• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PENELITIAN. Desain Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang titik beratnya diletakkan pada penelitian relasional: yakni mempelajari hubungan variabel-variabel (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian ini mengkaji korelasi pelatihan (karakteristik penyandang disabilitas peserta pelatihan, performa instruktur pelatihan, kurikulum pelatihan, dan profil penyelenggara pelatihan) dengan kompetensi penyandang disabilitas lulusan pelatihan vokasional bidang penjahitan yang diselenggarakan oleh BBRVBD Cibinong. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi dan wawancara menggunakan kuesioner serta dokumentasi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di BBRVBD Cibinong dan perusahaan- perusahaan tempat kerja penyandang disabilitas lulusan pelatihan vokasional BBRVBD Cibinong bidang penjahitan yaitu di PT Dewhirst Bandung, PT Mattel Indonesia Cikarang, dan PT Rajawali Mulia Perkasa Bogor. Ketiga perusahaan tersebut terletak di provinsi Jawa Barat.

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan mulai dari bulan Juni sampai dengan Desember 2012 dimulai dari survei awal, penyusunan kerangka sampling, penyusunan kuesioner, uji coba kuesioner, pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data.

Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah penyandang disabilitas lulusan pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong bidang penjahitan tahun 2006-2012 yang bekerja di 3 (tiga) perusahaan garmen di Provinsi Jawa Barat yaitu PT Dewhirst Bandung, PT Mattel Indonesia Cikarang, dan PT Rajawali Mulia Perkasa Bogor dengan total populasi sebanyak 42 orang. Seluruh populasi menjadi responden penelitian atau sensus.

Pengembangan Instrumen Penelitian

Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur, dan wawancara terhadap responden, atasan responden, penyelenggara pelatihan, dan instruktur pelatihan, serta melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka terhadap referensi yang terkait dengan penelitian atau terhadap laporan-laporan lembaga terkait.

(2)

Variabel penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari atas 2 (dua) variabel utama, yaitu pelatihan vokasional sebagai variabel independen dan kompetensi penyandang disabilitas lulusan pelatihan sebagai variabel dependen. Variabel independen terdiri 4 (empat) subvariabel, yaitu karakteristik penyandang disabilitas peserta pelatihan, performa instruktur, kurikulum pelatihan, dan profil penyelenggara pelatihan. Variabel dependen terdiri dari 3 (tiga) sub variabel, yaitu kompetensi melaksanakan prosedur K3 dalam bekerja, kompetensi menjahit dengan mesin, dan employability.

(1). Variabel independen (X) terdiri dari:

a) Karakteristik peserta pelatihan (X1) dengan indikator: jenis kelamin, usia, jenis disabilitas, penyebab disabilitas, lama menyandang disabilitas, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pengalaman kerja;

b) Performa instruktur pelatihan (X2), dengan indikator: penguasaan materi, keinovatifan mengajar, dan kemampuan memotivasi;

c) Kurikulum pelatihan (X3), dengan indikator: proporsi materi penunjang dan utama, kejelasan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dan tujuan pelatihan, urutan substansi materi pelatihan, proporsi waktu teori dan praktek, waktu untuk pelatihan, dan evaluasi pelatihan;

d) Profil Penyelenggara pelatihan (X4), dengan indikator: jumlah instruktur, tingkat pendidikan instruktur, jurusan pendidikan formal instruktur, pendidikan non formal instruktur, pengalaman mengajar instruktur, dan sarana prasarana pelatihan;

(2). Variabel dependen (Y) terdiri dari:

a) Kompetensi melaksanakan prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan (K3) dalam bekerja (Y1) yang meliputi: mengikuti prosedur K3 di tempat kerja, menangani situasi darurat, dan menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman;

b) Kompetensi menjahit dengan mesin (Y2), yang meliputi:

menyiapkan tempat dan alat kerja, menyiapkan mesin jahit, mengoperasikan mesin jahit, menjahit bagian-bagian potongan pakaian, dan merapikan tempat dan alat kerja;

c) Employability (Y3), yang meliputi: pemecahan masalah, etika kerja, tanggung jawab, bekerja dalam tim, berorientasi pada pelanggan, dan komunikasi dan manajemen konflik.

Definisi konsep dan operasionalisasi variabel

(1) Sub variabel karakteristik peserta pelatihan (X1), terdiri dari:

a) Jenis kelamin adalah perbedaan fungsi biologis responden yang dibawa sejak lahir yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, diukur dengan menggunakan skala nominal, kode 01 untuk kategori Laki-laki dan 02 untuk kategori Perempuan;

b) Usia adalah lama hidup responden yang dihitung dari hari lahir hingga saat dilakukan pengambilan data penelitian, diukur dengan skala rasio yang dinyatakan dalam jumlah tahun;

(3)

c) Jenis disabilitas adalah macam disabilitas yang dialami oleh responden, diukur dengan menggunakan skala nominal, kode 01 untuk kategori Tuna Daksa dan 02 untuk kategori Tuna Rungu Wicara;

d) Penyebab disabilitas adalah hal yang menyebabkan responden mengalami disabilitas, diukur dengan menggunakan skala nominal, kode 01 untuk kategori Bawaan Lahir dan 02 untuk kategori Bukan Bawaan Lahir;

e) Lama menyandang disabilitas adalah jumlah waktu yang dihitung sejak responden menyandang disabilitas sampai saat pengambilan data, diukur dengan skala rasio yang dinyatakan dalam jumlah tahun;

f) Pendidikan formal adalah jenjang pembelajaran formal yang pernah ditempuh responden yang dinyatakan dalam strata/ tingkatan pendidikan,diukur dengan skala ordinal, kode 01 untuk kategori Tamat SD, 02 untuk kategori Tamat SMP, 03 untuk kategori Tamat SMA, dan 04 untuk kategori Perguruan Tinggi;

g) Pendidikan non formal adalah kegiatan pembelajaran non formal yang diikuti responden selain pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong yang diikuti sebelum mengikuti pelatihan, dan setelah lulus mengikuti pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong sampai sekarang yang dinyatakan dalam dinyatakan dalam frekuensi pelatihan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Tidak pernah mengikuti pelatihan (0 kali), 02 untuk kategori Jarang mengikuti pelatihan (1-2 kali), 03 untuk kategori Sering (3 kali), dan 04 untuk kategori Sangat sering (lebih dari 3 kali);

h) Pengalaman kerja adalah lama bekerja yang dimiliki responden sebelum mengikuti pelatihan, dan setelah lulus mengikuti pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong sampai sekarang, diukur dengan skala rasio yang dinyatakan dalam jumlah tahun;

(2) Sub variabel performa instruktur pelatihan (X2), terdiri dari:

a) Penguasaan materi adalah tingkat kemampuan instruktur pelatihan dalam memahami materi pelatihan yang diajarkan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Keinovativan mengajar adalah tingkat kemampuan instruktur dalam menciptakan cara-cara baru yang menarik dalam menyampaikan pelatihan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Kemampuan memotivasi adalah kemampuan instruktur dalam meningkatkan semangat, arah, dan kegigihan perilaku penyandang disabilitas peserta pelatihan agar dapat mengikuti pelatihan dengan penuh energi dan terarah, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

(3) Sub variabel kurikulum pelatihan (X3), terdiri dari:

a) Proporsi jenis materi penunjang dan utama adalah tingkat perbandingan proporsi materi pelatihan penunjang dan materi utama

(4)

di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Kejelasan tujuan pelatihan adalah tingkat kepastian tujuan pelatihan vokasional yang dilihat dari: tingkat kejelasan tujuan pelatihan bidang penjahitan, tingkat kejelasan tujuan mata pelatihan, dan tingkat kejelasan tujuan pembelajaran, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Kesesuaian materi dan tujuan pelatihan adalah tingkat kesesuaian antara materi pelatihan dengan tujuan pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

d) Urutan substansi materi pelatihan adalah tingkat kesesuaian urutan materi-materi dalam pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

e) Proporsi waktu teori dan praktek adalah tingkat perbandingan waktu pelatihan untuk penyampaian teori dan pelaksanaan praktek di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

f) Waktu pelatihan adalah tingkat kesesuaian waktu pelatihan yang disediakan dengan standar pencapaian kompetensi di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

g) Evaluasi pelatihan adalah tingkat kesesuaian evaluasi dalam pelatihan vokasional, yang dilihat dari kesesuaian cara evaluasi dengan tujuan evaluasi, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

(4) Sub variabel profil penyelenggara pelatihan (X4), terdiri dari:

a) Jumlah instruktur adalah tingkat kesesuaian perbandingan jumlah instruktur pelatihan dengan jumlah peserta pelatihan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Tingkat pendidikan instruktur adalah tingkat kesesuaian strata pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh instruktur dengan tingkat pendidikan peserta pelatihan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Jurusan pendidikan adalah tingkat kesesuaian jurusan pembelajaran formal yang telah ditempuh oleh instruktur dengan materi pelatihan yang diajarkan di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal,

(5)

dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

d) Pendidikan non formal instruktur adalah tingkat kesesuaian pembejalaran non formal yang telah ditempuh oleh instruktur pelatihan vokasional, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan materi yang diajarkan di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

e) Pengalaman mengajar adalah tingkat kemampuan dan masa kerja instruktur dalam mengajar sebelum mereka menjadi instruktur di pelatihan vokasional, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

f) Sarana prasarana pelatihan adalah tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelatihan yang disediakan oleh lembaga penyelenggara pelatihan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

(5) Sub variabel kompetensi melaksanakan prosedur K3 dalam bekerja (Y1), terdiri dari:

a) Mengikuti prosedur K3 di tempat kerja adalah tingkat kemampuan responden dalam mengikuti prosedur K3 di tempat kerja dengan indikator tingkat kemampuan mengikuti prosedur keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan menerapkannya ditempat kerja, tingkat kemampuan menguasai cara pengoperasian alat dan sarana keselamatan di tempat kerja, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Menangani situasi darurat adalah tingkat kemampuan responden dalam menangani situasi darurat di tempat kerja, dengan indikator:

tingkat kemampuan mengenali situasi darurat yang potensial di tempat kerja (seperti tersengat listrik, tertusuk jarum, dan lainnya) dan tingkat kemampuandalam melakukan tindakan untuk menguasai situasi darurat sesuai prosedurdiukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman adalah tingkat kemampuan responden dalam menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman, dengan indikator: tingkat kemampuan menjaga kerapian diri dan memakai pakaian kerja yang dipersyaratkan, tingkat kemampuan menjaga kerapian tempat kerja, tingkat kemampuan mengidentifikasi alat kerja sesuai kebutuhan, tingkat kemampuan memilih alat kerja sesuai kebutuhan, dan tingkat kemampuan menggunakan alat kerja dengan tepat sesuai kebutuhan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

(6)

(6) Sub variabel kompetensi menjahit dengan mesin (Y2), terdiri dari:

a) Menyiapkan tempat dan alat kerja adalah tingkat kemampuan responden dalam menyiapkan tempat dan alat kerja, dengan indikator:

tingkat kemampuan menyiapkan tempat kerja secara ergonomis, tingkat kemampuan mengidentifikasi macam-macam pekerjaan yang dijahit sesuai dengan alat jahit yang dibutuhkan, dan tingkat kemampuan menyiapkan alat jahit sesuai kebutuhan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Menyiapkan mesin jahit adalah tingkat kemampuan responden dalam menyiapkan mesin jahit, dengan indikator: tingkat kemampuan mengidentifikasi nomor-nomor jarum mesin sesuai jenis bahannya, tingkat kemampuan mengidentifikasi bagian mesin jahit (kumparan/spul/jarum) dan memasangnya sesuai prosedur, tingkat kemampuan memasang benang jahit sesuai prosedur, dan tingkat kemampuan mengatur jarak setikan sesuai dengan standar setikan yang dipersyaratkan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Mengoperasikan mesin jahit adalah tingkat kemampuan responden dalam mengoperasikan mesin jahit, dengan indikator: tingkat kemampuan mencoba setikan mesin yang telah diatur di atas bahan/kain lain, dan tingkat kemampuan memeriksa dan menyesuaikan hasil jahitan dengan standar jahitan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

d) Menjahit bagian-bagian potongan pakaian adalah tingkat kemampuan responden dalam menjahit bagian-bagian potongan pakaian, dengan indikator: tingkat kemampuan menyiapkan bagian-bagian potongan bahan pakaian yang akan dijahit, tingkat kemampuan menjahit bagian–bagian potongan pakaian dengan teknik yang sesuai dengan prosedur, dan tingkat kemampuan menerapkan keselamatan kerja, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

e) Merapikan tempat dan alat kerja adalah tingkat kemampuan responden dalam merapikan tempat dan alat kerja, dengan indikator: tingkat kemampuan memelihara alat jahit dengan mesin sesuai jenis dan spesifikasinya, tingkat kemampuan menyimpan alat jahit dan mesin sesuai jenis dan spesifikasinya, dan tingkat kemampuan membersihkan tempat kerja, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

(7) Sub variabel employability (Y3), terdiri dari:

a) Keterampilan pemecahan masalah adalah kemampuan responden dalam mengidentifikasi masalah, megantisipasi, dan memecahkan

(7)

masalah, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

b) Etika kerja adalah tingkat kedisiplinan responden dalam bekerja, kemampuan dalam memegang teguh dan mentaati nilai-nilai sosial, dan kemampuan dam menunjukkan perilaku positif sehingga tidak merugikan orang lain maupun tempat kerjanya, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

c) Tanggung jawab adalah kemampuan responden dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mencapai tujuan kerja, dan kemampuan dalam memahami hubungan antara individu bersangkutan dengan perusahaan tempat kerja, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

d) Bekerja dalam tim adalah kemampuan responden untuk menerima orang lain untuk bekerja sama, kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai bersama dalam sebuah tim, kemampuan dalam menghormati dan bekerjasama dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan tim dan memperoleh hasil terbaik, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

e) Orientasi pada pelanggan adalah kemampuan responden dalam memahami kebutuhan pelanggan, kemampuan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, dan kemampuan dalam menjaga hubungan baik dengan pelanggan, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

f) Komunikasi dan manajemen konflik adalah kemampuan responden dalam menunjukkan perhatian tulus kepada orang lain, dan tingkat kepekaan terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, diukur dengan skala ordinal, dengan kode 01 untuk kategori Sangat rendah, 02 untuk kategori Rendah, 03 untuk kategori Tinggi, dan 04 untuk Sangat tinggi;

Uji coba instrumen

Uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang dipakai telah dilakukan sebelum instrumen diberikan kepada responden, agar data penelitian yang diperoleh valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sugiyono (2011) menyebutkan bahwa instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal merupakan kesahihan penelitian apabila kriteria dalam instrumen secara teoritis mencerminkan apa yang akan diukur. Sedangkan validitas eksternal merupakan kesahihan penelitian apabila terdapat kesesuaian

(8)

antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta di lapangan. Hal ini berarti instrumen yang valid harus dikembangkan berdasarkan teori yang mendukung dan fakta empiris di lapangan.

Instrumen penelitian telah diuji validitasnya melalui validitas internal dan eksternal. Pengujian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) definisi operasional variabel yang akan diukur; (b) studi literatur/pustaka sebagai referensi/acuan; (c) konsultasi dengan pembimbing sebagai ahli; (d) uji coba instrumen di lapangan; (e) membuat format tabulasi jawaban; (f) menghitung korelasi menggunakan pendekatan korelasi item-total dikoreksi (corrected item- total correlation).

Model pengujian dengan pendekatan korelasi item-total dikoreksi digunakan untuk menghilangkan spurious overlap, yaitu adanya tumpang tindih atau pengaruh kontribusi masing-masing skor item terhadap skor total. Untuk menghilangkan efek spiruous overlap tersebut maka koefisien korelasi item-total dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dengan skor total (Kusnendi 2008). Untuk menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka para ahli menetapkan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem. Jika nilai koefisien korelasi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 maka item tersebut memiliki validitas yang memadai (Kusnendi 2008).

Reliabilitas instrumen telah diuji menggunakan metode cronbach alpha dengan rumus:

Jika nilai koefisien cronbach alpha (α) lebih besar dari kisaran 0.5 – 1.0, maka alat ukur dinilai reliabel. Suatu instrumen dianggap cukup reliabel apabila nilai koefisien alpha ≥ 0.6. dengan ukuran kemantapan sebagai berikut (Babbie 1989):

(a). Nilai koefisien alpha 0.00 – 0.20 berarti kurang reliabel

(b). Nilai koefisien alpha 0.21 – 0.40 berarti agak reliabel

(c). Nilai koefisien alpha 0.41 – 0.60 berarti cukup reliabel

(d). Nilai koefisien alpha 0.61 – 0.80 berarti reliabel

(e). Nilai koefisien alpha 0.81 – 1.00 berarti sangat reliabel

Berdasarkan hasil uji instrumen, diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan uji reliabilitas, instrumen penelitian dapat dikategorikan reliabel sampai sangat reliabel. Dengan demikian instrumen dapat dikatakan memiliki konsistensi terhadap respon atau pengukuran pada fenomena yang sama. Sedangkan pada uji validitas, diperoleh hasil bahwa pada umumnya semua item instrumen valid pada koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar lebih dari koefisien minimum yaitu 0,25. Hal ini berarti instrumen dapat mengukur apa yang akan diukur.

α = n n - 1

Vi Vt

[

1 -

]

Keterangan:

α : Koefisien cronbach alpha n : Jumlah item

Vi : Varians skor tiap-tiap item

Vi : Jumlah varians skor tiap-tiap item Vt : Varians total

(9)

Tabel 2 Hasil uji instrumen penelitian

Variabel Jumlah item

Skala ordinal

Uji reliabilitas (Croanbach

Alpha)

Ket Uji validitas (corrected item- total correlation)

Ket

Performa instruktur 3 1-4 0.775 Reliabel 0.407 – 0.729 Valid

Kurikulum pelatihan 9 1-4 0.738 Reliabel 0.336– 0.627 Valid

Profil Penyelenggara pelatihan

7 1-4 0.727 Reliabel 0.312–0.663 Valid

Kompetensi Melaksanakan prosedur K3 dalam bekerja

9 1-4 0.821 Sangat

reliabel

0.657– 0.881 Valid

Kompetensi menjahit dengan mesin

15 1-4 0.820 Sangat

reliabel

0.812–0.881 Valid

Employability 15 1-4 0.793 Reliabel 0.683-0.898 Valid

Analisis Data

Data dianalisis secara kuantitatif dengan statistik deskriptif dan inferensial untuk mendalami faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kompetensi penyandang disabilitas lulusan pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong, dan memberikan penjelasan secara kualitatif sebagai pendukung. Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan menurut variabel yang telah ditentukan, dengan menggunakan skoring dan pengkategorian.

Pengkategorian menggunakan skala Likert. Dalam skala ini variabel dijabarkan dalam sub variabel dan indikator. Indikator ini merupakan dasar dalam penyusunan item instrumen. Skala likert yang digunakan terdiri dari 4 (empat) tingkat yang merupakan gradasi dari sangat rendah/buruk sampai sangat tinggi/baik.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan analisis korelasi Rank Spearman. Uji Rank Spearman untuk mengetahui tingkat hubungan masing- masing variabel tersebut mempunyai rumus/persamaan:

N 1-6

Σ

di2

i =1 rs = 1-

n (n2 – 1)

Koefesien korelasi merupakan pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1, yang berarti koefisien korelasi dapat bernilai positif dan dapat pula negatif.

Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi spearman di = Selisih antar jenjang

n = Banyaknya subyek

(10)

variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel adalah sebagai berikut:

(a). 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

(b). > 0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

(c). > 0,25 – 0,5: Korelasi cukup

(d). > 0,5 – 0,75: Korelasi kuat

(e). > 0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat

(f). 1: Korelasi sempurna

Analisis statistik inferensial dengan uji korelasi Spearman dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 20.0.

Gambar

Tabel 2 Hasil uji instrumen penelitian  Variabel  Jumlah  item  Skala  ordinal  Uji  reliabilitas  (Croanbach  Alpha)

Referensi

Dokumen terkait

Label konsep pada subbab kedua yaitu label konsep hubungan konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur terdapat tipologi simbolik pada tabel konfigurasi elektron

Akan tetapi karena bacaan yang penulis berikan berupa bacaan berita dalam Bahasa Mandarin, objek mengalami kesulitan dalam mengenal beberapa kosakata, sehingga pada saat

Ensambel Talempong Duduak yang diajarkan oleh Zul Alinur pada mahasiswa/mahasiswi Etnomusikologi merupakan sebuah garapan yang pada awalnya berasal dari lagu-lagu

a) Guru member motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. c) Apersepsi, dalam kegiatan

Dalam  industri  properti,  dengan  menaikkan  investasi  dari  lahan  yang  bernilai  rendah  menjadi  lahan  yang  bernilai  tinggi,  dibutuhkan  sedikit 

Hasil response time yang didapat dari pengujian dengan LOS dan NLOS memperlihatkan bahwa XBee dapat melakukan pengiriman data dengan kondisi lapangan tanpa

Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta

Berdasar permasalahan yang telah dipaparkan, kami akan menerapkan metode hybrid SVM-KNN untuk digunakan sebagai metode klasifikasi pengidap diabetes menggunakan data