• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan dan membangun negeri ini di masa yang akan datang. Tentu yang kita harapkan pemimpin di kemudian hari dapat membawa bangsa dan negeri ini ke arah yang lebih baik. Agar menjadi generasi yang diharapkan, generasi penerus bangsa harus difasilitasi dengan pendidikan dan kehidupan layak terutama bagi tumbuh- kembang mereka. Dengan pendidikan terjamin dan kehidupan yang layak, anak-anak nantinya akan menjadi generasi yang mampu memimpin terutama memimpin diri mereka sendiri. Hal ini dipertegas dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang menyatakan :

Bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita- cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.

Tidak semua anak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak dan hal ini dapat memperburuk kualitas generasi muda. Beberapa faktor yang mengakibatkan anak terlantar akan pendidikan dan kehidupannya yaitu faktor keluarga/Orang Tua dan faktor lingkungan.

Orang tua yang selalu sibuk mengurusi diri mereka sendiri mengejar

kehidupan duniawi menelantarkan anak sehingga anak tidak mendapatkan

kasih sayang, tidak di perhatikan kebutuhan fisik dan mental demi

tumbuh-kembang anak. Bagi mereka keluarga yang kurang mampu,

mereka terlalu sibuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga anak terlepas

(2)

dari pengawasan orang tua bahkan anak juga ikut terlibat dalam menghidupi keluarga.

Lingkungan yang tidak menunjang tumbuh-kembang anak mengakibatkan anak berperilaku menyimpang. Lingkungan yang tidak terkondisikan dengan baik contohnya anak hidup di lingkungan prostitusi, sedikit-banyak anak juga akan ikut terlibat dengan situasi lingkungan tersebut, anak bisa bergaul tanpa batas. Pergaulan bebas yang tidak disertai pengawasan orang tua semakin memperburuk tumbuh kembang anak yang diharapkan menjadi generasi muda penerus bangsa.

Akibat dari faktor-faktor tersebut, akhirnya anak berpotensi untuk melakukan tindakan penyimpangan yang termasuk ke dalam masalah sosial. Bentuk penyimpangan yang umumnya dilakukan oleh anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan kehidupan layak yaitu kecanduan obat terlarang, kejahatan, kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan.

Segala bentuk tindakan kriminal terutama pelanggaran terhadap undang-undang yang dilakukan oleh anak-anak membuat mereka terjerumus ke dalam Rumah Tahanan (Rutan) maupun Lembaga Pemasyarakatan sehingga menyandang gelar “narapidana anak”. Hal yang sangat disayangkan adalah narapidana anak tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya mereka dapatkan. Padahal bagaimanapun mereka adalah anak-anak yang memiliki hak yang sama dengan anak lainnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani

Konvensi Hak Anak (KHA), tindak lanjut dari hasil penandatanganan

tersebut presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun

1990. Dengan penandatangan konvensi tersebut, maka Indonesia memiliki

kewajiban untuk mewujudkan sistem perlindungan terhadap anak secara

nyata dan berkesinambungan, termasuk terhadap anak yang berhadapan

dengan hukum. Selain dari keputusan presiden tersebut Indonesia juga

telah memiliki UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang

(3)

dalam proses penyempurnaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak mendefinisikan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak nakal, yaitu anak yang melakukan tindak pidana; atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan HAM, jumlah narapidana anak dari 5.630 anak pada bulan Maret 2008, meningkat menjadi 6.271 anak pada awal tahun 2010, dan sebagian besar, yaitu hampir sekitar 57 persen dari mereka tergabung dengan tahanan orang dewasa (berada di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan untuk orang dewasa) dan data sebelumnya pada tahun 2007 sampai dengan akhir 2009 menunjukkan mayoritas kasus anak yang berhadapan dengan hukum diselesaikan melalui pengadilan, dan 90%

dijatuhi hukuman pidana dan dipenjarakan.

Tingginya angka pelaku tindakan kriminal pada kelompok usia 12- 17 tahun memperlihatkan adanya indikasi peningkatan jumlah anak yang melakukan tindak pidana, pada akhirnya membawa dampak bagi semakin besarnya anak yang akan masuk dalam proses peradilan dan selanjutnya akan menjalani hukuman untuk mendapatkan pembinaan, yang sering tidak sesuai dengan harapan.

Terbatasnya jumlah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak

dewasa ini, serta banyaknya kasus anak yang berhadapan dengan hukum,

mengakibatkan anak menjadi tahanan atau narapidana yang terpaksa harus

tinggal 1 (satu) area tahanan/narapidana dewasa. Kondisi ini tentu saja

sangat memprihatinkan, karena keberadaan anak dalam tempat penahanan

dan pemenjaraan bersama orang dewasa, menempatkan anak- anak pada

situasi rawan menjadi korban berbagai tindak kekerasan.

(4)

Data UPT Rutan Kelas I, Kanwil Jawa Barat pada tahun 2012 pada bulan januari narapidana anak sebanyak 29 orang, februari sebanyak 32 orang, maret sebanyak 36 orang, april sebanyak 28 orang, mei sebanyak 32 orang, juni sebanyak 31 orang, juli sebanyak 26 orang, agustus sebanyak 26 orang, september sebanyak 32 orang, oktober sebanyak 40 orang, november sebanyak 44 orang, dan pada bulan desember sebanyak 45 orang anak. Hal ini menunjukkan bahwasanya tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak mengalami pasang surut, artinya tidak ada penurunan (minimalisasi) secara signifikan.

Secara hukum, berdasar undang-undang yang berlaku di Indonesia khususnya di kota Bandung, anak-anak ini sah mendapatkan penahanan atau pemenjaraan dan dirampas kemerdekaannya. Namun bukan berarti hak-hak asasi lainya yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh- kembangnya menuju kedewasaan secara optimal turut dirampas pula.

Anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) seringkali terabaikan hak- haknya. Padahal, sebagai anak mereka tetap berhak atas layanan pendidikan, layanan kesehatan, layanan social, bimbingan dan pengasuhan, dan lain-lain. Kenyataannya saat mereka berada di penjara, Negara seakan-akan berhenti melayani mereka. Pengabaian hak AKH ini bahkan terjadi sejak proses awal penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian hingga pada saat mereka keluar penjara.

Anak konflik hukum atau juga disebut anak yang berkonflik

dengan hukum pastinya tidak mendapatkan pendidikan karena harus

mendekam di Rutan khususnya di kota bandung yang belum memiliki

LAPAS khusus anak. Salah satu strategi agar anak konflik hukum masih

bisa mendapatkan pembelajaran yang bermakna positif bagi mereka

selama menjalani proses hukum di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung

yaitu dengan mengadakan program yang sekiranya sesuai dengan kondisi

lingkungan dan sosial di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung. Program

yang dianggap tepat bagi anak konflik hukum tersebut yaitu

pendampingan.

(5)

Pendampingan merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Pendampingan yang dilakukan bertujuan menmbantu warga dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendampingan ini dilakukan sesuai dengan kondisi warga belajar dimana warga belajar diberi pembelajaran dan di dampingi oleh pendamping atau fasilitator.

Salah satu lembaga yang mengadakan program pendampingan yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Kalyanamandira. Kalyanamandira merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang pengembangan pendidikan masyarakat kritis dengan mempopulerkan beberapa program andalan LSM tersebut, salah satunya adalah program pendampingan bagi anak yang berkonflik dengan hukum atau sering disebut dengan anak konflik hukum khusus pria di Rutan (rumah tahanan) Kelas I Kebon Waru sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang.

Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh LSM Kalyanamandira ini dalam pelaksanaan program pendampingan di Rutan kelas I Kebon Waru, Bandung yaitu :

1. Mendampingi anak menemu kenali diri dan lingkungannya 2. Membuat kelompok ekspresi dan buku harian anak

3. Berjejaring dengan penggiat pemenuhan hak anak baik LSM maupun pemerintah dalam melakukan penguatan dan pengarusutamaan pemenuhan hak anak

4. Mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan anak

Berdasarkan hal tersebut, maka program pendampingan yang dilakukan oleh kalyanamandira di anggap sebuah program yang tepat bagi Anak Konflik Hukum. Program pendampingan yang dilakukan oleh Kalyanamandira adalah sebuah strategi dalam mengatasi permasalahan Anak Konflik Hukum selama berada di Rutan dimana pendampingan yang dilakukan merupakan pekerjaan sosial yang pada dasarnya berada di jalur pendidikan non formal.

Tujuan dari pendampingan yang dilaksanakan di Rutan Kebon

Waru Bandung yaitu untuk mendampingi, memetakan kebutuhan, dan

(6)

merancang berbagai kegiatan rutin selama anak menjalani proses hukum.

Pendampingan yang dilaksanakan lebih di fokuskan pada pendampingan keterampilan pada anak dimana anak di dampingi dan diberikan keterampilan. Pendampingan keterampilan dipilih agar anak yang menjalani proses hukum tidak mengalami kejenuhan, mengasah keterampilan dan juga kreatifitas anak.

Salah satu bentuk pendampingan keterampilan yang akan dilakukan adalah pengolahan limbah plastik. Pengolahan limbah plastik dipilih karena daerah sekitar Rutan kebon waru adalah daerah padat penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik. Pengolahan limbah plastik ini setidaknya membantu dalam mengolah limbah plastik yang sulit diurai menjadi produk yang bermanfaat.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Imas Nurlela (2010 ) dengan fokus penelitian pada proses pelaksanaan program pendampingan terhadap anak konflik hukum, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian pada sasaran yang sama dengan fokus berbeda yaitu “ Studi Evaluasi Program Pendampingan Anak Konflik Hukum melalui Keterampilan Pengolahan Limbah Plastik ”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Rutan Kelas I Kebon Waru dan sekitarnya terkait dengan Anak Konflik Hukum di identifikasi berbagai hal sebagai berikut:

1. Daerah sekitar Rutan Kelas I Kebon Waru merupakan pemukiman padat penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik salah satunya di kelurahan Cicadas

2. Anak-anak yang ada di Rutan tersebut tidak memiliki kesempatan sekolah karena harus ditahan;

3. Dalam beberapa kasus, anak yang bermasalah tidak mendapatkan

dukungan dari pihak keluarga sehingga tidak ada perbaikan hubungan

(7)

dengan keluarga. Perbaikan hubungan bahkan tidak terjadi dengan korban;

4. Penyelenggaraan program pendampingan oleh Lembaga Swadaya Masyarakan Kalyanamandira pada tahun 2006 hingga sekarang dan salah satunya adalah pengolahan limbah plastik;

5. Dukungan positif dari pihak Rutan dalam penyelenggaraan program pendampingan yaitu penyediaan tempat untuk pelaksanaan program pendampingan;

6. Anak baru penghuni Rutan cenderung memisahkan diri dari anak-anak lainnya. Sehingga pelaksanaan program pendampingan tidak mudah dikondisikan dengan baik;

7. Jumlah fasilitator/pendamping yang tidak seimbang dengan jumlah anak sehingga pendamping sulit menangani/mengontrol anak-anak;

8. Beberapa bulan belakangan ini semua program yang telah dilaksanakan tetapi belum dievaluasi karena kesibukan setiap fasilitator

9. Berdasarkan informasi dari salah satu fasilitator bahwa program yang dilaksanakan hingga akhir tahun ini belum bisa dievaluasi dikarenakan AKH akan mulai pindah ke LAPAS sukamiskin sehingga tim pendamping disibukkan untuk mempersiapkan bermacam hal demi kelancaran kepindahan AKH

Berdasarkan identifikasi diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut :

1. Bagaimana evaluasi penyediaan sumber pendukung pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung ?

2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program pendampingan pada anak

konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang

diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira hukum di Rumah Tahanan

Kelans I Kebon Waru, Bandung ?

(8)

3. Bagaimana evalusai hasil pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui evaluasi penyediaan sumber pendukung dalam pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung 2. Mengetahui evaluasi Pelaksanaan program pendampingan pada AKH

melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung

3. Memperoleh evaluasi hasil pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dengan diadakan penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai landasan teori bagi LSM Kalyanamandira dan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan mengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan luar sekolah

2. Secara praktis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat

khususnya anak-anak yang memiliki permasalahan sosial dan konflik

dengan hukum

(9)

3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penelitian yang dilakukan baik secara teoritis maupun secara praktis di Rutan anak Kebonwaru maupun LSM Kalyanamandira

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang dipergunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I : pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

2. BAB II : kajian pustaka yang berisikan teori, kajian dan konsep yang digunakan oleh penulis yaitu konsep program, konsep evaluasi program, konsep pendampingan, konsep Anak Konflik Hukum, konsep keterampilan, konsep taksonomi bloom dan konsep pendidikan luar sekolah

3. BAB III : metode penelitian yang berisikan lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah pengumpulan data, dan analisis data.

4. BAB IV : Deskripsi analisis penelitian dan hasil penelitian mengenai penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak konflik hukum yang dilaksanakan di Rutan Kebon Waru, Bandung

5. BAB V : Kesimpulan dan saran yang menyatakan mengenai hasil

penelitian dan pemberian rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan kewenangan DPD dengan penyelenggaraan suatu otonomi daerah dimana DPD hanya dapat memberikan pertimbangan, sangat menampakkan kelemahan fungsi DPD

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil- gesekan-gesekan pada permukaan komponen komponen yang bergerak dan bersinggungan. selain itu minyak

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian normatif, menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan.Kesimpulan dari penulisan

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak