• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjuangan tokoh utama dalam 2 karya Donny Dhirgantoro dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perjuangan tokoh utama dalam 2 karya Donny Dhirgantoro dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

viii 

 

ABSTRAK

Lestari, Fransisca Heni. 2013. Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya

Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan alur, tokoh, penokohan, latar, tema untuk melihat perjuangan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, latar, dan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Gusni dan tokoh tambahan yang mempengaruhi perjuangan tokoh utama adalah Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Perjuangan tokoh utama dilihat dari unsur intrinsik (alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro.

(2)

ix 

 

ABSTRACT

Lestari, Fransisca Heni. 2013. The Struggle of the Main Character in the Novel 2, Written by Donny Dhirgantoro and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the plots, characters, characterization, settings, and themes to see the main character’s struggle, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools.

The method used in this research was descriptive analysis method. This method was used to describe the plots, characters, characterization, settings, the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro in the forms of words and languages.

The analysis results showed that the main character was Gusni, and the additional characters that influenced the main character’s struggle were Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, and Pak Pelatih. The struggle of the main character could be seen from the intrinsic elements (plots, characters, characterizations, settings, and themes) in the novel 2 written by Donny Dhirgantoro.

Based on the results of this research, the researcher made syllabus and Lesson Plans that could be used as the literature learning materials in Senior High Schools, class XI semester II. The implementation of the syllabus and Lesson Plans could be used to meet the Reading Competency Standard i.e. comprehending biographies, novels, and tales with the Basic Competency to disclosure the interesting things to be followed.

(3)

   

PERJUANGAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2

KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN RELEVANSINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Disusun Oleh:

Fransisca Heni Lestari

NIM: 091224019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

 

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

™ Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu menyertai perjalananku

™ Bapak, Emak, dan Adekku Yohanes Bayu Prasetyo, yang mendoakan dan memberi motovasi untuk terus berjuang

(7)

v

  MOTTO

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” ( II Korintus 12:9 )

“Mencintai Hidup dengan Berani” (Donny Dhirgantoro)

“Hanya yang menabur dengan menangis tahu arti yang sebenarnya dari suka cita saat ia menuai. Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai

(8)

vi

(9)

vii

 

(10)

viii

  ABSTRAK

Lestari, Fransisca Heni. 2013. Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya

Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan alur, tokoh, penokohan, latar, tema untuk melihat perjuangan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, latar, dan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Gusni dan tokoh tambahan yang mempengaruhi perjuangan tokoh utama adalah Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Perjuangan tokoh utama dilihat dari unsur intrinsik (alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro.

(11)

ix

 

ABSTRACT

Lestari, Fransisca Heni. 2013. The Struggle of the Main Character in the Novel 2, Written by Donny Dhirgantoro and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the plots, characters, characterization, settings, and themes to see the main character’s struggle, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools.

The method used in this research was descriptive analysis method. This method was used to describe the plots, characters, characterization, settings, the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro in the forms of words and languages.

The analysis results showed that the main character was Gusni, and the additional characters that influenced the main character’s struggle were Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, and Pak Pelatih. The struggle of the main character could be seen from the intrinsic elements (plots, characters, characterizations, settings, and themes) in the novel 2 written by Donny Dhirgantoro.

(12)

x

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2, karya Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSI.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing penulis dalam menyusun skripsi.

4. Para dosen PBSI yang selama ini telah memberikan ilmunya yang sangat berharga kepada penulis.

5. Bapak dan Ibuku tercinta, N. Sukamto dan L. Juminten untuk doa, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

6. Adikku tercinta, Yohanes Bayu Prasetyo atas dukungan selama penulis melaksanakan studi dan selesainya skripsi.

7. Teman-teman PBSI angkatan 2009, atas kerja sama, bantuan, motivasi, dan kebersamaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi.

(13)

xi

(14)

xii

  DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

(15)

xiii

 

3. Perjuangan ... 16

4. Relevasi dalam Pembelajaran Sastra ... 16

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 16

b. Silabus ... 19

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

b. Rangsangan (inciting moment) ... 30

(16)

xiv

C. Keterkaitan Unsur dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro ... 78

D. Perjuangan Tokoh Utama ... 83

(17)

xv

 

1. Bahasa ... 87

2. Psikologi ... 88

3. Latar Belakang Budaya ... 89

4. Silabus ... 90

5. RPP ... 92

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Implikasi ... 113

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 117

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan bentuk karya sastra yang dekat dengan kehidupan manusia. Karya sastra yang telah ada tidak sekedar hadir untuk ditulis dan dinikmati, tetapi juga terdapat nilai kehidupan yang diambil. Karya sastra yang dihasilkan pastinya dekat dengan kehidupan manusia. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Damono, 2002: 1). Damono juga menuturkan, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Pandangan tentang manusia dan kehidupan sosialnya dapat hadir dalam karya sastra. Sastra yang dihadirkan merupakan cermin dari berbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain (Saraswati, 2003: 4). Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, yaitu usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu (Damono, 2002: 9). Sastra, karenanya, merupakan suatu refleksi lingkungan budaya dan merupakan suatu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektif yang dikembangkan dalam karya sastra (Langland dalam Fananie, 2002: 132).

(19)

   

suatu masyarakat. Tokoh yang dihadirkan dalam karya sastra menggambarkan secara jelas kehidupan masyarakat dan berbagai persoalan sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas aspek sosial dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, yang menekankan pada perjuangan yang dialami tokoh utama. Peneliti memilih novel tersebut karena mempunyai nilai-nilai kehidupan yang sangat bagus dalam kehidupan sekarang ini, terlebih dalam menghadapi kekurangan yang ada dalam diri tokoh utama. Latar sosial yang digambarkan dalam novel tersebut berkaitan dengan kenyataan di mana tokoh utama berada. Keadaan masyarakat yang menekan tokoh utama menjadi sorotan di mana dirinya dibentuk. Latar cerita yang membangun tokoh utama tersebut tergambar dalam lingkungan keluarga.

Novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini menggambarkan pada 2 segi kehidupan, bahwa kehidupan ini dibentuk 2 kali, melalui imajinasi (daya khayal) dan kenyataan (realita). Peneliti mencoba mencermati unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam (alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema), serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.

(20)

   

seorang pengarang dalam novel tersebut. Ketiga, novel 2 karya Donny Dhirgantoro merupakan best seller.

Pendidikan merupakan salah satu tempat untuk memperkenalkan kepada anak (siswa) untuk mengetahui perkembangan sastra, selain itu juga dapat memberikan nilai-nilai untuk dipelajari anak (siswa) dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai sumbangan pemikiran untuk pembelajaran sastra di SMA, maka penulis akan mencoba memberikan suatu alternatif pembelajaran sastra di SMA dengan masalah yang diteliti, yakni unsur-unsur ekstrinsik dalam novel tersebut dengan menghubungkan kenyataan yang melingkupinya. Dunia kenyataan atau dunia sekitar yang melingkupi pengarang atau tempat karya sastra itu dibuat dapat mempengaruhi isi dari karya sastra itu sendiri (Saraswati, 2003: 19).

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema yang membangun novel 2 karya Donny Dhirgantoro?

b. Bagaimana perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro?

(21)

   

C. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro.

b. Mendeskripsikan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro.

c. Mendeskripsikan relevansi novel 2 karya Donny Dhirgantoro dengan pembelajaran sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian

a. Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini pembaca diharapkan dapat memahami dan menafsirkan karya sastra pada umumnya, terkhusus novel 2 karya Donny Dhirgantoro.

b. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif sebagai bahan pembelajaran di SMA.

c. Dalam bidang sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dalam meningkatkan apresiasi sastra Indonesia terlebih tentang perjuangan dalam suatu masyarakat.

E. Batasan Istilah

1. Tema dapat diartikan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak (Sudjiman, 1990: 78).

(22)

   

3. Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan disajikan dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 61).

4. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). 5. Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap

kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2007: 113).

6. Latar (setting) disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216).

7. Sastra merupakan kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau alat pengajaran yang baik (Ratna, 2003: 1).

8. Pendekatan strktural adalah pendekatan yang menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135).

9. Perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 590).

(23)

   

11.Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011:1)

12.Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2003:57).

13.Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber atau relevansi belajar (Haryati, 2008: 194).

14.KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:10).

15.RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan

diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45).

F. Sistematika Penyajian

Sistematika hasil penelitian ini adalah Bab I pendahuluan, berisi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,

dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori, berisi teori-teori yang relevan

dan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III tentang metodologi

penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, teknik

(24)

   

Selanjutnya bab IV berisi pembahasan, akan membahas mengenai analisis

unsur alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema yang menyebabkan perjuangan

tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, serta membahas menganai

hasil penelitian dan analisis tentang perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya

Donny Dhirgantoro. Serta akan dipaparkan tentang relevansi hasil analisis

perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam

pembelajaran sastra di SMA. Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Penelitian Relevan

Penelitian mengenai analisis sosial yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro khususnya mengenai perjuangan tokoh utama ini belum pernah diteliti. Karya sastra ini merupakan karya sastra yang baru diterbitkan pada cetakan pertama Juni 2011. Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu (1) penelitian karya Mirna Herawati, berjudul “Kadarwati Sosok Wanita Pejuang dan Relevansinya Bagi Pembelajaran Sastra di SMU (Telaah Sosiolois Novel Kadarwati: Wanita dengan Lima Nama Karya Pandir Kelana)” tahun 1999, (2) karya Marcellina Elfiana, berjudul “Perjuangan Manusia di Dalam Mencari Diri dalam Cerpen Negeri Kabut dan Cerpen Tempat yang Terindah untuk Mati dalam Kumpulan Cerpen Negeri Kabut Karya Seno Gumira Ajidarma Sebuah Tinjauan Kontekstual” tahun 1999, dan (3) karya Sigit Permadi Wibowo, berjudul “Wujud Perjuangan Perempuan dalam Pendidikan pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra” tahun 2008.

(26)

dari sudut intertekstual. Selanjutnya penelitian ketiga, hasil kajian yang ditemukan yaitu kondisi sosiokultural yang tercermin pada antologi cerita pendek yang melatarbelakangi wujud perjuangan perempuan dalam pendidikan.

Ketiga penelitian terdahulu di atas, menunjukkan perjuangan dan pendekatan struktural dalam pembelajaran sastra sudah pernah digunakan. Penelitian mengenai analisis struktural yang menekankan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro melalui pendekatan struktural dalam pembelajaran di SMA belum pernah diteliti sebelumnya. Pendekatan struktural yang peneliti gunakan untuk meneliti novel tersebut yaitu dengan menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam (alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema), serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut.

B. Kerangka Teori

1. Struktur Karya Sastra

(27)

a. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan disajikan dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 61). Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007: 113) alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Sejalan dengan pemikiran di atas Aminuddin (2004: 83) berpendapat, alur dalam cerpen atau karya sastra fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita.

Alur dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu alur kronologis dan alur tidak kronologis (Nurgiyantoro, 2007: 153-156). Alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan, konflik), tahap tengah (konflik meningkat, klimaks), dan tahap akhir (penyelesaian).

(28)

dapat memperkuat penceritaan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

Struktur umum alur (Sudjiman, 1990: 30) dapatlah digambarkan sebagai berikut:

Awal: 1. Paparan (exposition)

2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) Tengah: 5. rumitan (complication) 6. klimaks

Akhir: 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Istilah “tokoh” menujuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Karya fiksi akan terasa hidup dengan hadirnya tokoh yang menjadi pembangun dalam menghadirkan sebuah peristiwa.

Teknik untuk menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu secara langsung

(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik). Penggambaran watak

secara langsung, pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh. Selanjutnya secara tak langsung watak tokoh digambarkan melalui beberapa cara, yaitu (1) penamaan tokoh (naming), (2) cakapan, (3)

(29)

perbuatan tokoh, (7) sikap tokoh, (8) pandangan seseorang atau banyak tokoh

terhadap tokoh tertentu, (9) pelukisan fisik, dan (10) pelukisan latar (Sayuti dalam

Wiyatmi, 2006:32).

Tokoh dalam sebuah cerita dihubungkan dengan penokohan atau perwatakan yang menjadi pengembang dalam sebuah cerita. Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 61). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 165). Sejalan dengan pemikiran tersebut Jones dalam Nurgiyantoro (2007: 165) berpendapat, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, penokohan atau perwatakan merupakan perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

c. Latar

(30)

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga pokok unsur yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro, 2007: 227-233).

a) Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama jelas.

b) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

c) Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap.

(31)

terjadinya suatu peristiwa yang dilukiskan membangun sebuah latar cerita. Latar dalam sebuah cerita hadir sebagai pendukung untuk menampilkan secara jelas gambaran cerita yang disajikan oleh pengarang.

d. Tema

Tema dapat diartikan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak (Sudjiman, 1990: 78). Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya sastra fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007: 68).

(32)

2. Pendekatan Struktural

Struktur merupakan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, Dick & B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135).

Sruktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991: 54). Penelitian struktural pada dasarnya berangkat dari pendekatan objektif sebagaimana dikemukakan Abrams, yang menekankan karya sastra sebagai struktur yang bersifat otonom. Struktur pada dasarnya merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai-bagai unsur, yang tidak satu pun di antaranya dapat melakukan perubahan tanpa berpengaruh pada unsur-unsur yang lain (Zaidan, 2002: 20 – 21).

(33)

utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, dikhususkan pada empat unsur yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema.

3. Perjuangan

Perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 590). Pemahaman manusia terhadap perjuangan hidup yang ditempuh akan membuat mereka dapat melihat hidup apa adanya bukan menurut keinginan mereka (Goble, 1993: 51). Pencapaian nilai-nilai hidup itu harus ditempuh lewat mawas diri yang merupakan salah satu tujuan utama untuk menjadi jalan yang benar menuju ke pemahaman diri, penyerahan diri, dan ahirnya penyadaran diri (Jatman, 1997: 35). Jadi dapat disimpulkan bahwa perjuangan manusia itu berhubungan dengan hidup, yaitu berjuang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan pada akhirnya sampai pada penyadaran diri.

4. Relevansi dalam Pembelajaran Sastra

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:10). Hamalik (dalam Joko Susilo, 2008:78) memberikan tafsiran kurikulum dalam tiga hal, yaitu

(34)

Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.

(2) Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

(3) Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar.

Kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas.

Pengajaran Sastra di SMA merupakan pengajaran yang penting diberikan kepada siswa. Pengajaran sastra dapat memberikan banyak pelajaran bagi siswa tentang bagaimana memahami masalah-masalah kehidupan. Pengajaran sastra akan dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengambangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-19).

Rahmanto (1988: 27-33) berpendapat bahwa ada tiga aspek tingkat yang perlu dipertimbangkan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu

(35)

Agar pengajaran sastra dapat berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesua dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.

2. Psikologi

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal.

3. Latar Belakang Budaya

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya guru mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya dikenal siswa dan memahami karya sastra apa yang hendak diminati.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) Kalender Pendidikan, dan (4) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran. Pembelajaran sastra di sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, guru sebaiknya juga mempertimbangkan tiga aspek, yaitu tingkat penguasaan bahasa siswa, tahap-tahap perkembangan psikologis siswa, dan latar belakang budaya karya sastra yang diminati siswa.

(36)

aspek membaca. Kelas XI semester II memiliki standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan dan kompetensi dasar

menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.

b. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber atau relevansi belajar (Haryati, 2008: 194). Silabus disusun berdasarkan Standar Isi seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut (Panduan Pengembangan Silabus dan RPP, 2006) :

a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).

b. Materi pokok atau pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai standar isi.

c. Kegiatan pembelajaran apa saja yang seharusnya diterapkan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian

SK dan KD.

(37)

f. Berapa lama yang diperlukan untuk mencapai standar isi tertentu.

g. Sumber belajar apa saja yang dapat diberdayakan untuk mencapai standar tertentu.

Format silabus berbasis KTSP minimal mencakup (1) standar kompetensi, (2) kompetensi standar, (3) indikator, (4) materi standar, (5) standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan (6) standar penilaian (Mulyasa, 2007: 191-195). Menurut Muslich (2007:39), pengembangan silabus dapat dikemas ke dalam tiga jenis format. Pengembangan silabus dapat memilih satu diantara jenis berikut: Silabus Format 1

Nama Sekolah :... Mata Pelajaran :... Kelas/ Semester :... Standar Kompetensi :...

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber/ Bahan/

Alat

Silabus Format 2

(38)

Mata Pelajaran :... Kelas/ Semester :... Standar Kompetensi :...

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Pengalam an Belajar

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber/ Bahan/

Alat

Silabus Format 3

Nama Sekolah :... Mata Pelajaran :... Kelas/ Semester :... I. Standar Kompetensi :... II. Kompetensi Dasar :... III. Materi Pokok :... IV. Pengalaman Belajar :...

(39)

VII. Alokasi Waktu :... VIII. Sumber/ Bahan/ Alat :...

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun sebelum seorang guru melakukan pembelajaran di kelas. RPP ini digunakan sebagai dasar seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. RPP disusun berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Seorang guru tidak boleh melenceng dari RPP yang telah disusunnya berdasarkan pembelajaran yang akan diajarkan. Penyusunan RPP ini tentu saja tidak terlepas dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasa (KD) yang ditetapkan. Bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari SK dan KD, materi pembelajaran, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran (awal, inti, dan akhir), alokasi waktu, sumber belajar/bahan/alat, dan penilaian.

Contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(40)

Indikator :... Alokasi Waktu :... x ... ( ... pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

... B. Materi Pembelajaran

... C. Metode Pembelajaran

... D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Kegiatan Awal: (Dilengkapi dengan alokasi waktu)

... Kegiatan Inti: (Dilengkapi dengan alokasi waktu)

... Kegiatan Penutup: (Dilengkapi dengan alokasi waktu)

... Pertemuan 2

... Dan seterusnya

E. Sumber Belajar (Disebutkan secara konkret)

(41)

Teknik

...

Bentuk Instrumen

... Contoh Instrumen (Soal/ Tugas):

(Ditambah Kunci Jawaban atau Pedoman Penilaian

... ..., ... Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

(42)

25 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Struktur merupakan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, Dick & B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135).

(43)

   

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang dikemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis, deskrepsi dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2009: 53). Dengan demikian, penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, menganalisis unsur intrinsik yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta relasinya antarunsur tersebut. Tahap kedua, menerapkan hasil analisis pada tahap pertama untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Dengan metode ini, peneliti akan menguraikan secara jelas dan sistematis sehingga dapat menjawab pertanyaan dari pokok masalah penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

(44)

   

D. Sumber Data

Judul Buku : 2

Pengarang : Donny Dhirgantoro

Penerbit : Grasindo

Tahun Terbit : 2012

Tebal Buku : 418 halaman

Cetakan : kelima Januari 2012

E. Teknik Analisis Data

a. Peneliti menganalisis unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, alur, serta latar) dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut.

b. Peneliti menganalisis tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, untuk menemukan perjuangan tokoh utama yang ditinjau dengan pendekatan struktural.

c. Peneliti menganalisis aspek sosial dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro untuk mengetahui perjuangan tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra.

(45)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini peneliti akan menganalisis alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema dalam novel 2, karya Donny Dhirgantoro. Peneliti lebih menekankan analisis pada keempat unsur tersebut, karena untuk menemukan perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut.

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat perjuangan tokoh utama novel 2 karya Donny Dhirgantoro, dikhususnya pada empat unsur yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

B. Analisis Alur, Tokoh, Penokohan, Latar, dan Tema

1. Alur

(46)

dimulai dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:

1) Tahap Awal

a. Paparan (exposition)

Paparan merupakan fungsi utama awal cerita. Novel 2 karya Donny Dhirgantoro pada awal cerita dipaparkan kelahiran Gusni di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Gusni waktu bayi sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(1)Jakarta, 27 Oktober 1986. Malam itu hujan turun deras sekali, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta sebuah peristiwa besar akan segera terjadi. (hlm. 1)

(2)Sang Dokter menggendong bayi berukuran besar sekali. Besarnya bayi itu hampir menutupi seluruh dada dokter tua, yang sekarang meyeringai heran sekaligus takjub. (hlm. 7)

(3)“Gus...ni...Annisa Puspita...?” tanya Kakek takjub, matanya melihat ke Papa mencoba meyakinkan. (hlm. 10)

(4)“ 27 Oktober 1986?...” (hlm. 10) (5)“Berat 6,25 kilo...?” (hlm. 10)

(6)“Panjang 59 cm...?” Nenek ikutan membaca. (hlm. 11)

Selanjutnya dipaparkan keluarga Gusni, ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita di sebuah rumah sederhana. Ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(7) Sebuah sedan keluaran tahun 1986 berhenti di depan sebuah rumah sederhana dengan taman di halaman depan yang kecil dan asri. (hlm. 15)

(47)

b. Rangsangan (inciting moment)

Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dalam cerita muncul ketika Papa, Mama, Kakek, dan Nenek membawa pulang Gusni. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima keberadaan Gusni yang memiliki badan lebih besar darinya. Ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(9) “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta! Kok tau-tau ada adek!” jawab Gita lagi. (hlm. 25)

Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita, hingga akhirnya ia dapat menerima Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan:

(10) “Adek diam yaa...nanti kalau udah gede main sama Kakak Gita.” Gita terus membelai-belai pipi Gusni yang tembem dengan lembutnya. Tidak menyerah, ia terus mencoba mendiamkan Gusni yang perlahan-lahan tangisnya mulai mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Gita tersenyum, membelai Gusni yang sekarang sudah kembali tertidur. (hlm. 34)

c. Gawatan (rising action)

Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan. Gawatan terjadi ketika kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Gusni begitu bersyukur hadir di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya dari ketidakadilan yang ia alami. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan:

(48)

memegang tangan Papa erat dan menangis di bahu Papa. (hlm. 20 – 21)

(12) Anak-anakmu,... Papa membuka matanya, tahu semuanya harus berlanjut. Sebuah awal perjuangan baru bagi keluarganya, amanah kepadanya sebagai pemimpin keluarga, bersyukur atassegala anugerah dan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Sebagai laki-laki harus berdiri paling depan untuk keluarganya. Papa berdiri dari duduknya dan berjalan ke halaman rumah... anak-anakmu menyembuhkanmu... (hlm. 23)

2) Tahap Tengah a. Tikaian (conflict)

Konflik adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Tikaian terjadi ketika keluarga Gusni berkumpul untuk mengatakan yang sebenarnya, waktu itu Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Suatu kenyataan yang harus dihadapi, Gusni harus mengetahui semuanya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(13) Papa mengumpulkan keberaniannya, siap mengetuk pintu kamar Gusni, tetapi lagi-lagi Papa tertunduk dan menggelengkan kepalanya. Untuk sesaat ia ragu apakah yang akan dilakukannya ini benar adanya; Apakah Gusni siap menerima semuanya. Bulir keringat menetes pelan di keningnya. (hlm. 203)

(14) “Mereka menjadi begitu besar karena sebuah penyakit genetis...penyakit keturunan...,” Aliran darah di badan Gusni seperti terhenti mendengar kalimat Papa. (hlm. 206)

(15) “Mereka berdua...tidak hidup lama... ...tidak pernah...

... mencapai...

(49)

Gusni tidak percaya semua akan terjadi seperti ini. Kenyataan yang berat harus ia terima, hanya bersama keluarganyalah ia bisa menerima semuanya. Ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(16) Gusni tidak mempercayai pendengarannya, terenyak, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi kaku, jantungnya yang tadi berdegup kencang seperti berhenti sesaat. Gusni menatap Papa tidak percaya, genggaman Papa ditelapaknya bergetar dan terus mengeras. Sementara, Gusni merasakan telapak tangannya di pipi Mama sudah basah oleh air mata. Papa mengangkat kepalanya dan menatap Gusni, lalu mengangguk. Gusni memejamkan matanya, nafasnya kembali memburu, manatap orang-orang yang dicintainya seakan tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. (hlm. 207)

b. Rumitan (complication)

Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks. Rumitan dalam cerita ini terjadi ketika Gusni kembali menatap ke depan mengumpulkan semangat dalam dirinya untuk mengahadapi penyakit tersebut. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(17) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada cita-cita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam pikiran saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215)

(50)

(18) “ARGH! AH” Sesak, rongga dadanya seakan menyempit sesak sekali...jangan Tuhan..., jangan..., Gusni mencoba bernafas, tetapi tidak bisa. Ia mencoba lagi tetapi tidak bisa. Tubuh besar itu tercekat aliran darahnya yang tadinya cepat naik tiba-tiba berhenti dan gelap, kembali terang, dan gelap. Gusni merasakan tubuhnya melayang ringan, raketnya jatuh, bersama dirinya, langit-langit gelanggang yang tiba-tiba di atasnya. (hlm. 291)

Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(19) Semuanya pernah dibayangkan, sepanjang hidupnya, mengendap di benaknya bertahun-tahun lamanya. Sesuatu yang seharusnya tidak pernah seorang ayah dan seorang ibu bayagkan dalam hidupnya, menyaksikan anaknya sendiri, buah hatinya, terbujur kaku di depannya seperti saat ini. Putih sekali wajah itu, tidak ada lagi pipi merah seperti dua buah apel, hanya pucat, tidak berrgerak. (hlm. 292) (20) “Enggak ada lagi bulutangkis buat Gusni... enggak ada bulutangkis

lagi buat Gusni..., enggak boleh Gusni... Gusni... enggak boleh, Gusni enggak boleh main bulutangkis lagi!” Mama berbicara sendiri dan menangis. (hlm. 292)

c. Klimaks

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya (Sudjiman, 1998: 35). Klimaks bagian ini terjadi ketika Gusni tetap ingin bermain bulutangkis agar ia bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat Gusni harus melewatinya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(51)

mengusap air matanya berjalan meninggalkan Papa, Mama, dan Kak Gita di ruang keluarga.

“Semua ini Gusni lakuin karena Gusni mau hidup. Percaya sama Gusni Ma, Pa, Kak Gita!” Gusni mengusap air matanya. “Besok Gusni mulai latihan bulutangkis lagi, mulai lari lagi, seminggu Gusni sakit, tiduran terus di tempat tidur, berat Gusni sekarang seratus tigapuluh, kalau ada cara lain pasti Gusni udah dikasih tahu kan?” Gusni menatap orang-orang yang dicintainya..., “ Gusni ke kamar dulu.” (hlm. 293 – 294)

Gita tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita menghampiri Gusni ke kamarnya marah. Hal tersebut ditujukkan dalam kutipan berikut:

(22) “Elo itu bikin Papa sama Mama nangis terus..., gue nggak rela. ELO... bener-bener ngak punya hati!”

“Kak tolong jangan bilang gue nggak punya hati buat Papa-Mama, tolong Kak...ini masalah gue, gue harus bisa selesain ini semua.” (hlm. 295)

(23) “LO EGOIS! NGGAK PUNYA HATI!!!” Gita membalas teriakan Gusni. (hlm. 295)

Gita semakin marah ke Gusni. Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Hal tersebut ditujukkan dalam kutipan berikut:

(24) Gusni menatap Gita tajam. “HEH! Yang nggak punya hati tuh siapa GUE? Atau ELO? AMBISIUS! EGOIS! Hidup di lapangan doang! Emang lo siapa? Bilang gue nggak punya hati? Sekarang yang gendut tuh siapa? Yang nggak normal tuh siapa? Yang dikatain kegedean sama orang –orang tuh siapa? Punya penyakit tuh siapa? ELO APA GUE?! Kenapa gue lo bilang egois? Gue bilangkan gue lagi binggung, bingung banget... gue udah minta maaf, tolong gue lagi syok dan bingung, tolong jangan bilang gue nggak punya HATI jangan bilang gue nggak sayang sama Papa-Mama, jahat lo, KAK!”

(52)

Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal dan marah pada kakaknya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(25) Gusni memandang tajam kakaknya. “ternyata begini ya orang hidup nggak punya temen, temennya Cuma raket sama lapangan doang, bilang orang lain egois, nggak tahu dirinya sendiri yang egois, orang udah minta maaf, nggak didenger juga...nge-judge orang seenaknya, lo tuh egois banget Kak! NGACA KAK!!!” Lo tuh nggak punya temen kan? Makanya hidup lo begini nge-judge orang seenaknya! Temen lo tuh raket doang, mana pernah lo ngerti perasaan orang lain, yang lo kejar Cuma piala doang, besi doang! LO tau nggak KAK?! Sepanjang gue hidup sama elo, mana pernah gue lihat lo bawa temen ke rumah? Mana pernah? Temen lo tuh raket doang,...mana pernah lo ngerti perasaan orang lain. Lo kejar tuh piala lo, medali lo dari besi itu, sampai lo nggak bisa ngerti perasaan orang lain, temen aja nggak punya mana bisa ngerti perasaan orang lain...!” (hlm. 296)

3) Tahap Akhir

a. Leraian (falling action)

Leraian merupakan bagian sruktur alur sesudah klimaks meliputi leraian yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1998: 35). Leraian terjadi ketika Gita manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya yang memiliki sifat keras menangis seperti itu. Hal tersebut terdapat dalam kutian berikut:

(26) “Gue punya temen... gue punya sahabat...!” Gita menjawab pertanyaan Gusni sambil menangis deras. Gusni ikut menangis melihat air mata Gita jatuh. Untuk pertama kalinya Gusni melihat kakaknya yang tangguh menangis sesenggukan di depannya. Gita beranjak keluar dari kamar, masih terus menangis. (hlm. 297)

Suasana haru terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(53)

kalimat Gita. Saat iru juga Gusni langsung berlari mengejar dan memeluk Gita, memeluk Gita erat sekali. (hlm. 297)

Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari Harry, lelaki yang sangat ia cintai. Ketidakadilan fisik yang dihadapi Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(28) Gusni terdiam manatap Harry dalam-dalam, “Gusni sayang sama Harry, Gusni mau Harry bahagia, walau bukan sama Gusni...masih banyak yang pantas terima semua sayangnya Harry, tapi bukan Gusni, Gusni masih banyak,... masih banyak yang harus Gusni perjuangkan, banyak juga yang harus perjuangkan, impian kamu, restoran kamu, keluarga kamu, semuanya. Gusni percaya akan ada perempuan lain yang datang, yang pantas buat Harry...kamu akan jatuh cinta lagi, kamu kenalin ke Gusni.” (hlm. 300)

b. Selesaian (denouement)

Penyelesaian merupakan bagian akhir atau penutup cerita. Penyelesaian dalam novel 2 diceritakan tentang semangat Gusni dalam menerima segala kenyataan hidup yang sulit. Ia terus berjuang agar ia tetap hidup untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya, dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(29) “Seorang anak yang ingin membuat orang tuanya senang dengan bermain bulutangkis....”

(54)

Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi penyakit yang ada pada tubuhnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan:

(30) “Anak perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang disekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa, bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpihak padanya....” (hlm. 310)

Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan :

(31) “Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, ranking pun tidak punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada...” (hlm. 309)

Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut :

(32) “Selamat datang di Tim Nasional Indonesia, Gus. Jadi mulai sekarang kamu berjuang untuk tiga hal sekaligus, buat diri kamu, keluarga kamu, dan buat Tanah Air kamu...,” ujar Pak Pelatih bangga. (hlm. 326)

(55)

(33) Harry terus menatap Gusni, menggenggam tangannya itu lebih erat lagi terus meyakinkan dengan berani, “Jangan pernah, Gus...Jangan pernah...karena Tuhan sedikit pun tidak pernah.”

Perempuan itu terpejam, perempuan itu tahu ia mengizinkannya, membalas genggaman laki-laki di hadapannya. Langsung ia memeluk laki-laki di hadapannya, menangis bahagia dalam pelukan laki-laki yang amat dicintainya. Mencintainya mencintai hidup dengan berani. (hlm. 332)

Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya. Seperti dalam kutipan berikut:

(34) Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh, bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. (hlm. 408)

Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga saat ini. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:

(35) Harryanto Dharmawan menikahi Gusni Annisa Puspita pada Januari 2011. (hlm. 416)

(36) Gusni Annisa Puspita terus melawan penyakitnya dengan berlari setiap pukul 05.00 sampai hari ini....(hlm. 417)

(56)

bulutangkis, dan akhirnya dia menikah dengan Harry teman laki-laki yang dicintainya dan selalu ada untuk Gusni. Alur tersebut begitu jelas diceritakaan oleh pengarang, dan ceritanya mengalir dari awal hingga akhir cerita.

2. Tokoh dan Penokohan Novel 2

1) Tokoh

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Istilah “tokoh” menujuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Karya fiksi akan terasa hidup dengan hadirnya tokoh yang menjadi pembangun dalam menghadirkan sebuah peristiwa. Peneliti menemukan adanya beberapa tokoh yang membentuk cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Gusni

Tokoh Gusni dalam novel ini sejak lahir sudah memiliki tubuh yang besar (gendut). Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Kenyataan berat harus dialaminya. Kasih sayang dari keluarganya membuatnya bertekat untuk menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga padanya. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik melalui kutipan berikut:

(57)

bengongnya terkejut bukan main dia besar sekali. Badannya masih keriput dan merah seperti dua buah apel, rambutnya lebat. (hlm. 7) (2) “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya

pantas menerima ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, Mama, dan Kak Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya sendiri tahu... kalau saya pantas menerima itu semua.” (hlm. 214)

(3) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada cita-cita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam diri saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya hidup? Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215)

b. Papa

Papa adalah ayah dari Gusni dan Gita. Nama lengkapnya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tetapi semenjak anak pertamanya lahir, nama panggilannya berganti Papa. Papa merupakan seorang ayah yang baik, tulus, dan apa adanya. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik analitik melalui kutipan berikut:

(58)

c. Mama

Mama merupakan ibu dari Gusni dan Gita. Mama memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(5) “Gita, mau dipeluk sama Papa....”

Papa langsung mamangku Gita dan memeluknya. “Peluk sama Mama juga...,” Gita menatap Mama. Mama memeluk Gita dipangkuan Papa.

“Iya, sayang ya...nanti Kakak peluk Dek Gusni juga sama-sama Mama, sama Papa.” Mama membelai lembut kepala Gita. (hlm. 21)

d. Gita

Gita merupakan kakak dari Gusni. Gita waktu kecil belum bisa menerima Gusni. Papa dan Mama dengan penuh kesabaran mendampingi Gita agar mau menerima Gusni, hingga akhirnya bisa menerima Gusni. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(6) “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta! Kok tau-tau ada adek!” jawab Gita lagi. (hlm. 25)

(7) Gita tiba-tiba perlahan membereskan susu yang tadi dilemparnya ke bawah lantai mobil, memasukkan ke dalam kantong plastik, mengikatnya rapi dan memeluk kantong plastik berisi susu adiknya, lalu pandangan Gita kembali ke jalanan di luar. (hlm. 29)

Gita memiliki sifat tegas, sedikit keras, dan ambisius, selain itu ia juga berprestasi dalam bidang bulutangkis. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut:

(59)

di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. (hlm. 83)

(9)Gusni melihat Kakaknya, rahang di pipi Gita sedikit mengeras, ia memang tegas, sedikit keras, dan ambisius. (hlm. 240)

e. Harry

Harry adalah seorang laki-laki yang gendut tetapi ramah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(10) “Kamu mau onde-onde?” anak laki-laki besar itu menyapa Gusni ramah. (hlm. 57)

Harry menjadi teman laki-laki yang selalu dekat dengan Gusni. Ia jugalah yang mengenalkan Gusni tentang cita-cita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(11) “Kata Papa Harry, orang hidup itu harus punya cita-cita... kalau kamu gak punya cita-cita berarti kamu nggak hidup, kamu orang mati namanya...” (hlm. 71)

f. Nuni

Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani dari kecil mereka memiliki badan yang sama-sama besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(12) “Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya... Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. (hlm. 63)

(60)

(13) Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141)

g. Ani

Ani adalah sahabat Gusni dan Nuni yang selalu bersama-sama. Ani juga memiliki badan yang besar, berambut panjang, dan manja. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(14) Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141)

(15) Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalau disentuh. (hlm. 63)

h. Dokter Fuad

Dokter Fuad adalah sahabat Papa yang dikenal sejak lama, mereka pernah bertetangga. Ia juga menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(16) Pandangan Papa menatap tajam Dokter Fuad, sahabat yang dikenalnya sejak lama, mereka pernah bertetangga. Rumah keluarga Dokter Fuad hanya berjarak beberapa rumah dari rumah keluarga Papa, persahabatan sudah terjalin sejak mereka kecil. (hlm. 110) (17) Dokter Fuad hanya melirik tumpukan file di lemarinya. Di tumpukan

(61)

i. Pak Pelatih

Pak pelatih memiliki nama asli Andi Hariyanto. Ia adalah pelatih Gita, yang masih kuat di usia 50 tahun. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(18) Orang yang berjaya besar menemukan Gita adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Semenjak menjadi pelatih Pak Andi tidak pernah dipanggil berdasarkan namanya lagi, orang-orang memanggilnya Pak Pelatih, bukan Pak Andi. Pak Pelatih berusia di awal 50 tahun, wajahnya tajam penuh karakter, rambutnya yang mulai memutih sedikit keluar dari topi merahnya. (hlm. 82)

Berkat Pak Pelatih Gusni dapat bermain bulutangkis seperti cita-citanya waktu itu. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(19) “Jadi gimana, Pak? Boleh Gusni ikut latihan?”

“Ok, boleh, saya akan latih dia...” Pak Pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. (hlm. 118)

2) Penokohan

Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 61). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 165). Teknik untuk menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu secara langsung (telling, analitik) dan tak langsung

(showing, dramatik) (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:32).

(62)

ditunjukkan melalui kutipan-kutipan yang menampilkan ciri-ciri para tokoh tersebut.

a. Gusni

Gusni menjadi sorotan utama dalam penceritaan keseluruhan isi novel. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan Gusni dalam berbagai peristiwa dari awal cerita hingga akhir cerita. Gusni dalam novel ini digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki bentuk tubuh yang besar (gendut) tetapi lincah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(20) Tersangka duduk di sebelahnya, seorang anak perempuan gendut berukuran XXXL, umurnya 12 tahun pipinya besar dan memerah seperti dua buah apel, wajahnya pipi semua. (hlm.54)

(21) WUSSSH...!!! cepat sekali Gusni berlari.

“Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. (hlm. 55)

Gusni memiliki sifat yang periang, lincah, dan sangat suka dengan makanan. Setiap melihat makanan Gusni tidak lagi berfikir panjang tentang badannya yang ekstra. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut:

(22) Gusni tersenyum dan melihat sekitar, Gusni suka sekali sekolah, ia banyak bertemu teman dan warung jajan. (hlm. 55)

(23) “Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. (hlm. 55)

(63)

Gusni ini merupakan anak yang apa adanya, polos, dan sangat menyayangi keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(25) “Kalau kamu tanya aku senangnya apa? Aku senangnya itu...,” jawab Gusni polos. (hal. 72)

(26) “Waktu nonton bulutangkis di televisi itu, kamu senang ya? Lihat Papa-Mama kamu senang juga?” Gusni mengangguk lagi. “Kamu mau bikin Papa-Mama kamu senang kan? Bukan mau main bulutangkis, iya gak?” Harry mengerling cerdas. Gusni menatap Harry, terdiam lama. (hal. 73)

Pandangan aneh orang-orang saat melihat Gusni, terkadang membuatnya minder dengan keadaan dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(27) Gusni cemberut dan sendirian, mulai banyak orang di GOR bulutangkis yang menatapnya aneh, bahkan tidak sedikit yang senyum-senyum sendiri melihat kelakuan Gusni. Gusni tertunduk, kali ini Papa, Mama, dan Kak Gita salah, pikir Gusni. Ia merasa menjadi bahan ledekan di sini. (hlm. 115)

(28) Ia melihat tiga anak perempuan sebayanya membawa raket bulutangkis. Ketiganya mendekat dan tersenyum mengejek. Gusni tertunduk, takut sekali diledek, tapi tiba-tiba ia teringat pesan Mama, ia bukan anak kecil lagi yang takut diledek. (hlm. 115)

Berkat keluarganya, Gusni mencoba untuk melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya, termasuk ejekan dari teman-temannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(29) Gusni menarik nafas kata-kata Mama tadi terus terngiang-ngiang di benaknya... Kamu perempuan Gus, Mama mau kamu kuat dan berani, Gus. Ketiga anak perempuan itu semakin dekat, suara tertawa cekikikan itu semakin jelas. Gusni memejamkan matanya, kuat dan berani Gus.... Saat itu juga Gusni menguatkan hatinya, memberanikan diri mengangkat kepalanya...

(64)

Seiring bergantinya waktu Gusni mulai bisa menerima keadaan dirinya yang memiliki badan besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(30) Semuanya terlalu rumit di usia tujuh belas, adakah yang tidak membingungkan? Dunia terlalu rumit di masa-masa dengan tantangan “hei aku di sini, dan aku berbeda”; berbeda di antara kumpulan kenormalan yang ada, kadang mereka tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Gusni menyadari di usia remaja ini dengan berat bobot lebih dari 100 kilogram setiap hari adalah tantangan untuk menemukan siapa ia sebenarnya. Tantangan itu menjadi semakin berat, karena semua di usia tujuh belas, melihat normal adalah normal, lan tidak. Gusni tidak pernah berhanti bersyukur, selalu ada Nuni dan Ani di sampingnya, bisa saling menertawakan “kelebihan” mereka sendiri, bisa terus bergembira melewati masa-masa rikuh penuh rona yang sering mereka tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. (hlm. 143)

Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Tantangan yang begitu berat harus dijalani Gusni. Ketika mengetahui penyakitnya, ia bertekat untuk berjuang melawan penyakitnya. Saat itulah Gusni menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga pada dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(31) “Terima kasih Dok, ya udah Gusni mau coba lawan penyakit Gusni, mulai hari ini.” Gusni tersenyum menatap Dokter Fuad.

(65)

Berdasarkan kutipan (20) – (31) di atas, dapat disimpulkan bahwa Gusni adalah seorang perempuan yang dari lahir sudah memiliki badan yang besar. Gusni memiliki sifat periang, lincah, bersahabat, penuh semangat, pantang menyarah, dan menyayangi keluarga yang senantianya mendampinginyanya baik suka maupun duka. Gusni memiliki badan yang terus membesar dan belum pernah mengalami penurunan berat badan. Kenyataan pahit harus ia hadapi bahwa hidupnya tidak bertahan lama. Hal tersebut membuat Gusni untuk terus berjuang dan bersemangat untuk tetap hidup. Bulutangkis menjadi semangat baginya untuk tetap hidup dan mewujudkan cita-citanya.

b. Papa

Papa adalah ayah dari Gusni, seorang ayah yang baik, tulus dan apa adanya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(32) Laki-laki itu berusia di pertengahan tiga puluh, ada keramahan di wajah persegi bersih tak berkumis itu. Sejenak ia berdiri dari duduknya, tingginya sedang, tubuhnya sedikit berisi tapi cederung kurus, rambut lurusnya dipotong pendek, da kilas yang baik dan dalam terpancar dari sorot matanya. Melihat raut wajahnya, sosok seorang ayah akan langsung terlintas. (hlm. 1)

(33) Namanya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tapi semenjak anak pertamana lahir, nama panggilannya berganti-Papa.Sebuah panggilan penuh tantangan, sebuah panggilan yang membuat ia lengkap sebagai seorang laki-laki. (hlm. 1)

(66)

(34) Bayi besar di hadapan mereka masih menangis keras. Papa mencium kening Mama penuh kasih sayang.(hlm 9)

(35) HUP! Papa menyambut dan menggendongnya. Malabuhkan kasih sayang di Pipi Gita. (hlm. 16)

Papa mengalami saat yang sulit sebagai seorang kepala keluarga setelah mengetahui semua kenyataan yang harus dialami anak keduanya yaitu Gusni. Saat itu terlihat kebingungan di hati Papa, sedih akan semua yang terjadi pada Gusni mengenahi penyakit keturunan itu yang dialaminya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung (dramatik) dalam kutipan berikut:

(36) Papa duduk di teras, cerita kakek semalam masih bergelimang di benaknya. Papa mengusap keningnya, begitu berat semuanya. (hlm. 23)

Papa sebagai kepala keluarga harus tetap tegar menghadapi kanyataan yang terjadi pada keluarganya dan harus terus berdiri untuk keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung (dramatik) dalam kutipan berikut:

(37) Anak-anakmu,... Papa membuka matanya, tahu semuanya harus berlanjut. Sebuah awal perjungan baru bagi keluarganya, amanah kepadanya sebagai pemimpin keluarga, bersyukur atas segala anugrah dan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Sebagai laki-laki harus berdiri paling sepan untuk keluarganya. Papa berdiri dari duduknya dan berjalan ke halaman rumah... anak-anakmu menyembuhkanmu... (hlm. 23)

Papa adalah sosok yang sabar. Ketika Gita kecil belum bisa menerima Gusni. Papa terus bersabar menenangkan Gita dan memberi penjelasan kepada Gita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(67)

Papa-Mama jagain Adek Gusni juga boleh. Kan dulu Gita juga kayak adek bayi, nggak bisa apa-apa, ke mana-mana harus digendong Papa-Mama.” Papa membelai lembut rambut Gita, tersenyum bijak, kali ini Gita tidak menepis tangan Papa. (hlm. 27) Papa berusaha tegar mengahadapi semuanya, terus menuntun Gusni, mendampinginya, dan terus berjuang untuk keluarganya. Cita-cita Gusni menjadi pemain bulutangkis, meski Papa begitu berat untuk mengizinkan Gusni tapi Papa tidak mau melihat anaknya itu bersedih. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

(39) Pak Pelatih mengusap wajahnya dengan rasa tak percaya. Papa bercerita perlahan tetapi lancar, tidak ada nada suram dan kesedihan dalam dan kesedihan dalam tutur Papa. (hlm. 120)

Berdasarkan kutipan (32) – (39) di atas, dapat disimpulkan bahwa Papa adalah seorang ayah yang sabar, baik, penyayang, dan tegar menghadapi setiap permasalahan yang menimpa keluarganya. Keluarga sederhana itu menjadikan Papa terus bersemangat bersama ketiga perempuan yang sangat dicintainya.

c. Mama

Mama merupakan sosok seorang ibu bagi Gusni dan Gita yang memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Mama tidak pernah lelah memberi nasehat kepada anak-anaknya, supaya menjadi perempuan yang kuat dan berani. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA. Identifikasi Masalah Penelitian ……… .. Struktur Organisasi Skripsi ………. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh Cara Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi SMK YPE Sawunggalih Tahun

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan ini, hipotesis yang menyatakan, “Diduga dengan menggunakan media pohon hitung dapat meningkatkan

Program ini mencoba menerapkan paradigm baru dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang bersifat problem solving, menghasilkan luaran yang terukur, komprehensif,

Mendapatkan penilaian ahli mengenai kesesuaian materi yang diukur, rumusan kemampuan uji, indikator soal, kemungkinan kesalahan, dan penybaran butir soal dengan

Sampel yang digunakan berupa perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang membagikan dividen tunai naik, turun, dan konstan selama periode 2013 – 2015..

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola TK dan SD Wilayah Selatan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada