• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK

AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI

Oleh

Mahdalena 1)dan Darajat Rangkuti2)

1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP UMN Al Washliyah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini kelompok A melalui bermain balok di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21 Medan Denai.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan melaksanakan 2 siklus, subjek yamg terlibat adalah 13 siswa di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21 Medan Denai pada kelompok A yang terdiri dari 6 putri dan 7 putra tahun ajaran 2014/2015 di semester dua. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode observasi dan dokumentasi. Penulis menyusun indikator- indikator penilaian yang akan menjadi acuan dalam proses pengambilan data.

Hasil penelitian perkembangan kognitif anak dalam upaya meningkatkan perkembangan kognitif anak melalui bermain balok adalah : pada siklus I diketahui bahwa perkembangan kemampuan kognitif anak yaitu, 2 orang anak (15,4 %) tergolong sangat baik, 3 orang anak (23,0 %) tergolong baik, 6 orang anak (46.2 %) tergolong cukup baik dan 2 orang anak (15.4) masih tergolong kurang baik. Setelah dilakukannya tindakan siklus II, maka diketahui bahwa perkembangan kemampuan kognitif tergolong baik sekali bertambah menjadi 10 orang (77 %), sedangkan anak yang tergolong baik masih sama yaitu 3 orang (23

%), dan anak yang tergolong cukup baik dan kurang baik menjadi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa melalui bermain balok dapat meningkatkan kognitif anak kelompok A TK TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21 Medan Denai.

Kata Kunci: Kemampuan Kognitif, Bermain Balok

Pendahuluan

Taman kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar. Lembaga ini sangat strategis dan penting dalam menyediakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Anak usia dini merupakan golden age (usia emas) didalamnya terdapat masa

“peka” yang hanya datang sekali. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Pendapat Bloom menyatakan bahwa 80 % perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung pada usia ini. (Direktorat Pembinaan TK Dan SD, 2007)

Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang ia lihat, dengar, rasa, raba ataupun dicium melalui panca indra yang

(2)

pengembangan daya pikir. Pada aspek pengembangan kognitif, kompetensi dan hasil belajar yang diharapkan pada anak mampu berpikir logis, dapat memberi alasan, mampu memecahkan masalah dan menemukan sebab akibat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Idealnya tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun berlandaskan pada acuan Standar Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2009 tentang aspek kognitif Pendidikan Anak Usia Dini seharusnya anak sudah mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: lebih dari, kurang dari, paling/ter, mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, dapat mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi, dapat mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

Berdasarkan hasil observasi awal di TK ABA 21 Medan Denai, peneliti melihat bahwa masih banyak anak yang belum berkembang kemampuan kognitifnya, akan tetapi hanya beberapa anak yang dapat mengikuti pembelajaran kognitif dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada prilaku anak yang belum menunjukkan perkembangan kognitif mereka berkembang dengan baik, misalnya:

ada 5 dari 13 anak yang sudah mengenal berbagai macam bentuk geometri, seperti lingkaran, segitiga dan persegi, mengenal warna dasar, merah, kuning dan biru, anak belum mengenal perbedaan ukuran yang besar dan ukuran yang kecil, dapat memahami atau membedakan konsep makna berlawanan seperti berat atau ringan dan hal ini belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dengan keadaan yang ada di kelas.

Berdasarkan hal di atas berkaitan dengan kognitif anak, perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui beberapa bentuk permainan. Karena pada dasarnya bermain merupakan kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain merupakan dunia anak dan cara mereka mempelajari dunia yang merupakan hak setiap anak tanpa batas usia karena bermain mempunyai banyak manfaat dan nilai positif. Melalui bermain seorang guru dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak usia dini (4-6 tahun) misalnya mengenalkan bentuk, ukuran dan warna.

Akan tetapi masih banyak guru yang jarang sekali menggunakan permainan dalam mengajarkan pembelajarannya, mereka hanya menggunakan lembar kerja dan majalah yang telah tersedia saja.

Hal ini membuat anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif.

Salah satu bentuk permainan yang dapat dilakukan adalah dengan cara bermain balok.

Bermain balok dapat memberikan kebebasan kepada anak dalam membentuk dan menyusun sebuah bangunan yang diinginkannya, serta dapat mengenal bentuk geometri (lingkaran, segitiga dan segiempat atau persegi), dapat mengenalkan warna, menyusun balok dari besar-kecil dan sebaliknya, membilang balok dan mengenalkan konsep berat dan ringan. Dalam hal ini balok yang digunakan mempunyai berbagai bentuk, ukuran dan warna.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah perkembangan kognitif anak dapat ditingkatkan melalui bermain balok di TK Aisyiah Bustanul Athfal 21 Medan Denai?

(3)

Kajian Teori

Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir. Menurut Bruner dalam khadijah (2012:115) menyatakan bahwa “Perkembangan kemampuan berpikir yang berlamgsung secara bertahap demi setahap, dimana kemampuan berpikir tersebut memerlukan interaksi anak dengan lingkungannya.” Menurut Thurstone dalam Yuliani (2009:7), “kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan premier, yaitu kemampuan berbahasa, mengigat, nalar atau berpikir logis, pemahaman ruang, bilangan, menggunakan kata-kata, dan mengamati dengan cepat dan cermat.” Williams dalam Susanto (2011:56), berpendapat bahwa “kognitif adalah bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu cepat lambatnya individu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.”

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan kognitif anak yang dimaksud dari penulis adalah kesanggupan berpikir yang ada pada diri anak yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu anak berpikir yang menyangkut tentang persepsi, pemahaman, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan anak memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan yang memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan tingkat usia. Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya.

Perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun termasuk kedalam perkembangan berpikir pra- operasional kongkrit. Pada tahap ini anak usia dini dapat menggunakan simbol dan pikiran internal dalam memecahkan masalah, pikiran anak-anak pada tahap ini masih terkait dengan objek kongkrit (nyata).

Menurut Suyadi (2010:95), tahapan perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut :

1. Mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil, panjang-pendek, sedikit-banyak dan lain-lain)

2. Mampu mengurutkan angka satu sampai dengan sepuluh.

3. Mampu membedakan warna lebih banyak (merah-hijau, hitam-putih, biru-ungu, dan lain- lain)

4. Menunjukkan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu.

5. Suka membongkar mainannya sendiri sekedar melihat apa yang ada didalamnyadan kemudian dirangkai lagi.

6. Suka mengurut-urutkan (membuat urutan) sesuatu, dari yang paling kecil, agak besar, hingga yang paling besar atau sebaliknya.

Menurut Gessel dan Amatruda dalam Yuliani (2009:2.8), bahwa anak pada usia 4-5 tahun yaitu masa belajar matematika. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Selanjutnya Yuliani (2009:2.9), mengemukakan karakteristik perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun, yaitu :

1) Mampu mengelompokkan benda yang memilki persamaan bentuk

(4)

2) Mampu menyebutkan benda berdasarkan warna.

3) Mampu mengurutkan benda dengan ukuran dan warna.

4) Memahami konsep makna berlawanan : kosong/penuh atau ringan/berat.

5) Mampu membilang benda 1-20.

Bermain Balok

Suyadi (2010:284) berpendapat bahwa bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dengan ditandai gelak tawa oleh anak yang melakukannya. Oleh karena itu, suasana hati didalam diri anak yang sedang melakukan aktivitas menjadi penentu apakah anak tersebut sedang bermain atau tidak. Menurut Yamin (2010:285) bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain seperti misalnya kemampuan kreatifitas, kemampuan kognitif, belajar bahasa, perkembangan sosial, disiplin dan sebagainya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan salah satu sarana yang bisa dijadikan sebagai jalan untuk melakukan transformasi ilmu kepada anak untuk meningkatkan perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif anak yang aktivitasnya dilakukan dengan suka rela dengan penuh kesenangan tanpa adanya paksaan.

Fungsi bermain bagi perkembangan anak, khususnya perkembangan kogitif ialah memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan menggunakan indranya, seperti menyentuh, mencium, melihat, dan mendengarkan untuk mengetahui sifat-sifat objek. Dari pengindraan itu anak memperoleh informasi dan pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak. Jadi, bermain menjembatani anak dari berpikir kongkrit keberpikir abstrak. Hoor dalam Suyanto (2005:120) menyatakan bahwa bermain memilki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif dan kreatif.

Bermain balok merupakan permainan konstruktif, karena anak membangun sesuatu secara aktif menggunakan bahan atau material yang sudah tersedia dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Miller Dan Boyd Dalam Masnipal (2013:289), berpendapat bahwa kegiatan konstruksional merupakan istilah yang merujuk kepada proses membangun (building), membentuk (forming), dan modifikasi kreatif bangunan struktur yang sudah ada (fashioning) benda tiga dimensi atau rangkaian benda-benda. Menurut Hurlock (1999), bermain konstruktif adalah bermain dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu. Menurut khadijah (2013:120) berpendapat bahwa konstruktivisme dikembangkan berdasarkan pandangan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengalamannya sendiri.

Beberapa ahli berpendapat dalam masnipal (2013:294), bahwa bermain balok memberikan banyak manfaat yang luas bagi perkembangan anak, baik fisik dan koordinasi otot, emosi, sosial, ekspresi kreatif dan perkembangan indra, dan belajar konsep bentuk, ukuran, nilai jumlah. Balok dapat membantu anak mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Anak dapat belajar ciri- ciri benda tersebut, misalnya balok dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bentuk bangun, belajar klasifikasi dan mengembangkan imajinasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa balok adalah salah satu permainan konstruktif yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan khususnya perkembangan kognitif,

(5)

dan dalam permainan balok ini anak menggunakan bahan atau material yang sudah tersedia dengan pengetahuan dan pengalamannnya sendiri.

Menurut Nurjatmika (2012:29) manfaat dari bermain balok adalah:

1) Meningkatkan konsep dasar matematika. Dalam bermain susun balok, bisa ditemukan beragam konsep, seperti warna, bentuk,ukuran dan keseimbangan.

2) Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak.

3) Melatih kesabaran.

4) Mengembangkan keterampilan bahasa anak, karena ia memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa.

5) Meransang kreatifitas anak.

6) Secara sosial, anak bisa belajar berbagi.

7) Mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Ketika anak bermain susun balok dan bisa membuat bangunan, tentu ia meras puas dan gembira. Pencapaian ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuannya.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas serta meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok A melalui bermain balok. Gambaran desain penelitian seperti bagan dibawah ini: (Arikunto, 2008:97)

Gambar. 1. Model Kemmis Dan Mc. Taggart (Arikunto, 2008 : 97)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus I dan siklus II, dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Subjek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21 Medan Denai yang terdiri dari 13 anak yaitu 6 putri dan 7 putra. Objek penelitian ini adalah bermain balok untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini.

(6)

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kisi-kisi pedoman observasi perkembangan kognitif anak. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kognitif Anak Selama Siklus I

No. Skor Jumlah Anak Persen Keterangan

1. 16 – 20 2 15,4 % Sangat baik

2. 11 – 15 3 23,0 % Baik

3. 6 – 10 6 46,1 % Cukup baik

4. 1 – 5 2 15,4 % Kurang

Jumlah 13 100 %

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I di atas selama lima kali pertemuan, peneliti melihat bahwa kemampuan kognitif anak dalam bermain balok masih tergolong kurang baik. Lebih jelasnya kemampuan kognitif anak dalam bermain balok hingga pertemuan kelima pada siklus I dapat digambarkan pada diagram batang dibawah ini :

Gambar. 2.

Presentase Kemampuan Kognitif Pada Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dapat dilihat bahwa bermain balok belum secara optimal dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan, menyebutkan, mengurutkan, membilang dan membedakan benda berdasarkan ukuran, warna dan bentuknya. Dimana hingga pertemuan kelima siklus I kemampuan kognitif anak dalam bermain balok masih tergolong rendah dan belum mengalami peningkatan yang diharapakan. Anak masih merasa asing dengan benda tersebut, sehingga perlu banyak bimbingan dan arahan dalam mengerjakan tugas.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat dari tabel dan diagram berikut : 0

10 20 30 40 50

kurang baikcukup baik baik sangat baik

Siklus 1

Siklus 1

(7)

Tabel.2. Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Kognitif Anak Selama Siklus II

No. Skor Jumlah Anak % Keterangan

1. 16 - 20 10 77 Sangat baik

2. 11 - 15 3 23 Baik

3. 6 - 10 - - Cukup baik

4. 1 - 5 - - Kurang

Jumlah 13 100

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II selama lima kali pertemuan, peneliti melihat bahwa perkembangan kognitif anak dalam bermain balok sudah meningkat. Anak yang tadinya hanya mampu mengenal warna, bentuk dan ukuran, sekarang sudah mampu mengelompokkan, menyebutkan, mengurutkan, membilang dan membedakan benda berdasarkan ukuran, warna dan bentuk dengan tepat dan benar. Lebih jelasnya peningkatan kemampuan kognitif anak dalam bermain balok pada siklus II dapat digambarkan pada diagram batang di bawah ini :

Gambar. 3.

Presentase Kemampuan Kognitif Pada Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di atas pada siklus II terlihat bahwa kemampuan kognitif anak dalam bermain balok sudah meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari beberapa anak yang sudah memahami warna, bentuk dan ukuran pada balok, karena anak sudah dapat mengelompokkan, menyebutkan, mengurutkan, membilang dan membedakan benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran.

Berikut adalah hasil keseluruhan pengamatan perkembangan kognitif anak dalam bermain balok pada siklus I dan II yaitu :

0 10 20 30 40 50 60 70 80

kurang baik cukup baik baik sangat baik

Siklus 2

(8)

Gambar. 4.

Presentase Penilaian Kemampuan Kognitif Pada Siklus I dan II

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hingga siklus II, menunjukkan adanya peningkatan perkembangan kognitif anak dalam bermain balok. Adapun temuan yang diperoleh dalam bermain balok, antara lain :

1. Melalui bermain balok dapat menciptakan suasana belajar yang dapat menyenangkan bagi anak.

2. Melalui bermain balok dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hal ini terlihat dari meningkatnya persentase indikator perkembangan kognitif anak seperti mengelompokkan, menyebutkan, mengurutkan, membilang dan membedakan benda berdasarkan ukuran, warna dan bentuknya.

3. Perkembangan kognitif anak dapat meningkat melalui bermain balok karena anak dalam bermain balok anak belajar untuk menyusun balok sesuai dengan imajinasinya. Sebagai contoh ketika guru mengenalkan balok pada anak, guru meminta anak menyebutkan warna, ukuran dan bentuk apa yang ada pada balok, sehingga anak paham tentang konsep warna , bentuk dan ukuran yang ada pada balok.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil observasi terhadap penelitian tindakan yang telah dilakukan selama 2 siklus diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kegiatan yang menyenangkan, menarik dan dilakukan secara langsung dilakukan oleh anak, memudahkan anak untuk memahami pembelajaran dan bermanfaat besar bagi perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif anak kearah yang positif untuk masa depan anak di masa yang akan datang.

2. Bermain balok dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21 Medan Denai.

Berdasarkan simpulan tersebut disarankan kepada guru hendaknya menggunakan bermain 0

10 20 30 40 50 60 70 80

kurang baik cukup baik baik sangat baik

Siklus 1 Siklus 2

(9)

balok dalam kegiatan bermain agar perkembangan kognitif anak agar dapat berkembang secara maksimal, dan kepada pihak sekolah sebaiknya menyediakan alat permainan yang dibutuhkan dalam bermain balok yaitu balok dengan berbagai bentuk, ukuran, warna dan bentuk.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2008.Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga Khadizah. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Medan : Ciptapustaka Media

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani.

Yamin, Martinis dan Sanan Jamilah Sabri. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usi Dini. Jakarta : Gaung Persada (GP).

Yuliani, Nurani. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kognitif Anak Selama Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan mengajar yang dilakukan pada praktik kali ini berjalan dengan lancar. Suasana kelas sedikit ramai karena anak-anak banyak bermain dan mengobrol dengan

Karya tulis ilmiah pelaksanaan terapi latihan pada kasus paska operasi arthrodesis pada lutut kanan o.k tuberkulosis tulang ini dimaksudkan untuk

Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat

Gambar (c) merupakan hasil hidrolisis dengan kombinasi perlakuan konsentrasi asam yang lebih tinggi (0.5 M), waktu kontak lebih lama (total waktu 5`), dan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya perbedaan prestasi belajar matematika antara mahasiswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik

Dari faktor-faktor ekstrinsik tersebut, peneliti tertarik dengan persepsi konsumen pada Country Of Origin yang menjadi pertimbangan konsumen terhadap minat beli mereka

[r]

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan, yang merupakan hasil