KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya,sehingga Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (Poltekkes Semarang) mampu menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2021. Dokumen RKT Poltekkes Semarang merupakan pedoman pelaksanaan program kerja yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan serta mengacu pada Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan DIPA TA. 2021 Poltekkes Semarang.
Rencana Kinerja Tahunan Poltekkes Kemenkes Semarang TA 2021 disusun dalam rangka mencapai visi Poltekkes Kemenkes Semarang yaituMenjadi Institusi Pendidikan Tinggi Yang Menghasilkan Tenaga Kesehatan Berbasis Kearifan Lokal dan Diakui Internasional tahun 2025. Visi tersebut dituangkan ke dalam Misi pencapaian Renstra sebagai berikut:
(1) Meningkatkan layanan pendidikan bermutu yang profesional dan terpadu melalui perbaikan standar dan sistem manajemen secara terus menerus dengan didukung Teknologi Informasi.
(2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan program pembangunan di bidang kesehatan.
(3) Mendorong produktivitas dan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
(4) Mengembangkan penelitian berbasis kearifan lokal dan meningkatkan kualitas publikasi penelitian.
(5) Menyelenggarakan inovasi program melalui dukungan sumber daya internal dan eksternal melalui kerjasama lintas program dan sektor.
Dokumen RKT Poltekkes Kemenkes Semarang Tahun 2021 ini diharapkan menjadi acuan bagi semua unsur di Poltekkes Kemenkes Semarang dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi bersama secara efektifdan efisien.
Semoga Rencana Kinerja Tahunan TA. 2021 ini dapat dilaksanakan dengan baik.
Semarang, 30 Desember 2020 Direktur,
Marsum, BE, S.Pd.,MHP NIP.196307271984031001
DAFTAR ISI Halaman Judul
KataPengantar………. ii
Daftar Isi ……….. iii
Daftar Gambar ……… iv
Daftar Tabel ……….…… v
BAB I. RENCANA STRATEGIS POLTEKKES SEMARANG ………. 1
1.1 Gambaran Umum ………...……… 1
A. Latar Belakang ……….…… 1
B. Maksud dan Tujuan ……….………. 4
C. Landasan Hukum ……… 4
1.2 Penyusunan Program dan Kegiatan ……… 5
1.3 Rencana Strategis Poltekkes Semarang 2021-2024……… 7
A. Visi ………. 7
B. Misi ………. 7
C. Sasaran ……….. 8
1.4 Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Semarang ………....…… 8
BAB II. TARGET KINERJA 2020……….. 12
BAB III. PERENCANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN ……….. 24
3.1 Kebijakan Perencanaan 2021 ……… 24
3.2 Asumsi-asumsi Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahun 2021………. 29
3.3 Prioritas Kegiatan Tri Dharma ………...……… 30
3.4 Kegiatan Untuk Pencapaian Target Renstra ……… 30
3.5 Usulan Investasi ……… 68
3.6 Biaya dan Sumber Biaya ………. 66
3.7 Analisa Resiko ………. 71
BAB IV PENUTUP ……… 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Semarang 10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jurusan dan Jumlah Prodi di Poltekkes Kemenkes Semarang 3 Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Poltekkes Kemenkes Semarang TA 2020 21 Tabel 2.2 Definisi Operasional Indikator Kinerja Utama 24
Tabel 3.1 Usulan Target Kinerja TA 2021 27
Tabel 3.2 : Rincian Anggaran TA 2021 30
Tabel 3.3 Elevasi dan Ketinggian Strukture 43 Tabel 3.4.Tabel rincian anggaran belanja TA 2021 69 Tabel 3.5 Rincian rencana pendapatan pada tahun 2021 72
1 BAB I
RENCANA STRATEGIS
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 1.1 Gambaran Umum
A. Latar Belakang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) Badan PPSDM Kesehatan yang memiliki tugas menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan memiliki kemandirian serta berbudi pekerti yang luhur dengan tetap memperhatikan kearifan lokal sesuai tugas dan fungsinya. Sebagai institusi pendidikan tinggi, perkembangan Poltekkes Semarang secara umum mencakup 5 (lima) isu strategis. Pertama, pembangunan kapasitas (capacity building) yang harus ditingkatkan sebagai respon tehadap perubahan paradigma dalam otonomi dan desentralisasi. Kedua, tata pamong yang baik sangat diperlukan dalam rangka menjamin kebebasan akademik dalam melaksanakan pembelajaran, penelitian, publikasi, dan pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu upaya dalam memperbaiki tata pamong adalah perencanaan strategis yang menjadi acuan semua jajaran manajemen. Ketiga, perguruan tinggi harus mampu meningkatkan pendanaan dari sektor publik, antara lain melalui kerja sama dengan industri, pelibatan pemerintah daerah, dan kemitraan dengan pemerintah pusat dengan tetap berpegang pada norma dan nilai-nilai akademik. Keempat, pengembangan sumber daya manusia yang merupakan unsur strategis untuk mencapai visi dan misi lembaga secara efektif dan efisien. Kelima, penjaminan mutu merupakan isu strategis yang sangat penting untuk menjaga mutu akademik dan non akademik secara berkelanjutan.
Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, diantaranya telah memberikan otonomi pengelolaan pendidikan tinggi.
Dalam pelaksanaannya (sesuai pasal 63 UU No. 12 tahun 2012), Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip: a) akuntabilitas; b) transparansi; c) nirlaba; d) penjaminan mutu; serta e) efektivitas dan efisiensi.
Hal ini tentunya akan memberikan keleluasaan bagi Perguruan Tinggi menjalankan perannya dalam berkontribusi di segenap sektor pembangunan melalui pencapaian misi bidang Tridharma Perguruan Tinggi. Perkembangan lingkungan pengelolaan Pendidikan Tinggi semakin dinamis dan kompleks, sehingga tuntutan operasional Tridharma Perguruan Tinggi perlu disesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang ada.
Tenaga kesehatan menjadi salah satu Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM kesehatan) yang sangat strategis. Ketersediaan SDM kesehatan yang tidak mencukupi, baik jumlah, jenis, dan kualifikasi serta distribusi yang tidak merata, menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pasal 21 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
“Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang semula bernama Politeknik Kesehatan Depkes Semarang, didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor 298 / MENKES-KESOS / SK / IV/ 2001 tanggal 16 April 2001 dan terakhir dirubah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 890 / MENKES/
VIII/ 2007 tanggal 2 Agustus 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan. Politeknik Depkes Kemenkes Semarang merupakan integrasi beberapa institusi pendidkan Diploma III Kesehatan di wilayah Jawa Tengah. Berdasarkan surat dari Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Nomor TU 05.02/II/II/1535/2010, tanggal 18 Pebruari 2010 tentang Perubahan Nomenklatur Departemen Kesehatan RI menjadi Kementerian Kesehatan RI, maka Politeknik Kesehatan Depkes Semarang berubah menjadi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Pada awal pendiriannya, Politeknik Kesehatan memiliki 6 (enam) jurusan dengan 11 Prodi. Saat ini, Politeknik Kesehatan Semarang telah memiliki 8 (Delapan) jurusan dan 1 Program Magister yang terdiri dari 35
3 Program Studi yaitu : Jurusan Keperawatan memiliki 6 Prodi D-III, 2 Prodi D-IV dan 1 Profesi Ners dan Keperawatan Semarang kelas Kendal, Jurusan Kebidanan memiliki 5 Prodi D-III dan 2 Prodi D-IV dan 1 Profesi Bidan serta Unit Pelaksana program Studi Kebidanan DIII Semarang Kampus Kendal, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi memiliki 2 Prodi D-III dan 1 Prodi D-IV, Jurusan Gizi memiliki 1 Prodi D-III, 1 Prodi D-IV, dan 1 Profesi Dietisien, Jurusan Kesehatan Lingkungan memiliki 1 Prodi D-III dan 1 Prodi D-IV, Jurusan Keperawatan Gigi memiliki 1 Prodi D-III dan 1 Prodi D-IV, Jurusan Analis Kesehatan memiliki 2 Prodi D-III dan 1 Prodi D-IV, Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan memiliki 1 Prodi D-III, serta Poltekkes Semarang memiliki 1 Program Pasca Sarjana yang terdiri dari Program Magister Keperawatan, Program Magister Kebidanan, Program Magister Imaging Diagnostik dan Program Magister Terapis Gigi dan Mulut.
Dalam Perkembangannya Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang memiliki 34 Program Studi, 2 Kelas Unit pelaksana Program Studi, serta 4 Program studi Megister terapan dalam 8 jurusan dan 1 megister terapan kesehatan. Letak Poltekkes semarang dalam 8 Kampus tersebar di 7 Kab/kota di propinsi Jawa Tengah yaitu : Kota Semarang, Kab Pekalongan, Kota Tegal, Kab Banyumas, Kab Kendal , Kab Magelang dan Kab Blora;
Tabel 1.1 Jurusan dan Jumlah Prodi di Poltekkes Kemenkes Semarang
No Jurusan Jumlah Program Studi
1 Keperawatan 9
2 Kebidanan 6
3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi 3
4 Keperawatan Gigi 2
5 Analis Kesehatan 3
6 Gizi 3
7 Kesehatan Lingkungan 2
8 Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 1
No Jurusan Jumlah Program Studi
9 Magister Terapan Kesehatan 4
Jumlah 34
B. Tujuan dan Manfaat
Rencana Strategi pengembangan Poltekkes Kemenkes Semarang bertujuan dan bermanfaat sebagai berikut:
1. Memberikan arah dan sebagai acuan penyusunan program kerja jangka pendek, menengah dan panjang dalam kurun waktu 5,15 dan 25 tahun kedepan
2. Mengarahkan dan menetapkan alokasi sumberdaya (resources) untuk pencapaian visi dan misi institusi
3. Meningkatkan kualitas pelayanan prima pada public yang berkesinambungan
4. Memberikan arah dalam pelaksanaan program tahunan.
C. Landasan Hukum
Landasan Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Poltekkes Kemenkes Semarang adalah :
1. UU no 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
3. Peraturan Pemerintah No 21 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga
4. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah,
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal
5 7. Permenpan 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
OT.02.03/I/4/03440.1/2007 tentang Pedoman Organisasi dan tata laksana Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan
10. Keputusan Menteri Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor No.HK.00.01.08.99.603 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Jenjang Pendidikan Tinggi Pendidikan Tenaga Kesehatan.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan Di Lingkungan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan.
12. PMK 30/PMK NO 5/ 2019 Tentang Tarif layanan Badan Layanan Umum Poltekkes Kemenkes Semarang pada Kemeterian Kesehatan, 13. Perdirjen Perbendaharaan No. Per-62/PB/2009: Tata Cara Penyajian
Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan.
1.2 Penyusun Program dan Kegiatan
Konsep manajerial yang diterapkan dalam pengelolaan BLU yaitu “let the managers manage and make the managers manage”. Konsep “let the managers manage” mengandung makna memberi kesempatan kepada manager (pimpinan satuan kerja) mengelola layanan pemerintah seperti pendidikan dan kesehatan dengan menggunakan anggaran secara efisien dan efektif. Sedangkan konsep “make the managers manage” bermakna memastikan bahwa pimpinan satuan kerja tersebut telah melakukan pengelolaan dengan efisien dan efektif sehingga menghasilkan output yang optimal (Waluyo, 2011)
Sebagai salah satu satuan kerja dengan penerapan keuangan Badan layanan umum, Poltekkes Kemenkes Semarang menentukan langkah awal dengan perumusan strategi yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis (Renstra) Poltekkes Kemenkes Semarang. Penetapan strategi ditujukan untuk mencapai misi, visi dan tujuan organisasi yang diwujudkan dalam program dan kegiatan untuk mencapai berbagai tujuan dan sasaran.
Sasaran strategis Poltekkes Kemenkes Semarang tersebut merupakan sasaran-sasaran yang hendak dicapai dalam periode perencanaan strategis yang memuat indikator keberhasilan dan target kinerja yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu implementasi rencana strategis (lima tahunan).
Implementasi Renstra setiap tahun dituangkan dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Rencana operasional disusun untuk menjelaskan pencapaian masing-masing sasaran strategis setiap periode. Setiap sasaran strategis dijabarkan dalam indikator dan target kinerja untuk masing-masing tahun rencana (tahun ke 1,2,3,4 dan 5 periode rencana strategis).
Rencana operasional ini dijadikan acuan dasar dalam menetapkan tahapan pencapaian sasaran tahunan. Selain bentuk penetapan kinerja melalui Rencana operasional, penetapan kinerja dilakukan juga melalui pencapaian output-output dalam layanan dasar operasional Poltekkes Kemenkes Semarang atau pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Unit kerja.
Sehingga Rencana Kinerja Tahunan yang dilaksanakan melalui pemandatan kinerja maupun melalui pelaksanaan layanan dasar/tupoksi Unit kerja dapat dilakukan pengukuran kontribusinya dalam mendukung tujuan Universitas yang ditetapkan dalam Renstra. Sebagai wujud implementasi dari Rencana Strategis dan Rencana Operasional, maka setiap tahun ditentukan suatu target kinerja yang dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan.
Target kinerja tersebut merupakan penjabaran lebih rinci dari masing-masing sasaran strategis ke dalam inisiatif strategis, program dan kegiatan serta sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran strategis tahunan. Untuk mencapai target kinerja tahunan tersebut Poltekkes Kemenkes Semarang perlu untuk mengidentifikasi dan menghitung sumber
7 daya ekonomi yang dimiliki dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk anggaran tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Rencana kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) yang merupakan suatu estimasi rencana penerimaan dan rencana pengeluaran dalam periode satu tahun. Oleh karena itu, RKAT merupakan wujud berbagai kegiatan dalam pengalokasian sumberdaya ekonomi untuk mewujudkan berbagai sasaran stategik.
1.3 Rencana Strategis Poltekkes Kemenkes Semarang 2021-2024 Sasaran Poltekkes Kemenkes Semarang telah dirumuskan dalam rencana operasional tahun 2012 – 2025 yang merupakan arah pengukuran pencapaian rencana strategi tahap I (Jangka Pendek), II (Jangka Menengah) dan III (Jangka Panjang). Dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahun 2021, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang mengacu pada Rencana Strategis Jangka Menengah yang dijabarkan sebagai berikut :
A. Visi
“ Menjadi institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga kesehatan berbasis kearifan lokal dan diakui internasional tahun 2025”
B. Misi
1. Meningkatkan layanan pendidikan bermutu yang profesional dan terpadu melalui perbaikan standar dan sistem manajemen secara terus menerus dengan didukung Teknologi Informasi
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan program pembangunan di bidang kesehatan
3. Mendorong produktivitas dan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
4. Mengembangkan penelitian berbasis kearifan lokal dan meningkatkan kualitas publikasi penelitian
Menyelenggarakan inovasi program melalui dukungan sumber daya internal dan eksternal melalui kerjasama lintas program dan sektor.
C. Sasaran
Untuk mencapai tujuan visi dan misi, Politeknik Kesehatan Semarang menerapkan strategi berupa:
1. Identifikasi dan penataan struktur organisasi Politeknik Kesehatan Semarang
2. Mobilisasi dan pemberdayaan unit kerja pada institusi Politeknik Kesehatan Semarang
3. Memberikan pemahaman dan membangun komitmen yang sama kepada semua unsur pimpinan dan pelaksana terhadap visi dan misi Politeknik Kesehatan Semarang
4. Penyelenggaraan rapat kerja penyusunan renstra dan rencana kerja tahunan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta pengembangan program unggulan Politeknik Kesehatan Semarang
5. Implementasi penjaminan mutu berbasis ISO 900:2015
6. Penerapan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) 7. Kerja sama lintas program dan lintas sektor
8. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris dosen dan mahasiswa 9. Pembinaan sivitas akademika dan tenaga kependidikan untuk
optimalisasi kinerja Politeknik Kesehatan Semarang.
10. Pembinaan dan pengembangan toleransi kehidupan beragama sivitas akademika dan tenaga kependidikan Politeknik Kesehatan Semarang 11. Peningkatan kesejahteraan seluruh komponen Politeknik Kesehatan
Semarang
12. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Politeknik Kesehatan Semarang.
1.4. Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Semarang
Seringkali ada anggapan bahwa kelembagaan BLU menjadi berbentuk komersial, padahal tidak demikian. PPK BLU dapat diterapkan oleh setiap instansi Pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
9 operasional yang dapat berasal dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon (struktural) atau non eselon (non struktural). Sebagian besar Satker PPK BLU berbentuk struktural, misalnya: Universitas Negeri Jakarta (Eselon I), dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr Cipto Mangunkusumo (Eselon II). Namun demikian terdapat juga Satker PPK BLU berbentuk nonstruktural, misalnya:
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP KUKM) dibawah Kementerian Koperasi dan UKM, Pusat Pengelola Kawasan Gelanggang Olahraga Bung Karno (PPK GBK) dan Pusat Pengelola Kawasan Kemayoran (PPKK) di bawah Sekretariat Negara.
Perubahan organisasi sering mengalamikendala karena berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Teknis. Di samping itu, harus berpedoman pada ketentuan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara terkait organisasi dan tata kerja yaitu:
1) Perubahan organisasi dan tata kerja bagi
Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah Pusat dapat dilakukan berdasarkan analisis organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan;
2) Perubahan tersebut dapat meliputi
penyempurnaan tugas, fungsi, struktur organisasi dan tata kerja, dan atau eselon jabatan;
3) Usulan perubahan harus dilengkapi dengan naskah akademik 4) Perubahan organisasi dan tata kerja
Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah Pusat ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
Struktur organisasi mendeskripsikan tentang fungsi, tugas, akuntabilitas dan otoritas dari masing-masing unit kerja, termasuk di dalamnya jumlah tenaga kerja yang dialokasikan. Dengan struktur organisasi, Poltekkes Kemenkes Semarang akan menjalankan fungsi-fungsinya sebagaimana tersebut dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 tahun 2018 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan Di
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan secara sistematis, tegas dan jelas dalam rangka pembagian dan distribusi tugas serta tanggung jawab kepada semua elemen dalam rangka pencapaian tujuan.
STRUKTUR ORGANISASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Semarang
BAB II
TARGET KINERJA 2020 2.1. Indikator Kinerja 2020
Untuk membangun kemampuan kompetitif bangsa harus dilaksanakan secara bersama-sama, konvergen dan sinergis. Dalam hal pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kesejahteraan bangsa, komponen pemerintah dan perguruan tinggi harus bersama-sama menyatukan potensi dalam satu jaringan kerja yang setara dan sederajat untuk menjalankan mandat Tri Darma Perguruan Tinggi termasuk pengembangan secara terorganisasi, sistematik dan berkelanjutan. Dalam hal ini kinerja perguruan tinggi terkoordinasi sampai dengan level kementerian.
Memperhatikan rencana induk pengembangan (RIP) Poltekkes Kemenkes Semarang yang di tetapkan pada tahun 2012 oleh Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang, Maka perencanaan kegiatan tahun 2020 merupakan aplikasi pelaksanaan pada periode ke II jangka menegah yaitu 2016 -2020.sehingga tahun 2020 merupakan tahun terakhir pada jangka menegah II penerapan rencana stategi Poltekkes Kemenkes Semarang.
Renstra Poltekkes Kemenkes Semarang disusun untuk mengimplementasikan rencana induk pengembangan menjadi rencana yang lebih terperinci untuk dapat dilaksanakan oleh Poltekkes Kemenkes Semarang.
RIP Poltekkes Kemenkes Semarang juga merupakan rencana yang disusun untuk mewujudkan visi dan menjalankan Misi Poltekkes Kemenkes Semarang Untuk melaksanakan Renstra Poltekkes Kemenkes Semarang,
Khusus untuk perguruan tinggi negeri dengan status BLU terdapat mandat khusus yaitu berkontribusi dalam mensukseskan sistem inovasi nasional dengan memunculkan indikator kinerja yang berhubungan dengan inovasi produk-produk Tri Dharma perguruan tinggi. Tahun 2020 fokus kinerja yang diusulkan sebagai target indikator kinerja utama (IKU) Poltekkes Kemenkes Semarang adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Poltekkes Kemenkes Semarang TA 2020
NO Sasaran Program / Kegiatan Indikator Kinerja TARGET
(1) (2) (3) (4)
1 Rasio Dosen terhadap
mahasiswa Rasio Dosen dan mahasiswa 1:28
2 Serapan lulusan <1 Tahun Persentase Serapan Lulusan dipasar
Kerja < 1 Tahun 77%
3 Pembinaan wilayah
berkelanjutan Jumlah Pengabdian Masyarakat berbasis
wilayah dalam 1 tahun 25
4 Karya yang di usulkan HAKI Karya yang di usulkan mendapat HAKI 90 5 Penelitian yang di publikasikan Jumlah Penelitian yan di publikasikan
dosen dalam 1 tahun 300
6 Jumlah Penelitian yang di
hasilkan Jumlah penelitian yang dilakukan dosen
dalam 1 tahun 125
7 Prosentase dosen tetap
berkualifikasi S3 Prosentase jumlah dosen berkualifikasi
S3 7%
8 Dosen yang berprestasi nasional
dan Internasional Dosen yang berprestasi nasional dan
Internasional 14
9 Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks Kepuasan Masyarakat 3,6 10 Presentase Mahasiswa dari
masyarakat berpenghasilan rendah
Presentase Mahasiswa dari masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapat bantuan pendidikan
3%
11 Meningkatkanya Kelulusan Uji
Kompetensi Prosentasen Kelulusan Uji Kompetensi 75%
12 Prestasi mahasiswa yang mendapatkan penghargaan nasional dan internasional
Jumlah mahasiswa yang mendapatkan penghargaan ditingkat internasional, nasional dan regional (Prov/Kab/Kota)
25
13 Kinerja pengelolaan keuangan
efektif, efisien dan akuntabel Persentase pendapatan PNBP terhadap
biaya operasional 45%
Jumlah Pendapatan PNBP (dlm Rupiah ) 72.500.000.00 0 Realisasi pendapatan dari optimalisasi
aset (khusus satker PKBLU) ( dlm Rupiah )
6.500.000.000
Persentase Penyelesaian Modernisasi Pengelolaan Keuangan BLU (khusus satker PKBLU)
100%
DEFINISI OPERASIONAL
No. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
1. Persentase realisasi pendapatan
BLU terhadap biaya operasional Definisi:
Realisasi pendapatan BLU merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk pendapatan dari APBN.
Biaya Operasional merupakan seluruh biaya langsung yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat meliputi belanja pegawai, biaya bahan, biaya jasa layanan, biaya pemeliharaan, biaya daya dan jasa dan biaya langsung lainnya yang berkaitan yang berkaitan langsung dengan pelayanan yang diberikan oleh Satker BLU, baik yang sumber dananya berasal dari Rupiah Murni APBN maupun pendapatan operasional Satker BLU.
Perhitungan Realisasi IKU:
Pendapatan BLU Biaya Operasional
Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
X 100 %
X 100 % X Bobot IKU (90%)
2. Realisasi pendapatan BLU tahun
2019 Definisi:
Realisasi pendapatan BLU merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain- lain pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk pendapatan dari APBN.
Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Pendapatan BLU Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target 3. Realisasi pendapatan dari
optimalisasi aset Definisi:
Pendapatan yang diperoleh dari hasil pengelolaan aset baik aset tetap maupun aset lancar pada BLU meliputi pelaksanaan pengelolaan aset BLU dan pelaksanaan pengelolaan aset pihak lain (Bobot 80%).
BLU memiliki sistem informasi penatausahaan PNBP (Bobot 20%) Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Pendapatan BLU dari optimalisasi aset Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
X 100 % X Bobot IKU (120%)
X 80% + 20% (jika memiliki sistem informasi penatausahaan PNBP) X Bobot
4 Persentase Penyelesaian
Modernisasi Pengelolaan BLU Definisi:
Capaian KPI = Persentase penyelesaian pengembangan sistem informasi pada tahun 2019 sebagaimana maksud pasal 21 dan 22 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2016 tentang Pedoman Penggunaan Aplikasi Badan Layanan Umum Integrated Online System yang telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 29/PB/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2016 tentang Pedoman Penggunaan Aplikasi Badan Layanan Umum Integrated Online System.
Perhitungan Realisasi IKU:
Tahapan dalam modernisasi Pengelolaan BLU:
1. BLU membuat inovasi layanan yang memberi dampak efisiensi dan peningkatan kualitas layanan BLU(Bobot 20%)
2. BLU mengisi data profil, layanan dan keuangan periode 2015-2019 pada BIOS secara lengkap dan tepat waktu(Bobot 10%)
3. BLU mengisi menindaklanjuti rekomendasi monev tahun sebelumnya dan mengisi tindak lanjut tersebut pada BIOS(Bobot 30%)
BLU menindaklanjuti 91-100% rekomendasi monev (Bobot 120%)
BLU menindaklanjuti 76-90% rekomendasi monev (Bobot 100%)
BLU menindaklanjuti 61-75% rekomendasi monev (Bobot 80%)
BLU menindaklanjuti 51-60% rekomendasi monev (Bobot 60%)
BLU menindaklanjuti 30-50% rekomendasi monev (Bobot 40%) 4. Penggunaan modul Office Automation(Bobot 20%)
BLU mempunyai aplikasi perkantoran secara elektonik yang dapat terkoneksi dengan modul Office Automation pada BIOS Dit. PPK BLU.
5. Komputerisasi prosedur penerimaan PNBP hingga belanja PNBP(Bobot 30%)
Ketersediaan Aplikasi Cash Management System dari perbankan yang terkoneksi dengan Sistem Informasi Keuangan pada BLU
Ketersediaan Aplikasi Penerimaan PNBP dan Belanja PNBP
6. BLU Mempunyai website yang representatif dan up to date(Bobot 20%) 7. BLU mempunyai database layanan terpusat(Bobot 10%)
8. Tersedianya webservices untuk transfer data dari BLU ke Kementerian Keuangan(Bobot 20%)
webservices terkoneksi dengan BIOS Dit.PPK BLU
kelengkapan data pada webservices (data sesuai requirement pada BIOS) 9. Tersedianya dashboard untuk kebutuhan manajerial BLU(Bobot 10%)
10. Tersedianya proses bisnis terkait layanan dan keuangan BLU yang berbasis teknologi yang terintegrasi(Bobot 30%)
proses pendaftaran, dan kegiatan akademik yang berbasis IT
proses keuangan (penerimaan pendapatan hingga belanja) yang dapat menghasilkan Laporan Keuangan dan Manajerial secara otomatis yang berbasis IT (tidak melalui input manual setiap tahapan).
memiliki SOP terkait proses bisnis layanan dan kesuangan berbasis IT.
Target Minimal 100%
Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi
Target X 100 % X Bobot IKU (100%)
5. Rasio dosen terhadap mahasiswa Definisi:
Dosen tetap adalah Tenaga Pengajar yang telah memilik SK Jabatan Fungsional Dosen (baik yang sudah sertifikasi dosen maupun belum).
Sesuai dengan borang BAN PT, rasio dosen terhadap mahasiswa untuk Poltekkes yaitu 1:20 - 1:30 Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah dosen tetap (jabfung) tahun 2019 : total jumlah mahasiswa tahun 2019 Perhitungan Capaian IKU:
Jika realisasi rasio dosen mahasiswa sesuai pada range regulasi, maka nilainya 100%, dan Perhitungan Capaian IKU = Nilai (100%) x Bobot IKU (95%)
Jika, rasio dosen tidak sesuai dengan range regulasi, maka ketentuan nilainya sebagai berikut:
Deviasi di atas atau di bawah range regulasi Nilai
s.d 10% dari regulasi 85%
11-20 % dari regulasi 75%
21-40% dari regulasi 65%
41-60% dari regulasi 55%
> 60% dari regulasi 45%
Perhitungan Capaian IKU = Nilai x Bobot IKU (95%) 6. Persentase jumlah lulusan dengan
IPK ≥ 3,25 Definisi:
Persentase jumlah lulusan dengan IPK ≥ 3,25 dari keseluruhan lulusan pada tahun 2019
Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah Lulusan dengan IPK ≥ 3,25 Jumlah lulusan pada tahun yang sama Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target 7. Persentase jumlah mahasiswa yang
lulus uji kompetensi Definisi:
Persentase jumlah mahasiswa yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan secara nasional Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah Mahasiswa yang Lulus Uji Kompetensi Jumlah Mahasiswa yang Mengikuti Uji Kompetensi Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
X 100 %
X 100 % X Bobot IKU (90%)
X 100 %
X 100 % X Bobot IKU (100%)
8. Pembinaan Wilayah yang
berkelanjutan Definisi:
Jumlah Pembinaan Wilayah berkelanjutan yang dilakukan pada tahun 2019 Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah pembinaan wilayah berkelanjutan yang dilakukan pada tahun 2019 Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
9. Karya yang diusulkan dan/atau
mendapatkan HAKI Definisi:
Karya yang diusulkan dan/atau mendapatkan HAKI pada tahun berjalan, sesuai dengan UU No 28 Tahun 2014 dan UU No 14 Tahun 2001 dan PP RI No 37 Tahun 2009 tentang Dosen, dapat berupa Hak Cipta dan Hak kekayaan Industri (Hak Paten, Hak Merek, Hak Desain Industri, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Hak Rahasia Dagang, Hak Indikasi)
Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Total nilai a + b + c pada tahun 2019 a = Jumlah karya yang diusulkan x nilai (1)
b = Jumlah karya yang mendapatkan HAK CIPTA x nilai (3) c = Jumlah karya yang mendapatkan HAK PATEN x nilai (7) Ketentuan nilai sebagai berikut:
Karya yang diusulkan diberi nilai 1
X 100 % X Bobot IKU (90%)
Karya yang mendapatkan HAK CIPTA diberi nilai 3
Karya yang mendapatkan HAK PATEN diberi nilai 7 Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
10. Jumlah penelitian yang dihasilkan Definisi:
Jumlah penelitian yang telah diselesaikan oleh dosen pada tahun 2019 Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah penelitian yang dihasilkan oleh dosen pada tahun 2019 Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target 11. Penelitian yang dipublikasi Definisi:
Jumlah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2019 Perhitungan Realisasi IKU:
Realisasi = Jumlah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2019 x Bobot X 100 % X Bobot IKU (110%)
X 100 % X Bobot IKU (100%)
Ketentuan bobot, sebagai berikut:
a. Jenis penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Bereputasi Bobot 7 b. Jenis penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Bobot 5 c. Jenis penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nasional Terakreditasi Bobot 3 d. Jenis penelitian yang dipublikasikan di Prosiding Terindeks Bobot 2 e. Jenis penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nasional/ISSN Bobot 1 f. Jenis penelitian yang diseminarkan dengan melibatkan pihak eksternal Bobot 0,5 Perhitungan Capaian IKU:\
Realisasi Target
12. Persentase Jumlah dosen berkualifikasi S3
Definisi:
Persentase jumlah dosen berkualifikasi S3 dibanding jumlah dosen keseluruhan
Perhitungan Realisasi IKU:
Jumlah dosen berkualifikasi S3 pada tahun 2019 Jumlah dosen pada tahun 2019
X 100 % X Bobot IKU (115%)
X 100 %
Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
13. Indeks Kepuasan Masyarakat Definisi:
Penilaian dilaksanakan sesuai dengan standar (Peraturan Menpan-RB nomor 16 tahun 2014 tentang pedoman survey kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik) dengan sasaran stakeholder
Perhitungan Realisasi IKU:
Indeks Kepuasan Masyarakat (skala 1-4) pada tahun 2019 Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target 14. Persentase mahasiswa dari
masyarakat berpenghasilan rendah Definisi:
Persentase mahasiswa yang berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapatkan beasiswa atau potongan tarif dibanding jumlah mahasiswa keseluruhan
X 100 % X Bobot IKU (95%)
X 100 % X Bobot IKU (95%)
Perhitungan Realisasi IKU:
Jumlah mahasiswa dari masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapatkan beasiswa atau potongan tarif
Jumlah total mahasiswa tahun 2021
Perhitungan Capaian IKU:
Realisasi Target
X 100 %
X 100 % X Bobot IKU (110%)
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
3.1Kebijakan Perencanaan 2021
Sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2013 tentang Pola dan Mekanisme Pendanaan Politeknik kesehatan bahwa, maka kebijakan perencanaan 2021 meliputi beberapa hal berikut:
a. Perencanaan dan Penetapan Kinerja
Rencana Strategis dalam pelaksanaannya anggaran akan dijabarkan kedalam rencana operasional untuk perioda lima tahunan. Perencanaan lima tahun tersebut kemudian akan dijabarkan lagi kedalam Rencana Kinerja Tahunan dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan. Jenjang perencanaan kinerja maupun perencanaan kegiatan dan anggaran setiap tahun dalam suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja memegang peranan yang sangat penting karena mengamanatkan untuk mengintegrasikan sistem akuntabilitas kinerja dengan sistem penganggaran. Peran tersebut diwujudkan dalam penetapan Rencana Kinerja yang berisikan indikator-indikator kinerja sebagai acuan dalam menyusun usulan kegiatan dan anggaran untuk periode yang bersangkutan. Setelah RKAT disahkan maka dokumen rencana tahunan tersebut yaitu berupa Rencana Kinerja Tahunan yang didalamnya termasuk sebagai dokumen Penetapan Kinerja.
Penetapan kinerja yang pada hakekatnya merupakan kontrak kinerja atau kesepakatan kinerja (Performance Contract/Agreement) adalah instrumen dasar agar para pimpinan di Politeknik Kesehatan memiliki arah dan tujuan yang jelas dan terukur dalam melaksanakan program-programnya. Dengan adanya komitmen ini, maka setiap pimpinan di lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang sudah mengetahui target kinerja yang akan dicapai oleh unit kerjanya masing-masing dalam suatu periode tahunan. Penetapan kinerja tersebut juga merupakan komitmen tertulis dari para pimpinan Poltekkes Kemenkes Semarang untuk dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya yang telah direncanakan sendiri, pada akhir periode anggaran. Perencanaan di Poltekkes Kemenkes
Semarang pada dasarnya mengacu kepada perencanaan pengembangan Poltekkes Kemenkes Semarang sampai dengan tahun 2040, disamping ada fleksibilitas untuk perencanaan program/kegiatan yang spesifik di sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian di Poltekkes Kemenkes Semarang yaitu Jurusan, Program Studi, Unit pelaksana teknis, sub bagian adminstrasi umum dan sub bagian administrasi akademik namun tetap harus memperhatikan perencanaan Poltekkes Kemenkes Semarang secara keseluruhan agar terdapat kesinambungan pelaksanaan seluruh perencanaan antara bagian di Poltekkes Kemenkes Semarang.
b. Sumber Pendanaan Penerimaan dana bersumber dari Dana APBN dan Dana Masyarakat.
Dana APBN diperoleh berdasarkan alokasi yang diterima dari Kemeterian Kesehatan sesuai alokasi yang telah ditentukan dibawah Badan PPSDM Kesehatan sesuai denan mekanisme ketentuan perundangan Keuangan Negara. Sedangkan dana masyarakat adalah dana yang diperoleh dari hasil-hasil kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.
c. Penyusunan Akuntasi Biaya Poltekkes Kemenkes Semarang dan Pola Tarif
Dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran, Standar Biaya Khusus Poltekkes Kemenkes Semarang dan pola tarif dijadikan acuan penyusunan rencana pembiayaan yang merupakan batasan satuan biaya paling tinggi yang dapat digunakan oleh unit kerja di lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang. Standar Biaya Khusus Poltekkes Kemenkes Semarang ditujukan dalam rangka efisiensi pembiayaan kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan bersifat operasional dan layanan penyelenggaraan Tridharma Poltekkes Kemenkes Semarang. Standar Biaya Khusus berlaku untuk jenis-jenis pembiayaan antara lain yang bersifat mengikat karena adanya komitmen antara pelaksana Tridharma dengan pihak ekternal (pemberi pekerjaan). Selain dari aspek operasional, Pimpinan Universitas dengan organ lainnya bersama-sama menyusun
kebijakan tarif untuk jabatan struktural tertentu, serta tarif yang berhubungan dengan penyelenggaraan akademik.
d. Penetapan Pagu Anggaran
Eselon I Kementerian Kesehatan dalam hal ini Badan PPSDM mendapatan alokasi anggaran yaitu Anggaran Fungsi Kesehatan dan Fungsi Pendidikan, Untuk unit Pelaksana Teknis seperti Poltekkes Kemenkes Semarang akan mendapatkan alokasi Pagu Anggaran sesuai dengan Kriteria yang ada diantaranya : Jumlah Pegawai, Jumlah Program Studi dan Lain-lain.
Pagu merupakan batasan nilai anggaran maksimum yang diperkenankan untuk diusulkan oleh masing-masing unit kerja. Penetapan pagu anggaran ini dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi pemanfaatan sumber dana yang tersedia dalam menunjang kelancaran tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja. Selain itu, pagu juga digunakan untuk menentukan prioritas kegiatan serta alokasi dana pada kegiatan pengembangan aktivitas yang penting dan diperlukan.
e. Penetapan kategori Kegiatan
Keterbatasan sumber daya anggaran untuk komitmen sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Rencana Induk Pengembangan Poltekkes Kemenkes Semarang menjadi tantangan bagi Poltekkes Kemenkes Semarang dalam penyusunan perencanaan kegiatan dan anggaran.Agar semua perencanaan dapat dikelola dan dikendalikan dengan lebih memadai,maka unit kerja dalam penyusun perencanaan kegiatan dan anggaran dikategorikan dalam 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Prioritas Satu, adalah kegiatan yang mutlak harus dilakukan dan dianggarkan dalam rangka menjaga keberlangsungan operasional tridharma perguruan tinggi dan upaya untuk mencapai target kinerja yang sudah ditetapkan. Selain itu, dapat pula berwujud kegiatan-kegiatan yang merupakanbentuk dari ketentuan hukum, misalnya kewajiban gaji dan upah kepada pegawai, biaya listrik, telpon, atau belanja pemeliharaan sarana dan prasarana agar menjadi lebih aman dalam penggunaannya. Kegiatan yang sifatnya mendesak
karena adanya bencana atau kewajiban pada pihak eksternal juga dapat dikategorikan pada kelompok prioritas satu ini.
2) Kegiatan Prioritas Dua, adalah kegiatan yang penting untuk dilakukan dalam rangka pencapaian dan peningkatan target kinerja renstra. Kegiatan ini penting namun tetap mempertimbangkan ketersediaan sumberdana yang dimiliki perguruan tinggi. Kegiatan dalam kategori ini merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk mempercepat pencapaian target kinerja renstra, sehingga jika dana belum tersedia, maka kegiatan ini tidak dilakukan.
3) Kegiatan Prioritas Tiga, merupakan kegiatan prioritas dua yang belum bisa didanai, atau dapat pula kegiatan-kegiatan yang sifatnya
“kosmetik” (memperindah, menjadi lebih nyaman, membuat lebih mewah, dll). Kegiatan dalam prioritas ini tidak berkaitan langsung dalam pencapaian target kinerja renstra.
Tabel 3.1 Usulan Target Kinerja TA 2021
No Indikator No Komponen Penilaian Jumlah Target
USULAN Satuan
1
Persentase realisasi pendapatan BLU terhadap biaya
operasional
1 Pendapatan BLU 45% rupiah
2 Biaya Operasional (51 dan
52, RM dan PNBP) rupiah
2 Realisasi pendapatan BLU Tahun 2021 72,500,000,000 rupiah 3 Realisasi
pendapatan darioptimalisasi aset
1 Pendapatan dari Aset Tetap
(KSO/KSM) 4,000,000,000 rupiah
2 Pendapatan dari Aset Lancar
(Optimalisasi Kas) rupiah
4 Persentase penyelesaian modernisasi BLU 125 persen 5 Kualitas
Lulusan 1 Persentase jumlah lulusan
dengan IPK ≥3,25 80% persen
No Indikator No Komponen Penilaian Target
USULAN Satuan 2 Persentase kelulusan uji
kompetensi 85% persen
6 Kuantitas dan Kualitas Penelitian, HaKI, dan Produk Inovasi
1 Jumlah penelitian yang
dihasilkan 133 kegiatan
2 Penelitian yang dipublikasikan 190 nilai 3 Karya HaKI berupa Hak
Cipta/Paten, dan/atau Produk Inovasi
192 nilai
7 Pembinaan wilayah yang berkelanjutan 34 Desa/Kel.
8 Kuantitas dan Kualitas Dosen
1 Rasio Dosen Tetap terhadap
Mahasiswa 1:25 rasio
2 Persentase Dosen Tetap
berkualifikasi S3 9.82% persen
9 Serapan
Lulusan 1 Serapan Lulusan General (≤3
bulan setelah STR terbit) 74.40% persen 2 Serapan Lulusan Yang
Bekerja di Fasyankes/
Institusi Pemerintah
44% persen
10 Prestasi Dosen dan Mahasiswa
1 Prestasi Dosen 40 nilai
2 Prestasi Mahasiswa 29.75 nilai
11 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 3.5 Indeks
12 Beasiswa Mahasiswa 20 persen
13 Kualitas
Kelembagaan 1 Prodi/Institusi Poltekkes Kemenkes yang meningkat status akreditasinya dari C ke B dan atau dari B ke A dan atau dari A ke Akreditasi Internasional
2.25 nilai
2 Penyesuaian kelembagaan secara kuantitas meliputi penambahan (jumlah dan jenis) program studi, penutupan program studi yang sudah jenuh, pembatasan kuota
penerimaan mahasiswa baru,
3 nilai
No Indikator No Komponen Penilaian Target
USULAN Satuan disesuaikan dengan
kebutuhan program pembangunan kesehatan
3 Pengembangan Pusat Unggulan Ipteks Poltekkes Kemenkes (PUI-PK)
122 skor
4 Pengembangan Rintisan
Kelas Internasional 1 nilai
3.2Asumsi-asumsi Penyusunan Rencana Kegiatandan Anggaran Tahun 2021
Rencana Kerja dan Anggaran Poltekkes Kemenkes Semarang disusun dengan memperhatikan kondisi eksternal, internal dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Induk Pengembangan atau Rencana Strategis (Renstra)
a. Asumsi Makro
Asumsi makro ditetapkan dengan memperhatikan kondisi eksternal untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian dan sebagai tantangan dalam pencapaian sasaran strategis Poltekkes Kemenkes Semarang.
Penetapan asumsi makro ini dengan mengacu pada asumsi jumlah pendaftar dan peminat mengalami kenaikan pada beberapa jurusan, Penambahan Program Studi baru dan Penambahan Kampus baru.
b. Asumsi Mikro
Penetapan asumsi mikro dalam Rencana Kinerja Tahunan 2021 mengacu pada kondisi internal saat ini. Usaha dalam pencapaian manajemen adminstrasi dengan kriteria WBK ( Wilayah Bebas dari Korupsi) dan edaran dari Kepala Badan PPSDM Kesehatan yang
merupakan penjabaran dari Intruksi menteri kesehatan tentang pelaksanaan kinerja berbasis program atau lebih dikenal dengan money follow programme membawa perubahan pada sistem penetapan alokasi anggaran dan kebijakan akuntansi. Penyusunan proyeksi penerimaan atau pendapatan didasarkan pada asumsi tarif yang diberlakukan Poltekkes Kemenkes Semarang relatif tetap (tidak terjadi kenaikan).
Keterbatasan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan secara optimal dengan memperhatikan skala prioritas kegiatan untuk mencapai Rencana Induk pengembangan Poltekkes Kemenkes Semarang.
3.3. Prioritas Kegiatan Tri Dharma
Untuk pencapaian Target Rencana Induk Pengembangan tahun 2021 Poltekkes Kemenkes Semarang memberikan perhatian pada prioritas pengembangan bidang akademik dan kemahasiswaan yang difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang Redesain Kurikulum. Kegiatan penunjang redesain kurikulum meliputi:
a. Memperkuat kemampuan soft skills
b. Memperkuat kompetensi global dengan kearifan lokal c. Membekali kemampuan bahasa asing
d. Memperkuat pemanfaatan teknologi informasi e. Memperkaya perolehan keilmuan berbasis riset
f. Mempercepat rekognisi global melalui publikasi ilmiah
g. Penelitian yang menghasilkan temuan baru secara interdisiplin h. Promosi hasil penelitian yang bermutu, kompetitif, dan berdampak i. Pemyediaan sumberdaya penelitian yang berkelanjutan
j. Pelayanan kepada mahasiswa
k. Inisiasi dan fasilitasi untuk publikasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat
l. Pengolahan dan peningkatan kualitas jurnal terakreditasi dan terindeks internasional
m. Pengelolaan dan peningkatan kualitas publikasi n. Pengelolaan dan validasi basis data penelitian.
3.4Kegiatan Untuk Pencapaian Target Renstra
Kegiatan untuk mencapai Target Renstra untuk tahun 2021 adalah sebesar Rp.203,244.433.000 (Dua ratus tiga milyar dua ratus empat puluh empat juta empat ratus tiga puluh tiga ribu rupiah) dengan rincian anggaran sebagai berikut :
Tabel 3.2 : Rincian Anggaran TA 2021
Kode Rincian Kegiatan Target
Capaian Jumlah Biaya '024.12.DL Program Pendidikan dan
Pelatihan Vokasi 120,395,584,000
2077 Pendidikan SDM Kesehatan 1,528,560,000
2077.BDD Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat 2 Kelompok
Masyarakat 283,060,000 2077.QEJ Bantuan Pendidikan Tinggi 50 Orang 1,245,500,000
5034 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
5034.ADE Akreditasi Lembaga 5 Lembaga 2,095,228,000
5034.AEC Kerja sama 4 Kesepakatan 520,970,000
5034.BDD Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat 82 Kelompok
Masyarakat 3,003,250,000 5034.BEJ Bantuan Pendidikan Tinggi 386 Orang 1,732,300,000
5034.BGC Tata Kelola Kelembagaan Publik
Bidang Pendidikan 1 Lembaga 48,702,643,000 5034.CAA Sarana Bidang Pendidikan 1 Paket 15,254,113,000
5034.CBJ Prasarana Bidang Pendidikan
Tinggi 2407 unit 14,542,737,000
5034.DBA Pendidikan Tinggi 21686 Orang 21,575,919,000 5034.DCI Pelatihan Bidang Pendidikan 2930 Orang 5,186,900,000
5034.DDA Penelitian dan Pengembangan
Produk 1 produk 200,000,000
5034.DDB Penelitian dan Pengembangan
Purwarupa 34 Purwarupa 2,090,000,000
Capaian 5034.DDC Penelitian dan Pengembangan
Modeling 84 model 1,894,363,000
5034.EAB Layanan Perencanaan dan
Penganggaran Internal 1 Layanan 294,130,000
5034.EAC Layanan Umum 1 Layanan 317,400,000
5034.EAD Layanan Sarana Internal 5 unit 133,976,000
5034.EAF Layanan SDM 250 orang 1,093,940,000
5034.EAL Layanan Monitoring dan
Evaluasi Internal 1 Laporan 229,155,000
'024.12.WA Program Dukungan Manajemen 82,848,849,000
4817
Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program di Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
82,848,849,000
4817.CAB Sarana Bidang Kesehatan 1 Paket 1,956,328,000 4817.EAA Layanan Perkantoran 2 Layanan 80,892,521,000
Total Angaran 203,244,433,000
Dari tabel diatas dapat di jabarkan bahwa kegiatan di lingkungan poltekkes kemenkes Semarang meliputi 3 Program yaitu :
a. Pendidikan SDM Kesehatan
b. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
c. Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program di Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Sesuai dengan tupoksi Poltekkes Kemenkes Semarang, maka program di lingkungan Poltekkes adalah untuk mendukung tujuan utama fungsi nya sebagai unit pelaksana teknis dalam penyiapan tenaga SDM kesehatan. Rangkai program ini di tuangkan dalam rincian kegiatan yang mendukung adalah:
a. Pendidikan SDM Kesehatan
Badan PPSDM Kesehatan berupaya mendukung prgram-program
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang salah satunya adalah meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai yaitu meningkatnya jumlah SDM Kesehatan yang sesuai dengan standar. Pada program Pendidikan SDM Kesehatan terdapat 2 kegiatan yaitu
1) Fasilitasi dan Pembinaan Kelompok Masyarakat
Pengabdian kepada Masyarakat oleh Dosen memiliki beragam bentuk, jenis, pendekatan,dan mekanisme aksi. Di Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Poltekkes Kemenkes Semarang, pengabdianmasyarakat telah menjadi salah satu instrumen penting dalam melakukan community engagement (CE) antara kampus dengan masyarakat.
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) bertujuan untuk mensinergikan para peneliti, sekaligus untuk melahirkan penelitian inovasi. Terkait bagaimana melahirkan PUPT, terdapat syarat dan sistematika penulis yang nantinya akan berpengaruh pada pengajuan agar cepat lolos. Penelitian unggulan Perguruan Tinggi wadah untuk memberikan keleluasaan mengembangkan penelitian dosen Perguruan Tinggi (PT). Penelitian sebagai media publikasi dan mengenalkan hasil temuan kepada masyarakat luas. Dengan demikian, hasil publikasi tersebut akan memberikan solusi untuk permasalahan masyarakat. Anggaran penelitian unggulan ini sebesar Rp. 283,060,000,- ( Dua ratus delapan puluh tiga juta enam puluh ribu rupiah)
2) Bantuan Pendidikan Tinggi
Penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan dan pembangunan kesehatan memerlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan professional sebagai pelaksana upaya kesehatan.Untuk melaksanakan upaya kesehatan tersebut diperlukan tenaga kesehatan yang professional dan kompeten di bidangnya serta dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya.
Tenaga kesehatan tersebut dihasilkan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia diantaranya berasal dari Pendidikan Tinggi kesehatan milik Kementerian Kesehatan yaitu Poltekkes Kemenkes .
Pemberian Afirmasi yang difokuskan pada daerah bermasalah kesehatan dan DTPK ditujukan untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas –puskesmas, sehingga dengan program afirmasi diharapkan putra-putrri daerah yang memiliki masalah pada kesehatan dan DTPK menjadi tenaga kesehatan yang handal dan menjadi garda depan dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat.
Peserta afirmasi adalah siswa-siswi Sekolah Menengah Tingkat Atas dan yang setara diberikan bantuan pendidikan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Poltekkes Kemenkes Semarang
Anggaran kegiatan Afirmasi ini sejumlah Rp.1.245.500.000,- (Satu milyar dua ratus empat puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) untuk 50 orang peserta di tahun anggaran 2021.
b. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
Program pembinaan dan pengelolaal perguruan tinggi merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) ditandatangani Menristekdikti pada 8 Februari 2019 dan mulai berlaku setelah diundangkan oleh Dirjen Peraturan Perundang-undangan Widodo Ekatjahjana dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 187 pada tanggal 21 Februari 2019.
Program ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam program ini di bagi menjadi beberpa kegiatan yaitu:
1) 5034.ADE: Akreditasi Lembaga
Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal yaitu suatu proses yang digunakan lembaga yang berwenang
dalam memberikan pengakuan formal bahwa suatu institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dengan demikian, akreditasi melindungi masyarakat dari penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ciri akreditasi oleh BAN PT adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar sejawat dari luar institusi terkait (external peer reviewer) dan dilakukan secara voluntir bagi perguruan tinggi yangmenyelenggarakan suatu program studi. Kegiatan ini diawali dengan melakukan kegiatanevaluasi diri (self evaluation) terhadap komponen dari masukan, proses, dan produk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi tersebut dan mengirimkan laporannya ke lembaga asesor.Peringkat pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada perguruan tinggi didasarkan atas hasil akreditasi perguruan tinggi yang dilaksanakan oleh BAN PT, dengan melakukan akreditasi yang meliputi akreditasi lembaga dan akreditasi program studi. Pada kegiatan ini terdiri dari 2 komponen yaitu :
a) Komponen Akreditasi Prodi dan Institusi Poltekkes Kemenkes
Dengan kegiatan subkomponen 051) Pelaksanaan SPMI, 052) Audit Mutu Internal, 053) Akreditasi Prodi/Institusi, 054) Surveilance Mutu eksternal dan 055) Sinkronisasi Data PDDIKTI.
b) Akreditasi Fasilitas Penunjang Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Pada Komponen ini terdiri dari 051) Akreditasi Perpustakaan dan 052) Akreditasi Laboratorium
Kegiatan Akreditasi Lembaga teralokasikan anggaran sebesar Rp,2,095,228,000,- (Dua milyar sembilan puluh lima juta dua ratu dua puluh delapan ribu rupiah)
2) 5034.AEC: Kerja sama
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang adalah bagian Perguruan Tinggi dan merupakan salah satu dari the drive of the national development yang bertanggungjawab untuk memproduksi lulusan yang memiliki wawasan serta keterampilan yang dalam dan luas baik lokal, nasional, dan internasional serta mampu untuk berkompetisi dengan dengan lulusan Perguruan Tinggi negara lain. Untuk
meningkatkan daya saing perguruan tinggi Indonesia dengan perguruan tinggi luar negeri, kita perlu memperhatikan peningkatan kualitas politeknik kesehatan secara serius. Salah satu cara agar peningkatan kualitas perguruan tinggi ini bisa tercapai dengan lebih cepat adalah dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri yang mempunyai reputasi baik. Bagi Poltekkes Kemenkes Semarang, kerjasama luar negeri merupakan salah satu penjaminan mutu lulusan untuk tetap bisa bersaing dengan lulusan luar negeri. bagi peserta didik ketika lulus (disebut Kerja Sama Non Gelar).
Dalam rangka Tridharma Perguruan Tinggi Poltekkes Kemenkes Semarang menjalin kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri sebagai berikut :
051) Kerjasama Dalam Negeri
Kerjasama dalam negeri dilakukan dengan Rumah Sakit untuk menunjang pelaksanaan praktek mahasiswa. Untuk itu diperlukan pertemuan penjajagan dan dilanjutkan dengan penandatanganan kerjasama. Termasuk di dalamnya tarif kerjasama sesuai pola tarif Rumah Sakit atau Perda yang harus dibayarkan.Selain itu juga dilakukan kerjasama juga dengan Pemerintah Daerah untuk menunjang pelaksanaan praktek mahasiswa dan pengiriman mahasiswa Tugas Belajar/Ijin Belajar. Prodi Kebidanan dan sebagian prodi lainnya juga mahasiswanya praktek lapangan di praktek bidan mandiri. Untuk pelaksanaannya di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Selain itu, untuk memenuhi standar kompetensi tenaga kesehatan Dinas Kesehatan juga mengirimkan peserta Tugas Belajar/Ijin Belajar ke Poltekkes Kemenkes Semarang.
052) Kerjasama Luar Negeri
Dalam rangka meningkatkan daya saing institusi dan lulusan Poltekkes Kemenkes Semarang terus membangun kerjasama dengan universitas di luar negeri, khususnya di AsiaTenggara. Dan sudah dipersiapkan penjajakan kerjasama Program Magister Terapan
negeri juga menambah nilai pada saat akreditasi institusi maupun program studi.
Pada kegiatan kerja sama teralokasikan anggaran di ta 2021 sebesar Rp.520.970.000,- ( Lima ratus dua puluh juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah).
3) 5034.BDD: Fasilitasi dan Pembinaan Kelompok Masyarakat
Pusat Pengabmas dan Pengabmas Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang merupakan bagian integral dari system organisasi politeknik Kesehatan memiliki tugas dantanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan Pengabmas dan Pengabmas demi menopang suksesnya Penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Politekknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Didalam pengelolaan Pengabmas dan Pengabmas, PPPM bertanggung jawab untuk mengakomodasi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan Pengabmas dan Publikasi yang akan dilakukan oleh para Dosen dan Mahasiswa. Sejak Poltekkes Semarang berdiri pada tahun 2003 kegiatan Pengabmas dan Pengabmas dan publikasi semakin meningkat, baik jumlah maupun mutu kegiatannya.
Tahap-tahap pelaksanaan Pengabmas dan Pengabmas meliputi:
persiapan, pelaksanaan dan monitor evaluasi. Pada tahun 2021 sesuai dengan renstra dan visi misi kementrian kesehatan maka seleksi proposal Pengabmas diarahkan kepada product dan Pengabmas vokasi. Seleksi proposal dilakukan oleh pakar dari luar poltekkes Kemenkes dan dari Poltekkes Kemenkes, dari hasil seleksi maka akan ditentukan kegiatan pengabmas yang akan mendapatkan bantuan biaya BOPTN.
Tahap pelaksanaan, pertama diawali dengan dilakukannya pengumpulan proposal yang diajukan oleh para calon ketua pelaksana Pengabmas dari masing-masing Jurusan. Kedua, proposal yang masuk dilakukan seleksi administrasi dan substansi berdasarkan road map pengabmas Poltekkes Kemenkes Semarang oleh Pusat Litmas dan
Pakar yang ditunjuk. Ketiga, Penyampaian informasi tentang Proposal yang lulus seleksi. Keempat, Seminar Proposal pengabmas, Keempat, Keempat, Penerbitan SK Penetapan Pengabmas yang diterima dan dibiayai. Kelima, Pelaksanaan Pengabmas oleh masing-masing peneliti.
Tahap Monitoring dan evaluasi, meliputi monitoring terhadap kegiatan Pengabmas pada pada skema yaitu antara lain Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Program PengembanganDesa Mitra (PPDM), Program Kemitraan Wilayah (PKW), Program Pengembangan Kewirausahaan (PKK), dan Kategori unggulan Nasional dilaksanakan melalui Program pengembangan Desa Sehat (PPDS) Monitoring dilakukan oleh Pusat Pengelol dan Pakar yang ditunjuk sebagai pelaksana monitoring.
Evaluasi pelaksanaan Pengabdin kepada Masyarakat dilakukan melalui Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat. Besaran dana nnya setiap judul berbeda-beda sesuai jenis Pengabmasnya. Untuk Jenis Pengabmas (PKM) = Rp.18.000.000 s.d Rp 25.000.000,- Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) = maksimal Rp 25.000.000,-s.d Rp.
40.000.000,-, Program Kemitraan Wilayah (PKW) Rp Rp 25.000.000,-s.d Rp. 40.000.000,-, Program Pengembangan Kewirausahaan (PKK)= Rp. 20.000.000,- s.d Rp.40.000.000,-, Kategori unggulan Nasional dilaksanakan melalui Program pengembangan Desa Sehat (PPDS) maksimal Rp. 150.000.000,- Pengabdian bernilai tinggi jika salah satunya ada kerjasama pengabdian masyarakat dengan minimal 2 Poltekkes dengan 3 bidang keilmuan yang berbeda, Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat dengan sumber pembiayaan dari Institusi dalam negeri Kerjasama tersebut dituang dalam suatu Nota Kesepahaman (MoU).
Program kegiatan masyarakat yang melibatkan koordinasi lintas sektor adalah pelaksanaan Germas, Germas adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam melakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat