• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR‐DASAR  PROBABILITAS Suprayogi

1

Dasar‐Dasar Probabilitas

Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian

ƒ Ruang sampel (sample space) atau semesta (universe) merupakan himpunan dari semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan (experiment)

ƒ Titik sampel (sample point) merupakan tiap anggota atau elemen dari ruang sampel

ƒ Kejadian (event) merupakan himpunan bagian

dari ruang sampel

(2)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

3

Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#1)

ƒ Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul

ƒ Ruang sampel

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

ƒ A = Kejadian munculnya angka genap A = {2, 4, 6}

ƒ B = Kejadian munculnya angka 5 atau lebih B = {5, 6}

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

Ilustrasi Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian pada Percobaan Perlemparan Sebuah Dadu

Ruang sampel

1

2

3

4

5

6 A

B

(3)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

5

Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#2)

ƒ Percobaan: Pelemparan dua buah dadu bersamaan dan mencatat angka yang muncul

ƒ Ruang sampel

S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ..., (6, 6)}

ƒ A = Kejadian munculnya angka yang sama pada kedua dadu

A = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4), (5, 5), (6, 6)}

ƒ B = Kejadian munculnya jumlah angka 10 atau lebih B = {(4, 6), (5, 5), (5, 6), (6, 4), (6, 5), (6, 6) }

Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#3)

ƒ Percobaan: Pelemparan tiga koin (uang logam)  bersamaan dan mencatat banyaknya muka yang  muncul

ƒ Ruang sampel S = {0, 1, 2, 3}

ƒ A = Kejadian tidak ada muka yang muncul A = {0}

ƒ B = Kejadian banyaknya muka yang muncul 2 atau kurang

B = {0, 1, 2}

(4)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

7

Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#4)

ƒ Percobaan: Pengamatan terhadap umur (dalam jam)  sebuah lampu

ƒ Ruang sampel S = {t|t > 0}

ƒ A = Kejadian umur lampu melebihi 10 jam E = {t|t > 10}

ƒ B = Kejadian umur lampu antara 0 dan 250 jam F = {t|0 ≤ t ≤ 250}

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

8

Operasi‐Operasi dalam Kejadian

ƒ Irisan (Intersection)

ƒ Gabungan (Union)

ƒ Komplemen (Complement)

(5)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

9

Irisan Dua Kejadian

Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∩ B,  merupakan kejadian yang elemennya termasuk

dalam A dan B

A B

Gabungan Dua Kejadian

Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∪ B,  merupakan kejadian yang mengandung semua elemen yang  termasuk A atau B atau keduanya

A B

(6)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

11

Komplemen Suatu Kejadian

A A’

Komplemen suatu kejadian A, dinyatakan dengan A’,  adalah himpunan semua elemen dalam S yang tidak termasuk dalam A

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

12

Contoh Operasi‐Operasi dalam Kejadian

ƒ Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang  muncul

ƒ Ruang sampel

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

ƒ Kejadian munculnya angka genap, A A = {2, 4, 6}

• Kejadian munculnya angka 5 atau lebih, B B = {5, 6}

ƒ Irisan A dan B A ∩ B = {6}

ƒ Gabungan A dan B A ∪ B = {2, 4, 5, 6}

ƒ Komplemen dari A A’ = {1, 3, 5}

(7)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

Ilustrasi Operasi‐Operasi Kejadian pada Pelemparan Sebuah Dadu

Ruang sampel

1

2

3

4

5

6

A ∩ B A

B

A ∪ B A’

Dua Kejadian Saling Terpisah

A ∩ B = ∅

A B

Dua kejadian A dan B dikatakan saling terpisah (mutually exclusive) jika kejadian‐kejadian tersebut tidak dapat

terjadi secara bersamaan

(8)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

15

Contoh Kejadian‐Kejadian Saling Terpisah

ƒ Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul

ƒ Ruang sampel

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

ƒ Kejadian munculnya angka genap, A A = {2, 4, 6}

ƒ Kejadian munculnya angka ganjil, B B = {1, 3, 5}

ƒ Kejadian A dan B saling terpisah A ∩ B = ∅

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

Ilustrasi Dua Kejadian Saling Terpisah pada Pelemparan Sebuah Dadu

Ruang sampel

2 4 6

A B

1 3 5

(9)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

17

Penghitungan Titik Sampel

ƒ Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n

1

cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi kedua dapat dilakukan dengan n

2

cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi ketiga dapat dilakukan dengan n

3

cara, dst, maka deretan k  operasi dapat dilakukan dengan n

1

n

2

...n

k

cara

Contoh Penghitungan Titik Sampel

Tiga buah koin (uang logam) dilemparkan sekali.

Banyaknya titik sampel dalam ruang sampel ?

Koin I dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, muka (M) atau belakang (B)

Untuk tiap hasil, Koin II dapat menghasilkan 2 hasil yang  mungkin, M atau B

Untuk tiap hasil, Koin III dapat menghasilkan 2 hasil yang  mungkin, M atau B

Jumlah titik sampel yang dihasilkan = (2)(2)(2) = 8

(10)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

19

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

20

Permutasi & Kombinasi

ƒ Permutasi (Permutation)

Permutasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk yang  memperhatikan urutan

ƒ Kombinasi (Combination)

Kombinasi merupakan susunan dari suatu

himpunan obyek yang dapat dibentuk tanpa

memperhatikan urutan

(11)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

21

Permutasi (1)

ƒ Banyaknya permutasi n obyek berlainan adalah n!

ƒ Banyaknya permutasi n obyek berlainan bila diambil r sekaligus

ƒ Banyaknya permutasi n benda berlainan yang  disusun melingkar adalah (n – 1)!

( ) !  P ! 

r n

n

n

r

= −

Permutasi (2)

ƒ Banyaknya permutasi yang berlainan dari n  obyek bila n

1

adalah jumlah obyek jenis

pertama, n

2

adalah jumlah obyek jenis kedua,  ..., n

k

jumlah obyek ke‐k adalah

!

!

!

2

1

n n

k

n

n

L

(12)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

23

Permutasi (3)

ƒ Banyaknya cara menyekat n obyek dalam r sel bila masing‐masing berisi n

1

obyek pada sel pertama, n

2

obyek pada sel kedua, dan

seterusnya adalah

dengan n

1

+ n

2

+ ... + n

r

= n

!

!

!

2

1

n n

r

n

n L

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

24

Kombinasi (1)

ƒ Kombinasi berkaitan dengan penentuan

banyaknya cara memilih r obyek dari sejumlah n obyek tanpa memperhatikan urutannya.

ƒ Kombinasi merupakan sekatan dengan dua

sel, sel pertama berisi r obyek yang dipilih dan

(n – r) obyek sisanya.

(13)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

25

Kombinasi (2)

ƒ Jumlah kombinasi dari n obyek yang berlainan jika diambil sebanyak r

( ) ! 

!  C ! 

r n

r

n

n

r

= −

Contoh Kombinasi

Suatu kelas terdiri atas 4 pria dan 3  wanita

Banyaknya panita yang dibentuk yang beranggotakan 2 pria dan 1 wanita?

Banyaknya cara memilih 2 dari 4 pria = Banyaknya cara memilih 1 dari 3 wanita =

Banyaknya panita yang dapat dibentuk = (6)(3) = 18

! 6 2

! 2

!

4 4

2 = =

C

! 3 2

! 1

!

3 3

1 = =

C

(14)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

27

Probabilitas Kejadian

ƒ Probabilitas suatu kejadian merupakan suatu ukuran kemungkinan kejadian tersebut terjadi

ƒ Probabilitas kejadian A dinyatakan dengan P(A)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

28

Aksioma‐Aksioma Probabilitas Kejadian

0 ≤ P(A) ≤ 1 P(∅) = 0

P(S) = 1

(15)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

29

Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama

Jika suatu percobaan dapat menghasilkan N  macam hasil yang berkemungkinan sama

(equally likely) dan jika tepat terdapat sebanyak n hasil yang berkaitan dengan kejadian A, maka probabilitas kejadian A adalah

( ) N A n

P =

Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#1)

Percobaan pelemparan sebuah dadu Misal A kejadian munculnya angka genap Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 6

Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian A, n = 3  Probabilitas kejadian A, P(A) ?

( )

2

1 63 = A =

P

(16)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

31

Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#2)

Percobaan pengambilan selembar kartu dari 52 kartu bridge.

Misal B kejadian terpilihnya kartu heart Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 52

Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian B, n = 13 Probabilitas kejadian B, P(B) ?

( )

4

1 13 =52 B =

P

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

32

Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#3)

Dalam suatu kotak, terdapat 4 bola merah dan 6 bola putih.

Jika empat bola diambil secara random, probabilitas terpilih 2 bola  merah dan 2 bola putih?

A = kejadian terpilih 2 bola merah dan 2 bola putih Jumlah cara memilih 2 dari 4 bola merah = 

Jumlah cara memilih 2 dari 6 bola putih = Jumlah cara memilih 4 dari 10 bola =

! 6 2

! 2

!

4 4

2 = =

C

! 15 4

! 2

!

6 6

2 = =

C

! 210 6

! 4

!

10 10

4 = =

C

( ) ( )( )

A =

( )

621015 = 73

P

(17)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

33

Hukum‐Hukum Probabilitas

ƒ Jika A dan B dua kejadian sembarang, maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B)

ƒ Jika A dan B kejadian yang saling terpisah,  maka

P(A ∪ B) = P(A) + P(B)

ƒ Jika A dan A’ adalah kejadian saling berkomplemen, maka

P(A’) =  1 – P(A)

Probabilitas Bersyarat

Probabilitas bersyarat (conditional probability) B jika diketahui A

( ) ( )

( ) ;    jika   ( ) 0

| ∩ >

= P A

A P

B A A P

B P

Kejadian A dan B dapat terjadi pada suatu percobaan

( A B ) ( ) ( P A P B A ) ( ) ( P B P A B )

P ∩ = | = |

(18)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

35

Contoh Probabilitas Bersyarat (#1)

M = pria terpilih

E = orang terpilih berstatus bekerja

Bekerja Tak Bekerja

Pria 460 40

Wanita 140 260

( )

( )

( )

30 23 3 2

45

| 23

45 23 900 460 3 2 900 600

=

=

=

=

=

=

E M P

M E P

E P

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

36

Contoh Probabilitas Bersyarat (#2)

Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu.

Dua buah kartu diambil satu per satu tanpa pengembalian Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ? A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II

( ) ( )

( )

17 1 17

4 4 1 17 4 51 12

4 1 52 13

2 1 2 1

=

=

=

=

=

=

A A P

A P

A P

(19)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

37

52 Kartu, 13 heart 39 Nonheart

51 Kartu 12 Heart 39 Nonheart

51 Kartu 13 Heart 38 Nonheart

( ) 4

1 52 13

1 = =

A P

( )

17 4 51

| 1 12

2 A = =

A

P ( )

17 1 17

4 4 1

2

1 =

= A ∩ A P

( )

68 13 17 13 4 '2 1

1 =

= A ∩ A P

( )

68 13 51 13 4

'1 2 3 =

= A ∩A P

( )

68 38 51 38 4 ' 3

'1 2 =

= A ∩A

P

A1 A’1

A2 A’2

A2 A’2

( )

17 13 51

| 39

'2 A1 = = A

P

( ) 4

3 52 '1 =39= A

P ( )

51 ' 13

| 1

2 A =

A P

( )

51 ' 38

| '2 A1 = A

P

Contoh Probabilitas Bersyarat (#3)

Kotak pertama terdiri atas 4 bola putih dan 3 bola hitam, dan kotak kedua terdiri atas 3 bola putih dan 5 bola hitam. 

Sebuah bola diambil dari kotak pertama dan ditempatkan (tanpa terlihat) ke kotak kedua. 

Probabilitas bahwa sebuah yang diambil dari kotak kedua adalah hitam? 

H1 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak I P1 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak I H2 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak II P2 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak II

(20)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

39

( ) ( )

[ ] ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( )( )

63 38

9 5 7 4 9 6 7 3

1 2 1 1

2 1

2 1 2

1 2

1 2

1

                

             

                

             

|

|   

             

             

=

+

=

+

=

∩ +

=

P H P P P H H P H P

H P P H H P H

P H

H P

Kotak I 4P, 3H

Kotak II 3P,6H

Kotak II 4P,5H

( ) 7

3

1 =

H P

( ) 7 4

1 = P P

( )

9

| 1 6

2 H =

H P

( )

9

| 1 3

2 H =

P P

( )

9

| 1 5

2 P =

H P

( )

9

| 1 4

2 P =

P P

( )

=

9

6 7 3

2

1 H

H P

( )

=

9

3 7 3

2

1 P

H P

( )

=

9

5 7 4

2

1 H

P P

( )

=

9

4 7 4

2

1 P

P P

H1 P1

H2 P2

H2 P2

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

40

Kejadian‐Kejadian Saling Bebas

ƒ Kejadian‐kejadian A dan B saling bebas (independent) jika

( A B ) ( ) ( ) P A P B

P ∩ =

(21)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

41

Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#1)

Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu.

Dua buah kartu diambil satu per satu dengan pengembalian Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ? A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II

( ) ( )

( )

16 1 4 1 4 1 4 1 52 13

4 1 52 13

2 1 2 1

=

=

=

=

=

=

A A P

A P

A P

( ) 4

1 52 13

1 = =

A P

( )

4 1 52

| 1 13

2 A = =

A

P ( )

16 1 4 1 4 1

2

1 =

= A ∩ A P

( )

16 3 4 3 4 '2 1

1 =

= A ∩ A P

( )

16 3 4 1 4

'1 2 3 =

=

∩A A P

( )

16 9 4 3 4 ' 3

'1 2 =

=

∩A A P

A1 A’1

A2 A’2

A2 A’2

( )

4 3 52

| 39

'2 A1 = = A

P

( ) 4

3 52 '1 =39= A

P ( )

4 1 52 ' 13

| 1

2 A = =

A P

( )

4 3 52 ' 39

|

'2 A1 = = A

P

(22)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

43

Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#2)

Sebuah koin (uang logam) yang seimbang dilempar tiga kali.

Probabilitas mendapatkan 2 muka (M) dan 1 belakang (B) ? Ruang sampel

S = {MMM, MMB, MBM, MBB, BMM, BMB, BBM, BBB}

A = kejadian muncul 2 M dan 1 B A = {MMB, MBM, BMM}

P(A) = P(MMB) + P(MBM) + P(BMM)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

44

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( )( )( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( )( )( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( )( )( )

( ) 81 81 81 83 8

1 2 1 2 1 2 1

8 1 2 1 2 1 2 1

8 1 2 1 2 1 2 1

= + +

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

A P

M P M P B P M M B P BMM P

M P B P M P M B M P MBM P

B P M P M P B M M P MMB P

2 ) 1 (M = P

2 ) 1 (M = P

2 ) 1 (M=

P 8

1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= MMM P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= MMB P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= MBM P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= MBB P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= BMM P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= BMB P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= BBM P

8 1 2 1 2 1 2 ) 1

( =

= BBB P 2

) 1 ( =B P

2 ) 1 ( =B P

2 ) 1 (M = P

2 ) 1 ( =B P

2 ) 1 ( =B P

2 ) 1 (M= P

2 ) 1 ( =B P

2 ) 1 (M= P

2 ) 1 ( =B P

2 ) 1 (M= P

2 ) 1 ( =B P

(23)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

45

Aturan Bayes (1)

( ) ( )

( )

( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

( ) (

|

) ( ) (

' | '

)

  |            

| '

' '

|

B A P B P B A P B P

B A P B P

A B P A B P

A B A P

B P

A B P A B P A P

A B A

B A

A P

A B A P

B P

= +

∩ +

= ∩

∩ +

=

=

= ∩

B

A

B’

Aturan Bayes (2)

( ) ( )

( )

( ) ( ) ( ) ( )

=

=

=

= ∩

n

i

i i

i i

n

i

i i i

B A P B P

B A P B P

A B

P

A B

A P B P

1 1

|   |

            B

1

B

2

|

B

3

B

4

B

5

A

(24)

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

47

Contoh Aturan Bayes

Dua orang dicalonkan menjadi Bupati. 

Probabilitas Pak Anu terpilih adalah 0,6; P(A1) = 0,6.

Probabilitas Pak Badu terpilih adalah 0,4; P(A2) = 0,4.

Jika Pak Anu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,8; P(B1|A1) = 0,8.

Jika Pak Badu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,1; P(B1|A2) = 0,1.

Jika ternyata diketahui terjadi kenaikan pajak, probabilitas bahwa Pak Badu yang terpilih, P(A2|B1)

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

( )( )

( )( ) ( )( )

0769 , 0            

1 , 0 4 , 0 8 , 0 6 , 0

1 , 0 4 ,       0

      

|

|       |

      

|

2 1 2 1

1 1

2 1 2

1 2 1

1

1 2 1

2

=

= +

= +

∩ +

= ∩

A B P A P A B P A P

A B P A P

B A P B A P

B A B P

A P

DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi

48

Contoh Pohon Probabilitas

A1

A2

P(A1) = 0,6

P(A2) = 0,4

P(B1| A1) = 0,8

P(B2| A1) = 0,2

P(B1| A2) = 0,1

P(B2| A2) = 0,9

P(A1∩ B1) = (0,8)(0,6) = 0,48

P(A1∩ B2) = (0,2)(0,6) = 0,12

P(A2∩ B1) = (0,1)(0,4) = 0,04

P(A2∩ B2) = (0,9)(0,4) = 0,36 B1

B2

B1 B2

( ) ( )

( )( )

( ) ( )

0769 , 0

04 , 0 48 , 0

04 , 0

|

1 2 1

1

2 1

1 2 1

2

=

= +

+

=

=

B A P B A P

B A P B P

B A B P

A P

Gambar

Ilustrasi Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian pada Percobaan Perlemparan Sebuah Dadu
Ilustrasi Dua Kejadian Saling Terpisah pada Pelemparan Sebuah Dadu Ruang sampel 2 4 6AB135

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar peta Roadroid diatas dapat dilihat bahwa ruas jalan Ruas Jalan Tinjauan (4) Duduk Sampean-Betoyo Guci memiliki kondisi yang sedang (Nilai eIRI = 4,88).. Tampak pada

Sedangkan Baier (Mulyana, 2004:8) nilai sering kali dirumuskan dalam konsep yang berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh sudut pandangnya yang berbeda-beda

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dijabarkan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah mengenai bagaimana

Kontrak perilaku (behavior contract) adalah perjanjian dua orang atau lebih untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi tingkah laku

o Siswa dapat Memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhah manusia meliputi tumbuhan, hewan dan bahan alam tidak hidup. o Siswa dapat Mengelompokkan benda

Zat aditif kelompok penyedap rasa berfungsi untuk memberikan tambahan rasa agar lebih sedap pada makanan/ minuman.. Zat aditif kelompok pengawet berfungsi untuk memberikan

Jadwal pelaksanaan / pengiriman barang (tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam LDP).. Identitas (Jenis, Tipe dan

Karya seni grafis yang penulis ciptakan ini lebih memperlihatkan keindahan dan keunikan bentuk dari jenis tumbuhan paku sejati dan juga berusaha menyampaikan makna dari tumbuhan