6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film sebagai media komunikasi massa memiliki peran yang penting dalam sosiokultural, politik, dunia ilmiah dan artistik. Pemanfaatan film di dalam pembelajaran masyarakat menarik perhatian orang dan sebagian lagi di dasari alas an bahwa film punya kemampuan mengantakan pesan yang efektif dan unik. Dalam perkembangan film akan membawa dampak yang besar dalam perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan itu di karenakan oleh semakin bervariasinya penyampaian pesan tentang representasai yang ada secara simbolik terhadap realitas dan realitas obyek. Yang membuat khalayak luas dapat memahami dan mengiterpretasikan pesan secara berbeda. Film ialah salah satu jenis media massa yang menjadi saluran bagi berbagai macam ide, konsep, gagasan serta dapat memunclkan efek beragam dari hasil penayanganya ke masyarakat. Film sebagai bagian dari media massa dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Pengaruh itu sesungguhnya sebuah kemungkinan yang tergantung pada proses negosiasi makna oleh khalayak terhadap pesan dari film dan mengacu pada berhasilnya khalayak dalam proses negosiasi maknda dari pesan yang di sampaikan. “Jika negosiasi maknya yang dilakukan kahalayak tersebut lemah, maka akan semakin besar pengaruh tayangan tersebut (McQuaill, 1991:101). Negosiasi makna merupakan, proses 2 transaksional dari komunikasi, dimana komunikan menerima dan menginterprestasikan pesan yang di terima sesuai latar budaya dan sosial yang ia miliki. Khalayak menerima dan menginterprestasikan pesan dari film dengan cara yang terkai dengan kondisi sosial dan budaya penerima terhadap suatu kondisi. Keberanekaan khalayak yang memunculkan perbedaan dalam proses penerima dan pemaknaan intrepretasi terhadap pesan film
7 2.2 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Non Verbal
Dalam bahasa inggris komunikasi juga disebut dengan communication yang maksutnya adalah proses penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain dengan bantuan media. Pengirim informasi disebut judga dengan pengirim, pihak pengirim informasi di sebut dengan pengirim, untuk pihak penerima informasi di sebut dengan penerima pesan. Pada dasarnya, istilah komunikasi bisa diartikan proses pengirim mengirimkan informasi kepada penerima.
Jenis komunikasi terdapat berbagai klasifikasi, dasarnya pada komunikasi itu dibedakan menjadi 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal menurut (Indah:2016)
1. Komunikasi Verbal
Verbal communication ialah bentuk komunikasi yang di sampaikan komunikator kepada komunikan melalui media tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal memiliki porsi besar. Karena ide, kenyataan, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal daripada non verbal. Harapan komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa mudah mengetahui pesan yang sendang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal ialah komunikasi yang isinya dikemas tanpa bentuk kata kata. Nyatanya dalam kehidupan komunikasi non verbal lebih banyak digunakan dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam berbagai kesempatan komunikasi kita hampir secara diluar sepengatahuan kita, kita sudah memkai komunikasi nonverbal.
Dikarenakan itu maka komunikasi nonverbal sifatnya tetap dan akan selalu ada. Komunikasi nonverbal sifatnya jujur mengungkap hal yang sifatnya spontanitas
8 Non verbal bisa dimaksutkan sebagai tindakan yang secara sengaja diinterprestasikan dan dikirimkan seperti tujuanya dan memiliki potensi umpan balik (feed back) dari penerima. Arti lain setiap bentuk komunikasi tanpa menggunakan lambang verbal seperti kata kata maupun tulisan. Komunikasi nonverbal berupa lambang seperti warna, gesture, mimic wajah dan lainya
2.3 Macam Macam Genre Film
2 bersaudara asal Prancis membuat gebrakan budaya ketika memutarkan film bisu pada 28 Desember 1895 “Worker Leaving The Lumiere Factory”, Film pertama mereka dan film pertama di dunia. Film dokumenter ini cuma berdurasi beberapa menit dan menceritakan rombongan pekerja pabrik yang meninggalkan lokasi pabrik mereka. Dan tanggal 28 Desember di tetapkan menjadi hari penemuan film dunia.
menurut Kridalaksana (1984 : 32) Secara harafiah (Cinema) Film berasal dari kata Cinema (Gerak), tho atau phytos (gerak) dan graphie atau grhao (tulisan,gambar) sehingga bisa diartikan gerak dengan cahaya. Film adalah alat media massa yang mempunnyai sifat dengar dan lihat (audio visual) dan dapat dilihat khalayak banyak.
Film sendiri menurutu Heru Effendy (2009: 3-6) terbadi dalam berbagai jenis yaitu :
1. Film Dokumenter
Dokumenter ialah sebutan untuk film pertama karya lumiere yang mengisahkan kehidupan pekerja pabrik mereka. Kritikus film inggris John Grierson mempunyai pendapat bahwa film dokumenter ialah cara kreatif merepresentasikan realita. Film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan utamanya yaitu menyebarkan informasi, pendidikan dan propaganda untuk orang atau kelompok tertentu. Dalam berjalanya waktu muncul berbagai aliran film dokumenter semisal film dokudrama (Docudrama).
2. Film Cerita Pendek (Short Film)
Untuk dirasi film pendek biasanya dibawah 50-60 menit. Banyak Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada dan Australia cerita pendek di buat sebagai tempat pengekspresian dan esksporasi seni pertama kali atau batu loncatan sebelum memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banya dihasilkan oleh mahasisa jurusan
9 film atau kelompok yang memiliki antusias dalam film dan ingin berlatih membuat film dengan baik
3. Film Cerita Panjang (Feature Length Film)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit yang lazimnya berdurasi 90 menit – 100 menit. Dimana film ini biasanya di putar di bioskop. Beberapa film juga ada yang lebih dari 120 menit untuk durasinya
4. Film Jenis Lain
a. Profile Perusahaan (Corporate Profile)
Film ini diproduksi biasanya diperuntukan untuk kepentingan institusi tertentu tergantung dengan apa yang sedang ingin mereka lakukan, semisal “Always Listening, Always Understanding” dari Prudential. Ini dimaksutkan agar penonton tau bagaimana bentuk perusahaan dari Prudential itu sendiri.
b. Music Video (Video Clip)
Video klip ialah sarana bagi pemusik atau musisi untuk memasarkan produk lagunya lewat media televise. Pertama kali dipopulerkan oleh chanel MTV pada tahun 1981. Di Indonesia sendiri, video klip berkembang sebagai lading bisnis yang menjanjikan karena pertumbuhan televise swasta dan intenet seperti youtube yang semakin banyak. Menjadikan video klip permintaan pembuatanya semakin banyak.
2.4 Unsur Unsur Dalam Produksi Film
Dalam sebuah karya film tidak hanya di tentukan oleh alur ceritanya saja, tetapi ada unsur-unsr yang terkait dalam proses produksi sebuah film diantaranya Produser, Sutradara, Penulis Skenario, Penata Kamera, Penata Suara, Penata Musik, Pemeran atau Aktor dan Editor yang harus bisa menyatu dalam proses produksi film.
a. Produser
Produser adalah orang kelompok tertentu yang mengepalai departemen produksi. Tugas dari produser ialah memimpin seluruh tim produksi sesuai dengan keputusan yang sudah di tetapkan bersama, dari aspek kreatif maupun manejemen produksi sesuai dengan anggaran yang di tetapkan
10 b. Sutradara
Posisi sutradara dalam sebuah produksi film merupakan jabatan yang paling tinggi diantara lainya. Baik buruknya suatu proses pembuatan film tergantung dari kemampuan sutradara. Karena dia yang berhak mengendalikan proses pengambilan gambar, karena itu sutradara dituntut harus kreatif dan bisa bekerjasama dalam sebuah tim agar tercipta suatu karya yang menarik c. Penulis Skenario
Posisi penulis scenario dalam film biasa disebut Screen Play, istilah ini di iibaratkan blu printnya seoarang arsitek. Penulis scenario bertugas membuat treatment film dimana sebuah treatmen dalas satu cerita dibagi perbabak dan jelas menurut kejadin-kejadian yang direncanakan. Dari treatmen itu kemudian dikembangkan menjadi scenario yang nantinya menjadi pegangan sutradara dalam memvisualisasikan adegan menjadi gambar yang menarik dan enak ditonton.
d. Penata Kamera (Sinematografer)
Penata kamera atau bisa di sebut sinematografer, ia adalah tangan kanan dari seorang sutradara dalam merekam obyek dilapangan. Ia harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan sutradara dan saling bersinergi dalam pengambilan shoot dan adegan. Seorang Sinematografer atau piñata kamera harus tahu selera sutradara dimana nanti hasil gambar yang ia hasilkan bisa sesuai dengan apa yang diinginkan sutradara
e. Penata Artistik
Penata artistic ialah pekerjaan yang sedikit rumit, karena ia harus merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan latar belakang sebuah cerita dalam film, semua yang berkaitan dengan latar tempat dengan setting yang menceritakan tentang berlangsungnya suatu cerita.
f. Penata Suara
11 Penata suara dalam produksi film bekerja sebagai pemberi suara pada adegan yang khususnya ketika para pemain sudah berakting, sehingga gambar yang direkam mempunyai suara adegan yang sebenarnya dan dapat membuat film semakin hidup.
g. Penata Musik
Penata music dalam produksi film merupakan proses pemberian suara dalam adegan adegan khusus sehingga menimbulkan kesan yang dramatis, romantic, hingga suasana ke kacauan dalam scene film
h. Editor
Semua pengambilan gambar yang telah selesai kemudian dipadukan dan ditata sedemikian rupa, per satu shoot ke shoot lainya dan itulan yang dinamakan proses editing atau orang film menyebut pasca produksi (Post Production).
i. Pemeran atau Aktor
Pemeran bisa diartikan melakukan gerakan acting di depan kamera berdasarkan dialog yang ada dalam scenario film, mengikuti arahan sutradara.
Proses penokohan menggerakan seseorang untuk menyajikan penampilan yang tepat dari segi mimik muka, emosi, ekspresi, gerak serta gaya bicara yang dapat mencerminkan karakter menurut skenario film yang sudah ada.
2.5 Tinjauan Tentang Film Dokumenter
Film dokumenter pertama yang di buat adalah Karya Robert Flaherty yang berjudul Nanook of the North. Yang di tanggapi John Grierson. Film ini mempunyai durasi kurang dari 1jam lebih dari segi penceritaanya dan sudah tidak “mendongeng” seperti di film lainya. John Grierson menilai yang diakukan Flaherty adalah merekam aktivitas atau kejadian yang sesuai dengan fakta/aktual yang memang terjadi di dunia nyata dan inilah film dokumenter yang pertama kali di buat.
12 Film dokumenter dibuat secara kreatif, disajkan untuk memuat suatu informasi yang dipakai dalam berbagai tujuan. Film yang memuat sebuah laporan yang sesuai fakta dan di buat dengan dengan memasukkan unsur kreatif dan memiliki dasar dari kenyataan yang ada.(Sayatman, 2015)
film Dokumenter tidak hanya dibuat dengan menata video yang memuat fakta fakta kejadian nyata saja, tetapi di tata dengan rapi dan memasukkan unsur kreatifitas agar bisa dinikmati oleh penonton luas. Film dokumenter tersusun dari wawancara dari subjek atau ahli, opini dari masyarakat, shoot lokasi kejadian yang nyata yang sudah disusun seperti fakta fakta yang sebenarnya terjadi.
Umumnya film dokumenter di bagi menjadi 6 jenis, yaitu:
observational, participatory, reflexive, expository, performative dan poetic.
Dari semua macam dokumenter diatas mempunyai karakter dan gaya pendekatan yang berbeda beda.(Sasdaya, 2018)
Film dokumenter berbeda dengan film fiksi yang membuat suatu kejadian seoalah olah nyata, tetapi film dokumenter merekam kejadian yang terjadi dan sesuai dengan fakta. Di dalam film dokumenter juga tidak ada tokoh baik dan jahat, munculnya masalah di bagian cerita, dan klimaks seperti di film fiksi. Cara penceritaan film dokumenter di buat sederhana agar penonton bisa memahami pesan yang mau disampaikan dalam film. (Gede Saindra, 2017)
Film dokumenter memuat permasalahan dalam kehidupan. Isi di dalamanya memuat fakta dan keberpihakan subjek dari pembuat film dalam segi penceritaanya. Dalam film dokumenter cerita harus memihak subjek agar penonton bisa memahami lebih dalam cerita yang ingin disampaikan pembuat film.
13 2.6 Aspek Penyutradaraan Dalam Produksi Film
Menurut Hermawan dalam (Syafei:2018). Umumnya sutradara adalah creator yang menciptakan sebuah hayalan kreasi yang berbentuk dalam sebuah film. Tanggung jawab sutradara adalah orang yang memimpin dan mengendalikan semua pekerjaan dari teknik sampai penafsiran film. Sutradara memiliki keleluasaan untuk mengatur dialog dan acting pemain. Dan sutradara mempunya andil dalam peletakkan kamera, cahaya dan efek yang bakalan ada dalam film.
Sutradara adalah pengendali dan pengatur sebuah film bisa tercipta dia yang bertanggung jawab dari awal sampai akhir film dari segi visual maupun audio (Dennis, 2008:2). Menurut Dennis, seorang sutradara harus memiliki modal sebagai berikut :
a. Imajinasi Kreatif
dalam penciptaan karya , sutradara dituntut memiliki imajinasi yang kreatif. Yang dimaksutkan imajinasi kreatif ini adalah pemahaman tentang sebuah seni dari segi artistic,karakter,warna dan bentuk .
b. Berjiwa Petualang di setiap produksi film, pastinya banyak hal tak terduga yang bakalan di hadapi, disini sutradara dituntut mempunyai jiwa petualang yang tinggi, untuk menghadapi rintangan dan cobaan disaat proses shooting sedang berlangsung
c. Leadership ( jiwa kepemimpinan)
tugas dan wewenang sutradara, dia adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam sebuah karya film/ dokumenter/ televisi. Sutradara dituntut memiliki jiwa kepemimpinan dan juga bisa mengkordinir seluruh tim dan crew. Harus mempunya jiwa pemimpin dan kemampuan komunikasi dan bersosialisasi walaupun bertemu crew yang mempunya latar belakang yang berbeda-beda dalam setiap produksi nantinya.
d. Fiction Freak (penggila dunia fiksi)
sutradara harus bisa berfantasi membuat sebuah dunia sendiri yang fiksi tetapi masih bisa dicerna oleh penonton
e. Wawasan dan Pengetahuan
14 Sutradara yang baik harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas agar sudut pandang dan penceritaan dalam film bisa mempunyai rasa tersendiri karena sutradara memahami banyak pengetahuan dari sejarah, alur film dan lainya.
1. Film Dokumenter Gaya Ekspositor
Fakta dan data dari suatu peristiwa harus disajikan dalam film dokumenter. Film fiksi dan film dokumenter sama sama memiliki alur cerita yang dibuat sedemikian rupa dipruntukkan menyampaikan pesan. Di film dokumenter alur ceritanya di buat berdasarkan fakta berbeda dengan film cerita yang banyak memuat karangan bebas dari pembuat film.
Pembuat film dokumenter harus memiliki memiliki keberpihakan dengan isu yang diangkat (Chandra Tanzil, 2010)
Perbedaan film dokumenter dan berita adalah harus adanya keberpihakan dalam film dokumenter yang dibuat. Berbeda dengan berita yang tidak memihak siapapun dan bersifat netral. Untuk hal pengungkapan fakta dan data, film dokumenter mempunyai beberapa kesamaan dengan berita. Tetapi di film dokumenter dalam mengungkap fakta memiliki sudut pandang yang subjektif, dan berita berimbang dimana berita menjunjung tinggi objektifitas dalam menyampaikan berita. Film dokumenter ekspositori narasinya bisa dibuat dengan bentuk suara voice over (VO) ataupun dengan tulisan.
Film dokumenter ekspositori menyampaiakan pesan ke penonton secara langsung, lewat narasi ataupun presenter bisa berupa teks atau pun suara yang dimaksutkan untuk memperjelas pesan yang akan disampaikan ke penonton. Sutradara ingin menyampaikan pesan melalui narasi yang dibuat, agar penonton bisa memahami pesan yang disampaikan sutradara.
Dokumenter ekspositori memiliki narasi untuk mewakilil informasi yang ada di dalam gambar. Agar tidak terjadi salah tafsir antara penonton dan pembuat film maka dibutuhkan narasi untuk untuk memberikan kejelasan sudut pandang. Film dokumenter dilihat dari narasi dari naratornya yang menjelaskan pesan di dalam film, memiliki beberapa sudut pandang.dari
15 point of view orang pertama, kedua, orang ketiga subjektif dan orang ketiga objektif.
2. Pendekatan Naratif
Chandra Tanzil (2010) dalam buku “Pemula Film Dokumenter:
Gampang-gampang Susah” menjelaskan bahwa film dokumenter naratif adalah film dokumenter yang menggunakan struktur bercerita, kata naratif sendiri diambil dari bahasa inggris narrative berarti bercerita atau cerita.
Karena naratif adalah sebuah hubungan dua pihak yaitu komunikan (penerima) dan komunikator (pengirim). Dalam buku “Analisis Naratif:
Dasar-dasar dan penerapanya dalam Analisis Teks Berita Media” (eriyanto, 2013). Teori naratif memiliki dua bagian yaitu story dan plot. Menurut eriyanto teori naratif adalah penggabungan berbagai peristiwa menjadi satu jalinan cerita. Peristiwa yang eksplisit dan dimasukkan dalam teks disebutl Alur (plot), bisa juga disebut bagan persitiwa tertentu yang dimasukkan dalam film. Menurut Eriyanto cerita (story) disampaiakan utuh secara kronologis sedangakan alur(plot) disampaikan dari bagan yang menarik dari alur film ke cerita ke bagan yang tidak menarik.
Story atau cerita adalah keseluruhan bagian dari sebuah cerita atau peristiwa. Story ialah kumpulan beberapa bagian yaitu setting film, peristiwa yang terjadi dan subjek. Seluruh bagian itu yang membangun cerita menjadi cerita yang utuh dan dapat dinikmati penonton. (Chatman, 1978)
Seorang sutradara dokumenter harus memahami proses pelaksanaan produksi yang terbagi dalam 3 tahapan yaitu Pra Produksi, Produksi dan Paska Produksi.
a. Pra Produksi
Pada tahap pra produksi semua persiapan sudah dipersiapkan dan di tata sedemikian rupa dengan detail, dimana dalam proses ini hal hal yang nanti dipakai dan diperlukan dalam proses produksi film tidak ada yang terlewat disaat produksi
16 b. Produksi
Produksi adalah proses shooting atau pengambilan gambar.
Kegiatan produksi terlebihnya untuk produksi film dokumenter di haruskan memiliki kesigapan yang lebih dikarenakan dalam produksi film dokumenter banyak hal tak terduga yang nanti bakalan kita temukan di lokasi. Berbeda dengan film fiksi yang semua hal yang ada dalam frame sudah di tata di dalam script atau naskah dan bisa di realisasikan sesuai alur produksi. (Tobing S, 2016)
c. Pasca Produksi
Tahap produksi paling akhir sebelum film selesai di produksi yaitu tahap pasca produksi. Dalam proses ini film yang sudah di produksi disunting dengan cara disusun dan di potong sesuai alur yang sudah di buat pembuat film, sampai menjadi video yang mempunyai alur dan cerita yang lengkap. (Barry, 2016)
Film dokumenter di bagi menjadi tiga babak dalam struktur cerita klasik dimana pada babak I terdiri dari pengenalan tokoh dan latar permasalahan, masalah mulai mengembang terjadi di babak II, dan kesimpulan akhir cerita ada pada babak III. (Field, 1984)
Dalam proses penciptaan yang dilakukan, ada aspek yang harus di perhatikan supaya dalam segi penceritaan dalam aspek penyutradaraan memiliki alur yang baik saat ditonton, yaitu dengan menentukan tema, menentukan cerita dan melakukan riset yang nantinya mau dipergunakan dalam membangun cerita dalam film. Dengan di tentukanya tema, cerita dan
17 riset. Film akan mempunyai pesan tertentu yang dapat membuat penonton terbawa oleh alur cerita film. yaitu:
Penentuan Tema
Penentuan tema adalah jawaban dari pertanyaan dasar untuk apa film ini di buat dan tujuanya apa. Pembuat film harus mangkaji tahap awal penentuan tema dengan seksama dan menuangkanya kedalam naskah film dokumenter.
Riset
Proses mengumpukan data tentang fakta yang akan diangkat.
Pengembangan ide dasar yang berawal dari latar belakang permasalahan yang diperoleh dari riset. Riset tidak hanya diperlukan sebagai penentu tema yang diangkat tetapi juga sebagai tujuan mengapa film ini di buat, dari segi bentuk film penentuan subjek film, jadwal produksi dan lain lain. Dalam film dokumenter riset ada beberapa jenis yaitu riset disaat shooting berlangsung, riset pustaka dan riset visual.
Riset pustaka adalah riset pengumpulan data dari buku,artikel dan lainya dari subjek.
Riset visual adalah proses mengumpulkan data visual yang nantinya bakal dipakai di dalam film. Riset ini dilakukan juga saat sebelum shooting mulai berlangsung atau bisa di sebut juga fixing, ini dimaksutkan untuk memfixkan semua yang ada dilapangan, sudah seperti yang dijadwalkan dan mengikuti alur cerita yang sudah disusun.
Disaat produksi riset masih berlanjut. Data yang diperlukan nanti pastinya akan bertambah walaupun sudah ada alur cerita yang menjadi pedoman. Karena disaat produksi kita akan menemukan banyak fakta baru yang nantinya sutradara akan memilih fakta fakta baru itu bisa tetap masuk di alur cerita atau tidak.
18 Penentuan Cerita
Penentuan cerita film dokumenter pastinya nanti di aplikasikan ke naskah film yang terdiri dari narasi script, treatment, tema, sinopis dan lainya. Bila film statement sutradara sudah mempunyai kejelasan, alur cerita dari film sudah bisa dituliskan. Nantinya dari tulisan alur cerita akan di bedah lagi untuk penentuan dana yang dibutuhkan untuk pembuatan film dokumenter. Dibuatnya shooting script yang didalamnya berisi visual yang nantinya ditampilkan dalam film yang dibagi dari beberapa sequence. Lokasi, waktu shooting, dan keterangan audio. Dari shooting script nanti menjadi catatan penggunaan dana dalam produksi film untuk apa saja, dan deskripsi shot akan menjadi catatan penataan lampu, audio dan penataan cahaya saat proses produksi.
Produksi film dokumenter “Urip-Urup” melalui beberapa tahap yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Film dokumenter “Urip-Urup”
mempunyai tema Dakwah inklusif, untuk memahami dan menyelesaikan masalah. Menentukan subjek film oleh sutradara dengan melakukan riset dan pengumpulan data, untuk memahami siapa subjek dalam film “Urip-Urup”.
Pendekatan terhadap subjek film di maksutkan untuk mengumpulkan data riset menjadi konsep film. Sutradara menginginkan sebuah informasi tentang realita subjek film di kehidupanya sehari hari dalam menyebarkan agama yang beliau anut dengan cara dakwah inklusif. Untuk pemilihan gaya bercerita film sutradara memilih gaya ekspositori dengan pendekatan naratif yang disusun dengan penceritaan cerita tiga babak. Gaya ini dipilih agar penonton bisa memahami cerita dan pesan dengan jelas. Film ini bisa menyampaikan pesan dari sutradara kepada para penonton tentang Dakwah inklusif, untuk memahami dan menyelesaikan masalah. Teknik penyutradaraan yang diterapkan pada film urip urup yaitu dengan gaya ekspositori dengan pendekatan naratif dandibagi menjadi tahap pada penjelasan berikut.
19 Penentuan Tema
Pada tahap ini penentuan tema menjadi point utama dalam penyutradraan. Tema yang kami angkat adalah Dakwah Inklusif. Tema besar ini kami angkat karena brief lomba Film Doku-drama di Pekan Seni Mahasiswa – Perguruan Tinggi Muhammadiyah ke-III, yang berlokasi di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Ide cerita dari film
“Urip-Urup” adalah menceritakan tentang Pak nurbani yakni sebagai subjek utama dan tokoh aktif Muhammadiyah yang memiliki peran di lingkungan sekitarnya. Pak Nurbani memiliki kontribusi cukup besar yakni membangun masjid yang digunakan untuk warga sekitar, dimana pada masjid tersebut juga digunakan untuk tempat mengaji bagi anak kecil di lingkungannya. Pak nurbani memiliki cara unik untuk berdakwah yaitu berdakwah inklusif, yakni dengan memposisikan dirinya kedalam posisi yang sama dengan lawan bicaranya sehingga dengan cara ini pendakwah akan dapat lebih memahami permasalahan dari lawan bicaranya, dari cara mendakwah ini terbukti dari salah satu teman pak nurbani yang mana teman tersebut adalah mantan preman yang kemudian berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik sampai mantan preman tersebut dapat membangun masjid dengan teman-teman yang lainnya.
Riset
Film dokumenter harus mempunyai riset agar fakta fakta yang akan diangkat bisa dipertanggungjawabkan. Hasil riset yang terkumpul sangat diperlukan untuk pengembangan ide cerita. Semakin akurat data yang di terima semakin baik alur cerita yang dibangun dalam film karena memiliki banyak sumber informasi yang nantinya bisa dimasukkan di naskah film. Hasil riset juga bisa dipakai sutradara mengolah data dan ide dari tema yang sudah ada
a. Observasi
Pada tahap awal riset berlangsung Observasi pada tahap awal riset berlangsung pada tanggal 21 April 2017. Karena kita dibentuk secara mendadak, yaitu h-1 bulan dan dalam waktu
20 kurang lebih 15 hari nantinya kita sudaah harus memproduksi film yang akan dilombakan di PSM-PTM III di Jakarta pada tanggal 9-11 Mei 2017. Observasi awal kita sebelum bertemu subjek adalah dengan mencari informasi subjek di internet, dikarenakan kita masih belum bisa bertemu dikarenakan subjek yang saat itu sudah mempunyai jadwal aktivitas yang padat.
Jadi kita harus menunggu di waktu free subjek untuk bertemu beliau. Pada 30 April 2017 kami akhirnya bertemu dengan pak nurbani untuk pertama kalinya. Agenda kami disana adalah menggali informasi tentang biografi subjek dan cara subjek menyebarkan agama islam di lingkungan sekitar tempat tinggal beliau dengan cara dakwah inklusif.
b. Riset Visual
Untuk memperoleh fakta dan data yang akurat untuk film dokumenter “Urip-Urup”. Riset visual diperoleh dari mengunjungi lokasi shooting kita di daerah Bumiaji, Kota Batu.
Riset visual kita disana adalah mengyurvei tempat, dimana kita bisa mengambil gambar untuk keperluan menunjukan luasnya daerah tempat tinggal subjek dan apa saja kegiatanya disana.
Serta mencari tempat shoot interview wawancara subjek, narasumber tambahan dan shoot lokasi adegan visualisasi kesaharian subjek karena kita membuat film bergenre DokuDrama (dokumenter drama) yang bisa memasukan sedikit adegan yang di direct tanpa merubah fakta yang ada
Penentuan Cerita Treatment
1. Tema
Dakwah Inklusif tokoh aktif Muhammadiyah yang memiliki peran di lingkungan sekitarnyaSubjek utama pada film ini memiliki kontribusi cukup besar yakni membangun masjid yang digunakan untuk warga sekitar, dimana pada masjid tersebut juga
21 digunakan untuk tempat mengaji bagi anak kecil di lingkungannya.
2. Latar Belakang
a) Pak nurbani sebagai subjek utama dan tokoh aktif Muhammadiyah yang memiliki peran di lingkungan sekitarnya b) Pak nurbani memiliki cara khusus untuk melakukan dakwah yakni dengan memposisikan dirinya kedalam posisi yang sama dengan lawan bicaranya sehingga dengan cara ini pendakwah akan dapat lebih memahami permasalahan lawan bicaranya c) dari cara mendakwah inklusif yang dilakukan Pak Nurbani, terbukti salah satu teman pak nurbani yang dulunya mantan preman sudah berproses menjadi pribadi yang lebih baik setelah menerama pendekatan dakwah dari Pak Nurbani.
3. Permasalahan
a) Bagaimana cara Pak Nurbani menyebarkan ajaran agama islam di sekitar lingkungan tempat beliau tinggal? b) Bagaimana langkah langkah Pak Nurbani, sehingga bisa menyebarkan dakwahnya dengan cara dakwah inklusi kepada teman temanya yang dulunya adalah mantan preman c) Bagaimana Pak Nurbani bisa dekat dengan petinggi agama lain dan bisa selalu menjaga silaturahmi tanpa adanya rasa perbedaan diantara mereka.
4. Langkah Penyelesaian
Usaha Pak Nurbani untuk menyebarkan agama islam dengan cara yang unik yaitu dengan cara Dakwah Inklusif yakni dengan memposisikan dirinya kedalam posisi yang sama dengan lawan bicaranya sehingga dengan cara ini pendakwah akan dapat lebih memahami permasalahan lawan bicaranya
5. Film Statement
Pak Nurbani menyebarkan agama islam kemuhamadiyahan dengan cara Dakwah Inklusif dimana dengan cara Dakwah ini Pak Nurbani bisa di terima di semua golongan di tempat sekitar beliau tinggal.
6. Objektif
22 Menunjukkan kepada para penonton bahwa ada cara dakwah yang unik yaitu dengan cara Dakwah Inklusif dimana pendakwah menempatkan diri kedalam posisi yang sama dengan lawan bicaranya sehingga dengan cara ini pendakwah akan dapat memahami permasalahan lawan bicaranya
7.Sinopsis
Pak Nurbani adalah seorang Tokoh Muhammadiyah yang berasal dari Jl.Gunungsari kec.Bumiaji, Kota Batu.Selain sebagai Direktur ATV, Dosen Universitas Muhammadiyah MalangProdi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ketua Muhammadiyah (2 periode), Ketua I MUI kota Batu Bertani. Pak Nurbani juga dikenal sebagai pak ustad di tempat kediaman beliau tinggal.
Beliau aktif membuat kegiatan keagamaan, seperti shalat berjamaah, tahlilan rutin, perkumpulan RT dan RW, Tempat Pengajian Anak yang berletak di masjid milik beliau yang berada dekat dengan rumahnya. Tidak hanya kegiatan itu saja, Pak Nurbani juga aktif berdakwah berkeliling ke masjid-masjid di dekat tempat beliau tinggal, dalam perjalanan berdakwahnya Pak Nurbani memiliki cara unik untuk mendekatkan dirinya kepada masyarakat. Yaitu dengan cara Dakwah Inklusif dimana beliau menempatkan dirinya sama seperti lawan bicaranya. Dengan cara berdakwah ini Pak Nurbani jadi disegani oleh masyarakat di tempat beliau tinggal, dari sesama umat islam, umat berbeda agama, mantan preman dan lainya, dakwah Pak Nurbani tidak selalu berjalan mulus , banyak orang yang mencibir dan menentang cara berdakwah beliau. Dan pertentangan itu datang dari orang-orang terdekat dan orang seagama dengan beliau yaitu muslim
8. Lokasi Produksi
Jalan. Gunungsari kecamatan. Bumiaji, Kota Batu
23 9. Alur
Babak I: Pengenalan Tokoh, Latar Belakang Permasalahan dan Lokasi
Di suatau hari yang cerah disekitar daerah Gunungsari kecamatan. Bumiaji, Kota Batu. Dari kejauhan banyak terlihat pohon-pohon yang masih rindang dan segar membentang bersamaan dengan petani yang sedang bekerja dan orang-orang sekitarnya sedang beraktivitas di pagi hari. Beberapa petani memetik bunga dan ada juga yang mengumpulkan hasil panen mereka.
Gambar 2.1 Gambar memperlihatkan desa bumiaji luas di pagi hari
Gambar 2.2 Gambar penduduk desa sedang beraktifitas
Terlihat Bapak Nurbani yang sedang sibuk berkebun di kebun milik beliau sambil menyirami tanaman dan memupuknya.
24 Gambar 2.3 Gambar Pak Nurbani sedang memupuk tanaman
Gambar 2.4 Gambar Pak Nurbani sedang sibuk berkebun
Sebelum masuk ke alur cerita film dokumenter “Urip-Urup”.
Pembukaan film dibuat menarik agar atensi penonton terhadap film terbangun, dimana opening film memperlihatkan luasnya daerah Gunungsari, Kota Batu. Dilanjutkan potongan wawancara Pak Nurbani di masjid milik beliau, menjelaskan tentang pahala bekerja sebagai petani
Gambar 2.5 GambarPak Nurbani menjelaskan pahala sebagai petani
Cuplikan wawancara ini dipilih untuk mewakilkan dimana kami ingin menjelasakan bahwa Pak Nurbani dibalik kesibukanya di dunia akademis dan organisasi yang beliau pimpin. Beliau tetap bekerja sebagai petani di waktu luangnya.
25 Dalam beberapa scene ini dimaksutkan juga untuk membuat penonton penasaran siapa kah Pak Nurbani ini.
Sehabis scene ini, film berlanjut ke pembahasan tentang cara Pak Nurbani berdakwah kepada masyarakat luas. Pesan pertama yang mau di berikan ke penonton ialah penonton diarahkan untuk melihat cara Pak Nurbani berdakwah ke masyarakat luas. Di scene tersebut memperlihatkan Pak Nurbani bertemu dengan para petinggi agama Hindu dan para mantan preman yang sudah insyaf setelah mendalami isi dakwah inklusif Pak Nurbani.
Beliau memberikan penjelasan singkat tentang Dakwah inklusif dimana Pak Nurbani terjun langsung menemui masyarakat dan menempatkan dirinya sama dengan lawan bicara. Di scene ini menjelaskan kedekatan beliau dengan petinggi agama lain dan keberhasilan beliau merubah mantan preman yang dipandang negatif oleh masyarakat ke jalan yang lebih baik .beliau juga yang memberi ide kepada mereka untuk membangun masjid yang nantinya bisa dibuat untuk shalat berjamaah dan kegiatan positif lainya. Di scene ini juga menjelaskan kepada penonton bahwa dakwah beliau juga di dukung oleh umat agama lain selain agama islam.
Gambar 2.6 Gambar Masjid At-taubat yang di bangun oleh mantan preman
26 Gambar 2.7 Gambar Teman Pak Nurbani yang dulunya
preman
Gambar 2.8 Gambar Teman Pak Nurbani dari agama lain
Wawancara subjek dibuat agar penonton tau informasi yang di berikan Pak Nurbani dan merasa lebih dekat dengan beliau. Wawancara subjek dibangun dengan visual suasana di masjid milik Pak Nurbani sendiri dimana penonton diajak mengenal lebih jauh siapa kah Pak Nurbani. Penonton diarahkan untuk melihat hasil dari dakwah yang beliau lakukan di sekitar tempat beliau tinggal. Di babak I yang ditampilkan ialah penjelasan Pak Nurbani mengenai cara beliau menyebarkan ajaran agama islam di daerah beliau tinggal
Gambar 2.9 Gambar Pak Nurbani di wawancarai di masjid milik beliau
27 Gambar 2.10 GambarPak Nurbani menjelaskan cara
berdakwah beliau
Babak I :
Babak I ialah awalan cerita yang dikemas menarik dengan sedemikian rupa agar penonton tertarik untuk melihat film. Ada beberapa elemen yang bisa menarik minat penonton salah satunya dengan pemakaian ilustrasi music di dalam film. Pada babak I ilustrasi musik yang dibangun pada bagian opening film adalah musik yang mengandung unsur dramatic, Dimana saat subjek menjelaskan tentang permasalahan yang dihadapi. Musik dibuat dengan tempo yang lambat untuk memberi kesan penasaran kepada penonton. Tempo music berlahan lebih cepat di scene-scene selanjutnya untuk menjelaskan bahwa cerita sudah mau masuk ke bagian inti cerita.
Babak II :
Di babak II permasalahan yang dimiliki Pak Nurbani mulai dimunculkan. Pernyataan untuk mengawali babak kedua adalah Pak Nurbani menjelaskan dalam menyebarkan Dakwahnya jalanya tidak selalu diterima semua orang. Poin yang menarik adalah disaaat beliau menjalaskan, bahwa yang menentang dakwah beliau bukan dari pemeluk agama lain selain islam, melainkan dari orang terdekat dan seagama dengan beliau.
Banyak yang menggunjing dibelakang beliau menganggap dakwah yang Pak Nurbani lakukan hanya membuang buang waktu saja, tidak effektif dan tidak akan merubah apapun.
28 Babak ini menunjukkan masalah-masalah yang dialami subjek, tapi di perlihatkan juga langkah subjek menyelesaikan hambatan hambatan yang dialami. Pak Nurbani menjelaskan saat beliau berdakwah banyak sekali orang yang berburuk sangka denganya. Banyak orang yang memiliki sudut pandang lain dengan cara beliau berdakwah, dari dibilang kafir, liberal, sekuler dan lainya. Pada scene ini adalah penjelasan sebab akibat yang ada di dalam babak ke II
Gambar 2.11 Gambar yang menjelaskan banyak yang tidak suka
Dari pertentangan yang beliau alami. Pak Nurbani teringat oleh perjuangan Kyai Ahmad Dahlan yang juga tokoh agama islam. Kyai Ahmad Dahlan juga sama di tentang oleh banyak kaum. Yang menyebabkan langgar kidul kyai dahlan hancur. Menariknya dalam peristiwa tersebut bukan orang musyrik, kafir atau liberal tetapi temanya sendiri yang sepemahaman dan seagama dengan beliau yang berbondong bondong meghancurkan langgar kidul kyai dahlan. Cerita ini dimaksutkan untuk memperjelas karakter subjek film dalam menghadapi masalah yang beliau alami.
29 Gambar 2.12 Gambar Kyai Ahmad Dahlan meghancurkan
langgar kidul Babak III
Di babak ke III film dokumenter “Urip-Urup” berisi kesimpulan dari semua babak cerita yang sudah di jelaskan.
Ditampilkan beberapa hasil wawancara narasumber lain yaitu tetangga beliau yang hidup di dekat kediamanya. Tentang bagaimana Pak Nurbani di mata orang-orang sekitarnya. Dan semua narasumber menganggap beliau adalah salah satu teladan yang baik bagi masyarakatnya sekitarnya. Disini dijelaskan dari hasil wawancara dengan Pak Nurbani dengan. Sikap Pak Nurbani yang tetap memperjuangakan dakwahnya walaupun banyak orang yang menentang nya sebagai pendakwah, beliau juga memberi pesan kepada para pendakwah lain diluar sana. Dengan Narasi tentang tugas pendakwah adalah membuat orang lain yang tidak tahu atau membenci ajaran muhammadiyah jadi tidak membenci ajaran muhammadiyah dengan visual Pak Nurbani berdiri ditengah perkebunan membawa bunga yang menunjukkan kedamaian.
(Gambar 2.13 Gambar Pak Nurbani berdiri ditengah perkebunan)