

Penyiapan Larva Udang

Telur udang ditetaskan dalam wadah pe-netas yang berbentuk kerucut berisi air laut, dilengkapi dengan lampu sebagai sumber cahaya dan aerator sebagai sumber oksigen dan menjaga

agar telur tidak mengendap. Setelah 48 jam larva siap digunakan untuk pengujian.

Penyiapan Larutan Sampel dan Kontrol

Sebanyak 30 mg ekstrak metanol dan n-heksan herba bandotan dilarutkan dalam pelarut kloroform-metanol (1:1) dan ekstrak n-heksan di-larutkan dalam kloroform masing-masing sebanyak 3 ml sehingga diperoleh konsentrasi 10 mg/ml se-bagai larutan stok. Dari larutan stok tersebut di-pipet ke dalam vial masing-masing 5 μl, 50 μl dan 500 μl dengan menggunakan mikropipet. Karena volume akhir vial 5 ml maka diperoleh konsentrasi 10, 100 dan 1000 μg/ml. Pelarut dibiarkan meng-uap sampai kering dan tidak berbau pelarut lagi. Untuk kontrol negatif dilakukan dengan memasuk-kan pelarut saja dengan volume 500 µl.

Pelaksanaan Uji

Masing-masing vial yang telah berisi larut-an sampel dlarut-an kontrol negatif ditambah air laut se-banyak 2 ml. Sepuluh ekor larva Artemia dimasuk-kan secara acak ke dalam vial dan dicukupdimasuk-kan air laut sampai volume 5 ml. Masing-masing vial di-tambahkan 1 tetes suspensi ragi (3 mg/5 ml) seba-gai sumber makanan. Setelah 24 jam jumlah larva yang mati dihitung. Pengujian dengan cara yang sama dilakukan pula untuk hasil fraksinasi tetapi dengan menggunakan konsentrasi yang lebih ren-dah. Persentase kematian larva dihitung dengan rumus:

% kematian larva =

x 100

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan, nilai LC50 dihitung dengan analisis probit.

Fraksinasi Komponen Kimia

Penyiapan Kolom Kromatografi Cair Vakum

Kolom kromatografi cair vakum dibersih-kan kemudian dipasang tegak lurus. Adsorben (silika gel 60 GF254) dimasukkan dalam kolom ke-mudian ditambah cairan pengelusi n-heksan, lalu pompa vakum dijalankan untuk merapatkan ad-sorben (silika gel).

Pemisahan Komponen Kimia

Ekstrak n-heksan yang memiliki nilai LC50 yang lebih rendah dari ekstrak metanol ditimbang sebanyak 3 g dan silika gel sebanyak 20 g. Eks-trak n-heksan dilarutkan dengan sedikit n-heksan. Silika gel ditambahkan sedikit demi sedikit kemu-dian diaduk hingga homogen, didiamkan hingga

(3)

kering, lalu dimasukkan ke dalam kolom dan bagi-an atasnya ditutup dengbagi-an kertas saring.

Ekstrak n-heksan difraksinasi mengguna-kan kromatografi kolom cair vakum (KCV) dengan fase diam silika gel 60 GF254 dan fase gerak dengan gradien kepolaran yang meningkat yaitu berturut-turut n-heksan, n-heksan:etil asetat (30:1), (25:1), (20:1), (15:1), (10:1), (5:1), (1:1), (1:5), etil asetat, metanol, metanol: HCl 6 M (10:1). Hasil fraksinasi diperoleh 13 fraksi. Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT meng-gunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak n-heksan-etil asetat (7:1). Fraksi yang memiliki profil KLT yang sama digabung hingga diperoleh 4 fraksi yaitu fraksi A (vial 1 – 3), B (vial 4 – 8), C (vial 9 – 11) dan D (vial 12 – 13). Masing-masing fraksi diuji toksisitasnya dengan metode BST (tabel 2).

Fraksi B yang memiliki nilai efek toksis yang paling besar difraksinasi kembali dengan KCV dengan fase diam silika gel 60 GF254 dan fase gerak n-heksan, n-heksan-etil asetat (15:1),(10 :1), (5:1), (1:1), (1:5), etil asetat, etil asetat-metanol (10:1), (5:1), (1:1), etil asetat : HCl 6 M (10:1). Hasil fraksinasi diperoleh 14 fraksi. Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT menggunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak n-heksan-etil asetat (5:1). Fraksi yang memi-liki profil KLT yang sama digabung hingga diper-oleh 4 fraksi yaitu fraksi B1 (fraksi 1 – 3), B2 (fraksi 4 – 8), B3 (fraksi 9 – 11), dan B4 (fraksi 12 – 13). Masing-masing fraksi diuji toksisitasnya dengan metode BST (tabel 3).

Identifikasi Senyawa Bioaktif

Fraksi dengan LC50 paling rendah (Fraksi B2) ditotolkan pada lempeng KLT, lalu dielusi de-ngan n-heksan-etilasetat (6:1), kromatogram dilihat pada sinar UV 254 nm dan 366 nm, kemudian di-semprot dengan beberapa jenis pereaksi KLT antara lain :

1. H2SO4 10 % : kromatogram dipanaskan pada 105°C selama 5 menit dan diamati. Kebanyak-an senyawa orgKebanyak-anik memberikKebanyak-an warna kuning, coklat, hitam.

2. Pereaksi Dragendorf : dihasilkan warna jingga dengan latar belakang kuning untuk senyawa golongan alkaloida.

3. FeCl3 5 % : dihasilkan warna hitam-biru atau hijau untuk senyawa golongan fenol.

4. Pereaksi Liebermann-Burchard : kromatogram terlebih dahulu dipanaskan, kemudian diamati dengan sinar UV. Munculnya noda berfloure-sensi merah menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid.

5. AlCl3 5% : diamati dengan sinar UV, dihasilkan noda berfluoresensi kuning untuk senyawa golongan flavonoid.

HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tumbuhan

Bandotan (A.conyzoides) merupakan salah satu tumbuhan obat yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Tumbuhan ini lebih banyak dikenal sebagai tumbuhan liar bahkan dianggap sebagai tumbuhan pengganggu.

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih da-hulu dilakukan determinasi terhadap sampel yang akan digunakan dalam penelitian dengan merujuk pada buku Flora of Java. Hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin sebagai berikut:

Famili : Asteraceae

1b, 3a, 4b, 5b, 23b, 28a, 29a… Ageratum Ageratum L :

1a… Ageratum conyzoides L

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benar tumbuhan Ageratum conyzoides L. atau bandotan.

Ekstraksi Sampel

Ekstraksi sampel dilakukan secara mase-rasi dengan pelarut n-heksan selama 3 x 24 jam, kemudian ampasnya diekstraksi kembali dengan menggunakan metanol dengan waktu yang sama, sehingga diperoleh ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol. Komponen kimia yang memiliki kepolaran yang rendah akan larut pada n-heksan dan kom-ponen kimia yang kepolarannya lebih tinggi akan larut pada metanol. Hasil maserasi 300 g herba bandotan (Ageratum conyzoides L) yang telah kering dengan metode maserasi adalah ekstrak n-heksan sebanyak 21,7 g dan ekstrak metanol se-banyak 24,8 g. Profil KLT ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Profil Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Metanol dan n-Heksan Herba Bandotan (Ageratum conyzoides L). Fase diam = silika gel F254, Fase gerak =

n-heksan : etil asetat (6:1), M= ekstrak metanol, H = ekstrak n-heksan M H M H M H H2SO410% UV 254 nm UV 366 nm

(4)

UJi Aktivitas dan Fraksinasi Sampel

Ekstrak n-heksan dan metanol yang diper-oleh masing-masing diuji toksisitasnya dengan me-tode Brine Shrimp Lethality Test (BST) mengguna-kan larva Artemia salina Leach. Skrining toksisitas ekstrak herba bandotan dengan metode BST ini dipilih karena sederhana, mudah, murah, pelaksa-naannya cepat dan mempunyai korelasi positif terhadap efek toksiknya. Penggunaan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji ketoksikan disebabkan karena ukurannya yang sangat kecil sehingga tidak membutuhkan sampel yang banyak dan tidak sulit dalam penanganan. Metode BST dilakukan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik yang dipakai untuk memonitor dalam isolasi senyawa dari tumbuhan yang berefek toksik de-ngan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif.

Ekstrak n-heksan dan metanol diuji toksis-itasnya terhadap Artemia salina L dengan meng-gunakan konsentrasi 10, 100 dan 1000 µg/ml. Hal ini dimaksudkan untuk melihat variasi respon yang diberikan. Bila LC50 di bawah 1000 µg/ml dinyata-kan toksik dan di atas 1000 µg/ml dinyatadinyata-kan tidak toksik. Kontrol negatif dilakukan untuk melihat apakah respon kematian hewan uji benar-benar berasal dari sampel dan bukan disebabkan oleh pelarut yang digunakan. Hasil uji toksisitas ekstrak n-heksan dan metanol herba bandotan dengan metode BST diperoleh hasil seperti tercantum pada pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji toksisitas ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol herba bandotan dengan menggunakan metode BST

Ekstrak Konsentrasi (μg/ml) Kematian larva (%) LC50 (μg/ml) n-heksan 10 20 89,33 100 34 1000 92 metanol 10 8 100 24 1000 38

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan bandotan memiliki nilai LC50 = 89,33 μg/ml, sedangkan untuk ekstrak metanol tidak dihitung karena konsentrasi tertinggi yang digunakan pada pengujian tidak mampu membunuh 50% larva Artemia salina L. Hal ini me-nunjukkan bahwa ekstrak n-heksan memiliki efek toksik yang lebih besar dibandingkan dengan eks-trak metanol. Dengan demikian, komponen kimia yang diduga toksik terhadap larva A.salina memiliki tingkat kepolaran yang rendah (bersifat nonpolar). Ekstrak n-heksan kemudian difraksinasi dengan metode kromatografi kolom cair vakum (KCV). Metode ini dipakai karena cepat dan mudah dalam proses pemisahan komponen kimia. Metode ini dilakukan dengan fase diam silika gel dan fase gerak dengan gradien kepolaran yang semakin meningkat.

Fraksinasi menghasilkan 4 fraksi gabung-an yaitu fraksi A, B, C, dgabung-an D masing-masing berturut-turut sebanyak 0,7946; 0,9150; 0,2376; dan 0,8654 g. Profil KLT masing-masing fraksi dapat dilihat pada gambar 2. Masing-masing fraksi diuji kembali toksisitasnya dengan metode Brine Shrimp Lethality Test, tapi dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu 1, 10 dan 100 μg/ml seperti yang tercantum pada tabel 2.

Gambar 2. Profil Kromatogram Lapis Tipis Hasil Frak-sinasi Ekstrak n-Heksan Herba Bandotan (A. conyzoides L), berdasarkan penampak noda yang digunakan. Fase diam = silika gel F254, Fase gerak = n-heksan : etil

asetat (7:1), Fraksi A = 1 – 3, Fraksi B = 4 – 8, Fraksi C= 9 – 11, Fraksi D = 12-13

Tabel 2. Hasil uji toksisitas hasil fraksinasi ekstrak n-heksan herba bandotan (Ageratum conyzoides L) menggunakan metode BST Fraksi Konsentrasi (μg/ml) dan Kematian larva (%) LC50 (μg/ml) 1 10 100 A 6 12 28 - B 20 42 58 34,434 C 12 24 44 - D 14 22 40 - H2SO4 10% UV 254 nm UV 366 nm H2SO4 10%

(5)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi B memiliki efek toksik yang paling besar terhadap Artemia salina Leach dengan nilai LC50 = 34,434 μg/ml, sedangkan LC50 fraksi A, C, dan D tidak dihitung karena pada konsentrasi terbesar tidak mampu membunuh 50% hewan uji. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya fraksi B memiliki efek toksik lebih besar dari ekstrak awal (n-heksan).

Identifikasi KLT menunjukkan bahwa fraksi B paling aktif masih memiliki banyak komponen kimia, sehingga masih perlu difraksinasi kembali dengan metode KCV. Fraksinasi menghasilkan 14 fraksi. Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT menggunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (5:1). Fraksi yang memiliki profil KLT yang sama digabung hingga diperoleh 4 fraksi gabungan yaitu fraksi B1, B2, B3, dan B4 (gambar 3).

Gambar 3. Profil Kromatogram Lapis Tipis Hasil Fraksinasi Fraksi B Ekstrak n-Heksan Herba Bandotan (A. conyzoides L), berdasarkan penampak noda masing-masing. Fase diam = silika gel F254, Fase gerak =

n-heksan-etil asetat (5:1), Fraksi B-1 = 1 – 3, Fraksi B-2 = 4 – 6, Fraksi B-3 = 7 – 8, Fraksi B-4 = 9 -14

Masing-masing fraksi diuji kembali toksis-itasnya dengan metode BST tetapi dengan kon-sentrasi yang lebih kecil seperti yang tercantum pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji toksisitas ekstrak hasil fraksinasi fraksi B ekstrak bandotan (A. conyzoides L) dengan metode BST

Fraksi Konsentrasi (μg/ml) Kematian larva (%) LC50 (μg/ml) B1 0,1 4 45,498 1 12 10 36 100 58 B2 0,1 6 13,645 1 16 10 42 100 78 B3 0,1 2 - 1 12 10 22 100 40 B4 0,1 2 - 1 8 10 14 100 28

Fraksi B2 yang memiliki efek toksik yang paling besar diuji kembali dengan metode BST untuk mendapatkan data yang lebih akurat meng-gunakan konsentrasi 6,25; 12,5; 25, 50, dan 100 μg/ml. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai LC50 fraksi B2 sebesar 19,906 μg/ml (tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji toksisitas ekstrak hasil fraksinasi fraksi B2 ekstrak bandotan (Ageratum conyzoides L) dengan metode BST Konsentrasi (µg/ml) Kematian larva (%) LC50 (µg/ml) 6,25 24 19,906 12,5 44 25 56 50 66 100 82

Identifikasi Senyawa Bioaktif

Untuk mengetahui komponen kimia dari fraksi B2 yang diduga toksik terhadap larva A.salina maka dilakukan identifikasi KLT dengan menggunakan beberapa pereaksi penampak noda. Hasil identifikasi dapat dilihat pada tabel 5.

UV 366 nm

UV 366 nm

(6)

Tabel 5. Respon fraksi B2 pada lempeng KLT terhadap beberapa penampak noda Nilai Rf

Penampak Noda

UV 254 nm UV 366 nm H2SO4 10% Dragendorf FeCl3 5% LB AlCl3 5%

0,92 + + - - - - - 0,84 - - + - - - - 0,76 + + - - - - - 0,69 - - + - - - - 0,61 - - + - - + - 0,58 - + - - - - + 0,43 + + + - - - - 0,30 + + - - - - - 0,27 + + + - - - - 0,20 - + + - - - - 0,15 + + + - - - - 0,10 - + + - - - -

Identifikasi KLT menunjukkan bahwa pada penampakan noda dengan sinar UV 254 terdapat 6 noda dan dengan sinar UV 366 terdapat 9 noda. Uji dengan pereaksi H2SO4 10% menunjukkan ada 8 noda. Fraksi B2 memberikan hasil negatif ter-hadap pereaksi Dragendorf dengan tidak adanya noda yang berwarna jingga dengan latar kuning. Dengan pereaksi Liebermann-Burchard memberi-kan hasil positif dengan adanya noda berwarna coklat yang menunjukkan adanya komponen kimia golongan triterpenoid. Fraksi B2 menunjukkan hasil negatif terhadap pereaksi FeCl3 5% dengan tidak adanya noda yang berwarna biru, hitam atau hijau. Fraksi B2 menunjukkan hasil positif terhadap pereaksi AlCl3 5% dengan adanya noda berwarna kuning (hasil positif terhadap adanya komponen kimia golongan flavonoid). Pereaksi AlCl3 mem-bentuk kompleks dengan flavonoid (gugus hidrok-sil berkedudukan orto) menimbulkan warna kuning, ini tidak stabil dengan HCl dan terurai kembali, jika gugus hidroksil yang berkedudukan dekat gugus karbonil akan stabil dengan penambahan HCl. Kompleks flavonoid dengan AlCl3 lewat gugus yang berkedudukan orto dan yang berkedudukan dekat gugus karbonil, digunakan dasar penetapan adanya gugus hidroksil pada kedudukan tertentu dalam molekul flavonoid. Senyawa flavonoid yang umumnya memiliki tingkat kepolaran yang tinggi namun terdapat di dalam fraksi B2 karena fraksi ini diperoleh dari ekstrak n-heksan maka diduga fla-vonoid yang ada merupakan flafla-vonoid yang sifat-nya nonpolar yaitu flavonoid yang mengandung banyak gugus metoksi (polimetoksi).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Ekstrak n-heksan herba bandotan (Ageratum conyzoides L) memiliki efek toksik yang lebih besar terhadap Artemia salina Leach, dengan nilai LC50 89,33 μg/ml, dibandingkan dengan ekstrak metanol.

2. Nilai LC50 fraksi B2 = 19,906 μg/ml

3. Senyawa yang aktif terhadap Artemia salina Leach. adalah senyawa golongan triterpenoid dan flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibisana, W. 1990. Luas Penggunaan Obat Tradisional. Kumpulan Makalah pada Seminar Penggunaan Obat Tradisional di FK-UI. 6 September 1990.

2. Dalimartha, S. 2007. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker.Penebar Swadaya, Jakarta 3. Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat

Indonesia, Jil. 2. Trubus Agriwidya, Jakarta. 4. Anonim. 2007. Billy-Goat Weed (Ageratum

conyzoides) Newsletter of The Asia-Pacific Forest Invasive Species Network (APFISN). Vol.13, 2007.

5. Ming, L.C. 1999. Ageratum conyzoides: A Tropical Source of Medicinal and Agricultural Products, in Perspectives on New Crops and New Uses. ASHS Press. Alexandria.

(7)

6. Iqbal, M.C.M. et al. 2006. A Fungistatic Chro-mone from Ageratum conyzoides. Phytopara-sitica. Vol. 32(2), 2006.

7. Pujiyati, E. 2007. Pengaruh Pemberian Dosis Subletal Ekstrak Etanol Daun Bandotan (Age-ratum conyzoides L) terhadap Perkembangan Larva, Fekunditas, dan Daya Tetas Telur Nya-muk Aedes aegepty L (Diptera: Culicidae) di Laboratorium. Tesis Magister. Universitas Ga-djah Mada, Yogyakarta.

8. Krishnaraju, et al. 2006. Biological Screening of Medicinal Plants Collected from Eastern Ghats of India Using Artemia salina (Brine Shrimp Test), International Journal of Applied Science and Engineering. Vol.4, 2006.

9. Sukardiman, Rahman, A., dan Pratiwi, N.F. 2004. Uji Praskrining Aktivitas Antikanker Eks-trak Eter dan EksEks-trak Metanol Marchantia cf. planiloba Steph. Dengan Metode Uji Kematian Larva Udang dan Profil Densitometri Ekstrak Aktif, Majalah Farmasi Airlangga. Majalah Farmasi Airlangga. Vol. 4 No. 03, 2004

10. Indrayani, L., Soetjipto, H., dan Sihasale, L. 2006. Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis L.Vahl) Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Berk. Penel. Hayati. Vol.12, 2006

.

(8)

Gambar

Gambar  1.  Profil  Kromatogram  Lapis  Tipis  Ekstrak  Metanol  dan  n-Heksan  Herba  Bandotan  (Ageratum  conyzoides L)
Gambar  2.  Profil  Kromatogram  Lapis  Tipis  Hasil  Frak- Frak-sinasi Ekstrak n-Heksan Herba Bandotan (A
Gambar  3.  Profil  Kromatogram  Lapis  Tipis  Hasil  Fraksinasi  Fraksi  B  Ekstrak  n-Heksan  Herba  Bandotan  (A
Tabel 5. Respon fraksi B2 pada lempeng KLT terhadap beberapa penampak noda

Referensi

Dokumen terkait

Data pertama adalah data objek penelitian, sementara data lain adalah data pembanding untuk menentukan adanya kontradiksi dengan data pertama, baik dalam sanadnya

memiliki pasir putih yang indah nan cantik namun, pantai waiwo merupakan surga bagi.. para wisatawan yang datang ke pantai

Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan untuk mempengaruhi produksi masyarakat, kesempatan kerja dan inflasi dengan mempergunakan instrument pemungutan pajak

Bagi Mahasiswa yang akan seminar proposal, harus menyerahkan formulir ini 2 hari kerja sebelum hari seminar; dan 4 hari kerja sebelum hari

Dengan dibuatnya suatu situs untuk pemesanan rumah maka semua proses jual beli didalam suatu perusahaan property menjadi lebih efisien dan mudah bila dibandingkan dengan cara

Disamping itu dengan perusahaan mengungkapkan sustainability report akan semakin membuat konsumen, supplier dan investor lebih percaya terhadap perusahaan tersebut

Creating an Authentic EFL Learning Environment to Enhance Student Motivation to Study English. Asian EFL Journal,

Alat Destilasi Analisa Nitrogen Pada Pupuk Urea..