• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan berkomunikasi laksana bernapas bagi manusia. Suatu kegiatan yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat melakukan interaksi sosial dengan manusia lainnya, menyampaikan pesan atau bahkan pertukaran simbol-simbol komunikasi tertentu yang dapat dimengerti dan dipahami oleh pelaku interaksi sosial tersebut.

Bidang ilmu komunikasi kini telah mengalami kemajuan yang sangat luar biasa pesat. Bayangkan kini seseorang dapat melakukan interaksi sosial dengan sangat mudah, melalui fasilitas internet seseorang dapat menjalin pertemanan dengan dengan orang lain yang berasal dari belahan negara lain. Banyaknya media sosial yang ada saat ini, juga mendorong adanya komunikasi antarbudaya didalamnya. Dengan adanya kecanggihan-kecanggihan komunikasi kini kegiatan berkomunikasi, berinteraksi dan mencari informasi semakin tidak berjarak, karena mampu meleburkan jarak geografis serta waktu.

Seiring dengan pertukaran informasi yang semakin cepat sekarang ini, seakan menjadi sebuah keharusan bagi setiap manusia untuk dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan yang juga cepat berubah serta terbuka dengan segala perbedaan yang ada disekitarnya. Begitu pula dengan banyaknya

(2)

hubungan kerjasama yang dilakukan dengan negara lain melalui jalan penanaman modal usaha di Indonesia maupun melalui bidang pendidikan, hal ini dapat membuka peluang bagi para pekerja asing bekerja di Indonesia dan tanpa disadari terdapat masalah yang sangat pelik, yakni adaptasi budaya, penggunaan bahasa serta bagaimana mensosialisasikan budaya kerja para pekerja asing dengan pekerja lokal yang berbeda.

Penggunaan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal memiliki pengaruh yang besar pada lingkungan kerja yang diwujudkan melalui visi dan misi perusahaan tersebut. Dibutuhkan adanya komunikasi yang efektif dalam menggerakkan jalannya perusahaan terutama pada perusahaan yang memiliki banyak pekerja asing dengan perbedaan budaya, semakin efektif dan dinamis komunikasi yang dibina dalam setiap divisi baik komunikasi keatas maupun komunikasi sejajar maka semakin dapat membantu menumbuhkan produktivitas kerja karyawan yang ditunjukkan dengan perilaku dan performa kerja karyawan serta lingkungan kerja yang nyaman. Tempat kerja merupakan suatu tempat bagi para pekerja untuk melakukan aktivitas komunikasi sosial yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan aktivitas kerja dan suasana kerja yang nyaman.

Dalam lingkup tempat bekerja kegiatan komunikasi tidak mungkin dihindarkan dan manusia sebagai subjek utama dalam implementasinya. Bagaimana manusia dengan manusia lainnya yang memiliki perbedaan budaya serta bahasa dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan meminimalisir segala perbedaan yang muncul akibat perbedaan-perbedaan

(3)

tersebut. Sebelumnya harus ada pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri yang merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain. Sebagai manusia penting untuk memahami nilai-nilai budaya kita terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.

Berada dalam suatu lingkungan kerja dengan banyaknya perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan sekaligus hambatan tersendiri bagi yang mengalaminya. Perbedaan bahasa dan budaya yang sangat jelas menjadi kesulitan untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif. Untuk itu mengapa sangat diperlukan bagi kita untuk mempelajari bahasa asing serta memahami dan menerima segala perbedaan budaya tersebut.

Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta merupakan perwakilan resmi negara Korea Selatan di Indonesia dalam rangka menjalin serta menjaga hubungan baik diplomatik antara kedua negara. Dengan dikepalai oleh seorang Duta Besar dan dibantu oleh sejumlah Diplomat yang memiliki keahlian dan latar belakang pendidikan yang kompeten, mereka melakukan tugas kenegaraannya di Indonesia hingga batas waktu yang telah ditentukan.

Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta terbagi menjadi dua bagian yakni, Embassy (Kedutaan) dan Consular Section (bagian fungsi kekonsuleran). Pemisahan ini guna mempermudah dalam melaksanakan tugas dan memberikan layanan dokumen bagi para warganegara Korea Selatan yang

(4)

berada di Indonesia dan juga bagi warganegara Indonesia yang ingin mengurus visa kunjungan ke Korea Selatan.

Pada Consular Section (bagian fungsi kekonsuleran) terdapat empat orang Consul, sebutan untuk kepala atau pimpinan. Consul-Consul tersebut berasal dari empat kementerian yang berbeda di Korea Selatan, yakni Consul utusan Kementerian Luar Negeri, Consul utusan dari Kementerian Hukum dan HAM dan Korea Immigration Services, Consul utusan dari Kepolisian Nasional Republik Korea serta Consul utusan Komisi Pemilihan Umum.

Para Consul tersebut memiliki beberapa staff yang bertugas melayani dan membantu kerja mereka. Staff-staff tersebut terdiri atas staff lokal yang berasal dari Indonesia dan staff asing yang adalah orang Korea Selatan. Pada Consular Section terdapat tujuh orang staff lokal serta empat orang staff asing. Mereka memiliki posisi yang sama dalam hal pekerjaan walaupun dalam kenyataannya pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya mereka kerjakan lebih banyak dialihtugaskan kepada staff lokal. Para staff asing tersebut memiliki kecakapan komunikasi dalam bahasa Indonesia yang cukup walaupun tekadang penggunaan dan pengucapan beberapa kata terkesan kaku atau kurang baik.

Berada dalam lingkungan kerja berbeda budaya menentukan kemampuan adaptasi seseorang dalam menghadapi lingkungan dengan bahasa dan budaya yang sangat berbeda. Namun, yang menjadikan lingkungan kerja menjadi tidak kondusif adalah karena kurangnya kemampuan bahasa yang dimiliki para Consul dan antar staff yang bekerja disana. Para Consul-consul tersebut pada

(5)

umumnya hanya dapat berbicara dalam bahasa Korea, sedikit bahasa Inggris dan sama sekali memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. Hal yang sama terjadi dengan staff lokal, kebanyakan dari mereka hanya dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan minim sekali percakapan dasar dalam bahasa Inggris serta tidak memahami bahasa Korea sama sekali. Hal ini menjadi dasar mengapa komunikasi yang terjalin antara para Consul dengan staff lokal maupun antara staff lokal dengan staff asing terdapat hambatan dan kesenjangan berinteraksi yang mempengaruhi suasana kerja.

Selain adanya perbedaan bahasa, hal yang sangat terasa adalah perbedaan budaya. Budaya masyarakat Korea terbentuk menjadi masyarakat yang cenderung keras dan tempramental. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh pola asuh yang diajarkan para orang tua diilhami atas kesulitan pada masa perang melawan penjajahan Jepang serta perang saudara melawan Korea Utara yang masih berlangsung hingga kini. Pada umumnya mereka diajarkan untuk memegang teguh apa yang menjadi prinsip mereka, menjunjung tinggi harga diri sebagai manusia dan memiliki watak yang keras. Hal ini berbanding terbalik dengan budaya masyarakat Indonesia secara global yang pada umumnya memiliki sikap yang lemah lembut, ramah, sopan santun serta menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Walaupun ada beberapa daerah yang juga terkenal memiliki sifat yang keras. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan munculnya konflik-konflik, rendahnya pengalaman-pengalaman komunikasi yang dimiliki oleh para staff semakin membuat kesulitan untuk mendampingkan dua budaya yang berbeda dapat

(6)

berjalan beriringan dengan harmonis. Hambatan untuk membentuk hubungan dan interaksi yang baik, menumbuhkan sense of belongings, menyampaikan perintah kerja, rapat kerja atau mungkin sekedar mengadakan acara makan bersama sebagai sarana dalam memberikan ruang bagi para staff untuk dapat menyampaikan keinginan dan keluh kesah mereka mengenai pekerjaan, menjadi kian sulit untuk dilakukan atau seakan menjadi sia-sia saja.

Sebagai manusia kita harus mengakui bahwa sekarang kebutuhan akan kemampuan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan dengan mengacu pada berkembangnya globalisasi serta maraknya sosial media yang semakin mempermudah bagi seseorang untuk bertukar informasi, komunikasi bersifat dinamis dan seorang komunikator harus dapat menghadapi berbagai macam situasi yang telah atau sedang terjadi, memiliki kepekaan, pengetahuan dan keterampilan yang menjadikannya cakap dan kompeten untuk dapat berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada antara masyarakat Indonesia dan Korea Selatan, khususnya antara Consul, staff lokal dan staff asing untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh para staff yang berasal dari latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda sebagai bagian dalam rangka penyelesaian tugas kerja di Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti hendak membahas mengenai:

1. Bagaimanakah pola komunikasi antarbudaya yang ada dalam lingkup Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia?

2. Bagaimana hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dihadapi oleh para staff Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya yang ada di Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia,

2. Hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang ada dalam lingkup Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

a. Kegunaan Penelitian Akademis : Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan melalui upaya mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan atau membentuk teori-teori tertentu. Serta memberikan sumbangsih pemikiran dan

(8)

memperkaya khasanah kajian pengetahuan terutama dalam bidang Ilmu Komunikasi, khususnya komunikasi antarbudaya.

b. Kegunaan Penelitian Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang signifikan, sumber informasi, masukan serta evaluasi bagi para pimpinan dan staff di Consular Section Kedutaan Besar Republik Korea terhadap komunikasi antarbudaya yang terjalin hingga saat ini. Dan bagi masyarakat, agar dapat memahami konteks komunikasi antarbudaya sebagai bagian dari pembelajaran mengenai budaya lain.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan peraturan BPN Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, PPAT mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan

Maka dari itu penulis ingin membuat sebuah penelitian yang berjudul Analisa Pembentukan Portofolio dengan Menggunakan Model Markowitz dan Single Index Model pada Saham yang Masuk

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan teknik korelasional antara variable X (penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

1) Mengamati dan menentukan bagian film 김복남 살인 사건의 전말 (Bedevilled) yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian dengan berpedoman pada teori

Eksplan yang digunakan pada media perlakuan PEG berupa stek satu mata tunas dengan ukuran 0.5 cm yang diperoleh dari planlet tanaman kentang hasil subkultur.. Eksplan

jenis penyakit kegawatdaruratan serta konsekuensi biaya yang harus ditanggung oleh pasien. Informasi yang komprehensif diharapkan dapat difasilitasi oleh BPJS Kesehatan

39 093046 Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia YAPMI Prop. Sulawesi Selatan

Pada saat melakukan penelitian, terdapat banyak responden yang tidak mengerti tentang manfaat program KB, hal ini dapat dilihat pada saat menjawab kuesioner banyak responden