• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh ZULKIFLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh ZULKIFLI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF

DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 LILIRIAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh ZULKIFLI 10533 811 315

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zulkifli

Nim : 10533 8113 15

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2019 Yang Membuat Pernyataan

Zulkifli NIM:10533811315

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zulkifli

Nim : 10533 8113 15

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penciplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya akan bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, September 2019 Yang Membuat Pernyataan

Zulkifli

NIM: 10533811315

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya,

hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah." (Abu Bakar Sibli)

Kupersembahkan karya ini untuk : Kedua orangtuaku, saudaraku, dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapannya menjadi kenyataan.

(7)

ABSTRAK

Zulkifli. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskrispsi pada Peserta Didik Kelas VII SMPN 2 Liliriaja Kabupaten Soppeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dibimbing oleh Munirah sebagai pembimbing I dan Ratnawati sebagai pembimbing II.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan model Experiental Learning untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi pada peserta didik SMPN 2 Liliriaja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan model Experiental Learning pada peserta didik kelas VII SMPN 2 Liliriaja.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) terdiri dari dua siklus yang setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Liliriaja sebanyak 23 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes sedangkan tehnik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individual dari 23 murid hanya 13 murid atau 56,52% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 76,65% sedangkan pada siklus II dimana dari 23 murid terdapat 22 orang atau 95% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi sebesar 82,79 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menulis paragraf deskripsi kelas VII SMPN 2 Liliriaja dengan menerapkan model pembelajaran Experiental Learning mengalami peningkatan.

Kata kunci: model, menulis, paragraf deskripsi.

(8)

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyanyang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejahuan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis serahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermamfaat dalam dunia pendidikan. khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Karena itu, patut kiranya dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, Bapak Prof. Dr. H. Abd.

Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Dr.

Erwin Akib, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Munirah, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

(9)

Makassar, Ibu Dr. Munirah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ratnawati, S. Pd., M. Pd., selaku Pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi ini, Bapak Sofyan, S. Pd., M. pd., selaku kepala SM P Negeri 2 Liliriaja yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 2 Liliriaja, Siswa-siswi SMP Negeri 2 Liliriaja khususnya kelas VII yang dengan senang hati menerima kami, Orang tua saya ayahanda Baharuddin dan ibunda Lebang yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan dan mendidik serta membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu saudara dan saudari saya Nur Muh. Sidiq dan Assyifa Zahra dan juga keluarga saya tercinta atas segala doa dan dukungan serta pengorbanannya, kepada Afrilia Cahyani yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sampai penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini serta sahabat terkhusus The GL, Talekang Squad beserta teman BSI F 2015 dan AFIKSASI 2015, dan pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya, yang tidak sempat disebutkan namanya.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah- mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Makassar, Juli 2019

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Penelitian yang Relevan ... 10

2. Konsep Dasar Menulis ... 11

3. Paragraf ... 17

4. Pengertian Paragraf Deskripsi ... 18

5. Pengertian Model Pembelajaran Experiental Learning ... 19

B. Kerangka Pikir... 30

C. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

(11)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Menulis Tabel 3.2 kriteria Standar Keberhasilan

Tabel 4.1 Kesimpulan Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

Tabel 4.2 Statistik Hasil Belajar Menulis Paragraf Deksripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Skor Hasil Belajar Siswa Menulis Paragraf Deksripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja Tabel 4.6 Kesimpulan Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

Tabel 4.7 Statistik Hasil Belajar Menulis Paragraf Deksripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja pada Siklus II

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Skor Hasil Belajar Siswa Menulis Paragraf Deksripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

Tabel 4.9 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Liliriaja

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Experiental Learning Circle Gambar 2 Kagan Kerangka Pikir Gambar 3 Skema Model Penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sangat penting dalam proses komunikasi, tetapi kita mungkin belum menyadari tingkat kepentingannya. Kebanyakan kita cenderung mengabaikan penggunaan bahasa yang baik dan benar karena belum terbiasa mempelajari dan melatihkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ide sudah dituliskan, kita sudah merasa puas dan ketika orang lain tidak memahaminya, kita cenderung menyalahkan pembaca. Selanjutnya juga apabila gagasan telah disampaikan, kita merasa puas dan ketika pendengar tidak memahami, kita cenderung menyalahkan pendengar.

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Hal ini berarti bahwa bahasa memiliki peran yang penting bagi manusia. Dengan demikian, dapat dimaklumi jika di sekolah terdapat mata pelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia disusun untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia secara nasional. Saat ini berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan hadir dan tidak dapat dicegah. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut bermanfaat bagi kehidupan. Oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk mampu mencapai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan.

Keterampilan berbahasa sangat berkaitan erat dengan keterampilan menulis, dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001:1219) kata menulis berasal ari kata dasar tulis yang

(15)

berarti melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang dengan tulisan.

Selanjutnya,wiyanto (2002:2) menambahkan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan menulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Menulis merupakan keterampilan mengomunikasikan pikiran, gagasan, dan informasi yang harus dilatihkan semenjak dini. Semenjak di sekolah dasar, hendaknya mahasiswa dibiasakan untuk menulis, mengemukakan ide-idenya tanpa pembatasan- pembatasan yang dapat menjerat kreativitas mereka. Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan berbicara, menyimak, dan membaca.

Dalam menulis paragraf siswa masih mengembangkan ide, gagasan, kosakata yang digunakan masih sederhana dan terbatas. Penggunaan kalimat dan organisasi tulisan argumentasi masih kurang terarah, serta belum masih maksimal dalam mengembangkan ide pokok. Secara umum dalam bahasa Indonesia, ada empat keterampilan yang hubungannya sangat erat satu sama lainnya dan perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi. Keempat keterampilan tersebut, meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam penggunaan bahasa, keempat keterampilan tersebut cenderung dilakukan secara integral oleh setiap orang sesuai dengan kebutuhannya dalam berkomunikasi. Berbicara dan menulis merupakan cara untuk mengekspresikan makna. Jadi, makin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan secara tertulis.

Salah satu keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi sehari-hari.

(16)

Menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif. Artinya, keterampilan menulis digunakan untuk memproduksi dan mengekspresikan ide, pikiran, atau gagasan. Menulis merupakan upaya mengekspresikan yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulis, informasi-informasi dan ide-ide tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan (Hakim, 2005: 15).

Sebagai keterampilan yang bersifat produktif dan ekspresif, keterampilan menulis sering dikatakan sebagai keterampilan yang paling kompleks. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun, merangkai pikiran, dan mengemukakan secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Dalam kegiatan menulis, seseorang harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Dalam pengertian, kejelasan tulisan bergantung kepada pikiran, organisasi, pemakaian, dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.

Dalam hal ini penulis ingin melakukan penelitian mengenai paragraf yang terfokus pada pada deskripsi. Rooks (1999:35) mengatakan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang logis mengembangkan satu objek, karena setiap kalimat dalam paragraf adalah tentang subjek umum yang sama, setiap kalimat harus terhubung erat dengan kalimat sebelum dan kalimat sesudahnya. Munirah (2015:127) mengungkapkan bahwa deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Dengan deskripsi, penulis menciptakan sebuah bingkai berupa keindahan alam, letak dan model perumahan, perlengkapan atau perabot rumah tangga dan sebagainya untuk lebih menghidupkan perwatakan yang akan ditampilkan oleh penulis. Semua peristiwa atau

(17)

tindakan yang muncul dalam bingkai deskripsi tadi akan tampak lebih menonjol dalam keserasian atau kontras menuju efek yang diinginkan. Oleh karena itu, deskripsi adalah suatu penggambaran mengenai peristiwa atau kejadian yang dialami dan dirasakan oleh penulis yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tulisan deskripsi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis deskripsi merupakan keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, dengan penguasaan keterampilan menulis, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk karangan terhadap orang lain. Namun di sisi lain, keterampilan menulis sangat kompleks karena dalam menulis, seseorang diharapkan mampu mengembangkan karangan dan juga cermat untuk memberikan informasi suatu peristiwa yang terjadi kepada pembaca dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Karena itu, dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, berpeluang besar terjadi hambatan.

Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru biasanya menerapkan strategi pembelajaran yang kurang inovatif, tentu siswa cenderung bosan dan kurang berminat memperhatikan materi yang disampaikan sehingga mengakibatkan aktivitas belajar- mengajar kurang memadai karena tidak adanya variasi yang dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas. Selain itu, proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan juga guru kurang menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Di sinilah perlu adanya upaya untuk penyempurnaan proses pembelajaran, terutama dalam pemilihan model pembelajaran inovatif yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran

(18)

yang dapat mengembangkan keaktifan siswa, agar siswa lebih aktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, mengungkapkan berbagai gagasannya dalam menemukan idenya. Salah satu alternatifnya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning.

Model pembelajaran experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pembelajaran akan lebih terpusat pada pengalaman-pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing diri sendiri sehingga pengalaman tersebut bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Model pembelajaran experiential learning dipilih dalam pembelajaran menulis deskripsi karena melalui model pembelajaran ini pembelajaran tidak lagi hanya terfokus pada guru. Model pembelajaran experiential learning ini menekankan yang dialami, yang dilihat, dan yang dipahami oleh siswa sendiri, bukan orang lain. Cara ini dapat mengarahkan para siswa dalam hal memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal daripada siswa banyak melihat materi atau konsep.

Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, siswa lebih mampu membimbing diri sendiri sehingga pengalaman tersebut bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan.

Berdasarkan hasil observasi awal, kemampuan siswa menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas VII SMPN 2 Liliriaja masih di bawah yaitu 65,0 yang indikator keberhasilan pembelajaran tersebut adalah 85% siswa harus mendapatkan nilai sesuai dengan KKM. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi pada Siswa kelas VII SMPN 2 Liliriaja” dengan harapan dapat

(19)

menjadi solusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya dalam materi menulis paragraf deksripsi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan menulis paragraf deksripsi pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Liliriaja Kabupaten Soppeng dapat meningkat jika menerapkan model pembelajaran Experiental Learning ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi pada peserta didik SMPN 2 Liliriaja kabupaten Soppeng dengan menerapkan model pembelajaran experiental learning.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis

Penelitian ini bermanfaat untuk menguatkan keberadaan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan khususnya tentang model penerapan experiental learning sebagai salah satu model pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terkait menulis paragraf deskripsi.

2. Manfaat praktis

(20)

Penelitian ini merupakan salah satu bahan referensi yang bisa digunakan semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, antara lain :

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah, khususnya dalam hal keterampilan menulis paragraf deskripsi.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai supaya dapat menarik minat siswa dengan penerapan model pembelajaran yang baru serta menjadi acuan dalam menyusn perencanaan pembelajaran yang sifatnya bervariasi.

c. Bagi Siswa

Penelitian diharapkan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya dalam menulis paragraf deskripsi.

d. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai menulis paragraf deskripsi dan penggunaan model pembelajaran ini.

e. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan menulis serta model pembelajaran Bahasa Indonesia yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

E. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dapat dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang akan kita teliti, perlu ada penelitian yang sudah ada dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

Penelitian yang berhubungan dengan menulis paragraf pernah dilakukan oleh Rina Sulistina pada tahun 2012 dengan jurnalnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X3 SMA Muhammadiyah 1 Pekajang di Pekalongan Melalui Metode Widyawisata Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Sulistina menjelaskan bahwa dengan menerapkan metode widyawisata mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis paragraf deskripsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Anugrah Salemuddin pada tahun 2014 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi peserta didik Kelas VIIIA

SMP Muhammadiyah 6 Makassar melalui Teknik Show No Tell mampu membangun minat peserta didik dalam menulis paragraf argumentasi”.

Terakhir penelitian yang dilakukan oleh Nurul Mu’minin pada tahun 2014 dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Lingkungan dalam Pembelajaaran Menulis Paragraf Deskripsi Peserta didik Kelas VIIB SMP Muhammadiyah Belawa”.

(22)

Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga penelitian diatas masing-masing meneliti tentang peningkatan kemampuan dalam menulis paragraf khusunya mengenai paragraf deskripsi dan penggunaan beberapa model dan metode yang diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis paragraf oleh peserta didik dengan capaian berhasil meningkat. Persamaan dari ketiga penelitian tersebut dengan penelitian akan dilakukan ini yaitu aspek yang diteliti tentang menulis paragraf dan khususnya paragraf deskripsi.

Sedangkan perbedaannya yaitu penggunaan penggunaan model pembelajaran yang baru yakni model pembelajaran experiental learning.

Atas dasar penelitian di atas, maka penulis tertarik pula melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi pada Peserta didik Kelas VII Mts. Yapit Malakaji”.

2. Konsep Dasar Menulis a. Pengertian Menulis

Menurut Hayon (2007:5), menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis, bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sarana pemmbaca. Itulah dunia kepenulisan yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Unsur-unsur dalam menulis minimal mencapai empat aspek, yaitu (1) aspek gagasan yang akan disampaikan yang berupa topik masalah, (2) aspek tulisan yang berbentuk jenis karangan, sebagai gaya cara menulis karangan narasi, deskripsi, argumentasi, pesuasi, atau eksposisi agar pembaca dapat mencerna tulisannya, (3) aspek keterpaduan antarparagraf

(23)

agar tidak tumpang tindih pembahasannya, (4) aspek bahasa memiliki diksi yang tepat dan gaya bahasa.

Wiajayanto (2002:2), menambahkan bahwa menulis merupakan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatanya berupa tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang mempunyai beberapa komponen mulai dari hal yang sederhana, seperti memilih kata, menyusun kalimat, merakit paragraf sampai menjadi suatu wacana yang utu.

Selain itu, penulis juga harus mampu menyampaikan gagasan yang segar bagi setia pembaca.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

b. Jenis-jenis Menulis

Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.

a. Eksposisi

Eksposisi merupakan merupakan karangan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan

(24)

bagaimana (Semi, 2007: 61). Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. Jika hendak menulis bagaimana peraturan bermain sepak bola, cara kerja pesawat, bagaimana membuat tempe, misalnya, maka jenis tulisan eksposisi sangat tepat untuk digunakan. Ekposisi berusaha menjelaskan atau menerangkan.

b. Narasi

Narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa (Suparno dan Mohamad Yunus, 2007: 4.54). Narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya.

Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa (kronologis) atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

c. Argumentasi

Argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis (Semi, 2007: 74). Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau

(25)

mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca.

d. Persuasi

Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya bujuk, berdaya-ajuk ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan daya ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit ataupun eksplisit yang dilontarkan olaeh penulis (Suparno dan Mohamad Yunus, 2007: 5.46). Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa.

e. Deskripsi

Deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca (Suparno dan Mohamad Yunus, 2007: 4.6). Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang didengarnya, dan merasakan apa yang dirasakanya, serta sampai kepada kesimpulan yang sama dengannnya.

c. Manfaat Menulis

Tarigan (2008:16) mengemukakan ada empat manfaat dari menulis, yaitu :

1) Menulis menyenangkan dalam hal penjelajahan diri pribadi Kegiatan menulis dapat menjadi hal yang sangat menyenangkan karena dengan menulis, seseorang mampu menjelajahi potensi yang ada dalam dirinya.

2) Menulis membuat kita sadar akan kehidupan Kegiatan menulis dapat membuat seseorang lebih menyelami kehidupan. Dalam kegiatan menulis, kepekaan dan keterbukaan pikiran

(26)

akan lingkungan sekitar dapat membuat seseorang menyadari apa makna dari kehidupan sebenarnya.

3) Menulis membantu kita memahami diri kita lebih baik Salah satu dari tujuan menulis adalah untuk pernyataan diri. Dengan menulis, seseorang mampu menyelami kepribadiannya sendiri dan secara tidak langsung, seorang penulis dapat memahami kepribadiannya sendiri.

4) Menulis membantu memecahkan masalah Salah satu tujuan dari menulis itu adalah untuk memecah masalah. Tidak semua masalah dapat terselesaikan dengan cara berbicara atau berdebat. Menulis bisa menjadi satu alternatif untuk memecahkan masalah jika tidak memungkinkan untuk berbicara.

5) Pada dasarnya ketika seseorang menulis, orang tersebut menciptakan sebuah karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang sesuatu yang ia alami sendiri dan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

d. Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. Tujuan menulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembacanya. Berdasarkan batasan itu dapatlah dikatakan bahwa beberapa tujuan menulis menurut Tarigan (2008:25) adalah :

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga.

2) Altruisric purpose (tujuan alturistik)

(27)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin membuat para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan penerangan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational purpose (tujuan penerangan)

Tulisan ini bertujuan memberikan informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

5) Self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini berhubungan dengan pernyataan diri untuk mencapai nilai nilai artistik atau nilai-nilai kesenian.

3. Paragraf

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.

(28)

Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:125) Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.

Menurut Akhaidah dan kawan-kawan (1999:144) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dari beberapa penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah suatu karangan yang dimulai dengan baris baru dalam bentuk kalimat utuh yang memiliki suatu gagasan utama atau topik

4. Pengertian Paragraf Deskripsi

Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau memberikan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyatakan atau mengalami sendiri hal atau peristiwa yang digambarkan itu. Kata deskripsi berasal dari kata Latin discribere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan suatu hal. Sebaliknya, kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti “melukiskan suatu hal”.

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasakan objekyang digambarkan itu (Keraf, 2003:31). Selanjutnya paragraf deskripsi menurut Finoza (2009:201) adalah paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu berdasarkan pengalaman semua panca inndera dengan

(29)

kata-kata secara jelas dan terperinci. Tujuan dari paragraf ini adalah untuk memberikan detail tentang objek sehingga pembaca seakan-akan ikut melihat, mendengarkan, merasakan, atau mengalami apa yang dideskripsikan. Paragraf deskripsi adalah adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan kepada pembaca mengenai objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis atau secara singkat paragraf deskripsi bisa diartikan sebagai paragraf yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah dan merasakan apa yang tertulis dalam paragraf tersebut.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : (1) deskripsi imajinasi/impresionis adalah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan si penulis. Dan (2) deskripsi faktual/ekspositoris adalah deksripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.

5. Kriteria Penilaian Menulis Paragraf Deskripsi

Penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan atau tingkat keberhasilan (Nurgiyanto 1988 : 5). Dalam penilaian proses, sasaran yang dinilai adalah tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan. Sedangkan penilaian hasil (produk), sasaran yang dinilai adalah tingkat pengusaan peserta didik terhadap apa yang telah dipelajarinya. Ada sepuluh aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian dalam teks menulis paragraf dekripsi, yaitu (1) kesesuaian judul dengan isi; (2) pemilihan kata; (3) ejaan dan tanda baca; (4) kerapian tulisan; (5) kohesi dan koherensi; (6) kesan hidup; (7) imajinasi, (8) keterlibatan aspek pancaindera; (9) menunjukkan objek yang ditulis; dan (10) memusatkan uraian pada objek.

(30)

6. Pengertian Model Pembelajaran Experiental Learning a. Konsep Dasar Experiental Learning

David Kolb (dalam Fathurrohman 2015: 128) mendefinisikan “belajar sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman”.

Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan mentrasnformasikan pengalaman.

Fathurrohman (2015: 129) menyatakan bahwa “Experiential Learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik”.

Pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Belajar dari pengalaman mencakup keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Experiential Learning sebagai metode yang membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Jika seseorang terlibat aktif dalam proses belajar maka orang tersebut akan belajar jauh lebih baik. Hal ini disebabkan dalam proses belajar tersebut pembelajaran secara aktif berpikir tentang apa yang dipelajari dan kemudian bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi nyata. Fahturrohman (2015: 130) mengatakan “Pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif, harus menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang dan perencanaan tindakan”.

Menurut Atherton (dalam Fathurrohman 2015: 128) mengemukakan bahwa dalam konteks belajar pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses

(31)

pembelajaran yang merefleksikan pengalaman secara mendalam dan dari sini muncul pemahaman baru atau proses belajar. Fathurrohman (2015: 128) Pembelajaran berbasis pengalaman memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajaran terhadap pengalamannya untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan baru, dan sikap baru atau bahkan cara berpikir baru untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Fathurrohman (2015: 129) menyatakan “Pembelajaran berbasis pengalaman berpusat pada pembelajaran dan berorientasi pada aktivitas refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menerapkan apa yang diperoleh dari pengalaman personal tersebut”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaraan Experiential Learning merupakan model pembelajaraan yang memperhatikan dan menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik. Dengan terlibatnya langsung dalam proses belajar dan menkontruksikan sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.

b. Tujuan Model Experiental Learning

Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi peserta didik dengan tiga cara, yaitu:

a. Mengubah struktur kognitif peserta didik dengan adanya pengalaman baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran.

b. Mengubah sikap peserta didik

c. Memperluas keterampilan-keterampilan peserta didik yang telah ada, dengan adanya pengalaman baru dalam proses pembelajaran yangdiperoleh peserta didik maka akan

(32)

menjadikan peserta didik semakin terampil dan memahami, contohnya dalam penelitian ini peserta didik menjadi semakin paham mengenai bagaimana cara menggunakan salah satu teknologi komunikasi.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif (Johnson & Johnson dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2008: 165).

Experiential Learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri peserta didik untuk berhasil dalam belajarnya. Model experiential learning memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami keberhasilan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan- keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami. Experiential learning tentunya berbeda dengan pendekatan belajar yang masih tradisional dimana peserta didik hanya menjadi pendengar pasif dan guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik.

c. Prosedur Model Experiental Learning

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008: 166) menyebutkan prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu 1) tahap pengalaman nyata, 2) tahap observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4) tahap implementasi. Keempat tahap tersebut oleh

(33)

Konseptualisasi/berpikir abstrak

Refleksi Pengalaman

aktif/penerapan

Pengalaman konkret

David Kolb (1984) kemudian digambarkan dalam bentuk lingkaran sebagai berikut:

Gambar 1. Experiential Learning Circle

Dalam tahapan di atas, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya. Refleksi ini menjadi dasar proses konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain (baru). Proses implementasi merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai.

Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalamann nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru.

(34)

Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memerhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki oleh peserta didik. Seorang peserta didik mungkin memiliki pengalaman yang berbeda dengan peserta didik lain. Masing-masing peserta didik juga mungkin memiliki gaya belajar yang unik dan berbeda dengan yang lain. keempat tahapan dalam experiential learning bertujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Dalam experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang peserta didik harus memiliki 4 kemampuan (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:167).

Kemampuan peserta didik dalam proses belajar dalam experiential learning theory seperti pandangan Kolb dalam belajar, yang membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 (Asri Budiningsih, 2005: 70), yaitu:

1). Tahap pengalaman konkret, pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut, belum dapat memahami dan menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.

2). Tahap pengalaman aktif dan reflektif, Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa

(35)

terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadiPemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang.

3). Tahap konseptualisasi, tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.

4). Tahap eksperimentasi aktif, tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiental Learning

Dalam menerapkan model pembelajaran experiental learning guru harus memperbaiki prosedur agar pembelajarannya berjalan dengan baik. Menurut Hamalik (dalam Fathurrohman 2015: 136-137), mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran experiental learning adalah sebagai berikut :

1) Guru merumuskan secara saksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial atau memiliki seperangkap hasil- hasil tertentu.

2) Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.

3) Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok- kelompok kecil atau keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.

4) Para siswa ditempatkan didalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah.

5) Siswa aktif berpartisipasi didalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.

(36)

6) Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubung dengan mata ajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacam- macam pengalaman tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran experiential learning disusun dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip ini pun berkaitan dengan pengalaman di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta dalam cara-cara belajar yang biasa dilakukan oleh peserta didik

e. Teori yang Mendukung Model Experiental Learning

Dalam teori belajar, beberapa ahli berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Belajar melalui pengalaman akan membantu peserta didik untuk memahami materi yang dipelajari. Berikut teori belajar yang mendukung model experiential learning:

1). Teori Belajar Humanistik

Menurut David Kolb dalam Asri Budiningsih (2005: 68), teori humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana peserta didik menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh perhatianterhadap lingkungannya, mempunyai kedewasaan emosi dan spiritual. Experiental Learning

(37)

melibatkan perasaan yang dapat dilihat pada proses pembelajaran peserta didik begitu antusias dan merasa senang karena diberikan pengalaman langsung untuk belajar. Proses pengamatan dapat dilihat dalam tahap pengamatan aktif reflektif, peserta didik mengamati bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat produksi sederhana. Proses berpikir dan berbuat dapat dilihat ketika proses pembelajaran kerja kelompok dan saat mengerjakan tugas.

Proses ini seperti halnya humanistik yang menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

2). Teori Belajar Kognitif

Menurut Gagne (Dalam Wina Sanjaya 2012: 161), model kognitif memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui usahanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Pengalaman akan membantu peserta didik dalam memproses informasi karena tujuan akhir dari proses belajar dan mengajar adalah peserta didik memiliki keterampilan proses transfer of learning, sehingga mereka dapat mentransfer pengetahuan yang mereka dapatkan ke situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.Teori kognitif yang menekankan pada belajar proses berkaitan dengan model Experiental Learning yang juga menekankan pada proses belajar. Dimana proses belajar merupakan transfer of learning yang dimodifikasi melalui pengalaman.

3). Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut Piaget (dalam Wina Sanjaya 2012: 164) teori konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

(38)

Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti pendidik, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema.

Skema terbentuk karena pengalaman. Pengertian dari Piaget dapat dimisalkan, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat sedangkan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinyaProses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema dan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru.

Semua itu terbentuk berkat pengalaman peserta didik.

Teori konstruktivistik ini sejalan dengan Experiental Learning dimana belajar melalui pengalaman akan sangat membantu membentuk proses asimilasi dan akomodasi.

Experiental Learning menekankan pada kesadaran atau motivasi belajar dari dalam diri karena pengetahuan yang bermakna adalah proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.

F. Kerangka Pikir

Dalam proses pendidikan, kurikulum menjadi bahan alat acuan yang digunakan oleh seorang tenaga pendidik dalam prosen pembelajarannya. Dalam penelitian ini peneliti

(39)

menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan dalam membuat rencana pembelajaran.

Berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian peningkatan hasil pembelajaran ini yaitu model Experiental Learning pada pembelajaran menulis paragaraf deskripsi melalui beberapa tahapan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat 4 keterampilan berbahasa yang terdiri atas menyimak, menulis, membaca dan berbicara. Namun dalam penelitian ini, fokus masalah yang akan diteliti adalah menulis.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa di mana menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan akan tetapi pokok pembahasannya adalah menulis paragraf.

Paragraf secara umum terdiri atas 4 jenis namun fokus peneliti pada paragraf deskripsi.

Pelaksanaan penelitian pada paragraf desksripsi ini akan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning, peneliti pula akan melaksankan dengan menggunakan tahap siklus yaitu siklus I dan siklus II sehingga mendapatkan hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini :

(40)

Keterampilan berbahasa

Menulis Membaca Berbicara

Menyimak

Paragraf

Model pembelajaran experiental learning

Deskripsi

Penerapan dalam proses pembelajaran

Siklus I dan siklus II

Temuan

Gambar. 2 Bagan Kerangka Pikir Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa

Indonesia

(41)

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada tinjauan pustaka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika menerapkan model pembelajaran Experiential Learning Theory (ELT) pada menulis paragraf deksripsi pada peserta didik SMP Negeri 2 Liliriaja kabupaten Soppeng maka hasil belajar siswa tersebut dapat meningkat.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis PTK (Penelitian tindakan kelas), peneliti akan melihat langsung meningkatnya kemampuan peserta didik dalam menulis paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran experiental learning. Menurut Moleong (2000:4-8) penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri adalah (1) peneliti bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan penganalisis data, peneliti juga terlibat secara langsung dalam proses penelitian, (2) mempunyai latar alami, data yang diperoleh dan diteliti akan dipaparkan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5) adanya batas permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung bersifat induktif.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di sekolah SMPN 2 Liliriaja kecamatan Liliriaja kabupaten Soppeng.

b. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang akan menjadi subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII, sasaran utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan menerapkan model pembelajaran experiental learning.

C. Desain Penelitian

(43)

Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

Menurut Kemmis dan Taggart (Rahmiati, 2008:27) mengemukakan bahwa “Tahap-tahap penelitian tindakan kelas meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi”.

Adapun penjelasan dari skema di atas, yaitu sebagai berikut :

1) Melakukan observasi awal untuk menentukan model dan format penerapan tindakan siklus I.

2) Menyusun pelaksanaan pembelajaran.

Menyusun Rencana

Observasi Tindakan Pelaksanaan

Tindakan

Refleksi dan Analisis Data

Belum Berhasil

Kesimpulan Berhasil

Refleksi dan Analisis

Observasi Siklus II

Pelaksanaan Tindakan Siklus

II

Menyusun Rencana Siklus II

Gambar 3. Skema model penelitian.

(44)

3) Merancang metode penelitian

4) Membuat lembar observasi guru dan murid untuk mengamati proses pembelajaran selama penerapan tindakan setiap siklus.

5) Membuat tes untuk mengukur hasil belajar murid selama tindakan penelitian diterapkan.

Tahap pelaksanaan yaitu tahap mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan tindakan meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi menggunakan model pembelajaran experiental learning. Pada bagian ini meliputi pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama tindakan berlangsung yaitu dengan mengamati aktivitas guru dan murid sesuai dengan lembaran observasi yang telah disediakan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Secara terperinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini sebagai berikut :

Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : a. Menalaah kurikulum SMPN 2 Liliriaja agar dapat mengalokasikan waktu yang tersedia

antara materi pelajaran dengan rencana penelitian.

b. Membuat rencana pembelajaran (RPP) untuk melaksanakan tindakan.

c. Menyediakan sarana yang diperlukan.

d. Membuat lembar observasi untuk melihat hasil belajar peserta didik.

(45)

e. Membuat dan menyusun alat evaluasi.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan tindakan dengan langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a. Memulai proses belajar mengajar yang menyangkut materi pelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan.

b. Memberikan pembelajaran paragraf deskripsi dengan model pembelajaran Experiental Learning.

c. Memberikan evaluasi.

3. Tahap Observasi

Observasi ini dilakukan pada saat guru melaksanakan proses belajar mengajar. Guru mencatat hal yang dialami oleh siswa, situasi dan kondisi belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang sudah disiapkan pada hal mengenai kehadiran siswa, dan mengikuti proses belajar mengajar.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dapat merefleksikan setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi, kemudian menilai dan mempelajari perkembangan hasil siswa pada siklus I, dan kedua hasil inilah yang selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan perbaikan dan penyempurnaan pada siklus berikutnya (siklus II) sehingga hasil yang dicapai lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus I).

Siklus II

(46)

Pelaksanaan tindakan siklus II ini relatif sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, namun dalam pelaksanaan ini dilakukan perbaikan-perbaikan dari siklus I sehingga hasil belajar meningkat.

1. Tahap Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran

b. Mebuat rencana pembelajaran (RPP)

c. Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan

d. Membuat lembar observasi untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan berlangsung.

e. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diajarkan pada siklus I.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus II adalah melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada siklus I dan beberapa perbaikan yang perlu dalam memecahkan masalah pada siklus I.

3. Tahap Observasi

Melakukan observasi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Melakukan evaluasi dengan memberikan pembelajaran menulis paragraf dekripsi dengan menggunakan model Experiental Leraning yang dilakukan pada akhir tindakan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

4. Tahap Refleksi

(47)

Meninjau kembali hasil yang diperoleh dengan membandingkan hasil belajar siklus I dengan suklus II, dan hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi pada siklus I dan siklus II dianalisi dan membuat kesimpulan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang menjawab rumusan masalah penelitian (Suharsimi Arikunto, 2009: 100). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Obrervasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas dan peneliti menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung bagaimana hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran di kelas berlangsung

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Tes diberikan kepada siswa untuk kemudian dikerjakan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes diberikan pada setiap akhir siklus. Untuk mendapatkan data menulis karangan deskripsi, peneliti menilai hasil tes menulis siswa dengan menggunakan pedoman penilaian menulis

(48)

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumentasi dilakukan dengan penggunaan daftar nilai tes keterampilan menulis deskripsi dan mengambil foto siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam kata lain instrumen adalah alat ukur dalam penelitian. Untuk menentukan instrumen harus sesuai dengan teknik atau metode pengumpulan data yang digunakan. Instrumen dalam penelitian ini adalah: 1) lembar observasi, 2) tes, dan 3) dokumentasi.

1. Lembar observsi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan mencatat segala kejadian selama proses pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam mencatat aktivitas siswa dan guru saat kegiatan pembelajaran.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan menulis paragraf deskripsi peserta didik.

(49)

Apabila telah diperoleh nilai, kemudian bentuk nilai diberi makna ke dalam bentuk kualitatif yang dimasukan ke dalam rentang skala angka yang mengacu pada pendapat Burhan Nurgiyantoro, (2009: 307-308) yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Menulis

No Skala Angka Keterangan

1 85 – 100 Sangat baik

2 70 – 84 Baik

3 55 – 69 Cukup

4 40 – 54 Kurang

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kuatitatif yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) antara lain :

 Pemilihan data

 Penafsiran data

 Penyimpulan

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil tes dan observasi siswa adalah menggunakan data persentase. Rumusnya seperti gambar berikut :

Jumlah Skor

DP = x 100

Jumlah objek Keterangan :

DP : Data persentase,

(50)

Jumlah skor riil : Jumlah skor yang Diperoleh responden dalam menjawab

soal,

Tehnik analisa data kualitatif menggunakan tehnik analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, and Threat). Strength ( Kekuatan ), peneliti hendaknya melihat keunggulan/kekuatan yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Weakness ( Kelemahan ), peneliti juga harus melihat kelemahan/kekurangan yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Opportunities ( Peluang ), selama kegiatan pembelajaran peneliti harus memberikan kesempatan/peluang kepada dirinya sendiri ataupun kepada siswa untuk mengembangkan gagasan, Threat ( Ancaman ), ancaman akan muncul dalam keadaan dan kondisi apapun, sehingga dibutuhkan kreatifitas dari guru maupun siswa untuk menghadapinya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam peneliti tindakan ini meliputi indikator peningkatan kualitas skenario pembelajaran Bahasa Indonesia dan indikator peningkatan semangat belajar.

Dari segi proses ditandai oleh keaktifan murid dalam proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran pada bidang studi bahasa Indonesia. Adapun kriteria yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak adalah sesuai dengan kriteria standar yang diungkapkan Nurkencana (2006:39) sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Standar Keberhasilan Taraf Keberhasilan Kualifikasi

90-100 % Sangat Baik (BK)

(51)

75-89% Baik (B)

65-74% Cukup (C)

55-64% Kurang (K)

0-54% Sangat Kurang (SK)

Sebagai tolak ukur (kriteria) keberhasilan penelitian tindakan kelas ini berhasil bila minimal 70% dari murid secara klasikal, dengan memperoleh nilai ≥ 75 maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.

(52)

BAB IV

HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar menulis paragraf dekripsi pada peserta didik kelas VII A SMP Negeri 2 LILIRIAJA kabupaten Soppeng. Setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning. Data hasil penelitian adalah yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan serta hasil angket respon siswa setiap akhir siklus.

Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari dua siklus pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah :

1) Membuat skenario pembelajaran berdasarkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.

2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan tindakan siklus I.

3) Mempersiapkan lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk menjawab soal tes siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelaksanaan tahap tindakan pada siklus I ini berlansung selama 2 kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Pertemuan I

(53)

sampai pertemuan ke II diisi dengan kegiatan belajar mengajar dengan memberikan materi tentang paragraf deskripsi, Pertemuan ke III diisi dengan pemberian tes siklus I, dengan pokok pembahasan menulis paragraf deskripsi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

Pertemuan I

Pada peremuan pertama materi yang akan dibahas adalah menjelaskan pengertian paragraf deskripsi.

Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan judul materi pokok, dan menjelaskan sambil memberikan motivasi belajar, mengingatkan kembali materi dengan mengaitkan kembali tentang materi dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, pada kegiatan ini guru menyajikan informasi tentang materi yang akan diajarkan dengan menggunakan bahan ajar yaitu paragraf deskripsi dalam hal ini guru menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, guru membimbing pelatihan kepada siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang dipelajari sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dibahas dan guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

No. Komponen Yang Diamati

Siklus I pertemuan I 1 Siswa yang hadir pada proses pembelajaran berlansung. 21 2 Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan 15

Gambar

Gambar 1  Experiental Learning Circle  Gambar 2  Kagan Kerangka Pikir  Gambar 3  Skema Model Penelitian
Gambar 1. Experiential Learning Circle
Gambar 3. Skema model penelitian.
Tabel 1. Klasifikasi Nilai Menulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

It can be roncluded that the represenlrtion of galial regression modds in structurd equdion SEM to the next is the spatial autoaegressive regression model in en6,

UMKM Tahu di Kelurahan Tinalan Gang IV Kota Kediri juga bekerja keras untuk mendapatkan modal awal, dengan tidak meminjam pihak manapun dan lebih memilih

Hasil Uji Warna Terhadap Kerupuk Kulit Ganyong 1 (kontrol); 2 (Kerupuk dengan substitusi tepung tapioka : tepung kulit ganyong yaitu 80:20); 3 (Kerupuk dengan substitusi

Adapun perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian adalah bagaimana penegakan hukum pidana oleh pihak Kepolisian dalam kasus tindak pidana illegal logging di wilayah Polres

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

[r]

Kedua, porsi kepadatan leksikal di pendahuluan-pendahuluan dari artikel dalam Jurnal TEFLIN Volume 23 Nomor 2 bulan Juli tahun 2012 yaitu; pendahuluan di artikel pertama

Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum) dan Jahe Putih (Zing$iber officinale var. amarum) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan