• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Strategi

”Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus” (KBBI, 1989). Sedangkan pengertian strategi menurut istilah adalah upaya untuk mengerahkan potensi sumber daya ke dalam rangkaian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan karena pada dasarnya segala tindakan itu tidak terlepas dari strategi.

Menurut Mariati (2019), didalam mempelajari strategi, kita perlu mengetahui arti penting dan manfaat strategi. Banyak sekali arti penting dan manfaat mempelajari strategi, antara lain:

a. Strategi merupakan cara untuk mengantisipasi tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan pada kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat.

b. Strategi dapat memberikan tujuan dan arah perusahaan dimasa depan dengan jelas kepada semua karyawan.

c. Strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang dikerjakan dan terjadi di dalam perusahaan atau dalam arti dapat memberi sumbangan terhadap kesuksesan perusahaan atau malah mengarah kepada kegagalan.

d. Perusahaan yang menyusun strategi umumnya lebih aktif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menyusun strategi.

(2)

2. Penghimpunan Dana

a. Pengertian Penghimpunan Dana (Fundraising)

Penghimpunan dana (fundraising) adalah suatu kegiatan dalam rangka penggalangan dana dan daya lainnya dari masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga agar mencapai suatu tujuan. Dengan begitu, strategi penghimpunan (fundraising) dapat diartikan sebagai proses menarik minat masyarakat atau calon donatur agar mau atau tertarik melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan (Purwanto, 2009: 12).

Dalam menghimpun dana tentunya membutuhkan strategi yang baik. Tidak hanya dalam berbisnis, menghimpun dana zakat juga membutuhkan strategi. Strategi yang digunakan dalam mengumpulkan dana zakat pada lembaga amil zakat menurut Hendra Sutisna (2006), dalam bukunya Fundraising Database ada dua yaitu adalah:

A. Indirect Fundraising (Kampanye Media)

Kampanye media adalah strategi yang dilakukan oleh suatu lembaga dalam rangka membangkitkan kepedulian masyarakat melalui berbagai bentuk publisitas pada media massa.

Kampanye ini diarahkan kepada dua orientasi, yaitu pertama, terbentuknya citra kondisi masyarakat yang kesulitan seperti contohnya penderitaan korban bencana. Kedua, adalah sosialisasi bahwa lembaga tersebut melakukan penghimpunan dana untuk membantu masyarakat yang kesulitan tersebut.

B. Direct Fundraising

Direct fundraising adalah strategi yang dilakukan oleh lembaga dengan cara berinteraksi langsung dengan masyarakat, khususnya yang berpotensi menyumbangkan dananya. Strategi

(3)

direct fundraising ini dilakukan dengan tujuan bisa mewujudkan donasi masyarakat seketika atau langsung setelah terjadinya proses interaksi tersebut.

b. Tujuan Penghimpunan Dana

Adapun tujuan fundraising menurut Juwaini (2005), adalah sebagai berikut:

1) Menambah calon donatur atau menambah populasi donatur.

Lembaga yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donaturnya.

2) Meningkatkan atau membangun citra yayasan, bahwa aktifitas fundraising yang dilakukan oleh yayasan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra yayasan.

3) Menghimpun relasi dan pendukung untuk kemudian menjadi simpatisan dan pendukung yayasan meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga.

3. Zakat, Infaq dan Sedekah a. Zakat

Secara etimologis (bahasa), zakat berasal dari bahasa Arab

“zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.

Sedangkan secara terminologis di dalam fikih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya atau mustahik dan orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat atau muzakki (Gymnastian, 2012).

Menurut Daud Ali (1988), mengenai penerima zakat, yaitu:

1) Orang-orang fakir yaitu mereka yang tidak dapat memenuhi separoh dari kebutuhan cukup hidupnya.

(4)

2) Orang-orang miskin yaitu mereka yang dapat memenuhi separoh kebutuhan cukup hidupnya atau lebih.

3) Amil zakat adalah orang yang diangkat untuk mengurus zakat.

4) Mualaf adalah mereka yang baru masuk Islam yang diharapkan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin.

5) Riqab atau budak merupakan orang-orang yang kehidupannya dikuasai secara penuh oleh majikannya.

6) Gharim atau orang yang berhutang adalah orang yang mempunyai utang dan ia tidak mempunyai kelebihan dari utangnya.

7) Fisabilillah atau orang yang berjuang di jalan Allah adalah yang melindungi dan memelihara agama Islam juga orang yang berjihad di jalan Allah apabila terjadi peperangan.

8) Ibnu Sabil yaitu seseorang yang berada dalam perjalanannya yang tidak mempunyai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam perjalanannya

Dampak zakat atas kemaslahatan masyarakat dan perekonomian Islam sangatlah jelas karena dalam zakat itu sendiri terdapat unsur pemberian bantuan kepada orang-orang fakir, disamping mewujudkan kepentingan yang bersifat umum. Ini dapat dilihat dari pos-pos pendistribusian zakat.

Dengan zakat berarti kekayaan itu didistribusikan dari kalangan orang-orang berada kepada orang-orang kurang mampu. Dengan cara seperti ini, maka terdapat unsur pemerataan kekayaan, sehingga kekayaan tidak menumpuk di pihak tertentu, sementara masih adanya kemelaratan di pihak lain (Khairina, 2019).

b. Infaq

“Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti membelanjakan.

Maksud arti membelanjakan sebagian dari harta yang ia miliki untuk kepentingan dijalan Allah atau fisabilillah” (Mujahiddin, 2007).

Infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian, pengertian infaq adalah pengeluaran seikhlas hati dalam menentukan jenis harta dan berapa jumlah yang ingin diserahkan (Hastuti, 2016).

(5)

c. Sedekah

Shadaqah berasal dari bahasa arab yang di dalam bahasa Indonesia diartikan dengan sedekah yaitu suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa terbatas oleh ruang, waktu, dan jumlah tertentu (Masykur, 2008).

Al-Quran dan Hadist menganjurkan untuk melakukan sedekah.

Akan tetapi, tidak seperti kewajiban mengeluarkan zakat dan melaksanakan ibadah sholat karena sedekah tidak ada ketentuan dan kadarnya seperti zakat. Sedekah tidak ada ketentuan pelaksanaannya seperti ibadah sholat dan tidak ada dosa yang dijelaskan seandainya seseorang tidak melakukan sedekah sebagaimana ibadah melakukan zakat dan sholat (Sami dan HR, 2014).

4. Hikmah ZIS

Menurut Raharjo dan Dawam (1999), dalam perkembangan agama, umat, zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) sudah terbukti mempunyai kontribusi yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan kuantitas masjid dalam segala skala, dari masjid raya hingga musholla di kota-kota hingga di desa-desa. Demikian halnya dengan sekolah, madrasah, pesantren, panti asuhan, universitas, rumah sakit, poliklinik, ataupun gedung-gedung pertemuan.

Adapun hikmah zakat, infaq, dan sedekah sebagaimana tertuang dalam Panduan Zakat Praktis (Al-Faridy, 2003) yaitu:

a. Menolong, membantu, membina, dan membangun kaum dhuafa untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajiban- kewajibannya terhadap Allah SWT.

b. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri manusia yang biasa timbul dikala ia melihat orang-orang disekitarnya berkehidupan cukup apalagi mewah. Sedangkan ia

(6)

sendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari orang kaya kepadanya.

c. Dapat mensucikan diri dari dosa dan mengikis sifat kikir serta serakah yang menjadi tabiat manusia, sehingga dapat merasakan ketenangan batin.

d. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri diatas prinsip-prinsip: Ummatan Wahidan (ummat yang satu), Musawah (persamaan derajat, hak, dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan islam), dan Takaful Ijtimai (tanggung jawab bersama).

e. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta, pemilikan harta, dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

f. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan umat dan bangsa.

g. Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera di mana hubungan seorang dengan lainnya rukun, damai, dan harmonis yang dapat menciptakan situasi yang tenteram.

5. Lembaga Pengelola Zakat (LPZ)

Menurut Kustiawan dan Widodo (2001), lembaga keuangan syariah memiliki pengertian suatu lembaga atau badan yang bergerak dalam pengelolaan dan pendayagunaan keuangan yang dihimpun dari masyarakat dengan berlandaskan syariat Islam. Lembaga pengelola zakat merupakan jenis organisasi nirlaba. Meskipun demikian, LPZ mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya, yaitu:

a. Terikat dengan aturan dan prinsip syariah Islam.

b. Sumber utama adalah dana ZIS dan wakaf.

(7)

c. Memiliki Dewan Syariah dalam struktur organisasinya.

6. Penyajian Laporan Keuangan LPZ sesuai PSAK 109

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Dibuat oleh manajemen untuk tujuan pertanggungjawaban yang dibebankan oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan untuk mempertemukan kebutuhan pihak luar dalam menilai kinerja masa lalu, memprediksi kinerja masa yang akan datang, dan keuntungan- keuntungan lain dari suatu perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar kebijakan perusahaan dalam rangka menjalankan bisnis dan dalam berbagai bentuk dengan melakukan hubungan kerja sama atau bisnis (Baridwan, 1997).

Secara umum, menurut Kurniasari (2011), suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai:

a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.

b. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.

c. Jenis dan jumlah arus kas masuk dan arus kas keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antara keduanya.

d. Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.

e. Usaha jasa suatu organisasi.

Laporan keuangan amil zakat dapat menjadi penghubung atau media komunikasi antara lembaga amil dengan pihak lainnya karena laporan keuangan ZIS merupakan bentuk pertanggungjawaban operasional dari suatu lembaga amil yaitu kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Supaya laporan keuangan itu transparan dan akuntabel maka harus ada standar akuntansi yang mengatur tentang hal tersebut. Penyusunan laporan keuangan lembaga amil ZIS mengacu kepada PSAK No. 109 dan apabila ada hal-hal yang tidak diatur dalam PSAK 109 maka dapat menggunakan PSAK terkait sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam (Rahman, 2015).

(8)

Dalam PSAK 109, amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). Komponen laporan keuangan:

a. Neraca (laporan posisi keuangan).

Tabel 2.1 Neraca menurut PSAK 109 Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

BAZ “XXX”

Per 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp Keterangan Rp

Aset Kewajiban

xxx

xxx xxx

xx x xx x xx x xx x xx x Aset lancar

Kas dan setara kas Instrumen keuangan Piutang

xxx xxx xxx

Kewajiban jangka pendek

Biaya yang masih harus dibayar

Kewajiban jangka panjang Imbalan kerja

jangka panjang Aset tidak lancar Jumlah kewajiban Aset tetap

Akumulasi penyusutan xxx (xxx)

Saldo Dana Dana zakat

Dana infak/sedekah Dana amil

Dana nonhalal Jumlah dana

Jumlah aset Xxx Jumlah

Kewajiban dan Saldo Dana

Xxx

Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.109

(9)

b. Laporan perubahan dana.

Tabel 2.2 Laporan perubahan dana menurut PSAK 109 Laporan Perubahan Dana

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp

DANA ZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari muzakki muzakki entitas muzakki individual Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

xxx xxx xxx xxx xxx

xxx Penyaluran

Fakir-Miskin Riqab Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil

Jumlah penyaluran dana zakat Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx

xxx DANA INFAK/SEDEKAH

Penerimaan

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infak/sedekah

xxx xxx (xxx) xxx xxx Penyaluran

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan aset kelolaan

(misalnya beban penyusutan dan penyisihan) Jumlah penyaluran dana infak/sedekah Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx)

xxx xxx Xxx

(10)

Lanjutan

DANA AMIL Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil

xxx xxx xxx

xxx Penggunaan

Beban pegawai Beban penyusutan

Beban umum dan administrasi lainnya Jumlah penggunaan dana amil Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx)

xxx xxx xxx DANA NON HALAL

Penerimaan Bunga bank Jasa giro

Penerimaan nonhalal lainnya Jumlah penerimaan dana nonhalal

xxx xxx xxx xxx Penggunaan

Jumlah penggunaan dana nonhalal Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

(xxx) xxx xxx xxx Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah,

dana amil dan dana nonhalal Xxx

Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.109

(11)

c. Laporan perubahan aset kelolaan

Tabel 2.3 Laporan perubahan aset kelolaan menurut PSAK 109 Laporan Perubahan Aset Kelolaan

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.109

d. Laporan arus kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan Arus Kas dan PSAK yang relevan.

e. Catatan atas laporan keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang Relevan.

Saldo awal

Penam- bahan

Peng u- ranga n

Penyi - sihan

Akumulasi penyusutan

Saldo akhir

Dana infak/ sedekah – aset kelolaan lancar (misal piutang bergulir)

Xxx Xxx (xxx) (xxx) - xxx

Dana infak/ sedekah – aset kelolaan tidak lancar (misal

rumah sakit atau sekolah)

Xxx Xxx (xxx) - (xxx) xxx

(12)

17 Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu pada tabel dibawah ini adalah

penelitian yang penulis lakukan hanya pada strategi penghimpunan dana ZIS di masa pandemi Covid-19 pada dua LAZ yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Dhu’afa Tersenyum dan LAZISMU Wilayah, sedangkan penelitian- penelitian terdahulu tidak hanya membahas strategi penghimpunan dana ZIS di masa pandemi Covid-19, namun juga terdapat penyaluran dana ZIS.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu tentang Strategi Penghimpunan Dana ZIS

Aspek Eka Suci Fitriani, Raden Agrosamdhyo, dan Ely Mansur (2020)

Fitri Nur Syifa (2021) Fuji Indah Sari (2021)

Judul Strategi Penghimpunan dan Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) dalam Program Sebar Sembako pada Masa Pandemi Covid-19 di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Bali

Strategi Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat, Infak, dan Sedekah pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus BAZNAS Purbalingga)

Strategi Pengumpulan Zakat pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar di Tengah Pandemi Covid- 19

Institusi yang Diteliti BAZNAS Provinsi Bali BAZNAS Purbalingga BAZNAS Kabupaten Tanah Datar

Periode Analisis Tahun 2020 Tahun 2020 Tahun 2020

Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi

penghimpunan ZIS dalam program sebar sembako pada masa pandemi Covid-19 di BAZNAS Provinsi Bali?

2. Bagaimana strategi penyaluran

Bagaimana Strategi Penghimpunan dan Penyaluran Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) pada Masa Pandemi Covid-19 di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Purbalingga?

1. Apa ruang lingkup manajemen strategi pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar?

2. Bagaimana strategi pengumpulan zakat pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar di tengah pandemi Covid-19?

3. Apa kendala yang dihadapi oleh BAZNAS

(13)

18 BAZNAS Provinsi Bali?

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi penghimpunan ZIS dalam program sebar sembako pada masa pandemi Covid-19 di BAZNAS Provinsi Bali

2. Untuk mengetahui strategi penyaluran ZIS dalam program sebar sembako pada masa pandemi Covid-19 di BAZNAS Provinsi Bali

Untuk mengetahui kinerja keuangan BAZNAS dan LAZNAS selama 3 periode yakni tahun 2014 hingga tahun 2016.

1. Untuk menjelaskan ruang lingkup manajemen strategi pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar 2. Untuk menjelaskan strategi pengumpulan zakat pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar di tengah pandemi Covid-19

3. Untuk menjelaskan kendala yang dihadapi oleh BAZNAS Kabupaten Tanah Datar dalam pengumpulan zakat di tengah pandemi Covid-19

Metode Penelitian Metode deskriptif Metode kualitatif. Metode kualitatif.

Hasil Penelitian 1. Strategi penghimpunan ZIS yang dilakukan BAZNAS Provinsi Bali yaitu, sosialisasi dan edukasi, mengirimkan laporan

pertanggungjawaban keuangan, promosi produk melalui media cetak, sosial, dan elektronik, serta menjalin hubungan yang baik dengan para muzakki atau donatur 2. Strategi penyaluran ZIS untuk sembako di BAZNAS Provinsi Bali adalah penyaluran sesuai dengan syariah surat At-Taubah ayat 60 dan sesuai dengan UU No.23 Tahun 2011, mengikuti protokol penanganan Covid-19, dan memberikan surat tembusan kepada gugus tugas Covid-19 yaitu ke BPD Bali dan MUI Bali crisis center.

Strategi penghimpunan dana ZIS yang dilakukan BAZNAS Purbalingga yaitu: Pendekatan kepada pemerintah, Membentuk UPZ, Sosialisasi dan edukasi, Media promosi dan Pelayanan prima. Strategi penghimpunan dana ZIS pada masa pandemi Covid-19 yang dilakukan BAZNAS Purbalingga yaitu mulai mengintegrasikan penghimpunan secara manual dengan penghimpunan secara digital.

Sehingga program-program yang muncul pada masa pandemi semua mengandalkan layanan digital. Hal tersebut mempermudahkan muzakki/donatur dalam membayar zakatnya. Penyaluran dana ZIS yang dilakukan BAZNAS

1. BAZNAS merupakan suatu lembaga pengelola zakat di Indonesia yang juga harus menetapkan bagaimana manajemen strategi yang baik agar dana zakat yang terkumpul dapat dikelola dengan maksimal sehingga tujuan dari zakat dapat tercapai secara maksimal. Pada keadaan dunia yang sedang diserang oleh wabah virus Covid-19 maka sangat berpengaruh pada kinerja atau proses dari sebuah perusahaan atau lembaga. Perusahaan atau lembaga harus menyesuaikan bagaimana strategi yang baik yang harus dilakukan di tengah wabah virus Covid- 19 agar tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai secara maksimal. Salah satunya pada lembaga pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Tanah Datar.

2. Strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Tanah Datar dalam pengumpulan zakat pada masa pandemi Covid-19 adalah melakukan pelayanan terkait pengumpulan zakat secara offline dan online. Jika dilakukan secara offline maka

(14)

19 yang bersifat konsumtif sesuai

dengan surat At-Taubah ayat 60 dan UU No 23 Tahun 2011.

zakat secara online dilakukan melalui penyebaran informasi di media sosial milik BAZNAS Kabupaten Tanah Datar.

3. Kendala yang dihadapi BAZNAS Kabupaten Tanah Datar adalah pembatasan untuk bertemu dengan muzakki dan donatur.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu pada tabel dibawah ini adalah penelitian yang penulis lakukan hanya pada komparasi penyajian laporan keuangan penghimpunan dana ZIS di masa pandemi Covid-19 pada dua LAZ yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Dhu’afa Tersenyum dan LAZISMU Wilayah, sedangkan penelitian-penelitian terdahulu membahas komparasi pengelolaan zakat, kinerja keuangan LAZ, serta akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan.

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu tentang komparasi Laporan Keuangan Penghimpunan Dana ZIS

Aspek Maulana Ihsan Fairi (2018) Prayogo P. Harto, Vivi Sufi Anggraeni, Ai Nur Bayinah (2018)

Puspita Dewi Wulaningrum dan Amin Pinanto (2020)

Judul Studi Komparatif antara

Pengelolaan Zakat di Pusat Zakat Sabah dan Badan Amil Zakat Nasional DIY

Komparasi Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat

Akuntabilitas dan Transparansi Laporan Keuangan pada Organisasi Pengelola Zakat: Studi Komparatif di BAZ dan LAZ Yogyakarta

Institusi yang Diteliti Pusat Zakat Sabah dan BAZNAS DIY

BAZNAS Pusat, Yatim Mandiri, Rumah Yatim Arrohman dan

BAZ dan LAZ Yogyakarta

(15)

20 Rumusan Masalah 1.Bagaimana perbandingan

pengelolaan zakat di Pusat Zakat Sabah dan Badan Amil Zakat Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta?

2.Bagaimana kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) Pusat Zakat Sabah dan Badan Amil Zakat Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta?

Bagaimana kinerja keuangan BAZNAS dan LAZNAS selama 3 periode yakni tahun 2014 hingga tahun 2016?

Apakah penerapan laporan keuangan tahunan BAZNAS Kota Yogyakarta dan LAZISMU Kota Yogyakarta sudah sesuai dengan PSAK Nomor 109 yang berlaku di Indonesia?

Tujuan Penelitian 1.Menganalisis dan

mendeskripsikan pengelolaan zakat di Pusat Zakat Sabah dan Badan Amil Zakat Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta. 2.

Menganalisis kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) di Pusat Zakat Sabah dan

Badan Amil Zakat Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk mengetahui kinerja keuangan BAZNAS dan LAZNAS selama 3 periode yakni tahun 2014 hingga tahun 2016.

Untuk mengetahui apakah penerapan laporan keuangan tahunan BAZNAS Kota Yogyakarta dan LAZISMU Kota Yogyakarta sudah sesuai dengan PSAK Nomor 109 yang berlaku di Indonesia.

Metode Penelitian Metode kualitatif deskriptif Metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif kualitatif.

Hasil Penelitian 1.Terdapat perbedaan pengelolaan zakat di Negeri Sabah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi:

penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan, dan pengawasan zakat.

2.Dari perhitungan SWOT diketahui bahwa Baznas DIY memiliki kekuatan (strengths) dengan nilai skor 1,65 sedangkan

Kinerja keuangan lembaga zakat nasional selama kurun waktu penelitian (2014 – 2016) dapat dikatakan baik. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap komponen efisiensi, semua lembaga zakat masih dikatakan efisien. Perolehan nilai dari rasio beban program, rasio beban operasional, rasio beban penghimpunan dan efisiensi

BAZNAS Kota Yogyakarta dinilai sudah akuntabel dalam pelaporan keuangan tahunannya, hal ini dibuktikan bahwa BAZNAS Kota Yogyakarta telah menerapkan laporan keuangan tahunan sesuai dengan PSAK Nomor 109 yang berlaku di Indonesia karena mempermudah masyarakatnya terutama para muzakkinya untuk dapat mengakses dalam penyampaian laporan keuangan, lalu pelaporan keuangan sesuai tenggat waktu, serta laporan keuangannya diaudit oleh lembaga

(16)

21 skor 0,65. Dalam artian BAZNAS

DIY mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor kelemahan dalam mengembangkan organisasi BAZNAS kedepannya, kemudian faktor-faktor peluang (opportunities) mempunyai skor 1,75 dan faktor-faktor ancaman (threats) mempunyai nilai skor 0,80. Hal tersebut

mengungkapkan, dalam upaya menentukan strategi pengembangannya, Baznas DIY mempunyai peluang yang cukup besar dibandingkan ancaman yang akan timbul.

menyalahi fungsi kerjanya. Begitu pun berdasarkan hasil pengukuran terhadap komponen kapasitas, dari tahun 2014 hingga tahun 2016, rasio penerimaan utama dari semua lembaga zakat relatif mengalami pertumbuhan positif. Hal ini mengindikasikan kapasitas lembaga zakat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sudah baik.

Demikian juga dengan rasio beban program semua lembaga zakat

tumbuh positif yang

mengindikasikan lembaga zakat telah berusaha untuk menyalurkan dana yang dihimpunnya dengan optimal. Namun dalam hal rasio modal kerja, meski masih positif, dibutuhkan peningkatan kinerja karena masih ada lembaga zakat yang nilai rasionya tergolong rendah.

tahunannya, hal ini dibuktikan bahwa LAZISMU Kota Yogyakarta belum menerapkan laporan keuangan tahunan sesuai dengan PSAK Nomor 109 yang berlaku di Indonesia. Terdapat beberapa kelemahan dalam sistem pencatatan, SOP, dan juga SDM yang ahli dalam akuntansi. Selain itu, masyarakat juga belum bisa mengakses informasi laporan.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan :Dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang perbedaanya adalah penelitan terdahulu menggunakan kepuasan kerja, kepercayaan dan kesetiaan kerja

Perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti sekarang adalah variabel yang digunakan dalam penelitian sekarang yaitu FDR, NPF dan ROE sedangkan dalam penelitian terdahulu

Perbedaan skripsi saya dari penelitian terdahulu adalah skripsi saya menggabungkan beberapa variabel-variabel dipenelitian terdahulu yang saya teliti sangat berpengaruh

Penelitian Terdahulu Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Peneliti Hasil Penelitian 1 Fenni Sufiyanti & Dewi Kusuma Wardani

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana yang telah penulis kutip adalah penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang lebih

Perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian yang relevan diatas ialah mengenai periode waktu penelitian jika dalam penelitian Nasution yang mengkaji

Penelitian lain yang telah dilakukan berhubungan dengan peramalan saham menggunakan metode jaringan syaraf tiruan tersaji dalam table dibawah ini :... Penelitian

Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Restu Agusti dan Tyas Pramesti 2009 Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran