• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT DAN KAJIAN TREND VOLUME EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA (Periode Tahun )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT DAN KAJIAN TREND VOLUME EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA (Periode Tahun )"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT DAN KAJIAN TREND VOLUME

EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA (Periode Tahun 1999-2011)

SKRIPSI

DINDA PUTI DENANTICA H34080059

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(2)

ii  RINGKASAN

DINDA PUTI DENANTICA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut dan Kajian Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China (Periode Tahun 1999-2011). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta memiliki lebih dari 17.508 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari luas laut sekitar 3,1 juta km2 dan 2,7 juta km2 merupakan wilayah zona ekonomi eksklusif.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak potensi pengembangan di sektor kelautan dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia. Salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan sampai dengan saat ini yaitu rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Rumput laut tersebut memiliki nilai yang tinggi untuk diekspor ke berbagai negara. Salah satu negara tujuan ekspor terbesar rumput laut Indonesia adalah negara China.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor rumput laut Indonesia serta mengidentifikasi dan mengkaji perkembangan dan proyeksi (forecasting) trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Variabel-variabel penduga diantaranya harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China, nilai tukar riil, produksi rumput laut nasional, dummy revitalisasi, volume ekspor rumput laut Indonesia dan GDP China. Metode yang digunakan yaitu Ordinary Least Square (OLS) dan regresi komponen utama diolah menggunakan program Ms. Excel dan Minitab 14. Data- data yang digunakan bersumber dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), BPS, UN Comtrade, internet serta Buku Statistika Hasil Ekspor Perikanan.

Periode tahun yang digunakan yaitu dari tahun 1999-2011.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan Ordinary Least Square (OLS) diperoleh hasil estimasi bahwa keenam variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China.

Adapun variabel yang berpengaruh positif terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China diantaranya produksi, dummy revitalisasi, volume ekspor rumput laut Indonesia dan GDP China. Sementara itu, variabel yang memiliki pengaruh negatif terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China yaitu harga ekspor dan nilai tukar riil. Sedangkan analisis trend yang digunakan dalam meramalkan (forecasting) volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China mengalami kenaikan untuk lima tahun mendatang.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil estimasi yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel penduga memiliki keterkaitan dengan teori-teori ekonomi yang berlaku dan dicantumkan di dalam skripsi ini. Keenam variabel penduga (harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China, nilai tukar riil, produksi rumput laut nasional, dummy revitalisasi, volume ekspor rumput laut Indonesia dan GDP China) signifikan terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. Adapun variabel yang memiliki pengaruh positif diantaranya produksi rumput laut nasional, dummy revitalisasi, volume ekspor rumput laut Indonesia dan GDP China. Sedangkan variabel yang memiliki pengaruh negatif  

(3)

adalah harga ekspor rumput laut Indonesia ke China dan nilai tukar riil.

Disamping itu, perkembangan (trend) yang terjadi menggambarkan kecenderungan yang positif (kenaikan) terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China untuk lima tahun mendatang.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT DAN KAJIAN TREND VOLUME

EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA (Periode Tahun 1999-2011)

DINDA PUTI DENANTICA H34080059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

 

(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut dan Kajian Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China.

Nama : Dinda Puti Denantica

NRP : H34080059

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002

 

(6)

vi  Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut dan Kajian Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China.

Nama : Dinda Puti Denantica

NRP : H34080059

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002

Menyetujui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

 

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut dan Kajian Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China” adalah benar-benar karya sendiri dan belum pernah digunakan untuk skripsi atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Dinda Puti Denantica H34080059

(8)

viii  RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 April 1991 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ilham Batubara dan Fifi Rifianui. Penulis memulai pendidikan di TK Al Ghazali Bogor pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pengadilan III Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Bogor dan selesai pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI Perguruan Tinggi Negeri pada Program Sarjana Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis aktif mengikuti organisasi intra kampus yaitu pernah mengikuti beberapa kepanitian di Departemen Agribisnis dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu Masa Pengenalan Departemen dan Fakultas serta kegiatan-kegiatan lainnya.

 

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut dan Kajian Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Negara China (Periode Tahun 1999-2011)” ini dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen , Institut Pertanian Bogor. Penulis selalu berusaha agar skripsi ini disusun sebaik mungkin. Namun demikian, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca sehingga menjadi lebih baik.

Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Juni 2012

Dinda Puti Denantica

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi dan kerjasama dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk mengarahkan, memberi masukan, motivasi untuk terus maju dan berusaha serta dorongan dengan penuh kesabaran.

2. Kedua orang tua tercinta Papa Ilham Batubara dan Mama Fifi Rifiani yang selalu mendukung dengan kasih sayang, doa, bimbingan, nasihat, dukungan dan dana yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Khususnya untuk papaku yang senantiasa selalu bersedia untuk meluangkan waktunya dalam menjelaskan beberapa penjelesan yang relevan terkait skripsi ini. Karya tulis ini adalah persembahan dan wujud terima kasih kepada mama dan papa. I love you always, Mom and Dad

3. Ir. Burhanudin, MM sebagai dosen penguji utama dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

4. Seluruh dosen dan staf kependidikan departemen Agribisnis yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penuli melakukan perkuliahan.

5. Abang dan adik-adik tersayang, Rangga Novandra, Faza Ferio Muhammad dan Ade Rizky Muhammad atas dukungan yang diberikan.

6. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat, doa serta kasih sayang dalam hidup penulis.

7. Yugo Pujonggo tersayang yang telah banyak membantu, memotivasi dan memberikan doa kepada penulis.

(11)

8. Teman-teman sebimbingan skripsi, Samuel C. Nababan, Andi Facino dan Marossimi M. yang selalu kompak, saling membantu dan saling memotivasi agar tetap berjuang serta semangat. Bersama kita bisaa..

9. Sahabat-sahabat Agribisnis 45, Regina Prameisa, Meidina Megan Andriani, Restika Raditia Aulia, Andina Gemah Pertiwi, Tsamaniatul Khusnia, dan lainnya yang selalu mendoakan agar lancar dalam menyelesaikan skripi ini 10. Sahabat-sahabat TPB di asrama Rusunawa, Nengsih, Dewi Ayu Wulandari,

Reffa Pyhtaloka, Anna Fauziah dan lainnya yang senantiasa memberikan pembelajaran yang sangat berharga.

11. Kakak-Kakak Agribisnis 44, Risa Maya Putriwinadi, Ginda Pramana, dan Jihan Kartika Dewi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk sedikit banyak memberikan ilmu dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh civitas Kementrian Kelautan dan Perikanan yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan segala bentuk informasi akurat terkait yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini tidak hanya berguna bagi penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi saja, namun diharapkan dapat memberikan informasi serta edukasi bagi orang yang membacanya. Selain itu, skripsi ini juga dapat dijadikan sebagai referensi penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Bogor, Juni 2012

Dinda Puti Denantica

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Keterkaitan Penelitian Terdahulu ... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14

3.1.1 Teori Perdagangan Internasional ... 14

3.1.2 Teori Penawaran dan Permintaan Ekspor ... 18

3.1.3 Teori Nilai Tukar (Exchange Rate) ... 19

3.1.4 Teori Ekonometrika ... 19

3.1.5 Model Regresi Linier Berganda ... 20

3.1.5.1 Model Regresi Linier Berganda ... 20

3.1.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 22

3.1.6 Trend Analysis ... 23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

3.3 Hipotesis ... 28

IV. METODOLOGI PENELTIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

4.3 Metode Analisis ... 30

4.4 Perumusan Model ... 31

4.5 Definisi Operasional ... 33

4.6 Uji Statistik ... 34

4.6.1 Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 34

4.6.2 Uji t Statistik ... 35

4.6.3 Uji r-squared ... 35

4.7 Uji Ekonometrika ... 35

4.7.1 Uji Normalitas ... 35

4.7.2 Uji Autokorelasi ... 36

4.7.3 Uji Heteroskedastisitas ... 36

(13)

4.7.4 Uji Multikolinearitas ... 36

4.8 Regresi Komponen Utama(Principle Component Analysis) ... 37

4.9 Trend Analysis ... 38

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT INDONESIA 5.1 Sejarah Rumput Laut Indonesia ... 39

5.2 Jenis Komoditi Rumput Laut Indonesia ... 40

5.3 Nilai dan Potensi Rumput Laut Eucheuma cottonii ... 43

5.4 Rantai Pemasaran Rumput Laut ... 43

5.5 Budidaya Rumput Laut Eucheuma spp ... 44

5.6 Program Revitalisasi ... 46

5.7 Kegunaan Rumput Laut ... 47

5.8 Standar Rumput Laut Indonesia ... 48

5.9 Para Pelaku / Lembaga dalam Pemasaran Internasional Produk Perikanan ... 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Regresi dengan OLS ... 50

6.1.1 Uji Ekonometrika ... 50

6.1.2 Hasil Regresi Komponen Utama ... 53

6.1.3 Uji Statistik ... 54

6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia. ... 55

6.2.1 Harga Ekspor Rumput Laut ke China ... 55

6.2.2 NilaiTukar (Exchange Rate) ... 56

6.2.3 Produksi Nasional Rumput Laut Indonesia ... 57

6.2.4 Dummy Revitalisasi ... 57

6.2.5 Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ... 58

6.2.6 GDP ... 58

6.3 Perkembangan Ekspor RumputLaut Indonesia ... 59

6.3.1.Perkembangan Produksi Rumput Laut Nasional ... 59

6.3.2.Trend dan Forecasting Eskpor Rumput Laut Indonesia ke Dunia ... 63

6.3.3. Trend dan Forecasting Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China ... 64

6.3.4. Trend dan Forecasting Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China ... 68

6.3.5. Trend dan Forecasting Nilai Tukar (Exchange Rate) ... 70

6.3.6. Trend dan Forecasting GDP Negara China ... 71

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 73

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 76

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luasan Lautan Indonesia... 1

2. Produksi Rumput Laut Nasional ... 3

3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia, 2001 – 2005 ... 4

4. Trend Pertumbuhan dan Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Berdasarkan Negara Tujuan Utama, 2004-2008 ... 5

5. Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama, 2004-2008 ... 6

6. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 30

7. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 36

8. Pemanfaatan Rumput Laut Indonesia ... 48

9. Standar Nasional Rumput Laut Indonesia ... 49

10. Hasil Regresi OLS ... 51

11. Regresi Komponen Utama ... 54

12. Hasil Uji-t Statistika ... 55

13. Proyeksi Trend Produksi Rumput Laut Indonesia Tahun 2012-2016 ... 61

14. Proyeksi Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Dunia Tahun 2012-2016 ... 64

15. Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Negara China ... 66

16. Proyeksi Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Tahun 2012-2016 ... 68

17. Proyeksi Trend Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Tahun 2012-2016 ... 70

18. Proyeksi Trend Nilai Tukar (Exchange Rate) Tahun 2012-2016 ... 71

19. Proyeksi Trend GDP Negara China Tahun 2012-2016 ... 72

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Perdagangan Internasional ... 17

2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

3. Rantai Pemasaran Rumput Laut Kering Indonesia ... 44

4. Standar Nasional Proses Produksi Eucheuma cottonii ... 46

5. Trend dan Proyeksi Produksi Rumput Laut Indonesia ... 60

6. Produksi Rumput Laut di Propinsi Penghasil Utama Tahun 2010 ... 62

7. Trend dan Proyeksi Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Dunia ... 63

8. Trend dan Proyeksi Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China ... 67

9. Trend dan Proyeksi Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China ... 69

10. Trend dan Proyeksi Nilai Tukar (Exchange Rate) ... 70

11. Trend dan Proyeksi GDP Negara China ... 72

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Correlations : Y, LnX1, LnX2, LnX3, X4, LnX5, LnX6 ... 78

2. Regression Analysis : Y versus LnX1, LnX2, LnX3, X4, LnX5, LnX6 ... 79

3. Asumsi Regresi Linier Berganda ... 80

4. Regresi Komponen Utama ... 82

5. Transformasi ... 84

6. Standarisasi data ... 85

7. Uji t ... 86

8. Trend Analysis ... 87

9. Analisis Trend Produksi ... 88

10. Trend Analysis Volume Ekspor ke China ... 89

11. Trend Analysis Volume Ekspor ke Dunia ... 90

12. Trend Analysis Harga Ekspor... 91

13. Trend Analysis Nilai Tukar (Exchange Rate) ... 92

14. Trend Analysis GDP ... 93  

(17)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas terdiri dari luas laut teritorial 284.210,9 km2, wilayah zona ekonomi eksklusif sebesar 2.981.211 km2 serta luas laut 12 mil sekitar 279.322 km2. Negara kepulauan Indonesia yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia serta berada di antara dua yaitu Samudra Pasifik dan Hindia memiliki banyak potensi unggulan yang sangat strategis ditinjau dari berbagai sudut kepentingan. Disamping itu, Indonesia yang dikenal juga sebagai negara perairan atau maritim, jika dilihat dari sisi wilayah yang begitu luas sangatlah potensial untuk menggali sumberdaya perairan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak potensi pengembangan di sektor kelautan. Oleh sebab itu, wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia.

Tabel 1. Luas Lautan Indonesia

No. Rincian - Item Nilai - Value

1 2

3 4 5

6 7 8

Luas Daratan Indonesia - Total Indonesia's Waters Luas Lautan Indonesia – Total Indonesia’s Waters a. Luas Laut Teritorial

b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. Luas Laut 12 Mil

Panjang Garis Pantai Indonesia – Coast Line of Indonesia

Jumlah Pulau – Number of Island

Pulau yang Telah Diverifikasi – The Verification Island

a. Pulau Berpenduduk – Citizen

b. Pulau Tidak Berpenduduk – Uncitizen

Jumlah Pulau yang Sudah Didaftarkan ke PBB – Number of United Nations Listed Island

Jumlah Kabupaten/Kota – Number of Regency/City Jumlah Kabupaten/Kota Pesisir – Number of Coastal Regency/City

1.910.931,32 Km2 (Kemendagri, Mei 2010)

281.210,90 Km2 2.981.211,00 Km2

279.322,00 Km2 (UNCLOS 1982)

104.000,00 Km (Bakosurtanal, 2006)

17.504 pulau 1) (Kemendagri, 2008)

13.466 pulau 1.659 pulau 11.807 pulau

4.981 pulau 497 kab/kota

324 kab

(Kemendagri, Mei 2010)

1); 24 Pulau tenggelam pada tahun 2005-2007 – 24 Islands were sink at 2005-2007 Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2010 

(18)

Salah satu bidang budidaya perairan (aquaculture) yang berkembang dewasa ini adalah budidaya rumput laut (seaweed  culture) terutama budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Indonesia memiliki potensi areal budidaya rumput laut seluas 1,2 juta Ha, dengan potensi produksi rumput laut kering rata- rata 16 ton per Ha. Apabila seluruh lahan bisa dimanfaatkan maka akan dapat dicapai 17.774.400 ton per tahun dengan harga Rp.4,5 juta per ton. Dengan kisaran jumlah produksi dan tingkat harga tersebut maka akan diperoleh nilai Rp.79,984 triliun (BEI News Maret-April 2005).

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan hasil perikanan.

Komoditas ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena permintaan pasarnya semakin meningkat. Terdapat enam jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia diantaranya adalah Gracillaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargassum, dan Turbinaria. Sedangkan jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah Eucheuma sp. dan Gracillaria sp. Di samping karena potensial dibudidayakan pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, komoditas ini juga memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi dikarenakan sebagian besar produksi rumput laut diekspor dalam bentuk gelondongan kering. Oleh sebab itu, terlihat bahwa masih terbuka lebar peluang usaha budidaya dan investasi pemrosesan rumput laut. Peluang usaha tersebut semakin besar sejalan dengan perkembangan permintaan rumput laut dunia yang meningkat rata-rata 5- 10 persen per tahun. Dewasa ini, permintaan rumput laut yang ditujukan kepada eksportir Indonesia diindikasikan sudah mencapai 48.000 ton rumput laut kering per tahun (World Bank Report 2006).

Disamping itu, rumput luat menjadi salah satu komoditas utama perikanan yang mendapatkan program revitalisasi. Hal tersebut dikarenakan komoditas rumput laut memiliki peluang ekspor yang terbuka luas sehingga dapat dijadikan salah satu sumber devisa yang berasal dari ekspor hasil perikanan. Selain itu, beberapa keunggulan lain yang dimiliki komoditas ini diantaranya harga yang relatif stabil, belum adanya kuota perdagangan bagi rumput laut, teknologi pembudidaya yang digunakan masih sangat sederhana sehingga mudah untuk dikuasai, siklus pembudidaya yang relatif singkat sehingga perputaran keuntungan terjadi dengan cepat, kebutuhan modal relatif kecil, termasuk komoditas yang

(19)

tidak tergantikan karena tidak memiliki produk sintesisnya dan tergolong usaha padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja (Departemen Kelautan dan Perikanan 2008).

Produksi rumput laut Indonesia yang tumbuh di daerah tropis merupakan produksi terbesar di dunia. Kontribusi Indonesia dalam bahan baku juga telah diakui internasional. Hal tersebut karena Indonesia memiliki wilayah potensial penghasil budidaya dan produksi rumput laut jenis Eucheuma sp. dan Gracillaria sp. Sejak tahun 2005, Indonesia telah menjadi penghasil rumput laut terbesar dengan jumlah produksi rumput laut basah setiap tahun yang terus meningkat.

Berdasarkan Data Statistik Perikanan Budidaya, pada tahun 2007 sampai dengan 2008 terjadi peningkatan sebesar 24 persen sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 32,8 persen. Tiga daerah penghasil rumput laut terbesar adalah Sulawesi Selatan dengan total produksi rumput laut basah sebesar 774.026 ton, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 713.562 ton dan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan total produksi sebesar 498.422 ton (Statistika Perikanan Budidaya 2009).

Tabel 2. Produksi Rumput Laut Nasional

Produksi (Ton)

Tahun E.Cottonii Gracilaria Total Basah Total Kering

Perkembangan (%)

2001 212.478 - 212.478 21.247 -

2002 223.080 - 223.080 22.308 4,99

2003 231.927 - 231.927 23.192 3,96

2004 397.964 44.253 410.570 41.057 77,03 2005 866.383 33.321 910.636 91.063 121,80 2006 1.341.141 242.821 1.374.462 137.446 50,93 2007 1.485.654 242.281 1.728.475 172.847 25,76 2008 1.937.591 207.470 2.145.061 214.506 24,10 2009 2.791.688 171.868 2.936.556 296.355 38,16 2010 3.399.436 515.581 3.915.556 391.501 32,10 2011 3.497.920 664.812 4.162.732 416.272 6,33 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012 (diolah)

Saat ini, Indonesia sebagai negara penghasil rumput laut terbesar di dunia.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 bahwa jumlah produksi rumput laut Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Produksi rumput laut kering E.Cottonii merupakan produksi rumput laut unggulan sebagai komoditas ekspor

(20)

hasil perikanan. Pada tahun 2002, Indonesia mampu memproduksi rumput laut kering jenis E.Cottonii sebesar 4,99 persen. Pada tahun 2005, terjadi peningkatan produksi rumput laut kering Indonesia menjadi 121,80 persen. Terlihat bahwa perkembangan produksi rumput laut kering E.Cottonii mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Dewasa ini, komoditas rumput laut jenis E.Cottonii juga menjadi kebutuhan di pasar global. Besarnya peluang sumberdaya perikanan ini sangat berpotensi untuk dimanfaatkan serta dikembangkan untuk ekspor. Hal tersebut dikarenakan permintaan rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh permintaan dari para pengguna rumput laut tersebut, diantaranya industri-industri makanan, obat-obatan dan bahan polimer.

Perkembangan ekspor rumput laut menurut jumlah dan nilainya dapat disajikan seperti berikut ini (Anang Nugroho 2006).

Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia, 2001 – 2005 Tahun

Volume Nilai Harga

(US$/Kg) Jumlah

(ton)

Perkembangan (%)

Jumlah (US$ 1000)

Perkembangan (%)

2001 27.874 - 17,230 - 0,618139

2002 28.560 2,46 15,785 -8,39 0,552696

2003 40.162 40,62 20,511 29,94 0,510707

2004 51.011 27,01 25,296 23,33 0,495893

2005 63.020 23,54 39,970 58,01 0,634243

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI, 2006

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa dalam kurun waktu empat tahun perkembangan volume ekspor yang terjadi yaitu 27.874 ton pada tahun 2001 menjadi 63.020 ton pada tahun 2005 atau rata-rata 25,21 persen per tahun. Dari tabel tersebut diketahui pula bahwa selama empat tahun rata-rata perkembangan nilai ekspor yang dicapai sebesar $22,749,000 dari 15,785,000 US$ menjadi 39,970,000 US$ atau rata-rata 26,39 persen. Perkembangan volume dan nilai ekspor rumput laut yang demikian tinggi mencerminkan adanya peluang besar di pasar internasional. Meningkatnya ekspor rumput laut Indonesia secara total yang terjadi setiap tahun hampir diseluruh negara tujuan ekspor. Pertumbuhan serta perkembangan volume ekspor rumput laut Indonesia ditunjukkan pada tabel berikut.

(21)

Tabel 4. Trend Pertumbuhan dan Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Berdasarkan Negara Tujuan Utama, 2004-2008

No. Negara 2004 2005 2006 2007 2008 Kenaikan rata-rata

(%)

TOTAL (kg) 51.010.828 69.264.256 95.588.055 94.073.398 99.948.576 19,61 1 China 13.784.961 24.926.415 35.834.441 23.318.145 43.620.103 44,18 2 Filipina 5.301.542 8.060.284 11.145.030 10.878.315 17.908.449 38,13 3 Vietnam 81.861 364.949 4.135.009 10.140.303 8.252.129 376,37 4 Hongkong 9.214.038 8.384.605 15.673.859 20.890.153 7.070.165 11,26 5 Korea

Selatan 1.152.000 5.142.814 3.842.918 5.421.272 5.613.115 91,44 6 Perancis 1.574.550 2.918.973 603.8 2.191.839 3.182.022 78,56 7 Chilli 2.360.842 1.696.737 2.841.939 3.498.999 2.323.091 7,22 8 Denmark 6.294.242 3.754.053 2.125.044 2.098.109 1.868.980 -23,98 9 USA 1.749.844 1.064.750 5.750.878 2.453.907 1.512.607 76,32 10 U.

Kingdom

395.469 831.636 848.179 670.5 1.305.900 46,52 11 Spain 4.716.190 4.735.984 4.430.991 4.492.961 1.269.254 -19,09 12 Brazilia 917 1.542.899 1.258.884 1.600.000 1.200.000 12,99 13 Malaysia 320.628 142.71 1.235.295 1.091.045 1.167.990 176,37 14 Lainnya 3.147.661 5.697.447 5.861.788 5.327.850 3.654.771 10,84 Sumber: Statistika Ekspor Hasil Perikanan, Ditjenkan Budidaya, 2008 (diolah)

Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa volume ekspor rumput laut Indonesia mengalami kenaikan secara total. Dari ke-13 negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia terlihat bahwa volume ekspor ke negara Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Perancis dan USA mengalami lonjakan yang sangat tinggi. Kenaikan rata-rata dari masing-masing negara per tahunnya adalah 376,37 persen, 176,37 persen, 91,44 persen, 78,56 persen dan 76,32 persen. Namun demikian, selama tahun 2008 aktivitas volume ekspor rumput laut dari Indonesia terbanyak diterima oleh negara China yang mencapai 43,64 persen atau 43.620 ton. Sedangkan posisi Filipina mencapai 17,91 persen atau 17.908 ton dan ketiga negara Vietnam yang mencapai 8,25 persen atau 8.252 ton serta ke empat negara Hongkong yang mencapai 7,05 persen atau 7.070 ton. Negara lainnya hanya mencapai di bawah enam persen1.

      

1  Surono A et al. 2009. Profil Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Direktorat Produksi. Departemen Kelautan dan Perikanan. Hlm 134

 

(22)

Disamping itu, komoditas rumput laut juga merupakan salah satu sumber devisa bagi negara Indonesia. Perkembangan perolehan devisa bagi negara Indonesia dari berbagai negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia secara total terus mengalami peningkatan.

Tabel 5. Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama, 2004-2008

No. Negara 2004 2005 2006 2007 2008 Kenaikan rata-rata (%/Tahun) TOTAL (USD) 25.296.399 35.555.019 49.586.226 57.522.350 110.153.291 46,88 1 China 4.009.975 7.613.157 12.875.745 11.179.508 35.232.665 90,24 2 Filipina 3.369.852 4.292.043 6.051.665 7.079.870 27.896.221 94,84 3 Korea

Selatan 609.8 2.929.958 2.281.217 3.403.714 7.576.668 132,54 4 UK 451.285 1.851.393 2.416.430 2.025.140 6.207.770 132,78 5 Chilli 674.362 659.324 1.444.778 2.228.655 5.262.347 76,82 6 Vietnam 486.489 190.593 1.402.831 3.182.134 3.475.359 177,82 7 Perancis 296.72 804.806 549.1 1.243.178 2.980.345 101,40 8 Jepang 1.945.127 2.304.881 3.617.251 4.089.730 2.946.034 15,13 9 USA 1.397.127 1.296.057 3.843.031 3.016.979 2.562.763 38,17 10 Belgia 350.15 385.665 819.6 475.68 2.437.080 123,26 11 Hongkong 2.659.315 2.260.763 4.606.241 8.037.027 2.017.549 22,09 12 Jerman 505.05 1.140.947 811.71 905.222 1.951.195 56,03 13 Singapura 147.014 833.526 664.469 1.899.105 1.843.972 157,40 14 Lainnya 8.393.397 8.991.906 8.202.158 8.756.408 7.763.323 -1,56 Sumber: Statistika Hasil Ekspor Perikanan Budidaya, 2008 (diolah)

Tabel 5 menunjukkan telah terjadi peningkatan secara total terhadap nilai ekspor (USD) rumput laut kering Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir. Kenaikan rata-rata per tahun dari lima negara penyumbang terbesar perolehan devisa bagi negara Indonesia berasal dari negara Vietnam, Singapura, United Kingdom (UK), Korea Selatan dan Belgia. Masing-masing negara mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 177,82 persen, 157,40 persen, 132,78 persen, 132,54 persen dan 123,26 persen.

Namun demikian, selama tahun 2008 negara terbesar yang memberikan kontribusi terhadap perolehan devisa bagi Indonesia adalah negara China.

Berdasarkan nilai ekspor rumput laut kering, Indonesia memperoleh sebesar USD 35,23 juta atau 31,98 persen dari negara China. Kemudian disusul oleh negara Filipina hingga mencapai USD 27,89 juta atau 25,32 persen. Selanjutnya negara

(23)

Korea Selatan dan United Kingdom (UK) dengan perolehan nilai USD 7,57 juta atau 6,87 persen dan USD 5,26 juta atau 4,77 persen2.

Melihat luasnya kawasan laut Indonesia yang dapat ditanami komoditas rumput laut merupakan salah satu upaya dalam pengembangan sub sektor budidaya dan produksi perikanan. Disamping itu, berdasarkan data-data aktual yang ada, perkembangan ekspor rumput yang terjadi dalam kurun waktu terakhir ini merupakan salah satu kondisi yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang yang berpotensi untuk meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia. Hingga akhir tahun 2011, ekspor rumput laut Indonesia meningkat menjadi 160.948 ton dengan permintaan terhadap penawaran volume ekspor terbesar berasal dari negara China sebesar 101.231.000 kg. Dengan didukung berdasarkan data tersebut, dapat menunjukkan bahwa negara China merupakan negara terbesar pengimpor rumput laut kering dunia. Oleh sebab itu, hal tersebut perlu digali lebih dalam sehingga eksistensi dari komoditas rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan kegiatan ekonomi.

      

2 Ibid, Hlm 135

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang sejak sepuluh tahun terakhir ini marak dibudidayakan masyarakat pesisir pantai. Dimulai dari pesisir pantai Sulawesi Selatan hingga sekarang hampir di setiap kepulauan di Indonesia sudah membudidayakannya. Hal tersebut dikarenakan sektor komoditas sumberdaya perikanan ini terus mengalami peningkatan pemanfaatannya. Selain karena nilai manfaat yang besar untuk berbagai industri, pembudidayanya yang mudah dan cepat juga menjadikan rumput laut menjadi komoditas primadona.

Berdasarkan FAO dalam (Rajagukguk 2009), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam hal produksi rumput laut di dunia pada tahun 2006. Tahun 2010, Indonesia telah memenuhi target yang ditetapkannya untuk menjadi peringkat pertama dalam pengadaan rumput laut kering di dunia.

Sebagai pemasok utama rumput laut kering jenis unggulan Eucheuma cottonii, Indonesia mampu mengekspor sekitar 80 persen hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dunia. Salah satu negara tujuan ekspor terbesar adalah negara China. Hingga saat ini, sekitar 58 persen rumput laut kering Indonesia diserap oleh pasar ekspor khususnya pasar China. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang dan potensi yang sangat besar dalam pemanfaatan rumput laut Indonesia.

Dengan meningkatnya ekspor rumput laut Indonesia serta didukung adanya isu-isu yang menglobal mengenai ekspor komoditas unggulan saat ini, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor rumput laut kering Indonesia ke negara China?

2. Bagaimana perkembangan dan proyeksi trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China.

2. Mengkaji dan merumuskan proyeksi trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China lima tahun mendatang.

(25)

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan, mengembangkan, mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajar, serta menjadi sarana informasi dan edukasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang dan dapat menambah perbendaharaan pustaka di bidang internasional (ekspor).

3. Bagi pemerintah dan asosiasi atau lembaga perdagangan internasional rumput laut khususnya negara China sebagai pembuat keputusan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor rumput laut.

4. Bagi akademisi, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi atau rujukan untuk menganalisis masalah yang sama.

1.5. Ruang Lingkup

Kajian dari penelitian ini memfokuskan pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia dengan kode HS 121220100 tanpa mengikutsertakan hasil olahan ataupun produk olahan yang lebih spesifik seperti agar-agar, alginat, carrageenan (karaginan), pupuk, makanan ternak, yodium dan lainnya. Negara tujuan ekspor rumput laut kering Indonesia yang digunakan pada penelitian ini adalah negara China. Disamping itu, ketersediaan data akurat yang telah didokumentasikan oleh BPS, Dinas Kementrian Kelautan dan Perikanan, UN Comtrade, Buku Statistika Hasil Ekspor Perikanan serta pihak lain yang terkait sebagai sumber informasi sehingga mencapai data yang up to date yaitu sampai dengan akhir tahun 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Adapun variabel-variabel yang digunakan diantaranya jumlah produksi rumput laut Indonesia, nilai tukar riil, harga ekspor rumput laut ke China, dummy revitalisasi,

(26)

10  volume ekspor rumput laut Indonesia, dan GDP China. Selain itu, penelitan ini juga bertujuan untuk merumuskan serta mengkaji kondisi perkembangan dan proyeksi (forecasting) trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China dengan menggunakan alat analisis trend. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan runtun waktu tahun (time series) 1999-2011.

(27)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Risman (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eskpor Rumput Laut Indonesia. Penelitiannya menggunakan data sekunder berupa data time series periode tahun 1986-2005 dengan negara tujuan Hongkong dan Jepang, sedangkan Denmark dari tahun 1989-2005. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan data yang dialami oleh peneliti. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan model regresi berganda dengan persamaan tunggal dengan program Minitab dan metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor rumput laut Indonesia berbeda-beda untuk setiap negara tujuan. Namun secara garis besar, hal-hal yang dapat mempengaruhi ekspor terhadap rumput laut Indonesia dapat dipengaruhi oleh dua peubah yaitu peubah bebas dan peubah terikat. Untuk negara tujuan Hongkong, variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga riil ekpor rumput laut. Sedangkan negara tujuan Jepang tidak ada yang berpengaruh nyata dan untuk negara tujuan Denmark, variabel yang berpengaruh nyata yaitu variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Terdapat empat peubah bebas dan satu peubah terikat diantaranya harga riil ekpor rumput laut Indonesia. Sedangkan untuk metode SWOT, hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat tujuh alternatif strategi yang dari berbagai faktor eksternal dan internal.

Yuliastuti (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Aliran Perdagangan Ekspor Rumput Laut Indonesia Periode 1999-2008. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data gabungan times series dan cross section (Pooled data) atau panel data. Pegolahan data dilakukan dengan menggunakan metode panel data yang diolah menggunakan program Eviews 5.1 dan Miocrosoft Excel 2007 serta gravity model. Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif untuk menjelaskan antar variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor- faktor yang berpangaruh nyata terhadap aliran perdagangan ekspor rumput laut Indonesia diantaranya harga komoditi rumput laut Indonesia di negara tujuan,

(28)

12  populasi penduduk negara importir, GDP riil negara pengimpor. Sedangkan faktor yang paling mempengaruhi positif yaitu populasi penduduk negara tujuan ekspor dan yang berpengaruh negatif yaitu jarak ekonomi Indonesia dan negara tujuan ekspor.

Selain itu, Rajagukguk (2009) juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari DKP, FAO, UN Comtrade, FED, Departemen Perdagangan RI, BPS serta lembaga lain yang terkait. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi diantaranya volume ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor, harga ekspor rumput laut Indonesia, nilai tukar, GDP, serta produksi nasional rumput laut Indonesia. Peneliti menganalisis dengan menggunakan regresi data panel dengan metode Fixed effect. Pada model yang dihasilkan, variabel yang berpengaruh nyata diantaranya volume ekspor ke negara tujuan, nilai tukar, GDP. Sedangkan harga eskpor dan produksi rumput laut Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik.

Namun demikian, Andayani (2011) juga meneliti penelitian terkait perdagangan internasional rumput laut dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China. Penelitian yang dilakukan juga serupa dengan Risman (2007), Yuliastuti (2010) dan Rajagukguk (2009) yaitu dengan menggunakan data sekunder time series periode tahun 1993-2010. Jenis dan sumber data diperoleh dari BPS, Kementrian Kelautan dan Perikanan, UN Comtrade, Kementrian Perdagangan, jurnal serta literatur pendukung lainnya. Penelitian ini diolah menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Principal Component Analysis (Regresi Komponen Utama) dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan Minitabs 14. Adapun variabel-variabel yang diduga berpengaruh diantaranya produksi, harga ekspor rumput laut, kurs riil, lag ekspor, dummy revitalisasi dan dummy krisis. Pada model yang dihasilkan semua variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap penawaran ekspor rumput laut Indonesia ke China. Adapun variabel yang memiliki pengaruh positif diantaranya produksi, harga ekspor, lag ekspor, dummy krisis dan dummy revitalisasi. Sedangkan variabel kurs riil memiliki pengaruh negatif.

(29)

2.2. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan merupakan bagian dari acuan yang dapat digunakan sebagai pengembangan, penambahan, pelengkap dari kemajuan penelitian sebelumnya. Dewasa ini, rumput laut kering Indonesia merupakan komoditas unggulan dalam ekspor hasil perikanan ke negara China.

Komoditas ini mampu berkontribusi dalam pemerolehan devisa bagi negara Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan serta menganalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China dengan menguji kembali variabel-variabel yang telah ada serta menambahkan variabel terkait tertentu untuk menyempurnakan dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Disamping itu, pada penelitian ini juga diidentifikasi mengenai perkembangan serta memproyeksikan trend ekspor rumput laut Indonesia baik ke seluruh negara maupun terhadap negara pengimpor terbesar yaitu negara China.

Proyeksi trend yang dilakukan yaitu untuk lima tahun mendatang. Pemaparan dan kajian ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat analisis trend untuk dapat mengetahui kecenderungan kenaikan atau penurunan proyeksi trend untuk lima tahun mendatang. Data yang digunakan berupa data time series dengan jenis data sekunder tahunan. Periode tahun yang digunakan pada penelitian ini yaitu tahun 1999-2011. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan beberapa penelitian terkait sebagai penunjang, serta meyakinkan dan menguatkan terhadap penelitian yang dilakukan peneliti.

(30)

14 

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan dunia telah mengalami ekspansi besar-besaran selama tiga dekade terakhir ini. Perubahan teknologi dan komunikasi, keuangan dunia dan sistem perdagangan yang lebih terbuka kini telah mendorong peningkatan pendapatan negara-negara di berbagai kawasan. Beberapa negara yang telah sukses menggunakan pasar dunia sebagai landasan mereka untuk pembangunan ekonomi sedangkan negara yang lainnya kemajuan ekonominya terhambat karena mengabaikan dukungan perdagangan dan pengaruh dari luar negeri. Dalam dua dekade terakhir ini hampir seluruh negara sepakat bahwa mereka harus mendapatkan keuntungan dari meningkatnya globalisasi sebagai suatu cara untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi domestik secara optimal.

Indonesia memiliki ekonomi yang relatif terbuka. Menurut Fane (1996), Feridhanusetyawan dan Pangestu (2003), liberalisasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1980 dan modernisasi sistem pajak sekitar tahun 1983 dan 1985. Hal ini dilakukan karena Indonesia merupakan anggota dari AFTA (Asian Free Trade Area), APEC ( Asia Pasific Economic Cooperation), dan WTO (World Trade Organization) sehingga perdagangan internasional menjadi sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Disamping itu, Hamdy Hady (2004) juga mengungkapkan bahwa perdagangan internasional menjadi semakin penting karena adanya pengaruh globalisasi ekonomi dunia. Adapun ciri atau karakteristik tersebut diantaranya:

1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang serta transfer teknologi secara internasional.

2. Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan dan industri antarnegara atau perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya kecenderungan integrasi ekonomi regional.

3. Persaingan yang semakin kuat antarnegara ataupun perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas yang optimal.

   

(31)

Menurut Lipsey (1997) perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing akan memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Masing-masing negara mempunyai perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas dan jenis produksinya. Sebagai contoh, suatu negara (A) membutuhkan jenis barang dan jasa tertentu, tetapi barang dan jasa tersebut hanya bisa dihasilkan oleh negara lain (B), atau barang tersebut dapat dihasilkan oleh negara (A), tetapi ongkos produksinya lebih besar jika dibandingkan dengan negara (A) membeli atau mengimpor dari negara lain. Dari perbedaan inilah akan menimbulkan transaksi perdagangan.

Gonarsyah (1997) juga menyatakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara dimana tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan dan adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Keunggulan yang dimiliki komoditi tertentu menunjukkan adanya kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain. Menurut Amir (2003), beberapa faktor yang menyebabkan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu diantaranya adalah faktor alam, faktor biaya produksi dan faktor teknologi. Di samping itu, Sukinto (1993) juga mengungkapkan manfaat dari perdagangan internasional diantaranya dapat memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan serta transfer teknologi modern.

Aktivitas perdagangan internasional (ekspor dan impor barang dan jasa) terjadi jika suatu negara cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negeri relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan

(32)

16  barang yang sama di luar negeri. Sehingga selisih antara penawaran dan permintaan domestik (excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor sedangkan penawaran impor yaitu adanya kelebihan permintaan domesrik di negara pengimpor (excess demand).

Secara teoritis, suatu negara (misal negara 1) akan mengekspor suatu komoditas (komoditas x) ke negara lain (misal negara 2) apabila harga domestik di negara 1 (sebelum terjadi perdagangan) relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara 2. Kurva perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Kondisi awal di negara 1 misalnya berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada P1. Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara 1. Ketika harga berada pada posisi P2, struktur harga yang relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply) di negara 1 yaitu sebesar QA’QA”. Dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif berlimpah, dengan demikian negara 1 mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.

Sebaliknya di negara 2, pada kondisi harga berada di P2, negara ini terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sebesar QB’QB” sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada keadaan ini, negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditas dari negara lain dengan harga yang relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara 1 dan 2, maka terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut.

Supply di pasar internasional akan terjadi jika harga lebih besar dari P1, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P3. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama besarnya dengan besarnya impor komoditas tersebut. Berikut adalah kurva perdagangan internasional pada gambar berikut.

(33)

Px/Py Sx Px/Py S Px/Py Sx

P3 Ekspor A* P3

P2 B E B* E* P2 B’ E’

A A Dx

D Impor

Dx Q Q Q QA’ QA QA” QP1 QB QB QB

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional

(Sumber: Salvatrore 1997)

Berdasarkan gambar di atas, Panel A menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QSx) sama dengan kuantitas yang diminta (QDx) oleh konsumen negara 1 sehingga negara tersebut tidak akan mengekspor komoditinya sama sekali. Oleh sebab itu, muncul titik C*

yang menunjukkan kurva S pada gambar ii (panel B) yang menandakan kurva penawaran ekspor negara 1. Apabila Px bergerak naik ke P2 maka akan terjadi kelebihan penawaran jika dibandingkan dengan permintaannya sebesar BE.

Kuantitas BE merupakan jumlah komoditi yang akan diekspor negara 1 pada tingkat harga P2. BE sama dengan B*E* pada gambar ii (panel B) dimana titik E*

berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negara 1.

Panel C menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P3 maka penawaran dan permintan komoditi X di negara 2 akan sama besarnya (QDx=QSx) sehingga negara tersebut tidak akan mengimpor komoditinya sama sekali dimana titik A*

menunjukkan kurva permintaan impor negara 2 yang terdapat pada gambar ii (panel B). Apabila harga bergerak turun ke P2 maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’. Kelebihan tersebut akan diimpor oleh negara 2. Jumlah B’E’ sama dengan B*E* dimana titik E* berada pada gambar ii.

Panel B menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P2, jumlah impor komoditi X yang diminta negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan

Panel A  Pasar di negara 1  

komoditi X

Panel B 

Hubungan perdagangan  internasional komoditi X 

Panel C  Pasar di negara 2 

komoditi X

P1 C*

(34)

18  oleh negara 1. Kurva tersebut menunjukkan perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan antar dua negara. Apabila Px lebih besar dari P2, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi tersebut akan turun sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Sedangkan jika Px lebih kecil dari P2, jumlah impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan sehingga Px akan naik dan pada akhirnya sama dengan P2. Dengan demikian, P2 merupakan harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung.

3.1.2. Teori Permintaan dan Penawaran Ekspor

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Faktor-faktor yang menentukan diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka suatu barang makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut 3.

Namun demikian, terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan tersebut sehingga terdapat penawaran dari para penjual atau produsen.

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Oleh sebab itu, hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang       

3  Sukirno S. Juli 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta.RajaGrafindo Persada.Hlm75-76

(35)

semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Hukum penawaran mengindikasikan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah 4. Adapun faktor-faktor yang menentukan diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, biaya produksi, tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut serta tingkat teknologi yang digunakan.

3.1.3. Teori Nilai Tukar

Menurut Anindita (2008), nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai nilai dari satu mata uang terhadap mata uang lainnya.

Perusahaan pengekspor menyukai mata uang dengan nilai yang lebih rendah karena membuat produk mereka lebih murah bagi pembeli asing. Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar mata uang ini mempengaruhi kebijakan perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor.

Peningkatan atau penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditi ekspor di pasar internasional sangar ditentukan oleh nilai tukar mata uang suatu negara.

Nilai tukar riil dihitung berdasarkan pada nilai tukar nominal dan Indeks Harga Konsumen (IHK) di kedua negara. Hubungan antara nilai tukar suatu mata uang dengan nilai tukar nominal dan Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.1.4. Teori Ekonometrika

Istilah ekonometrika pertama kali diperkenalkan tahun 1926 oleh seorang pakar ekonomi dan statistika bangsa Norwegia bernama Ragner Frisch. Kata ekonometrika terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yang jika       

4  Ibid, Hlm 85-86

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x (IHK Negara Pengimpor : IHK Negara Pengekspor)

(36)

20  diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi economy dan measure. Kata economy berarti kegiatan manusia untuk mencukupi kebutuhannya melalui usaha pengorbanan sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin untuk mendapatkan tujuan yang seoptimal mungkin, sedangkan kata measure berarti pengukuran. Dengan demikian maka ekonometrika berarti suatu pengukuran atas kegiatan-kegiatan ekonomi.

Teradapat beberapa pakar yang mendefinisikan ekonometrika sebagai berikut:

1. Ekonometrika dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial yang menggunakan alat berupa teori ekonomi, matematika dan statistika infernesia untuk menganalisis kejadian-kejadian ekonomi. (Goldberger 1964)

2. Ekonometrika didefinisikan sebagai analisis kuantitatif dari fenomena ekonomi riil berdasarkan pada pengembangan teori dan observasi yang dihubungkan dengan metode inferensia. (Samuelson 1954)

3. Ilmu ekonometrika adalah aplikasi dari teori metode statisik dan matematika untuk menganalisis data-data ekonomi dengan satu tujuan untuk memberikan kandungan dan verifikasi pada teori ekonomi. (Maddala 1992)

4. Sebagai suatu ilmu yang mengkombinasikan teori ekonomi dan statistika ekonomi dengan tujuan menyelidiki dukungan empiris dari skema yang dibangun oleh teori ekonomi dengan memanfaatkan ilmu ekonomi, matematika dan statistika, ekonometrika membuat hukum-hukum ekonomi teoritis tertentu menjadi nyata. (Sumodiningrat 1994)

3.1.5. Teori Regresi Linier Berganda 3.1.5.1. Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galtom pada tahun 1886. Berdasarkan penelitiannya, Galtom menemukan adanya kecenderungan bahwa orang tua yang memiliki tubuh tinggi juga memiliki anak- anak yang tinggi. Sebaliknya, orang tua yang memiliki tubuh pendek juga memiliki anak-anak yang bertubuh pendek. Namun demikian juga terdapat kecenderungan bahwa tinggi anak bergerak menuju ke arah tinggi rata-rata populasi secara keseluruhan. Hukum regresi Galton didukung oleh Karl Pearson dan A.lee (1903, dalam Gespersz, 1991) yang menemukan bahwa tinggi rata-rata

(37)

anak laki-laki dari kelompok ayah yang tinggi adalah lebih pendek dari ayah mereka, dan sebaliknya tinggi rata-rata anak laki-laki dari kelompok ayah yang pendek adalah lebih tinggi dari ayah mereka. Dengan demikian, anak laki-laki yang tinggi dan pendek akan menuju tinggi rata-rata dari semua orang laki-laki.

Oleh karena itu makna regresi itu sendiri berarti kemunduran atau kecenderungan ke arah sedang.

Menurut Gujarati (2006), model regresi berganda merupakan model regresi dengan lebih dari satu variabel penjelas atau dapat diartikan terdapat lebih dari satu variabel penjelas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas (dependent). Model regresi penelitian ini disebut berganda karena terdapat banyak faktor (variabel) yang mungkin mempengaruhi variabel tak bebas. Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn + € Dimana :

Y = Variabel tergantung a = Konstanta (Intercept) b1 = Koefisien regresi untuk X1

b2 = Koefisien regresi untuk X2

X1 = Variabel bebas pertama X2 = Variabel bebas kedua Xn = Variabel bebas ke- n

€ = Nilai residu

Kuat atau tidaknya hubungan linier antara peubah-peubah bebas dapat diukur dari koefisien korelasi (r). Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh dari bebas terhadap peubah tak bebas dapat dilihat dari nilai koefisien r-square (R²).

Pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang berfungsi untuk menduga parameter. Namun demikian, pada metode ini terdapat kelemahan.

Kelemahan tersebut yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terkait di dalamnya harus dapat dipenuhi oleh suatu model. Apabila salah satu asumsi tidak dapat dipenuhi

(38)

22  oleh suatu model, maka akan menimbulkan masalah normalitas, heteroskeasitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Dengan demikian, diperlukan suatu pengujian terhadap model tersebut.

Jika asumsi-asumsi yang telah disebutkan di atas dapat dipenuhi maka penduga OLS akan dapat menghasilkan koefisien regresi yang memenuhi sifat- sifat BLUE (Gujarati 1997), yaitu:

a. Best = efisien yang berat ragam atau variannya minimum dan konsisten, dalam artian bahwa walaupun menambah jumlah sampel maka nilai estimasi yang diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya.

b. Linier = koefisien regresinya linier

c. Unbiased = Nilai estimasi dari sampel akan mendekati populasi, ini mengindikasi bahwa suatu model tidak bias

d. Estimator = penduga parameter

3.1.5.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap data-data penelitian yang meliputi pengujian normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah peubah bebas dan terikat dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Apabila terdapat penyimpangan terhadap asumsi distribusi normalitas maka masih akan tetap menghasilkan penduga koefisien regresi linear, tidak berbias dan terbaik.

Penyimpangan asumsi normalitas ini akan semakin kecil pengaruhnya jika jumlah contoh diperbesar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk nilai peubah yang semula nilainya absolut ditransformasikan menjadi bentuk lain seperti kuadratik, respirokal dan lain sebagainya sehingga akan menghasilkan distribusi yang normal.

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan kriteria:

1. Jika taraf nyata > 0,05, maka data berdistribusi normal

2. Jika taraf nyata < 0,05, maka data tidak mempunyai distribusi normal

(39)

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan ragam dari sisa satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah model yang homokedasitas (tidak terjadi heteroskedasitas). Terdapat dua cara untuk mengamati ragam dalam model regresi yaitu dengan menggunakan uji metode grafis dan statistik. Metode grafis adalah cara untuk melihat ada atau tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Sedangkan, pengujian dengan menggunakan metode statistik dapat dilakukan dengan menggunakan metode Glejser, Park, White, Rank Spearman dan Bresch-Pagan-Godfrey (BPG). Pada penelitian ini menggunakan metode White dengan kriteria:

1. Jika nilai p-value > alpha (α = 5%), maka terjadi homoskedastisitas 2. Jika nilai p-value < alpha (α = 5%), maka terjadi heteroskedastisitas c. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara peubah pengganggu (et) pada periode tertentu dengan peubah penganggu periode sebelumnya (et-1). Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan uji Durbin Watson.

d. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengamati apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar peubah bebas atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi korelasi antar peubah bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan uji Collinearity Statistic dengan kriteria:

1. Jika VIF > 10, maka terdapat multikolinearitas 2. Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

3.1.6. Trend Analysis

Analisis trend merupakan metode analisis yang digunakan untuk melakukan estimasi atau peramalan di masa depan berdasarkan data historis di masa lalu. Analisis trend yang dilakukan pada penelitian ini adalah pada trend ekspor rumput laut Indonesia ke negara China selama 1999-2011. Hasil trend

(40)

24  dapat menunjukkan arah trend yang meningkat atau menurun kemudian dapat trend diproyeksikan untuk 3-5 tahun ke depan. Pengolahan analisis trend menggunakan software Minitab 14. Pemilihan model pada analisis trend (Linear, Quadratic, Exponential Growth dan S-Curve) didasarkan pada nilai error MSD, MAD dan MAPE terkecil. Semakin kecil nilai pada MSD, MAD dan MAPE menunjukkan tingkat error yang semakin rendah (Santoso 2009).

Gambar

Tabel 4. Trend Pertumbuhan dan Perkembangan  Volume Ekspor Rumput Laut Berdasarkan  Negara Tujuan Utama, 2004-2008
Tabel 5. Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama, 2004-2008
Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara pada saat menjalankan ujian tahap kedua, mereka diharuskan mencari gulungan di dalam hutan, dan tanpa diduga sebelumnya, Naruto, Sasuke dan Sakura diserang oleh Orochimaru

syirkah dilakukan baik jumlahnya sama maupun berbeda. c Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawad}ah , bahwa dalam mufawad}ah disyaratkan a) modal (pokok harta) dalam

A*alnya kue salu te6uat dari bahan baku tepung k&amp;ais hijau d$ guh hrlus Nanln kemudian b€rkcnbana $pcrti ponegatid thu pcngkoyad bahd bak.. Junlah nattuhttiekt

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara besarnya sudut konveksitas skeletal dengan jaringan lunak wajah secara sefalometrik.. Sampel adalah 50

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dalam karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

membeli suatu produk tidak didasarkan pada faktor kebutuhan, melainkan lebih1. pada keinginan dan

Disertasi ini berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Kerja Dan Disiplin Pegawai Terhadap Kepuasan Pegawai Serta Implikasinya

Bebeapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran diantaranya adalah : pembeajaran adalah suatu konsep dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola